LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B DENGAN POST HERNIOTOMY Pengkajian diambil : 13 Desember 2012 (4 jam post op) Jam : 13.00 WIB Tanggal MRS : 12 Desember 2012 No RM : 14-29-72 Diagnosa Masuk : Hernia Inguinal 1. Pengkajian 1.1. Identitas Pasien Nama : Tn. B Umur : 62 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Kawin Suku : Jawa Alamat : Aster AH- 7 wisma tropodo Pekerjaan : Pesiunan pelayaran Pendidikan : SMEA Agama : Muslim 1.2. Riwayat kesehatan 1) Keluhan Utama Pasien mengungkapkan adanya nyeri di luka operasi. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Tanggal 12 desember 2012 (di kantor terima) Pasien mengungkapkan ada benjolan dibagian lipatan paha sebelah kiri sebesar telur puyu sebulan yang lalu yaitu pada bulan November, karena efek dari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B DENGAN POST HERNIOTOMY
Pengkajian diambil : 13 Desember 2012 (4 jam post op)
Jam : 13.00 WIB
Tanggal MRS : 12 Desember 2012
No RM : 14-29-72
Diagnosa Masuk : Hernia Inguinal
1. Pengkajian
1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku : Jawa
Alamat : Aster AH- 7 wisma tropodo
Pekerjaan : Pesiunan pelayaran
Pendidikan : SMEA
Agama : Muslim
1.2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengungkapkan adanya nyeri di luka operasi.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 12 desember 2012 (di kantor terima)
Pasien mengungkapkan ada benjolan dibagian lipatan paha sebelah kiri sebesar
telur puyu sebulan yang lalu yaitu pada bulan November, karena efek dari
batuk yang terlalu kaut. Pasien batuk- batuk sudah hampir satu bulanan, dari
bulan November sampai bulan Desember. Pasien mengungkapkan tidak tahu
nama obat yang diminumnya dan pasien juga tidak rutin minum obatnya. Obat
batuk yang minum pasien bukan dari resep dokter tapi dibeli sendiri oleh
keluarga. Karena batuk tidak sembuh serta adanya benjolan di lipatan paha,
maka pasien dan istrinya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan dipoli.
RKZ Surabaya ke dr bedah. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dr bedah,
maka dokter menganjurkan untuk MRS untuk melakukan operasi. Pasien
direncanakn operasi pada tanggal 13 desember 2012 pukul 09.20. Sekitar pukul
16:56 Pasien datang dari kantor terima dengan KU baik, kesadaran
tampak menyeringai, pasien tidak mengalami kesemutan pada kedua
kakinya.
Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman Nyeri
4) B4 (System Perkemihan)
Pasien mengungkapkan rasa ingin kencing numun tidak bisa keluar, VU
teraba penuh, adanya nyeri tekan pada VU. pasien 4 jam post op dengan
anastesi SAB, pasien belum dapat BAK.
Masalah keperawatan : retensi urin
5) B5 (System Pencernaan)
Bising usus 16 x/menit, perut tidak kembung, ada flatus, pasien masih
puasa.
Masalah keperawatan : -
6) B6 (System Musculoskeletal)
Skala kekuatan otot 5 5
1 1
Skala kekuatan otot pada ekstermitas atas dapat melawan tahanan terhadap
gravitasi, sedangkan ekstermitas bawah terlihat kontraksi tetapi tidak dapat
bergerak karena efek obat anastesi.
Masalah keperawatan :-
1.5 Terapi
Terapi Post OP
1). Alinamin F 10 mgGolongan : Dosis : 3x ivIndikasi : pengobatan defisiensi B1 seperti beri- beri dan neuritis.
2). OMZ (omeprazole) 2x 40 mg IVGolongan : Antasid, antirefluks, antiulserasiDosis : 2x ivIndikasi : terapi jangka pendek tukak usus 12 jari dan tukak lambung
3). Tutofusin OPS 500Golongan : larutan intravenaDosis : 25 tetes/menit dalam 5 jamIndikasi : keadaan sebelum, selama, dan setelah pembedahan yang memerlukan air dan elektrolit.
golongan : antiemetikdosis : 2xivindikasi : untuk mual muntah
6). Triofusin golongan : nutrisi perentaldosis : 25 tetes/ menitindikasi : untuk memperoleh energy dalam nuterisi parental setelah terjadi metabolism yang tinggi.
7). Kalfoximgolongan : antibiotikdosis : 1x 1 gr ivindikasi : infeksi serius yang mengancam jiwa karena adanya kuman Gr.8). Esilgan golongan : Hipnotik dan sedativadosis : 1x1indikasi : gangguan tidur karena gugup, cemas, tegang, psikosis, nyeri pasca op, trauma.
ANALISA DATA POST-OP
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 62 tahun
No. Register : 1609
Hari/tgl Data Kemungkinan penyebab Masalah
Selasa, 13 des 2012
Data SubyektifPasien mengungkapkan adanya nyeri luka operasi.
Data Obyektif Skala nyeri 4, ekspresi wajah pasien tampak menyeringai, Nadi 84 x/menit, tensi 130/80 mmHg, akral hangat, pasien post op 4 jam.
diskontinuitas jaringan syaraf
peregangan pada system saraf nyeri
Pelepasan mediator kimia histamine, bradikinin
Berikatan dengan reseptor nyeri
medulla spinalis
korteks serebri
nyeri
Nyeri
S : pasien mengungkapkan rasa ingin kencing namun tidak dapat dikeluarkan.O: pasien 4 jam post op dengan anestesi SAB, VU teraba penuh, nyeri tekan pada daerah VU, pasien belum dapat kencing.
Pembedahan
efek anestesi SAB
penurunan kontraksi otot destrusor
reflek untuk berkemih menurun
urin tertampung dalam kandung kemih
Retensi urin
retensi urin
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST-OP
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 62 tahun
No. Register : 1609
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan diskontinitas jaringan
akibat tindakan operasi yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka
nyaman nyeri yang berhubungan dengan diskontinitas jaringan akibat tindakan operasi yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi skala nyeri 4, wajah pasien tampak menyeringai, tensi 130/80, nadi 84x/menit.
Nyeri tidak dirasakan lagi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien
mengungkapkan nyeri tidak dirasakan lagi
Ekspresi wajah pasien tenang
Klien dapat menunjukkan keterampilan relaksasi.
TTV dalam batas normal tensi 120/ 80 mmHg, nadi 80-100 x/menit).
Skala nyeri 1-2
1)Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri.
2)Ajarkan pasien Teknik
(relaksasi) dengan menarik Napas dalam.
Teknik (distraksi) dengan
pengalihan perhatian.
1. Nyeri disebabkan oleh terputusnya kontinuitas jaringan saraf akibat operasi Hernia.
2) Teknik Relaksasi
dapat mengurangi ketegangan otot dengan meningkatkan sekresi endorphin dan enkefalin pada sel inhibitor kornu dorsalis, medulla spinalis sehingga mengahmabt transmisi nyeri.
Distrasksi dapat menurunkan
1) Jam 13:00 memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyebab nyeri yaitu terputusnya kontinuitas jaringan saraf akibat operasi Hernia.
2) Jam 13:10 mengajarkan pasien untuk mengurangi nyeri dengan Teknik relaksasi
dengan napas dalam dengan cara tarik napas melalui hidung kemudian menghembuskan napas melalui mulut.
Teknik distraksi dengan memberitahukan kepada pasien untuk dapat
tanggal 15 desember 2012, Tujuan tercapai ditunjukkan dengan pasien mengungkapkan nyeri berkurang skala nyeri 2, KU pasien baik, TTV: nadi 80x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg. Ekspresi wajah tampak tenang dan rileks, Pasien juga sudah menerapkan teknik relaksasi dan teknik distraksi.
3)Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anelgesik cetorolax 30 mg iv (jam 08, jam 16, jam 24). Dan morpin pump 0,5 mg di jalankan 1 cc/jam.
4)Observasi KU, keluhan, TTV, skala nyeri, dan intensitas nyeri.
persepsi nyeri dan menstimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak.
3) Menghilangkan
nyeri dan
mencegah
spasmus
kandung kemih
4) Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
mengalihkan perhatian saat nyeri dengan menonton televise dan membaca koran.
3) Pada jam 08.00 pasien diberikan suntikan IV ketorolax 30 mg diencerkan dengan 10 cc Nacl 0,9 % diinjeksikan pelan secara IV, dan pemberian morpin pump 0,5 mg yang di jalankan 1 cc/jam.
4). Jam 14:00 mengobservasi KU pasien agak lemah, Pasien mengungkapkan nyeri di luka operasi skala nyeri 4, ekspresi wajah tampak menyeringai.
berhubungan dengan penurunan kontraksi otot destrusor akibat efek anastesi yang ditandai dengan pasien mengungkapkan rasa ingin kencing namun tidak dapat dikeluarkan, 4 jam post op dengan anestesi SAB, pasien belum dapat BAK, VU teraba penuh, nyeri tekan pada VU.
Tujuan: pasien dapat berkemih secara normal setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan criteria waktu 3-6 jam dengan kriteria hasil: Kandung kemih kosong. Tidak ada sisa setelah BAK. Jumlah urine 1cc/KgBB/jam. Pola berkemih teratur
1. Jelaskan pada pasien penyebab retensi urine.
.
2. Kompres air dingin untuk membantu pasien BAK.
3. Rangsang keinginan berkemih pasien dengan cara meminta pasien melihat air
1) retensi urine disebabkan oleh penyumbatan saluran kemih akibat obat anastesi.
2) Air dingin bekerja dengan merangsang kandung kemih agar dapat kencing.
3) meningkatkan rangsangan untuk berkemih pasien.
1. jam 14.00 menjelaskan pada pasien penyebab terjadinya retensi urine akibat efek anesthesia sehingga otot kandung kemih belum dapat berkontraksi.
2. Jam 14.10 memberikan kompres air dingin di kandung kemih agar merangsang kencing.
3. Jam 14.20, merangsang keinginan pasien untuk berkemih dengan cara meminta pasien untuk melihat air mengalir dari
tanggal 14 desember 2012Masalah teratasi ditunjukkan dengan pasien mengungkapkan sudah dapat BAK spontan, palpasi kandung kemih kosong, volume urine 1550/4 jam.
mengalir dari kran atau mengompres perut dengan air dingin.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan dower kateter apabila tidak ada indikasi.
5. Observasi kandung kemih, pola berkemih, produksi urine.
4). Dower kateter dapat membantu proses pengeluaran urine.
5). Kandung kemih kosong, pola berkemih lancar dan teratur serta
produksi urine 1cc/KgBB/jam cc
menunjukkan tidak adanya retensi urine.
kran atau mengompres dengan air dingin.
4. Jam 14:40 dilakukan pemasangan dower cateter, sehingga dapat membantu proses pengeluaran urin.
5. Jam 15.00 mengobservasi kandung kemih, pola berkemih dan produksi urin yang menunjukan tidaknya retensi urin.
CATATAN PERKEMBANGAN POST-OP
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 62 tahun
No. Register :
Tanggal Diagnosa S.O.A.P.I.E14 des 2012
14 des’2012
Gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan diskontinitas jaringan akibat tindakan operasi yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi skala nyeri 4, wajah pasien tampak menyeringai, tensi 130/80, nadi 84x/menit.
Retensi urine berhubungan dengan penurunan kontraksi otot destrusor akibat efek anastesi yang ditandai dengan
S: pasien mengungkapkan nyeri di luka operasi skala nyeri 4.
O: KU pasien agak lemah, TTV: nadi 80x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg, CRT < 2 detik, Menggunakan infuse tutofusin ops yang dijalankan 25 tetes/ menit, morpin pump 0,5 mg yang di jalankan 1 cc/ jam, alirannya lancar.
A: masalah belum teratasiP: Intervensi 3 dan 4 dilanjutkan.I:
1. Jam 08.00 memandikan pasien, mengobservasi keadaan luka pasien, Memberikan ketorolax 30mg iv, cendraton 8 mg 2x iv, OMZ 40 mg 2x iv, alinamin F 10 ml 3x iv, kalfoxim 1 gr1xiv.
2. Jam 10 memotivasi pasien untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
3. Jam 13.00 mengobservasi KU, skala nyeri pasien serta intensitas nyeri dan menganjurkan pasien untuk mobilisasi brtahap.
4. Jam 13.35 Melepas infuse dan morpin pump pada pasien, pasien memakai iv cath.
E: Pasien mengungkapkan masih nyeri di luka operasi, skala nyeri 4, KU pasien tampak lemah, TTV: nadi 62x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg. Infuse sudah dilepas, pasien memakai iv cath.
S: pasien mengungkapkan sudah dapat BAK spontan 3 kali.O: palpasi kandung kemih kosong, volume urine 1550/4 jam, warna urine kuning jernih. A: masalah teratasi
15 des 2012
pasien mengungkapkan rasa ingin kencing namun tidak dapat dikeluarkan, 4 jam post op dengan anestesi SAB, pasien belum dapat BAK, VU teraba penuh, nyeri tekan pada VU.
Gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan diskontinitas jaringan akibat tindakan operasi yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi skala nyeri 4, wajah pasien tampak menyeringai, tensi 130/80, nadi 84x/menit.
P:-I: E: Jam 14.00 pasien mengungkapkan sudah dapat BAK spontan, palpasi kandung kemih kosong, volume urine 1550/4 jam, warna urine kuning jernih.
S: pasien mengungkapkan nyeri berkurangO: KU pasien baik, pasien sudah jalan- jalan disekitar rumah sakit, skala nyeri 2. Pasien juga sudah menerapkan teknik relaksasi yaitu menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut dan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian seperti menonton televisi dan membaca Koran, TTV: nadi 80x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg. Ekspresi wajah tenang dan rileks, pasien diijinkan pulang.A: masalah nyeri teratasiP : 1. Observasi skala nyeri, KU, Keluhan, dan TTV2. Terapi injeksi distop diganti obat oral:
2. Jam 08.15 Pasien jalan-jalan, mempersiapkan paien KRS
3. Jam 10.00Membuat discharge planning (pesanan pasien pulang) dengan pesanan terapi obat oral untuk di rumah Asamefenamat 3x 1 (antinyeri), Pesanan khusus: pasien kontrol dr. S tgl 19-12-2012.
4. Jam 11.00
Mengobservasi keadaan umum pasien,
intensitas nyeri dan TTV.
5. Jam 12.00
Melepas IV cath pasien sebelum pulang.
6. Jam 12.30
mengantar pasien pulang.
E: Tujuan tercapai ditunjukkan dengan pasien mengungkapkan nyeri berkurang skala nyeri 2, KU pasien baik, TTV: nadi 80x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg. Ekspresi wajah tampak tenang dan rileks, Pasien juga sudah menerapkan teknik relaksasi yaitu menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut dan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian seperti menonton televisi dan membaca Koran, dan pasien diijinkan pulang.