LAPORAN KASUSA. PENDAHULUANDinding perut menyokong dan
melindungi struktur intraperitoneal dan retroperitoneal. Susunan
otot yang kompleks pada dinding perut memungkinkan batang tubuh
melakukan gerakan berputar, menunduk, dan menegadah.Dinding perut
terdiri atas beberapa lapis yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fasia
superfisial (fasia scarpa), kemudian ketiga otot dinding perut
yaitu otot oblikus eksternus abdominis, oblikus internus abdominis,
dan transversus abdominis serta peritonium, fasia transversalis,
lemak praperitoneal, dan peritoneum. Otot dibagian depan tengah
terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya
dipisahkan oleh linea alba pada garis tengah.Dinding perut
membentuk rongga perut yang melindungi isi ronga perut. integritas
lapisan musculoaponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan maupun didapat. Otot dinding
perut juga berfungsi dalam pernapasan, proses berkemih. 1Hernia
merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Berdasarkan terjadinya,
hernia dibagi atas, hernia bawaaan atau kongenital,hernia didapat.
Berdasarkan letaknya, dibagi berdasarkan letak anatomisnya seperti
hernia diafragma, inguinal, umbilikalis dan femoralis.Sekitar 75 %
hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia
ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%. Pada hernia diabdomen. Isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
amusculo-apponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.2 Hernia insisional adalah defek yang
terjadi melalui bekas luka operasi. Ini adalah satu-satunya hernia
yang benar-benar dianggap iatrogenik. Hal ini terjadi karena
kegagalan menutupnya garis pada dinding abdomen setelah laparotomi.
Hernia insisional terjadi ketika semua lapisan kecuali kulit gagal
dalam proses penyembuhan, ini adalah salah satu kondisi yang paling
banyak membutuhkan operasi meskipun sudah ada kemajuan di bidang
teknik bedah dan bahan jahitan.3Insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya usia, hal ini kemungkinan dikarenakan meningkatnya
penyakit yang membuat peningkatan tekanan intraabdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.1B. KASUS
Pasien laki-laki umur 57 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
adanya benjolan pada daerah bekas operasi di perut kanan bawah yang
dialami sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan tersebut
dirasakan membesar ketika pasien sedang berdiri atau melakukan
aktivitas dan menghilang ketika berbaring, Pasien memiliki riwayat
operasi apendisitis 2 tahun lalu dan ada riwayat
hipertensi.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80 mmhg, Nadi 90 x/m, reguler, kuat angkat, respirasi 20x/m,
suhu 37 c. GCS E4V5M6. Pada pemeriksaan abdomen pada daerah kuadran
kanan bawah terdapat benjolan sebesar telapak tangan orang dewasa
dengan ukuran (p x l) 7 x 4 cm, bentuk tidak teratur, berbatas
tegas, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, konsistensi
kenyal, di tengah benjolan terdapat jaringan sikatrik berbentuk
memanjang dengan ukuran (pxl) 4x1 cm didaerah Mc burney, warna
kecoklatan.
C. DISKUSIPada kasus ini diagnosis ditegakan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa : Pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan benjolan pada daerah bekas operasi di perut kanan
bawah yang dialami sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit,
benjolan tersebut dirasakan membesar ketika pasien sedang berdiri
atau melakukan aktivitas dan menghilang ketika berbaring, benjolan
tidak terasa nyeri, mual, muntah tidak ada. Buang air besar dan
buang air kecil biasa. Demam tidak ada. Pasien memiliki riwayat
operasi apendisitis 2 tahun lalu, dan menurut pasien setelah
operasi pasien dirawat di ruang ICU karena hipertensi dan selama
diruang ICU pasien mengeluhkan sering batuk-batuk.Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg, Nadi 90
x/m, reguler, kuat angkat, respirasi 20x/m, suhu 37 c. GCS E4V5M6.
Pada pemeriksaan abdomen pada daerah kuadran kanan bawah terdapat
benjolan sebesar telapak tangan orang dewasa dengan ukuran (p x l)
7 x 4 cm., bentuk tidak teratur, berbatas tegas, warna kuit sama
dengan kulit sekitarnya, konsistensi kenyal, di tengah benjolan
terdapat jaringan sikatrik berbentuk memanjang dengan ukuran (pxl)
4x1 cm didaerah Mc burney, warna kecoklatan.Hernia insisional
merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang
baru maupun yang lama, sekitar 10 % luka operasi abdomen
menimbulkan hernia insisonal Secara klinis, hernia insisional
tampak sebagai tonjolan di dekat sayatan bedah . Hampir semua
operasi abdomen memungkinkan terjadinya hernia insisional didaerah
bekas luka. Sebenarnya hernia ini dapat terjadi pada semua sayatan,
namun cenderung sering terjadi pada daerah garis lurus dari
prosesus xiphodeus lurus hingga ke pubis. Tanda pertama yang
biasanya muncul dan menjadi perhatian pasien adalah munculnya
benjolan asimtomatik didaerah sayatan bekas operasi, semakin lama
hernia tersebut bisa menjadi lebih besar dan menjadi nyeri dengan
gerakan atau batuk. Faktor Presdeposisi yang berpengaruh dalam
terjadinya hernia sikatrik adalah infeksi luka operasi, dehisensi
luka, tehnik penutupan luka operasi yang kurang baik, Jenis insisi,
obesitas, peningkatan tekanan intraabdomen seperti pada asites,
distensi usus pasca bedah, batuk karena kelainan paru dan lubang
fasia akibat trokar pada laparoskopi yang tidak terjahit. Keadaan
umum pasien yang kurang baik, seperti pada malnutrisi. Pada pasien
ini mengeluhkan benjolan pada daerah bekas operasi di perut kanan
bawah yang dialami sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit,
benjolan tersebut dirasakan membesar ketika pasien sedang berdiri
atau melakukan aktivitas dan menghilang ketika berbaring, hal ini
sesuai dengan teori dimana hernia insisional merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama.
Pasien memiliki riwayat operasi apendisitis, dan pasien mengeluhkan
sering batuk-batuk setelah dilakukan tindakan operasi yang mana
keluhan batuk-batuk merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
hernia insisisional. Gambar 1A. Setelah laparotomy medial bawahB.
Setelah operasi apendiks. Klafikasi Hernia Menurut sifatnaya21.
Hernia Reponibel Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus dapat
keluar bila berdiri dan saat mengedan dan masuk kembali saat
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri.2. Hernia
IreponibelBila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut, pada kasus ini biasanya disebabkan perlengketan isi
kantong kepada peritoneum kantong hernia yang disebut hernia
akreta. Pada keadaan ini masih tidak ada keluhan nyeri seta belum
ada tanda sumbatan usus.3. Hernia InkarserataBila isi hernia
semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga
perut dan dapat menyebabkan gangguan pasase. Pada keadaan ini akan
timbul gejala ileus antara lain perut kembung, muntah dan
obstipasi.4. Hernia StrangulataPada hernia ini terjadi gangguan
vaskularisasi. Di sebut hernia richter bil a strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi warna merah dan pasien
menjadi gelisah.
Gambar 2Keterangan(1) Kulit dan jaringan subkutan, (2)lapisan
otot atau apponeurosis, (3) peritoneum parietale dan jaringan dan
jaringan praperitoneal, (4) kantong hernia dinding usus.A. Hernia
reponibel tanpa inkarserata dan strangulasiB. Hernia ireponibel
atau hernia akreta karena perlekatan. Tidak ada gejala atau
gangguan pasase isi usus.C. Hernia inkarserata dengan ileus
obstruksi ususD. Hernia strangulata, bila ileus obstruksi disertai
nekrosis sampai gangren akibat gangguan peredaran darah.
Gambar 3Keterangan :1. Hernia Richter tanpa ileus obstruksi2.
Hernia Richter dengan ileus obstruksi Menurut Terjadinya 1,21.
Hernia bawaan atau kongenital2. Hernia didapat atau akuistia.
Menurut Letaknya 5,1. Hernia InguinalisMerupakan hernia isi perut
yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis) yang terbagi
menjadi : Hernia inguinalis Indirek (lateralis)Hernia disebut
lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior, dan disebut indirek karena keluar dari dua
pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Hernia
inguinal direk (medialis)Hernia inguinalis direk adalah hernia yang
kantongnya menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior
canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika
inferior. Disebut sebagai hernia direk karena hernia yang langsung
menonjol melalui segetiga hesselbach.2. Hernia FemoralisHernia
femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah
ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan
vena femoralis di lateral, hernia femoralis disebabkan oleh
peninggian tekanan intraabdominal yang kemudian akan mendorong
lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi
pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainya adalah
kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut.3. Hernia UmbilikalisMerupakan hernia kongenital pada
umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan
yang inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis. Hernia ini
terdapat kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi pada bayi
prematur.4. Hernia ParaumbilikalisMerupakan hernia melalui suatu
celah garis tengah di tepi kranial umbilikus, yang jarang terjadi
di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga
umumnya diperlukan tindakan operasi untuk koreksi.5. Hernia
EpigastrikaHernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara
umbilikus dan prosesus xipodeus. Isi hernia berupa penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong
peritoneum.6. Hernia VentralisHernia ventralis adalah nama umum
untuk semua hernia di dinding perut bagian anterolateral. Nama
lainya adalah hernia insisional dan hernia sikatrik. Hernia
insissional merupakan penonjolan peritoneum melalui luka bekas
operasi yang baru maupun yang lama. Kebanyakan hernia ventralis
oleh insisi pada tubuh yang sebelumnya tidak sembuh secara tepat
atau terpisah karena tegangan abnormal.7. Hernia Lumbalis Di daerah
lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk
segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum
iliolumbalis (petit) berbentuk segitga. Trigonum Grijeflt di batasi
di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obliqus
internus abdominis, sedangkan tutupnya M. Latisimusdorsi8. Hernia
Littre Merupakan sebutan untuk divertikulum meckel yang mengalami
herniasi. Regio yang sering adalah di daerah ingiunal yaitu 50 %
femoral 20%, umbilikal 20%. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah
perlahan dibandingkan hernia lainya, dan dapat berupadistensi
abdominal, nyeri, demam, dan vomitus.9. Hernia spieghellMerupakan
hernia ventralis dapatan yang menonjol di linea semilunaris dengan
atau tanpa isinya melalui fasia spieghel. Hernia ini hampir selalu
ditemukan lebih tinggi dari letak pembuluh darah epigastrika
inferior. Diagnosis ditegakan dengan ditemukan adanya benjolan di
sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi
lateral M. Rectus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus,
omentum atau ovarium.10. Hernia obturatoria Hernia obturatoria
ialah hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini sering pada
wanita tua dan sukar di diagnosis sebelum operasi. Hernia ini dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak
retroperitoneum masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh
tonjolan peritoneum parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh
lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial, sering secara
Richter atau total.Diagnosis dapat ditegakan atas dasar adanya
keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parastesia didaerah
panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n.
Obturatorius (tanda howship romberg) yang patognomonik. Pada colok
dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang
nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah
dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal. Faktor
Presdeposisi yang berpengaruh dalam terjadinya hernia sikatrik
adalah : Infeksi luka operasi Dehisensi luka Tehnik penutupan luka
operasi yang kurang baik Jenis insisi Obesitas Peningkatan tekanan
intraabdomen seperti pada asites, distensi usus pasca bedah. Batuk
karena kelainan paru dan lubang fasia akibat trokar pada
laparoskopi yang tidak terjahit. Keadaan umum pasien yang kurang
baik, seperti pada malnutrisi.1Gejala dan tanda hernia banyak
ditentukan oleh keadaan isi hernia atau sifat hernianya. Sebagian
besar hernia bersifat asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan yang didapat
pada pasien dengan hernia reponibel adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan
dan menghilang saat berbaring, keuhan nyeri jarang di jumpai, nyeri
yang disertai mual dan muntah baru timbul bila terjadi inkarserata
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1Penatalaksanaan
tindakan operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada
herniotomi, dilakukan pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan bila ada perlengketan,
kemudian direposisi. Kantong hernia di jahit setinggi-tinggi
mungkin lalu di potong.5,6 Pada hernioplasti, dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dari pada dengan hernitomoy, terdapat
berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan, dan menjahitkan pertemuan otot
transversus internus abdominis dan otot obliqus internus abdomini,
yang di kenal dengan nama conjoint tendon.ke lingamnetum pouparti
menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot
transversus abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke
ligamnetum cooper pada metode Lotheissen- Mc vay.1,2Berdasarkan
pendekatan operasi, banyak tehnik hernioraphy dan dikelompokan
menjadi 4 kategori. Pada herniorapi, mengembalikan isi kantong
hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbukadengan
menjahit pertemuan transversus internus dn muskulus oblikus
internus abdominis ke ligamentum inguinal.6 Pengenalan prostetik
telah merevolusi pembedahan hernia dengan konsep tension free
repair. Meskipun berbagai prosedur pembedahan telah diadopsi untuk
perbaikan hernia insisional, tetapi implantasi dari prosthetic mesh
tetap menjadi metode yang paling efisien dalam menangani hernia
insisional.3D. PENUTUPHernia insisional adalah defek yang terjadi
melalui bekas luka operasi. Ini adalah satu-satunya hernia yang
benar-benar dianggap iatrogenik. Hal ini terjadi karena kegagalan
menutupnya garis pada dinding abdomen setelah laparotomi. Hernia
insisional terjadi ketika semua lapisan kecuali kulit gagal dalam
proses penyembuhan, ini adalah salah satu kondisi yang paling
banyak membutuhkan operasi meskipun sudah ada kemajuan di bidang
teknik bedah dan bahan jahitan. Faktor Presdeposisi yang
berpengaruh dalam terjadinya hernia sikatrik adalah : Infeksi luka
operasi Dehisensi luka Tehnik penutupan luka operasi yang kurang
baik Jenis insisi Obesitas Peningkatan tekanan intraabdomen seperti
pada asites, distensi usus pasca bedah. Batuk karena kelainan paru
dan lubang fasia akibat trokar pada laparoskopi yang tidak
terjahit. Keadaan umum pasien yang kurang baik, seperti pada
malnutrisi.1Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan
isi hernia atau sifat hernianya. Sebagian besar hernia bersifat
asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik dan
demeriksaan penunjang. Keluhan yang didapat pada pasien dengan
hernia reponibel adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
saat berbaring, keuhan nyeri jarang di jumpai, nyeri yang disertai
mual dan muntah baru timbul bila terjadi inkarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis.DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyo T.O.H., Rudiman
R 2010. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.2. Sabiston.
Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2, Jakarta : EGC.
1994.228-245.3. Hammed f. Dkk. Incisional Hernia Repair by
Preperitoneal (Sublay) Mesh Implantation Vol :3 No. 1 januari-june
2009.4. Schwartz, shires, spencer. Abdominal Wall Hernias.
Principles of surgery. 5 th Edition. The Mc Graw-Hill Compaines,
Inc, 1988. 1525-15445. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam
intisari prinsip-prinsip ilmu bedah, edisi VI, jakarta : EGC, 2000,
509-5186. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship,
international edition, The McGraw- Hill C.ompainess, inc,
singapore, 2003, 307
LAPORAN KASUS
STATUS KOASBagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu
KesehatanUniversitas Tadulako Palu
I. IDENTITAS
Nama: Tn. Ahmad Tanggal Masuk: Selasa, 17-03-2015Umur: 57 Tahun
Pekerjaan: PNSJK: Laki-laki Ruangan: Garuda bawahAgama: Islam Rumah
Sakit: RSU AnutapuraAlamat: jln Manggis
II. ANAMNESISKeluhan utama : Benjolan pada daerah bekas operasi
di perut kanan bawahRiwayat Penyakit Sekarang :Keluhan dialami
sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan tersebut
dirasakan membesar ketika pasien sedang berdiri dan pada saat
melakukan aktivitas terutama ketika mengangkat barang yang berat
dan menghilang ketika berbaring, benjolan tidak terasa nyeri. Mual,
muntah tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Demam
tidak ada.Riwayat penyakit dahulu :Pasien memiliki riwayat operasi
apendisitis 2 tahun lalu, dan menurut pasien setelah operasi pasien
dirawat di ruang ICU karena hipertensi dan selama diruang ICU
pasien mengeluhkan sering batuk-batuk.Riwayat penggunaan obat:
Amlodipin 10 mg (1x1), dan Micardis 80 mg (1x1) Riwayat peyakit
lain : Pasien memiliki riwayat hipertensi, riwayat penyakit
diabetes melitus tidak ada.
III. PEMERIKSAAN FISIK.
BB: 62 Kg TB: 165 cmGCS : E4V5M6Status generalisata: Sakit
Sedang/ Composmentis/ Gizi KurangTanda Vital: TD: 120/80
mmHgPernapasan: 20 x/menitNadi: 90 kali/menitSuhu aksilla: 36.7 C
Kepala : NormocephalMata: Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterus
(-)Mulut: Bibir sianosis (-), tonsil T1:T1 tidak hiperemis Leher :
Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (-), Deviasi Trakea (-)Thoraks:
Inspeksi : Simetris kiri = kanan Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri
Tekan (-), Vokal Fremitus kiri = kanan Perkusi : Sonor bilateral
Auskultasi : Bunyi Pernapasan : Vesikuler Bunyi Tambahan : Rhonki
-/-, Wheezing -/-Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba Perkusi: Batas jantung kesan
normal Auskultasi: BJ I/II murni reguler, bising (-)Abdomen
Inspeksi : Pada daerah kuadran kanan bawah terdapat benjolan
sebesar telapak tangan orang dewasa dengan ukuran (p x l) 7 x 4
cm., bentuk tidak teratur, berbatas tegas, warna kuit sama dengan
kulit sekitarnya, di tengah benjolan terdapat jaringan sikatrik
berbentuk memanjang dengan ukuran (pxl) 4x1 cm didaerah Mc burney,
warna kecoklatan.Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal Perkusi
: TimpaniPalpasi : Massa Tumor (+), konsistensi kenyal (+) Nyeri
Tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba.
Genitalia : Genitalia eksterna udem (-), eritema (-)Ekstremitas
: Deformitas (-), Akral Hangat (+)
IV. RESUMEPasien laki-laki umur 57 tahun masuk dengan keluhan
adanya benjolan daerah bekas operasi di perut kanan bawah yang
dialami sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan tersebut
dirasakan membesar ketika pasien sedang berdiri dan pada saat
melakukan aktivitas terutama ketika mengangkat barang yang berat
dan menghilang ketika berbaring, Pasien memiliki riwayat operasi
apendisitis 2 tahun lalu dan ada riwayat hipertensi.Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg, Nadi 90
x/m, reguler, kuat angkat, respirasi 20x/m, suhu 37 c. GCS E4V5M6.
Pada pemeriksaan abdomen pada daerah kuadran kanan bawah terdapat
benjolan sebesar telapak tangan orang dewasa dengan ukuran (p x l)
7 x 4 cm., bentuk tidak teratur, berbatas tegas, warna kuit sama
dengan kulit sekitarnya, konsistensi kenyal, di tengah benjolan
terdapat jaringan sikatrik berbentuk memanjang dengan ukuran (pxl)
4x1 cm didaerah Mc burney, warna kecoklatan.
V. DIAGNOSIS AWALHernia Insisional reponibilis dextraVI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LaboratoriumDarah Rutin RBC: 4 83 x
1012/L(4,5 - 6.5)(N)WBC: 5.20 x 109/L(4,0 10,0)(N)Hb: 14.7 g/dL(12
- 18)(N)Hct: 44.9 %(35 - 52)(N)Plt: 157 ribu/ul (150 - 450)(N)
Kimia Darah GDS: 90 mg/dL(70 - 200)(N)Ureum: 22 mg/dL(10 -
50)(N)Kreatinin: 1.39 mg/dL(0.70 1.20)()SGPT: 14(7-32)(N)SGOT:
21(6-30)(N)
VII. DIAGNOSIS AKHIRHernia Insisional reponibilis dextraVIII.
PENATALAKSANAANMedikamentosa :IVFD Futrolit20 tpmAmlodipin 10 mg
(1x1)Micardis 80 mg (1x1)Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivInj.
Ketorolac 30 mg/8 jam/ivInj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ivNon
Medikamentosa :Tirah baringDiet lunakTindakan Operatif
(hernioraphy)
FOLLOW UP
NoTanggal& JamFollow UpTanda Tangan
1
2
3
4
17/03-1506.30
18/03/15
19/03/15
20/03/1506.30
S : Nyeri bekas operasi (+).O : TTV : TD 120/80 mmHg, N 80 x/m,
S 36.5oC, P 18 x/mMata : K. Anemis (-)/(-), S. Ikterik
(-)/(-)Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)
Status lokalis Regio : Abdomen Inspesi : Dinding perut datar,
mengikuti gerak nafas, tampak jaringan bekas operasi Auskultasi :
Peristaltik (+) kesan menurun Perkusi : Timpani Palpasi : Nyeri
tekan disekitar bekas operasiA : Post op hernioraphy H0P :
Instruksi post op IVFD RL 28 tpm Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/
IVInj. Ketorolac 30 mg/8 jam/ivInj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ivAsam
traneksamat 1amp/8 jamJam 18:00 boleh minum sedikit-sedikit.
S : Nyeri bekas operasi (+), belum BAB O : TTV : TD 120/80 mmHg,
N 80 x/m, S 36 C, P 18 x/mMata : K. Anemis (-)/(-), S. Ikterik
(-)/(-)Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)Status
lokalis Regio : Abdomen Inspesi : Dinding perut datar, mengikuti
gerak nafas, tampak jaringan bekas operasi Auskultasi : Peristaltik
(+) kesan normal Perkusi : Timpani Palpasi : Nyeri tekan disekitar
bekas operasi
A : post op hernioraphy hari ke 1P : IVFD RL 28 tpm Inj.
Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IVInj. Ketorolac 30 mg/8 jam/ivInj.
Ranitidin 1 amp/12 jam/iv Syr Solac 3x1 cth
S : Nyeri bekas operasi (-), BAB normalO : TTV : TD 120/80 mmHg,
N 80 x/m, S 36 C, P 18 x/mMata : K. Anemis (-)/(-), S. Ikterik
(-)/(-)Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)Status
lokalis Regio : Abdomen Inspesi : Dinding perut datar, mengikuti
gerak nafas, tampak jaringan bekas operasi Auskultasi : Peristaltik
(+) kesan normal Perkusi : Timpani Palpasi : Nyeri tekan disekitar
bekas operasi
A : post op hernioraphy Hari ke 2P : Instruksi post op IVFD
Futrolit 28 tpm Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IVInj. Ketorolac 30
mg/8 jam/ivInj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv Syr Solac 3x1 cth Diet
lunak Ganti verban
S : Nyeri bekas operasi (-) O : TTV : TD 120/80 mmHg, N 80 x/m,
S 36 C, P 18 x/mMata : K. Anemis (-)/(-), S. Ikterik (-)/(-)Thoraks
: BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)A : post op
hernioraphy H-3P : Instruksi post op AFF infus Asam Mefenamat
3x1Cefixim 2x1 Kontrol poli
Page | 17