1 Mata Kuliah : Hematologi Materi Praktikum : Hapusan Darah Tepi Tempat : Laboratorium Poltekkes Denpasar Pembimbing : Drs. A.A.N. Santa I.Judul : Hapusan Darah Tepi II.Tujuan: Untuk mengetahui cara membuat dan membaca hapusan darah tepi III.Metode : Pada praktikum ini menggunakan sediaan keringdengan pewarnaan giemsa IV.Prinsip : Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas objekkemudian dilanjutkan pewarnaan dan di evaluasi V.Dasar teori : Tujuan pemeriksaan hapusan darah tepi adalah menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti RBC (red blood cell) atau seldarah merah, WBC (white blood cell) atau sel darah putih dan PLT (platelet) dan mencari adanya parasit seperti malaria tripanasoma, mikrofilaria dan lainnya. Hapusan darah tepi yangdibuat dan diwarnai dengan baikmerupakan syarat untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Penafsiran jumlah leukosit dengan lensa objektif 10X, diamati per lapang pandang. Pemeriksaan dengan pembesaran 100X, untukm eritrosit diamati kesan warna, ukuran dan bentuk eritrosit. Untuk leukosit diamati kesan morfologi dan propasi jenis leukosit (hitung jenis leukosit). Untuk trombosit diamati morfologi trombosit dan kesan jumlah. Morfologi trombosit bisa kecil, normal besar dan giant trombocyte. Leukosit atau sael darah putih terdiri dari beberapa jenis sel yaitu eosinofil, basofil, neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Untuk dapat melakukan identifikasi dengan baik, harus bisa membedakan jenis- jenis leukosit tersebut. Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Eritrosit
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Untuk mengetahui cara membuat dan membaca hapusan darah tepi
III. Metode :
Pada praktikum ini menggunakan sediaan keringdengan pewarnaan giemsa
IV. Prinsip :
Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas objekkemudian dilanjutkan pewarnaan dan
di evaluasi
V. Dasar teori :
Tujuan pemeriksaan hapusan darah tepi adalah menilai berbagai unsur sel darah tepi
seperti RBC (red blood cell) atau seldarah merah, WBC (white blood cell) atau sel darahputih dan PLT (platelet) dan mencari adanya parasit seperti malaria tripanasoma,
mikrofilaria dan lainnya. Hapusan darah tepi yangdibuat dan diwarnai dengan baik
merupakan syarat untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Penafsiran jumlah
leukosit dengan lensa objektif 10X, diamati per lapang pandang. Pemeriksaan dengan
pembesaran 100X, untukm eritrosit diamati kesan warna, ukuran dan bentuk eritrosit.
Untuk leukosit diamati kesan morfologi dan propasi jenis leukosit (hitung jenis leukosit).
Untuk trombosit diamati morfologi trombosit dan kesan jumlah. Morfologi trombosit bisa
kecil, normal besar dan giant trombocyte. Leukosit atau sael darah putih terdiri dari
beberapa jenis sel yaitu eosinofil, basofil, neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit, dan
monosit. Untuk dapat melakukan identifikasi dengan baik, harus bisa membedakan jenis-
jenis leukosit tersebut. Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel darah yang
paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Eritrosit
III. METODEPemeriksaan hematologi secara mikroskopis dengan sediaan kering.
IV. PRINSIP
Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas objek kemudian dilanjutkan dengan
pewarnaan dan dilakukan pembacaan pada mikroskop dengan pembesaran 100x. Dihitung
100 sel dan dinyatakan alam %.
V. DASAR TEORI
Menghitung jenis leukosit dalam darah tepi dengan cara membaca hapusan darah
tepi pada mikroskop. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan
basal. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/ jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu 13.000-38.000/ setelah itu jumlah
leukosit menurun secar bertahap dan pad umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara
4.500-11.000/ Bila jumlah leukosit lebih dari normal, maka keadaan tersebut adalah
leukositosis. Dan bila jumlah leukosit kurang dari normal, maka disebut leukopenia.
Karena pada hitung jenis leukosit, neotrofil adalah sel yang paling tinggi presentasinya
hampir selalu leukopenia disebabkan oleh neutropenia. Hitung jenis leukosit hanyamenunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah
absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total.
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari
neutrofil segmen, sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Bila pada hitung jenis
II. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah dan menghitung limfosit.
III. Metode : Hitung limfosit secara mikroskopis dengan sediaan kering.
IV. Prinsip : Hitung jenis leukosit adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit
sekurang-kurangnya 100 sel, dan dinyatakan dalam %.
V. Dasar Teori :
Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
system kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amobeid, dan dapat menembus dinding kapiler/dispedesis. Dalam keadaan normal
kandungan log hingga log sel darah putih dalam seliter darah manusia dewasayang sehat sekitar 7000-2500 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat
6000 sampai 10.000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia, jumlahnya
dapat meningkat 50.000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara
ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja sama indenpenden sepertiorganism sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi danmenangkap serpihan selular, pertikel asing, atau mikroorganisme penyulap. Selain itu
leukosit tidak bias membelah diri atau bereproduksi denagn cara mereka sendiri,melainkan mereka adalah produk dari sel panca hematopoietic pluripotent yang ada pada
sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi : eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan
monosit (Suryanto, 2010).
Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe, namun dapat juga dijumpaidalam jaringan limfoid (limpa, tonsil, apendik, bercak peyer pada usus halus, sumsum
tulsng dan timus). Limfosit dalam tubuh berperan dalam system imun, melalui
pembekuan antibody (imunitas hormonal) dan limfosit teraktivasi (imunitas sel T)melalui jaringan limfosit. (Anwar, 2007).
b. Bentuk sel oval atau bulatc. Warnja sitoplasma pucat, ditutupi oleh granula
d. Tipe kromatin padat
e. Nukleus tridak kelihatan
5. Stab
a. Ukuran sel 14-20 mm
b. Bentuk sel ovgal atau bulat
c. Warna sitoplasma pink
d. Bentuk inti semi selulere. Tipe kromatin berkelompok
6. Segmen
a. Ukuran sel 14-20 mm
b. Bentuk sel oval atau bulat
c. Warna sitoplasama pink
d. Mempunyai benang-benang kromatin
Pada pasien tersebut memiliki jumlah limfosit melebihi batas normal yaitu 79%.
Dalam hasil perhitungan yang telah dilakukan hanya berbeda 3% dari hasil sebenarnyayaitu 76%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian atau kurang pahamnya dalammembedakan jenis-jenis leukosit. Terutama dalam membedakan limfosit dengan monosit.
Berdasarkan hasil yang diperoleh jumlah limfosit pasien melebihi batas normal,
sehingga pasien tersebut diidentifikasi limfositosit dapat disebabkan oleh infeksi virus,seperti morbili, mononucleosis infeksiosa, infeksi kronik. Ini menyebabkan adanya
penyakit tubercolusis, sipilis dan yang lainnya.
X. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah limfosit pasien adalah 79%,eosinofil 0%,
basofil 0%, stab 6%, segmen 4%,dan monosit 11%. Ini membuktikan bahwa pasienmengalami atau diidentifikasi mengalami limfositosis.
Berisi biasanya lebih dari 2 lobus, granulanya besar-besar dan berbentuk bulat,
berwarna merah jingga, jumlahnya banyak dan berdekat-dekatan . Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama
parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 - 2% dari seluruh jumlah leukosit.
Nilai normal dalam tubuh: 1 - 4%. Esonofil fagositik lemah. Jumlahnya akan
meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit,tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel
mast dan jaringan yang cedera sat inflamasi berlangsung. Esonofil mengandung
peroksidase dan fosfatase,yaitu enzim yang mampu menguraikan protein. Enzim ini
mungkin terlibat dalam detoksikasi bakteri dan pemindahan komplek antien-
antibodi,tetapi fungsi pastinya belum diketahui.
Dalam pratikum kali ini ditemukan eosinofil dalam darah sebanyank 38% dimana
nilai sebenarnya adalah 18%.nilai normal eosinofil dalam darah adalah 1-3%.
Eosinofil dalam darah pasien ini melebihi batas nomal, diduga pasien ini menderita
eosinofilia.
2. Basofil
Gambar :
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah
leukosit,basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma yang besar dan bentuknya
tidak beraturan dan akan berwarna keunguan. Vakul terkadang terlihat dalam
sitoplasmanya. Basofil terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi
kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%. Peningkatan basofil terdapatpada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan
basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
Ditemuakn basofil sebanyak 1% dimana sama dengan hasil sebenarnya. Nilai normal
basofil 0-1%, jadi jumlah basofil dalam darah pasien masih berada pada batas normal.
Berinti bulat atau lonjong hampir memenuhi seluruh sel dan berwarna ungu.
Sitoplasmanya terlihat sangat sedikit. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah
mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen
lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat
patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankankemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.) Sel
T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer : Sel
pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak
menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau
telah menjadi kanker. Ditemukan limfosit sebanyak 17%, dimana nilai sebenarnya
17%. Nilai normal limfosit adalah 20-40 %. Berarti jumlah limfosit pasien berada di
bawah batas normal.
6. Monosit
Gambar :
Inti bervariasi, biasanya berebntuk seperti ginjal, kromatin tersusun dalam untaian
warna lembayung muda. Granulanya berwarna kemerahan dan vakoula sering
terdapat dalam sitoplasma. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliaran darah,
Materi Praktikum : Pembacaan Eritrosit pada Hapusan Darah Tepi
Tempat : Laboratorium Poltekkes Denpasar
Pembimbing : Drs. A.A.N. Santa
I. Judul
Pembacaan Eritrosit pada Hapusan Darah Tepi
II. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk,warna, dan ukuran normal eritrosit beserta kelainan-kelainan
pada eritrosit
III. Metode
Dalam pemeriksaan eritrosit pada hapusan darah tepiini digunakan sediaan kering.
IV. Prinsip
Hapusan diperiksa dengan mikroskop pada lensa objektif 100, dan dilihat bentuk, warna
dan ukuran eritrosit beserta kelainan-kelainan dalam eritrosit.
V. Dasar Teori
Eritrosit merupakan komponen dalam darah. Eritrosit tidak mempunyai nukleus
sel dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin
dan mengedarkan oksigen.
Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapatdilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-
mula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak
emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. Pemeriksaan hapusan darah
terdiri atas :
1. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10x)
a. Penilaian kwalitet hapusan darah dan penyebaran sel-sel dalam hapusan.
- Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eryhtrosit dan leukosit jelas
terpisah satu dengan lainnya.
- Hapusan tidak boleh mengandung cat
- Eryhtrosit, leukosit dan thrombosit harus tercat dengan baik.- Leukosit tidak boleh menggerombol pada akhir (ujung) hapusan.
b. Penafsiran jumlah leukosit dan eryhtrosit, penaksiran penghitungan differential
leukosit dan pemeriksaan apakah sel-sel ada yang abnormal.
Dilakukan pada daerah area penghitungan dari bagian hapusan tempat eryhtrosit
terletak berdampingan, tidak tertumpuk. Bila didapatkan 20-30 leukosit perlapang
Merupakan eritrosit dengan central pallor berbentuk celah karena bentuk eritrosityang seperti mangkuk.Eritrosit pucat memanjang di tengah, normal, 5%, akibat
meningkatnya Sodium dalam sel dan menurunnya Potasium
7. Sferosit
Memiliki diameter lebih kecil daripada eritrosit normal , tanpa halo di tengah dan
Eritrosit hipokrom disebabkan kadar hemoglobin dalam
eritrosit berkurang.Eritrosit pucat berlebihan pada bagian
tengah eritrosit, melebihi sepertiga diameternya. Disebabkan
hemoglobinisasi yang tidak adekuat. Hipokrom dapat
ditemukan pada anemia kurang besi (defisiensi besi) , sicklecell anemia, talasemia atau anemia karena penyakit kronis.
Disimpulkan bahwa didapat hasil hipokrom-normositer-poikilositosis. Terjadi
kekeliruan karena hasil akurat dari laboratorium adalah hipokrom-normositer-
anisositosis.
Hipokrom ditemukan pada anemia defisiensi besi, sickle cell anemia, talasemia,
atau anemia pada penyakit kronis. Mikrositer ,bentuk eritrosit yang lebih kecil dari
ukuran normal atau dibandingkan dengan inti limfosit kecil. Hipokrom-mikrositer-
anisositosisbiasanya ditemukan pada talasemia.
Talasemia merupakan suatu penyakit darah yang ditandai dengan berkurang atau
ketiadaan produksi dari hemoglobin normal. Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-
gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu.
Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel
darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut.
XI. Kesimpulan
Pada pemeriksaan eritrosit ini, ditemukan kelainan bentuk dan warna antara lain
sferosit, burr cell, akantosit, tear drop cell, eliptosit, stomatosit dan hipokrom.Disimpulkan bahwa didapat hasil hipokrom-normositer-poikilositosis. Terjadi
kekeliruan karena hasil akurat dari laboratorium adalah hipokrom-normositer-
anisositosis.
Hipokrom ditemukan pada anemia defisiensi besi, sickle cell anemia, talasemia,
atau anemia pada penyakit kronis. Mikrositer ,bentuk eritrosit yang lebih kecil dari