Top Banner

of 218

LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

Jun 03, 2018

Download

Documents

Nicholas Horton
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    1/218

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

    KELOMPOK C5

    Anggota :

    Mughni Wijdan (11/318876/TP/10122)

    Yohanes Trianto (11/318892/TP/10138)

    Freda Jodie Saputro (11/318911/TP/10157)

    Danny Yoga W. (11/318931/TP/10177)

    Co. Ass :

    Antami Winda Mainar

    LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    2/218

    DAFTAR ISI

    Acara 1 Denah Tata Letak Awal dan Deskripsi Perusahaan ...... 1

    Acara 2 Peta Kerja Untuk Evaluasi Tata Letak Awal .... 22

    Acara 3 Route Sheet danMulti Product Process Chart .... 60

    Acara 4 Perencanaan Aliran Bahan .... 94

    Acara 5 Peta Keterkaitan Kegiatan ..... 113

    Acara 6 Diagram Keterkaitan Kegiatan ...... 135

    Acara 7 Penentuan Luas Lantai ...... 152

    Acara 8 Diagram Pengalokasian Wilayah ..... 169

    Acara 9 Template....... 184

    Acara 10 Analisis Tata Letak Hasil Rancangan . ..... 196

    LAMPIRAN ..... 213

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    3/218

    1

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

    ACARA 1

    DENAH TATA LETAK AWAL DAN DESKRIPSI PERUSAHAAN

    KELOMPOK C5

    Anggota :

    Mughni Wijdan (11/318876/TP/10122)

    Yohanes Trianto (11/318892/TP/10138)

    Freda Jodie Saputro (11/318911/TP/10157)

    Danny Yoga W. (11/318931/TP/10177)

    Co. Ass :

    Antami Winda Mainar

    LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    4/218

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar

    dampaknya terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh dunia industri.Salah

    satu dampak yang dirasakan adalah masalah tata letak fasilitas terutama

    dalam menghadapi segala perubahan yang mungkin terjadi, misalnya

    perencanaan masa datang yang harus dikembangkan, peralatan baru yang

    harus dipadukan, dan tugas-tugas lain yang berkaitan.Tata letak fasilitas yang

    baik dan sesuai dengan keadaan suatu industri merupakan salah satu faktor

    utama untuk mengoptimalkan waktu dan biaya produksi.Pembuatan denah dalam suatu industri berguna untuk evaluasi tata

    letak dan penanganan bahan di industri tersebut dengan menganalisis

    kelebihan dan kekurangan tata letak serta penanganan bahan berdasarkan tata

    letak yang baik, untuk selanjutnya membuat usulan perbaikan tata letak dan

    penanganan bahan sesuai dengan kondisi industri yang bersangkutan.Tata

    letak fasilitas yang baik dan sesuai dengan keadaan industri yang ada

    berdasarkan kriteria jarak perpindahan bahan yang minimal merupakan salah

    satu faktor utama untuk mengoptimalkan waktu dan biaya produksi.

    B. Tujuan

    1. Praktikan dapat menggambarkan tata letak awal suatu industri

    2. Praktikan dapat menilai tata letak suatu industri

    3. Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai

    kondisi umum industri yang digunakan sebagai obyek kajian

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    5/218

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Layoutatau tata letak adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas yangdigunakan

    di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Jadi perencanaan Lay Out, mencakup:

    disain dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses

    perubahan dari input menjadi output (Heragu, 1995).

    Tata letak dan penanganan bahan sangat menentukan produktifitas dan

    tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perancangan Tata letak dilakukan

    untuk meningkatkan efisiensi pengunaan sumber daya seperti tenaga kerja

    peralatan bahan baku dan energi. Rancangan denah ini meliputi lokasi pabrik yang

    strategis, desain bangunan layout pabrik dan penanganan bahan. Layout adalahpengaturan fisik atas mesin dan peralatan produksi, stasiun kerja, tenaga kerja,

    lokasi, bahan baku dan alat alat penanganan bahan (Meyers and Methew, 2005).

    Tata letak produksi dikelola untuk mengembangkan sistem produksi yang

    efektif dan efisien.Efektifitas pengaturan tata letak produksi ditentukan oleh faktor

    material handling, pemanfaatan ruang, kemudahan pemeliharaan, kelonggaran

    gerak, orientasi produk, dan perubahan produk atau desain produk. Tata letak

    produksi dapat diklasifikasikan ke dalam tata letak proses, tata letak produk, tata

    letak posisi tetap. Setiap jenis tata letak tersebut, dalam keberadaannyamempunyai keuntungan dan kelemahan untuk dipergunakan. Tata letak proses

    memberikan keuntungan utilisasi mesin, spesialisasi supervisi namun persediaan

    barang dalam proses tinggi juga kebutuhan material handling yang meningkat.

    Tata letak proses memberikan keuntungan aliran material handling langsung dan

    simpel, persediaan barang dalam proses rendah (Anonim, 2013).

    Pengaturan tata letak instalasi dan peralatan yang tepat atau disebut juga

    plant lay-out merupakan faktor penting karena terkait erat dengan efisiensi dan

    keselamatan (safety) saat operasi. Bentuk dan tata ruang bangunan instalasi harus

    sesuai dengan fungsinya.Hal ini dicapai dengan merancang sejak dari awal

    sewaktu mengkaji aspek teknik pabrik. Pada dasarnya perancangan ini meliputi

    kegiatan pengaturan letak, dan hubungan antar fasilitas pabrik seperti

    (Imam,1995):

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    6/218

    4

    1. Penampungan dan penyimpanan produk, bahan mentah, dan produk

    samping

    2. Peralatan proses produksi

    3. Peralatan dan ruang gerak untuk penanganan bahan

    Perencanaan tata letak fasilitas produksi yang tepat adalah sangat

    penting,karena berdampak pada efektifitas dan efisiensi kegiatan produksi jangka

    panjang.Studi tata letak fasilitas produksi selalu ditujukan untuk menekan biaya-

    biaya,yang meliputi: biaya konstruksi, instalasi, penanganan bahan, produksi,

    machine down time, keamanan, dan in-process storage cost. Komponen biaya

    yang paling berpengaruh dan terkait dengan tata letak adalah biaya penanganan

    bahan yang biasanya berkisar antara 30-90% dari total biaya produksi. Dengan

    demikian minimalisasi biaya material handling merupakan kriteria keberhasilandari fase perancangan tata letak fasilitas produksi dalam sebuah pabrik (Sritomo,

    1993).

    Terdapat 4 cara umum yang biasa digunakan dalam pembentukan

    ataupenggambaran tata letak yaitu (Apple,1977):

    1. Digambar dengan cara penggambaran biasa di atas kertas gambar atau

    kertas kalkir

    2. dibangun dengan model bermatra dua ( potongan potongan, menurut skala,

    sesuai yang menggambarkan gambaran bangunan

    3. Dibangun dengan model berskala tiga matra

    4. Dibangun dengan kombinasi model skala dan model dua matra

    untukmempermudah reproduksi.

    Pada dasarnya, tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi

    pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem

    produksi akan maksimal. Secara rinci, beberapa tujuan perancangan tata letak

    fasilitas diantaranya adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

    1. Memanfaatkan area yang ada

    2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi

    lebih besar

    3. Meminimumkan penanganan bahan

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    7/218

    5

    4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan

    kesimpangsiuran

    5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi

    tenaga kerja

    6. Mempersingkat proses manufaktur

    7. Mengurangi persediaan setengah jadi

    8. Mempermudah aktivitas supervisi

    Tipe-tipe tata letak adalah tata letak produk, tata letak proses, tata letak

    posisi tetap dan tata letak seluler. Tipe-tipe tata letak ini sngat diperlukan dalam

    merancang tata letak yang sesuai dengan kebutuhan atau tujan yang telah

    ditetapkan. Pemilihan tipe tata letak ini biasanya dilakukan dengan menganalisis

    jumlah produksi dan jumlah ragam produk yang akan dihasilkan. Cukup banyakmetoda yang telah dikembangkan utuk merancang tata letak fasilitas manufaktur,

    mulai pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Perangkat lunak untuk membantu

    perancang juga telah banyak dikembangkan yang selanjutnya dikenal dengan

    istilah computer aided layout(tata letak berbantuan komputer) (Haryadi, 2011).

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    8/218

    6

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    PEMBUATAN TATA LETAK INDUSTRI

    Dilakukan pengukuran panjang dan lebar seluruh

    area industry, dari area tanah yang terpakai untuk

    bangunan maupun area yang belum termanfaatkan

    Seluruh ruangan diukur dan masing-masing area

    stasiun kerja (baik area yang dibatasi oleh dinding

    maupun yang tidak dibatasi oleh dinding)

    Hasil pengukuran digambar pada kertas A4 dengan

    skala yang sesuai

    PENILAIAN TERHADAP TATA LETAK FASILITAS

    Menggunaka lembar priksa penilaian

    DESKRIPSI INDUSTRI

    Pembuatan deskripsi Industri

    LANGKAH PERSIAPAN

    Penentuan industri

    MULAI

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    9/218

    7

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Denah

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    10/218

    8

    2. Deskripsi Industri

    2.1.Gambaran umum industri

    CV. Agrifood Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di

    bidang panganan berupa hasil olahan ubi jalar ungu(purple sweet

    potatoes)yang dibuat menjadi bakpia Telopia.Perusahaan yang

    terletak di Jalan Wates Km. 9, Bantul ini didirikan oleh dua orang

    alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian UGM yaitu Widodo,

    STP.dan Fandi Ahmad, STP. pada tahun 2011. Produk Telopia pada

    mulanya muncul akibat keberhasilan mereka menjuarai Best of The

    Best Sosro Youth Business Competition 2011 tingkat Nasional dengan

    kategori kuliner.

    Saat ini terdapat 7 orang pekerja yang setiap harinya bekerja

    selama 7 jam mulai pukul 08.00 - 15.30 WIB dengan sekali istirahat 30

    menit. Para pekerja tersebut terbagi kedalam beberapa aktivitas

    KETERANGAN

    1. Mejap : 183 cml : 103 cm

    t : 75 cm

    2. Etalasep : 200 cml : 40 cmt : 100 cm

    3. Mejap : 194 cml : 49 cmt : 85 cm

    4. Mejap : 120 cm

    l : 56 cmt : 75 cm

    5. Mejap : 102 cml : 56 cmt : 75 cm

    6. Rakp : 49 cml : 30 cmt : 198 cm

    7. Ovenp : 123 cml : 61 cmt : 126 cm

    8. Mejap : 120 cml : 56 cmt : 73 cm

    9. Oven

    p : 82 cml : 46 cmt : 58 cm

    A. Stasiun Pengupasan

    B. Stasiun Pencucian

    C. Stasiun Pemasakan

    D. Stasiun Pengadonan

    E. Stasiun Pencetakan

    F. Stasiun Pengovenan

    G. Stasiun Pendinginan

    H. Stasiun Pengemasan

    I. Gudang

    J. Mushola

    K. Toilet

    L. Dapur

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    11/218

    9

    pekerjaan, yaitu pembuatan adonan isi dan kulit bakpia, pencetakan,

    pengovenan, pengemasan, dan delivery order.

    2.2.Bahan baku dan bahan pembantu

    Produk Telopia dibagi menjadi dua yaitu Telopia basah dan

    Telopia kering. Proses pembuatan telopia dapat dibagi menjadi dua

    yaitu pembuatan kulit dan pembuatan kumbu (isi). Bahan baku

    pembuatan kulit Telopia yaitu tepung terigu dengan tambahan bahan

    pembantu berupa margarine, gula, dan minyak goreng serta air

    mendidih. Pada proses pembuatan isi telopia memerlukan bahan baku

    berupa ubi ungu yang telah dikukus. Bahan pembantu yang dibutuhkan

    untuk isi telopia basah berbeda dengan isi telopia kering.Pada produk

    telopia basah memerlukan bahan pembantu, antara lain telur, gula,margarine, dan minyak goreng.Sedangkan pada produk telopia kering

    memerlukan bahan tambahan berupa tepung matang (tepung yang

    telah disangrai), margairn, dan bahan tambahan sesuai rasa yang

    diinginkan (coklat, keju, atau blue berry).

    2.3.Ruang atau area kerja

    Luas area produksi CV. Agrifood Sejahtera sebesar 120,19 m2

    dibagi kedalam 11 area/ruangan:

    1. Area pengupasan merupakan tempat bahan baku utama berupa ubiungu dikupas secara manual menggunakan pisau dengan luas (1

    x 1) m2.

    2. Area pencucian merupakan tempat mencuci ubi ungu yang telah

    dikupas terlebih dahulu, luasnya (1,5 x 1,5) m2.

    3. Area pemasakan merupakan tempat dilakukannya pengukusan ubi

    ungu yang telah dicuci dengan luas (1,41 x 2,83) m2.

    4. Area pengadonan merupakan tempat menumbuk ubi ungu yang

    telah dikukus dengan luas area (2,6 x 1,3) m2.

    5. Ruang pencetakan adalah tempat para pekerja mencetak telopia

    yang akan dipanggang seluas (2,43 x 2,1) m2.

    6. Area pengovenanmerupakan tempat telopia yang sudah dicetak

    dipanggang hingga matang (1,42 x 2,25) m2.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    12/218

    10

    7. Area pendinginan merupakan tempat telopia yang sudah

    dipanggang menggunakan oven didinginkan menggunakan kipas

    angin sebelum telopia dikemas dengan luas (1,9 x 1,3) m2.

    8. Area pengemasan merupakan tempat pekerja mengemas telopia

    kedalam box telopia untuk selanjutnya dikirim dengan luas (1,2

    x 2,9) m2.

    9. Gudang sebagai tempat menaruh peralatan-peralatan seluas (2,43

    x 2,9) m2.

    10.Mushola sebagai tempat para pekerja sholat selama jam kerja

    seluas (3 x 2,43) m2.

    11.Toilet sebagai tempat mandi, cuci, dan kakus pekerja seluas (1,32

    x 2,43) m

    2

    .12.Dapur sebagai tempat memasak untuk keperluan pribadi pekerja

    seluas (2,51 x 2,43) m2.

    2.4.Alat dan mesin

    Alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan telopia antara lain :

    1. Pisau yang digunakan untuk mengupas ubi ungu secara manual.

    2. Baskom sebagai wadah ubi selama proses pencucian agar ubi ungu

    bersih dari kotoran-kotoran yang mungkin masih terbawa setelah

    proses pengupasan.3. Dandang berfungsi sebagai wadah ubi ungu selama proses

    pengukusan.

    4. Wajan berfungsi sebagai wadah tepung selama tepung disangrai

    yang akan digunakan untuk pembuatan isi telopia kering.

    5. Penumbuk berfungsi untuk membantu menghaluskan ubi ungu

    yang telah dikukus.

    6. Loyang sebagai wadah telopia yang telah dicetak saat pengovenan.

    7. Tampah sebagai wadah telopia yang telah dipanggang

    menggunakan oven pada saat proses pendinginan

    8. Plastik digunakan pada tangan pekerja selama mencetak telopia

    agar telopia yang dihasilkan terhindar kontaminasi dari tangan

    pekerja.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    13/218

    11

    9. Oven berfungsi untuk memanggang telopia berukuran (123 x 61 x

    126) cm3.

    10.Kompor berfungsi untuk memanaskan dandang berukuran (70 x 38

    x 10) cm3.

    11.Tabung gas 3kg sebagai bahan bakar kompor yang digunakan.

    12.Kipas angin berfungsi saat proses pendinginan telopia setelah

    proses pengovenan.

    13.Sealer digunakan untuk menutup kemasan plastik berisi telopia

    yang akan dimasukkan kedalam box karton.

    14.Box karton sebagai wadah telopia yang telah siap dijual.

    2.5.Kapasitas maksimum produksi

    Saat ini kapasitas maksimum produksi telopia oleh CV. AgrifoodSejahtera setiap harinya telah mencapai 200 box Telopia dengan

    menghabiskan 50kg bahan baku ubi ungu.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    14/218

    12

    3. Form Penilaian Tata Letak

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    15/218

    13

    B. Pembahasan

    Praktikum Tata Letakdan Penanganan Bahan meneliti industri

    Telopia yang merupakan produk industridari CV. Agrifood Sejahtera yang

    bergerak dalam bidang agro berbasis pangan. Produk Telopia memanfaatkan

    bahan baku ubi jalar ungu (purple sweet potato) yang melimpah di provinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. CV. Agrifood Sejahtera

    dimiliki oleh dua orang alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian

    Universitas Gadjah Mada, Widodo, STP. Dan Fandi Ahmad, STP. Industri ini

    didirikan pada tahun 2011 yang terletak di jalan Wates Km 9,5 Bantul. Telopia

    padamulanya muncul akibat keberhasilan mereka menjuarai Best of The Best

    Sosro Youth Bussiness Competition 2011tingkat Nasional kategori kuliner. Ide

    munculnya produk telopia akibat melimpahnya pasokan bahan baku ubi jalar didaerah Bantul, Sleman, Karanganyar, Magelang, Temanggung, Wonosobo,

    apalagi pasca bencana erupsi Merapi 2010 banyak petani lokal yang

    membudidayakan ubi jalar ungu.

    Pada Industri telopia ini terdapat delapan pembagian stasiun kerja,

    stasiun kerja tersebut adalah stasiun pengupasan, stasiun pencucian, stasiun

    pemasakan, stasiun penumbukan, stasiun pencetakan, stasiun pengovenan,

    stasiun pendinginan, stasiun pengemasan. Pada stasiun pengupasan kegiatan

    yang terjadi adalah pengupasan bahan mentah ubi jalar ungu dari kulitnya. Lalupada stasiun pencucian ubi jalar ungu yang sudah dikupas di stasiun

    sebelumnya dicuci dari kotoran dan tanah yang masih menempel hingga bersih.

    Lalu di stasiun penumbukan ubi jalar ungu yang sudah dikupas dan dicuci

    bersih ditumbuk hingga halus. Lalu ubi jalar ungu yang sudah ditumbuk hingga

    halus dibawa ke stasiun pemasakan untuk dibuat menjadi adonan dan kulit.

    Adonan kulit dan kumbu yang sudah jadi dibawa ke stasiun pencetakan untuk

    memasukkan kumbu ke dalam kulit dibentuk bulat pipih seperti bakpia pada

    umumnya dan selanjutnya dibawa ke stasiun pengovenan untuk di oven hingga

    matang. Telopia yang sudah matang didinginkan di stasiun pendinginan

    menggunakan blower atau kipas angin. Telopia yang sudah didinginkan

    tersebut lalu dibawa ke stasiun pengemasan untuk dikemas dan siap di

    distribusikan. Ruang kerja atau area kerja di tempat produksi telopia ini ada

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    16/218

    14

    delapan, ruang pertama adalah ruang paling depan yang terdapat pintu tempat

    keluar masuk manusia dan terdapat stasiun pendinginan dan stasiun

    pengemasan sekaligus tempat penyimpanan akhir tempat penerimaan bahan

    baku dan pengiriman produk. Lalu terdapat ruang pencetakan yang berfungsi

    hanya untuk mencetak telopia. Di sebelah tempat pencetakan terdapat gudang

    untuk menyimpan barang-barang. Lalu di belakangnya terdapat musholla untuk

    beribadah bagi yang beragama Islam, di selatannya terdapat kamar mandi dan

    dapur, di bagian timur terdapat ruangan terbuka dan terdapat stasiun

    pengovenan stasiun pengupasan, stasiun pemasakan, stasiun penumbukan dan

    stasiun pencucian.

    Telopia memiliki dua jenis produk, yaitu telopia basah dan telopia

    kering. Secara umum pembuatan telopia dibagi atas pembuatan kulit dankumbu atau isi pia tersebut. Pembuatan kuli tmembutuhkan bahan baku antara

    lain tepung terigu, margarin, gula, dan minyak goreng. Bahan-bahan tersebut

    dicampur hingga menjadi adonan ulen dengan ditambahkan air mendidih. Air

    yang digunakan haruslah yang mendidih agar produk telopia yang dihasilkan

    lebih tahan lama. Kulit yang dihasilkan ini berlaku untuk telopia basah dan

    kering. Pembuatan kumbu telopia basah berbeda dengan kumbu telopia kering.

    Untuk kumbu telopia basah atau kumbu original bahan-bahannya antara lain

    telur, gula, margarin, dan minyak goreng yang dimasak hingga homogen danmatang bersama dengan umbi ungu yang telah dikukus dan dihaluskan

    sebelumnya. Sedangkan untuk kumbu kering menggunakan tepung matang

    (yang sebelumnya sudah disangrai), margarin, dan bahan tambahan sesuai rasa

    yang diinginkan seperti coklat, keju, atau blueberry. Semua bahan tersebut baru

    dimasak hingga matang dan homogen bersama ubi ungu yang telah dikukus

    sebelumnya.

    Saat ini CV. Agrifood Sejahtera memiliki 6 orang tenaga kerja tetap dan

    1 orang yang sedang menjalani training. Para pekerja tersebut terbagi dalam

    beberapa aktivitas pekerjaan, yaitu membuat adonan isi dan kulit, mencetak

    telopia, pengovenan, pengemasan, dan delivery order. Mereka bekerja setiap

    hari selama 7 jam dari pukul 8 pagi sampai 15.30 sore dengan satu kali istirahat

    30 menit. Sistem perekrutan tenaga kerja yang digunakan yaitu sistem training

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    17/218

    15

    yang mensyaratkan calon tenaga kerja memiliki pengalaman di bidang

    pengolahan bakpia, hari kerja telopia ini adalah setiap hari.

    Tata letak (layout)merupakan susunan dari fasilitas fisik/ konfigurasi

    department, stasiun kerja, dan peralatan dalam proses prosuksi untuk

    mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksan, aliran bahan, aliran

    informasi, dan tata cara untuk mencapai tujuan.Tata letak yang efektif dapat

    membantu organisasi dalam mendukung strategi differentiation, low cost, atau

    response.Tujuan perencanaan layout/ tata letak yang baik yaitu :

    1. Memanfaatkan area yang ada

    2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas prosuksi lebih

    besar

    3. Meminimumkan penanganan bahan4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan, dan kenyamanan

    bagi tenaga kerja

    5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi

    tenaga kerja

    6. Mempersingkat proses manufaktur

    7. Mengurangi persediaan setengah jadi

    8. Mempermudah aktivitas supervisi

    Tujuan utama perencanaan adalah mengembangkan tata letak yangekonomis yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing

    organisasi.Rumah produksi CV. Agrindo Sejahtera yang terletak di jalan Wates

    Km. 9,5 Bantul telah menerapkan perencanaan dalam penyusunan tata letak

    meskipun belum optimal karena masih memiliki kekurangan pada beberapa

    stasiun kerja pada proses produksi Telopia.Kekurangan dan kelebihan tata

    letak saat ini terjadi terdapat pada semua stasiun kerja. Pada bagian penerimaan

    bahan baku ubi ungu, relatif jauh dengan operasi pertama yang lokasinya

    bertempat di belakang bangunan. Padahal akses untuk menuju lokasi tersebut

    hanya dapat melalui satu jalur, yaitu lewat depan yang berarti bahan baku yang

    baru datang melalui pemindahan dengan jarak yang cukup jauh. Hal ini sangat

    tidak efisien karena pemindahan bahan merupakan proses yang tidak produktif.

    Pada stasiun kerja pertama, yaitu operasi pengupasan ubi ungu dilakukan

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    18/218

    16

    ditempat yang sama dengan lokasi penyimpanan. Selanjutnya dari stasiun kerja

    pengupasan, ubi ungu yang telah dikupas menuju stasiun kerja kedua, yaitu

    pencucian yang terletak di tenggara stasiun kerja pengupasan.Setelah dicuci,

    ubi menuju stasiun kerja ketiga yaitu pengadonan.Lokasi ini terletak dekat

    dengan stasiun kerja kedua.Selanjutnya ubi yang telah halus menuju ke stasiun

    empat, yaitu stasiun kerja pemasakan yang lokasinya berada di sebelah timur

    stasiun kerja pertama.Itu artinya terjadi back tracking/ langkah balik. Back

    tracking memang tidak dilarang dalam proses produksi, asalkan jumlah dan

    frekuiensinya minimum. Namun tetap saja kondisi ini dapat memperbesar

    kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja akibat pekerja yang berjalan dari

    arah yang berlawanan.Apalagi pada bangunan rumah produksi telopia, luas

    jalan dan luas pintu relatif sempit. Dari stasiun pemasakan, masuk ke stasiunkelima, yaitu pencetakan telopia.Lokasi stasiun pencetakan ini terletak di

    bagian utara-barat bangunan.Jarak pemindah ini cukup jauh dan bukan melalui

    gang yang lurus.Ini dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja, yaitu

    bertabrakan antar pekerja saat melakukan pemindahan barang yang masih

    secara manual.Dari stasiun kerja pencetakan telopia, masuk ke stasiun kerja

    keenam, yaitu pengovenan telopia.Disini terjadi back trackinglagi karena letak

    oven yang berada di dekat ruang pemasakan (stasiun kerja empat).Dengan

    kapasitas oven yang masih kecil, menyebabkan pengovenan harus dilakukansecara bertahap untuk mematangkan seluruh telopia yang diproduksi setiap

    harinya.Itu berarti frekuensi pemindahan dan back tracking terjadi cukup

    sering.Tentunya hal ini bukan tata letak yang baik. Namun pegawai akan

    meletakkan telopia yang menunggu giliran dioven di atas oven, dan meja yang

    terletak disamping oven.Ini telah sesuai dengan prinsip penyimpanan di tempat

    pemakaian pada proses produksi.Setelah pengovenan, lanjut ke stasiun kerja

    tujuh, yaitu pendinginan.Pendinginan masih dilakukan secara manual dengan

    memanfaatkan kipas angin yang berada di sebelah utara ruang pengovenan atau

    dekat dibalik ruang pengovenan yang memang hanya berbatas tembok. Secara

    prinsip sudah benar bahwa jarak antar stasiun sangat dekat, namun masalah

    lain muncul dengan banyaknya tampah berisi telopia yang didinginkan telah

    mengganggu mobilitas pegawai karena telah menghalangi jalan, terutama lagi

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    19/218

    17

    lokasi ini dekat dengan pintu yang berarti sangat membatasi pergerakan

    pegawai yang ingin lewat melalui pintu padahal telah disebutkan pada stasiun

    pengovenan terjadi frekuensi pemindahan yang cukup sering ditambah terdapat

    back trackingdari stasiun pencetakan. Setelah dingin, telopia akan masuk pada

    stasiun pengemasan yanbg terletak di utara-timur bangunan. Ini sudah ideal

    karena tempatnya yang bersebelahan sehingga tidak mengalami pemindahan

    barang yang signifikan. Apalagi lokasi ini dekat dengan lokasi pintu depan

    yang telah sesuai dengan teori tata letak bahwa operasi terakhir dekat dengan

    pengiriman.

    Tata letak yang baik sendiri memiliki ciri-ciri seperti:

    a. Aliran bahan: pola aliran terencana, aliran bahan lurus, lanhkah balik

    minimum, keterkaitan kegiatan terencana.b. Pemindahan bahan : frekuensi pemindahan minimum, metode terencana,

    alat pemindah yang sesuai, jarak minimum, digabung dengan proses,

    bergerak dari penerimaan menuju pengiriman.

    c. Ruang: gang lurus, pemakaian ruang maksimum, ruang penyimpanan

    mencukupi, ruang antar peralatan mencukupi, direncanakan untuk

    perluasan.

    d. Proses operasi : operasi pertama dekat dengan penerimaan, operasi terakhir

    dekat dengan pengiriman, penyimpana di tempat pemakaian, bahan setengahjadi minimum, waktu produksi total hampir seluruhnya metupakan waktu

    pemrosesan, penempatan bagian penerimaan dan pengiriman yang pantas.

    e. Lain-lain : pelayanan pekerja memadai, pengendalian kebisingan, kotoran,

    debu, dsb, pembuangan barang sisa minimum.

    Kriteria penilaian dibagi ke dalam lima kriteria pokok, yaitu aliran

    bahan, pemindahan bahan, ruang, proses produksi, lain-lain.Untuk kriteria

    aliran bahan,poin pola aliran terencana, aliran bahan lurus, langkah balik

    minimum, ketertarikan kegiatan terencana masing-masing mendapat skor

    2.Pola aliran masih belum terencana tampak pada mobilitas pekerja yang

    banyak melakukan pemindahan bahan dengan aliran yang belum terpetakan,

    cenderung menyesuaikan stasiun kerja yang memang belum optimal tata

    letaknya.aliran bahan pun banyak mengalami pemindahan yang tidak lurus, ini

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    20/218

    18

    terkait tipe bangunan.Langkah balik masih cukup banyak dijumpai di beberapa

    stasiun, terutama pada stasiun pencetakan, pengovenan, dan pendinginan yang

    melewati pintu cukup sempit.Keterkaitan kegiatan terencana menjadi tidak

    optimal juga akibat frekuensi langkah balik/ back trackingyang cukup tinggi.

    Untuk kriteria pemindahan bahan, frekuensi dan metode terencana

    mendapat skor 2.Alasannya masih terkait dengan tata letak antar stasiun yang

    belum berdekatan walaupun memiliki keterkaitan.Sedangkan untuk alat

    pemindah yang sesuai, jarak minimum mendapat skor 3. CV. Agrifood

    Sejahtera mencoba mengoptimalkan ruang yang ada sehingga untuk ruas jalan

    yang digunakan mobilitas untuk pegawai tergolong cukup.Sehingga untuk

    pemindahannya dilakukan manual (diangkat) adalah tepat. Bergerak menuju

    penerimaan juga mendapat skor 3 akibat walaupun terdapat back tracking,namun secara umum bergerak menuju penerimaan. Untuk jarak minimum

    mendapat skor 1 akibat stasiun kerja memang memiliki jarak yang jauh, seperti

    stasiun pencucian yang menyesuaikan letak keran yang berada di ujung

    belakang bangunan.

    Pada kriteria ruang, gang lurus dan pemakaian ruang maksimum

    mendapat skor 2 karena memang terlihat beberapa ruang masih belum

    dimanfaatkan. Sedangkan ruang penyimpanan dan direncanakan untuk

    perluasan mendapat skor 3 karena CV. Agrifood Sejahtera sedangmerencanakan memperluas ruang produksi dengan mengoptimalkan bagian

    depan yang dahulu dipakai sebagai ruang outlet. Sedangkan untuk ruang antar

    peralatan mendapat skor 4 karena alat yang digunakan memang masih manual

    dengan ukuran yang tidak besar sehingga memakan tempat.

    Pada kriteria proses produksi, operasi pertama dekat dengan

    penerimaan dan penempatan bagian penerimaan dan pengiriman yang pantas

    mendapat skor 2. Alasannya adalah letak operasi pertama yang termasuk

    stasiun pertama terletak di belakang bangunan, sedangkan pada bagian

    pengiriman, produk telopia hanya diletakkan begitu saja di atas lantai sehingga

    kurang pantas.Penyimpanan di tempat pemakaian, dahan setengah jadi

    minimum, dan waktu total hamper seluruhnya merupakan waktu pemrosesan

    mendapat skor 3.Ini lebih disebabkan oleh CV. Agrifood Sejahtera yang belum

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    21/218

    19

    memproduksi dengan skala besar. Untuk operasi terakhir dekat dengan

    pengiriman mendapat skor 4 karena memang telah direncanakan stasiun

    pengemasan berada di bagian depan bangunan sehingga dekat dengan pintu

    masuk bangunan.

    Pada kriteria lain-lain, pengendalian kebisingan, kotoran, debu dan

    pembuangan barang sisa minimum mendapat skor 3. Walaupun bangunan

    terletak di pinggir jalan, namun untuk kebisingan tidak cukup mengganggu

    proses produksi, sedangkan kotoran dan debu di eliminasi dengan pembersihan

    menggunakan sapu oleh pegawai. Untuk pelayanan pekerja sangat memadai

    sehingga mendapat skor 4. Hal ini terbukti dengan tersedianya satu buah toilet

    untuk total 7 orang pegawai, mushola, hingga televisi.Pelayanan tersebut

    sangat mendukung aktivitas produksi, toilet yang cukup bersih layak untukdigunakan, meja dan kursi yang membuat pekerja nyaman melakukan

    pekerjaannya, mushola yang digunakan untuk beribadah maupun ruang

    bersantai oleh pekerja pada saat jam istirahat.Khusus untuk televisi sebenarnya

    tidak mendukung aktivitas produksi, oleh sebab itu pelayanan ini tidak

    diberikan selama produksi sedang berlangsung, sedangkan pada saat jam

    istirahat pun televisi tidak dihidupkan.Oleh sebab itu ada atau tidaknya

    pelayanan televisitidak mempengaruhi aktivitas produksi pada CV. Agrifood

    Sejahtera.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    22/218

    20

    BAB V

    KESIMPULAN

    1. CV AGRIFOOD SEJAHTERA memiliki luas area kurang lebih 120.19 m2

    yang terdiri dari 5 ruang yaitu ruang pencetakan, gudang, mushola, toilet dan

    dapur.

    2. Tata letak rumah produksinya secara umum kurang terutama pada kriteria

    aliran bahan, pola aliran kurang terencana ditambah frekuensi yang tinggi

    pada langkah balik (back tracking).

    3. CV. AGRIFOOD SEJAHTERA terletak di Jl. Wates km 9,5 Bantul. Industri

    ini mengolah 50 kg ubi ungu untuk diproduksi menjadi 200 box telopia setiap

    harinya.Saat ini industri ini mempekerjakan 7 pegawai yang bekerja selama 7jam setiap harinya yang masing-masing bekerja sesuai dengan spesifikasi

    tertentu ke dalam 8 stasiun kerja yaitu pengupasan, pencucian, pemasakan,

    penumbukan, pencetakan, pengovenan, pendinginan dan pengemasan. Alat

    pemindahan bahan yang digunakan pada industri ini masih manual.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    23/218

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2013. Tata Letak Produksi. Dalam

    http://id.shvoong.com/businessmanagement/ management/1698221-tata-

    letak-produksi/. Diakses pada tanggal 09 Maret 2013 pukul 09.20 WIB.

    Apple, James M. 1977. Plant Layout and Material Handling. John Wiley & Sons,

    Inc. London.

    Haryadi, Mei Dwi. 2011. Kepentingan Strategis Keputusan Tata Letak.

    http:/kompasiana.com/post/manajemen/2011/01/19/tata-letak/. Diakses pada

    tanggal 09 Maret 2013 pukul 10.00 WIB.

    Heragu, Sundresh. 1995.Design of Facilities.Prentice Hall. London.

    Meyers, Fred E. and Matthew P.Stephen. 2005. Manufacturing FacilitiesDesignand Material Handling. Pearson Education, Inc. New Jersey.

    Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Yogyakarta :

    Graha Ilmu.

    Soeharto, Imam. 1995.Manajemen Proyek. Jakarta: Erlangga.

    Wignjosoebroto, Sritomo. 1993. Pengantar Teknik Industri. Jakarta: PT Guna

    Widya.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    24/218

    22

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

    ACARA 2

    PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

    KELOMPOK C5

    Anggota :

    Mughni Wijdan (11/318876/TP/10122)

    Yohanes Trianto (11/318892/TP/10138)

    Freda Jodie Saputro (11/318911/TP/10157)

    Danny Yoga W. (11/318931/TP/10177)Co. Ass : Antami Winda Mainar

    LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    25/218

    23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada sebuah industri, proses produksi adalah salah satu bagian yang

    penting yang menentukan eksistensi industri tersebut untuk dapat beroperasi

    secara sustainable.Dapat dikatakan bahwa peoses produksi merupakan tolak

    ukur kesuksesan sebuah industri. Untuk mendapatkan keuntungan yang

    optimal, suatu industri akan sebisa mungkin menekan biaya produksinya agar

    efisien dan efektif. Salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana keefisienan

    dan keefektifan industri adalah dengan pembuatan peta kerja proses produksi.

    Peta kerja dapat berupa peta proses operasi, peta aliran proses,diagram aliran (bagan tali), dan peta dari-ke. Peta operasi secara lengkap

    memberikan data peralatan yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan

    selama proses produksi berlangsung.Data-data ini mencerminkan bagaimana

    proses produksi berlangsung di setiap stasiun kerja pada sebuah industri.

    Data-data tersebut akan mencerminkan keadan fisik yang sedang terjadi di

    industri tersebut. Keadaan itu akan dievaluasi sehingga menjadi landasan

    dalam menentukan keadaan fasilitas fisik lebih baik diterapakan pada

    industri. Sebagai tujuan utamanya adalah kembali pada efisien dan efektifnyaproses produksi sehingga dapat meningkatkan produktifitas yang berujung

    pada optimalnya profit.

    Dengan praktikum Peta Kerja untuk Evaluasi Tata Letak ini

    diharapkan praktikan mampu menentukan peta kerja pada sebuah industri,

    sehingga dapat dilakukan evaluasi mengenai kelebihan dan kekurangan tata

    letak yang ada sekarang.

    B. Tujuan

    1. Praktikan dapat membuat peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran

    peoses, diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses

    produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    26/218

    24

    2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang

    dibuat

    3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang

    ada sekarang

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    27/218

    25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Perancangan tata letak adalah perencanaan dan integrasi aliran komponen-

    komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan

    efisien antar operator, peralatan, dan proses transformasi material dari bagian

    penerimaan sampai ke bagian pengiriman produk jadi (Apple, 1977).

    Pada umumnya cara untuk menyusun tata letak demi efektifitas dan

    efisiensi sistem produksi ada dalam kisaran sepuluh hal, yaitu: mengoptimalkan

    pemanfaatan peralatan, meminimalkan penggunaan tenaga kerja, memperlancar

    aliran bahan dan produk jadi, menyedikitkan persediaan, mengefisienkan

    pemakaian ruangan, memberikan kecukupan ruang gerak operasional maupunpemeliharaan, meminimalkan investasi modal, memberikan feksibilitas untuk

    perubahan, meningkatkan keselamatan kerja, dan menciptakan suasana kerja yang

    kondusif. Tata letak produksi dikelola dengan tujuan mengembangkan sistem

    produksi yang efektif dan efisien. Berdasarkan sepuluh kisaran jawaban para

    pejabat produksi sebuah perusahaan telah dikemukakan. Efektifitas pengaturan

    tata letak produksi ditentukan oleh faktor material handling, utilisasi ruang,

    kemudahan pemeliharaan, kelonggaran gerak, orientasi produk, dan perubahan

    produk atau desain produk. Tata letak produksi dapat diklasifikasikan ke dalamtata letak proses, tata letak produk, tata letak posisi tetap (Anonim, 2013).

    Dalam perencanaan tata letak pabrik ada enam prinsip dasar yang bisa

    dipakai, yaitu (Sinulingga, 2008):

    1. Integrasi secara menyeluruh semua factor yang mempengaruhi faktor

    produksi

    2. Jarak perpindahan bahan diusahakan seminimal mungkin

    3. Aliran kerja berlangsung secara normal

    4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien

    5. Kepuasan kerja dan rasa aman bagi pekerja dijaga sebaik-baiknya

    6. Pengaturan tata letak harus fleksibel

    Secara umum sistem operasi produksi dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu

    (Rainbowharmony, 2010):

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    28/218

    26

    a. Operasi kontinu, yang dicirikan dengan tingginya volume produksi,

    penggunaan peralatan khusus, variasi produk sedikit, adanya standarisasi

    produk serta adanya produk yang dibuat sebagai persediaan.

    b. Operasi tak kontinu (intermittent), yang dicirikan dengan volume produksi

    rendah, penggunaan peralatan yang umum (fleksibel), aliran produksi yang

    tidak kontinu, seringnya terjadi perubahan jadwal, variasi produk tinggi, dan

    produk dibuat untuk memenuhi pesanan pelanggan.

    Sistem operasi diatas memiliki konsekuensi pada tipe tata letak yang dipilih. Tipe

    tata letak dasar salah satunya yaitu tata letak berdasarkan proses, sering dikenal

    dengan process ataufunctional layout, adalah metode pengaturan dan penempatan

    stasiun kerja berdasarkan kesamaan tipe atau fungsinya. Mesin-mesin yang

    digunakan tata letak proses berfungsi umum (general purpose). Tata letak prosesumumnya digunakan untuk industri manufaktur yang bekerja dengan volume

    produksi yang relatif kecil dan jenis produk yang tidak standar (Wignjosoebroto,

    2000).

    Ada tiga peta kerja antara lain adalah (Meyers, 2005):

    1. Diagram alir, menunjukan jalur aliran bahan yang dilalui setiap bagian,

    dari yang meliputi penyimpanan , penerimaan, pengolahan, pengiriman.

    Diagram ini akan menggambarkan masalah seperti cross traffic, back

    trackingdan jarak antar bagian yang di tempuh2. Peta proses operasi (PPO), menunjukan bahan-bahan baku yang dipakai

    dalam proses dibagia teratas peta, jumlah proses menujukan ukuran dan

    kompleksitas peta kerja, Hanya menunjukan operasi dan inspeksi.

    3. Peta aliran proses (PAP) , adalah gabungan antara PPO dan diagram alir,

    menggunakan 5 lambang proses yaitu operasi, inspeksi, transportasi, delay

    dan penyimpanan.

    Selain ketiga peta kerja di atas masih ada peta dari-ke.Peta dari-ke adalah

    salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan dalam pekerjaan tata letak

    dan pemindahan bahan. Teknik ini biasanya sangat berguna jika barang yang

    mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti di bengkel. Selain itu peta

    dari-ke juga berguna jika terjadi keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika

    diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum (Macfud, 1990).

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    29/218

    27

    Beberapa kegunaan dan keuntungan peta dari-ke adalah sebagai berikut

    (Muther, 1994):

    1. Menganalisis perpindahan bahan

    2. Perencanaan pola aliran

    3. Penetuan lokasi kegiatan

    4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti

    5. Pengukuran efisien pola aliran

    6. Menunjukkan volume perpindahan antar kegiatan

    7. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi

    8. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    30/218

    28

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    1. Pembuatan PPO

    Bahan tambahan yang tidak mengalami operasi (dibeli

    langsung dipakai) digambarkan langsung di titik bahan

    tersebut bergabung

    Bahan tambahan yang mengalami operasi/inspeksi

    digambarkan di sebelah kiri bahan utama/bahan dengan

    proses terpanjang

    Garis menurun digambar, ditunjukkan adanta operasi dan

    atau inspeksi yang dialami dengan menggunakan lambang

    lingkaran dan bujur sangkar. Disebelah kanan lambang

    lingkaran atau bujur sangkar, dituliskan informasi nama

    operasi/inspeksi, kondisi operasi, mesin yang digunakanatau stasiun kerja yang melaksanakan operasi/inspeksi. Di

    sebelah kiri lambang bulatan atau bujur sangkar, dituliskan

    waktu yang diperlukan

    Bahan yang akan diproses ditulis diatas garis horizontal.Jika bahan lebih dari satu, bahan utama atau bahan yang

    mengalami operasi terbanyak digambarkan di bagian paling

    kanan kertas

    Pada baris teratas ditulis Peta Proses Operasi, diikuti

    informasi lain seperti nama obyek, nama pembuat peta,

    tanggal dipetakan, dan nomer peta

    MULAI

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    31/218

    29

    2. Pembuatan PAP

    3. Buat Diagram Aliran

    MULAI

    Kaji peta untuk kemungkinan perbaikan

    Dilan utkan ke seluruh roses

    Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti : jarakperpindahan, jumlah orang terlibat, waktu yang dibutuhkan,

    metode perpindahan, frekuensi pemindahan, nomor

    departemen, dan lain-lain

    Ditentukan aliran bahan / orang yang diamati

    Diisi sesuai dengan kegiatan yang diamati

    Dibuat formulir PAP

    MULAI

    Setelah PPO selesai dibuat, dituliskan ringkasan jumlah

    kegiatan operasi dan inspeksi

    Penomoran kegiatan operasi atau inspeksi dilakukan secara

    berurutan sesuai dengan urutan operasi atau inspeksi yang

    terjadi

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    32/218

    30

    Pengamatan:

    - Lokasi kritis : banyak berpotongan yangmenggambarkan lintasan pemindahan bahan yang

    padat

    - Perpindahan bolak-balik (back-tracking)

    Lambang-lambang Hubungkan dengan garis untuk

    menunjukkan lintasan perjalanan bahan

    Dibuat dengan memindahkan lambang-lambang pada petaaliran proses ke dalam diagram aliran, dari awal sampai

    akhir roses

    Dengan menggunakan denah yang sudah diperoleh di acara

    1, aliran bahan yang ada digambarkan diatas denah tersebut

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    33/218

    31

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. PPO

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    34/218

    32

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    35/218

    33

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    36/218

    34

    2. DA

    Kulit

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    37/218

    35

    Kering

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    38/218

    36

    Original

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    39/218

    37

    3. PAP

    Kulit

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    40/218

    38

    Kering

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    41/218

    39

    Basah

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    42/218

    40

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    43/218

    41

    B. Pembahasan

    Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan kali ini berjudul Peta

    Kerja untuk Evaluasi Tata Letak Awal dengan tujuan yaitu agar praktikan

    dapat membuat peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses,

    diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses produksi yang

    terjadi lengkap dengan data peralatan dan waktu proses; dapat mengevaluasi

    tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat; dan dapat menganalisis

    kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada sekarang.

    Peta kerja berfungsi untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga

    dapat mempermudah perencanaan perbaikan kerja. Informasi-informasi yang

    terdapat pada peta kerja guna menganalisa suatu pekerjaan antara lain

    (Anonim 4, 2013):1. Benda kerja berupa gambar kerja, jumlah dan spesifikasi material,

    dimensi/ukuran pekerjaan, dan lain-lain.

    2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan

    produksi,tooling, dan lain-lain.

    3. Waktu operasi (waktu standar untuk setiap proses atau elemen kegiatan

    disamping total waktu penyelesaiannya).

    4. Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan.

    Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secarasistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta kerja dapat

    diketahui semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja

    dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian semua langkah

    yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan

    perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau

    merupakan bagian dari produk lengkap (Sutalaksana, 2006).

    Peta kerja sering digunakan untuk menganalisa suatu pekerjaan

    sehingga dapat mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja. Perbaikan

    yang mungkin di lakukan antara lain, menghilangkan operasi-operasi yang

    tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya,

    menemukan urutan-urutan kerja, menentukan mesin yang lebih ekonomis,

    dan menghilangkan waktu tunggu antar operasi (Sutalaksana, 2006).

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    44/218

    42

    Saat ini digunakan 5 buah lambang dalam membuat suatu peta kerja

    seperti pada tabel berikut :

    Pada dasarnya peta kerja dibagi kedalam dua kelompok berdasarkan

    jenis kegiatannya, yaitu peta kerja yang digunakan untuk menganalisa

    kegiatan kerja keseluruhan dan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.

    Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja apabila kegiatan tersebut

    melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk

    membuat produk yang bersangkutan, yang termasuk kelompok kegiatan

    keseluruhan antara lain (Anonim 2, 2013):

    a. Peta Proses Operasi

    Peta proses operasi adalah peta kerja yang mengambarkan urutan

    yang terjadi dalam masalah penyelesaiaan suatu pekerjaan dari awal

    sampai menjadi produk akhir. Dengan adanya informasi-informasi yang

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    45/218

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    46/218

    44

    b. Menunjukkan kesempatan perbaikan

    c. Menunjukkan jarak, peralatan, tenaga kerja

    c. Peta Proses Kelompok Kerja

    Peta proses kelompok kerja pada dasarnya merupakan adaptasi dari

    peta pekerja dan mesin, peta kelompok kerja ini akan menunjukan

    hubungan antara siklus menganggur dan dan siklus waktu operasi dari

    mesin atau proses dan waktu menganggur serta waktu kerja persiklus dari

    pekerja pekerja yang akan melayani mesin atau proses tersebut.

    (Sritomo, 1992)

    Sesuai dengan namanya, peta ini dapat digunakan sebagai alat

    untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Masalah utama jika

    terjadi kerja sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas denganlainnya saling bergantung adalah banyaknya dijumpai aktivitas-aktivitas

    menunggu (delay). Tujuan utama yang perlu dianalisa dari peta kelompok

    kerja adalah meminimumkan waktu menunggu (delay) ini sehingga dapat

    mengurangi ongkos produksi atau proses dan mempercepat waktu

    penyelesaian produk atau proses.

    d. Diagram Alir

    Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari

    susunan lantai dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitasyang terjadi dalam peta aliran proses (Sutalaksana, 1979). Aktivitas yang

    berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat

    berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut.Arah

    aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran tersebut.

    Diagram alir, menunjukan jalur aliran bahan yang dilalui setiap bagian,

    dari yang meliputi penyimpanan , penerimaan, pengolahan, pengiriman.

    Diagram ini akan menggambarkan masalah seperti cross traffic, back

    trackingdan jarak antar bagian yang di tempuh.

    Tujuan pokok dalam pembuatan diagram aliran adalah untuk

    mengevaluasi langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas,

    disamping tentunya bisa dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan-

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    47/218

    45

    perbaikan di dalam desain layout fasilitas produksi yang ada (Sritomo,

    2006).

    Fungsi Diagram Alir diantaranya adalah :

    1. Menyederhanakan bentuk suatu proses sehingga lebih mudah untuk

    dipahami.

    2. Mengidentifikasi aliran bahan dalam suatu proses produksi dari bahan

    baku hingga menjadi produk.

    4. Memberikan gambaran mengenai stasiun kerja yang bertanggung jawab

    atas proses yang dilakukan

    5. Menghindari adanya kemungkinan proses yang tumpang tindih atau

    yang terlewat.

    Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerjasetempat, yaitu apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja

    yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas,

    yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat antara lain (Anonim 3,

    2013):

    a. Peta pekerja, dan mesin

    Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik

    yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu

    menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Tujuan dibuatnyapeta ini adalah untuk melakukan analisa kerja sehingga waktu menganggur

    dapat diminimalkan. Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta

    pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator

    dan waktu operasi mesin yang ditanganinya.Dengan informasi ini, maka

    kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikan,

    penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja, sedemikian rupa sehingga

    efektifitas penggunaan pekerjaan dan atau mesin bisa ditingkatkan, dan

    tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih

    diperbaiki (Sutalkasana, 2006).

    b. Peta tangan kanan tangan kiri

    Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan

    saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    48/218

    46

    tangan kanan. Informasi yang diperoleh dari peta ini adalah perbandingan

    tugas yang dibebankan pada tangan kri dan tangan kanan sehingga dapat

    dilakukan analisis untuk menyeimbangkan beban kerja pada tangan kanan

    dan tangan kiri pekerja.

    Proses produksi yang dilakukan di CV. Agrifood Sejahtera yaitu

    proses pembuatan adonan kulit telopia, pembuatan telopia basah (original),

    dan pembuatan telopia kering (rasa keju, coklat, blueberry, dan nano-nano).

    Pada praktikum ini peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram alir

    hanya dibuat 3 buah yaitu untuk proses pembuatan kulit telopia, pembuatan

    telopia original, dan pembuatan telopia kering rasa keju. Hal ini dilakukan

    dengan pertimbangan bahwa pada proses pembuatan telopia kering rasa

    coklat, blueberry, dan nano-nano hanya berbeda di isinya saja, prosespembuatan adonannya tidak begitu berbeda antar isi telopia, dan waktu

    praktikum yang tersedia juga terbatas.

    PPO (peta proses operasi) kulit pada produksi Telopia di CV Agrifood

    Sejahtera dimulai dengan pengupasan ubi ungu dengan menggunakan pisau

    selama 1 menit. Proses ini merupakan proses operasi karena terjadi perubahan

    bentuk dimana ubi ungu dikupas dan dipisahkan dengan kulitnya dan juga

    terdapat inspeksi karena selama pengupasan ada seleksi dimana ubi yang

    telah dikupas tidak semua digunakan karena ada ubi yang kondisinya kurangbaik atau busuk sehingga harus dipisahkan dan dibuang. Proses selanjutnya

    yaitu pemotongan ubi menjadi bagian-bagian kecil dengan menggunakan

    pisau selama 1 menit. Proses ini merupakan proses operasi karena ada

    perubahan bentuk, dimana pada proses ini ubi diubah menjadi potongan-

    potongan kecil tanpa ada ukuran tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan

    proses penimbangan ubi yang telah dipotong-potong dengan menggunakan

    neraca, proses ini berlangsung selama 30 detik. Pada proses ini terdapat

    proses operasi dan inspeksi, karena dilakukan secara manual dan dilakukan

    pula pengamatan pada timbangan untuk bisa mendapatkan ubi sebanyak 200

    gram.

    Selanjutnya ubi yang telah ditimbang masuk ke dalam proses

    pencucian, proses ini dilakukan secara manual selama 3 menit 20 detik.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    49/218

    47

    Proses pencucian ini termasuk ke dalam proses operasi karena terjadi

    perubahan dari ubi yang kotor menjadi ubi yang bersih, dan termasuk proses

    inspeksi karena ada pengamatan pada proses pencucian untuk memastikan ubi

    dicuci dengan bersih. Kemudian dilakukan penambahan air panas pada ubi

    yang telah dicuci selama 5 detik untuk dilakukan proses penghalusan dengan

    menggunakan blender selama 30 detik. Proses penghalusan ini termasuk ke

    dalam proses operasi karena terjadi perubahan bentuk ubi yang semula

    beebentuk potongan-potongan kecil menjadi lebih halus. Selanjutnya adalah

    proses penyaringan dengan menggunakan saringan yang dilakukan selama 30

    detik untuk mendapatkan sari ubi ungu. Penyaringan ini termasuk proses

    operasi karena terjadi perubahan bentuk menjadi bentuk cairan. Sebelum

    memasuki proses selanjutnya dilakukan proses operasi dan inspeksi padapengukuran minyak dengan menggunakan gelas ukur selama 20 detik,

    termasuk ke dalam operasi karena terjadi perubahan ukuran pada minyak dan

    termasuk proses inspeksi karena ada pengamatan pada gelas ukur.

    Proses selanjutnya yaitu pengadukan antara ubi yang telah disaring

    (sari ubi) dengan minyak dengan cara manual selama 3 menit sampai minyak

    tercampur dengan sari ubi. Proses ini termasuk ke dalam proses operasi dan

    inspeksi, proses operasi karena terjadi pencampuran sehingga terjadi

    perubahan bentuk, dan termasuk proses inspeksi karena adapangawasan/pengamatan supaya sari ubi dan minyak benar-benar tercampur.

    Sebelum lanjut ke proses selanjutnya dilakukan penimbangan gula

    pasir dan tepung. Proses penimbangan gula pasir dengan menggunakan

    neraca selama 20 detik yang termasuk ke dalam proses operasi dan inspeksi,

    operasi karena ada perubahan ukuran pada gula dan inspeksi karena ada

    pengamatan pada neraca yang digunakan. Sementara itu sebelum ditimbang

    tepung diayak terlebih dahulu, proses pengayakan tepung yang termasuk ke

    dalam proses operasi dan inspeksi ini berlangsung selama 1 menit 40 detik

    dengan menggunakan alat ayakan. Termasuk dalam proses operasi karena ada

    perubahan bentuk atau ukuran pada tepung yang diayak dan termasuk ke

    dalam proses inspeksi karena ada pengamatan pada waktu proses pengayakan

    supaya pengayakan berjalan dengan sempurna. Kemudian dilakukan proses

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    50/218

    48

    penimbangan hasil pengayakan tepung dengan menggunakan neraca selama

    20 detik, proses ini termasuk ke dalam proses operasi(perubahan ukuran pada

    tepung ayakan) dan inspeksi(pengamatan pada neraca).

    Proses selanjutnya yaitu melakukan pengadonan antara sari ubi

    dengan gula pasir dan tepung, proses ini dilakukan secara manual dengan

    waktu 3 menit. Proses ini termasuk ke dalam proses operasi dan juga

    inspeksi, termasuk ke dalam proses operasi karena terjadi perubahan pada

    adonan dan termasuk ke dalam inspeksi karena ada pengamatan supaya

    bahan-bahan tadi tercampur dengan rata. Kemudian adonan kulit ini disimpan

    di stasiun pencetakan untuk digunakan sebagai kulit dari telopia. Proses

    pembuatan kulit telopia ini terdiri dari 12 operasi yang berlangsung selama 14

    menit 18 detik dan 9 inspeksi dengan waktu 1 menit 17 detik.Peta Proses Operasi pembuatan telopia kering (keju) terdiri dari 19

    kegiatan opersi (1 jam 40 menit 25 detik) dan 16 kegiatan inspeksi (4 menit

    32 detik). Bahan-bahan yang digunakan yaitu tepung, keju, garam, gula halus,

    mentega, kulit, plastik, dan box dengan bahan utamanya berupa tepung terigu.

    Operasi pertama yang dilakukan yaitu penyangraian tepung dalam wajan

    secara manual selama 7 menit, aktivitas ini sesekali dilakukan inspeksi untuk

    memastikan tepung tidak gosong dengan mengaduk-aduk tepung. Tepung

    yang sudah disangrai lalu dilakukan pendinginan secara manual (diangin-anginkan) selama 5 menit setelah itu dilakukna operasi pengayakan manual

    dengan alat bantu ayakan selama 3 menit beserta inspeksi untuk memastikan

    tepung terayak dengan baik.

    Tepung kemudian ditimbang menggunakan neraca secara manual dan

    inspeksi untuk memastikan ukuran yang digunakan tepat selama 10 detik.

    Gula halus juga dilakukan operasi pengayakan manual (2 menit) dan ispeksi

    serta operasi dan inspeksi penimbangan manual (10 detik) dengan

    neraca.Garam dan keju juga ditimbang menggunakan neraca masing-masing

    selama 5 detik dan 8 detik, inspeksi dilakukan untuk memastikan ukuran yang

    ditimbang tepat. Keju yang telah ditimbang dilakukan operasi pemarutan

    tanpa inspeksi selama 2 menit. Bahan-bahan tersebut dilakukan pengadukan

    secara manual dengan menggunakan tangan tanpa inspeksi ( 1 menit). Setelah

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    51/218

    49

    itu mentega yang sudah ditimbang (26 detik) dengan neraca dimasukkan dan

    campuran tersebut dilakukan operasi dan inspeksi pengadonan manual agar

    adonannya tercampur merata selama 4 menit 30 detik. Adonan yang sudah

    jadi lalu dicetak bersama dengan adonan kulit secara manual yang

    menghabiskan waktu 38 menit 30 detik, inspeksi juga dilakukan untuk

    memastikan telopia tercetak dengan baik.

    Operasi selanjutnya yaitu pengovenan menggunakan oven selama 15

    menit, sesekali loyang diputar dan inspeksi agar telopia matang

    merata.Kemudian operasi pendinginan menggunakan kipas angin selama 10

    menit dan inspeksi untuk memastikan telopia telah dingin sebelum opersasi

    pembungkusan. Pembungkusan manual menggunakan plastik (10 menit 18

    detik) dan inspeksi agar telopia terbungkus rapih lalu dilakukan operasisealing menggunakna sealer juga dengan inspeksi agar hasilnya rapih (1

    menit). Telopia yang telah dibungkus plastik dikemas secara manual

    menggunakan box kertas selama 40 detik dalam operasi dan inspeksi

    pengemasan yang sebelumnya dilakukan operasi dan inspeksi pelipatan

    manual (4 menit). Proses operasi pembuatan telopia kering selesai dengan

    lama waktu 1 jam 44 menit 57 detik.

    Pada peta proses operasi (PPO) pembuatan telopia basah yang

    dipetakan oleh kelompok C-5 pada 15 Maret 2013 terdapat 19 operasi dan 17inspeksi. Mula-mula ubi ungu dari tempat penyimpanan dilakukan

    pengupasan dengan alat pisau yang membutuhkan waktu 4 menit 50

    detik.Kegiatan ini digolongkan operasi dan inspeksi dikarenakan pada saat

    pengupasan, pekerja juga melakukan pengamatan sebagai tindakan

    pengawasan yang mengontrol pengupasan agar mendapatkan ubi yang

    diinginkan. Pengawasan ini akan menghindarkan pekerja mendapatkan hasil

    pengupasan yang buruk atau bahkan ubi yang busuk. Selanjutnya adalah

    pemotongan dengan pisau yang memerlukan waktu 7 menit 10 detik. Ini

    tergolong operasi saja karena pekerja hanya memotong ubi untuk

    mempermudah proses selanjutnya tanpa ukuran yang pasti. Selanjutnya

    adalah penimbangan dengan neraca yang membutuhkan waktu 50 detik.Ini

    tergolong operasi dan inspeksi karena penimbangan ubi dilakukan untuk

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    52/218

    50

    mendapatkan berat ubi yang ditentukan pekerja.Selanjutnya adalah pencucian

    dengan manual yang memerlukan 4 menit 10 detik.Ini tergolong operasi dan

    inspeksi karena pekerja memantau kebersihan ubi selam pencucian.

    Selanjutnya adalah pengkukusan ubi pada dandang sekitar 40 menit 7

    detik. Ini tergolong operasi dan inspeksi karena selama pengukusan pekerja

    beberapa kali mengecek ubi dengan cara memeriksa tekstur ubi apakah sudah

    sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Sementara itu terjadi penambahan

    garam yang sebelumnya ditimbang dengan neraca yang memerlukan waktu

    20 detik.Ini seperti penimbangan ubi tergolong operasi dan inspeksi.Setelah

    itu dilakukan penumbukan dengan alat penumbuk manual selama 5 menit.Ini

    tergolong operasi dan inspeksi karena pekerja selalu mengontrol tekstur ubi

    selama penumbukkan.Sementara itu gula halus diayak dengan alat ayakanmemerlukan waktu 1 menit.Ini tergolong operasi dan inspeksi karena

    pengayakan butuh pengawasan pekerja agar hasulnya maksimal.Setelah itu

    gula halus ditimbang dengan neraca butuh waktu 20 detik, ini juga tergolong

    operasi dan inspeksi.Lalu gula halus ditambahkan pada tumbukan ubi. Setelah

    itu giliran mentega ditimbang dengan neraca, butuh waktu 20 detik,

    tergolong operasi dan inspeksi juga. Mentega lalu dilelehkan di atas wajan

    selama 20 detik yang tergolong kegiatan operasi dan inspeksi karena pekerja

    memastikan mentega benar-benar leleh selama pemanasanberlangsung.Setelah mentega meleleh, baru ubi ungu yang telah ditumbuk

    dicampurkan ke dalam wajan dan dicampur manual oleh pekerja.

    Pencampuran ini berlangsung 50 detik dan tergolong operasi saja karena

    pekerja hanya sekedar mencampur tanpa ada inspeksi.

    Ubi yang telah tercampur dimasak di atas wajan selama 18 menit 16

    detik.Ini tergolong operasi dan inspeksi karena pekerja selalu memantau

    ubinyang dimasak sambil sesekali diaduk untuk memastikan matang dan

    menghindari gosong.Setelah matang, bahan ini dinamakan kumbu

    (isian).Kumbu yang masih panas didinginkan dengan bantuan kipas angina

    selama 30 menit.Ini tergolong operasi dan inspeksi karena pekerja harus

    memastikan kumbu dingin untuk selanjutnya dicetak bersama adonan kulit

    menjadi telopia.Pencetakan ini berlangsung manual oleh pekerja dan

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    53/218

    51

    membutuhkan waktu 38 menit 51 detik.Ini tergolong operasi dan inspeksi

    karena pencetakan membutuhkan perlakuan dan pengamatan yang sinergi

    sehingga dapat membentuk telopia seperti bakpia pada umumnya. Setelah itu

    telopia akan dioven menggunakan oven selama 15 menit. Ini tergolong

    operasi dan inspeksi karena walaupun terdapat di dalam oven, sesekali

    pekerja membuka oven dan memeriksa untuk mengecek apakah telopia sudah

    mencapai tingkat kematangan yang diinginkan atau belum.

    Setelah benar-benar matang, telopia rasa original ini akan didinginkan

    dengan kipas angina selama 30 menit. Ini tergolong operasi dan inspeksi

    pekerja sesekali membalik telopia agar pendinginan merata di seluruh bagian

    telopia. Sementara itu kertas box tempat wadah telopia dilipat secara manual

    sehingga membentuk box. Pelipatan ini memerlukan waktu 4 menit dantergolong operasi dan inspeksi karena pelipatan hingga membentuk box

    membutuhkan perlakuan dan penganmatan yang sinergi.Langkah terakhir

    adalah pengemasan manual telopia kedalam box secara manual yang

    memerlukan waktu 1 menit 39 detik.Ini tergolong operasi dan inspeksi karena

    pekerja memasukkan telopia ke box secara hati-hati dan ditata sehingga rapi

    dan sesuai jumlah telopianya. Pada PPO pembuataan telopia basah ini

    memerlukan total waktu 3 jam, 12 menit 18 detik untuk proses operasi dan 6

    menit 45 detik untuk inspeksi. Pada proses operasi membutuhkan waktu lamakarena terjadi proses pengukusan dan pencetakan yang masih manual.

    Padahal kapasitas produksi menurut waktu tersebut adalah 2 kg tepung

    hingga menjadi 100 telopia yang dikemas menjadi 10 box kemasan. Terakhir

    adalah penyimpanan.

    PAP (Peta Aliran Proses) pada pembuatan kulit telopia diawali dengan

    pengupasan ubi ungu di stasiun pengupasan, pengupasan ini dilakukan

    dengan menggunakan pisau selama 1 menit. Lalu ubi ungu yang telah dikupas

    dipotong menjadi bagian-bagian kecil selama 1 menit dengan menggunkan

    pisau. Setelah itu ubi dipindahkan ke stasiun pengadonan yang berjarak 0,3

    meter untuk dilakukan penimbangan sebanyak 200 gram menggunakan

    neraca selama 30 detik. Selanjutnya ubi dibawa ke stasiun pencucian yang

    berjarak 14,8 meter untuk dilakukan pembersihan ubi dengan waktu

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    54/218

    52

    perpindahan selama 10 detik. Kemudian ubi ungu dicuci di stasiun pencucian

    secara manual untuk mendapatkan ubi yang bersih dengan waktu 3 menit.

    Ubi yang telah dicuci selanjutnya dibawa kembali ke stasiun

    pengadonan yang berjarak 14,8 meter dengan waktu tempuh 10 detik. Di

    stasiun pengadonan ubi ungu ditambahkan air panas dengan waktu 5 detik,

    untuk selanjutnya ubi dihaluskan dengan menggunakan blender selama 30

    detik.Setelah ubi dihaluskan, ubi disaring dengan menggunakan saringan

    selama 30 detik untuk didapatkan sari ubi.Kemudian sari ubi ungu dicampur

    dengan minyak yang telah diukur di gelas ukur selama 3 menit sampai sari

    ubi dan minyak tercampur.Larutan ubi ungu kemudian dicampurkan dengan

    gula pasir dan tepung yang telah ditimbang sebelumnya, pencampuran

    dilakukan dalam baskom besar dengan waktu 2 menit.Selanjutnya adonandiaduk sampai kalis secara manual selama 3 menit. Terakhir adonan kulit

    dipindahkan ke stasiun pencetakan yang jaraknya 8,4 meter untuk digunakan

    sebagai kulit dari telopia. Pada Peta Aliran Proses pembuatan kulit telopia ini

    terdiri dari 10 operasi yang berlangsung selama 13 menit 40 detik, 9 inspeksi

    dengan waktu 55 detik dan 20 detik untuk transportasi.

    Peta aliran proses pembuatan telopia kering yang dibuat merupakan

    peta aliran bahan tepung yang digunakan pada pembuatan telopia kering rasa

    keju dengan kondisi saat ini. Jumlah kegiatan operasi yang dilakuknasebanyak 12 operasi dengan waktu 1 jam 37 menit 13 detik, kegiatan inspeksi

    sebanyak 10 kegiatan selama 4 menit 13 detik, dan aktivitas transportasi 4

    kali selama 11 detik sehingga totalnya 26 kegiatan selama 1 jam 41 menit 37

    detik. Proses pertama tepung disangrai dalam wajan selama 7 menit (per 2kg

    tepung) pada stasiun pemasakan, yang merupakan proses operasi dan inspeksi

    karena menjaga agar tepung tidak gosong. Setelah itu dilakukan operasi

    pendinginan selama 5 menit dengan diangin-anginkan (manual) dan

    dilakukan operasi serta inspeksi pengayakan manual yang membutuhkan

    waktu 3 menit. Inspeksi yang dilakukan untuk memastikan tepung telah

    terayak dengan baik. Tepung ini kemudian ditimbang sebanyak 2kg dengan

    neraca (10 detik), inspeksi dilakukan untuk memastikan ukuran tepat.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    55/218

    53

    Masih dalam stasiun pengadonan, tepung tersebut ditambahkan gula

    halus, garam, dan keju yang masing-masing telah ditimbang dengan neraca.

    Gula halus yang digunakan telah melalui proses pengayakan dan kejunya pun

    terdapat proses pemarutan sehingga total waktu yang dibutuhkan selama 4

    menit 23 detik. Adonan isi dicampur manual menggunakan tangan selama 1

    menit lalu ditambahkan mentega yang telah ditimbang (20 detik).Setiap

    dilakukna penimbangan terdapat inspeksi yang memastikan ukuran bahan

    telah tepat.Adonan isi lalu diaduk sampai kalis menggunakan tangan

    (manual) selama 4 menit 30 detik.Setelah selesai adonan isi dibawa ke stasiun

    pencetakan (jarak 8 meter, waktu 10 detik). Adonan isi dicetak bersama

    adonan kutit secara manual (terdapat inspeksi) selama 38 menit 30 detik (per

    2kg tepung = 1 loyang). Telopia yang sudah dicetak dibawa ke stasiunpengovenan (jarak 5,4 m, waktu 10 detik), secara manual kemudian

    dipanggang menggunakan oven selama 15 menit (sesekali inspeksi untuk

    menjaga telopia matang merata).

    Telopia yang sudah matang dibawa ke stasiun pendinginan (1,7 meter,

    waktu 8 detik) untuk didinginkan selama 10 menit menggunakan kipas angin

    (operasi pendinginan terdapat inspeksi untuk memastikan telopia telah cukup

    dingin). Telopia kemudian dibawa ke stasiun pengemasan (jarak 2,1 meter)

    dan dikemas (operasi dan inspeksi) dengan total waktu yang dibutuhkan 12menit (10 box).

    Peta aliran proses pada pembuatan telopia original membutuhkan 16

    kegiatan operasi, 15 kegiatan inspeksi, 7 kegiatan transportasi, dan 1

    penyimpanan akhir. PAP ini menggambarkan langkah-langkah proses seperti

    di PPO, namun lebih lengkap data-datanya karena selain operasi dan inspeksi,

    terdapat juga perpindahan bahan (transportasi) beserta data jarak dan delay

    (tunggu).PAP hanya dapat berisi 1 bahan saja, pada pembuatan telopia

    original yaitu ubi ungu.Mula-mula ubi ungu dikupas, membutuhkan waktu 40

    menit 50 detik, tergolong kegiatan operasi dan inspeksi. Ini sama dengan

    yang ada di PPO beserta penjelasannya. Setelah itu dipotong-potong

    tergolong operasi saja, penimbangan operasi dan inspeksi.Namun pada PAP,

    setelah penimbangan ubi ungu di bawa ke stasiun pencucian. Ini adalah

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    56/218

    54

    kegiatan transportasi, sejauh 14,4 meter dan membutuhkan waktu 10 detik.

    Inilah yang membedakan PAP dengan PPO, yakni lebih lengkap PAP.Setelah

    dicuci, tergolong operasi dan inspeksi, ubi ungu lantas dibawa ke stasiun

    pemasakan. Ini adalah kegiatan transportasi kedua sejauh 16,2 meter

    membutuhkan waktu 10 detik. Setelah itu sama dengan yang ada di PPO, ubi

    ungu dikukus, ditambah garam yang sebelumnya ditimbang, ditumbuk, diberi

    gula halus yang sebelumnya diayak dan ditimbang, pencampuran, ditambah

    mentega yang dilelehkan, hingga dilakukan pemasakan ubi. Namun setelah

    itu ubi yang telah dimasak dibawa ke stasiun pendinginan, hal yang tidak

    dijelaskan di PPO. Kegiatan transportasi ini sejauh 5,5 meter dan

    membutuhkan waktu 5 detik. Barulah terjadi kegiatan pendinginan adonan.

    Setelah dingin, adonan kumbu dibawa ke stasiun pencetakan sejauh 3,4 meterselama 10 detik. Setelah itu barulah pencetakan kumbu bersama adoanan kulit

    hingga menjadi telopia. Setelah pencetakan, telopia dibawa ke stasiun

    pengovenan sejauh 5,3 meter selama 5 detik. Ini adalah kegiatan transportasi

    kelima.setelah dioven, telopia yang telah matang dibawa ke stasiun

    pendinginan sejauh 3 meter selama 15 detik. Setelah itu bakpia didinginkan

    untuk selanjutnya dibawa ke stasiun pengemasan sejauh 2,1 meter selama 5

    detik. Ini adalah kegiatan transportasi ketujuh atau yang terakhir di PAP

    pembuatan telopia original.Selanjutnya telopia dikemas dalam box yangsudah dirakit lalu disimpan hingga pengiriman tiba.

    Diagram aliran pada pembuatan adonan kulit telopia dimulai dengan

    pengangkutan ubi ungu yang telah dikupas dan dipotong-potong di stasiun

    pengupasan ke stasiun pengadonan untuk dilakukan penimbangan. Kemudian

    dari stasiun pengadonan masuk ke proses pencucian ubi di stasiun pencucian.

    Ubi setelah dicuci masuk kedalam proses penghalusan ubi yang sebelumnya

    telah ditambahkan dengan air panas di stasiun pengadonan. Selain dilakukan

    penghalusan pada ubi, sari ubi yang didapat dari penghalusan ubi dicampur

    dengan minyak, gula pasir dan tepung.Setelah itu adonan kulit telopia

    dipindah ke stasiun pencetakan untuk digunakan sebagai kulit dari telopia.

    Dari diagram alir yang telah dibuat bisa dilihat bahwa ada back tracking pada

    saat pencucian ubi ungu. Sebelum ubi ungu dicuci, ubi ungu ditimbang

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    57/218

    55

    terlebih dahulu di stasiun pengadonan baru dilakukan pencucian di stasiun

    pencucian dan kembali lagi ke stasiun pengadonan untuk dilakukan

    penghalusan.

    Diagram alir pembuatan telopia kering rasa keju digambarkan pada

    denah lokasi operasi berskala 1:100. Pada diagram alir terdapat aliran bahan

    antara lain tepung, keju, gula halus, garam, mentega, kulit, box, plastik,

    adonan isi keju, dan bakpia kering keju. Aliran diawali bahan tepung dari

    stasiun pemasakan ke stasiun pengadonan.Di stasiun pengadonan terdapat

    pencampuran tepung dengan keju, gula halus, garam, dan mentega sehingga

    menjadi adonan isi telopia. Adonan isi ini lalu dibawa ke stasiun

    pencetakan.Di stasiun pencetakan adonan isi dicetak bersama dengan adonan

    kulit telopia.Telopia yang sudah dicetak lalu dipindahkan ke stasiunpengovenan, terdapat back trackingpada proses pemindahan ini.Telopia yang

    telah matang dibawa ke stasiun pendinginan untuk didinginkan lalu

    dipindahkan ke stasiun pengemasan untuk dikemas menggunakan plastik dan

    box.

    Diagram aliran pembuatan telopia original menggambarkan langkah-

    langkah proses yang digambar di atas denah sehingga dapat diketahui jarak

    perpindahan bahan berbanding lurus dengan waktu. Diagram aliran ini

    dimulai dengan ubi ungu dikupas dan dipotong-potong di stasiun pengupasanke stasiun pengadonan untuk dilakukan penimbangan. Kemudian dari stasiun

    pengadonan masuk ke proses pencucian ubi di stasiun pencucian. Ubi setelah

    dicuci masuk kedalam proses pengukusan di stasiun pemasakan. Di stasiun

    pemasakan, ubi ungu yang telah dikukus ditambahkan garam, gula halus,

    mentega untuk dilakukan pemasakan. Ubi yang yang telah dimasak kemudian

    dibawa ke stasiun pendinginan untuk didinginkan. Kemudian adonan setelah

    dingin adonan dipindahkan dari stasiun pendinginan ke stasiun pencetakan

    untuk dicetak bersama dengan adonan kulit menjadi bakpia. Setelah menjadi

    bakpia, bakpia original dipindahkan ke stasiun pengovenan. Setelah dioven,

    bakpia yang telah matang dibawa ke stasiun pendinginan. Bakpia yang telah

    dingin dipindahkan dari stasiun pendinginan ke stasiun pengemasan untuk

    dikemas dan kemudian disimpan.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    58/218

    56

    Evaluasi terhadap tata letak CV. Agrifood Sejahtera berdasarkan PPO,

    PAP, dan DA dapat dilihat dengan cara membaca bagan dan table yang

    terdapat pada hasil percobaan. Dari evaluasi tersebut didapatkan bahwa

    berdasarkan POP, didapatkan ketidak efektifan pada stasiun kerja

    pengupasan. Pekerja mengupas ubi ungu secara manual dengan menggunakan

    alat pisau. Hal ini cukup menguras tenaga pekerja dikarenakan tekstur ubi

    yang relatif keras. Selain tenaga juga waktu. Akan lebih mudah dan cepat bila

    mengupas ubi ungu dengan pisau buah. Sedangkan untuk pemotongan tetap

    menggunakan pisau biasa. Sedangkan dari pembacaan tabel PAP didapat

    evaluasi mengenai transportasi yang bermasalah antara stasiun pengadonan

    dengan pencetakan. Memang jaraknya tidak terlalu jauh, namun transportasi

    ini memewati pintu yang lebarnya terbatas, dan juga di sekitar pintu terdapattampah-tampah berisi telopia yang sedang didinginkan sehingga pekerja

    harus berjalan berhati-hati saat melewati gang tersebut. Ini akan memerlukan

    waktu yang lebih lama dibanding pekerja melewati gang lurus yang steril.

    Selain itu pekerja yang mengangkut tampah berisi telopia akan rawan

    kecelakaan. Selain itu pada stasiun kerja pengupasan hingga stasiun kerja

    pengovenan tidak sepenuhnya berjalan maju menuju pengiriman. Ini

    menunjukkan tata letak CV. Agrifood Sejahtera yang belum optimal. Namun

    untuk stasiun pengovenan hingga pengemasan sudah sesuai teori tata letakyang baik.

    Sedangkan pada pembacaan hasil DA menunjukkan langkah balik

    (back tracking) yang masih sering. Seperti pada stasiun pengupasan ke

    stasiun pencucian lalu menuju stasiun pengadonan. Setelah ubi ungu selesai

    dikupas dan dipotong, lalu dicuci di stasiun pencucian yang terletak di ujung

    selatan rumah produksi. Selanjutnya ubi yang telah bersih dibawa ke stasiun

    pengadonan yang terletak di dekat stasiun pengupasan. Selain itu, langkah

    balik juga terjadi pada saat selesai pengadonan, kumbu dan kulit dibawa ke

    stasiun pencetakan yang berada di utara rumah produksi. Setelah tercetak,

    telopia dibawa ke stasiun pengovenan yang terletak didekat stasiun

    pengadonan dan pengupasan.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    59/218

    57

    Oleh sebab itu kekurangan tata letak CV. Agrifood Sejahtera secara

    umum adalah sebagai berikut.

    1. Alat yang tidak sesuai untuk pengupasan ubi sehingga tidak efisien untuk

    waktu dan tenaga.

    2. Ruang pemakaian yang belum termaksimalkan.

    3. Langkah balik yang cukup banyak terjadi.

    4. Aliran bahan yang tidak sepenuhnya maju menuju pengiriman.

    5. Kondisi gang yang tidak steril sehingga semakin membuat mobilitas

    pekerja terutama dalam melakukan transportasi bahan terbatas.

    Namun tata letak CV. Agrifood sejahtera tetap memiliki kelebihan,

    yaitu:

    1. Stasiun terakhir dekat dengan pengiriman.2. Gang yang relatif lurus, tanpa ada percabangan jalan.

    3. Pemindahan barang digabung dengan proses.

    4. Ruang antar peralatan mencukupi kecuali pada stasiun pendinginan oleh

    kipas angin.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    60/218

    58

    BAB V

    KESIMPULAN

    1. Praktikan telah dapat membuat peta kerja seperti PPO, PAP ,dan diagram

    alir

    2. Dapat dievaluasi bahwa tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat

    terhitung baik

    3. Kelebihan tata letak yang ada sekarang adalah jarak yang tidak terlalu jauh

    dan kekurangannya masih terdapat alur berbalik

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    61/218

    59

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2013. Tata Letak Produksi. http://id.shvoong.com/business-

    management/management/1698221-tata-letak-produksi/. Diakses pada

    tanggal 17 Maret 2013 pukul 20.32 WIB.

    Apple, James M. 1977. Plant layout and material handling. John Wiley & Sons,Inc: New Jersey.

    Macfud dan Agung, Yudha. 1990. Perencanaan Tata Letak Pada Industri

    Pangan. Bogor: IPB.

    Meyers, Fred E. & Matthew P.Stephen. 2005. Manufacturing Facilities

    Designand Material Handling. Pearson Education, inc: New Jersey.

    Muther, R. 1994. Production Line Technique. New York: McGraw-Hill Book Co.

    Rainbowharmony, 2010.Perencanaan Tata Letak.

    http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&i

    d=670:tataletak&catid=25:industri&Itemid=14. Diakses pada tanggal 17

    Maret 2013 pukul 21.05 WIB.

    Sinulingga, Sukaria, 2008, Pengantar Teknik Industri, Edisi Pertama.

    Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Wignjosoebroto, Sritomo. 1993. Pengantar Teknik Industri. Jakarta: PT Guna

    Widya.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    62/218

    60

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

    ACARA 3

    ROUTE SHEET DANMULTI PRODUCT PROCESS CHART

    KELOMPOK C5

    Anggota :

    Mughni Wijdan (11/318876/TP/10122)

    Yohanes Trianto (11/318892/TP/10138)

    Freda Jodie Saputro (11/318911/TP/10157)Danny Yoga W. (11/318931/TP/10177)

    Co. Ass : Antami Winda Mainar

    LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    63/218

    61

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada praktikum terdahulu, dibuat denah tata letak awal, deskripsi

    perusahaan dan pembuatan peta kerja. Pada praktikum kali ini, akan dibuat

    route sheetdan MPPC (Multi Product Process Chart).

    Banyak informasi yang harus diketahui untuk menunjang kelancaran

    proses-proses di dalam sebuah industri. Agar tercipta efisiensi kerja yang

    merata di semua lini kerja maupun di setiap operasi yang dilakukan, maka

    diperlukan perhitungan yang tepat terhadapjumlah kebutuhan mesin dantenaga kerja terkait kapasitas optimal yang diambil dalam proses produksi.

    Selain perlunya analisa mengenai jumlah tenaga kerja maupun alat yang

    efisien digunakan pada tiap operasi, diperlukan pula adanya analisa efisiensi

    aliran bahan. Sehingga dengan adanya analisa tersebut, dapat diketahui apa

    saja proses operasi yang dilalui oleh bahan dan apakah proses tersebut telah

    efesien serta menghindari terjadinya backtracking yang dapat mengurangi

    efisiensi lintasan bahan. Salah satu cara untuk memperoleh informasi tersebut

    adalah dengan menggunakan Route Sheetdan Multi Product Process Chart(MPPC).

    Route Sheet merupakan kumpulan data atau informasi yang berbentuk

    tabel yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mesin yang

    dibutuhkan, kapasitas produksi yang memperhatikan efisiensi mesin atau

    pekerjanya, serta jumlah produk awal yang harus disediakan untuk

    memperoleh jumlah produk akhir yang diinginkan. Selain informasi dari

    route sheet, untuk merancang industri yang baik juga diperlukan informasi

    mengenai keterkaitan penanganan antar bahan atau produk yang terlibat serta

    informasi mengenai berbagai proses yang dialami oleh bahan, baik bahan

    baku maupun bahan tambahan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari

    MPPC, yang dapat menunjukkan keterkaitan produksi antara bagian suatu

    produk atau antar produk, bahan, atau kegiatan.

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    64/218

    62

    MPPC berpengaruh terhadap schedule design, karena dalam membuat

    suatu schedule designkita harus menentukan dulu kapasitas yang diperlukan

    (jumlah mesin dari setiap tipe), banyaknya produksi dan susunan produksi

    (berapa banyak untuk tiap produk dan kapan dimulai). Melalui MPPC ini

    dapat diketahui jumlah mesin atau tenaga kerja yang dibutuhkan secara

    teoritis sesuai dengan keperluan dan kapasitas produksi.Dengan begitu kita

    dapat mengetahui adanya keterkaitan produksi antara bagian suatu produk

    atau antar produk, bahan atau kegiatan untuk lebih memahami bagaimana

    sebenarnya langkah-langkah proses yang akan dialami oleh setiap bahan

    baku.

    Melalui efisiensi tenaga kerja dan penggunaan mesin, diharapkan

    industri telopia yang menjadi objek kajian kelompok kami dapatmeminimalkan biaya pengeluaran dan meningkatkan keuntungannya. Oleh

    karena pentingnya aplikasi route sheetdan MPPC dalam suatu industri inilah

    yang melatar belakangi dilakukannya praktikum Tata Letak dan Penanganan

    Bahan acara 3 yang berjudul Route Sheet dan Multi Produst Process Chart

    ini.

    B. Tujuan

    1. Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber daya

    manusia berdasarkan kapasitas riil industri

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    65/218

    63

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Urutan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan suatu bagian

    disebut routing, dan catatannya disebut route sheet. Satu bagian dipindah dari

    mesin (stasiun kerja) pertama ke mesin selanjutnya, terus menerus sampai

    diperoleh produk akhir yang merupakan gabungan dari banyak bagian (bahan).

    Route sheet sangat penting sebagai sumber informasi dalam analisa efisiensi

    aliran bahan dalam suatu layout proses prosuksi, yang dilakukan dengan

    pembuatan: string diagram, multi product process chart (MPPC) , peta dari-ke,

    dan peta proses.Urutan operasi yang ada pada route sheet menunjukan layout (tata letak)

    alat dan mesin produksi. Layout pabrik disebut baik bila jarak perpindahan dan

    backtracking bahannya minimal. Ada 2 cara untuk mengubah urutan operasi agar

    aliran bahan lebih teratur (Meyers, 2005):

    1. Mengubah layout pabrik sehingga sesuai dengan urutan operasi yang tepat.

    2. Mengubah route sheet (paper change) agar urutan operasi sesuai dengan

    layout yang ada. Cara ini yang terbaik karena lebih hemat biaya.

    Route Sheet adalah lembar routing proses yang harus dilalui oleh tiap tiapkomponen dari awal hingga akhir. Route sheet ad 2 jenis antara lain Route sheet

    dan Route sheet Assembly. Route Sheet digunakan untuk komponen komponen

    dasar/ penyusun sedangkan Route Sheet Assembly digunakan untuk komponen

    komponen yang telah di-assembly. setiap komponen baik itu komponen dasar

    maupun komponen assembly memilik 1 lembar sendiri sendiri.

    Route Sheet ini dilaksanakan untuk memperlancar dan mempermudah

    jalannya produksi yang ada, tetapi Route Sheet secara khusus memiliki tujuan

    sebagai (Anonim, 2011):

    1. sebagai patokan alur kerja suatu komponen secara lengkap dari persiapan

    sampai pengemasan

    2. sebagai patokan waktu proses suatu komponen pada tiap mesin

    3. mempermudah jalannya proses produksi yang ada

  • 8/11/2019 LAPORAN PRAKTIKUM TLPB C5 _ FULL VERSION.pdf

    66/218