BAB I PENDAHULUAN Lingkungan ternak merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak dengan memanfaatkan proses fisiologi ternak. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Sehingga lingkungan ternak adalah lingkungan yang berada disekitar ternak dalam skala tertentu yang dapat mempengarungi proses fisiologis ternak. Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro. Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak. Lingkungan mikro terdiri dari komponen-komponen: lingkungan fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan hayati, lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan ternak merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas ternak dengan memanfaatkan proses fisiologi ternak.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta
flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.
Sehingga lingkungan ternak adalah lingkungan yang berada disekitar
ternak dalam skala tertentu yang dapat mempengarungi proses fisiologis
ternak.
Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat
perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan
rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan
interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2
yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro.
Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh
secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak.
Lingkungan mikro terdiri dari komponen-komponen: lingkungan
fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan hayati, lingkungan sosial. Lingkungan
fisik meliputi kelembaban, suhu udara, panjang penyinaran, tekanan
udara, pencahayaan, kecepatan angin, radiasi sinar matahari, curah
hujan, lahan kandang dan peneduh. Lingkungan kimiawi meliputi
komposisi dan susunan, ikatan-ikatan kimiawi, debu, arang, pasir, tanah,
tanaman, asap. Lingkungan hayat meliputi mikroorganisme, predator atau
pemangsa, manusia, ketakutan, dan penyakit. Lingkungan sosial antara
lain adalah cara pemeliharaan misalnya pemeliharaan intensif, semi
intensif maupun pemeliharaan ekstensif. Faktor lingkungan tersebut akan
mempengaruhi proses fisiologi ternak itu sendiri. Apabila keadaan
lingkungan mendukung untuk proses fisiologi, maka ternak merasa
1
dita nur azizah, 05/18/12,
Aq g mw ngoreksi lagi atau bahkan acc kalo kalian g ketemu aq,,
dita nur azizah, 05/18/12,
Sama kyk punya widitya kata-katanyapun mirip bgt,,tp yg ini udah tak ubah dikit,,,ko’ bisa ya???
Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat, 1 derajat untuk
angin arah dari utara, 90 derajat untuk angin arah dari timur, 180 derajat
untuk angin arah dari selatan, 270 derajat untuk angin arah dari barat
(Anonim, 2012). Praktikum pengamatan arah angin hanya dilakukan di
luar ruangan dan pada awal pengamatan dilakukan pada pukul 11.28
18
dita nur azizah, 05/18/12,
Dibenerin grafiknya masa ya tulisan ma gambarnya tabrakan
dita nur azizah, 05/18/12,
Idem kyk yang diatasnya
dengan arah angin 230 dan berakhir pada pukul 12.58 dengan arah angin
yang 250.
Status Faali
Praktikum status faali ini bertujuan untuk membandingkan
pengaruh variable yang satu dengan laninnya. Variable yang dgunakan
adalah suhu dan klelembaban di dalam dan diluar ruangan, warna bulu,
jenis kelamin dan diuji hubungannya dengan status faali yang meliputi
respirasi, pulsus dan temperatur rektal.
Respirasi
Respirasi meliputi semua proses kimia dan fisik dimana organisme
menukar udara atau gas dengan lingkungannya. Respirasi sederhana
terjadi secara langsung, tetapi pada hewan tingkat tinggi memiliki sistem
organ yang tersusun lebih jelas. Sistem respirasi pada hewan mamalia
terdiri dari paru-paru dengan segala kelengkapan yang meliputi otot yang
mengelilinginya beserta thorac, syaraf afferent dan efferent yang
berhubungan erat dengan larynk yang berfungsi untuk ekspirasi dan
inspirasi (Duke’s, 1995).
Berikut hasil pengukuran respirasi ayam dan kelinci jantan betina
yang ditunjukkan pada tebel 6 dan 7.
Tabel 6. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci jantan.Jenis ternak Hitam Putih
Dalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruangKelinciAyam
81,7733,96
151,7534,33
83,5539,22
147,1327,12
Tabel 7. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci betina.Jenis ternak Hitam Putih
Dalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruangKelinciAyam
74,7843,6
150,6741,33
80,6638,6
153,127,6
19
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran respirasi kelinci dan ayam
didapat hasil bahwa respirasi ternak tersebut bervariasi. Perbedaan
frekuensi respirasi pada ternak yang berada didalam dan diluar ruangan
ini berkaitan dengan panas yang diterima tubuh. Kelinci dan ayam yang
berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak
langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada
diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan dari sinar matahari
langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).
Kisaran respirasi pada kelinci adalah 37 kali/menit (Frandson,
1992). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi kelinci adalah
ukuran tubuh, umur, aktivitas, temperatur lingkungan, kebuntingan, dan
kondisi patologis (Duke’s, 1995).
Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 15 sampai 40
kali/menit (Frandson, 1992). Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi
ayam antara lain aktivitas bergerak, suhu lingkungan yang lebih tinggi
ataupun kelembaban yang lebih dari 50% dan tidak menutup
kemungkinan karena faktor stres pada ternak (Swenson and Reece,
1993). Berdasarkan literatur diatas frekuensi respirasi pada ayam maupun
kelinci baik di dalam maupun diluar ruangan dalam kisaran normal.
Pulsus
Pulsus merupakan suatu gelembung yang terbentuk akibat naiknya
tekanan systole dari jantung yang kemudian menjalar sepanjang arteri dan
kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada organ yang keras,
misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan jantung dalam
memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima dara ke dalam
bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel menuju jaringan dan
selanjutnya kembali lagi ke jantung (Frandson, 1992). Adapun hasil
pengukuran pulsus kelinci dan ayam yang ditunjukkan pada tabel 8 dan 9.
20
dita nur azizah, 05/18/12,
Sumpah se sub bab ini bener2 bukan mirip lagi ngeplek malah sama widit???,,,kalian ki niat g e????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
dita nur azizah, 05/18/12,
Ini kata2 yg sama persis ngeplek ma punya widit???,,,apa tak koreksi satu aja ntar nilainya bagi 2 aja ya….Ko’ banyak yg mirip ,,
Tabel 8. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci jantan.
Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang
KelinciAyam
143,22308,4
75,8128,7
131,33309,4
72,33137,33
Tabel 9. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci betina.
Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang
KelinciAyam
120,33296,6
79,1127,7
124,11311,3
74,66131,33
Hasil pengukuran pulsus pada kelinci dan ayam lebih tinggi pada
pengukuran di dalam ruangan. Perbedaan frekuensi pulsus pada ternak
yang berada didalam dan diluar ruangan ini berkaitan dengan panas yang
diterima tubuh. Kelinci dan ayam yang berada di dalam ruangan
terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak langsung mengenai
tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada diluar ruangan tidak
mendapatkan perlindungan dari sinar matahari langsung, sehingga
frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).
Kisaran pulsus kelinci di luar ruangan jauh di bawah normal. Duke’s
(1995), menyatakan bahwa kisaran normal pulsus pada kelinci adalah 120
sampai 140 kali/menit. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh suhu
lingkungan, bangsa atau spesies maupun besar kecilnya ukuran tubuh
(Swenson, 1997).
Kisaran pulsus ayam di luar ruangan juga dibawah kisaran normal
baik berdasarkan warna bulu. Kisaran normal pulsus ayam adalah 150
sampai 304 kali/menit (Duke’s, 1995).
Temperatur Rektal
Temperatur tubuh adalah salah satu indikator fisiologi kondisi
kesehatan ternak. Angka temperatur ini didapatkan dari pengukuran
sistem temperatur rektal, karena dianggap pada temperatur rektal
perubahan suhunya belangsung terus menerus secara perlahan-lahan.
21
dita nur azizah, 05/18/12,
Ini spasi 1,,ntar yang laen dibenerin ya…
Ternak mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda-beda terhadap
perubahan suhu lingkungan yang disebut toleransi panas. Terdapatnya
variasi temperatur ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan
temperatur tubuh, pulsus dan fertilitas (Frandson, 1992).
Suhu atau temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam
dari suatu tubuh ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Berdasarkan
hasil pengukuran temperatur rektal didapat data yang ditunjukkan pada
tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci jantan.
Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang
KelinciAyam
36,9940,92
37,4341,55
36,9139,22
36,341
Tabel 11. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci betina.
Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang
KelinciAyam
36,5641
37,9441,9
36,4238,67
38,5741,47
Kisaran rata-rata temperatur rektal pada kelinci dan ayam masih
dalam batas normal. Menurut Swenson (1997), kisaran normal temperatur
rektal kelinci adalh 30,6 sampai 40,1°C, sedangkan menurut Duke’s
(1995), kisaran normal temperatur rektal ayam adalah 40,3 sampai
43,6°C. temperatur tubuh ternak yang normal besarnya sangat bervariasi
menurut umur, jenis kelamin, waktu dalam sehari (Swenson, 1997).
Ternak yang mempunyai warna bulu yang berbeda memiliki
temperatur rektal yang berbeda pula. Kelinci jantan yang berwarna hitam
mempunyai temperatur rektal yang lebih tinggi daripada kelinci jantan
yang berwarna putih. Menurut Anonim (2012), warna hitam lebih banyak
menyerap panas dari pada warna putih. Penyerapan akan disalurkan
dalam proses metabolisme tubuh yang akan berhubungan dengan proses
fisiologis tubuh ternak tersebut.
22
dita nur azizah, 05/18/12,
2 tabel ini komennya Idem ma yang diatas
Acara II
Iklim Mikro
Iklim mikro yang diamati pada saat praktikum dilakukan di dataran
tinggi daerah Turen, kaliurang dan di dataran rendah di daerah pantai
Depok. Pengamatan yang dilakukan meliputi suhu udara, kelembaban
udara, tekanan udara kecepatan angin dan arah angin.
Suhu udara
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan hasil
Tabel 29. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing
Status faaliValues
JK T JK*TTemp. rektal 0.001 S 0.002 S 0.009S
Respirasi 0.002 S 0.000 S 0.000 S
Pulsus 0.952NS 0.585NS 0.505NS
Keterangan: * = interaksi perlakuan
S = signifikan
NS = non signifikan
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa adanya
pengaruh yang signifikan pada jenis kelamin, ketinggian tempat terhadap
temperatur rektal dan respirasi. Interaksi jenis kelamin dan ketinggian
tempat juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respirasi dan
temperatur rektal.
37
dita nur azizah, 05/18/12,
spasi 1
dita nur azizah, 05/18/12,
idem ma sub bas suhu yang di atas
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
iklim mikro yang penting bagi lingkungan ternak antara lain adalah curah
hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan intensitas
penyinaran. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur iklim mikro yaitu
weather station dan hygrometer.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pengukuran
terhadap status faali, dapat diketahui bahwa pengukuran di dalam
ruangan dan setelah dijemur serta pengukuran di dataran rendah maupun
dataran tinggi memberikan hasil yang berbeda. Faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan ternak diantaranya adalah lingkungan
yang meliputi temperatur, kelembaban, dan ketinggian tempat.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Analisis Klimatologi. Available at http://mysimplebiz.info/tutorial. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Dasar-dasar lmu Klimatologi. Available at http://f4iz4l.blogspot//tutorial. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Kelembaban udara. Available at http://www.pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../13039-1-325714992571.doc. Accessed by 28 April 2012
Anonim. 2012. Ketinggian tempat. Available at http://www.oocities.org/h_artono/bantul/geografi.htm. Accessed by 28 April 2012
Anonim. 2012. Radiasi sinar matahari. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_Matahari. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Suhu udara. Available at http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm Accessed by 28 April 2012
Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Company : Ithaca New York.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kartasapoetra. 1993. Pengantar Iklim. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Kasip, L.M. 1995. Kemampuan Kerja, Dinamika Fisiologis Dan Metabolit Darah Sapi Bali Betina Dalam Mengolah Lahan Pertanian Berdasarkan Lebar Mata Bajak. Tesis S2. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Prawirowardoyo. S. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB. Bandung
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.
Swenson. M. O. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. Second Edition. The English Language Book Society and Loghman Gropup Limited. English.
Swenson, M. J. dan Reece, W. O. 1993. Dukes’ Physiology of Domestic Animals. 11th edition. Comstok Publishing Associates a division of Cornell University Press. Ithaca.
Tjasjono. Bagong. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Williamson, G dan W.J.A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.