LAPORAN HASIL DISKUSI
LAPORAN HASIL DISKUSI
PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Community
SKENARIO Anak Sekolahku Gemuk Sekali
Minggu ke-8 (Komunitas)Tanggal 14 s.d 20 November 2014
Group D :
Rizky Ayu Diella C.
125070300111048
Andayu Nareswari
125070300111049
Redy Amukti
125070300111050
Andrelia Allen G. I.
125070300111051
Intan Rakhma Kinanti
125070300111052
Indah Izza M.
125070300111053
Fitria Nastiti H.
125070300111054
Aulia Miladitya
125070301111015
Geryna Puspitasari
125070301111016
Ryan Pritaningtyas
125070301111017
Wildania Nurin Izzati
125070301111018
Eryn Patria Perdani
125070301111019
Maulidatul Khasanah
125070301111020
Dhandy Buya Santosa
125070301111021
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
1DAFTAR ISI
2
ISI
3
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
3
B. SKENARIO
3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM
3
D. DAFTAR CUES
4
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
5F. HASIL BRAINSTORMING
5G. HIPOTESIS
7
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
8
KEGIATAN SKILLS LABORATORIUM
16REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA
17TIM PENYUSUN
18ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
1. Mahasiswa mampu mengawasi screening status gizi suatu
populasi atau masyarakat (Supervise screening of the nutritional
status of the population and/or community groups)
2. Mampu mengkaji status gizi populasi dan atau kelompok
masyarakat (Conduct assessment of the nutritional status of the
population and/or community groups)
3. Mampu mengawasi , mengkoordinir, memimpin tim untuk
pendokumentasian suatu pengkajian maupun intervensi gizi.
4. Berpartisipasi dalma penyusunan kebijakan pemerintah dalam
bidang pangan, ketahanan pangan, gizi dan pelayanan kesehatan
B. SKENARIO
Anak sekolahku gemuk sekaliBerdasarkan data dari surveillance
gizi dengan metode langsung diketahui bahwa prevalensi obesitas
pada anak sekolah terus meningkat pada 5 tahun terakhir. Parameter
dan indikator antropometri lain juga perlu ditentukan untuk
mengetahui pertumbuhan linier anak sekolah dimana sarjana gizi
dengan kewenangan level 6 berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) harus menguji intra dan inter-observer variation
dari calon pengukurnya yang berasal dari lulusan diploma 3 gizi
yang mempunya kewenangan di bawah sarjana gizi melalui suatu proses
standarisasi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat.
Selain itu untuk mendukung informasi tersebut seorang ahli gizi
harus menentukan dietary assessment dengan metode yang tepat sesuai
dengan level of objectivenya yaitu untuk menentukan persentase anak
sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertubuhan
linier.
C. DAFTAR UNCLEAR TERMS
1. Surveillance gizi kegiatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap masalah gizi yang mempengaruhi peningkatan
dan penurunan masalah gizi agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi (Kamus Gizi)
2. Intra dan inter-obeserver variation
Intra-obeserver variation adalah kemampuan pengukur mengulang
pada pengukur dengan subjek yang sama dengan variasai yg minimal
(Umi Fahmida)
Inter-obeserver variation adalah adalah jumlah variasi yang
minimal antara hasil yang diperoleh dari 2 atau lebih pengamat yang
memeriksa objek yang sama (Michael Harber, 2005)
3. Pertumbuhan linier
Bertambahnya ukuran fisik/antropometri tubuh, seperti tinggi
badan, berat badan atau panjang badan, dan lain-lain yang
menggambarkan keseimbangan asupan makanan dan status gizi (Kamus
Gizi)4. PrevalensiJumlah total kasus penyakit di suatu wilayah
tertentu dan pada wktu tertentu (Dorland, 2009)5. Intan :
StandarisasiPenyesuaikan bentuk, ukuran, kualitas dan sebagainya
dengan pedoman/standar yang telah ditetapkan (KBBI)6. Parameter
Konstanta yang berbeda-beda sesuai dengan kasus tertentu,
memiliki nilai yang tetap pada satu kasus namun berbeda pada kasus
lainnya (Kamus Dorland)7. IndikatorAlat pemantau atau sesuatu yang
dapat memberikan petunjuk atau keterangan (KBBI)8. PresisiDerajat
kedekatan kesamaan pengukuran antara 1 dengan yang lain secara
berulang dan memberikan nilai yang sama (Streiner, 2006)9.
AkuratTingkat kedekatan pengukuran dengan nilai sebenarnya
(CCGN,2008)10. Level of objectiveTingkatan berdasarkan subjek yang
diteliti dan tujuan dari surveillance yang dipilih untuk asupan
makanan (Fahmida dan Dillon, 2007)(Gibson, 2005)
11. DefisiensiIstilah yang menunjukan kekurangan atau
ketidakcukupan (Kamus Gizi)12. Level 6 KKNI (KERANGKA KUALIFIKASI
NASIONAL INDONESIA)Level pada KKNI yang berdasarkan tingkatan
pendidikan Sarjana atau D4 (Sarjana terapan) (Peraturan Presiden
Nomor 8 Tahun 2012)D. DAFTAR CUES
Ahli gizi (Sarjana Gizi) mendapatkan data dari hasil surveilans
gizi terkait obesitas pada anak sekolah yg di dapat dari metode
langsung yang perlu didukung dengan data persentase defisiensi zat
gizi harus dapat menentukan dietary assessment sesuai level of
objective dengan parameter dan indikator antropometri pertumbuhan
linier dimana dilakukan proses standarisasi untuk menguji intra dan
inter-observer variation dari calon pengukur untuk mendapat data
yang presisi dan akurat oleh sarjana gizi yang memiliki kewenangan
lebih tinggi dari Diploma 3 gizi berdasarkan KKNIE. DAFTAR LEARNING
OBJECTIVE
1. Parameter dan indikator antropometri untuk menentukan
obesitas dan pertumbuhan linier pada anak sekolah.
2. Cara melakukan standarisasi dan interpretasi dalam menguji
intra dan inter observer.
3. Perbedaan kewenang Sarjana gizi dan Diploma 3 menurut
KKNI.
4. Jenis - jenis Level of Objective.
5. Metode dietary assesent sesuai dengan masing - masing level
of objective dan yang sesuai dengan kasus.
6. Jenis - jenis metode langsung dan tidak langsung dalam
Nutritional Assessment7. Zat gizi yang terkait dengan pertumbuhan
linier anak sekolah.F. HASIL BRAINSTORMING
1. Parameter dan indikator antropometri untuk menentukan
obesitas dan pertumbuhan linier pada anak sekolah.
i. Indikator : Fitria, gerina: BB, TB, Umur, LiLA
ii. Parameter: IMT/U; BB/U; TB/U; BB/TB; LiLA/U
2. Cara melakukan standarisasi dan interpretasi dalam menguji
intra dan inter observer.
i. Cara
Hasil pengukuran 1 (kolom 1)
Hasil pengukuran 2 (kolom 2)
Ii. Interpretasi
Hasil yg akurat dan presisi yg dipilih utk jadi penguji
3. Perbedaan kewenang sarjana gizi dan Diploma 3 menurut
KKNI.
Sarjana Gizi
1. Menjadi supervisi dan tenaga pengelola
2. Dapat bekerja sendiri
3. Boleh berhubungan langsung dengan objek/ klien / pasien
4. Dapat bisa konsultasi ke pasien dengan dan tanpa komplikasi5.
Dapat berkolaborasi dengan tenaga medis lainnyaDiploma 3
1. Sebagai pelaksana
2. Bekerja secara kelompok
3. Bekerja dibawah pengawasan S1 gizi
4. Dapat bisa konsultasi ke pasien tanpa komplikasi5. Tidak
dapat berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya
4. Jenis - jenis level of objective.
Household, household individu dan household nasional,
regional
Level 1 intake rata - rata kelompok
Level 2 Proporsi ketidakcukupan intake makanan dalam
kelompok
Level 3 meranking asupan makanan
Level 4 analisis asupan makanan dengan status gizi
5. Metode dietary assesent sesuai dengan masing - masing level
of objective dan yang sesuai dengan kasus.
Level 1 single 24 h recall
Level 2 multiple 24 recall, FFQ
Level 3 multiple 24h recall, food record, dietary history
Level 4 FFQ dan semi FFQ
6. Jenis - jenis metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung : antropometri, biokimia, dietary assessment
Metode tdk langsung: sanitasi, ekologi, vital statistic
7. Zat gizi yang terkait dengan pertumbuhan linier anak
sekolah.
Makro : Protein, Lemak, Karbohidrat
Mikro : kalsium, Fe, zinc, vit D, iodium, kalium, vit A
G. HIPOTESIS
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE1. Parameter dan indikator
antropometri untuk menentukan obesitas dan pertumbuhan linier pada
anak sekolah.ParameterIndikatorCut-offInterpretasi
Umur (U) Berat Badan (BB) Tinggi Badan (TB)(WHO,2007)BB/U<
(-3) SD (-3) s.d. < (-2) SD
(-2) s.d. (2) SD
> 2 SDGizi burukGizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
TB/U< (-3) SD
(-3) s.d. < (-2) SD
(-2) s.d. (2) SD
> (2) s.d. (3) SD
> 3 SDSangat pendekPendek
Normal
Tinggi
Sangat tinggi
BB/TB< (-3) SD
(-3) s.d. < (-2) SD
(-2) s.d. (1) SD
> (1) s.d. (2) SD
> (2) s.d. (3) SD
> 3 SDSangat kurusKurus
Normal
Beresiko gemuk
Gemuk (overweight)
Gemuk sekali (obese)
IMT/U< (-3) SD
(-3) s.d. < (-2) SD
(-2) s.d. (1) SD
> (1) s.d. (2) SD
> (2) s.d. (3) SD
> 3 SDSangat kurus
Kurus
Normal
Overweight
Obese IObese II
(KMK RI no.1995/MENKES/SK/XII/2010)(WHO, 2007)(Atmasier, 2011)
(The Sixth World Food Survey, 2010)Parameter dan indikator yang
digunakan sesuai skenario adalah IMT/U2. Cara melakukan
standarisasi dan interpretasi dalam menguji intra dan inter
observer. a. Cara melakukan standarisasi1) Tentukan supervisor,
calon pengukur dan subjek yang akan diukur (misal terdapat 7
subjek)2) Lakukan dua kali pengukuran oleh Supervisor secara
berurutan ,misal subjek ke-1 sampai ke-10, kemudian lakukan kembali
pada subjek ke-1 sampai ke-103) Catat hasil pengukuran pada form
pengukuran 4) Lakukan hal yang sama untuk calon pengukur 5)
Pengukuran supervisor digunakan sebagai referensi
6) Pindahkan data hasil pengukuran ke format tabulasi
(standarisasi) 7) Tetapkan akurasi dan presisi di
tabelSubjSupervisorPengukurSignsSDD2SIGN
abdd2abdd2
1
2
3
dst
(d2(d2(D2
Keterangan:
a = pengukuran 1
b = pengukuran 2
d = (a-b)
d2 = (a-b)2Sign = - jika d < 0
+ jika d > 0
jika d = 0s = (a+b) dari calon pengukur
S = (a+b) dari supervisor
D = (s-S)
D2 = (s-S)2SIGN = - jika D < 0
+ jika D > 0
jika D = 0
b. Interpretasi1) Data yang presisi ditunjukan dari penjumlahan
d2 ((d2). Data dikatakan presisi apabila (d2 (calon pengukur) harus
kurang dari 2 kali dari (d2 (supervisor)2) Data yang akurat
ditunjukan dari penjumlahan D2 ((D2). Data dikatakan akurat apabila
(D2 harus kurang dari 3 kali dari (d2 (supervisor)(Fahmida dan
Dillon, 2007)Terdapat cara lain untuk menentukan data yang presisi
dan akurat, yaitu dengan menggunakan tabel berikut.
Tabel presisisub-jectExpertMeasurer 1Measurer 2Overall
Meas_1Meas_2dd2Meas_1Meas_2dd2Meas_1Meas_2dd2Mean_1Mean_2DD2
1
2
dst
N=... d2 d2d2D2
Tabel Akurasi
subjectExpert as Gold StandardOver all mean as gold standard
ex-pertMeasure 1Meaurer 2Grand MeanOverallMeasurer 1Measurer
2
me anmeandd2meandd2Mean_1Mean_22mean2mean2
1
2
3
dst
N= ... d d2 d d2 222
Interpretasi:
jika F rasio lebih besar dari 2,97 maka data pengukuran
dikatakan tidak akurat dan tidak presisi, oleh karena itu perlu
dilakukan latihan atau training kembali kepada para observer.
Cara menghitung F rasio = d2 measurer + d2 expert(University of
Oxford, 2012)3. Perbedaan kewenang Sarjana gizi dan Diploma 3
menurut KKNI.Berdasarkan Peraturan Presiden RI No 8 Tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional IndonesiaSarjana Gizi (Level
6)Diploma 3 Gizi (Level 5)
a. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni pada bidangnya dalam
penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang
dihadapi
b. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan
tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian
masalah prosedural
c. Mampu mengambil keputusan tepat berdasarkan analisis
informasi dan data dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih
berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok
d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasia. Mampu
menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai
dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan
menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan
kualitas terukur
b. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural
c. Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan secara
komphrehensif
d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi, adapun
kewenangan tenaga gizi terdapat dalam pasal 17 dan 18Pasal 17
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan
dietetik;
b. pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi
perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi
serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro,
pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi
pelayanan gizi;
c. pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan
gizi; dand. melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak
atau kelompok orang dalam jumlah besar.
Pasal 18
(1)Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, hanya
terbatas pada:
a. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sehat dan dalam kondisi
tertentu yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa, dan
lanjut usia; dan
b. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sakit tanpa
komplikasi.
(2)Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien berada dalam
bimbingan Tenaga Gizi Registered Dietisien.
(3)Tenaga Gizi Nutrisionis Registered dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sesuai dengan
standar profesi.
(4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
Tenaga Gizi Registered Dietisien dalam melaksanakan Pelayanan Gizi
juga memiliki kewenangan yang meliputi:
a. menerima klien/pasien secara langsung atau menerima
preskripsi diet dari dokter;b. menangani kasus komplikasi dan non
komplikasi;c. memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila
preskripsi diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien;
dan/ataud. merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal
preskripsi diet ke dokter spesialis yang berkompeten.4. Jenis -
jenis dari Level of Objective.Level of Objective dibedakan menjadi
2, yakni berdasarkan tingkatan subjek dan tingkatan tujuan.
a. Berdasarkan Tingkatan Subjek, terdapat
level Individu Household National
b. Berdasarkan Tingkatan Tujuan
Terdapat 4 level dalam Level of Objective, dimana level 1 dan 2
digunakan untuk level kelompok/komunitas serta level 3 dan 4
digunakan untuk level individu
1) Level 1: Rata-rata asupan makanan dalam kelompok
Pengukuran asupan makanan pada setiap subjek hanya dilakukan
dalam 1 hari Pastikan semua hari dilakukan pengukuran dapat
merepresentasikan proporsinya pada semua sampel
Tujuan studi: (1) untuk mendeskripsikan rata-rata kebiasaan
asupan zat gizi; (2) untuk menunjukkan perbedaan mean/median pada 2
kelompok; (3) untuk menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah
intervensi, baik paired measurement maupun un-paired
measurement
2) Level 2: Proporsi resiko terjadinya ketidakcukupan asupan
makanan Pengukuran dilakukan paling sedikit 2 hari pada sub-sampel
Dilakukan pada hari yang tidak berurutan jika menggunakan 2 kali
pengulangan, apabila tidak bisa menerapkan hari yang tidak
berurutan, gunakan 3 hari secara berurutan
Tujuan studi: (1) untuk mengetahui distribusi proporsi
terjadinya resiko asupan inadekuat; (2) untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan sesudah intervensi; (3) untuk mengukur resiko asupan
inadekuat pada kelompok tertentu3) Level 3: Merangking asupan
makanan dari subjek dalam distribusi yang ada Tujuan studi: (1)
untuk mengukur hubungan antara frekuensi kelompok makanan dengan
rata-rata level biomarker; (2) untuk mengelompokkan (merangking)
subjek ke dalam tingkatan asupan zat gizi dan menghitung rata-rata
level biomarker pada setiap tingkatan4) Level 4: Kebiasaan asupan
makanan untuk uji korelasi atau untuk konseling
Tujuan studi: (1) untuk mengukur hubungan antara asupan zat gizi
individu dengan indeks status gizi lainnya pada orang yang
samaLevel of Objective yang digunakan sesuai skenario adalah LEVEL
2, karena dilihat dari tujuan studi pada level 2, yaitu untuk
mengetahui distribusi proporsi terjadinya resiko asupan inadekuat
dan untuk mengukur resiko asupan inadekuat pada kelompok tertentu
yang sesuai dengan skenario yang ingin mengetahui resiko anak
sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertubuhan
linier.(Fahmida dan Dillon, 2007 dan 2009)5. Metode dietary
assesent sesuai dengan masing - masing level of objective dan yang
sesuai dengan kasus.1) Level 1: Rata-rata asupan makanan dalam
kelompok
SINGLE (24hr-recall, food record, weighed diet record)2) Level
2: Proporsi resiko terjadinya ketidakcukupan asupan makanan
MULTIPLE (24hr-recalls, food records, weighed diet records)
3) Level 3: Merangking asupan makanan dari subjek dalam
distribusi yang ada
Replikasi (pengulangan) dari (MULTIPLE (24hr-recalls, food
records, weighed diet records)
Alternatif : Semi Quantitative Food Frequency Questionnaires
(SQ-FFQ)4) Level 4: Kebiasaan asupan makanan untuk uji korelasi
atau untuk konseling Replikasi (pengulangan) dari (MULTIPLE
(24hr-recalls, food records, weighed diet records)
Alternatif : Semi Quantitative Food Frequency Questionnaires
(SQ-FFQ) dan Dietary History
(Fahmida dan Dillon, 2007)6. Jenis - jenis metode langsung dan
tidak langsung dalam Nutritional Assessmenta. Metode langsung1)
AntropometriPengukuran komposisi dan dimensi tubuh, seperti tinggi
badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan pengukuran komposisi
lemak dan otot. (Soekatri, 2011)Metode ini untuk melihat
ketidakseimbangan antara energi dan protein. Akan tetapi tidak
dapat menentukan zat gizi spesifik. (Gibson, 2005 dalam Khairina,
2008)2) BiokimiaUntuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi
(Baliwati, 2004 dalam Khairina, 2008)3) Fisik klinisErat kaitanya
dengan kelebihan dan kekurangan zat gizi. bisa dilihat pada
jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut,
dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (Hatriyanti dan
Triyanti, 2007 dalam Khairina, 2008)4) DietaryPengukuran asupan
makanan pada kelompok tertentu yang di sesuai dengan level of
objective-nya (Fahmida dan Dillon, 2007)5) BiofisikaSalah satu
penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan
melihat perubahan struktur jaringan yang digunakan dalam keadaan
tertentu seperti kejadian buta senja (Arisman, 2010)b. Metode tidak
langsung1) Survey konsumsi mengidentifikasi tahap pertama
defisiensi zat gizi, ketidakseimbangan diet dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi memakai metode recall
24hr-recall, estimated food record, food acount, household food
record2) Metode statistik vital mengidentifikasi morbiditas dan
mortalitas berdasarkan statistik kesehatan3) Faktor Ekologi Faktor
sosial-ekonomi, seperti pendapatan dan pengeluaran, tingkat
pendiidikan, dan kebiasaan sosial Faktor sosial-budaya Perhatian
pangan Aspek kesehatan, fasilitas kesehatan yang tersedia
Demographic issue
Prioritas politik (i.e cultural factor)
Pengaruh geografi dan iklim suatu tempat Kondisi infeksi
(bakteri, virus dan pararit penyebab malnutrisi)(Fahmida dan
Dillon, 2007)(Felliffe, 1966)7. Zat gizi yang terkait dengan
pertumbuhan linier anak sekolaha. Zat gizi MakroProtein, Lemak dan
Karbohidrat untuk bahan dasar metabolisme tubuh dan pemeliharaan
jaringan, perubahan komposisi tubuh dan pembentukan jaringan
baru
(Fahmida dan Dillon, 2007) (Atmasier, dkk, 2011) (New Zealand
Health Gov., 2012)b. Zat gizi MikroZat GiziPeran
Zincmencegah stunting, dapat mengurangi risiko kematian dan
kesakitan pada bayi
Besiuntuk perkembangan kognitif
Tiamin (Vitamin B1)kekurangan tiamin mempengaruhi metabolisme
energi
Vitamin B6perannya dalam metabolisme asam amino ( jika terjadi
kekurangan menyebabkan gangguan dari metabolisme protein
Vitamin B12perannya dalam metabolisme asam amino ( jika terjadi
kekurangan menyebabkan gangguan dari metabolisme protein
Vitamin Cmembantu penyerapan besi non-heme
Vitamin Adefisiensi dapat menyebabkan gangguan mata, anemia,
kelemahan sistem imun, meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas karena measles dan diare serta berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan otot
Vitamin Dmencegah ricketsiauntuk pertumbuhan tulang, imun, dan
perkembangan otak dan saraf
Vitamin EMerupakan vitamin larut lemak antioksidan utama dlm
tubuh
Fungsi non antioksidan meliputi: cell signaling, gene expression
dan regulation dari fungsi sel lainnya
Vitamin Kmineralisasi tulang dan fungsi biovaskular
defisiensinya menyebabkan menurunnya masa tulang dan
ricketsia.
Yodiummencegah kretin, goiter, dan mempengaruhi perkembangan
otak (IQ)
Magnesiumfungsi normal GH/ GHF-1
Kaliumfungsi normal GH/ GHF-1
Copperfungsi normal GH/ GHF-1
Kalsiumuntuk pertumbuhan dan mineralisasi tulang dan gigi
Mangandefisiensinya menyebabkan abnormalitas tulang, dapat
dideteksi dari fisiologi lempeng pertumbuhan pada tulang anak
Asam folatperannya dalam metabolisme asam amino ( jika terjadi
kekurangan menyebabkan gangguan dari metabolisme protein
Flour dan fosforpembentukan enamel gigi dan mencegah karies
gigi
(Kemenkes RI, 2012) (Galia, 2011) (food and nutrition guidelines
for healthy children dan young people, tanpa tahun) (Dietary
Reference Intake, 2000) (Sarma, 2009) (Fahmida dan Dillon, 2007)
(Arisman, 2010) (FSAU, 2005)KEGIATAN SKILLS LABORATORIUM
A. WAKTU PELAKSANAAN
Dilaksanakan pada Selasa, 18 Nopember 2014.
B. PENUGASAN
1. Melakukan pengukuran dan standarisasi untuk mendapatkan hasil
yang presisi dan akurat dengan 1 orang menjadi supervisor, 6 orang
menjadi pengukur dan 7 orang menjadi subjek yang diukur
C. HASIL
Pada hari Selasa, 18 Nopember 2014 diberikan tugas skill lab
pada saat DK 2, dan kemudian pembagian tugas kepada setiap orang.
Pada hari tersebut diadakan kerja kelompok bersama untuk
mengerjakan skill lab dan dilakukan pengukuran di Laboratoriun
Nutritional AssessmentD. HAMBATAN SAAT SKILL LAB
a. Waktu dan tempat yang terbatas
b. Kesibukan mahasiswa yang sulit menentukan waktu
DAFTAR PUSTAKA
Adhawiyah,Nurul Aidil.2009.Efek Pemberian Susu Fortifikasi Zat
Besi Dan Seng Terhadap Perbaikan Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-9
Tahun Di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta.Fakultas Kesehatan
Masyarakat.Universitas Indonesia.Depok.Arisman, Dr MB., 2010, Gizi
dalam Daur Kehidupan edisi 2, JakartaFahmida, Umi and Drupadi HS
Dillon. 2007. Nutritional Assesment. Seameo-Tropmed RCCN UI,
Jakarta
FSAU. 2005. Nutrition A Guide to Data Collection, Analysis,
Interpretation and Use
Galia. 2011. Nutrition and bone growth in pediatrics
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk pelaksanaan surveillance gizi.
JakartaKhairina, 2008, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan status gizi KMK RI Nomor 374/MENKES/SK/III/2007.
Standar Profesi Gizi.
KMK RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.
Mercedes de chris.2007. Development of a WHO growth reference
for school-age children and adolescent Permenkes RI Nomor 26 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi.
Peraturan Pemerintah RI No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia
R.,Nur Fauziah dan Euis Heryati.2007.Studi Korelasional Antara
Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri Cilampeni I Kabupaten Bandung.Fakultas Ilmu
Pendidikan.Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.
Rahmawati,Fika.2012.Pengetahuan Gizi,Sikap,Perilaku Makan Dan
Asupan Kalsium Pada Siswi SMA.Fakultas Kedokteran Program Studi
llmu Gizi.Unversitas Diponegoro.Semarang.
Septiarini,Chitra.2008.Pengembangan Metode dan Media Diari
Makanan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar Pada Siswa Kelas V SD Bani
Saleh V Bekasi Timur.Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas
Indonesia. Depok.
Suryati.2008.Kebiasaan Makan Ikan Serta Hubungannya Pada Status
Gizi Anak Usia 6-59 bulan Pada Keluarga Nelayan Harian Di Pulau
Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu Tahun 2008.Fakultas Kesehatan
Masyarakat.Universitas Indonesia .Depok.
University of Oxford. 2012. Anthropometry HandbookTIM
PENYUSUN
A. KETUA
1. Aulia Miladitya
125070301111015B. SEKRETARIS
1. Dhandy Buya Santosa
1250703011110212. Rizky Ayu Diella C.
125070300111048C. ANGGOTA
1. Andayu Nareswari
125070300111049
2. Redy Amukti
125070300111050
3. Andrelia Allen G. I.
125070300111051
4. Intan Rakhma Kinanti
125070300111052
5. Indah Izza M.
125070300111053
6. Aulia Miladitya
125070301111015
7. Geryna Puspitasari
125070301111016
8. Ryan Pritaningtyas
125070301111017
9. Wildania Nurin Izzati
125070301111018
10. Eryn Patria Perdani
125070301111019
11. Maulidatul Khasanah
125070301111020
12. Fitria Nastiti H.
125070300111054a. FASILITATOR
Paramita
b. PROSES DISKUSI
1) Kemampuan Fasilitator dalam memfasilitasi
Menurut kelompok kami fasilitator sudah sangat membantu dalam
proses jalanya diskusi. Fasilitator juga mengarahkan kami ketika
kami menyimpang atau out of the topic. Akan tetapi jika lebih baik
fasilitator bisa lebih memancing mahasiswa untuk berfikir kritis
lagi terhadap masalah dalam skenario. Untuk keseluruhan sudah bagus
(2) Kompetensi atau hasil belajar yang dicapai
Mahasiswa mampu merancang dan melakukan asuhan gizi pada pasien
berdasarkan status gizi pasien.
SURVEILLANCE GIZI
Parameter : BB, TB, Umur
Indikator : BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U
Obesitas
Defisiensi zat gizi
Metode Langsung
(Antropometri, Biokimia, Fisik klinis, Dietary, Biofisika)
Metode Tidak Langsung
Data statistik, Epide-miologi, Faktor ekologi)
Level of Objective
Dietary Assessment
Berdasarkan Tingkatan Tujuan
Level 1: Rata-rata asupan makanan dalam kelompok
Level 2: Proporsi resiko terjadinya ketidakcukupan asupan
makanan
Level 3: Merangking asupan makanan dari subjek dalam distribusi
yang ada
Level 4: Kebiasaan asupan makanan untuk uji korelasi atau untuk
konseling
Berdasarkan Tingkatan Subjek,
Individu
Household
National
Yang melakukan uji adalah Sarjana Gizi sesuai Level 6 KKNI
(sebagai supervisor)
Yang menjadi pengukur (observer) adalah Diploma 3 Gizi sesuai
level 5 KKNI
Data Presisi dan Akurat
Uji Intra dan Inter-observer Variation
Proses
Standarisasi
Pengukuran Antropometri
18