LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM “RESPIRASI” Di Susun oleh NAMA : DIAN PURNAMASARI THALIB NIM : ( 213 330 005 ) KELAS/ KELOMPOK : 1 BIOLOGI/ 3 ( TIGA ) DOSEN : ASRULLAH SYAM, S.Pd, M.Pd
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM“RESPIRASI”
Di Susun oleh
NAMA : DIAN PURNAMASARI THALIBNIM : ( 213 330 005 )KELAS/ KELOMPOK : 1 BIOLOGI/ 3 ( TIGA )DOSEN : ASRULLAH SYAM,
S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013/2014HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Umum dengan judul
“Respirasi”
Nama : DIAN PURNAMASARI THALIB
NIM : 213 330 005
Kelas : 1 BIOLOGI
Kelompok : 3
Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen/Asisten yang
bersangkutan.
Parepare,
Koordinator Asisten Asisten
Asrullah Syam, S.Pd., M.Pd. Asrullah Syam, S.Pd., M.Pd.NBM. 1126624 NBM. 1126624
BAB 1PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai
banyak keuntungan, salah satunya tentu saja
kandungan oksigen yang tinggi. Selain itu, karena
O2 dan CO2 berdifusi jauh lebih cepat di udara
dibandingkan dengan di dalam air, maka permukaan
respirasi yang terpapar ke udara tidak harus di
respirasi secara menyeluruh seperti insang.
Sementara permukaan respirasi mengeluarkan oksigen
dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida , difusi
dengan cepat membawa lebih banyak oksigen ke
permukaan respirasi dan membuang karbondioksida.
Ketika hewan darat melakukan ventilasi, maka lebih
sedikit energi yang dipakai karena udara jauh lebih
mudah di gerakkan dibandingkan dengan air. Akan
tetapi sebuah permasalahan yang mengalahkan
keuntungan udara sebagai medium respirasi. Permukaan
respirasi yang harus lebih besar dan lembab secara
terus menerus akan kehilangan air ke udara melalui
penguapan. Permasalahan itu diatasi dengan cara
membuat permukann respirasi melipat ke dalam tubuh.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa
sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang
di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari
permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan
pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi
seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat
membawa cukup O2dari udara ke sistem trakea dan
membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem respirasi
seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan
energi yang lebih tinggi memventilasi sistem
trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik)
yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara
seperti alat penghembus.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang
diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu
(Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat
dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana,
reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O
+ATP.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen
(dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan
energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam
bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1.Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan
oksigen untuk respirasinya.
2.Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme
menurut jenis dan ukuran tubuhnya.
C. WAKTU PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari/ tanggal : Sabtu/ 28 Desember 2013
Waktu : 13.30 – 16.00 Wita
Tempat : Jl. Muhammadiyah No. 8 Parepare
Kampus 1 Universitas Muhammadiyah
Parepare
BAB 3MOTOPOLOGI PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Respirometer
Kapas/jarum suntik
Pipet kecil
Stopwatch/jam tangan
Neraca
BAHAN
Vaselin
Larutan eosin
KOH Kristal
3 jenis serangga
1. Belalan
2. Kecoak
3. Jangkrik
B. CARA KERJA
Percobaan 1
1. Ambil satu ekor jangkerik atau hewan lainnya
dengan ukuran berat tubuh sama/hampir sama.
2. Masukkan jangkerik atau hewan lainnya ke dalam
tubuhtabung respirometer.
3. Bungkus dengan kapas tipis 2 butir kristal KOH,
masukkan kedalam tabung respirometer.
4. Tutup tabung respirometer dengan tutupnya yang
berhubungan dengan kaca pipa berskala, kemdian
letakkan pada saandarannya.
5. Olesi vaselin pada smbungn tabung respiremeter
dengan penutupnya untuk mencegah kebocoran.
6. Tetesi larutan eosin pada ujung pipa kaca
berskala sampai masuk ke dalam salurannya.
7. Amati pergerakan eosin sepanjang saluran pipa
kaca berskala, kemudian catat beberapa jarak
mulai dari skala 0,0 setiap satu menit.
8. Lakukan pengamatan sampai eosin tiba pada skala
10 atau eosin tidak bergerak.
Percobaan 2 dan 3
1. Bersihkan respiometer sederhana yang telah di
gunakan.
2. Dengan tata urutan kerja yang sama pada
percobaan 1, lakukan percobaan 2 dan 3 dengan
menggunakan hewan sejenis dengan ukuran tubuh
yang berbeda.
BAB 4PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
a) Percobaan 1
No Menit ke-n
Jenis organisme
Skala yang di tunjukkan eosin
Volume oksigenyang digunakanorganisme
1 Menit 1 Jangkrik
0,06 0,06
2 Menit 2 Jangkrik
0,10 0,06 -0,10= 0,04
3 Menit 3 Jangkrik
0,20 0,20 – 0,10= 0,10
4 Menit 4 Jangkrik
0,25 0,25 – 0,20 = 0,05
5 Menit 5 Jangkrik
0,29 0,29 – 0,25 = 0,04Jumlah = 0,20
b) Percobaan 2
No Menit ke-n
Jenis organisme
Skala yang di tunjukkan eosin
Volume oksigenyang digunakanorganisme
1 Menit 1 Belalang
0,05 0,05
2 Menit 2 Belalang
0,10 0,10 – 0,05 = 0,05
3 Menit 3 Belalang
0,14 0,14 – 0,10 = 0,04
4 Menit 4 Belalang
0,2O 0,20 – 0,14 = 0,06
5 Menit 5 Belalang
0,25 0,25 – 0,20 = 0,05
Jumlah = 0,25
c) Percobaan 3
No Menit ke-n
Jenis organisme
Skala yang di tunjukkan eosin
Volume oksigenyang digunakanorganisme
1 Menit 1 Kecoa 0,08 0,082 Menit 2 Kecoa 0,14 0,14 – 0,08 =
0,063 Menit 3 Kecoa 0,20 0,20 – 0,14 =
0,064 Menit 4 Kecoa 0,27 0,27 – 0,14 =
0,135 Menit 5 Kecoa 0,31 0,31 – 0,27 =
0,04Jumlah = 0,37
B. PEMBAHASAN
Setelah kami meneliti 3 jenis serangga, yaitu
jangkrik, belalang, dan kecoak, maka kami menemukan
hasil penelitian sebagai berikut :
1. Jankrik :
Setelah kami meneliti organisme jenis jangkrik,
kami menemukan skala yang ditunjukan eosin dimenit
pertama yaitu memiliki skala 0,28 dan volume
oksigen yang digunakan organisme yaitu 0,28.
Dimenit kedua yaitu memiliki skala 0,35 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,07.
Dimenit ketiga yaitu memiliki skala 0,46 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,11.
Dimenit keempat yaitu memiliki skala 0,55 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,09.
Dimenit kelima yaitu memiliki skala 0,60 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,05.
2. Belalang :Setelah kami meneliti organisme jenis jangkrik,
kami menemukan skala yang ditunjukan eosin dimenit
pertama yaitu memiliki skala 0,35 dan volume
oksigen yang digunakan organisme yaitu 0,35.
Dimenit kedua yaitu memiliki skala 0,58 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,23.
Dimenit ketiga yaitu memiliki skala 0,74 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,16.
Dimenit keempat yaitu memliki skala 0,86 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,12.
Dimenit kelima yaitu memiliki skala 0,92 dan
volume oksigen yang digunakan organisme 0,09.
3. Kecoak :
Setelah kami meneliti organisme jenis jangkrik,
kami menemukan skala yang ditunjukan eosin dimenit
pertama yaitu memiliki skala 0,18 dan volume
oksigen yang digunakan organisme yaitu 0,18.
Dimenit kedua yaitu memiliki skala 0,26 dan volume
oksigen yang digunakan organisme 0,08. Dimenit
ketiga yaitu memiliki skala 0,39 dan volume
oksigen yang digunakan organisme 0,13. Dimenit
keempat yaitu memiliki skala 0,50 dan volume
oksigen yang digunakan organisme 0,11. Dimenit
kelima yaitu memiliki skala 0,56 dan volume
oksigen yang digunakan organisme 0,06.
PERTANYAAN UNIT.
1) Apa fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas?
Jawab: Fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas
tersebut ialah Mengikat menyerap CO2 dari pernafasan
organisme yang ada didalam tabung.
2) Apa fungsi eosin pada percobaan ini? Dapatkah eosin
tersebut diganti dengan cairan lain? Jelaskan!
Jawab: Fungsi dari eosin adalah untuk mengetahui
adanya penyusutan volume udara dalam tabung tutup
yang berisi NaOH dan serangga. Eosin dapat diganti
dengan cairan lain asalkan cairan pengganti tersebut
tidak memiliki kandungan yang dapat mempengaruhi
proses respirasi didalam respirometer.
3) Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen
berdasarkan jenis organisme? Jelaskan?
Jawab: Ada, dapat dilihat pada hasil percobaan ini
bahwa jumlah oksigen yang digunakan oleh belalang
berbeda dengan jumlah oksigen yang digunakan oleh
kecoa untuk melakukan proses respirasi.
4) Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen
berdasarkan ukuran organisme? Jelaskan?
Jawab: Ada , tetapi ukuran tubuh tidak
selamanya mempengaruhi jumlah oksigen yang
digunakan oleh organisme karena ada faktor lain
yang mungkin mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Seperti pada percobaan ini ada faktor lain yang
juga mempengaruhinya yaitu aktivitas organisme
tersebut . Dimana faktor lain tersebut adalah
suhu dan ketersediaan oksigen yang ada di
dalam ruangan
BAB 5PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada praktikum repirasi kali ini menggunakan
serangga (belalang, jangkrik, kecoa) yang
dimasukkan ke dalam respirometer. Serangga ini
dimasukkan ke dalam tabung respirometer kemudian
dimasukkan eosin yang berfungsi untuk mengikat O2,
namun eosin harus dibungkus terlebih dahulu dengan
menggunakan kapas sebelum dimasukkan ke dalam
tabung. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan
serangga dengan zat kimia karena serangga akan
mati bila bersentuhan dengan eosin. Kemudian pada
ujung pipa kapiler diberi cairan untuk memisahkan
udara yang ada di dalam tabung dan udara yang ada
di luar tabung.
Pernapasan pada serangga dengan menggunakan
trakea dimana udara yang ada masuk secara difusi,
penyebab terjadinya difusi pada belalang karena
dalam proses respirasi khususnya pada belalang, O2
agar dapat dipindahkan dari lingkungan ke dalam
tubuh melintasi membran respirasi yang
permukaannya pada tiap serangga tidak sama dan
juga membran ini mengandung kapiler, sehingga agar
masuk ke dalam tubuh serangga harus melalui
mekanisme difusi secara pasif. Sistem pernapasan
trakea pada serangga yaitu udara masuk melalui
stigma, dan masuk ke dalam trakea, terlebih dahulu
udara ini disaring oleh rambut-rambut halus yang
terdapat pada stigma sehingga udara dan debu dapat
dipisahkan. Karena adanya kontraksi tubuh yang
menjadikan tubuh serangga kembang kempis sehingga
pembuluh trakea ikut kembang kempis. Akibatnya
udara dapat beredar keseluruh bagian sel tubuh dan
diedarkan oleh trakeolus yaitu cabang-cabang kecil
trakea yang menembus jaringan kecil.
Pada proses respirasi ditandai dengan
bergeraknya air pada pipa kapiler. Persamaan
reaksi antara eosin dan CO2 yaitu:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
B. SARAN
Setiap melakukan praktikum diharapkan untuk dapat
memperhatikan prosedur kerja serta memperhatikan
keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk
memperbanyak referensi guna memudahkan kita baik
dalam melakukan praktikum maupun dalam penyusunan
laporan praktikum.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang
diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu
(Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan
respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam
jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang
dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk
laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi
oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran
badan, dan aktivitas.
Respirasi merupakan proses penghasil energi di dalam
tubuh makhluk hidup. Selain dihasilkan energi
dihasilkan juga karbon dioksida yang harus dikeluarkan
dari tubuh. Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
1. Keluar masuknya udara antara dua organ
pernapasan (alveole paru-paru) yang disebut ventilasi
polmonum.
2. Difusi O2 dan CO2 antara udara dan alveole dan
dalam darah.
3. Transport O2 dan CO2 dalam darah / cairan tubuh
ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi dan segi-segui respirasi
lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan menjadi:
1. Respirasi eksternal: meliputi pertukaran O2 dan
CO2 yang terjadi di paru-paru antara alveole dan
kapiler darah.
2. Respirasi internal: meliputi pertukaran gas (O2
dan CO2) yang terjadi di tenunan: semua proses
pertukaran gas antara sel dengan cairan sel
disekelilingnya.
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas,
secara maksimal, di dalam paru-paru masih ada udara.
Sisa udara ini disebut udara residu. Bila nafas
dikeluarkan secara biasa, maka paru-paru masih
mengandung udara dan disebut udara cadangan. Bila
menghirup dan mengaluarkan napas secara biasa, maka ini
disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-
dalam, selain udara pernapasan juga masih dapat
dimasukkan udara lagi dan ini disebut udara
komplementer.
Pada serangga sistem trakea merupakan alat untuk
mengambil oksigen dari luar, mendistribusikannya ke
seluruh tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara
masuk ke trakea dengan cara difusi melalui spirakel
atau dibantu oleh ventilasi udara.
Sistem trakea pada belalang cukup khas seperti yang
terdapat pada serangga dan serangga pada umumnya.
Trakea-trakea bermula pada lubang-lubang kecil pada
eksoskeleton (kerangka luar) yang disebut spirakel.
Pada serangga yang lebih kecil atau kurang aktif
masuknya O2 melalui sistem trakea dengan fungsi yang
sederhana. Sebaiknya serangga yang berukuran beras dan
aktif seperti belalang dengan gait melakukan pertukaran
udara dengan trakeanya.
Kontraksi pada otot belalang memipihkan organ-organ
kendur, pernapasan ini dikenal dengan pernapasan vital
paru-paru dan pada titik ekspirasi maksimum kira-kira
(udara residu) tetap ada di paru-paru. Untuk mengerti
respirasi hewan maka kita tidak hanya memandang sifat
dari alat pernapasanya saja tetapi mekanisme yang
digunakan untuk mengendalikan respirasi dan adaptasi
terhadap lingkungan berbeda-beda. Bersama dengan fungsi
homoiostatik yang lain, respirasi hewan harus
diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan
pengendalian yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj. dari: Biology. 5th ed. OlehManalu, W. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Campbell, 1999, Biologi, edisi kelima jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Mader, S.S. 2004. Biology. Boston. McGraw-Hill
Raven, P.H., G.B. Jhonson, J.B Losos, S.R. Singer. 2005. Biology. 7th ed. Boston. McGraw Hill Companies, Inc.