1 LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : IDAWANNI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
55
Embed
LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN HASIL KEGIATAN
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : IDAWANNI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP
Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : Dipa Bptp Aceh 2014
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Idawanni, SP
B. Pangkat / Golongan : Penata III C
C. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Lahan Sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : -
12. Output Akhir : Diperolehnya satu atau lebih varietas padi dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi.
Meningkatnya Produktivitas dan Pendapatan Petani Padi Sawah Dataran Tinggi.
13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah)
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil
pelaksanaan kegiatan Kajian Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran
Tinggi di Provinsi Aceh yang dilakukan mulai Bulan Februari sampai
Desember 2015.
Pelaksanaan pengkajian ini melibatkan Dinas/Lembaga terkait
dengan menggunakan metode penelitian partisipatif (Participatory
Research) dan mengacu pada konsep-konsep kemitraan antara
peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya. Luas
lahan yang digunakan dalam kajian ini 3 Ha, dengan satu kelompok tani
Tunas Karya Empat di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten
Bener Meriah. Teknologi yang dilakukan menggunakan 5 varietas unggul
baru padi dataran tinggi yaitu varietas inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,
Sarinah, Batang Piaman dan 1 varietas Ciherang (yang sudah sering
digunakan oleh petani) dan pupuk anorganik
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga administrasi serta
semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan hingga
tersusunnya laporan akhir ini.
Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi yang membutuhkan,
mohon maaf atas segala kekurangan.
Banda Aceh, 27 Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan, Idawanni,SP
4
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3. Lokasi : Kabupaten Bener Meriah
4. Agroekosistem : Lahan Sawah
5. Status : Baru
6. Tujuan : - Untuk mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi
- Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani melalui melalui penerapan teknologi budidaya introduksi padi sawah dataran tinggi
7. Keluaran : - Diperolehnya satu atau lebih varietas
padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesif lokasi
-Meningkatnya produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah dataran tinggi
8. Hasil : Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6,2 ton /ha diikuti varietas Batang Piaman 6 ton/ha dan Inpari 26 5,1 ton/ha
9. Prakiraan Manfaat : - Meningkatnya penggunaan satu atau
lebih varietas padi sawah dataran tinggi yang memiliki daya adaptasi
- Memberikan tambahan keuntungan/ pendapatan dengan menggunakan varietas unggul baru padi dataran tinggi
10. Prakiraan Dampak : - Berkembangnya penggunaan varietas unggul padi dataran tinggi dii Kecamatan Gajah Putih
5
11. Prosedur : Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah pada ketinggian 875 m dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah Kecamatan Gajah Putih Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha. Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2015, namun untuk kegiatan di lapangan bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang terlibat yaitu Tunas
Karya Empat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu beberapa varietas dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan, pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik ragam. Peubah yang diamati ; 1) tinggi tanaman, 2) jumlah anakan, 3) Panjang Malai 4) jumlah malai per rumpun, 5) jumlah gabah isi, 6) bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14 %, 7) Hasil ton/ha dan 9) serangan hama penyakit di lapang.
12. Jangka Waktu : 1 Tahun
13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh
Delapan Juta Rupiah)
6
SUMMARY
1. Title : Plateau in Aceh Province Plateau in Aceh Province
2. Implementation Unit : Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT aceh)
3. Location : Kabupaten Bener Meriah
4. Agroecosystem : Wetland
5. Status : New 6. Objectives
: - To get the varieties of paddy plateau
specific adaptive
- To increase the productivity and income of farmers through cultivation technology through the introduction of paddy plateau
7. Output
: - Obtaining one or more varieties of
paddy plateau adaptive spesif location
- ncreased productivity and farm income of paddy plateau
8. Outcome
: Sarinah varieties gives the highest yield of 6.2 tonnes / ha followed varieties Batang Piaman 6 tonnes / ha and Inpari 26 5 tonnes / ha
9. Expected benefit : - Increased use of one or more varieties of paddy plateau which has adaptability
- Provide additional profits / income by using new varieties of upland rice
10. Expected impact : The growing use of high yielding varieties of upland rice in the district of Gajah Putih
11. Procedure
: Studies conducted in paddy fields at an
altitude of 875 m above sea level in Bener Meriah District of the Gajah Putih Village Umah Besi with an area of ± 3 ha land assessment. This assessment was conducted from February - December 2015, however, for the activities in the field September - December 2015, with farmers' groups involved, namely Tunas Karya empat. This study uses a randomized complete block design (Randomized Block Disign) with treatment in test plots are
7
several varieties with three (3) replicates. Each quiz consists of six treatment plots, sampling was conducted as many as 10 plants in each plot. Further observation data analyzed statistically using analysis of variance. Variables measured; 1) plant height, 2) the number of tillers, 3) Long Tassel 4) the number of panicles per hill, 5) the number of filled grain, 6) 1000 grain weight grain moisture content of 14%, 7) Yield ton / ha and 9) pests disease in the field.
12. Duration : 1 Year
13. Budget : IDR 88.000.000
8
9
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
RINGKASAN……………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Dasar Pertimbangan ................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Keluaran ............................................................... 3
1.4 Perkiraan dan Manfaat ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
BAB III METODELOGI ..................................................................... 8
Lampiran 4. Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi ......................................... 33
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Teknologi anjuran budidaya padi dataran Tinggi………………….
2. T inggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi
pada Umur 3, 6, dan 10 MST ……………………………..…………….
3 Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 MST ………………………………………………
4. Jumlah Panjang Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi
Dataran Tinggi………………………………………………………………………
5. Jumlah Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi……………………………………………………………………….........
6. Jumlah Gabah Berisi Per Malai pada Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi.........................................................................
7. Berat 1000 Butir pada Beberapa Varietas Padi Gogo Padi Dataran
Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah pada daerah dengan
ketinggian diatas 800 meter dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah
Kecamatan Gajah Putih, Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha.
Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2014, namun
untuk kegiatan di lapangan akan dilaksanakan pada musim tanam gaduh atau
MT II pada bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang
terlibat yaitu Bina Karya Empat
B. Rancangan Penelitian
Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri 6
(enam) perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya adalah varietas Sarinah,
Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28, Batang Piaman dan varietas Ciherang yang
exiting sebagai pembanding. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,
pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman .
C. Persiapan Bibit
Benih di rendam dulu selama 24 jam sebelum semai, bedengan
pembibitan dibuat dengan lebar 1-2 m dan panjang di sesuaikan dengan
keadaan lahan. Untuk mencegah serangan tikus, buat pagar plastik mengelilingi
tempat pembibitan.
D. Penanaman
Tanam dilakukan setelah bibit berumur 20 hari setelah semai dan jumlah
bibit yang di tanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Jarak tanam 20 x 10 x
40. Sistem tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang seling 4 baris dan 1
baris kosong , jarak baris yang dikosongkan disebut satu unit, populasi tananam
jajar legowo 4 : 1 (25 rumpun/m2 )
24
E. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi sawah pada kegiatan ini
menggunakan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik dilaksanakan
sesuai petunjuk budidaya, yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, KCL 100
kg/ha. Urea diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam, umur 25 HST dan umur 40
HST sedangkan SP-36 dan KCL di berikan 2 kali, masing – masing 1/2 dosis pada
saat tanam , dan pada umur 25 hari setelah tanam. Pupuk diberikan dengan
cara di disebar diantara barisan tanaman.
F. Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam, sedangkan penyiangan
pertama dan kedua dilakukan masing-masing pada 30 hari dan 60 hari setelah
tanam. Bila perlu dilakukan penyiangan ketiga, tergantung keadaan di lapangan.
G. Pemeliharaan
Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi
dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat dikendalikan
dengan menggunakan cangkul atau kored, sedangkan secara kimia dapat
mengikuti petunjuk. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 5
minggu setelah tanam. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit, dilakukan
sesuai dengan ambang kendali hama dan penyakit
3.6. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, dan 10
MST. Sampel tanaman yang diamati sebanyak 10 rumpun tanaman untuk setiap
perlakuan. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel, pengukuran
pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat meteran.
Diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
2. Jumlah Anakan
25
Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 10 MST
dan jumlah anakan panen. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman
sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot
3. Panjang Malai
panjang malai diukur menjelang panen yang diukur dari pangkal malai
sampai ujung malai pada tanaman sampel.
4. Jumlah Gabah total Per malai
Jumlah gabah permalai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh
malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan setelah
panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
5. Jumlah Gabah Isi Per Malai
Jumlah gabah berisi per malai dihitung dengan mengambil semua gabah
berisi daei tanaman sampel setiap plot. Perhitungan dilakukan saat panen
6.Jumlah Gabah Hampa Per malai
Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah
hampa seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan
dilakukan setelah panen.
8. Bobot 1000 Butir
Gabah dihitung sebanyak seribu butir kemudian ditimbang beratnya, ini
dilakukan setelah panen
7. Bobot Kering Gabah Per Plot
Pengamatan bobot gabah perplot di lakukan setelah panen. Gabah
dipisahkan darii malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar
airnya mencapai 14 %.
8. Bobot Kering Gabah Per Hektar
Pengamatan bobot kering gabah per hektar
26
9. Serangan Hama dan Penyakit
Ketahanan terhadap penyakit diamati dari luasan 1 m2 sebanyak 10
sampel menggunakan skala 0 – 5, dimana : 0 = tidak ada serangan, 1 =
serangan 20%, 2 = serangan 21 – 40%, 3 = serangan 41 – 60%, 4 = serangan
61 – 80 %, dan 5 = serangan > 80%. Intensitas serangan penyakit diukur
dengan rumus :
I = ∑( n x v)
N x V Dimana :
I= Intensitas serangan n=jumlah rumpun yang diamati untuk setiap kategori serangan v=nilai skala dari setiap kategori serangan N=jumlah rumpun yang diamati V=nilai skala dari kategori serangan tertinggi
11. Metoda Analisis
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block
Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu adaptasi beberapa varietas
dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,
pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data
pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik
ragam.
X 100%
27
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian
Uji adaptasi beberapa varietas padi Dataran tinggi di Provinsi Aceh
dilaksanakan di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih di Kabupaten Bener
Meriah.
Kecamatan Gajah Putih adalah sebuah kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Bener Meriah, yang dibentuk berdasarkan qanun pembentukan
kecamatan Kabupaten Bener Meriah no 5 tahun 2007. Kecamatan Gajah Putih
dibagi atas sepuluh desa yaitu Desa Pante Raya, Reronga, Gajah Putih, Simpang
Rahmad, Gayo Setie, Timang Gajah, Alam Jaya, Pantan Lues, Meriah Jaya, dan
Desa Umah Besi. Wilayah ini berjarak sekitar ± 21,9 Km dari ibukota kabupaten
dengan luas kecamatan ± 73,57 Km2. Jumlah penduduk di kecamatan Gajah
Putih sebanyak 9.404 orang, terdiri dari 4.849 orang laki-laki dan 4.555 orang
wanita.
4.2 Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Padi Dataran Tinggi
a. Tinggi tanaman
Data hasil pengukuran tinggi tanaman padi dataran tinggi pada umur 3,
6, dan 10 minggu setelah tanam pada uji adaptasi beberapa varietas padi
dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 dari hasil analisis ragam pada umur 3 MST tinggi tanaman
tidak berbeda nyata antar varietas disini jumpai tanaman tertinggi pada varietas
Batang Piaman dengan tinggi 36.44 cm sedangkan yang terendah di jumpai
pada varietas Inpari 26 dengan tinggi 32.02 cm. Pada umur 6 MST tanaman
tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan tinggi tanaman 80.33
cm yang berbeda nyata dengan Varietas Sarinah dengan tinggi 73.51 cm. Pada
umur 10 MST tanaman tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan
tinggi 115.43 yang berbeda sangat nyata dengan varietas Inpari 26, Inpari 27
dan Inpari 28.
28
Tabel 2. Tinggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam
No. Kode Varietas 3 MST 6 MST 10 MST
1. V1 Inpari 26 32.02 a 63.40 a 81.50 a
2. V2 Inpari 27 32.64 a 65.36 a 82.04 a
3. V3 Inpari 28 33.53 a 68.22 ab 97.22 b
4. V4 Sarinah 34.49 a 73.51 b 110.04 cd
5. V5 Batang Piaman 36.06 a 80.33 c 115.43 d
6. V6 Ciherang 35.13 a 71.27 b 107.87 c
Pertumbuhan tinggi tanaman bervariasi dari setiap varietas akibat dari
faktor genetik dari masing-masing varietas yang berbeda sehingga pertumbuhan
dilapangan juga memberikan penampilan yang berbeda, terutama dalam hal
pertumbuhan tinggi tanaman. Seperti yang dikemukakan Sujitno et al. (2011)
bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik dan kondisi lingkungan
tumbuh tanaman. Berhubungan dengan tinggi tanaman, petani lebih menyukai
tanaman dengan tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, hal ini berkaitan
dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap keadaan cuaca seperti hujan dan
angin, dimana tanaman dengan tinggi tanaman lebih tinggi biasanya mudah
rebah. Akan tetapi tanaman yang berpostur terlalu pendek relatif menyulitkan
saat pelaksanaan panen. Kanada dan Beachel, (1974) melaporkan juga bahwa
akibat cekaman suhu rendah menyebabkan umur tanaman padi bisa bertambah
panjang, dan menekan pertumbuhan tanaman sehingga lebih pendek.
b. Jumlah Anakan
Data hasil pengukuran jumlah anakan tanaman padi pada umur 3, 6
MST, dan jumlah anakan panen pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran
tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 3.
29
Tabel 3. Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam
No Kode Varietas 3 MST 10 MST Jlh anakan panen
1. V1 Inpari 26 9.44 ab 21.60 ab 16.36 ab
2. V2 Inpari 27 8.7 ab 20.04 ab 14.56 a
3. V3 Inpari 28 11.64b 22.51 ab 16.53 ab
4. V4 Sarinah 10.13 ab 24.38 b 19.57 b
5. V5 Batang Piaman 10.6 ab 22.72 ab 17.03 ab
6. V6 Ciherang 8 a 18.11 a 13.03 a
Pada Tabel 3 dari hasil analisis ragam jumlah anakan pada pada umur 3
MST, 6 MST dan jumlah anakan panen berbeda antar varietas. Secara statistik
menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah anakan tertinggi pada umur 3 MST
pada varietas Inpari 28 (11.64) yang tidak berbeda nyata dengan varietas
Sarinah (10.13) dan batang piaman (10.6) dan berbeda nyata dengan jumlah
anakan Ciherang (8). Sedangkan Jumlah anakan pada umur 10 MST jumlah
anakan tertinggi dijumpai pada varietas Sarinah (24,38) yang tidak berbeda
nyata dengan varietas lainnya dan berbeda nyata dengan Ciherang (18.11).
Sedangkan jumlah anakan panen jumlah anakan tertingi di jumpai pada varietas
Sarinah (19.57) yang berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang dan
tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Jumlah anakan yang menghasilkan malai merupakan salah satu karakter
tanaman yang dapat menentukan produktivitas tanaman. Makin banyak anakan
yang menghasilkan malai erat hubungannya dengan bertambahnya tempat
kedudukan gabah (Siregar et al. 1998). Selain itu varietas dengan jumlah anakan
per rumpun yang disertai dengan jumlah gabah per malai yang banyak akan
memberikan hasil yang tinggi dibandingkan dengan varietas dengan jumlah
anakan dan jumlah gabah per malai lebih sedikit (Veeresh et al., 2011).
30
c. Panjang Malai
Data hasil pengukuran Panjang malai beberapa varietas padi dataran tinggi
pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Panjang malai (cm)
1. V1 Inpari 26 27.06 bc
2. V2 Inpari 27 26.49 ab
3. V3 Inpari 28 27.58c
4. V4 Sarianah 28.30d
5. V5 Batang Piaman 28.19 d
6. V6 Ciherang 25.96 a
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa panjang malai berkisar antara 25,96 –
28,19 cm, dimana malai terpanjang terdapat pada varietas Sarinah (28,30 cm)
yang tidak berbeda nyata dengan varietas Batang Piaman dan berbeda nyata
dengan Inpari 28 dan Ciherang. Sedangkan malai terpendek dijumpai pada
varietas ciherang (25,96).
Panjang malai juga di pengaruhi ketersediaan air yang cukup dan suhu
yang rendah pada fase pembungaan. Hal ini sesuai dengan pemaparan
Soemartono et al., (1990) yang menyatakan bahwa sebaiknya temperatur
rendah pada masa berbunga, karena ini berpengaruh baik bagi pertumbuhan dan
hasil akan lebih tinggi. Hasil penelitian Sirappa et al., (2009) bahwa panjang
malai dipengaruhi oleh faktor genetik dari varietas serta daya adaptasi varietas
itu terhadap lingkungan tumbuh tanaman. Panjang malai akan disukai petani
dengan baik jika kriteria tanaman padi memiliki panjang malai yang optimal dan
memiliki gabah yang tingkat pematangan yang serempak dan tidak terdapat butir
hijau. Semakin panjang malai maka diharapkan semakin banyak gabah yang
dihasilkan dari rumpun padi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Julistia dan
Jumakir (2011) panjang malai tanaman akan memberikan jumlah gabah per
31
malai lebih banyak dan sebaliknya malai tanaman yang pendek memberikan
jumlah gabah per malai lebih sedikit.
d. Jumlah Malai per Rumpun
Data hasil pengukuran jumlah malai per rumpun beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Malai per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Malai (batang)
1. V1 Inpari 26 13,20 bc
2. V2 Inpari 27 12,06 ab
3. V3 Inpari 28 14,30 cd
4. V4 Sarianah 15,06 d
5. V5 Batang Piaman 14,04 cd
6. V6 Ciherang 11.53 a
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa Jumlah malai berkisar antara (11,53-15,06)
dimana jumlah malai terbanyak terdapat pada varietas Sarinah (15,06 cm) yang
tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 28, Batang Piaman Inpari 26 dan
inpari 27 sedangkan jumlah malai terendah dijumpai pada varietas Ciherang
(11,53). Jumlah malai per rumpun erat kaitannya dengan kemampuan tanaman
menghasilkan anakan dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi
fisiologis tanaman. Semakin banyak anakan yang terbentuk semakin besar
peluang terbentuknya anakan yang menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan
pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai
berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif
tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi
karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk
dipindahkan ke malai.
32
e. Jumlah Gabah per Malai
Data hasil pengukuran jumlah gabah per malai beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Gabah per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Gabah per Malai(biji)
1. V1 Inpari 26 124 ab
2. V2 Inpari 27 106,4 a
3. V3 Inpari 28 121 ab
4. V4 Sarianah 139 b
5. V5 Batang Piaman 125,2 ab
6. V6 Ciherang 118 ab
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 106 ,4
– 139 biji dimana jumlah gabah terbanyak dijumpai pada varietas Sarinah (139
biji) yang berbeda dengan varietas Inpari 26. Perbedaan jumlah gabah per
malai yang dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor
genetik masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan pendapat Guswara
(2007) jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu
faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai,
karena keadaan cuaca yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi
cahaya yang digunakan untuk merombak air dan gas asam arang dirubah
menjadi makanan, fotosintat yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan
batang dan daun, kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan.
f. Jumlah Gabah Isi per Malai
Data hasil pengukuran jumlah gabah isi per malai beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 6.
33
Tabel 6. Jumlah Gabah Isi per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Gabah Isi per Malai
1. V1 Inpari 26 100,4 ab
2. V2 Inpari 27 93 a
3. V3 Inpari 28 98,5 ab
4. V4 Sarianah 105,7 b
5. V5 Batang Piaman 103,4 b
6. V6 Ciherang 92.4 a
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 92,4 –
105,7 dimana jumlah gabah isi per malai tertinggi dijumpai pada varietas
Sarinah (105,7) yang tidak berbeda dengan varietas Batang Piaman dan Inpari
28, dan berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang
g. Bobot 1000 butir Gabah Isi
Data hasil pengukuran bobot 1000 butir beberapa varietas padi dataran
tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot 1000 Butir Gabah Isi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Bobot 1000 Biji (gr)
1. V1 Inpari 26 25.60 ab
2. V2 Inpari 27 25.26 ab
3. V3 Inpari 28 25.20 ab
4. V4 Sarianah 26.5 b
5. V5 Batang Piaman 25.30 ab
6. V6 Ciherang 24,04 a
34
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot 1000 biji berkisar antara 24,04 – 26,5
gram, dimana bobot 1000 biji terberat dijumpai pada varietas Sarinah (26.5)
yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan tidak berbeda nyata dengan
varietas lainnya. Perbedaan bobot 1000 biji yang dihasilkan erat kaitannya
dengan kemampuan masing-masing varietas menyerap hara yang tersedia,
terutama P. Sebagaimana pendapat Warisno (1998) penyerapan P yang
berbeda akan menyebabkan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman padi
berbeda sehingga hasil fotosintesa yang ditraslokasikan untuk kebutuhan
pengisian biji menjadi berbeda. Biji akan terbentuk sempurna jika tersedia
akumulasi karbohidrat yang cukup, unsur P dibutuhkan tanaman padi sebanyak
75% pada masa generatifnya.
I. Hasil Gabah ton per hektar
Data hasil pengukuran hasil gabah ton per hektar beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Gabah Ton per Hektar Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Hasil Ton per Hektar
1. V1 Inpari 26 5,1 ab
2. V2 Inpari 27 4,8 ab
3. V3 Inpari 28 5 ab
4. V4 Sarianah 6,2 b
5. V5 Batang Piaman 6 b
6. V6 Ciherang 4,5 a
Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa hasil gabah
kering panen (GKP) dari 6 varietas yang diuji menunjukkan hasil tertinggi adalah
varietas Sarinah (6,2 ton ha/ha), kemudian diikuti masing-masing Batang Piaman
dan terendah adalah varietas Ciherang (4,5 ton/ha). Dari hasil uji tersebut,
35
ternyata bahwa varietas Sarinah dan Batang Piaman berbeda nyata dengan
Ciherang.
Temu Lapang
Kegiatan temu lapang dan panen kegiatan Uji Adaptasi Beberapa Varietas
Padi Dataran Tinggi di Kabupaten Bener Meriah di laksanakan pada Tanggal 15
Desember 2015 di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih. Dalam kegiatan ini
ada lima varietas yang di uji cobakan yaitu Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,
Batang Piaman, Sarinah dan satu varietas yang sudah sering digunakan oleh
petani yaitu Ciherang.
36
Selain penggunaan Varietas Unggul teknologi lainnya yang diterapkan
pada kegiatan ini adalah penanaman bibit muda umur 20 hari sebanyak 2
batang/lubang tanam. Sistem tanam yang digunakan juga mengintroduksikan
teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1 dengan jarak tanam 20 cm x 10
cm dan jarak legowo 40 cm. Pemupukan berimbang dan pengendalian hama
penyakit tanaman juga diterapkan pada kegiatan ini. Tujuan kajian ini untuk
mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif.
Temu Lapang ini menjadi wadah antara para petani dan
peneliti/penyuluh untuk mendiseminasikan teknologi yang diterapkan dan juga
saling tukar-menukar informasi serta menyebar luaskan teknologi budidaya padi
dataran tinggi yang diterapkan dalam kegiatan penelitian atau percontohan
pertanian. Tentunya dengan kegiatan ini diharapkan meningkatkan kemampuan
petani sehingga bisa mengambil keputusan dan memberikan respon yang tepat,
khususnya saat akan menerapkan teknologi inovasi.
Acara temu lapang diawali dengan penyampaian sambutan dari
penanggung jawab kegiatan, Camat Kecamatan Gajah Putih, dan Kepala BPTP
Aceh. Dalam sambutannya, Kepala BPTP Aceh menyampaikan varitas Ciherang
sebagai pembanding dari varitas yang diujikan sudah berkembang lebih dari 15
tahun. Untuk jangka waktu tersebut sebetulnya varitas Ciherang sudah tidak
direkomendasikan lagi sebab semakin lama digunakan varitas tersebut akan
mengurangi daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Di beberapa
kabupaten varitas Ciherang sudah mulai terserang blash, maka saat ini BPTP
memperkenalkan varitas unggul lain untuk diadaptasikan. Biasanya produktivitas
padi sekitar 4,5 ton, bila bisa meningkat 1 ton saja untuk setiap Ha nya dikalikan
dengan 350.000 Ha luas tanam padi di seluruh Prov Aceh, maka sudah dapat
memacu swasembada. Persoalan ke depan dihadapkan kepada kecucukupan
pangan yang harus berpacu dengan pertambahan penduduk yang semakin
meningkat. Untuk itu program pemerintah yang bekerjasama dengan aparat TNI
dilakukan untuk mencapai swasembada.
Dalam acara dialog antara para petani dengan instansi terkait petani
berharap adanya bantuan alsintan seperti traktor, benih, pupuk dan obat obatan.
Akhirnya kegiatan temu lapang ditutup dengan doa dan panen secara simbolis
yang dipandu oleh tim BPTP Aceh. Semoga kegiatan uji adaptasi padi dataran
tinggi yang telah didiseminasikan dapat memperoleh 1 atau 2 varietas yang
37
cocok untuk dikembangkan oleh petani di Kabupaten Bener Meriah sehingga
produktivitas dapat meningkat sekaligus mendukung upaya swasembada
nasional.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6.2 ton /ha diikuti varietas
Batang Piaman 6 ton/ha, dan Inpari 26 5.1 ton/ha
2. uji adaptasi dari keenam varietas yang di cobakan Varietas Sarinah,
Batang Piaman dan Inpari 26 baik untuk di kembangkan di dataran tinggi
Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah
3. Penerapan teknologi budidaya dengan penggunaan varietas unggul serta
pemberian pupuk yang sesuai rekomendasi padi dataran tinggi sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas padi dataran tinggi
5.2. SARAN
Perlu dilakukan uji adaptasi lagi untuk tiga varietas yang didapat pada
ketinggian diatas 900 m dpl agar penyebaran dan pengembangan teknologi
penggunaan varietas unggul dataran tinggi agar semakin meluas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUB lainnya. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 maret – 3 april 2004, di Balitpa, Sukamandi
Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Palawija. Provinsi Aceh.
Bobihoe J. dan Endrizal.1998. Peranan varietas unggul dalam kegiatan
pengembangan teknologi usahatani (padi, jagung dan kedelai). Kupang.Sekretariat Pembina Bimas Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Dirjen Tanaman Pangan, 2013. Pedoman Teknis Pelaksanaan SL-PTT Padi dan
Jagung 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Deptan. 2009. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http:// database.
eptan.go.id/ bdspweb/bdsp 2007/hasil_kom.asp. diakses tanggal 5 Januari 2009
Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi
Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Hamdani, A.R.. 1979. Low TemperatureProblems and Cold Tolerance Research
Activities for Rice In India. pp.39 - 48. In. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop.IRRI, Los Banos.
Harahap, Z., T.S. Silitonga, dan Suwarno.1993. “Pemuliaan Padi dalam PJPT II”.
Makalah pada Pertemuan Pemuliaan Tanaman Puslitbangtan. Bogor, 7-8 Juni 1993.
Indrasari, S.D., Jumali, dan A.A. Daradjat.(2007). Kualitas Beras Giling dan Nilai
Duga Derajat Sosoh Gabah.Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(3): 194-199
Julistia B., dan Jumakir. 2011. Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB)
padi sawah di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Cisarua 9-11 Desember 2010. Buku 3. Hal 1106-1111.
Kaneda, C. and H. M. Beachell. 1974. Response of indica-japonica rice hybrids to
low temperature. SABRAO J.6(1):17-32
40
Las, I., P. Wahid, Y.S. Baharsyah, dan Darwis SN. 1993. “Tinjauan iklim dataran tinggi Indonesia”. Potensi kendala dan peluang dalam mendukung pembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim. Padang, 6 Pebruari 1993.
Murayama, N 1995. Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of
ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unsika.