Top Banner
Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara Kromatografi Kolom DOSEN PENGAMPU : Ghani N.F, S.Farm.,Apt DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C ) NAMA ANGGOTA : 1. AYU PRACHILIA S. ( 18123462 A ) 2. DEWI LARASWATI ( 18123463 A ) 3. RINI PRAMUATI ( 18123464 A ) 4. LAILA TASBICHA ( 18123465 A ) 5. ANASTASIA HIRYA ( 18123466 A ) 6. DOLIK PRASETYO ( 18123467 A ) 7. SITI FAIZATUL M. ( 18123468 A )
24

Laporan Isolasi Dan Identifikasi Kurkumin

Oct 04, 2015

Download

Documents

Rini Pramuati

Laporan Isolasi Dan Identifikasi Kurkumin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara Kromatografi Kolom

DOSEN PENGAMPU :Ghani N.F, S.Farm.,Apt

DI SUSUN OLEH :KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C )NAMA ANGGOTA :1. AYU PRACHILIA S.( 18123462 A )2. DEWI LARASWATI( 18123463 A )3. RINI PRAMUATI( 18123464 A )4. LAILA TASBICHA( 18123465 A )5. ANASTASIA HIRYA( 18123466 A )6. DOLIK PRASETYO( 18123467 A )7. SITI FAIZATUL M.( 18123468 A )

LABORATORIUM FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SETIA BUDISURAKARTA2014PEMISAHAN, IDENTIFIKASI FRAKSI KURKUMINOID DARI RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZAE RHIZOMA) SECARAKROMATOGRAFI KOLOM

I. TUJUANSetelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami dan melakukan :1. Memahami ekstraksi senyawa organik dari simplisia tanaman dengan metode refluk.2. Memahami pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi kolom vakum.3. Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis tpis.

II. DASAR TEORISistematika tanaman temulawak

Kerajaan: Plantae Divisio : Spermatophyta Sub-divisio: Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili: Zingiberaceae Genus: Curcumae Spesies: Curcuma xanthorrhiza

Makroskopis : keping tipis, berbentuk bundar/jarang, keras, rapuh, permukaan berkerut warna coklat kekuningan, melungkung tidak beraturan. Mikroskopis: epidermis bergabus dan terdapat sedikit rambut, yang berbentuk kerucut bersel satu. Hiperdermis agak menggabus, kortek silinder dan sel parenkimatik terdiri dari sel parenkim berisi butir pati.Kurkuminoid

Struktur kurkuminoid temulawak

Temulawak mengandung fraksi kurkuminoid, pati, dan minyak atsiri. Fraksi pati merupakan kandungan terbesar (48,18%-59,64%). Fraksi kurkuminoid 1,602,20%) yang terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkuminoid dan turunannya. Kandungan kurkuminoid temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan desmetoksi kurkumin. Minyak atsiri (6,0010,00%) yaitu isofuranogermaken, trisiklin, allo-aromadendren, xanthorrizol. Kurkumin bersifat sukar larut dalam air, heksana, dan light petroleum. Agak sukar larut dalam benzene, kliroform dan eter. Larut dalam alkohol aseton dan asam asetat glasial.Kandungan minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). khasiat temulawak seperti sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag, sakit perut, produksi asi, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan, jerawat.Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan tidak murni. Biasanya senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan yang memerlukan bahan baku kimia dalam keaadaan murni, proses pemisahan perlu dilakukan. Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun campuran.Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut.Kurkuminoid dapat diisolasi dari Temulawak, kunyit atau beberapa tanaman lain yang telah diketakui mengandung Kurkuminoid .Isolasi kurkuminoid dapat dilakukan dengan berbagai metode dan variasi modifikasi. Kurkuminoid rimpang temulawak adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang bernama kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas tidak bersifat toksik. Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (Bobot molekul = 368) sedangkan desmetoksi kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 385.Isolasi kurkumin dilakukan melalui beberapa tahap,tahap pertama ekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut pertroleum eter dan ampasnya diekstraksi dengan metanol.kemudian ekstrak pekatnya dikromatografi kolom vakum yang dielusi dengan campuran n-heksan, etil asetat dan metanol secara gradien. Fraksi yang mengandung kurkuminoid dikromatografi kolom untuk memisahkan kurkumin dengan adsorben silika gel dan eluen kloroform-asam asetat glasial (9:1).

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM1) Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat-zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksicounter current.Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutancoal tar.Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSIAda beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya :1) Suhu dan KelarutanBahan yang diekstraksi biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

2) Ukuran partikelSemakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.3) Faktor solvenKafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein.

Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :a) Ekstraksi padat-cair (Leaching) adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dilakukan jika bahan yang dimaksud larutnya dalam solvent pengekstrak.b) Ekstraksi cair-cair adalah suatu proses transfer massa zat terlarut (solut) diantara 2 pelarut yang tidak saling campur. Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran berbentuk cair. Tujuan utama ekstraksi pelarut adalah purifikasi. Purifikasi dapat terjadi jika solut memiliki koefisien partisi besar sedangkan pengotor memiliki koefisien partisi yang lebih rendah. Kegunaan lainnya untuk pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan koefisien distribusinya, hal ini terjadi jika dua senyawa memiliki sifat kimia sangat berbeda.

2) KromatografiDasar pemisahan yaitu didasarkan atas perbedaan kecepatan migrasi komponennya atau senyawa-senyawa yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan secara selektif oleh fase diam, yang bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dengan waktu yang tidak terlalu lama. Metode kromatografi yang dipakai pada pratikum ini antara lain :a) Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan zat yang cepat dengan menggunakan bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas/kaca, logam, atau lapisan lain yang sesuai. Mekanisme pemisahannya yaitu adsorpsi dan partisi. Penilaian kromatogram berdasarkan angka Rf pada lempeng KLT. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf.b) Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka.Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.

Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan pelarut yang akan digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah pemisahan lambat; penjerapan linarut yang tidak bolak-bali; dan tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil. Kombinasi antara kromatografi kolom kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap.

Analisis rendemen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

III. ALAT DAN BAHAN1) Ekstraksi Alat : Labu alas bulat- Kondensor Selang air- Klem dan statif Kaki tiga- Lampu spirtus Panci penaangas air- Kertas saring Corong- Kapas Erlenmeyer. Bahan : serbuk temulawak, petroleum eter, methanol

2) KKV Alat : Kolom- Vakum Beaker glass- Batang pengaduk Botol Bahan : ekstrak temulawak, heksan, etil asetat, methanol

3) KLT Alat : Bak kromatografi- Lempeng KLT silika gel GF254 Beaker glass- Pipa kapiler Kertas saring- Papan kromatografi Beaker glass Bahan : ekstrak temulawak, fraksi, methanol, heksan, etil asetat, asam asetat

a. Ekstraksi secara refluks

b. Kromatografi lapis tipis

c. Kromatografi kolom

d. Fraksi setelah di KKV

Fraksi 1-5 sebelum diuapkanFraksi 1-5 setelah diuapkan

Fraksi 6-11 sebelum diuapkanFraksi 6-11 setelah diuapkan

IV. CARA KERJA1. Penyiapan Ekstrak

2. Pemisahan Komponen Senyawa Aktif Dengan KKV

V. HASIL PERCOBAAN1) Kromatografi Lapis TipisFase Gerak: CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial = 94 : 5 : 4Fase Diam: Silika gel GF254Deteksi 254 nm: Pada sampel : Peredaman warna ungu. Pada Standar : peredaman warna ungu.

Deteksi UV 254 nm

Deteksi UV 366 nm

VI. ANALISIS HASIL1) Berat kaca arloji + Ekstrak = 42,594 gramBerat kca arloji= 41,919 gramBerat Ekstrak= 0,665 gram

Tabel 1.Hasil Analisis Data Setiap Fraksi No.FraksiBerat Botol KosongBerat Botol Sesudah DiuapkanBerat Fraksi Ekstrak% Rendemen (

1Fraksi N-heksan 100 ml100,054100,5670,51377,14 %

2Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 8 : 2 dalam 50 ml85,80986,1040,29544,36 %

3Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 6 : 4 dalam 50 ml101,073101,5270,45468,27 %

4Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml88,95489,2840,33049,62 %

5Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml99,102102,0282,926440 %

6Fraksi Etil Asetat 50 ml91,42994,0102,851388,12 %

7Fraksi Etil Asetat : Metanol = 8 : 2 dalam 50 ml88,07291,6543,573537,29 %

8Fraksi Etil Asetat : Metanol = 6 : 4 dalam 50 ml84,99185,8870,896134,73 %

9Fraksi Etil Asetat : Metanol = 4 : 6 dalam 50 ml88,34789,4181,071161,05 %

10Fraksi Etil Asetat : Metanol = 2 : 8 dalam 50 ml83,93186,7742,843427,51 %

11Fraksi Metanol 100 ml99,306103,6004,294645,71 %

Tabel 2. Perhitungan Rf dari Setiap Fraksi, Sampel, dan Standar1) Rf Standar Kurkumin

2) Rf Fraksi N-heksan (Sampel)

3) Rf Fraksi N-heksan 100 ml Tidak mengalami elusi

4) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 8 : 2 dalam 50 ml

5) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 6 : 4 dalam 50 ml

6) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml

7) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml

8) Rf Fraksi Etil Asetat 50 ml

9) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 8 : 2 dalam 50 ml Tidak mengalami elusi

10) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 6 : 4 dalam 50 ml

11) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 4 : 6 dalam 50 ml

12) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 2 : 8 dalam 50 ml

13) Rf Fraksi Metanol 100 ml Tidak mengalami elusi

VII. PEMBAHASANPada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemisahan dan identifikasi fraksi kurkumoid dari rimpang temulawak secara kromatografi kolom.Dalam percobaan ini dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi kolom vakum ,kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis tipis.Pada percobaan ini dilakukan pembacaan noda pada kromatografi lapis tipis dengan panjang gelombang pada UV 254 nm,lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng fluoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Setelah dilakukan identifikasi fraksi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan eluen yang cocok sehingga diperoleh pemindahan yang baik pada sampel.Pada percobaan ini dilakukan identifikasi senyawa dengan KLT menggunakan Fase Gerak CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial = 94 : 5 : 4,Fase Diam Silika gel GF254.Identifikasi ini untuk menentukan nilai Rf dari masing-masing fraksi untuk dibandingkan dengan nilai Rf dari standar Kurkuminod.Dimana nilai Rf dari elusi masing-masing fraksi yang sama atau mendekati dengan nilai Rf dari standar maka fraksi tersebut dikatakan mengandung senyawa Kurkuminoid .Dari pemeriksaan KLT tersebut dilakukan identifikasi dengan menggunakan beberapa tingkat konsentrasi pelarut dengan masing-masing perbandingan yang berbeda seperti yang tercantum pada tabel hasil di atas,serta diperoleh dua elusi dengan nilai Rf pada standard Kurkuminoid sebesar 0,23 dan 0,39 .Dari semua hasil data nilai Rf diatas nilai Rf pada Fraksi N-heksan (Sampel) elusi B sebesar 0,39.begitu pula pada Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml diperolah nilai Rf sebesar 0,25.dimana nilai ini mendekati Rf standar dari kurkuminoid.Berdasarkan hasil tersebut,nilai Rf eluen yang mendekati standar adalah pada pelarut yang bersifat polar.Hal ini dikarenakan senyawa Kurkuminod elusinya lebih mendekati pelarut polara dari pada non polar.

VIII. KESIMPULAN

IX. DAFTAR PUSTAKAFransiska Leviana.,M.Sc.,Apt.,Mamik Ponco Rahayu.,M.Si.,Apt. 2014. Petunjuk Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi. Surakarta. https://hadyherbs.wordpress.com/2011/12/05/kurkumin-dari-rimpang-temulawak/https://www.google.com/search?q=temulawak&biw=1366&bih=657&source=lnms&sa=X&ei=vc96VJCWJMWLuwSe9YJQ&sqi=2&pjf=1&ved+0CAsQ_AUoAA&dpr=1#q=klasifikasi+temulawak