Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekPT. CHEVRON PACIFIC INDONESIAPower
Generation & Transmission Duri
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangEnergi listrik merupakan aspek yang penting
dalam kegiatan perindustrian. PT. Chevron Pacific Indonesia yang
bergerak di bidang pengeboran minyak menggunakan pembangkit (power
plant) sendiri untuk memenuhi kebutuhan energi listrik harian baik
untuk aktivitas pengeboran, penyulingan, perkantoran maupun
perumahan pegawai. Kegiatan pengeboran minyak tersebut sangat
bergantung pada pasokan energi listrik ke setiap pompa, oleh karena
itu keandalan sistem tenaga listriknya harus selalu berada pada
kondisi yang baik. Untuk menjaga keandalan tersebut PT Chevron
Pacific Indonesia menerapkan sistem Hot Line Work dimana para
teknisi bekerja pada kondisi yang bertegangan sehingga sangat
mungkin bisa terjadi gangguan selama pekerjaan berlangsung. Selain
itu, gangguan juga dapat terjadi karena kondisi alam dan hewan di
sekitar saluran yang mendistribusikan energi listrik.Jenis gangguan
yang mungkin terjadi adalah gangguan hubung singkat tiga fasa, satu
fasa ke tanah, dua fasa dan dua fasa ke tanah. Gangguan ini
biasanya terjadi di saluran distribusi dimana saluran ini merupakan
komponen yang sangat penting karena langsung menyuplai beban.
Dengan adanya kemungkinan terjadi gangguan tersebut maka sistem
proteksi yang diterapkan harus selalu mampu meminimalisir gangguan
dengan tidak mengabaikan keandalan (reliability) dari sistem. Studi
gangguan hubung singkat yang sudah pernah dilakukan beberapa
diantaranya tidak memasukkan panjang saluran sehingga pada
perhitungannya panjang saluran hanya berupa perkiraan yakni saluran
pendek sepanjang 0,1 km. Selain itu, kapasitas trafo yang digunakan
pada studi yang sudah pernah dilakukan adalah kapasitas trafo
dengan pendingin yang nilainya lebih besar dari kapasitas trafo
sebenarnya.Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis ingin
melakukan evaluasi terhadap keandalan sistem proteksi distribusi
dengan memperbaiki parameter berupa panjang saluran dan kapasitas
trafo sesuai dengan kondisi existing.
1.2 Perumusan MasalahDalam penulisan laporan kerja praktek ini,
rumusan masalah yang dibahas adalah melakukan evaluasi sistem
proteksi distribusi pada setiap feeder di CKBS substation dan
melakukan setting improvement jika diperlukan.
1.3 Maksud dan Tujuan Kerja PraktekMaksud dan tujuan yang ingin
dicapai saat pelaksanaan kerja praktek ini diantaranya :1.
Menyesuaikan ilmu-ilmu teoritis yang diperoleh di kampus dengan
ilmu praktek di lapangan.2. Membiasakan diri untuk bekerja secara
profesional dan disiplin untuk dijadikan pengalaman ketika memasuki
dunia kerja nanti.3. Membandingkan hasil perhitungan gangguan
hubung singkat secara teori dengan data hasil simulasi gangguan
hubung singkat di lapangan.
1.4 Kegunaan Kerja PraktekKegunaan dari dilaksanakannya kerja
praktek ini antara lain :1. Bagi Kampusa. Terjalin kerja sama
antara Universitas Riau dengan PT. Chevron Pacific Indonesia.b.
Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan.c. Sebagai indikator untuk mengukur
sejauh mana daya serap mahasiswa terhadap teori yang diterima
selama di kampus.2. Bagi Mahasiswaa. Menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan di luar lingkungan kampus yang berhubungan dengan
teknik elektro.b. Melatih diri untuk dapat bekerja sama sebelum
terjun ke dunia kerja.c. Untuk melatih mahasiswa agar dapat
menganalisa masalah yang terjadi di lapangan serta memberikan
alternatif pemecahan sesuai ilmu yang pernah diperoleh di kampus.3.
Bagi Perusahaana. Terjalinnya hubungan kerja sama dan sebagai
sarana tukar informasi antara perusahaan dengan lingkungan satuan
pendidikan.b. Sebagai bentuk perwujudan pengabdian masyarakat di
bidang pendidikan.c. Memungkinkan untuk memperoleh masukan-masukan
sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan sistem yang telah
ada.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja PraktekKerja praktek ini
dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 21 Januari 2015 -
21 Februari 2015 bertempat di Departemen Power Generation and
Transmission PT. Chevron Pacific Indonesia distrik Duri.
BAB IIPT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
2.1Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI)Pada Tahun
1924, Standard Oil Company of California (SOCAL) melakukan kegiatan
eksplorasi minyak di Indonesia yang berlokasi di Kalimantan dan
Sumatera, khususnya di daerah Aceh. Berlanjut dengan didirikannya
NV Nederlandsche Pacific Peroleum Maatshapij (NPPM) oleh Francis
Buttler Loomis dan Edourd Henri Von Baumbauer di Amsterdam pada 15
Mei 1930. Perusahaan inilah yang menjadi cikal bakal PT CPI
sekarang.Tahun 1935, pemerintah Hindia Belanda memberikan tawaran
kepada SOCAL untuk mengadakan kegiatan eksplorasi minyak di kawasan
Sumatra Tengah dengan wilayah seluas 600.000 ha. Kemudian berlanjut
dengan didirikannya perusahaan CALTEX (California Texas Petroleum
Corporation) oleh SOCAL dan TEXACO pada juli 1936. Pada Agustus
1940 ditemukan gas dalam sumur kedua (dibor di Sebanga), diikuti
temuan minyak di Duri (Maret 1941).Ketika Perang Dunia II meletus,
seluruh kegiatan perusahaan terhenti dan peralatan seharga satu
juta US dollar terpaksa ditinggalkan. Dengan peralatan tersebut,
tahun 1944 tentara Jepang menyelesaikan pengeboran Minas-1 (pada
lokasi yang dipilih dan dipersiapkan Caltex) di Minas. Satu-satunya
sumur Wild Cat di Indonesia, selama Perang Dunia II ini merupakan
sumur temuan berkedalaman 2623 kaki (787,5 meter).Pada tanggal 10
Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan Texaco yang
selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah bersatu,
maka didirikanlah sebuah perusahaan Chevron Texaco. Chevron Texaco
merupakan perusahaan energi global teratas dengan 53.000 pegawai
yang tersebar di 180 negara dan menjadi produsen tertinggi di
negara Indonesia, Angola, Kazakhstan serta memegang daerah utama di
perairan dalam Amerika Serikat. Sebagai perusahaan energi global
puncak, perusahaan raksasa Chevron Texaco tercatat memiliki 25.000
tempat penyalur produk minyak dan gas. Produksi untuk penjualan
harian sebesar 3,5 juta barrel perhari dengan kapasitas kilang
minyak 2,2 juta barrel. Pada tanggal 16 September 2005, PT. Caltex
Pacific Indonesia pun mengubah namanya menjadi PT. Chevron Pacific
Indonesia.
2.2 Kegiatan Operasi PT. Chevron Pacific IndonesiaSecara umum
kegiatan utama yang dilakukan oleh PT. Chevron Pacific Indonesia
bisa dibedakan menjadi dua bagian yaitu kegiatan eksplorasi dan
kegiatan produksi. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan minyak bumi mentah murni (crude oil) yang bisa diolah
lebih lanjut menjadi bensin, minyak pelumas, aspal dan lain-lain.
Untk proses pengolahan lebih lanjut dari crude oil ini dilakukan
oleh Pertamina.Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang
ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI
membagi lokasi daerah operasi menjadi 5 distrik yaitu:1. Distrik
Jakarta, sebagai pusat administrasi seluruhnya.2. Distrik Rumbai,
merupakan pusat administrasi PT. CPI di Sumatera.3. Distrik Minas,
merupakan daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 km dari
Rumbai).4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak
(sekitar 112 km dari distrik Rumbai).5. Distrik Dumai, merupakan
tempat pelabuhan tempat pemasaran / pengapalan minyak mentah
(sekitar 184 km dari Rumbai) arah timur laut.
Gambar 2.1 Peta daerah operasi PT. CPI
2.3Struktur Organisasi PerusahaanStruktur organisasi PT. CPI
secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 2.2 Skema struktur organisasi PT. CPI
2.4Power Generation and TransmissionPada tahun 1969 diresmikan
pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Duri yang
terdiri dari 2 unit generator turbin gas Sulzer buatan Swiss dengan
kapasitas masing-masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini
lahirlah sebuah departemen baru di PT. CPI, yang dikenal dengan
nama Power Generation and Transmission (PGT). Saat ini selain
bertugas menyediakan kelistrikan tim PGT juga bertugas mengelola
steam production yang digunakan untuk mengangkat minyak dari dalam
bumi dan merupakan bagian terpenting dalam proses Enhanced Oil
Recovery di Duri Field. Dalam menjalankan tugasnya tim PGT terbagi
menjadi lima tim utama yakni :1. Operationsa. Transmission and
Distribution Northb. Transmission and Distribution Southc.
Operation Engineeringd. Power and Steam Generation Northe. Power
Generation South2. Reliability Engineering and Maintenance (REM)a.
Maintenance Northb. Maintenance Southc. Projectd. Turn Arounde.
Reliability Engineering3. OE/HES4. Planning & Support5. Lean
Sigma
BAB IIIDASAR TEORI
3.1 Sistem Kelistrikan PT. Chevron Pacific Indonesia3.1.1 Sistem
pembangkitan tenaga listrikSistem tenaga listrik PT. Chevron
Pacific Indonesia (PT. CPI) terdiri dari beberapa elemen penting,
yaitu sistem pembangkit, sistem transmisi dan sistem distribusi.
PT. CPI menggunakan sistem pembangkit sendiri dengan jaringan
tenaga listrik frekuensi 60 Hz, yang sudah terinterkoneksi di
seluruh wilayah operasi yang meliputi Rumbai, Minas, Duri dan
Dumai.
Gambar 3.1 Sistem tenaga listrik PT. Chevron Pacific
Indonesia
Dalam sistem pembangkitkan tenaga listrik, PT. Chevron Pacific
Indonesia menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang
merupakan rangkaian instalasi mekanik dan elektrik dimana gas
sebagai hasil produk pembakaran diekspansikan ke dalam turbin
sebagai penggerak mula (prime mover) generator untuk menghasilkan
energi listrik. Penggunaan turbin gas oleh PT. Chevron Pacific
Indonesia lebih dengan alasan tersedianya gas alam dalam jumlah
yang memadai serta melimpah sebagai hasil sampingan selain minyak
bumi. Selain itu, waktu start yang dibutuhkan turbin gas lebih
cepat yaitu kurang dari 15 menit dibandingkan turbin uap yang
membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memanaskan air dalam
boiler terlebih dahulu.Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT.
Chevron Pacific Indonesia diperoleh melalui tiga daerah power
plant, yaitu :1. Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit turbin gas
dengan daya masing-masing 19 MW. 2. Central Duri Gas Turbin (CGT)
sebanyak 5 unit turbin gas dengan total daya 95 MW. 3. Duri Gas
Turbin (DGT) sebanyak 1 unit turbin gas dengan daya 19 MW.4. North
Duri sebanyak 3 unit turbin gas dengan total daya 264 MW. Seluruh
gas turbine yang dioperasikan mampu menghasilkan listrik hingga 588
MW per hari. Daya keseluruhan beban yang dipakai saat ini mencapai
485 MW per hari. Pada daerah power plant, tegangan yang
dibangkitkan oleh setiap generator adalah sebesar 13,8 kV.
3.1.2 Sistem transmisiSistem transmisi digunakan untuk
menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke beberapa substation
sebelum didistribusikan ke beban. Tegangan keluaran yang dihasilkan
oleh generator akan dinaikkan terlebih dahulu menggunakan trafo
step up yang berada di wilayah pembangkit sebelum ditransmisikan.
Tujuan dari penaikkan tegangan ini adalah untuk memperkecil
rugi-rugi saluran (losses). Besarnya nilai tegangan yang dinaikkan
oleh trafo step up pada power plant North Duri adalah 230 kV dan
pada daerah yang lain dinaikkan menjadi 115 kV. Pada substation,
tegangan 230 kV ini dibagi lagi sesuai dengan kebutuhan dan jarak
transmisi, seperti diturunkan menjadi 115 kV, 44 kV, dan 13,8
kV.Adapun saluran transmisi yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific
Indonesia adalah : (Rio dkk, 2011)1. Saluran transmisi 230 kV
sepanjang 128 km.2. Saluran transmisi 115 kV sepanjang 536 km.3.
Saluran transmisi 44 kV sepanjang 105 km.
(a)(b) (c)Gambar 3.2 Saluran transmisi (a) 230 kV, (b) 115 kV,
(c) 44 kVKonfigurasi bus yang digunakan pada PT. CPI adalah jenis
ring bus dan satu setengah breaker. Sistem ring bus digunakan
apabila ada dua sumber yang menyuplai beban. Konfigurasi ini
memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Saat kondisi normal setiap
breaker tertutup. Jika salah satu sumber mengalami gangguan maka
sumber yang lain akan melayani semua beban.
Gambar 3.3 Sistem ring busSistem satu setengah breaker
menggunakan tiga buah circuit breaker untuk menghubungkan busbar
satu dan busbar 2. Pada kondisi normal semua breaker tertutup.
Konfigurasi ini memiliki tingkat keandalan yang tinggi karena jika
suatu lokasi terjadi gangguan, tidak akan mempengaruhi bagian lain
yang sedang beroperasi.
Gambar 3.4 Sistem satu setengah breaker
3.1.3 Sistem distribusiSistem distribusi digunakan untuk
menyalurkan energi listrik dari substation ke beban. Setelah
melalui proses transmisi, tegangan tinggi pada transmisi kemudian
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo step down untuk
didistribusikan ke beban-beban yang berada di daerah operasi PT.
Chevron Pacific Indonesia. Sistem distribusi yang digunakan adalah
jenis radial dengan tegangan distribusi 13.8 kV. Dan sistem
distribusi tenaga listrik PT. CPI memiliki sekitar 8000
transformator.Adapun tegangan pada saluran distribusi yang
digunakan dalam daerah operasi PT. Chevron Pacific Indonesia, yaitu
:1. Saluran distribusi 13.8 kV sepanjang 1742 km yang merupakan
saluran udara (over head line) sebagai feeder yang mensuplai pompa
motor di ladang minyak yang tersebar, mensuplai kebutuhan perumahan
dan perkantoran di PT. CPI.2. Saluran distribusi 4.16 kV sepanjang
50 km yang merupakan saluran udara dan saluran bawah tanah
(underground cable) yang berfungsi sebagai jaringan untuk area
perkantoran dan catu daya untuk motor-motor listrik pada pompa.
Gambar 3.5 Saluran distribusi 13.8 kV
3.2 Gangguan hubung singkatGangguan adalah setiap kesalahan
dalam suatu rangkaian yang menyebabkan terganggunya aliran arus
yang normal (Stevenson, 1996). Pada saluran transmisi gangguan yang
terjadi biasanya disebabkan oleh petir. Sedangkan pada saluran
distribusi dapat disebabkan oleh hewan, alam maupun kelalaian
operator yang sedang bertugas. Gangguan hubung singkat ini akan
menghasilkan arus gangguan yang besarnya jauh melebihi besar arus
normal. Gangguan hubung singkat terbagi menjadi dua jenis yakni
gangguan simetris dan gangguan tidak simetris. Gangguan simetris
contohnya adalah gangguan hubung singkat tiga fasa. Sedangkan
gangguan tidak simetris contohnya adalah gangguan satu fasa ke
tanah. Gangguan tidak simetris dapat dimodelkan komponen-komponen
simetrisnya.
3.2.1 Komponen-komponen simetrisMenurut teorema Fortesque tiga
fasor tak seimbang dari sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang, yakni : (Stevenson, 1996)1.
Komponen urutan positif (positive sequence component) yang terdiri
dari tiga fasa yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain
dalam fasa sebesar 120 dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti
fasor aslinya.2. Komponen urutan negatif (negative sequence
component) yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120 dan mempunyai
urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.3. Komponen urutan
nol (zero sequence component) yang terdiri dari tiga fasor yang
sama besarnya dan berbeda fasa 0 antara fasa yang satu dengan yang
lainnya.Pada gambar 3.6 dapat dilihat bentuk dari komponen urutan
positif, negatif dan nol dari gangguan tidak simetris dimana fasa a
dijadikan sebagai referensi.
Gambar 3.6 Komponen-komponen simetris
3.2.2 Gangguan hubung singkat tiga fasaGangguan hubung singkat
tiga fasa adalah gangguan yang terjadi dimana ketiga fasa pada
sistem menyatu. Oleh karena itu, arus gangguan tiga fasa nilainya
sangat besar. Pada busbar jika gangguan ini terjadi dapat
menyebabkan terjadinya ledakan yang disebut Arc Flash yang sangat
membahayakan operator yang sedang berada di dekat lokasi gangguan.
Diagram saat terjadi gangguan dapat dilihat pada gambar 3.7
(Syahrial dkk, 2013).
Gambar 3.7 Gangguan hubung singkat tiga fasa
Adapun perhitungan untuk mencari besarnya arus gangguan adalah
sebagai berikut :
(3.1)Dimana: : arus gangguan (A) : tegangan sistem (line to
netral) dalam volt (V) : impedansi urutan positif () : impedansi
gangguan ()
Biasanya impedansi gangguan nilainya sangat kecil sehingga pada
perhitungan dianggap benilai nol. Jadi, arus gangguan tiga fasa
didapat dengan membagi tegangan sistem (line to netral) dengan
impedansi total urutan positifnya.
3.2.3 Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanahGangguan hubung
singkat satu fasa ke tanah merupakan gangguan yang tidak simetris,
sehingga pada perhitungannya nanti terdapat komponen urutan
positif, negatif dan nol. Keadaan sistem saat mengalami gangguan
hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dilihat pada gambar 3.8.
Saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah maka
tegangan fasa yang mengalami gangguan akan sama dengan nol. Untuk
generator yang tidak dibebani arus pada fasa yang tidak mengalami
gangguan akan bernilai nol.
Gambar 3.8 Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
Dalam perhitungan arus gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah, terlebih dahulu dibuat rangkaian ekivalen urutan positif,
urutan negatif dan urutan nol. Pada gangguan satu fasa ke tanah
ketiga rangkaian urutan ini terhubung seri. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen gangguan satu fasa ke tanah
Besarnya arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dicari dengan
persamaan 3.2 di bawah ini.
(3.2)Dimana : : arus gangguan satu fasa ke tanah (A) : tegangan
sistem (line to netral) dalam volt (V) : impedansi urutan positif
() : impedansi urutan negatif () : impedansi urutan nol () :
impedansi gangguan ()
3.3 Proteksi Sistem Tenaga ListrikDalam sistem tenaga listrik
proteksi merupakan komponen yang sangat penting. Pada dasarnya
suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang tidak normal,
sehingga gangguan pada umumnya terdiri dari hubung singkat dan
rangkaian terbuka (Stevenson, 1996). Dilihat dari akibat yang
ditimbulkan maka gangguan hubung singkat menduduki peringkat
pertama. Oleh karena itu, gangguan ini harus segera dihilangkan
jika terjadi pada sistem tenaga.Dalam sistem tenaga yang modern,
proses meniadakan hubung singkat ini dilakukan secara otomatis yang
secara kolektif disebut dengan sistem proteksi (protection system)
(Stevenson, 1996). Sistem proteksi ini bekerja berdasarkan daerah
operasinya misalnya di daerah generator, transmisi maupun
distribusi. Keandalan suatu sistem tenaga listrik tergantung dari
operasi sistem proteksinya. Jika suatu peralatan proteksi mengalami
salah kerja maka keandalan sistempun akan menurun. Oleh karena itu,
kualitas dari suatu sistem proteksi adalah beroperasi seminimal
mungkin saat terjadi gangguan namun kondisi sistem tetap berada
pada keadaan yang diizinkan.
3.3.1 Over current relay (OCR)Sistem proteksi pada jaringan
distribusi didukung oleh beberapa peralatan utama. Salah satunya
adalah rele arus lebih atau over current relay. Prinsip kerja dari
OCR ini adalah jika arus yang melewatinya melebihi nilai setting
maka rele akan bekerja dan memberi perintah pada circuit breaker
untuk membuka. Adapun jenis OCR yang digunakan pada CKBS substation
adalah jenis very inverse dan instantaneous. OCR jenis very inverse
bekerja dimana waktu kerja rele mulai pick up sampai rele
beroperasi diperpanjang berbanding terbalik dengan besarnya arus
gangguan (Sutarti, 2005). OCR bekerja merasakan arus sistem melalui
current transformator (CT) yang berfungsi sebagai elemen perasa
jika sistem mengalami gangguan. Rangkaian dan kurva karakteristik
dari OCR dapat dilihat pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Karakteristik OCR
3.3.2 Time current curve (TCC)Time current curve atau juga
disebut kurva karakteristik adalah kurva yang menunjukkan hubungan
antara arus dan waktu pada suatu peralatan proteksi misalnya fuse,
OCR dan recloser. Kurva ini dapat divariasikan dengan menggeser
kurva ke atas atau ke bawah dan ke kiri atau ke kanan. Untuk di PT.
CPI perubahan setting biasanya hanya dilakukan dengan mengubah time
dial yakni dengan menggeser kurva ke bawah atau ke atas. Untuk
recloser tipe microprocessor perubahan setting juga dapat dilakukan
dengan mengganti bentuk kurva yang tersedia. Setiap kurva memiliki
persamaan sendiri untuk menentukan waktu operasi dari suatu
peralatan proteksi. Rumus umumnya adalah sebagai berikut.
(3.3)Dimana :T : waktu operasi (s)TMD : Multiplier settingCurve
: Persamaan kurva
Perbedaan waktu operasi dari setiap komponen proteksi atau
dikenal dengan istilah time difference merupakan cara untuk melihat
kordinasi antar peralatan proteksi. Pada PT. CPI standar minimal
untuk time difference adalah 200 ms. Contoh cara menghitung time
difference pada ETAP dapat dilihat pada gambar 3.11.
Gambar 3.11 Perhitungan time differencePada gambar 3.11 waktu
operasi recloser adalah 101 ms, sedangkan waktu operasi OCR adalah
560 ms. Jadi, time difference antara recloser dan OCR adalah
3.3.3 Circuit breakerCircuit breaker merupakan perangkat
pengaman arus lebih yang bekerja membuka dan memutus rangkaian
secara non-otomatis dan memutus rangkaian secara otomatis ketika
arus yang mengalir dirangkaian melebihi rating arus yang telah
ditentukan tanpa menimbulkan kerusakan pada peralatan pada saat
terjadi gangguan. Circuit Breaker yang ada di PT. CPI adalah untuk
level tegangan 4.16 KV, 13.8 KV, 44 KV, 115 KV dan 230 KV. Tenaga
untuk menutup dan membuka Circuit Breaker bisa dari hidrolik atau
pegas yang digerakkan oleh motor. Klasifikasi circuit breaker
dibagi berdasarkan media pemadamnya. Di PT. CPI circuit breaker
yang digunakan adalah gas circuit breaker (GCB), vacuum circuit
breaker (VCB), air circuit breaker (ACB) dan oil circuit breaker
(OCB). PT. CPI sedang mengusahakan pemakaian gas circuit breaker
secara keseluruhan karena perawatannya lebih mudah. Namun, saat ini
masih dikombinasikan dengan vacuum circuit breaker. Bentuk fisik
dari GCB dan VCB dapat dilihat pada gambar 3.12.
(a)(b)Gambar 3.12 (a) Gas circuit breaker, (b) Vacuum circuit
breaker
3.3.4 FuseFuse adalah peralatan proteksi yang berfungsi sebagai
pengaman arus lebih. Prinsip kerja dari fuse ini adalah jika arus
yang melewatinya melebihi batas kemampuannya maka fuse akan putus
dan harus diganti dengan fuse baru. Karena terbuat dari bahan kurva
karakteristik fuse berbentuk pita seperti pada gambar 3.13.
Gambar 3.13 Kurva karakteristik fuse
Pada gambar 3.13 daerah kerja fuse adalah di bagian yang
diarsir. Semakin besar arus yang melewati fuse makin akan semakin
cepat fuse memutus rangkaian, dan semakin kecil arus yang
melewatinya maka akan semakin lama fuse memutus rangkaian. Pada PT.
CPI jenis fuse yang digunakan adalah 15K dan 5F, perbedaan keduanya
terletak pada bentuk kurva karakteristiknya. Pemilihan jenis fuse
ini adalah agar memudahkan kordinasi dengan breaker yang ada di
bawahnya.
3.3.5 RecloserRecloser digunakan untuk membuka dan menghubungkan
rangkaian listrik melalui sebuah pengendali baik pada saat ada
gangguan maupun dalam kondisi normal. Jika pada saat gangguan,
recloser ini berfungsi untuk mengisolasi gangguan supaya tidak
mempengaruhi sistem yang lebih besar. Sedangkan pada saat normal,
recloser ini bisa dipakai untuk memindahkan beban dengan memutus
atau menghubungkan beban tersebut dari satu feeder ke feeder yang
lain.Pada umumnya recloser di set 4 kali trip atau 3 kali reclose
(menutup kembali). Waktu reclose biasanya diatur antara 15, 30 atau
45 detik. Skema kerja recloser dapat dilihat pada gambar 3.14.
Gambar 3.14 Skema kerja recloser
3.4 Metode Evaluasi Sistem Proteksi DistribusiAdapun metode
evaluasi yang digunakan pada pelaksanaan kerja praktek ini adalah
dengan melakukan simulasi gangguan hubung singkat tiga fasa dan
gangguan satu fasa ke tanah menggunakan software Electrical
Transient Analyzer Program (ETAP) versi 11.0.0. Simulasi dilakukan
di tiga lokasi gangguan dan melihat nilai time difference dari fuse
sampai ke OCR di transformator secara bertahap. Standar yang
digunakan di PT. CPI untuk nilai minimal time difference antar
komponen proteksi adalah 200 ms. Langkah-langkah evaluasi dapat
dilihat pada flow chart pada gambar 3.15.
Gambar 3.15 Flow chart evaluasi sistem proteksi distribusi
Simulasi gangguan hubung singkat yang dilakukan adalah gangguan
hubung singkat tiga fasa dan gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah. Setting improvement dilakukan secara bertahap yakni pada
recloser dan kemudian pada OCR di feeder jika diperlukan. Pada
recloser setting improvement dilakukan dengan mengubah time
multiplier atau mengganti bentuk kurva. Sedangkan pada OCR setting
improvement hanya dilakukan dengan mengubah time dial.
BAB IVPELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1 CKBS SubstationSingle line diagram dari CKBS substation
dapat dilihat pada gambar 4.1. Substation ini memperoleh daya dari
substation utama yakni KBJ (Kota Batak Junction).
Gambar 4.1 Single line diagram CKBS substation
Pada substation ini terdapat dua buah transformator dengan
kapasitas yang sebenarnya adalah sebesar 15 MVA sedangkan nilai 28
MVA adalah kapasitas trafo yang dilengkapi dengan pendingin (fan).
Substation ini terdiri atas enam feeder utama. Pada transformator
CKBSTX1 terdapat over current relay (OCR) phase dan neutral pada
sisi 115 kV sedangkan pada sisi 13,8 kV terdapat OCR phase dan
ground. Pada transformator CKBSTX2 hanya terdapat OCR ground di
sisi 13,8 kV.Di setiap feeder terdapat OCR yang berfungsi sebagai
proteksi fasa dan netral. Proteksi fasa berperan ketika terjadi
gangguan fasa sedangkan proteksi netral berperan ketika terjadi
gangguan ke tanah. Recloser juga ditempatkan di setiap feeder
sebelum menyuplai beban kecuali pada CKBSF4. Selain itu, proteksi
menggunakan fuse juga digunakan di setiap feeder. Beban di setiap
feeder diasumsikan sebagai beban statis untuk memudahkan kordinasi.
Kurva karakteristik OCR yang digunakan sebagai proteksi di trafo
dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kurva karakteristik OCR phase di transformator
Jenis rele yang digunakan adalah OCR tipe very inverse dan
instantaneous. Kurva pada gambar 4.2 adalah kurva karakteristik
untuk proteksi fasa pada transformator. Sedangkan untuk proteksi
ground dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva karakteristik OCR ground di transformator
Rele proteksi yang digunakan untuk proteksi setiap feeder adalah
OCR tipe very inverse. Kurva karakteristik dari OCR ini dapat
dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Kurva karakteristik OCR phase di feeder
Sedangkan kurva karakteristik OCR ground di setiap feeder dapat
dilihat pada gambar 4.5. Jenis rele yang digunakan adalah OCR tipe
very inverse dan instantaneous.
Gambar 4.5 Kurva karakteristik OCR ground di feeder
Proteksi fuse yang digunakan pada setiap feeder memiliki kurva
karakteristik seperti pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kurva karakteristik fuse
Di setiap feeder yang terhubung ke beban dilengkapi dengan
recloser baik untuk proteksi fasa maupun untuk proteksi ground.
Kurva karakteristik dari setiap recloser untuk proteksi fasa dapat
dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Kurva karakteristik proteksi fasa recloser
Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa feeder
yang menggunakan jenis recloser yang sama, hal ini ditandai dengan
arah panah yang menunjuk pada kurva yang sama pula. Perbedaan
setiap jenis recloser terletak pada kecuraman kurva dan waktu
operasi.Kurva karakteristik proteksi ground pada recloser dapat
dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Kurva karakteristik proteksi ground recloser
Pada gambar 4.8 juga dapat dilihat bahwa untuk jenis recloser
yang sama maka akan menunjuk pada kurva yang sama. Recloser yang
digunakan pada PT. CPI dapat dipilih bentuk kurva karakteristiknya
sesuai dengan kebutuhan baik untuk proteksi gangguan fasa maupun
gangguan tanah.
4.2Perbaikan Data Panjang SaluranPada CKBS substation ini
dilakukan perbaikan data panjang saluran. Data yang diperoleh
penulis terbatas dikarenakan rumitnya konfigurasi saluran di
lapangan. Perbaikan data panjang saluran dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Panjang saluranFromToDistanceUnit
CKBS F136CW523km
CKBS F536CT214.5km
CKBS F536CU254km
Pada tabel 4.1 panjang saluran yang diketahui adalah jarak dari
circuit breaker ke recloser, sedangkan untuk jarak dari recloser ke
beban penulis mengasumsikan sepanjang 0,1 km. Untuk jarak feeder ke
recloser yang tidak terdapat pada tabel 4.1 juga diasumsikan
sepanjang 0,1 km.
4.3Evaluasi Sistem Proteksi Distribusi4.3.1 Simulasi gangguan
tiga fasaSimulasi gangguan tiga fasa dilakukan pada setiap feeder
dengan tiga lokasi gangguan seperti yang dapat dilihat pada gambar
4.9. Setelah dilakukan simulasi dihitung time difference antara
komponen proteksi yang paling dekat dengan gangguan dan komponen
proteksi diatasnya.
Gambar 4.9 Lokasi gangguan pada simulasi
Berdasarkan gambar 4.9 lokasi gangguan pertama terletak di bawah
fuse, lokasi gangguan kedua terletak di bawah recloser dan lokasi
gangguan ketiga terletak di bawah OCR. Pada feeder 4 yang tidak
memakai recloser lokasi gangguan yang disimulasikan hanya lokasi
pertama dan ketiga.Setelah dilakukan simulasi gangguan hubung
singkat tiga fasa di tiga lokasi gangguan diperoleh nilai time
difference yang dapat dilihat pada tabel 4.2. (Detail waktu operasi
setiap peralatan proteksi dapat dilihat pada lampiran)
Tabel 4.2 Time difference hubung singkat tiga fasaFeederTime
Difference (ms)
Delta1ConditionDelta2ConditionDelta3Condition
CKBSF189,00not good459,00good526,00good
CKBSF2A137,50not good194,00not good526,00good
CKBSF2B137,50not good194,00not good526,00good
CKBSF3A137,50not good194,00not good526,00good
CKBSF3B137,50not good194,00not good526,00good
CKBSF4--334,50good--
CKBSF5A62,00not good656,90good--
CKBSF5B78,70not good577,70good--
CKBSF6A31,10not good298,40good--
CKBSF6B31,10not good298,40good--
Pada tabel 4.2 delta1 adalah perbedaan waktu operasi antara fuse
dengan recloser pada lokasi gangguan pertama. Delta2 adalah
perbedaan waktu operasi antara recloser dengan OCR yang ada di
feeder pada lokasi gangguan kedua. Sedangkan delta3 adalah
perbedaan waktu operasi antara OCR di feeder dengan OCR di
transformator pada lokasi gangguan ketiga. Setiap nilai delta ini
akan dilihat apakah masih berada dalam batas yang diizinkan atau
tidak yakni >200 ms. Penulis membuat fungsi sederhana pada
microsoft excel untuk mengetahui kondisi dari setiap time
difference di tiga lokasi gangguan. Kondisi good mengindikasi bahwa
nilai time difference masih dalam batas yang diizinkan, sedangkan
kondisi not good menandakan bahwa nilai time difference tidak
berada pada batas yang diizinkan sehingga perlu dilakukan setting
improvement.Pada feeder CKBSF4 hanya ada nilai delta2 dikarenakan
pada feeder ini tidak terdapat recloser sehingga time difference
yang dapat dihitung adalah antara fuse dan OCR di feeder saja. Pada
transformator CKBSTX2 tidak terdapat OCR proteksi fasa, oleh karena
itu time difference pada lokasi gangguan ketiga tidak ada yakni di
feeder CKBSF4, CKBSF5A, CKBSF5B, CKBSF6A dan CKBS6B. Sehingga, saat
terjadi gangguan pada lokasi ketiga hanya OCR pada feeder saja yang
beroperasi.Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa nilai time
difference yang paling kecil adalah pada feeder CKBSF6A dan CKBSF6B
yakni sebesar 31,10 ms di lokasi gangguan pertama. Sedangkan nilai
time difference yang paling besar adalah pada feeder CKBSF5A yakni
sebesar 656,90 ms di lokasi gangguan kedua.
4.3.2 Setting improvement gangguan tiga fasaBerdasarkan kondisi
setiap feeder yang dapat dilihat pada tabel 4.2 untuk lokasi
gangguan yang pertama, tidak ada feeder yang kondisinya good.
Sehingga perlu dilakukan setting improvement. Hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan perubahan setting adalah perubahan
yang dilakukan tidak terlalu jauh dari batas yang diizinkan yakni
diusahakan nilai time difference tidak terlalu jauh diatas 200 ms.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu pemutusan yang nantinya
akan berpengaruh pada peristiwa arc flash (ledakan) yang berbahaya
bagi pekerja yang berada di dekat lokasi terjadinya gangguan. Pada
pelaksanaan kerja praktek ini penulis melakukan metode trial and
error dalam melakukan setting improvement.Setelah dilakukan proses
perubahan setting, diperoleh hasil seperti yang dapat dilihat pada
tabel 4.3. (Detail waktu operasi setiap peralatan proteksi dapat
dilihat pada lampiran)
Tabel 4.3 Time difference hubung singkat tiga fasa (after
improvement)FeederTime Difference (ms)
Delta1ConditionDelta2ConditionDelta3Condition
CKBSF1203,00good344,00good526,00good
CKBSF2A200,50good203,00good455,00good
CKBSF2B200,50good203,00good455,00good
CKBSF3A200,50good203,00good455,00good
CKBSF3B200,50good203,00good455,00good
CKBSF4--334,50good--
CKBSF5A201,40good519,00good--
CKBSF5B201,60good454,00good--
CKBSF6A200,50good203,00good--
CKBSF6B200,50good203,00good--
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai time difference di
setiap feeder sudah memenuhi standar yang diizinkan dengan nilai
time difference yang paling kecil adalah 200,50 ms dan nilai time
difference yang paling besar adalah 526 ms.. Namun, meskipun pada
nilai delta3 sudah lebih besar dari 200 ms, hal ini berdampak buruk
pada peristiwa arc flash ketika terjadi gangguan yakni akan
memperbesar waktu pemutusan sehingga insiden energi yang diterima
pekerja juga akan semakin besar.
4.3.3 Simulasi gangguan satu fasa ke tanahSimulasi gangguan satu
fasa ke tanah juga dilakukan pada setiap feeder dengan tiga lokasi
gangguan seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.9. Setelah
dilakukan simulasi dihitung time difference antara komponen
proteksi yang paling dekat dengan gangguan dan komponen proteksi
diatasnya. Hasil perhitungan time difference dapat dilihat pada
tabel 4.4. (Detail waktu operasi setiap peralatan proteksi dapat
dilihat pada lampiran)
Tabel 4.4 Time difference hubung singkat satu fasa ke
tanahFeederTime Difference (ms)
Delta1ConditionDelta2ConditionDelta3Condition
CKBSF1267,10good230,00good--
CKBSF2A88,90not good364,00good--
CKBSF2B88,90not good364,00good--
CKBSF3A88,90not good364,00good--
CKBSF3B88,90not good364,00good--
CKBSF4--454,90good473,00good
CKBSF5A170,10not good355,00good476,00good
CKBSF5B95,10not good420,00good476,00good
CKBSF6A80,90not good372,00good476,00good
CKBSF6B80,90not good372,00good476,00good
Pada tabel 4.4 dapat dilihat untuk gangguan satu fasa ke tanah
kondisi setiap feeder pada lokasi gangguan kedua dan ketiga berada
pada standar yang diizinkan. Oleh karena itu, tidak penulis hanya
perlu melakukan setting improvement untuk recloser atau OCR pada
lokasi gangguan pertama saja. Adapun besar arus gangguan satu fasa
ke tanah yang terjadi di setiap feeder pada transformator CKBSTX1
tidak mengakibatkan OCR di transformator beroperasi karena nilainya
masih berada di bawah arus pick up dari OCR tersebut. Oleh karena
itu nilai time difference antara OCR di feeder dengan OCR di
transformator tidak dihitung.Pada feeder CKBSF4 yang tidak terdapat
recloser hanya dihitung time difference antara fuse dengan OCR di
feeder dan time difference antara OCR di feeder dengan OCR di
transformator. Sedangkan untuk feeder lain di transformator CKBSTX2
ketiga lokasi gangguan dapat dihitung nilai time difference antar
peralatan proteksinya.Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa
nilai time difference yang paling kecil adalah pada feeder CKBSF6A
dan CKBSF6B yakni sebesar 80,90 ms di lokasi gangguan pertama.
Sedangkan nilai time difference yang paling besar adalah pada
feeder CKBSF5A, CKBSF5B, CKBSF6A dan CKBSF6B di lokasi gangguan
ketiga.
4.3.4 Setting improvement gangguan satu fasa ke tanahBerdasarkan
tabel 4.4 hanya feeder CKBSF1 yang memenuhi standar sedangkan
feeder lain masih jauh dari standar yang ditetapkan. Oleh karena
itu, setting improvement dilakukan pada semua feeder kecuali feeder
CKBSF1. Setelah dilakukan proses perubahan setting, diperoleh hasil
seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.5. (Detail waktu operasi
setiap peralatan proteksi dapat dilihat pada lampiran)
Tabel 4.5 Time difference hubung singkat satu fasa ke tanah
(after improvement)FeederTime Difference (ms)
Delta1ConditionDelta2ConditionDelta3Condition
CKBSF1267,10good230,00good--
CKBSF2A201,90good252,00good--
CKBSF2B201,90good252,00good--
CKBSF3A201,90good252,00good--
CKBSF3B201,90good252,00good--
CKBSF4--454,90good473,00good
CKBSF5A200,10good325,00good476,00good
CKBSF5B200,10good314,00good476,00good
CKBSF6A200,90good253,00good476,00good
CKBSF6B200,90good253,00good476,00good
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai time difference di
setiap feeder sudah memenuhi standar yang diizinkan dengan nilai
time difference yang paling kecil adalah 200,10 ms dan nilai time
difference yang paling besar adalah 476 ms.
4.3.5 Perbandingan time difference sebelum dan sesudah setting
improvementPerbandingan nilai time difference sebelum dan sesudah
setting improvement untuk gangguan hubung singkat tiga fasa dan
satu fasa ke tanah dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6 Perbandingan time difference gangguan tiga
fasaFeederSebelumSesudah
Delta1Delta2Delta3Delta1Delta2Delta3
CKBSF189,00459,00526,00203,00344,00526,00
CKBSF2A137,50194,00526,00200,50203,00455,00
CKBSF2B137,50194,00526,00200,50203,00455,00
CKBSF3A137,50194,00526,00200,50203,00455,00
CKBSF3B137,50194,00526,00200,50203,00455,00
CKBSF4-334,50--334,50-
CKBSF5A62,00656,90-201,40519,00-
CKBSF5B78,70577,70-201,60454,00-
CKBSF6A31,10298,40-200,50203,00-
CKBSF6B31,10298,40-200,50203,00-
Tabel 4.7 Perbandingan time difference gangguan satu fasa ke
tanahFeederSebelumSesudah
Delta1Delta2Delta3Delta1Delta2Delta3
CKBSF1267,10230,00-267,10230,00-
CKBSF2A88,90364,00-201,90252,00-
CKBSF2B88,90364,00-201,90252,00-
CKBSF3A88,90364,00-201,90252,00-
CKBSF3B88,90364,00-201,90252,00-
CKBSF4-454,90473,00-454,90473,00
CKBSF5A170,10355,00476,00200,10325,00476,00
CKBSF5B95,10420,00476,00200,10314,00476,00
CKBSF6A80,90372,00476,00200,90253,00476,00
CKBSF6B80,90372,00476,00200,90253,00476,00
Dari tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa berubahnya
nilai delta1 akan mempengaruhi berubahnya nilai delta2. Hal ini
dikarenakan penulis telah menggeser kurva recloser ke atas sehingga
mengakibatkan nilai delta2 menjadi semakin kecil. Saat penulis
menggeser kurva OCR di feeder juga akan mengakibatkan nilai delta3
semakin kecil seiring naiknya nilai delta2. Perubahan yang
dilakukan ini diharapkan tidak terlalu jauh dari standar yang telah
ditetapkan.Tabel 4.8 di bawah ini menunjukkan rekomendasi penulis
tentang perubahan setting untuk memperbaiki nilai time difference
di setiap feeder untuk gangguan hubung singkat tiga fasa.
Tabel 4.8 Perubahan setting untuk gangguan tiga
fasaKomponenSebelumSesudah
CurveTMDCurveTMD
OCR1-0,52-0,52
OCR2-0,52-0,63
OCR3-0,52-0,63
OCR4-0,52-0,52
OCR5-0,52-0,52
OCR6-0,52-0,63
36CW52Kyle112NoneKyle113None
100AKyle120NoneKyle1201,46
100BKyle120NoneKyle1201,46
101AKyle120NoneKyle1201,46
101BKyle120NoneKyle1201,46
36CT21Kyle112NoneKyle1201,14
36CU25Kyle112NoneKyle1130,96
36CY34Kyle107NoneKyle1201,46
35CW35Kyle107NoneKyle1201,46
Cat : abu-abu = setting yang berubahDari tabel 4.8 dapat dilihat
bahwa hanya OCR1, OCR4 dan OCR5 saja yang tidak perlu dilakukan
perubahan setting. Untuk OCR penulis hanya melakukan perubahan pada
time dial saja. Sedangkan untuk recloser yang dapat diubah adalah
time multiplier. Jika dengan mengubah time multiplier suatu kurva
belum juga sesuai dengan standar yang ditetapkan maka penulis
mengubah bentuk kurvanya. Metode yang dilakukan penulis adalah
trial and error yakni dengan mencoba setiap bentuk kurva yang
tersedia sampai diperoleh nilai time difference yang lebih besar
dari 200 ms namun tidak terlalu jauh dari nilai tersebut.Tabel 4.9
di bawah ini menunjukkan rekomendasi penulis tentang perubahan
setting untuk memperbaiki nilai time difference di setiap feeder
untuk gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.
Tabel 4.9 Perubahan setting untuk gangguan satu fasa ke
tanahKomponenSebelumSesudah
CurveTMDCurveTMD
OCR1-0,27-0,27
OCR2-0,27-0,27
OCR3-0,27-0,27
OCR4-0,27-0,27
OCR5-0,27-0,27
OCR6-0,27-0,27
36CW52Kyle120NoneKyle120None
100AKyle111NoneKyle1111,93
100BKyle111NoneKyle1111,93
101AKyle111NoneKyle1111,93
101BKyle111NoneKyle1111,93
36CT21Kyle114NoneKyle1141,1
36CU25Kyle111NoneKyle1111,78
36CY34Kyle116NoneKyle1141,35
35CW35Kyle116NoneKyle1141,35
Cat : abu-abu = setting yang berubahDari tabel 4.9 dapat dilihat
bahwa setiap OCR di feeder tidak perlu dilakukan perubahan setting.
Recloser 36CW52 juga tidak direkomendasikan penulis untuk diubah
karena masih sesuai dengan standar yang ditetapkan. Recloser lain
di setiap feeder direkomendasikan penulis untuk diubah time
multiplier atau bentuk kurvanya.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1KesimpulanBeberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
pelaksanaan kerja praktek ini antara lain :1. Perubahan setting
yang direkomendasikan penulis untuk proteksi fasa OCR adalah pada
OCR2, OCR3 dan OCR 6 dengan mengubah time dial menjadi 0,63.2.
Perubahan setting yang direkomendasikan penulis untuk proteksi fasa
recloser adalah pada 36CW52, 100A, 100B, 101A, 101B, 36CT21,
36CU25, 36CY34 dan 35CW25.3. Untuk proteksi ground OCR tidak
direkomendasikan penulis untuk dilakukan perubahan setting karena
masih berada pada batas yang diizinkan.4. Perubahan setting yang
direkomendasikan penulis untuk proteksi ground recloser adalah pada
100A, 100B, 101A, 101B, 36CT21, 36CU25, 36CY34 dan 35CW25.5. Dalam
melakukan setting improvement harus diperhatikan agar nilai time
difference tidak terlalu jauh dari 200 ms, karena hal ini akan
mengakibatkan waktu pemutusan yang lama sehingga berdampak buruk
pada peristiwa arc flash.
5.2SaranBeberapa saran yang bisa penulis berikan untuk
penyempurnaan laporan ini antara lain :1. Perubahan setting yang
dilakukan penulis masih dengan metode trial and error sehingga
perlu dibuat suatu program untuk memudahkan kegiatan setting
improvement yang diperlukan.2. Perlu dilakukan suatu analisa
mengenai optimalisasi setting dari peralatan proteksi dengan
memasukkan parameter arcting time pada peristiwa arc flash.
DAFTAR PUSTAKA
Stevenson, W.D. (1996). Analisis Sistem Tenaga Listrik (4th
ed.). Jakarta : Erlangga.Lesmana, Rio dkk. (2011). Protection White
Book, Power Generation & Transmission PT. Chevron Pacific
Indonesia. Indonesia : Duri.Sutarti. 2005. Analisa Perhitungan
Setting Arus dan Waktu pada Rele Arus Lebih (OCR) sebagai Proteksi
Trafo Daya di Gardu Induk Cawang Lama Jakarta. Skripsi Sarjana,
Sekolah Tinggi Teknologi Indragiri, Indonesia.Syahrial dkk. 2013.
Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial
Transformator Unit 4 PLTA Cirata II. Skripsi Sarjana, Institut
Teknologi Nasional, Indonesia.
Syahru Ramadhan Indra (1107114182) 45