PERCOBAAN IIGRANULASI KERING
I. TujuanMenentukan pengaruh konsentrasi pengikat terhadap
sediaan tablet dengan teknik granulasi kering dengan zat aktif
asetosal.
II. Teori DasarPada Farmakope Indonesiia edisi 3 Tablet adalah
sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. (DepKes RI. 1979). Lalu pada Farmakope Indonesia edisi 4
direvisi menjadi sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 1995)Sedangkan
menurut Farmakope Indonesia edisi V disebutkan seperti pada
Farmakope Indonesia edisi 4 bahwa tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa (DepKes RI. 2014)Untuk pemakaian obat secara oral, maka
bentuk tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Hal
ini dikarenakan tablet efektif dan memberikan akseptibilitas yang
baik dari pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan
padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga
bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang
stabil.Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian
sebagai berikut :1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat
dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau
rendahnya berat jenis.2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut,
dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar
atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet
yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.3. Obat yang
rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu
pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994)Komponen
formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam
mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan
fungsionalitas eksipien sebagai berikut (Goeswin, 2012) :1.
Pengisi/pengencer (diluents)Walaupun pengisi pada umumnya dianggap
bahan yang inert, secara signifikan dapat berpengaruh pada
ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi
(akhir)2. Pengikat (binder)Pengikat atau perekat ditambahkan ke
dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk
melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang
pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai
suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi
sifat granul yang dihasilkan.3. Penghancur (disintegrants)Tujuan
penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum
dikempa atau pada kedua tahap proses.4. Pelincir (lubricant)Fungsi
utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat
pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan
dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula
menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin
(glidant)5. AntiadheranAntiadheran berguna dalam formulasi bahan
yang menunjukan tendensi mudah tersusun/terkumpul.6. Pelicin
(glidantt)Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari
hoper ke dalam lobang lumpang. Glidant dapat meminimalkan ketidak
merataan yang sering ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung.
Glidant meminimalkan kecenderungan granul memisah akibat adanya
vibrasi secara berlebihan.Hipotesis mekanisme kerja glidant menurut
beberapa penelitian :1) Dispersi muatan elektrostatik pada
permukaan granul.2) Distribusi glidant dalam granul.3) Adsorpsi
preferensial gas pada glidant versus granul.4) Meminimalisasi forsa
v.d. Waals melalui pemisahan granul.5) Penurunan fraksi di antara
partikel dan kekerasan permukaan karena glidant teradhesi pada
permukaan granul.Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan
kualitas sebagai berikut :a. Harus merupakan produk menarik (bagus
dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari
serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.b. Harus
sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.d. Mampu melepas zat berkhasiat
sesuai dengan yang diharapkan.e. Bioavailibilitas (Lachman,
1994).f. memenuhi keseragaman ukuran g. memenuhi keseragaman
boboth. memenuhi waktu hancuri. memenuhi keseragaman isi zat
berkhasiatj. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M.,
2005).k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan
dosis pada label dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).l.
Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses
manufaktur, transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada
pasien yang akan menggunakan.m. Tablet harus menghantarkan dosi
obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan.n. Ukuran, rasa,
dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm
304)Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah
dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa. (DepKes RI. 1995)Granulasi basah dalah proses
menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk alam
suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses
granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur
homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50C. Proses pengeringan diperlukan
oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang
dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi
kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986).
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan
mesin tablet (Anief, 1994). Sedangkan granulasi kering adalah
proses pembentukan granul dengan cara menekan massa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak,
atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul yang
dihasilkan secara mekanis, tanpa penambahan pelarut pengikat ke
dalam massa serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui gaya
adhesi dan kohesi partikel padat. Metode granulasi kering
diterapkan pada pembuatan tablet dengan zat aktif yang memiliki
dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung, serta memiliki
sifat aliran yang sukar mengalir, kompresibilitas kurang, tidak
tahan lembab dan panas(Anief, 1994)Proses pembentukan granul dapat
diperoleh dengan metode slugging maupun penggunaan mesin roller
compactor/chilsonator. Pada metode slugging, komponen-komponen
tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam
die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug. Setelah itu, slug diayak menggunakan ayakan dengan
mesh tertentu untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih
baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat sifat alirannya
belum memuaskan, maka proses diatas dapat diulang. Roller
compactor/chilsonator merupakan mesin pembentuk granul yang
prinsipnya menggunakan dua penggiling/roda yang putarannya saling
berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya, dengan bantuan
teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin sehingga
dihasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling (Anief, 1994).Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk
dan warna teratur, memilikidaya alir yang baik (free flowing),
menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlampau
kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984).Beberapa uji
yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antaralain:1. WaktualirserbukParameter yang digunakan untuk
mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa
tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir
dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui
corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan
sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik
(Lachmanet al, 1994).2. Sudut diam serbukSudut diam merupakan sudut
tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan
bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke
dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil
atau sama dengan 30 menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas,
bila sudut lebih besar atau sama dengan 40 biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Lachmanet al, 1994).3. Pengetapan
serbukPengukuran sifat alir dengan metode
pengetapan/tappingterhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat
volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan dengan
mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume
setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007).Asetosal (asam asetil
salisilat) dikenal dengan nama dagang aspirin, merupakan obat
pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (ains), sering
digunakan sebagai pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam
(antipiretik). asetosal juga mempunyai efek mengurangi daya beku
darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk
penderitapenyakit jantung koronerdanstroke (sweetman. 2009)Asetosal
memiliki laju alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila
akan dijadikan tablet perlu dilakukan granulasi terlebih dahulu
agar laju alir dan kompresibilitasnya lebih baik. Namun karena
asetosal memiliki kestabilan yang terbatas terhadap air maka
granulasi yang dilakukan adalah granulasi kering.
III. Resep
Formula 1BAHANKADAR
Fase dalamAsetosal Lactosa AnhidratAmprotab250 mgq.s10%
Fase luarAmilumTalkMg-stearat5%2%1%
Formula 2BAHANKADAR
Fase dalamAsetosal Lactosa AnhidratAmylumPVP250 mgq.s10%2%
Fase luarAmylumTalkMg-stearat5%2%1%
Formula 3BAHANKADAR
Fase dalamAsetosal Lactosa AnhidratAmylumPVP250 mgq.s10%4%
Fase luarAmylumTalkMg-stearat5%2%1%
Formula 4BAHANKADAR
Fase dalamAsetosal Lactosa AnhidratAmylumPVP250 mgq.s10%6%
Fase luarAmylumTalkMg-stearat5%2%1%
IV. Preformulasi Zat Aktif Asetosal Struktur Kimia
Rumus molekulC9H804
NamaAsetosal
Nama lainAsam asetil salisilat
Nama kimia2 (Asetiloksi) benzoic acid
Berat molekul180,2
PemerianPutih atau hamper putih, bubuk Kristal atau Kristal
tidak berwarna.
Suhu Lebur143o
pHpH stabilitas 2-3
KelarutanSedikit larut dalam air, mudah larut dalam etanol 96
%.
StabilitasStabil di dalam udara kering, namun dapat
terhidrolisis dengan adanya lembab, dekomposisi dipercepat dengan
adanya panas.
InkompatibilitasIncompatible dengan asam bebas, garam besi, Na
fenobarbital, garam kuinin, sodium iodide, basa alkali, karbonat
dan stearat.
PenyimpananDisimpan dalam wadah kedap udara
Daftar PustakaBP 2009, Hal 442TPC ed 12 hal 741
V. Preformulasi Eksipien AmilumStruktur molekul
Rumus molekul(C6H10O5)n dengan n= 300-1000
Nama kimiaStarch atau amylum
Berat molekul50 500 Juta Da
PemerianSerbuk tidak berbau dan tidak berasa, berwarna putih
hingga putih pucat.
Suhu LeburTidak ditemukan di FI IV, FI V, HOPE Edisi 6th
KelarutanPraktis tidak larut dalam air dingin dan alkohol
96%.
StabilitasAmilum kering stabil apabila terlindung dari
kelembaban tinggi, amilum harus disimpan di wadah kedap udara dan
di tempat dingin dan kering.
InkompatibilitasAmilum inkompatibel dengan zat pengoksida
kuat
PenyimpananDalam wadah kedap udara, di tempat dingin dan
kering
KegunaanDilluent tablet dan kapsul, penghancur tablet dan
kapsul, pengikat tablet, agen penebalan
PustakaHOPE Edisi 6th halaman 685-689
TalkumRumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
Nama kimia Magnesium silicat
Pemerian Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Beriklat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Stabilitas Talkum merupakan bahan stabil dan dapat di sterilkan
dengan suhu 160C tidak lebih dari 1 jam. Talkum juga dapat di
sterilkan dengan gas etilen oksida dan iradiasi gamma.
Inkompabilitas Inkompatibel dengan senyawa amonium
kuartener.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik , ditempat sejuk dan
kering.
Kegunaan Untuk glidantt, tablet dan kapsul diluent, tablet dan
kapsul lubrikan.
Daftar pustaka Farmakope Indonesia IV halaman 771HOPE edisi 6
tahun 2009 halaman 728-730
Laktosa anhidratStruktur molekul
Rumus molekulC12H22O11
Nama kimiaO--D-galactopyranosyl-(1 4)--D-glucopyranose
Berat molekul342,30
PemerianLaktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal
berwarna putih, rasa manis, tidak berbau.
Suhu Lebur2320C
KelarutanLarut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan
eter.
Density1,589 g/cm3
StabilitasLaktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam
penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi
lembab yang kelembabannya hingga 80%.
InkompatibilitasLaktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator
kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan
sekunder bila disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu
tertentu.
PenyimpananDalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
KegunaanTablet filler atau diluent atau pengisi.
PustakaHandbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 361
PVPStruktur molekul
Rumus molekul(C6H9NO)n
Berat molekul2500 3000000
PemerianSerbuk halus, berwarna putih atau putih krim, tidak
berasa atau hampir tidak berasa, serbuk higroskopis
Suhu lebur150oC
Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95 %, keton,
methanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan
minyak mineral
Stabilitas Pada pemanasan 150oC povidon secara bertahap berubah
warna menjadi gelap, dengan disertai penurunan kelarutan dalam air.
PVP stabil pada siklus pendek dari paparan panas pada suhu
110-130oC
Inkompatibilitas Povidone kompatibel dengan beberapa macam garam
anorganik, resin alami dan sintetik dan beberapa bahan kimia
lainya,
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara ditempat sejuk dan
kering.
Kegunaan Pengikat
Pustaka Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 581
VI. Rasionalisasi FormulaPada pembuatan tablet kali ini dibuat
tablet dengan bahan aktif berupa asetosal 250 mg dan bobot tablet
total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah
62,5 %. Asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan dibuat sediaan
tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar
asetosal dalam tabletpun lebih dari 5% sehingga pembuatan tablet
asetosal menggunakan metode granulasi, namun karena asetosal tidak
stabil terhadap air dan dapat terhidrolisis maka metode granulasi
yang dipilih adalah granulasi kering.Bobot tablet yang diinginkan
adalah 400 mg sedangkan bobot asetosal yang dipakai adalah 250 mg
sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa anhidrat untuk
menggenapkan bobot tablet hingga 400 mg. Pemilihan laktosa anhidrat
ini karena laktosa anhidrat lebih stabil dibandingkan bentuk.Tablet
asetosal dibuat menggunakan metode granulasi kering sehingga
diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai
zat tambahan lainya agar menjadi granul yang baik yang dapat
meningkatkan sifat alir dan kompresiblitas dari asetosal. Maka
ditambahkan pengikat berupa PVP kedalam sediaan untuk mengikat
serbuk menjadi granul. Pemilihan PVP sebagai pengikat karena PVP
kompatibel terhadap asetosal, selain itu PVP memiliki daya rekat
yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk
yang akan dibuat granul.Tablet yang baik harus dapat
terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar dapat cepat
terabsorbsi dan menimbulkan efek pada tubuh. Oleh karena itu tablet
asetosal ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari
tablet baik pada fase dalam maupun pada fase luar.Granul
dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila
hal ini terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan
tidak seragam. Maka ditambahkan glidantt kedalam sediaan agar
tablet dapat mengalir dengan baik di hopper, glidant yang dipilih
pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidantt
adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul
pada di hopper pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan
tersendat pada saat pengisian die pada hopper.Pada proses
pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi
friksi antara die dengan serbuk yang dapat menimbulkan panas dan
dapat merusak mesin, sehingga friksi tersebut harus dikurangi
bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh karena itu,
ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar
meminimalisir friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan
tablet. Namun dikarenakan asetosal dan Mg-stearat inkompatibel maka
Mg-stearat dihilangkan dari formula dan sebagai gantinya talkum
dinaikkan kadarnya agar dapat berfungsi sebagai lubrikan selain
sebagai glidan
VII. Perhitungan Formula 2Kadar asetosal= 250 mgBobot tablet=
400 mg (dibuat untuk 500 tablet)FormulaPerhitungan 1
TabletPerhitungan TabletKondisi Sebenarnya
Fase dalam (92% )
Asetosal 250 mg250 mg x 500 tablet= 125 gram125,004 gram
PVP (2%) 8 mg x 500 tablet = 4 gram4 gram
Amprotab(10%)40 mg x 500 tablet = 20 gram20 gram
Laktosa (q.s)368 mg (250 mg + 8 mg +40 mg) = 368 mg 298 mg = 70
mg70 mg x 500 tablet = 35 gram35 gram
Fase luar (8%)
Amilum (5%)20 mg x 500 tablet = 10gram
Talk (3%)8 mg x 500 tablet = 6 gram
Slug (93,5%) fase dalam + (lubrikan + glidan) Fase dalam (massa
serbuk)= 184 gram Lubrikan + glidan= = 187 gramJadi, total massa
yang akan di slug untuk 500 tablet adalah 187 gram Jumlah tablet
yang diperoleh= = = 447,5989 tablet Sisa fase luar yang harus
ditambahkan Amilum = 8,950 gram Talk = 2,684 gramJadi bobot fase
luar = 8,950 gram + 2,684 gram = 11, 634 gram Bobot tablet yang
diperoleh=
VIII. ProsedurA. Milling1. Asetosal diayak menggunakan ayakan
mesh 40.2. PVP diayak menggunakan ayakan mesh 40.3. Amptotab diayak
menggunakan ayakan mesh 40.4. Laktosa diayak menggunakan ayakan
mesh 40.5. Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 40 untuk
pencampuran di fase dalam dan diayak menggunakan ayakan mesh 60
untuk fase luar6. Amilum diayak menggunakan ayakan mesh 60.
B. Penimbangan Bahan Penimbangan Fase Dalam1. Asetosal yang
telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas perkamen.2. PVP
yang telah diayak ditimbang sebanyak 4 g di kertas perkamen.3.
Amprotab yang telah diayak ditimbang sebanyak 20 g di kertas
perkamen.4. Laktosa yang telah diayak ditimbang sebanyak 35 g di
kertas perkamen.
Penimbangan Fase Luar1. Amylum yang telah diayak ditimbang
sebanyak g di kertas perkamen.2. Talkum yang telah diayak ditimbang
sebanyak g di kertas perkamen.
C. Pembuatan Tablet1. Asetosal, PVP, amprotab, dan laktosa
dicampurkan dengan setengah bagian fase luar (glidan dan lubrikan)
menggunakan turbula mixer hingga homogen.2. Campuran tersebut
dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter besar pada
tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga menggunakan roller
compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan.3. Slug yang sudah
jadi digiling kassar dan diayak menggunakan ayakan mesh 12,
sehingga dihasilkan granul-granul kasar.4. Evaluasi dilakukan
terhadap granul yang dihasilkan, apabila belum memenuhi syarat maka
slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi
syarat.5. Slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali (menghindari
perubahan fisika atau kimia bahan karena pengaruh mekanik).6.
Granul yang diperoleh ditimbang lalu dilakukan perhitungan jumlah
fase luar yang harus ditambahkan.7. Sisa fase luar dicampur dengan
granul yang telah memenuhi syarat dnegan jumlah yang sesuai dengan
hasil perhitungan.8. Massa cetak kempa dengan menggunakan punch
sesuai bobot tablet yang telah dihitung.9. Dilakukan evaluasi
terhadap tablet yang dihasilkan.
IX. Evaluasi Granul dan Tablet1. Evaluasi Granula. Kerapatan dan
Kompresibilitas (USP 30 NF 25, hal 242)Tujuan:Menjamin aliran
granul yang baik
Prinsip:Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan
perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah
dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan
Carrs index.
Penafsiran hasil : Jika % K: 5 10 % artinya aliran sangat baik11
20 % artinya aliran cukup baik21 - 25 % artinya aliran cukup>26
% artinya aliran buruk
BJ nyataNo. ReplikasiW(g)V(ml)Kerapatan(g/ml)
150,001710,7042
250,002730.6830
350,000700,7143
Rata-rata0,7012
BJ mampatInterval PengetukanVolume (ml)
123
10707269
200---
300---
400---
500687168
600---
700---
800---
900---
1250687068
(g/ml)
rata-rata= 0,7283 g/ml
Kompresibilitas= = (Excellent)
FormulaBJ nyata (g/mL)BJ mampat (g/mL)Kompresibilitas (%)
10,72120,806610,58
20,70120,7283
30,73360,76734,392
40,71460,73833,2100
b. Kecepatan alir dan sudut istirahat (USP 30, hal :
1174)Tujuan:Menjamin keseragaman pengisian kedalam
cetakanPrinsip:Sejumlah granul diposisikan diatas dasar diameter
yang berada dalam hopper lalu dialirkan. Pembentukkan kerucut
granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut
istirahat.Alat:Flow Tester ManualPenafsiran Hasi:Aliran granul baik
jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan > 4 g granul adalah
1 detik dan memiliki sudut istirahat 350Rumus :
Sifat alirSudut istirahat (o)
Sangat baik 25-30
Baik 31-35
Cukup baik 36-40
Dapat lewat41-45
Buruk 46-55
Sangat buruk56-65
Sangat sangat buruk>66
Kecepatan alirNo.Sebelum Penambahan Lubrikan
W(gram)T(detik)Kecepatan Alir(gram/detik)
1.1001,3275,7576
2.1001,7457,4713
3.1001,8554,0541
Rata-rata62,4277
Sudut istirahatNo.H(cm)R(cm)()
1.1,5127,1250
2.1,711,88,1981
3.1,311,29,1302
Rata-rata8,1511
FormulaKecepatan alir (g/det)Sudut istiraha ( )
1256,528,46
262,42778,1511
3125,68248,0363
4124.6289.525
c. Distribusi ukuran granul(Farmakope Indonesia ed. 5, hal :
1515)Tujuan : Memastikan distrbusi ukuran granul mengikuti
distribusi normalPrinsip: Menyusun pengayak berdasarkan derajat
kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling
atas. Bobot zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang
seksama.Penafsiran hasil: Hasil uji menunjukkan persentase bobot
serbuk dalam setiap rentang ukuran pengayak
Formula 1Ukuran Granul(m)Bobot granul
g%% kumulatif
< 250 m12,623750,494850,4716100
251 m 425 m6,790327,161277,632849,5052
426 m 1400 m3,950115,800493,433222,344
1400 m 1700 m1,50776,030899,4646,5436
>17000,13400,53601000,5128
Jumlah25100
Formula 2Ukuran Granul(m)Bobot granul
G%% kumulatif
< 250 m2,0188,0708,070100
251 m 425 m2,96711,86619,93691,930
426 m 1400 m10,63242,51962,45580,064
1400 m 1700 m9,29237,16199,61637,545
>17000,0960,3841000,384
Jumlah25,005100
Formula 3
Ukuran Granul(m)Bobot granul
G%% kumulatif
< 250 m7,94331,76631,766 %100 %
251 m 425 m3,52314,09099,161 %68,234 %
426 m 1400 m6,67926,71358,479 %54,44 %
1400 m 1700 m6,64926,59285,071 %27,431 %
>17000,2100,839100 %0,839 %
Jumlah25,005100 %
Formula 4Ukuran Granul (m)Bobot Granul
g%% kumulatif < undersize% kumulatif < oversize
> 17000,49651,9861,986100
1400 17009,92739,70841,69498,104
425 14009,60538,42080,11458,306
250 4253,08612,34492,45819,886
< 2501,88557,5421007,542
Jumlah 25100
2. Evaluasi Tableta. OrganoleptisTujuan :Penerimaan oleh
konsumenPrinsip:Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan
rasaPenafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda,
bau sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak
sesuai), rasa sesuai spesifikasiPenilaian tablet asetosal
menurut:
Kelompok 1Kelompok 2 Kelompok 3Kelompok 4
Warna homogen, berwarna putih tidak berbintik, tidak berbau,
rasa sedikit pahit.Warna homogen, bau sesuai spesifikasi, mulus
tanpa bintik-bintik, rasa asam kepahit-pahitan.Berwarna putih
homogen, bau khas asetosal, rasa asam diikuti rasa pahitWarna putih
homogeny, bau khas asetosal, permukaan halus, tidak berbintik, rasa
pahit.
b. Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi III, hal
6)Tujuan:Menjamin penampilan tablet yang baikPrinsip:Selama proses
pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah
pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die.
Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet.Alat:
jangka sorongPenafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1 kali tebal tablet.Sebanyak 20 tablet
diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan
jangka sorong.
NoFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4
d (mm)t (mm)d(mm)t (mm)d(mm)t (mm)d(mm)t (mm)
1.12,154,3012,14,312,14,2512,054,4
2.12,204,3012,14,312,054,4012,054,35
3.12,154,4012,14,312,14,3012,054,35
4.12,14,3512,14,312,14,2012,054,35
5.12,154,312,14,312,14,3512,054,35
6.12,104,312,14,312,14,4012,154,4
7.12,154,3512,14,312,054,4012,054,45
8.12,14,312,14,312,054,3012,054,4
9.12,14,312,14,312,14,4012,054,45
10.12,154,312,14,312,054,3012,054,4
Rata12,1354,3212,14,312,084,3312,064,39
Syarat 5,76 12,965,733 - 12,905,773 - 12,995,853 - 13,17
c. FriabilitasTujuan:Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya
mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran.Prinsip:Pengukuran
friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet
yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu
dalam waktu tertentu. Alat:Friabilator
Penafsiran hasil : Kehilangan bobot tidak boleh > 1% Jika
tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir. Jika hasil meragukan/kehilangan bobot
lebih besar dari yang ditargetkan maka pengujian diulang 2-3
kali.Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator
terhadap 20 tablet yang diambil acak. Tablet yang diambil secara
acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu ditimbang. Tablet lalu
dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet
dibersihkan lagi dan ditimbang.
Untuk formula 2:No. ReplikasiBobot Awal (g)Bobot Akhir
(g)Kerapuhan (%)
16,5526,4920,91
26,5666,5140,79
36,5296,4630,53
Rata-rata0,8767
Formulasi Bobot awal ( g )Bobot akhir ( g )Friabilitas (%)
16,5586,5050,81%
26,5496,4900,8767%
36,5676,5440,85 %
46,5186,5480,920%
d. Keragaman bobotTujuan:Menjamin keseragaman kandungan zat
aktif. Prinsip:(untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet
diambil secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata
bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot
rata-rata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang
dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari
hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai
penerimaannya Penafsiran hasil:Tidak boleh ada 2 tablet yang
masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
7,5%, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari 15%. nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama
kurang atau sama dengan nilai penerimaan maksimum yang
diperbolehkan yaitu 15,0
Untuk formula 1 :No.Bobot tablet (g)Penyimpangan (%)
1.0,507 g1,38
2.0,512 g2,4
3.0,515 g3
4.0,505 g1
5.0,516 g3,2
6.0,507 g1,38
7.0,510 g2
8.0,507 g1,38
9.0,509 g1,8
10.0,516 g3,2
Rata-rata0,5104 g2,074 %
Rentang0,505 g 0,516 g1 - 3,2
Untuk formula 2 :No.Bobot tablet (mg)%Penyimpangan
1.5040,199
2.5080,994
3.5010,398
4.5000,596
5.5000,596
6.5030
7.5040,199
8.5060,596
9.5070,795
10.5060,596
Rata-rata5030,497
Rentang500 - 5080 0,994
Untuk formula 3No.Bobot tablet (mg)%Penyimpangan
1.0,5040,8 %
2.0.5051 %
3.0.5020,4 %
4.0.5010,2%
5.0.5030,6 %
6.0.5061,2 %
7.0.5020,4 %
8.0.5020,4 %
9.0.5010,2 %
10.0.5061,2 %
Rata-rata0.50270,64 %
Rentang0,501-0,5060,2 1,2
Untuk formula 4No.Bobot tablet (mg)%Penyimpangan
1.0,5051%
2.0,498-0,4%
3.0,5051%
4.0,495-1%
5.0,5020,4%
6.0,5040,8%
7.0,5051%
8.0,495-1%
9.0,5061,2%
10.0,5051%
Rata-rata0,5020,6%
Rentang0,495-0,506-0,4%-1,2%
FORMULANILAI AV
11,9462 %
21,3706%
30,0972%
40,6554%
e. Kekerasan tabletTujuan:Menjamin ketahanan tablet pada gaya
mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaranPrinsip:Kekerasan
tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan
dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian
pecah.Alat :Hardness testerPenafsiran hasil:Kekerasan tablet yang
baik adalah 4-7 kg/cm2 Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang
diambil acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet
dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg.
No. TabletFormula 1Formula 2(kg/cm2)Formula 3Formula 4
1.4,3 6,28,25,914
2.3,46,47,56,628
3.3,65,18,57,342
4.4,16,27,95,507
5.3,95,48,87,138
6.3,56,08,26,934
7.3,87,08,56,118
8.3,97,57,55,609
9.3,56,38,85,914
10.3,96,28,55,914
Rata-rata3,79 6,238,246,3018
Standar deviasi0,09120,7120,5690,225
f. Waktu hancurTujuan:Menentukan kesesuaian dengan persyaratan
waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk
sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet
kunyah, sustained release).Prinsip:Pengukuran waktu yang diperlukan
tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu
hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37 2
kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl
0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat
pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung
tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke
masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur
30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet
mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas
kasa.Penafsiran hasil:Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika
tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen
bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu
yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari
15 menit untuk tablet tidak bersalut.No TabletFormula 1Formula
2Formula 3Formula 4
18 detik37 detik74 detik75 detik
X. PembahasanAsetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan
nama dagang aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan 'anti
radang non steroid' (ains), sering digunakan sebagai pereda nyeri
(analgesik), dan penurun demam (antipiretik). asetosal juga
mempunyai efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis
rendah sering digunakan untuk penderitapenyakit jantung
koronerdanstroke (sweetman. 2009)Dalam pembuatan tablet yang
dilakukan, selain bahan aktif asetosal maka ditambahkan juga bahan
eksipien yaitu dari amylum sebanyak 10% sebagai penghancur
(disintegrant) PVP sebanyak 2% sebagai pengikat (binder), laktosa
sebagai pengisi (diluent), dan Talk sebanyak 3% sebagai glidant dan
pelicin (lubrikan),. Pada metode granulasi kering, tiap bahan
tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase
dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10%
penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan
glidant. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat
menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang
membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.Pada pembuatan
tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal
250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif
dalam sediaan adalah 62,5 %. asetosal merupakan zat yang memiliki
sifat alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan
dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu,
selain itu kadar asetosal dalam tablet pun lebih dari 5% dan
asetosal memilii kstabilan yang terbatas terhadap air sehingga
pembuatan tablet asetosal menggunakan metode granulasi kering.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet asetosal
dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu :1. Milling Milling
adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga
dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena
pada pembuatan tablet ini asetosal (zat aktif), laktosa, PVP, dan
amilum masing-masing memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda.
Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari kemungkinan
terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya
yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan.
Milling dilakukan dengan cara bahan bahan yang akan digunakan di
ayak terlebih dahulu pada mesh 40, hal ini bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran dari partikel partikel pembentuk tablet dan
menghindaari segregasi dari serbuk penyusun tablet. Jadi, sebelum
dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan
milling sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran
yang sama satu sama lainnya2. MixingMixing dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menggabungkan dua atau
lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak dicampur atau
sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul
dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan
unit atau partikel masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari
proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas
campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan merupakan campuran
homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam bahan
aktif yaitu asetosal sebanyak 125 gram , PVP sebanyak 4 gram,
laktosa sebanyak 35 gram dan amylum sebanyak 20 gram. Mixing
dilakukan dengan menggunakan toples sebagai turbula mixer . Dalam
proses mixing ini zat yang akan dicampur ditambahkan sedikit demi
sedikit dengan perbandingan 1 : 1 agar menghasilkan campuran yang
mendekati random mix. Proses mixing fase dalam ini dilakukan dengan
cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 10 menit. Sedangkan untuk fase luar hanya di campur
selama 5 menit, hal ini bertujuan agar fase luar tidak terlalu
homogen didalam tablet yang akan menyebabkan waktu hancur tablet
menjadi semakin lama karena fase luar tablet biasanya bersifat
hidrofob sehingga sulit terbasahi dan memperlama waktu hancur
tablet.3. GranulasiGranulasi merupakan proses peningkatan ukuran
partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga
bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Pada tahap ini
dilakukan pencetakan slug/ bongkahan besar dari serbuk yang telah
di mixing menggunakan roller compactor atau mesin pencetak tablet
dengan die dan punch yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar
serbuk tadi dapat bersatu membentuk slug ketika diberi tekanan yang
besar. Setelah pencetakan, slug tersebut digiling kembali agar
menjadi granul dengan ukuran yang di inginkan.4. Pencetakan
tabletTahap tahap pencetakan tablet yaitu die filling, compression,
ejection. Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan alat pencetak tablet single punch.Pada saat kompresi
tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan bobot
tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 120 N
sedangkan bobot tablet pada formula 2, berdasarkan perhitungan yang
dilakukan yaitu sebesar 400,0 mg. Sehingga pada proses kompresi ini
dilakukan optimasi sampai menghasilkan tablet yang memiliki
kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang sesuai dengan
perhitungan.Pada pembuatan tablet terdapat dua evaluasi yang
dilakukan, yaitu evaluasi granul dan evaluasi tablet. Evaluasi
granul terdiri dari uji kerapatan granul dan kompresibilitasnya,
uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi
ukuran granul. Sedangkan untuk tablet yang telah jadi dilakukan uji
keseragaman sediaan, organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan
tablet (friability), keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu
hancur tablet, dan disolusi tablet. Untuk evaluasi granul pada
praktikum kali ini dilakukan evaluasi kerapatan granul dan
kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut
istirahatnya, dan uji distribusi ukuran granul. Evaluasi dilakukan
oleh bagian IPC menggunakan prinsip yang berasal dari kompendial
baik itu farmakope indonesia, maupun USP.Uji kerapatan dan
kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP
yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan
bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan
(diketuk 1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan Carrs
index. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang didapat adalah sebagai
berikut :FormulaBJ nyata (g/mL)BJ mampat (g/mL)Kompresibilitas
(%)
10,72120,806610,58
20,70120,7283
30,73360,76734,392
40,71460,73833,2100
Dari hasil pengujian kerapatan dan kompresibilitas diatas
diketahui bahwa semua formula memilik kompresibilitas yang baik,
adapun kompresibilitas terkecil dimiliki oleh formula 4 dan yang
terbesar oleh formula 1.Selanjutnya dilakukan evaluasi kecepatan
alir dan sudut istirahat granul. evaluasi ini dilakukan berdasarkan
prinsip evaluasi yang tertera dalam USP yaitu Sejumlah granul
diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu
dialirkan, pembentukkan kerucut granul pada dasar diameter
memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dari hasil evaluasi
didapatkan hasil sebagai berikut:FormulaKecepatan alir (g/det)Sudut
istiraha ( )
1256,528,46
262,42778,1511
3125,68248,0363
4124.6289.525
Pada USP-30 tertera bahwa sudut istirahat yang baik dibawah 35o,
dari hasil percobaan didapatkan bahwa semua formula memiliki sifat
alir dan sudut istirahat yang baik, hal ini menunjukan bahwa
granulasi yang dilakukan telah benar dan sesuai persyaratan
kompendial.Selanjutnya dilakukan evaluasi distribusi ukuran granul,
evaluasi ini dilakukan berdasarkan prinsip dari farmakope indonesia
yaitu, Menyusun pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang
meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot zat
yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama. Namun karena
keterbatasan alat maka metode yang dipakai dalam pengujian ini
dirubah menjadi satu pengayak satu pengayak. Hasil dari pengujian
apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut :
Dari grafik diatas, diketahui bahwa hanya formula 2 dan 4 yang
distribusi ukurannya mendekati distribusi normal, sedangkan formula
1 mengikuti distribusi positif dan formula 3 mengikuti distribusi
bimodal.Setelah pencetakan tablet selesai, tablet yang dihasilkan
diuji karakteristik dan kandungannya. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa tablet yang dihasilkan memiliki karakteristik yang
sesuai dengan persyaratan dan memiliki mutu yang baik. Adapun
pengujian yang dilakukan adalah uji keseragaman sediaan,
organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet (friability),
keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan
disolusi tablet. Uji disolusi tablet tidak dilakukan karena
keterbatas alat.Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji
keseragaman sediaan, tujuan dari pengujian ini adalah untuk
menjamin keseragaman kandungan dari tablet yang telah dibuat. Uji
keseragaman sediaan terdiri dari uji keseragaman kandungan dan uji
keragaman bobot, pada tablet asetosal dilakukan uji keragaman bobot
karena tablet asetosal mengandung bahan aktif lebih dari 25 mg dan
lebih dari 25%. Prinsip dari pengujian ini adalah Sebanyak 20
tablet diambil secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet.
Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap
bobot rata-rata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang
dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari
hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai
penerimaannya. Dari hasil pengujian didapat nilai AV sebagai
berikut:FORMULANILAI AV
11,9462 %
21,3706%
30,0972%
40,6554%
Persyaratan dari Farmakope indonesia dikatakan bahwa memenuhi
syarat apabila nilai penerimaan yang didapat dari tablet yang diuji
tidak kurang dari 15,0%. Maka dapat disimpulkan bahwa semua formula
memiliki keseragaman sediaan yang memenuhi syarat.Pengujian
selanjutnya adalah friabilitas atau kerapuhan tablet. Pengujian
dilakukan terhadap tablet yang beratnya mendekati 6,5 gram. Prinsip
dari percobaan ini adalah Pengukuran friabilitas dilakukan dengan
menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan
dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. Hasil
dari pengujian ini adalah sebagai berikut
Formulasi Bobot awal ( g )Bobot akhir ( g )Friabilitas (%)
16,5586,5050,81%
26,5496,4900,8767%
36,5676,5440,85 %
46,5186,5480,920%
Hasil dari pengujian friabilitas kehilangan bobotnya tidak boleh
lebih dari 1%. Dari hasil diatas diketahui bahwa kerapuhan semua
tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh farmakope
indonesia.Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji kekerasan
tablet, secara prinsip uji Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan
tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan
pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada
tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Dari hasil percobaan
diketahui hasilnya sebagai berikut:No. TabletFormula 1Formula
2(kg/cm2)Formula 3Formula 4
1.4,3 6,28,25,914
2.3,46,47,56,628
3.3,65,18,57,342
4.4,16,27,95,507
5.3,95,48,87,138
6.3,56,08,26,934
7.3,87,08,56,118
8.3,97,57,55,609
9.3,56,38,85,914
10.3,96,28,55,914
Rata-rata3,79 6,238,246,3018
Standar deviasi0,09120,7120,5690,225
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kekerasan tablet dari
formula 1 memiliki kekerasan yang kurang, hal ini mungkin
disebabkan karena formula 1 tidak memakai pengikat dalam
formulasinya.Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian
waktu hancur. Prinsip dari pengujian ini adalah Pengukuran waktu
yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan
alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut)
bersuhu 37 2 kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi
dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng
kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah.
Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan
satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
tertinggal di atas kasa. Hasil dari pengujian ini adalah :No
TabletFormula 1Formula 2Formula 3Formula 4
18 detik37 detik74 detik75 detik
Dari hasil diatas diketahui bahwa waktu hancur tablet meningkat
dari formula 1 hingga formula 4. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kadar pengikat yang dipakai dalam formula ehingga waktu hancur dari
tiap formula terus meningkat.
XI. KesimpulanDari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui
bahwa semakin besar konsentrasi tpengikat dalam tablet dapat
memperlama waktu hancur dan membuat tablet semakin keras.
EvaluasiFormula 1Formula 2Formulasi 3Formulasi 4
GranulUji Homogenitas----
Kandungan Lembab----
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
TabletUji Organoleptik
Keseragaman Bentuk dan Ukuran
Keragaman Bobot
KekerasanXXXX
Friabilitas
Friksibilitas----
Waktu Hancur
Uji Disolusi----
Keterangan:= memenuhi syaratX= tidak memenuhi syarat
XII. Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITBAnief,
Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University
PressAnsel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edis IV.
Jakarta: Universitas IndonesiaDepartemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
Farmakope Indonesia,. edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope
Indonesia,. edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan.Lachman L,
Lieberman. 1994. Teori dan praktek farmasi industri edisi ketiga.
Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI pressRowe, Raymond et
al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th ed. London:
Pharmaceutical PressSweetman, S.C., 2009.Martindale The Complete
Drug Reference 36. Pharmaceutical Press : London ChicagoUSP 30 NF
25. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.Voight,
R. 1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Diterjemahkan oleh
Soendari Noerono. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDAPembuatan Tablet
Asetosal 250 mg Dengan Metode Granulasi Kering Menggunakan Pengikat
PVP 2%
Disusun oleh:
Mochamad ArifP17335113048
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNGJURUSAN FARMASI 2015
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi
Basah40