Top Banner
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian, salah satu contohnya adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dalam bekerja agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan keselamatannya pada saat bekerja, karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan dapat bekerja lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut. Kemampuan seseorang sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas fisiologis, psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus dihadapi. Potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja, peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat yang akan mengakibatkan penyakit akibat kerja, sehingga kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap potensi bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin. Sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sarat dengan muatan Hak Azasi Manusia (HAM) termasuk salah satu
35

Laporan Hiperkes

Apr 14, 2016

Download

Documents

Nilam Permata

laporan mengenai hiperkes
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Hiperkes

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang MasalahSetiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian, salah satu

contohnya adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dalam

bekerja agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan keselamatannya pada saat

bekerja, karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan dapat bekerja

lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat.

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan

baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut. Kemampuan

seseorang sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas

fisiologis, psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang

dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus dihadapi.

Potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja,

peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat yang akan mengakibatkan

penyakit akibat kerja, sehingga kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap

potensi bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin.

Sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sarat dengan muatan

Hak Azasi Manusia (HAM) termasuk salah satu syarat dalam memenuhi tuntutan

globalisasi dunia sehingga K3 perlu mendapat perhatian kita untuk lebih

dimasyarakatkan kepada seluruh dunia usaha dan unsur terkait

lainnya. Pengembangan dan peningkatan K3 di sektor kesehatan perlu dilakukan dalam

rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat

hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.

Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara

umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya

saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia

akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan

tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Hal tersebut perlu didukung dengan

Page 2: Laporan Hiperkes

tenaga kerja yang kompeten. Oleh karena itu, disamping perhatian perusahaan,

pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau

bermartabat.

I.2 Dasar HukumDengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha

demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada

beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :

A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja

B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan

C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja

E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja

F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja

G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja

H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan

narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja

I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes

bagi dokter perusahaan

J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes

bagi paramedic perusahaan

K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan

tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja

L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.

M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang

makan

N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang

mengelola makanan bagi tenaga kerja

Page 3: Laporan Hiperkes

I.3 Profil Perusahaan

Identitas Perusahaan

1. Nama : P.T. Martina Berto, Tbk.

2. Sektor usaha : Pembuatan kosmetik dan obat tradisional

3. Alamat : Jl. Pulo Kambing II no.1 Kawasan Industri Pulogadung/Jakarta

Industrial Estate Pulogadung Jakarta–13930 , Indonesia Phone : 62-21-

4603717 Fax : 62-21-46826316

4. Jumlah pekerja : ± 1500 orang

Tenaga Kerja di Galangan 1: 777 orang

5. Waktu kerja : pukul 07.30 – 16.30 WIB

6. Dokter perusahaan : 3 orang, Perawat: 1 orang

VISI :

Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa yang terkemuka di dunia

dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan

teknologi modern, penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan

nilai tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya.

MISI :

1. Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan

kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan standar

mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai

segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan menengah-

bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek mampu mencapai

posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang dimasukinya.

2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi

yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk;

3. Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis;

Page 4: Laporan Hiperkes

4. Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan

produktif sebagai bagian dari aset Perseroan;

5. Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang esien dan efektif

di seluruh unit dan fungsi usaha;

6. Menerapkan ‘’Good Corporate Governance’’ secara konsisten demi

kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders);

7. Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang saham;

8. Mengembangkan pasar internasional kosmetika, produk spa dan herbal

dengan fokus jangka menengah di kawasan Asia Pacic dan fokus jangka

panjang di pasar global dengan produk danmerek pilihan.

I.4 Landasan Teori

ERGONOMI

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor

Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa

untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum

agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan

kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)

serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.

Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat

dengan produktivitas dan kepuasan kerja.

Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,

informal dan tradisional.

Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan lingkungan

yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat

dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa

hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.

Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan

kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan

mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,

Page 5: Laporan Hiperkes

2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama

sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem

kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional

antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-

mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan

akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi

berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah

baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

1. Teknik

2. Fisik

3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan

persendian

5. Anthropometri

6. Sosiologi

7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take dan

aktivitas otot.

8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:

1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani

dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana

posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua

kaki.

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja

Page 6: Laporan Hiperkes

dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri

barat dan timur.

3. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol

yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,

punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,

jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi

medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :

1. Pemeriksaan sebelum bekerja

Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.

2. Pemeriksaan berkala

Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya

danmendeteksibila ada kelainan.

3. Nasehat

Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda

danyang sudah berumur.

KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban

kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh

produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja

bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,

mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan

Page 7: Laporan Hiperkes

perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif.

Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu

seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu

terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan

promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja

sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:

Mengembangkan perilaku kerja sehat

Menumbuhkan lingkungan kerja sehat

Menurunkan angka absensi sakit

Meningkatkan produktivitas kerja

Menurunnya biaya kesehatan

Meningkatnya semangat kerja

Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang

disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja

ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan

pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang

kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan

sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif

diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.

Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja

menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi,

kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi,

tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui.

Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal

Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang

Kemampuan fisik pekerja yang berkurang

Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan

Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,

Page 8: Laporan Hiperkes

Pekerja tidak teliti

Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya

berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit

degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut

seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan

untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang

optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.

Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja

merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus

memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal.Penyakit yang

sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil

langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

Pencegahan HIV-AIDS dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba di Tempat Kerja

A. Dasar hukum

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No Kep.

68/MEN/2004 tentang Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat Kerja.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.

11/MEN/VI/2005 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya di Tempat Kerja.

B. Prinsip-prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yng berlaku bagi

aspek pekerjaan daan semua tempat kerja, termasuk sektor kesehatan:

Page 9: Laporan Hiperkes

Pedoman bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS ini dibahas

dan disyahkan pada pertemuan para ahli dariunsur tripartit yang dilaksanakan tanggal

19-21 April 2005 di Jenewa

1. Definisi AIDS dan HIV

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) yaitu Sekelompok kondisi medis

yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh, sering berwujud infeksi ikutan (infeksi

oportunistik) dan kanker, yang hingga saat ini belum bisa disembuhkan.

HIV (Human immunodeficiency virus) yaitu virus yang memperlemah sistem

kekebalan tubuh, dan pada akhirnya menyebabkan AIDS.

2. Prinsip

10 prinsip -prinsip kunci dari Kaidah ILO tentang HIV/AIDS dan Dunia Kerja

yang berlaku bagi semua semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk

sektor kesehatan.

(a) Isu tempat kerja: HIV/AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi

angkatan kerja, dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam

membatasi penularan dan dampak epidemi nya.

(b) Non-diskriminasi: Seharusnya tidak ada diskriminasi atau stigma terhadap pekerja

berdasarkan status HIV yang nyata atau dicurigai.

(c) Kesetaraan gender :Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan

wanita adalah penting untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat

mengeloladampaknya.

(d) Lingkungan kerja yang sehat: Tempat kerja harusmeminimalkan risikopekerjaan,

dan disesuaikan dengan kesehatan dan kemampuan pekerja.

(e) Dialog sosial:Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan

kerjasama dan saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah.

(f) Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan pekerjaan: Tes HIV di tempat kerja

harus dilaksanakan sebagaimana dijelas kan dalam kaidah ILO, harus bersifat

Page 10: Laporan Hiperkes

sukarela dan rahasia, dan tidak boleh digunakan unt uk menskrining pelamar atau

pekerja.

(g) Kerahasiaan: Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja,

harus di batasioleh aturan dankerahasiaan yang ditentuk an dalam instrumen ILO yang

ada.

(h) Melanjutkan hubungan pekerjaan: Pekerja denganpenyakit yang berkaitan dengan

HIV harus dibolehkan bekerja dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara

medik.

(i) Pencegahan: Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan

upaya pencegahan melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan

perilaku.

(j) Kepedulian dan dukungan: Pekerja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang

terjangkau dan mendapat santunan dari jaminan yang bersifat wajib dan jaminan yang

berkaitan dengan pekerjaan.

3. Manajemen risiko

Proses keseluruhan dari manajemen risiko mencakup langkah-langkah

identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko. Upaya -upaya

pengendalian harus dilaksanakan sesuai hirarkinya, berdasarkan efektifitasnya dalam

mengeliminasi risiko, mencegah pajanan atau mencegah kesakitan. Ini contoh dari

manajemen risiko terutama pada sektor kesehatan:

1. Identifikasi potensi bahaya

(a) Tanya para pekerja.

Suatu prosedur untuk memastikan bahwa pekerja sector kesehatan dapat

melaporkan dugaan potensi bahaya tanpa sanksi harus dibangun dan diterapkan.

Hal ini memerlukan suatu program aktif untuk mendidikpekerja sector kesehatan

tentang pentingnya pelaporan dan bagaimana dan kapan melapor.

(b) Analisa laporan kejadian pajanan terhadap darah atau cairan tubuh.Gunakan data

ini untuk menentukan kecenderungan, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan dan tugas

berisiko tinggi, mengevaluasi pelap oran dan prosedur pendokumentasian, dan

pemantauan ke -efectifan tindak lanjut dan kegiatan koreksi yang telah diambil .

Page 11: Laporan Hiperkes

(c) Lakukan survey terhadap tata ruang tempat kerja, cara kerja dan sumber-sumber

pajanan lainnya . Hal ini harus mencakup semua kemungkinan sumber pajanan

terhadap darah dan cairan tubuh, termasuk kemungkinan risiko terhadap yang ada

diluar, tapi berhubungan dengan tempat kerja; hal ini kh ususnya penting bagi pekerja

yang bertugas dalam pengolahan limbah perawatan kesehatan.S urvei harus

mengidentifikasi semua kla sifikasi pekerjaan, pengetahuan, sikap dan cara kerja yang

kelihatannya menempatkan pekerja sector kesehatan dalam risiko. Semua kegiatan

dimana pekerja sektor kesehatan dapat terpajan terhadap darah atau cairan tubuh

harus didaftar dan disesuaikan dengan klasifikasi pekerjaan.

2. Penilaian risiko

a) cara penularan HIV dan patogen melalui d arah lainnya di tempat kerja;

(b) jenis dan frekuensi pajananterhadap darah dan cairan tubuh, jumlah darah atau

cairan tubuh, semua kemungkinan jalur dan jalur yang paling mungkin untuk penularan,

jenis cairan tubuh yang ditemukan, dan analisa dari pajanan multipel ;

(c) faktor-faktor yang menunjang pajanan dan rekurensinya seperti tata ruang tempat

kerja, cara kerja dan kebersihannya, tersedianya alat pelindung diri dan

penggunaannya;

(d) Pengetahuan dan pelatihan pengusaha, supervisor dan pekerja mengenai HIV dan

infeksi melalui darah lainnya dan cara kerja aman;

(e) Apakah setiap peralatan yang digunakan kelihatannya meningkatkan atau

menurunkan risiko pajanan;

(f) Upaya pengendalian yang ada dan kebutuhan untuk upaya- upaya baru.

3. Pengendalian risiko

(a) Eliminasi:Upaya yang paling efektif adalah membuang secara sempurnapotensi

bahaya dari tempat kerja Contohnya mencakup membuang benda-benda tajam dan

jarum dan mengeliminasi semua suntikan yang tidak perlu dan menggantinya dengan

pengobatan oral dengan efek yang sama.

(b) Substitusi:Dimana eliminasi tidak mungkin, pengusaha harus mengganti cara kerja

dengan cara lain yang menimbulkan risiko lebih kecil.

Page 12: Laporan Hiperkes

(c) Pengendalian rekayasa:Pengendalian ini mengisolasi atau membuang potensi

bahaya dari tempat kerja. Upaya yang dikembangkan untuk meminimalisir pajanan

terhadap darah atau cairan tubuh harus memperhitungkan:

(i) Wadah benda tajam, juga dikenal sebagai kotak pengaman;

(ii) peralatan tehnologi yang lebih baru seperti alat yang lebih aman dengan

pencegahan kecelakaan yang diirekayasa.

(iii) faktor-faktor ergonomic seperti perbaikan pencahayaan, pemeliharaan

tempat kerja dan tata ruang tempat kerja;

(iv) pengecekan reg ular dari instrumen dan peralatan yang digunakan dalam

tempat kerja, seperti outoklaf dan peralatan dan proses sterilisasi lain, dengan

reparasi atau mengganti dengan tepat .

(d) Pengendalian administratif: Ini adalah kebijakan tempat kerja yang bertujuan

untuk membatasi pajanan pada potensi bahaya, seperti perubahan jadwal, rotasi,

atau akses kedaerah risiko.

(e) Pengendalian cara kerja : Contoh mencakup tidak ada penutupan ulang jarum,

menempatkan kemasan benda tajam setinggi mata dan dalam jangkauan tangan,

kosongkan kemasan benda tajam sebelum dia penuh dan membangun cara untuk

penanganan dan pembuangan yang aman dari alat-alat tajam sebelum memulai suatu

prosedur. Pengusaha harus memastikan bahwa cara kerja aman dilaksanakan, dan

cara kerja tidak aman dimodifikasi setelah pengendalian risiko lainnya telah diterapkan.

(f) Alat Pelindung Diri : Pengusaha harus menyediakan peralatan untuk melindungi

pekerja dari pajanan terhadap darah atau cairan tubuh.

Page 13: Laporan Hiperkes

BAB IIPELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan waktu pengamatanPengamatan tempat kerja (walkthrough survey) di PT. Martina Berto, Tbk. ini

dilakukan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada pukul 13.45 hingga 17.00.

2.2 Lokasi PengamatanPengamatan dilakukan di PT. Martina Berto, Tbk yang beralamatkan di Jl. Pulo

Kambing II no.1 Kawasan Industri Pulogadung/Jakarta Industrial Estate Pulogadung

Jakarta

Page 14: Laporan Hiperkes

BAB III

Selama pengamatan masalah pencegahan HIV-AIDS dan penanggulangan

penyalahgunaan dan peredaran narkoba di ruang lingkup kerja PT. Martina Berto, Tbk,

terdapat kelebihan dan kekurangan. Setelah wawancara kepada dokter perusahaan

tersebut didapatkan informasi bahwa pada perusahaan tersebut terdapat promosi atau

sosialisasi mengenai pencegahan HIV-AIDS dan penanggulangan penyalahgunaan dan

peredaran narkoba pada ruang lingkup kerja yang diadakan berupa penyuluhan yang

diadakan saat ada acara-acara besar yang dihadiri para pekerja, dan disini mengenai

pemeriksaan tes HIV tidak menjadi syarat skrinning rekrutmen. Namu disini terdapat

kekurangan pada usaha pencegahan yaitu belum ada upaya pencegahan yang secara

berkala baik melalui pemberian informasi/penyuluhan, pendidikan, bahkan dukungan

bagi perubahan prilaku. Dan pada pemeriksaan narkoba dilakukan pada medical check

up saat rekrutmen dan disitu sejalan dengan edukasi mengenai bahaya dan dampak

penggunaan narkoba.

Page 15: Laporan Hiperkes

BAB IIIHASIL PENGAMATAN DAN PEMECAHAN MASALAH

No

.

Unit Kerja Potensi Hazard Dampak yang

ditimbulkan

Pengendalian Standar/PP

1. Fasilitas

pelayanan

kesehatan,

personil

kesehatan

dan sarana

P3K

Petugas

kesehatan

kurang

menguasai

program

kesehatan

Kelangsungan

pelayanan

kesehatan

tidak ada jam

kerja

Tenaga kerja

Tidak

berjalannya

program

kesehatan

dengan baik

pelayanan

kesehatan

terhambat

tenaga kerja

Sosialisasi

dan pelatihan

bagi petugas

kesehatan

tentang

program

kesehatan

Administrative

control, shift

dan jadwal

kerja

Harus

Permenakertrans

kop RI No 1

Tahun 1976

tentang

Kewajiban

Latihan Hiperkes

Bagi Dokter

Perusahaan.

Permenakertrans

RI No 3 Tahun

1982 tentang

Pelayanan

Kesehatan

Tenaga Kerja.

- UU no 24 tahun

Page 16: Laporan Hiperkes

belum terdaftar

dalam BPJS

tidak mendapat

jaminan

pemeliharaan

kesehatan oleh

BPJS

mengikutserta

kan semua

tenaga kerja

dalam jaminan

pemeliharaan

kesehatan

jamsostek

2011 tentang

BPJS

- UU no 40 tahun

2004 tentang

sistem jaminan

sosial nasional

2. Penyakit

Akibat Kerja

Tidak adanya

data rinci

mengenai

epidemiologi

10 besar

penyakit

Penggunaan

masker masih

belum baik

tidak dapat

mengetahui

status kesehatan

tenaga kerja

dapat

menyebabkan

penyakit akibat

kerja misalnya

ISPA

Administratif

control. Setiap

terdapat

penyakit

akibat kerja

harus dicatat

secara rinci

dan sosialisasi

sosialisasi tata

cara

penggunaan

masker yang

baik dan

benar ,

Permenakertrans

No Per.

01/Men/1981

tentang

kewajiban lapor

penyakit akibat

kerja

Keputusan

menteri tenaga

kerja No.333

tahun 1989

tentang

diagnosis dan

laporan penyakit

akibat kerja

Permenakertrans

No Per

08/Men/VII/2010

tentang alat

pelindung diri

Page 17: Laporan Hiperkes

substitusi

masker

3. Kesesuaian

pekerja

dengan alat

(Ergonomi)

Tidak

disediakan

kursi yang

memiliki

sandaran

meskipun jam

kerja yang

lama dengan

posisi yang

statis

Tombol

pengendalian

mesin yang

letaknya lebih

tinggi dari

pekerja

Musculoskeletal

Disorder

Resiko jatuh

akibat ketidak

seimbangan

Substitusi

dengan kursi

yang memiliki

sandaran

Menyediakan

tangga kecil

untuk tenaga

kerja

Melakukan

penyuluhan

bagaimana

posisi yang

ergonomis

dalam

melakukan

pekerjaan

serta

menyediakan

alat-alat yang

sesuai dengan

prinsip

ergonomis

demi

meningkatnya

produktivitas

tenaga kerja

pada

perusahaan

UU no.1 th 1970

ttg keselamatan

kerja

UU RI no. 13 th

2003 ttg

ketenagakerjaan

PP no.50 th

2012 ttg

penerapan

SMK3

PERMENAKERT

RANS

no.PER.03/MEN/

1982 ttg

pelayanan

kesehatan kerja

4. Gizi tenaga (-) (-) (-) Surat Edaran

Page 18: Laporan Hiperkes

kerja Menteri Tenaga

Kerja dan

Transmigrasi No.

SE. 01/

Men/1979

tentang

pengadaan

kantin dan ruang

makan.

5. Pemeriksaa

n kesehatan

(awal,

berkala,

khusus)

(-) (-) (-) - Undang-

undang no 1

tahun 1970

tentang

Keselamatan

Kerja

- Permenaker No

2/ Men/ 1980

tentang

Pemeriksaan

Kesehatan

Tenaga Kerja

dalam

penyelenggaraa

n keselamatan

kerja

6. Program

kesehatan

Perusahaan

belum

mengadakan

Status kesehatan

tenaga kerja tidak

terjamin dan

Meningkatkan

aspek promotif

serta preventif

- PP No. 50

tahun 2012

tentang

Page 19: Laporan Hiperkes

penyuluhan

berkala

Perusahaan

belum

mengadakan

jelas tentang 4

program utama

kesehatan

sejahtera (dilakukan

penyuluhan)

dalam

menunjang

pengetahuan

tenaga kerja

tentang

penyakit

akibat kerja

serta

mencegah

terjadinya

penyakit atau

kecelakaan

akibat kerja.

Menyelenggar

akan program

kuratif dan

rehabilitatif

apabila ada

PAK yang

terjadi

penerapan

Sistem

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja (SMK3)

7. Pencegaha

n HIV,

AIDS, dan

narkoba

Perusahaan

belum

mengadakan

program

pencegahan

HIV, AIDS, dan

narkoba

Tingkat

pengetahuan

tenaga kerja

rendah

Menjadwalkan

dan

melakukan

penyuluhan

tentang

narkoba dan

HIV secara

berkala

PER.

11/MEN/VI/2005

tentang

Pencegahan dan

Penanggulangan

Penyalahgunaan

dan Peredaran

Gelap Narkotika,

Page 20: Laporan Hiperkes

Psikotropika, dan

Zat Adiktif

Lainnya di

Tempat Kerja

Kep.

68/MEN/2004

tentang

Pencegahan dan

penanggulangan

HIV/AIDS di

tempat Kerja

1. Program pemenuhan gizi pekerja, kantin atau ruang makan

Dari hasil wawancara dan pengamatan menunjukkan bahwa pemenuhan

gizi pekerja dilakukan oleh perusahaan. Penyelenggaraan gizi kerja di PT.

Martina Berto Tbk., meliputi:

Pekerja sehari-hari diberi makan dari supplier catering dengan dilakukan

pengawasan terhadap jasa catering dan menjalin kerja sama dengan jasa

catering yang dinilai sudah memenuhi standard. Pemilihan jasa catering

diganti tiap 6 bulan dan pemilihan ini didasarkan pada proposal yang paling

memenuhi standar.

Disediakan tempat makan yaitu ruang makan karyawan PT. Martina Berto

Tbk. yang berkapasitas kurang lebih 200 orang

Pekerja diberikan air minum dalam bentuk galon yang terletak di ruangan

kerja yang dapat diambil secara bebas.

Untuk mencuci tangan menggunakan tempat cuci tangan yang disediakan di

setiap lantai.

Page 21: Laporan Hiperkes

2. Pemeriksaan kesehatan kerja (awal, berkala, dan khusus) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang

diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi- tingginya, tidak mempunyai

penyakit menular, dan cocok dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yanng bersangkutan dan tenaga kerja

lainnya terjamin.

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh PT. Martina Berto Tbk. menjalin

kerja sama dengan Rumah Sakit dan laboratorium tertentu yang dianggap paling

memenuhi syarat, dalam hal ini adalah RS Antam Medika dan Laboratorium Prodia

setempat.

a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment)

- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan awal pada setiap

calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan ke perusahaan tersebut.

- Pemeriksaan kesehatan ini juga dilakukan pada pekerja yang hendak

dipindahkan ke lokasi kerja yang lain dengan risiko yang berbeda

- Pada pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan pemeriksaan berupa

wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik umum,

pemeriksaan status mental, rontgen toraks, laboratorium rutin, dan

pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan berkala minimal

setahun sekali. Prinsip pemeriksaan kesehatan berkala sama dengan

pemeriksaan kesehatan awal.

- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para pekerja,

pihak manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.

c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

PT. Martina Berto Tbk.akan melakukan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap

tenaga kerja tertentu apabila dinilai membawa pengaruh dari pekerjaan tertentu.

3. Pelayanan Kesehatan

Page 22: Laporan Hiperkes

PT. Martina Berto Tbk. memiliki satu unit poliklinik perusahaan yang letaknya

cukup strategis untuk dijangkau semua tenaga kerja, dengan personil kesehatan

sejumlah 4 orang, terdiri dari tiga dokter dan satu paramedis. Program kesehatan

yang ada dalam perusahaan ini sudah meliputi empat besar pokok pelayanan

kesehatan pada umumnya, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,

hanya saja yang disayangkan program ini tidak disosialisasikan dengan baik

pada personil kesehatan sehingga pada saat wawancara personil kesehatan

tidak dapat menjabarkan secara detail tentang program kesehatan tersebut.

Sarana P3K tersedia di seluruh lantai apabila dibutuhkan.

Pendataan 10 besar penyakit akibat kerja pun kurang jelas, sehingga

pada saat kami mewawancara personil kesehatan, kami tidak mendapatkan data

yang cukup jelas untuk menggambarkan status kesehatan para tenaga kerja di

perusahaan tersebut. Menurut pengakuan tenaga medis, beberapa penyakit

yang sering terjadi ialah:

ISPA

Myalgia

Cephalgia

Gastritis

Penyakit alergi

Diare

Hemorrhoid

Page 23: Laporan Hiperkes

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik

adalah :

Dari aspek fasilitas pelayanan kesehatan, personil kesehatan, sarana P3K

terdapat potensi hazard berupa petugas kesehatan kurang menguasai program

kesehatan, petugas kesehatan tidak ada di tempat pada jam kerja, dan tenaga

kerja belum terdaftar dalam BPJS.

Dari aspek penyakit akibat kerja, tidak ada data yang valid mengenai

epidemiologi penyakit akibat kerja dan 10 terbesar penyakit terbanyak, serta

penggunaan masker masih belum sesuai standar.

Dari aspek ergonomi, kursi dan tombol pengendalian masih belum sesuai

dengan tenaga kerja.

Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja diberi makan dari supplier catering

yang sudah dianggap memenuhi standar, terdapat tempat makan, diberikan air

minum dalam bentuk galon yang dapat diambil secara bebas.

Dari aspek pemeriksaan kesehatan sudah sesuai dengan aturan, yaitu pada

pemeriksaan awal dilakukan pada semua calon tenaga kerja dan meliputi

Page 24: Laporan Hiperkes

wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

status mental, darah rutin, foto rontgen thorax. Pemeriksaan berkala dilakukan

rutin setiap 1 tahun. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan bagi tenaga kerja

tertentu sesuai dengan potensi hazardnya.

Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum rutin mengadakan

penyuluhan berkala, selain itu data mengenai program preventif, kuratif dan

rehabilitative juga tidak jelas.

Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan masih belum

menjalankan program apapun yang terkait.

B. Saran

Dari potensi hazard yang kami temukan, maka kami ajukan beberapa saran yaitu :

Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi kelangsungan

program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)

Menggalakan pemenuhan shift kerja bagi tenaga kesehatan.

Mengikutsertakan tenaga kerja dalam program BPJS ketenagakerjaan.

Melakukan penelitian epidemiologi untuk mengetahui 10 penyakit terbanyak dan

penyakit akibat kerja yang ada di perusahaan.

Subtitusi kursi dengan yang memiliki sandaran, menyediakan tangga kecil untuk

memudahkan pekerja mencapai tombol pengendalian.

Penyuluhan tentang penggunaan masker yang baik dan benar, posisi yang

ergonomis dalam melakukan pekerjaan, HIV-AIDS dan narkoba.

Page 25: Laporan Hiperkes

BAB VI

PENUTUP

PT. Martina Berto Tbk. adalah sebuah perusahaan manufaktur, pemasaran,

serta penelitian & pengembangan dalam bidang kosmetik dengan sistem semi otomatis

yaitu dengan tenaga mesin dan tenaga manusia. PT. Martina Berto Tbk. sudah memiliki

sertifikasi ISO 9001 tentang quality management, ISO 14001 tentang environmental

management, dan GMP (Good manufacturing practices). Selain itu perusahaan ini juga

telah mengimplementasikan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

(SMK3) dengan membentuk panitia pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja

(P2K3).

Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan, masih ada beberapa hal

yang belum sempurna dan butuh perbaikan. Semoga makalah ini dapat membantu

dalam menyikapi permasalahan yang ada dan perbaikan perusahaan dalam aspek

kesehatan dan keselamatan kerja.