Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Namun demikian untuk mendeteksinya kini dapat sehari jadi. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”. Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non- virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyakit 1
51

Laporan hepatitis ascites

Jul 30, 2015

Download

Education

Ratna Arditya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan hepatitis ascites

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh

virus, bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis ,

sebagai penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan.

Namun demikian untuk mendeteksinya kini dapat sehari jadi. Saat ini, telah

ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G

dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6

bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan

disebut “hepatitis kronis”.

Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari

kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena

infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan

infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol

dan obat-obatan. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini.

Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B

kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis

yang disebabkan oleh virus hepatitis) B (VHB) ini.

Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat

jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini

membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial,

1

Page 2: Laporan hepatitis ascites

ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait

gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan

penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki

masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika

saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian

serius di Indonesia.

Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus

pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit

hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita

hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10

besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5%

hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini

adalah 220 juta maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga

8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang

terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak

diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa

virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit

hepatitis B dan C.

Nutrisi sangat berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit

hepatitis. Pasien hepatitis memerlukan intake makanan yang adekuat dan juga

berkualitas untuk menghindari kerusakan hati yang permanen. Berdasarkan

latar belakang tersebut maka diperlukan suatu penelitian tentang bagaimana

2

Page 3: Laporan hepatitis ascites

penatalaksanaan diet pada pasien hepatitis di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono

Soekarjo?

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Nutrition Care Process pada pasien hepatitis

kronik dengan ascites

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada pasien hepatitis kronik

dengan ascites

b. Mahasiswa mampu melakukan nutrition assesment pada pasien hepatitis

kronik dengan ascites

c. Mahasiswa mampu melakukan nutrition diagnosis pada pasien hepatitis

kronik dengan ascites

d. Mahasiswa mampu melaksanakan nutrition intervention

e. Mahasiswa mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi pada pasien

dengan diagnosa hepatitis kronik dengan ascites

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu pelaksanaan : 10 Desember – 13 Desember 2014

2. Tempat : Bangsal Mawar Kamar 3 RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto

3

Page 4: Laporan hepatitis ascites

D. Jenis dan Cara Pengumpulan

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer meliputi data antropometri, data riwayat gizi, kebutuhan

makan. Data ini diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara.

b. Data sekunder

Data sekunder meliputi data identitas pasien, data laboratorium dan

fisik/klinik. Data ini diperoleh dari rekam medis ruang Mawar RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara

Melakukan wawancara kepada pasien dan keluarga pasien mengenai

penyakit yang diderita, kondisi pasie, pola makan dan kebiasaan makan.

b. Recall 24 jam.

Menanyakan asupan makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam

yang lalu.

c. Data rekam medik

Mencatat setiap perkembangan pasien melalui data rekam medik untuk

mempertimbangkan makanan apa yang akan diberikan kepada pasien.

4

Page 5: Laporan hepatitis ascites

E. Manfaat

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan informasi atau wacana bagi institusi rumah sakit terutama bagi

instalasi gizi berkaitan dengan penatalaksanaan diit pada pasien hepatitis

kronik dengan ascites

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien mengetahui terapi diit yang diberikan pada pasien agar termotivasi

untuk menjalankan dan mematuhi diit yang diberikan rumah sakit.

3. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam

merencanakan dan menatalaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada

pasien dengan diagnosa hepatitis kronik dengan ascites

5

Page 6: Laporan hepatitis ascites

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

Penyakit hepatitis kronik dikatakan sebagai suatu penyakit nekroinflamasi

hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit selama 6 bulan, yang

melibatkan proses destruksi yang progresif dan regenerasi dari parenkim hati

yang pada akhirnya akan menuju fibrosis dan sirosis (Czaja, 2010). Penyakit ini

dapat asimtomatik atau disertai gejala - gejala seperti mudah lelah, malaise dan

nafsu makan berkurang. Serum aminotransferase dapat meningkat secara

sementara atau menetap. Ikterus sering tidak ditemukan, kecuali pada kasus -

kasus stadium lanjut. Keadaan ini dapat disertai splenomegali, limfadenopati,

penurunan berat badan, dan demam (Akbar, 2007).

Gejala dini hepatitis meliputi perasaan lemah, sakit kepala, kehilangan

selera makan (anoreksia), mual dan muntah, demam dan penurunan berat

badan. Kemudian terjadi gejala kuning (ikterus), kencing yang berwarna gelap,

nyeri tekan dan pembesaran pada hati. Selanjutnya, akan terjadi hipertensi

portal, gangguan cerna, diare atau konstipasi, ikterus, varises esofagus, ascites,

edema, anemia, kecenderungan berdarah, dan pembesaran hati serta limpa

(Hartono, 2006).

6

Page 7: Laporan hepatitis ascites

B. Etiologi Penyakit

Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama

hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan

penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah

hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam

hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri,

cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas

infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi sirosis

(pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya yang dapat

mengakibatkan kematian.

Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit

kuning. Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang

disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit

kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi

alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari

konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah

satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna

kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata. Peradangan pada sel hati

dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian dari

organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah mengalami

kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.

7

Page 8: Laporan hepatitis ascites

C. Patofisiologi Penyakit

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan

terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan

peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada

pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan

penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan

mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu

tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi

hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau

tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri

dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral

racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat

menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga

merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan

alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada

alkoholik.

Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga

terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi

hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak. Hepatitis

viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi

hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis

yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral

anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan

8

Page 9: Laporan hepatitis ascites

dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan

hepatitis kronik aktif.

Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa,

panas badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe

B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.

Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian

yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi

hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.

D. Manajemen Terapi Gizi

Terapi diet bagi penderita penyakit hati bertujuan untuk mengurangi

kerusakan hati yang permanen, meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan

memberikan kalori dan protein dalam jumlah yang memadai, mempertahankan

atau memperbarui simpanan nutrien dalam tubuh, dan mengurangi gejala yang

menimbulkan rasa tidak nyaman. Peningkatan asupan kalori dengan

mengkonsumsi makanan padat kalori, khususnya hidratarang sementara

asupan lemak diberikan dalam jumlah sedang. Pengurangan asupan lemak

dilakukan bila pasien mengalami diare yang berlemak (steatore) akibat

penurunan ekskresi empedu dan lipase (Hartono, 2006).

E. Interaksi Obat dan Makanan

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain

(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia

9

Page 10: Laporan hepatitis ascites

lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah

studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus

masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada

seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau

efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi

dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari

satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang

dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas

dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik.

Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-

sama. Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,

perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti

itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan

beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi

obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli

bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin

berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa

10

Page 11: Laporan hepatitis ascites

bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti

terhadap kesehatan tubuh.

Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.

Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan

lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara

makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan

mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut

diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,

memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim

ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau

memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan

mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat

menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada

lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak

dikehendaki. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya

interaksi obat dengan makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan

lambung dari saat masuknya makanan

2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu

3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran

cerna

4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan

kompleks

11

Page 12: Laporan hepatitis ascites

5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan

6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

12

Page 13: Laporan hepatitis ascites

BAB III

SKRINING GIZI DAN NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)

A. Skrining Gizi

Tabel 1. Hasil Skrining Gizi MUST

Nama Nama Keluarga Usia Bangsal No.RM Jenis Kelamin

: Tn. Ach: -: 50 tahun: Mawar, 3-4: 00918464: Laki-laki

Tanggal 10/12/2014Tanda Tangan Perawat/Ahli GiziBB/TB 40,5 kg / 165 cmBMI 14,6LILA -Ket St. Gizi Gizi Kurang

1 BMI pasien (kg/m2)a. >20 (>30 obese)b. 18.5 – 20c. <18.5

a. Skor 0b. Skor 1c. Skor 2

2. Presentase penurunan BB secara tidak sengaja (3-6 bulan yang lalu)a. <5 %b. 5-10 %c. >10 %

a. Skor 0b. Skor 1c. Skor 2

3 Pasien menderita penyakit berat dan atau asupan makan tidak adekuat >5 hari

Skor 2

Total Skor 50 = Resiko rendah dan perlu pengukuran ulang secara periodik

1 = Resiko sedang dan perlu pengukuran ulang setelah 3 hari

2 ≥ Resiko tinggi membutuhkan segera asuhan gizi

Berdasarkan hasil skrining gizi menggunakan MUST diketahui skor pasien

adalah 3 sehingga pasien membutuhkan asuhan gizi. Jika skrining

mengidentifikasi seseorang beresiko, maka harus dirujuk untuk melakukan

pengkajian nutrisi lebih mendetail. Pengkajian nutrisi adalah proses

komprehensif yang digunakan untuk medefinisikan status nutrisi pasien, lebih

13

Page 14: Laporan hepatitis ascites

dari sekedar resiko. Ini membantu dalam mengukur resiko komplikasi dan dapat

digunakan untuk merencanakan dan memonitor dukungan nutrisi (Corish,

2004).

B. Identitas Pasien

No. RM : 00918464

Nama : Tn. Ach

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Ruang : Mawar, 3-4

Tgl Masuk : 08/12/2014

Tgl Kasus : 09/12/2014

Alamat : Lumpang RT 2/1 Karanganyar, Jawa Tengah

Dx medis : Ascites, hepatitis kronik

14

Page 15: Laporan hepatitis ascites

C. Assesmen Gizi

1. Data Subjektif

a. Riwayat Penyakit

Tabel. 2 Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Perut sakit, teraba keras, BAB hitam, lemas

Riwayat Penyakit Sekarang Ascites dengan Hepatitis KronikRiwayat penyakit dahulu Pernah operasi hernia 2 bulan yang laluRiwayat penyakit keluarga -

b. Riwayat Gizi

Tabel 3. Riwayat Gizi

Data sosial ekonomi Penghasilan : -Jumlah Kel : 5Suku : JawaBangsa : Indonesia

Aktifitas fisik Lama Kerja : -Jenis Olahraga : -Lama tidur : 8 jam

Alergi / makanan pantangan -Diet yang pernah dijalankan -Makanan kesukaan -Fungsi gastrointestinal Nyeri ulu hati : -

Mual : -Muntah : -Anoreksia : +Diare : +Konstipasi : -Perubahan pengecapan/penciuman: -Gangguan mengunyah : -Gangguan menelan : +Kondisi gigi :

Suplementasi gizi -Perubahan berat badan 4 kg dalam dua bulanCara mengolah makanan Digoreng, direbusKebiasaan makan Makanan pokok : nasi 3x/hari @1 centong

Lauk hewani : ayam, telor 3x/mingguLauk nabati : tempe, tahu setiap kali makan @1 potongSayur : bayam (bening)Buah : pisang, pepayaSusu dan Snack :

15

Page 16: Laporan hepatitis ascites

LanjutanAsupan makan dirumah Energi : 1346,6 Kkal

Protein : 55,5 gramLemak : 21,9 gramKH : 234,9 gram

AKG Energi : 2325 kkalProtein : 65 gramLemak : 65 gramKH : 349 gram

% Asupan Energi : 58%Protein : 85,3%Lemak : 33,6%KH : 67,3%

Sumber: Data Primer Terolah, 2014

Berdasarkan kebiasaan makan pasien di rumah diketahui bahwa

asupan pasien tidak adekuat energi 58%, lemak 33,6%, dan karbohidrat

67,3% masuk dalam kategori defisit berat karena <70%, sedangkan

asupan protein defisit ringan yaitu 85,3%.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Antropometri

Tinggi Badan : 165 cm

Berat Badan : 45 kg (dengan ascites dan edema)

BB Koreksi : = 45 – (10% x 45)

= 45 – 4,5

= 40,5 kg

BBI : = (165 – 100) – 10% (165 – 100)

= 65 - 6,5

= 58,5 kg

16

Page 17: Laporan hepatitis ascites

IMT : BB/TB2

: 40/1,652

: 14,6 kg/m2 (Gizi kurang)

Kesimpulan : berdasarkan hasil pemeriksaan antropometri

diketahui bahwa status gizi pasien adalah kurang dengan IMT 14,6

kg/m2 dengan BBI 47,7 kg.

b. Pemeriksaan Biokimia

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Biokimia

PemeriksaanSatuan/nilai

normalHasil Lab

Interpretasi08-12-2014 Keterangan

Hemoglobin 14-18 10,8 Rendah AnemiaLeukosit 4000-10000 6000 NormalHematokrit 37-47 31 Rendah AnemiaEritrosit 4,2-5,4 x

10^64,5x10^6 Normal

Trombosit 150000-450000

90000 Rendah Anemia

MCV 79-99 69 Rendah AnemiaMCH 27-31 24,1 Rendah AnemiaMCHC 33-37 34,8 NormalRDW 11,5-14,5 17,2 Normal MPV 7,2-11,1 9,7 NormalBasofil 0-1 0,3 NormalEosinofil 2-4 0 Rendah StressBatang 2-5 5,5 Tinggi Infeksi/inflamasiSegmen 40-70 86,2 Tinggi Infeksi/inflamasiLimfosit 25-40 4,2 Rendah Imunitas tubuh

menurunMonosit 2-8 3,8 NormalTotal protein 6-8 4,13 Rendah Malnutrisi/peny.hati

kronikAlbumin 3,8-5,1 1,64 Rendah Malnutrisi/peny.hati

kronikGlobulin 1,5-3 2,49 NormalSGOT 37 56 Tinggi Kerusakan hati

17

Page 18: Laporan hepatitis ascites

Lanjutan

PemeriksaanSatuan/nilai

normalHasil Lab

Interpretasi08-12-2014 Keterangan

SGPT 42 49 Tinggi Kerusakan hatiBilirubin total 0-1,1 1 NormalBilirubin direct 0-0,25 0,68 Tinggi ikterik hepatikBilirubin indirect

0,1-1 0,32 Normal

Ureum darah 10-50 24,4 Normal Sumber: Data Rekam Medik, 2014

c. Pemeriksaan Fisik dan Klinik

1. Kesan Umum : Compos mentis, lemah

2. Vital Sign

Tanggal 10-12-2014

Tensi : 100/80 mmHg

Respirasi : 20 kali/menit

Nadi : 92 kali/menit

Suhu : 36oC

Bising Usus : (+) normal

3. Kepala/Abdomen/Ekstremitas: abdomen ascites, kaki bengkak

4. Pemeriksaan penunjang : USG Abdomen dengan kesimpulan

a. Ascites (+)

b. Hepatomegali, echoparenkim meningkat kurang homogen, tepi

rata DD hepatitis kronis

c. Lien, VF, pankreas, ren kanan, ren kiri, VV = baik

Kesimpulan : berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinik diketahui

bahwa pasien dalam keadaan sadar namun kondisinya lemah.

18

Page 19: Laporan hepatitis ascites

Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu dalam keadaan normal.

Bising usus normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG diketahui

bahwa Tn.Ach positif hepatitis dengan ascites, selain itu terjadi

pembengkakan pada hati.

d. Dietary Recall

Hasil recall 24 jam diet : di rumah sakit

Tanggal : 09-12-2014

Diet RS : BC + Putel

Tabel 5. Recall 24 jam di Rumah Sakit

Recall Energi(Kkal)

Protein(gram)

Lemak(gram)

KH(gram)

Asupan 483,6 23,4 4,08 71,1Kebutuhan 1782,5 73,125 39,61 283,4% Asupan 27,1% 32% 10,3% 25%Keterangan Defisit berat Defisit berat Defisit berat Defisit berat

Menurut Depkes RI (1996) kategori asupan sebagai berikut:

Tabel 6. Standar % asupan menurut Depkes Ri tahun 1996

Di atas kebutuhan normal >120 %Normal 90-119 %Defisit ringan 80-89 %Defisit sedang 70-79 %Defisit berat <70%

19

Page 20: Laporan hepatitis ascites

e. Terapi Medis

Tabel 6. Terapi Medis

Jenis obat Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi

Inj. Cefriaxon Infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap cefriaxon

-

IVFD Aminofusin 10 tpm Nutrisi essensial secara parenteral pada pasien dengan ganggaun fungsi hati kronik yang berat

-

Inj. Ranitidin Mencegah peningkatan asam lambung

Absorbsi akan menurun bila diberikan bersama dengan makanan atau antasida

Inj. Furosemid Diuretik kuat Makanan dapat mengurangi ketersediaan hayati sehingga menurunkan efek terapi

Po. Neurodex Gejala kekurangan vitamin neurotropik, anemia

-

Po. Curcuma Anoreksia (kehilangan nafsu makan), ikterus (menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir, dan berbagai jaringan tubuh oleh zat warna empedu) akibat obstruksi/penyumbatan saluran empedu

-

Inj. Spironolacton Diuretik Makanan dapat meningkatkan efek terapi

Po. Ambroxol syr Obat batuk -

20

Page 21: Laporan hepatitis ascites

D. Kesimpulan Assesment Gizi

1. Diagnosa medis pasien adalah hepatitis kronik dengan asites. Keluhan

utama yang dirasakan adalah sakit perut, perut teraba keras, BAB hitam,

dan lemas. Pasien memiliki riwayat operasi hernia dua bulan yang lalu.

Pasien mengalami gangguan fungsi gastrointestinal berupa diare, anoreksia,

dan kesulitan menelan.

2. Status gizi pasien berdasarkan IMT adalah 14,9 dan masuk dalam kategori

gizi kurang

3. Berdasarkan hasil laboratorium diketahui bahwa kadar Hb, hematorit,

trombosit, MCV, dan MCH dalam keadaan rendah, hal tersebut

mengindikasikan pasien mengalami anemia. Kadar total protein dan albumin

yang rendah mengindikasikan pasien mangalami malnutrisi. Sedangkan

kadar SGOT dan SGPT tinggi mengindikasikan terdapat kerusakan hati.

4. Hasil pemeriksaan fisik dan klinis, pasien dalam keadaan sadar 10% namun

lemas. Vital sign pasien dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan

abdomen diketahui bahwa terdapat ascites. Pemeriksaan penunjang adalah

USG abdomen dengan hasil ascites (+) dan hepatomegali.

5. Asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit masuk dalam kategori

defisit berat.

21

Page 22: Laporan hepatitis ascites

E. Diagnosis Gizi

a. NI 2-1 : Inadekuat intake berkaitan dengan gangguan fungsi gastrointestinal

berupa mual dan muntah dibuktikan oleh hasil recall E=27,1%, P= 32%, L=

10,3%, dan KH= 25%.

b. NI 5-4 : pembatasan asupan Na dan cairan berkaitan dengan retensi cairan

dibuktikan oleh ascites (+)

c. NI 5-4 : pembatasan asupan lemak berkaitan dengan gangguan fungsi

empedu dibuktikan oleh kadar bilirubin direct 0,68 mg/dl, SGOT 56 U/L, dan

SGPT 49 U/L

d. NI 5-3 : Peningkatan kebutuhan albumin berkaitan dengan malnutrisi

dibuktikan oleh kadar albumin 1,64

F. Intervensi Gizi

1. Tujuan diet

a. Meningkatkan asupan makan

b. Mengurangi ascites

c. Mempercepat proses penyembuhan

d. Meningkatkan kadar albumin

2. Syarat/prinsip diet

a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan yaitu 1782 Kkal untuk

mencegah pemecahan protein sebagai sumber energi

b. Protein cukup, yaitu 1-1,5 g/kg BB untuk regenerasi sel hati

c. Lemak diberikan rendah, yaitu 20% dari kebutuhan energi untuk

meringankan kerja hati

22

Page 23: Laporan hepatitis ascites

d. Pembatasan natrium 800-1200 mg/hari karena terdapat ascites dan

edema.

e. Pembatasan cairan untuk mengurangi ascites. Urin output 30ml/KgBB

f. Makanan diberikan dalam bentuk lunak, diberikan 3x makan utama dan

1x selingan

g. Pemberian albumin 87,1 gram untuk mengatasi malnutrisi

h. Pemberian suplemen vitamin dan mineral yang cukup. Bila perlu,

diberikan suplemen vitamin B komplek, C, dan K serta mineral seng dan

zat besi.

3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi

BEE = (10 x BB) + (6,25 x BB) – (5 x U) – 5

= (10 x 58,5) + (6,25 x 58,5) – (5 x 50) – 5

= 585 + 1031,25 - 250 - 5

= 1371,25

TEE = BEE x FA x FS

= 1371,25 x 1 x 1,3

= 1782 Kkal

Protein = 1,25 x 58,5

= 73, 125 gram

= 292,5 Kkal

Lemak = 20% x 1782

23

Page 24: Laporan hepatitis ascites

= 356,525 Kkal

= 39,61 gram

KH = 1782 – 292,5 – 356,525

= 1133,6 Kkal

= 283,4 gram

Balance cairan:

a. Cairan masuk

1. Infus aminofusin 10 tpm

Tpm = (ml x 20) / (24 x 60 menit)

10 = (ml x 20) / 1440

ml = (1440 x 10) / 20

= 720 ml/hari

2. Makanan + minuman

35ml/kg BB x 40,5 = 1417,5 ml

b. Cairan keluar

1. Urin : 30ml/KgBB/hari

= 30 x 40,5

= 1215 ml

2. IWL = (15 x BB) / 24 jam

= (15 x 40,5) / 24

= 25,3 / jam

= 607,5 / hari

3. Feses = 100 ml

24

Page 25: Laporan hepatitis ascites

Maka balance cairan = intake cairan 24 jam – output cairan

= 2137,5 – 1922,5

= +215 ml

Kebutuhan albumin = (Alb normal – Alb sekarang) x BB x 0,8

= (3,5 – 1,64) x 58,5 x 0,8

= 1,86 x 58,5 x 0,8

= 87,1 gram

100 gram putih telur = 9,83 gram albumin

Kebutuhan putel = (87,1 / 9,85) x 100

= 886

= 88,6 gram/hari

Putel diberikan pada saat makan pagi dan makan malam dengan berat setiap

pemberian 44,3 gram, dibulatkan menjadi 45 gram.

G. Rencana Konsultasi Gizi

a. Sasaran : pasien dan keluarga

b. Waktu : 20-30 menit

c. Tempat : bangsal mawar kamar no 3

d. Tujuan : memberikan informasi kepada pasien mengenai diit yang

diberikan

e. Metode : ceramah dan tanya jawab

f. Materi :

25

Page 26: Laporan hepatitis ascites

1. Asupan makan

2. Diit RGRL

3. Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan

g. Evaluasi : menanyakan kembali materi yang telah disampaikan

H. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Antropometri : BB

Biokimia : Hb, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, Eosinofil, Batang,

segmen, total protein, albumin, SGOT, SGPT, bilirubin indirek

Fisik/klinis : keadaan umum, vital sign, bising usus

Dietary : asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat

I. Implementasi

Memberikan pasien diit RGRL dengan bentuk makanan saring. Makanan

diberikan dengan frekuensi 3x makan utama dan 1x selingan. Berikut rencana

pemberian zat gizi/hari:

Tabel 8. Rencana pemberian zat gizi

Zat gizi Hari ke-1(11-12-2014)

Hari ke-2(12-12-2014)

Hari ke-3(13-12-2014)

Energi (Kkal) 1709 1699 1727Protein (gram) 69,9 73,3 74,8Lemak (gram) 41,9 38,1 42,8KH (gram) 266,1 268,1 265,1Natrium (mg) 453,9 465,7 596,2

Sumber: Data Primer Terolah, 2014

26

Page 27: Laporan hepatitis ascites

J. Rekomendasi Diet

Terapi diit : RG III RL

Bentuk makanan : saring dan ekstra putih telur

Cara Pemberian : Oral

Pembahasan preskripsi diet : diit yang diberikan kepada pasien adalah RGRL.

Diit RG diberikan karena pasien mengalami ascites dan edema sehingga perlu

pembatasan natrium. Diet rendah garam dapat membantu diuresis sehingga

ascites dan edema dapat berkurang. Sedangkan diit RL diberikan karena

metabolisme empedu terganggu . Bentuk makanan yang diberikan adalah

saring dan diberikan secara oral. Ekstra putih telur diberikan karena pasien

mangalami hipoalbuminemia.

27

Page 28: Laporan hepatitis ascites

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien berusia 50 tahun masuk RSMS dengan diagnosis hepatitis kronik

dengan ascites. Keluha utamanya adalah perut sakit, teraba keras, BAB hitam, dan

lemas. Pasien pernah menjalani operasi hernia dua bulan yang lalu. Pasien

mengalami gangguan fungsi gastrointestinal berupa anoreksia, diare, gangguan

menelan karena terdapat stomatitis dimulut. Terjadi penurunan berat nadan

sebanyak 4 kg dalam 2 bulan. Kebiasaan makan pasien adalah makan nasi 3 x/hari

1 centong, lauk hewani dikonsumsi 3x seminggu berupa ayam dan telor. Lauk nabati

yang sering dikonsumsi adalah tempe dan tahu, sedangkan sayur yang sering

dikonsumsi adalah bayam yang diolah menjadi sayur bening. Buah yang sering

dikonsumsi adalah pisang dan pepaya. Pasien jarang mengkonsumsi snack atau

susu.

A. Monitoring dan Evaluasi Makan Pasien

Asupan makan pasien diperoleh melalui recall 24 jam dan comstok yang

meliputi makan pagi, siang, malam, dan snack. Zat gizi yang dievaluasi adalah

energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil monitoring dan evaluasi asupan

makan dan zat gizi pasien selama studi kasus dapat dilihat pada tabel 9 sebagai

berikut:

28

Page 29: Laporan hepatitis ascites

Tabel 9. Evaluasi Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien

Tanggal Energi(Kkal)

Protein(gram)

Lemak(gram)

KH(gram)

Natrium(mg)

11-12-2014 980,375 33 17,8 155,8 242,412-12-2014 891,25 36,6 18,3 141,7 218,413-12-2014 985,4 33,5 18,5 155,8 317,7Rata-rata 952,3 34,3 18,2 151,1 259,5Kebutuhan 1782 73,125 39,61 283,4 800% asupan 53,4% 46,9% 46% 53,3% 32%Keterangan Defisit

beratDefisit berat

Defisit berat

Defisit berat

Berdasarkan hasil monitoring, diketahui bahwa rata-rata asupan makan

pasien selama tiga hari pemantauan masuk dalam kategori defisit berat yaitu

energi 53,4%, protein 46,9%, lemak 46%, dan karbohidrat 53,3%. Rendahnya

asupan makan pasien dikarenakan adanya penurunan nafsu makan dan juga

gangguan fungsi gastrointestinal selain itu pasien juga mengalami kesulitan

menelan dan juga terdapat stomatitis didalam rongga mulut. Asupan makan

tersebut mengalami penurunan dibandingkan sebelum dirawat dirumah sakit.

Sebelum dirawat di rumah sakit rata-rata asupan makan pasien adalah energi

58%, protein 85,3%, lemak 33,6%, dan karbohidrat 67,3%. hal ini sesuai dengan

teori yang disampaikan oleh Hartono (2006) bahwa salah satu gejala dini

hepatitis meliputi perasaan lemah, sakit kepala, kehilangan selera makan

(anoreksia), mual dan muntah, demam dan penurunan berat badan.

29

Page 30: Laporan hepatitis ascites

B. Perkembangan Terapi Diet

Tabel 10. Perkembangan Terapi Diit

Tanggal Macam diit Bentuk makanan Ket10-12-2014 RG III RL + eks.

PutelMakanan saring -

11-12-2014 RG III RL + eks. Putel

Makanan saring -

12-12-2014 RG III RL + eks. Putel

Makanan saring -

13-12-2014 RG III RL + eks. Putel

Makanan saring -

Terapi diit yang diberikan kepada pasien selama studi kasus adalah diit

RG III RL ditambah ekstra putih telur. Ekstrak putih telur diberikan karena

pasien mengalami hipoalbuninemia. Hipoalbuminemia pada pasien hepatitis

kronik selain sebagai tanda terjadinya malnutrisi juga menjadi salah satu

penyebab timbulnya ascites. Diit RG III diberikan karena terdapat ascites dan

edema pada kaki pasien sehingga perlu pembatasan natrium dan cairan. Paien

dengan penyakit hati sering mengalami kelainan dan penyulit ginjal, terutama

retensi natrium dan kesulitan mengekskresikan air (Ganong, 2010). Diet rendah

garam ringan sampai sedang dapat membatu diuresis. Konsumsi garam (NaCl)

perhari sebaiknya dibatasi hingga 40-60 meq/hari (Hirlan, 2006). Sedangkan diit

RL diberikan karena adanya gangguan metabolisme empedu. Aliran empedu

menurun akibat kerusakan saluran empedu. Penurunan aliran empedu

menyebabkan berkurangnya pembersihan lipid melalui empedu, yang

mengakibatkan hiperlipidemia (Ganong, 2010). Bentuk makanan yang diberikan

berupa makanan saring dan diberikan secara oral. Makanan saring diberikan

30

Page 31: Laporan hepatitis ascites

karena pasien mangelami BAB hitam yang menandakan adanya pendarahan

saluran cerna (akibat varises esofagus). Pendarahan saluran cerna terjadi

akibat melebarnya pembuluh darah yang membawa darah memintas hati

(Ganong, 2010).

Selama pemberian diit asupan makan pasien tidak mengalami

peningkatan yaitu rata-rata 50%. Hal ini disebabkan karena pasien mengalami

anoreksia dan juga pasien merasakan sakit saat menelan, selain itu di dalam

rongga mulut pasien juga terdapat stomatitis.

C. Monitoring dan Evaluasi Data Obyektif

1. Monitoring dan Evaluasi Data Antropometri

Data antropometri diperoleh dengan menanyakan secara langsung

kepada pasien dan keluarga. Berat badan dan tinggi badan tidak dilakukan

pengukuran secara langsung karena kondisi pasien yang terlalu lemah.

Status gizi pasien ditentukan dari hasil perhitungan IMT. Hasil pengamatan

data antropometri selama pengamatan studi kasus dapat dilihat pada tabel

10.

Tabel 11. Monitoring Pemeriksaan Antrpometri Selama Pengamatan

Tanggal Hasil Antropometri

IMT Keterangan

10-12-2014 BB = 40,5 kgTB = 165 cm

IMT = 40,5/1,652

= 14,6 kg/m2

Gizi kurang

13-12-2014 BB = 40,5 kgTB = 165 cm

IMT = 40,5/1,652

= 14,6 kg/m2

Gizi kurang

Sumber: Data Primer Terolah, 2014

31

Page 32: Laporan hepatitis ascites

Berdasarkan hasil monitoring data antropometri diketahui bahwa status gizi

pasien adalah gizi kurang dan berat badan pasien tidak mengalami

perubahan.

2. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Tabel 11. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Pemeriksaan Satuan/nilai normal

Hasil Lab08-12-2014 11-12-2014 12-12-2014

Hemoglobin 14-18 10,8 - -Leukosit 4000-10000 6000 - -Hematokrit 37-47 31 - -Eritrosit 4,2-5,4 x 10^6 4,5x10^6 - -Trombosit 150000-

45000090000 - -

MCV 79-99 69 - -MCH 27-31 24,1 - -MCHC 33-37 34,8 - -RDW 11,5-14,5 17,2 - -MPV 7,2-11,1 9,7 - -Basofil 0-1 0,3 - -Eosinofil 2-4 0 - -Batang 2-5 5,5 - -Segmen 40-70 86,2 - -Limfosit 25-40 4,2 - -Monosit 2-8 3,8 - -Total protein 6-8 4,13 - 4,17Albumin 3,8-5,1 1,64 - 1,79Globulin 1,5-3 2,49 - 2,38SGOT 37 56 - -SGPT 42 49 - -Bilirubin total 0-1,1 1 - -Bilirubin direct 0-0,25 0,68 - -Bilirubin indirect 0,1-1 0,32 - -Ureum darah 10-50 24,4 - -Natrium 136-145 - 123 -Kalium 3,5-5,1 - 2,7 -Klorida 98-107 - 82 -Kalsium 8,4-10,2 - 7,2 -Sumber: Data Rekam Medik, 2014

32

Page 33: Laporan hepatitis ascites

Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa pada awal

dirawat di rumah sakit kadar Hb, MCV, MCH dan limfosit pasien rendah,

hal ini mengindikasikan pasien mengalami anemia. Kadar SGOT dan

SGPT tinggi mengindikasikan adanya kerusakan pada sel hati. Beberapa

keadaan yang meningkatkan kadar ALT antara lain adalah gangguan

metabolisme (lipidosis, diabetes, hypertiroidsm), agen toksik (steroid

hepatopathy, obat bius, tetrasiklin, carprofen, phenobarbital), inflamasi

infeksi dan noninfeksius (hepatitis kronik, sirosis), hipoksia, dan trauma.

Enzim ALT (SGPT) juga dapat dilepaskan dari hepatosit selama masa

pemulihan penyakit hati. Aspartat transaminase (AST) atau SGOT

merupakan enzim sitoplasma dan mitokondria yang mengkatalisis reaksi

bolak balik dalam deaminasi aspartat untuk membentuk oksaloasetat

untuk kemudian memasuki siklus Krebs. Peningkatan aktivitas AST

mengindikasikan adanya kerusakan hepatosit yang disebabkan oleh

inflamasi, hipoksia, toksikan, dan trauma. Seperti halnya ALT, enzim ini

dapat meningkat selama masa pemulihan dari gangguan penyakit hati

(Stockham dan Scott, 2008). Pada pemeriksaan biokimia kedua kadar

natrium, kalium, dan klorida pasien mengalami penurunan hal ini

disebabkan pemberian diuretik untuk mengatasi asites yang dialami oleh

pasien. Pemberian diuretik dapat mengeluarkan cairan sebanyak 4-6 liter

per hari (Nurdjanah, 2006). Pemeriksaan biokimia ketiga menunjukkan

bahwa kadar total protein dan albumin rendah. Rendahnya total protein

33

Page 34: Laporan hepatitis ascites

dan kadar albumin pasien mengindikasikan pasien mengalami malnutrisi,

dan adanya gangguan pada hati.

3. Monitoring dan Evaluasi Data Fisik dan Klinik

Pengamatan perkembangan kondisi fisik dan klinis pasien dilakukan

berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang tercantum dalam rekam

medik. Perkembangan klinis pasien selama pengamatan studi kasus

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 12. Perkembangan Hasil Pemeriksaan Klinis

Tanggal Monitoring Keterangan10-12-2014 TD = 100/80

Respirasi = 20x/menitNadi = 92x/menitSuhu = 36oCBU = (+) Mata = Ca -/- Si +/+VT = -/-Mulut = sianEks =

+ ++ +

Pasien mengalami ascites dan edema pada kaki Sklera mata ikterik

11-12-2014 TD = 110/70Respirasi = 28x/menitNadi = 88x/menitSuhu = 36 oCBU = (+) NMata = Ca -/- Si +/+VT = -/-Mulut = sianEks =

+ ++ +

Pasien mengalami ascites dan edema pada kakiSklera mata ikterik

12-12-2014 TD = 110/70Respirasi = 20x/menitNadi = 88x/menitSuhu = 36 oCBU = (+) NMata = Ca -/- Si +/+VT = -/-

Pasien mengalami ascites dan edema pada kakiSklera mata ikterik

34

Page 35: Laporan hepatitis ascites

Mulut = sianEks =

+ ++ +

13-12-2014 TD = 110/70Respirasi = 24x/menitNadi = 88x/menitS = 37,2 oCBU = (+) NMata = Ca -/- Si +/+VT = -/-Mulut = sianEks =

+ ++ +

Pasien mengalami ascites dan edema pada kakiSkrela mata ikterik

Sumber: Data Rekam Medik, 2014

Berdasarkan hasil monitoring data fisik dan klinik diketahui bahwa pada

awal pemantauan pasien mengalami ascites dan edema pada kaki namun

kondisi tersebut berangsur membaik. Ascites pada pasien hepatitis kronis

disebabkan karena hipoalbuminemia. Albumin adalah kontributor utama

tekanan onkotik plasma, hipoalbuminemia akibat penyakit hati atau

defisiensi zat gizi menyebabkan pembentukan edema berat (Ganong,

2010). Sklera mata pasien menunjukkan ikterik. Ikterik disebabkan karena

penimbunan bilirubin sehingga terjadi diskolorisasi kekuningan di sklera

dan kulit. Beberapa kelainan di hepatosit dapat menyebabkan penyakit

yang menimbulkan ikterus hal ini terjadi karena ketidakmampuan sel

mengonjugasikan bilrubin akibat defisiensi glukoronil transferase, atau

masalah dalam pengangkutan dan ekskresi bilirubin glukuronida ke dalam

canaliculus biliaris (Ganong, 2010).

35

Page 36: Laporan hepatitis ascites

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diagnosa pasien adalah hepatitis kronis dengan ascites

2. Berdasarkan hasil skrining pasien mendapatkan skor 5 yang artinya pasien

memerlukan asuhan gizi

3. Hasil assesment diketahui bahwa status gizi pasien adalah kurang, pasien

mngalami gangguan gastrointestinal berupa diare, mual, muntah, dan

kesulitan menelan.

4. Hasil pemeriksaan fisik dan klinik pasien dalam keadaan compos mentis dan

terdapat ascites dan edema pada kaki, sklera menunjukkan ikterik.

5. Tetapi diit yang diberikan adalah RG III RL dengan kebutuhan energi 1782

Kkal, protein 73,125 gram, lemak 39,61 gram, dan karbohidrat 283,4 gram.

6. Diagnosa Gizi:

NI 2-1 : Inadekuat intake berkaitan dengan gangguan fungsi

gastrointestinal berupa mual dan muntah dibuktikan oleh hasil recall

E=27,1%, P= 32%, L= 10,3%, dan KH= 25%.

NI 5-4 : pembatasan asupan Na dan cairan berkaitan dengan retensi

cairan dibuktikan oleh ascites (+)

NI 5-4 : pembatasan asupan lemak berkaitan dengan gangguan

fungsi empedu dibuktikan oleh kadar bilirubin direct 0,68 mg/dl, SGOT 56

U/L, dan SGPT 49 U/L

36

Page 37: Laporan hepatitis ascites

NI 5-3 : Peningkatan kebutuhan albumin berkaitan dengan malnutrisi

dibuktikan oleh kadar albumin 1,64

7. Implementasi gizi

Terapi diit yang diberikan adalah RG III RL dengan bentuk makanan saring

dan diberikan secara oral. Rata-rata asupan makan pasien selama

monitoring adalah energi 53,4%, protein 46,9%, lemak 46%, dan karbohidrat

53,3%. Secara keseluruhan asupan makan pasien masuk dalam kategori

defisit berat.

8. Monitoring dan evaluasi

Hal-hal yang perlu dimonitoring dan dievaluasi antara lain:

a. Antropometri : tidak terdapat perubahan berat badan selama

monitoring, status gizi pasien kurang

b. Biokimia :

1) Kadar Hb. Hct, trombosit, MCV, MCH dan limfosit rendah

mengindikasikan anemia

2) Eritrosit rendah mengindikasikan tubuh sedang merespon stres

3) Batang dan segmen tinggi mengindikasikan terjadi infeksi

4) Total protein dan albumin rendah mengindikasikan malnutrisi dan

adanya kerusakan pada hati

5) SGOT dan SGPT tinggi mengindikasikan adanya kerusakan hati

6) Bilirubin direct tinggi mengindikasikan adanya gangguan fungsi hati

37

Page 38: Laporan hepatitis ascites

c. Fisik/klinis : pasien dalam keadaan compos mentis, vital sign

normal, bising usus normal, terdapat ascites dan edema, sklera mata

ikterik.

d. Dietary : Asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak

masuk dalam kategori defisit berat. Asupan natrium dibatasi 800-1200

mg/hari

B. Saran

1. Bagi pasien

Pasien diharapkan mematuhi diit yang diberikan dan tetap menjalankan

diitnya seletah pulang dari rumah sakit

2. Bagi Keluarga Pasien

Keluarga pasien hendaknya selalu memberi motivasi pasien dan membantu

menjalankan diit selama masa penyembuhan.

38