Top Banner
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN IDENTIFIKASI KIMIA TANAMAN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) ASAL DESA GALAM KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT PROPINSI KALIMANTAN SELATAN DISUSUN OLEH : NAMA : NOORMAHDI RIDUANSYAH NIM : J1E109041 KELOMPOK : III PROGRAM STUDI FARMASI
36
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Farmakognosi - Karamunting

LABORATORIUM FARMAKOGNOSIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MIPAUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN IDENTIFIKASI KIMIA

TANAMAN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) ASAL DESA

GALAM KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT

PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NOORMAHDI RIDUANSYAH

NIM : J1E109041

KELOMPOK : III

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

DESEMBER

2010

Page 2: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat

pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan–bahan alam sebagai

obat karena mempunyai beberapa kelebihan dengan obat-obat sintesis.

Manusia secara naluri mempunyai kecenderungan menggunakan alam

sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhannya. Selanjutnya, dengan

budidaya dan ilmu, bahan tersebut dikembangkan. Pada umumnya ilmu

pengobatan tersebut berasal dari bangsa yang memiliki budaya tinggi serta

memiliki flora dan fauna yang melimpah (Endarwati, 2005).

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun

tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu

back to nature serta krisis berkepanjangan yang

mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat

tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat

menengah ke bawah terutama dalam upaya preventif,

promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang

beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat

tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis.

Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat

tradsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila

penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal,

perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan

dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat

tradisional dan tanaman obat. Dengan informasi yang cukup

diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan

menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan

obat dalam upaya kesehatan (Katno, 2002).

Page 3: Laporan Farmakognosi - Karamunting

Penanaman dan pertumbuhan tanaman-tanaman obat harus terpelihara

dengan baik, hal ini disebabkan karena banyak pula tanaman-tanaman obat

yang tumbuh secara liar. Tanaman-tanaman obat yang dibudidayakan dengan

baik, jauh lebih terjamin kualitasnya daripada tanaman-tanaman obat yang

tumbuh secara liar. Tanaman-tanaman yang tumbuh secara liar kemungkinan

akan tercampur dengan bahan tanaman lain dan juga ada kemungkinan akan

keliru dalam pengambilan jenisnya (Kartasapoetra, 1996).

Saat ini dengan pesatnya perkembangan penelitian dalam bidang

obat, sudah tersedia berbagai jenis pilihan obat sehingga diperlukan

pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.

Walaupun temuan dan terobosan substansial di bidang obat telah

memberikan konstribusi yang besar dalam meningkatan pelayanan

kesehatan, namun perlu disadari bahwa obat dapat menimbulkan efek yang

tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Obat sintesis

merupakan obat yang telah banyak beredar dipasaran dengan bermacam-

macam merek dan kemasan, tetapi kelemahan dari jenis obat sintesis tersebut

berupa efek samping yang dihasilkan dan juga harganya yang relatif mahal,

bila dibandingkan dengan obat tradisional (Endarwati, 2005)

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Melakukan pemeriksaan anatomi dan morfologi bagian tumbuhan (akar,

batang dan daun), termasuk isi sel yang mengalami bentuk tertentu.

2. Mengidentifikasi simplisia daun karamunting dengan menggunakan

mikroskop serta menyebutkan ciri khas simplisia tersebut.

3. Mengidentifikasi kandungan kimia yang terdapat pada daun karamunting.

I.2 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan

farmakognostik dan mengidentifikasi simplisia batang karamunting.

Mengidentifikasi kandungan kimia yang terdapat pada batang karamunting

dan menyebutkan ciri khas simplisia tersebut.

Page 4: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Rhodomyrtus

Spesies : Rhodomyrtus tomentosa

(Ditemukan, 2008)

2.1.2 Morfologi Tanaman

Karamunting adalah tumbuhan yang tumbuh liar pada

tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng

gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Ciri-

ciri termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, bangun elips

memanjang sampai lonjong, duduk daun berhadapan bersilang,

permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun

membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk

Page 5: Laporan Farmakognosi - Karamunting

bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat

dimakan mempunyai biji berukuran kecil (Silvester,2007).

2.1.3 Kandungan Kimia

Komposisi sifat kimiawi dan efek farmakologis daun

karamunting sangat pahit. Kandungan kimia daun karamunting

mengandung saponin, flafonoida dan tanin (Silvester,2007)

2.1.4 Kegunaan

Karamunting bisa digunakan untuk mengobati beberapa

macam penyakit seperti gangguan pencernaan (dispepsi), disentri

basiler, diare, hepatitis, keputihan (leukorea), sariawan , haid, wasir

darah, pendarahan rahim, berak darah, radang dinding pembuluh

darah, pembekuan (tromboangitis) (Silvester,2007)

2.1.5 Nama Daerah

Tidak ada literatur yang menjelaskan mengenai nama daerah

dari tanaman Karamunting.

2.2 Reaksi Identifikasi Kimia

2.2.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin

Basahi lisan atau serbuk dengan larutan floroglusin P,

periksa dalam asam klorida P. Amati pada mikroskop, dinding sel

yang berlignin akan berwarna merah (Depkes RI, 1979).

2.2.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron

Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek, tambahkan

iodium 0,1 N. pati berwarna biru dan aleuron berwarna kuning

coklat sampai coklat (Depkes RI, 1979).

2.2.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir

Pada bahan kering atau serbuk di atas kaca objek,

tambahkan beberapa tetes larutan merah ruthenium P. tutup dengan

Page 6: Laporan Farmakognosi - Karamunting

kaca penutup, biarkan selama 15 menit, lender dan pectin berwarna

merah intensif. Untuk pembedaan yang jelas, sebelum diperiksa

bahan dicuci lebih dahulu dengan larutan timbale (II) asetat P 9,5%

(Depkes RI, 1979).

2.2.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol

Pada bahan atau serbuk di atas kaca objek, tambahkan

larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol (90%) P. kemudian dalam

asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol

berwarna merah intensif (Depkes RI, 1979).

2.2.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid

Sebanyak dua gram serbuk bahan dilembabkan dalam

amnonia 25%, lalu digerus dalam mortir. Kemudian ditambah 20

ml kloroform dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan

difiltrat digunakan untuk percobaan (larutan A). Larutan A

diteteskan pada kertas saring dan kemudian diberi pereaksi

dragendorff. Warna jingga yang timbul pada kertas saring

menunjukkan alkaloid positif (Depkes RI, 1979).

2.2.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin

Sebanyak masing-masing lima ml larutan filtrat

dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama ditambah

dengan larutan besi (14) klorida 1% akan menunjukkan warna

hijau violet bila bahan mengandung tanin. Tabung kedua ditambah

dengan larutan glatin akan menunjukkan warna hijau violet bila

bahan mengandung tanin. Untuk membedakan tanin kahekat dan

tanin galat, larutan filtrat ditambah dengan pereaksi Steasny L

formaldehid 3%-asam klorida (2:1) dan dipanaskan dalam panas

air 90oC. Terbentuknya filtrat dipisahkan dan dijenuhkan dengan

natrium asetat. Pada penambahan larutan besi (III) klorida 1% akan

terbentuk warna biru tinta atau hitam menunjukkan adanya tanin

galat (Depkes RI, 1979).

Page 7: Laporan Farmakognosi - Karamunting

2.2.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon

Larutan ekstrak sebanyak 2 ml dipanaskan dengan 5 ml

H2SO4 selama 1 menit. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml

bensen. Warna kuning pada lapisan bensen menunjukkan adanya

senyawa antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan

menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi warna

merah pada lapisan air (Depkes RI, 1979).

2.2.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin

Sebanyak 10 ml larutan filtrat dalam tabung reaksi dikocok

vertikal selama 10 detik, kemudian didiamkan selama 10 menit

(Depkes RI, 1979).

2.2.9 Reaksi Terhadap Polifenol

Pada hasil mikrosublimasi, tambahkan larutan

fosfomolibdat asam sulfat P, terjadi warna biru. Pada hasil

mikrosublimasi, tambahkan larutan asam diazon benzensulfonat P,

terjadi warna jingga sampai merah (Depkes RI, 1979).

2.2.10 Reaksi Terhadap Steroid

Sebanyak 3 tetes etanol ditambahkan pada serbuk,

kemudian diamkan selama 15 menit dan disaring. Setelah itu

diambil filtratnya dan diuapkan sampai kering. Suspensikan

dengan air dan eter. Kemudian bagian eter dipisahkan dan

direaksikan dengan pereaksi Liebermann-Burchard, akan terbentuk

larutan berwarna merah (Depkes RI,1979).

Page 8: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB III

METODE PENGERJAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

1. Ayakan

2. Blender

3. Botol air mineral

4. Bunsen

5. Corong kaca

6. Cover glass

7. Gunting

8. Kantong plastik

9. Kardus

10. Karton

11. Kertas koran

12. Kertas label

13. Kertas saring

14. Korek api

15. Lakban

16. Mikroskop elektrik

17. Objek glass

18. Parang

19. Penjepit kayu

20. Pensil

21. Pipet tetes

22. Pisau silet

23. Plastik sampul

24. Plester

25. Polybag

26. Press herbarium

27. Sikat tabung

28. Tabung reaksi

29. Tisu gulung

30. Tali rafia.

Page 9: Laporan Farmakognosi - Karamunting

3.1.2 Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

1. Aquades

2. Floroglusin

3. Herbarium basah dari

daun karamunting

4. Irisan melintang akar,

batang, dan daun dari

karamunting

5. Larutan Benedict

6. Larutan Besi (III)

Amonium Sulfat 6%,

7. Larutan Dragendroff

8. Larutan FeCl3 1 N

9. Larutan Fehling A dan B,

10. Larutan H2SO4 10%,

11. Larutan H2SO4 pekat,

12. Larutan HCl 0,5 N,

13. Larutan HCl 2 N,

14. Larutan I2 0,1%,

15. Larutan KOH 10%,

16. Larutan Mayer,

17. Larutan Metilen blue,

18. Larutan Vanilin 10%,

19. Metanol

20. Serbuk dari daun

karamunting

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan tanaman karamunting yang diambil di Pelaihari pada

tanggal 2 Oktober 2010, pada pukul 08.00 WITA dilakukan secara

langsung, yaitu dengan cara pemetikan menggunakan tangan langsung

atau tanpa menggunakan alat. Pertama mengambil sampel bahan secara

utuh, yang terdiri dari akar, batang, dan daun. Kemudian mengambil

bagian berkhasiat yang akan diteliti dengan lebih banyak.

3.2.2 Pengolahan Bahan

Pengolahan tanaman karamunting dilakukan dalam tiga bentuk

yaitu pengolahan menjadi herbarium kering, herbarium basah, dan

Page 10: Laporan Farmakognosi - Karamunting

simplisia yang berupa serbuk dan haksel. Untuk herbarium kering

dilakukan dengan pengepresan tanaman yang telah dipotong- potong

sebelumnya dan disusun pada selembar kertas koran. Pada pengolahan

herbarium kering, disiapkan bagian tanaman yang merupakan perwakilan

dari keseluruhan tanaman itu, yaitu akar, batang dan daun. Bagian-bagian

tanaman yang sudah disediakan diolesi dengan formalin dengan

menggunakan kapas kemudian ditempel di atas kertas koran. Tujuannya

adalah untuk menghindari proses pengrusakan herbarium kering oleh

binatang atau kutu yang dapat merusak herbarium kering. Bagian halaman

lain dari kertas koran akan menutup tanaman pada halaman koran satunya

dimana pada halaman satunya tanaman ini direkatkan. Setelah proses ini,

tanaman yang terbungkus koran ini dikumpulkan dengan tanaman lain

yang juga terbungkus koran, baru kemudian dipres dengan menggunakan

sasak bambu berukuran 1 m x 1 m yang telah dibuat sebelumnya.

Pada pengolahan herbarium basah, bagian tanaman karamunting

dimasukkan ke dalam botol air mineral berukuran 1,5 liter yang telah diisi

dengan formalin melalui celah yang dipotong dari bagian atas botol.

Diusahakan agar seluruh bagian tanaman yang dimasukkan tersebut

terendam sempurna dalam larutan formalin. Setelah itu, botol tersebut

serta bekas lubang yang telah dibuat sebelumnya ditutup rapat dengan

plester agar tanaman terisolasi sempurna.

Pengolahan berikutnya adalah pengolahan simplisia. Pengolahan

simplisia ini, dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan : bagian tanaman dari tanaman karamunting yang

berkhasiat yaitu daunnya dikumpulkan.

2. Sortasi basah : daun yang akan dibuat simplisia

dipisahkan dari zat-zat pengotor dan bagian lain yang tidak diperlukan.

3. Pencucian : proses ini dilakukan untuk membersihkan bagian tanaman

dari sisa-sisa tanah dan kotoran yang melekat.

4. Pembersihan : proses ini dilakukan untuk memeriksa kembali

kebersihan daun karamunting yang akan dibuat simplisia.

Page 11: Laporan Farmakognosi - Karamunting

5. Perubahan bentuk : proses ini dilakukan dengan memotong-motong

bagian tanaman yang akan dibuat simplisia. Pemotongan ini, atau

disebut perajangan, dilakukan dengan menyesuaikan tekstur dari

bagian tanaman. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses

pengeringan karena luas permukaan tanaman menjadi lebih luas.

6. Pengeringan : bagian daun karamunting dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari langsung.

7. Sortasi kering : proses ini dilakukan untuk memastikan bagian

tanaman yang telah selesai dijemur benar-benar terbebas dari zat

pengotor.

8. Pengepakan dan penyimpanan : bagian tanaman yang telah menjadi

simplisia tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang

memenuhi syarat penyimpanan. Simplisia tersebut kemudian dapat

diolah sesuai keinginan, seperti dibuat serbuk atau tetap dalam bentuk

haksel. Pembuatan simplisia menjadi serbuk ialah dengan cara

memblender atau menumbuk simplisia tersebut, kemudian

mengayaknya hingga didapatkan serbuk yang benar-benar halus.

3.2.3 Pemeriksaan Farmakognostik

3.2.3.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman

Pemeriksaan morfologi tanaman dilakukan dengan

mengamati bagian-bagian tanaman, yang mencakup bentuk daun,

bentuk ujung daun, pangkal daun, tulang daun, bentuk tepi daun,

susunan tulang daun, jenis daun, bentuk datang, arah tumbuh

batang, dan sistem perakaran dari tanaman karamunting.

3.2.3.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman

Pemeriksaan anatomi tanaman karamunting yaitu dengan

cara membuat irisan melintang dan membujur dari akar, batang,

dan daun. Kemudian meletakannya pada kaca objek, dan

mengamati pada mikroskop elektrik.

3.2.3.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman

Page 12: Laporan Farmakognosi - Karamunting

Pemeriksaan organoleptik tanaman karamunting yaitu

dengan cara melihat secara langsung warnanya, mencium baunya,

dan mencicipi rasanya dari bagian-bagian tanaman tersebut.

3.2.4 Pemeriksaan Reaksi Identifikasi Kimia

3.2.4. 1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin

Serbuk daun karamunting pada objek glass dibasahi

floroglusin, ditambah HCl 2 tetes, diamati pada mikroskop.

Hasil positif ditunjukkan dengan dinding sel berwarna merah.

3.2.4. 2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron

Serbuk daun karamunting pada objek glass ditambah

larutan I2 0,1%. Diamati pada mikroskop, hasil positif

ditunjukkan jika berwarna biru untuk pati dan berwarna kuning

coklat sampai coklat untuk aleuron.

3.2.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir

Serbuk daun karamunting ditambah metanol dan

metilen blue, hasil positif ditunjukkan jika warnanya menjadi

merah.

3.2.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol

Serbuk daun karamunting ditambah FeCl3 1 N, hasil

positif ditunjukkan jika menghasilkan warna hijau.

3.2.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid

1. Serbuk daun karamunting ditambah HCl 0,5 N, ditambah

Mayer, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan

putih.

2. Serbuk daun karamunting ditambah HCl 0,5 N, ditambah

Dragendorff, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya

endapan jingga.

3.2.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin

Page 13: Laporan Farmakognosi - Karamunting

1. Serbuk daun karamunting ditambah H2O kemudian

dipanaskan lalu disaring, diambil filtratnya kemudian

ditambahkan HCl, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya

endapan.

2. Serbuk daun karamunting ditambah FeCl3 1 N, hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman.

3. Serbuk daun karamunting ditambah H2SO4, hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat kekuningan.

4. Serbuk daun karamunting ditambah Besi (III) Amonium

Sulfat 6%, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hijau biru atau biru sampai hitam.

3.2.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon

Serbuk daun karamunting ditambah KOH 10%, hasil

positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna

merah.

3.2.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin

Serbuk daun karamunting pada tabung reaksi ditambah

H2O kemudian kocok kuat-kuat selama 30 detik, hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya buih setinggi ± 3 cm dari

permukaan cairan dan bertahan selama 1 menit.

3.2.4.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol

Serbuk daun karamunting ditambah H2O 3 tetes,

kemudian dipanaskan, disaring, didinginkan ditambahkan 2 tetes

FeCl3 1 N, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hijau.

3.2.4.10 Reaksi Terhadap Steroid

Sebanyak 3 tetes etanol ditambahkan pada serbuk daun

karamunting, kemudian diamkan selama 15 menit dan disaring.

Setelah itu diambil filtratnya dan diuapkan sampai kering.

Suspensikan dengan air dan eter. Kemudian bagian eter

dipisahkan dan direaksikan dengan pereaksi Liebermann-

Burchard, akan terbentuk larutan berwarna merah.

Page 14: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Pemeriksaan Morfologi Karamunting

Tananaman karamunting termasuk dalam kelompok perdu, daun

tunggal, bangun elips memanjang sampai lonjong, duduk daun berhadapan

bersilang, permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun

membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga

majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan

mempunyai biji berukuran kecil.

Bentuk batang karamunting bulat dan permukaan batang beralur

dengan warna bercorak hijau kecoklatan. Arah tumbuh batang tegak lurus,

cara percabangan monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas

karena lebih besar dan lebih panjang. Sistem perakaran serabut, sehingga

tanaman karamunting termasuk tumbuhan monokotil. Hasil pemeriksaan

morfologi karamunting dapat dilihat pada lampiran 3.A.

4.2 Pemeriksaan Anatomi Karamunting

Hasil pemeriksaan anatomi karamunting yaitu pada batang yang

diiris melintang terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu halus. Batang

yang diiris membujur juga terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu halus.

Daun yang diiris melintang dapat dilihat epidermis, inti sel dan rambut

penutup. Keterangan yang sama juga dapat dilihat pada daun yang diiris

membujur. Bagian akar yang diiris melintang didapatkan epidermis,

Page 15: Laporan Farmakognosi - Karamunting

stomata dan jaringan meristem akar. Bagian akar yang dipotong melintang

didapatkan epidermis, stomata dan parenkim

4.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman

4.3.1 Uji Bau

Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji bau karamunting yaitu

pada batang dan akar tidak terdapat bau khas. Sedangkan pada daun

terdapat bau khas yang mirip seperti bau daun jambu biji.

4.3.2 Uji Rasa

Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji rasa karamunting yaitu

pada bagian akar, batang , dan daun semuanya mempunyai rasa yang sepat.

4.3.3 Uji Warna

Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji warna karamunting yaitu

pada akar dan batang keduanya mempunyai warna cokelat. Sedangkan pada

daun terdapat warna hijau.

4.4 Reaksi Identifikasi Kimia

Hasil pemeriksaan reaksi identifikasi kimia dapat dilihat pada

lampiran 3 C.

Page 16: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB V

PEMBAHASAN

Saat ini pemakaian obat tradisional berkembang dengan baik sebagai salah

satu alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan seiring dengan ke-

cenderungan masyarakat dunia untuk  kembali ke alam (back to nature). Tanaman

karamunting merupakan tanaman obat yang telah dipakai secara turun temurun

serta sudah  menjadi tradisi khas pada suku Banjar. Meskipun hanya didasarkan

pengalaman yang kemudian dipraktekkan secara turun temurun, sejarah telah

membuktikan bahwa pengobatan tradisional telah berperan dalam memelihara

kesehatan masyarakat, jauh sebelum manusia mengenal cara pengobatan modern

dan rasional. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan

secara tradisional tersebut ialah rendahnya efek samping yang ditimbulkan seperti

yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi.

Tanaman berkhasiat yang dijadikan sampel untuk penelitian oleh praktikan

adalah tanaman karamunting. Penelitian ini dikhususkan pada kandungan daun

karamunting yang menurut kebiasaan warga setempat berkhasiat sebagai obat

antidiare. Pengambilan tanaman ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat,

seperti parang. Tanaman ini tidak dapat langsung begitu saja dicabut dari

tempatnya tumbuh kecuali yang masih kecil dan tidak terlalu tinggi. Pengambilan

dengan bantuan alat dilakukan dengan mencongkel bagian akar dari tanaman ini.

Selain dengan menggunakan alat, pengambilannya juga bisa dilakukan dengan

menggunakan tangan, tapi bagian yang diambil hanya bagian daunnya saja.

Pemeriksaan farmakognostik ini dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu

pemeriksaan morfologi, anatomi, dan organoleptis tanaman, serta pemeriksaan

Page 17: Laporan Farmakognosi - Karamunting

reaksi identifikasi terhadap beberapa gugus kimia. Menurut hasil pemeriksaan

morfologinya, karamunting merupakan tanaman yang umum tumbuh liar pada

tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng gunung,

semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Daun karamunting

mempunyai susunan daun yang tidak lengkap karena pada daunnya hanya

memiliki tangkai daun dan helaian daun tidak memiliki pelepah daun. Daun

karamunting merupakan daun bertangkai dengan tangkai daun berbentuk silinder

dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Bangun daun

berbentuk jorong, ujung daun meruncing dan pangkal daun membulat.

Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau dan rasa secara

kasat mata pada tanaman. Batang karamunting berwarna coklat, memiliki rasa

pahit dan tidak berbau. Daun tanaman berwarna hijau yang memiliki seperti daun

jambu biji dan rasa pahit. Akar tanaman berwarna coklat, tidak berbau dan

rasanya pahit.

Pada pemeriksaan identifikasi kimia, dilakukan berbagai uji terhadap

serbuk daun karamunting yang terdiri dari uji lignin, uji pati dan aleuron, uji

lendir, uji katekol, uji polifenol, uji alkaloid, uji tanin, uji dioksiantrakinon, uji

saponin dan uji steroid. Dari hasil percobaan, terdapat uji yang hasilnya sesuai

dengan literatur yaitu uji katekol, uji tanin dan uji steroid. Maka dapat

disimpulkan bahwa pada daun karamunting terdapat senyawa katekol, tanin dan

steroid.

Page 18: Laporan Farmakognosi - Karamunting

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeriksaan sampel PKL ini

adalah :

1. Karamunting merupakan tanaman yang umum tumbuh di tempat liar

yang mendapat sinar matahari yang cukup. Daun karamunting termasuk

dalam kelompok perdu, daun tunggal, bangun elips memanjang sampai

lonjong, duduk daun berhadapan bersilang, permukaan daun berambut

bila diraba terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung

daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu

kemerahan, buahnya dapat dimakan mempunyai biji berukuran kecil.

2. Pemeriksaan anatomi karamunting, dapat diketahui bahwa bagian

batang yang diiris melintang terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu

halus yang terlihat pada mikroskop. Pemeriksaan anatomi daun telihat

adanya epidermis, inti sel dan rambut penutup. Bagian akar yang diiris

melintang didapatkan epidermis, stomata dan jaringan meristem akar.

Bagian akar yang dipotong membujur didapatkan epidermis, stomata

dan parenkim.

3. Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau dan rasa secara

kasat mata pada tanaman. Batang karamunting berwarna coklat,

memiliki rasa pahit dan tidak berbau. Daun tanaman berwarna hijau

yang memiliki seperti daun jambu biji dan rasa pahit. Akar tanaman

berwarna coklat, tidak berbau dan rasanya pahit.

Page 19: Laporan Farmakognosi - Karamunting

4. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada karamunting yaitu

katekol, tanin, dan steroid.

6.2 Saran

Sebaiknya alat dan bahan yang terdapat di laboratorium lebih

dilengkapi agar pemeriksaan yang dilakukan dapat dikerjaan secara lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Ditemukan. 2008. Karamunting. http://www.plantamor.comDiakses pada tanggal 2 Desember 2010.

Endarwati. 2005. Tanaman Indonesia. ECG. Jakarta.

Kartasapoetra. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.

Katno & S. Pramono. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. UGM, Yogyakarta.

Silvester. 2007. Karamunting. http://forescon.wordpress.com Diakses pada tanggal 30 November 2010.

Page 20: Laporan Farmakognosi - Karamunting

LAMPIRAN 1

Gambar Tanaman Karamunting

Page 21: Laporan Farmakognosi - Karamunting

LAMPIRAN 2

GAMBAR

2.A Gambar Irisan Akar Karamunting

- Irisan Melintang

Keterangan :

1. Epidermis

2. Stomata

3. Jaringan meristem

akar

- Irisan Membujur

Keterangan :

1. Epidermis

2. Stomata

3. Parenkim

2.B Gambar Irisan Batang Karamunting

- Irisan Melintang

Keterangan :

1. Epidermis

Page 22: Laporan Farmakognosi - Karamunting

2. Stomata

3. Bulu-bulu halus

- Irisan Membujur

Keterangan :

1 Epidermis

2 Stomata

3 Bulu-bulu halus

Batang pembuluh

2.C Gambar Irisan Daun Karamunting

- Irisan Melintang

Keterangan : Keterangan :

1. Epidermis

2. Inti sel

3. Rambut penutup

4.

- Irisan Membujur

Keterangan :

1. Epidermis

2. Inti sel

3. Rambut penutup

Page 23: Laporan Farmakognosi - Karamunting

LAMPIRAN 3

TABEL

3.A Tabel Hasil Pengamatan Morfologi Tumbuhan Karamunting

Bagian Keterangan

Daun Daun tanaman karamunting merupakan daun tunggal,

bangun elips memanjang sampai lonjong, duduk daun

berhadapan bersilang, permukaan daun berambut bila diraba

terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung

daun meruncing.

Batang Bentuk batang bulat dan permukaan batang beralur dengan

warna cokelat. Arah tumbuh batang condong ke atas.

Akar Sistem perakaran serabut

3.B Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Tumbuhan Karamunting

Bagian Tanaman

Warna Rasa Bau Karakteristik

Daun Hijau Pahit Bau khas TipisBatang Coklat Pahit Tidak berbau Agak KasarAkar Coklat Pahit Tidak berbau Serabut

3.C Tabel Hasil Identifikasi Tumbuhan Karamunting

No Uji Reaksi Hasil Kesimpulan Keterangan

1. Lignin Sampel + floroglusin + (-) Tidak

Page 24: Laporan Farmakognosi - Karamunting

HCl 2 tetes, mikroskop

→ dinding sel warna

merah

mengandung

lignin

Dinding sel

warna hijau

2. Pati dan

aleuron

Sampel + I2 1 N →

kuning kecoklatan

(aleuron), biru (pati)

(-)

Tidak

mengandung

aleuron

Warna hijau

kekuningan

3. LendirS + Methanol + Metilen

Blue → larutan merah(-)

Tidak terdapat

lendir

Larutan

berwarna biru

4. KatekolSampel + FeCl3 →

larutan hijau(+)

Terdapat

katekol Warna hijau

5. Polifenol

S + H2O Panaskan saring,

dinginkan + FeCl3 →

larutan hijau

(-)

Tidak

mengandung

polifenol

Warna kuning

6. Alkaloid

S + HCl 0,5 N + pereaksi

Mayer → endapan putih (-)

Tidak

mengandung

alkaloid

Tidak ada

endapan

7. Tanin

a. S + H2O Panaskan saring,

filtrat + HCl 0,5 N →

endapan

b. S + FeCl3 1 N → biru

kehitaman

c. S + H2SO4 → endapan

coklat kekuningan

(-)

(-)

(+)

Tidak

mengandung

tanin

Tidak

mengandung

tanin

Mengandung

tanin

Tidak ada

endapan

Hitam

Endapan

cokelat

kuning tipis

8.Dioksi-

antrakinonS + KOH 10 % → merah (-)

Tidak ada

Dioksiantraki-

non

Warna coklat

9. Saponin Sampel + H2O, kocok →

buih bertahan lama

(-)

Tidak

mengandung

saponin

Tidak timbul

busa setelah

dikocok

10. Steroid S + etanol, diamkan 5 (+) Mengandung

Page 25: Laporan Farmakognosi - Karamunting

menit, saring, filtrat

diuapkan kering, suspensi

dengan air dan eter,

pisahkan + Liebermann

Burchard → merah/putih

steroid

Warna merah