Top Banner
KASUS Ny. Rina, 29 tahun, sedang hamil, mendatangi poliklinik ketika anda sedang berjaga dengan keluhan demam yang sudah berlangsung selama 9 hari. Tujuh hari pertama, demamnya ringan, suhu tubuh naik seperti anak tangga selama malam hari. Demam juga disertai dengan malaise, anoreksia, mialgia, nyeri kepala bagian frontal dan nyeri perut. Dua hari setelahnya, demam tinggi berlanjut, terjadi sepanjang hari, dia terlihat gelisah, dan fotofobia, dan mukanya terlihat memerah. Kelelahan, anoreksia, dan nyeri perut meningkat menjadi lebih parah. Pada awal timbulnya demam Ny. Rina menderita diare Pea Soup, tetapi selama empat hari terakhir dia menderita konstipasi, diuresis normal. Tidak ada batuk, kejang, maupun dispnue yang terjadi. Dia berasal dari sosial-ekonomi yang rendah, keluarganya berbagi sumber air dan tempat pembuangan dengan 3 keluarga lainnya. Rani sering membeli makanan di pasar tradisional yang terletak di dekat rumahnya, dan tidak higienis. Sebelum dia 1
37

laporan farmako

Oct 23, 2015

Download

Documents

laporaaaaaaaaaan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan farmako

KASUS

Ny. Rina, 29 tahun, sedang hamil, mendatangi poliklinik ketika anda sedang

berjaga dengan keluhan demam yang sudah berlangsung selama 9 hari.

Tujuh hari pertama, demamnya ringan, suhu tubuh naik seperti anak tangga

selama malam hari. Demam juga disertai dengan malaise, anoreksia,

mialgia, nyeri kepala bagian frontal dan nyeri perut. Dua hari setelahnya,

demam tinggi berlanjut, terjadi sepanjang hari, dia terlihat gelisah, dan

fotofobia, dan mukanya terlihat memerah. Kelelahan, anoreksia, dan nyeri

perut meningkat menjadi lebih parah. Pada awal timbulnya demam Ny. Rina

menderita diare Pea Soup, tetapi selama empat hari terakhir dia menderita

konstipasi, diuresis normal. Tidak ada batuk, kejang, maupun dispnue yang

terjadi. Dia berasal dari sosial-ekonomi yang rendah, keluarganya berbagi

sumber air dan tempat pembuangan dengan 3 keluarga lainnya. Rani sering

membeli makanan di pasar tradisional yang terletak di dekat rumahnya, dan

tidak higienis. Sebelum dia sakit, dia tidak pernah kehilangan nafsu makan,

kehilangan berat badan, batuk kronik, pengalaman mendapatkan demam

yang tidak terjelaskan penyebabnya, maupun kontak langsung dengan

pasien penderita TB paru.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan sebuah penyakit akut, letargi, demam

tinggi (39,6°C), bradikardia relative (HR 100/min), RR 36/min, tidak ada

lidah tifoid, tidak ada pembesaran nodus limfatikus pada bagian leher,

jantung dan paru-paru tidak ada kelainan, distensi abdomen dan lembek,

hepatosplenomegali, dan bercak makolopapular yang tersebar (rose spot)

yang ditemukan pada daerah dada bawah dan perut bagian atas. Hitung

1

Page 2: laporan farmako

darah lengkap menunjukkan Hb 12,4 g/dl dan leucopenia (hitung leukosit

3600/mm3) dan tidak ditemukan eosinofil pada hitung diferensiasi.

2

Page 3: laporan farmako

AMPICILIN

Obat ( Antimikroba)

Farmakodinamik Absorpsi :Peroral, diabsorpsi

secara tidak lengkap.

Distribusi : keseluruh tubuh

baik.semua penisilin melewati

plasenta,tetapi tidak satupun

menimbulkan efek teratogenik

Metabolisme: Metabolisme obat pada

tubuh penjamu biasanya tidak

bermakna,tetapi beberapa penisilin G

seperti ditunjukan terjadi pada

penderita gagal fungsi ginjal.

Ekskresi : Jalan utama eskresi

melalui sistem eskresi asam organik

(tubulus) di ginjal,sama seperti filtrasi

glomerulus.

3

Page 4: laporan farmako

Mekanisme kerja obat Penisilin mempengaruhi langkah akhir

sintesis dinding sel

bakteri(transpeptidase atau ikatan

silang) ; sehingga membran kurang

stabil secara osmotik lisis sel dapat

terjadi.

Spektrum Broad spectrum.

Aktivitas Bakteriosidal.

Indikasi - Pnemonia Pnemokokal (Gram

positif coccus),

- Listeriosis (gram postif

basilus),

- Gonorrhea(gram negative

coccus),

- sifilis (gram negative basilus)

Indikasi lainnya meningitis yang mengalami inflamasi.

Efek samping - Hipersensitivitas

- Diare

- nefritis

- gangguan fungsi ginjal

- Gangguan pembekuan darah

- Toksisitas kation

Kontraindikasi terhadap bakteri yang kurang

mengandung peptidoglikan

Peringatan -

4

Page 5: laporan farmako

Regimen dosis Dewasa: 250-500 mg/hari

Frekuensi pemberian 4 kali sehari

Rute pemberian obat Peroral

Durasi terapi 10-14 hari

5

Page 6: laporan farmako

CEFTRIAXON

Obat ( Antimikroba)

Farmakodinamik Absorpsi :diberikan secara IV

( absorpsi

. peroral buruk)

Distribusi :terdistribusi ke semua

cairan

. tubuh, termasuk LCS.

Metabolisme: hati

Ekskresi : kantung empedu.

Mekanisme kerja obat Menghambat pembentukan dinding

sel.

Spektrum Luas, dapat digunakan untuk bakteri

gram positif, tetapi lebih efektif untuk

bakteri gram negatif.

Aktivitas Bakterisidal

Indikasi Infeksi saluran nafas bawah, saluran

kemih, tulang, dan sendi. Meningitis,

6

Page 7: laporan farmako

septicemia, GO tanpa komplikasi ,

infeksi ginekologi, SSP,

intraabdominal.

Indikasi lainnya Profilaksis pra operasi.

Efek samping - Gangguan GI (diare persisten

dan berat, mual, muntah,

stomatitis, glositis).

- Reaksi hipersensitivitas.

- Superinfeksi.

- Leukopenia sementara.

- Eosinofilia, trombositopenia,

dan neutropenia.

- Flebitis

- Peningkatan sementara

SGOT/SGPT, BUN.

Kontraindikasi - Hipersensitivitas terhadap

sefalosforin.

Peringatan - Hipersensitivitas terhadap

penisilin.

- Hamil dan laktasi.

- Gangguan GI (kolitis)

- Defisiensi vitamin K

- Kerusakan ginjal dan hati

Regimen dosis Dewasa dan anak >12 tahun : 1-2

gr/hari, maksimal 4 gr/hari.

7

Page 8: laporan farmako

Bayi dan anak <12 tahun: 50-75

mg/kgBB, maksimal 4 gr/hari.

Profilaksis praoperasi : 1 gram dosis

tunggal (1/2-1 jam sebelum operasi).

Meningitis : 100 mg/kgBB/hari,

maksimal 4 gr/hari.

Frekuensi pemberian 1- 2 kali sehari.

Rute pemberian obat Intravena

Durasi terapi 5-7 hari

CIPROFLOXACIN

8

Page 9: laporan farmako

Obat ( Antimikroba)

Farmakodinamik Absorpsi : baik secara peroral.

Mg/Al/antasida/sulcrafate/Fe/Zn akan

menghambat absorpsi obat.

Distribusi : keseluruh tubuh (cairan

sendi, paru, jaringan lunak lain) tetapi

tidak melintasi LCS.

Metabolisme: oleh hati (CYP-450)

Ekskresi : Ginjal

Mekanisme kerja obat Menghambat pembukaan rantai ganda

DNA dengan cara menghambat aksi

enzim topoisomerase II ( sebuah DNA

girase).

Spektrum Luas, dapat digunakan untuk bakteri

gram positif maupun bakteri gram

negatif.

Aktivitas Bakterisidal.

Indikasi - ISK, termasuk protatitis,

9

Page 10: laporan farmako

servisitis GO,

- Infeksi saluran cerna,

- Infeksi saluran nafas kecuali

pneumonia yang disebabkan

oleh Streptokokus,

- Infeksi kulit dan jaringan lunak

- Infeksi sendi dan tulang.

Indikasi lainnya Infeksi yang resisten terhadap

antibiotika lain.

Efek samping - Reaksi hipersensitivitas,

- Sakit kepala, gelisah, pusing.

- Gangguan gastrointestinal,

- Gangguan SSP (tremor,

konvulsi, halusinasi, somnolen,

dan depresi) ,

- Peningkatan sementara enzim

hati.

Kontraindikasi - Hipersensitivitas terhadap

siprofloksasin dan kuinolon lain,

- Hamil dan laktasi,

- Anak dan remaja yang sedang

masa pertumbuhan.

Peringatan - Epilepsi,

- Riwayat gangguan SSP,

- Defisiensi G6PD,

10

Page 11: laporan farmako

- Gangguan fungsi ginjal,

- Dapat mengganggu kemampuan

mengemudi atau menjalankan

mesin.

- Pemamaparan berlebihan

terhadap sinar matahari.

- Hamil dan laktasi.

Regimen dosis Dewasa : 250-750 mg/hari

Kontaindikasi untuk anak dan remaja.

Frekuensi pemberian 2 kali sehari.

Rute pemberian obat Peroral (Tablet/kapsul)

Durasi terapi 7 hari.

COTRIMOXAZOL

11

Page 12: laporan farmako

Obat ( Antimikroba)

Farmakodinamik Absorpsi : baik secara peroral,

bisa diberikan secara intravena bila

pemberian secara peroral tidak

memungkinkan. Suppusitoria

diberikan pada penyakit Crohn.

Distribusi : keseluruh cairan tubuh,

termasuk kedalam LCS (melewati

sawar darah otak dengan lama)/

Metabolisme: mengalami

metabolisme dihati.

Ekskresi : ginjal, melalui filtrasi

glomerulus.

Mekanisme kerja obat Menghambat metabolism bakteri

dengan cara menghambat

penggabungan GABA dalam asam

folat (sulfametoksazol) dan mencegah

reduksi dehidrofolat menjadi

12

Page 13: laporan farmako

tetrahidrofolat (trimetoprim)

Spektrum Luas, efektif untuk basil gram negatif,

batang gram negatif, dan protozoa.

Aktivitas Bakteriosidal

Indikasi - Infeksi saluran kemih dan

kelamin yang disebabkan oleh

E. coli. Klebsiella sp,

Enterobacter sp, Morganella

morganii, Proteus mirabilis,

Proteus vulgaris.

- Otitis media akut yang

disebabkan Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus

influenzae.

Indikasi lainnya - Infeksi saluran pernafasan

bagian atas

dan bronchitis kronis yang

disebabkan Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus

influenzae.

- Enteritis yang disebabkan

Shigella flexneri, Shigella

sonnei.

- Pneumonia yang disebabkan

Pneumocystis carinii.

13

Page 14: laporan farmako

- Diare  yang disebabkan oleh E.

coli.

Efek samping Mual, diare; sakit kepala;

hiperkalemia; ruam (sangat jarang

termasuk sindrom steven Johnson,

nekrolisis epidermal toksik,

fotosensitif)-hentikan pengobatan

segera; lebih jarang : muntah; sangat

jarang : glositis, stomatitis, anorexia,

kerusakan hati (termasuk jaundis dan

nekrosis hepar), pancreatitis, colitis

berhubungan dengan antibiotik,

miokarditis, batuk dan sesak napas,

infiltrate paru, meningitis aseptic,

depresi, kejang, neuropathy perifer,

ataxia, tinnitus, vertigo, halusinasi,

hipoglikemia, gangguan darah

( termasuk leukopeni, trombositopenia,

anemia megaloblastik, eosinofilia),

hiponatremia, gangguan ginjal

termasuk nefritis interstitialis,

artralgia, mialgia, vaskulitis dan lupus

eritematosus sistemik (SLE).

Kontraindikasi - Hipersensitifitas kepada

sulfonamide atau trimetoprim

14

Page 15: laporan farmako

- Porfiria

- Hamil dan laktasi

- Bayi kurang dari 2 bulan.

Peringatan - Defisiensi G6PD

- Gizi buruk

- Usia lanjut

- Gangguan fungsi ginjal

- Defisiensi asam folat.

Regimen dosis 6 minggu – 6 bulan: 120

mg/kgBB/hari.

6 bulan – 6 tahun: 240 mg/kgBB/hari

6 – 12 tahun: 480 mg/kgBB/hari

Dewasa dan anak diatas 12 tahun:

960 mg/kgBB/hari.

Frekuensi pemberian 2 kali sehari.

Rute pemberian obat Peroral

Durasi terapi 10-14 hari

CHLORAMFENICOL

15

Page 16: laporan farmako

Obat ( Antimikroba)

Farmakodinamik Absorpsi : peroral (cepat dan

sempurna). IV diberikan bila tidak bisa

di absorpsi secara peroral, misal pada

perdarahan saluran cerna.

Distribusi : terdistribusi ke semua

cairan tubuh, termasuk LCS.

Metabolisme: hati

Ekskresi : Ginjal

Mekanisme kerja obat Menghambat sintesis protein dengan

cara menghambat enzim peptidil

transferase pada ribosom di subunit

50s.

Spektrum Luas (bakteri gram positif dan gram

negatif, nonbakteri seperti Rickettsia)

Aktivitas Bakteriostatik

Indikasi Infeksi akut karena S.typhii dan

16

Page 17: laporan farmako

S.paratyphii

Indikasi lainnya Infeksi serius karena golongan

Salmonella lainnya, H.Influenza,

Rickettsiae, golongan

Lymphogranuloma psittacosis,

berbagai bakteri gram negatif

penyebab bakteriemia, meningitis, dan

infeksi serius gram negative lainnya.

Efek samping - Depresi sumsum tulang

- Grey baby syndrome

- Anemia aplastik

- Gangguan GI

- Neuritis optik dan perifer

Kontraindikasi - Hipersensitivitas

- Hamil trimester 3

- Anemia

- Laktasi

Peringatan - Terapi jangka panjang

- Bayi

- Defisiensi G6PD

- Gangguan fungsi hati dan

ginjal

- Harus dilakukan pemeriksaan

darah

Regimen dosis Dewasa : 250-500 mg tiap 6 jam

17

Page 18: laporan farmako

Anak dan bayi > 2 minggu: 50

mg/kgBB/hari

Bayi <2 minggu : 25 mg/kgBB/hari

Frekuensi pemberian 4 kali sehari.

Rute pemberian obat Oral, bisa juga secara perenteral.

Durasi terapi 10-14 hari

HASIL DISKUSI

18

Page 19: laporan farmako

Perbandingan obat-obat antimikroba pada pengobatan demam tifoid:

1. Efikasi

Drugs (AM) Raw Score Score

1. Ampicilin 3 90

2. Ceftriaxon 1 30

3. Ciprofloxacin 4 120

4. Cotrimoxazole 2 60

5. chlorampenicol 5 150

2. Keamanan

Drugs (AM) Raw Score Score

1. Ampicilin 5 150

2. Ceftriaxon 4 120

3. Ciprofloxacin 2 60

4. Cotrimoxazole 3 90

5. chlorampenicol 1 30

3. Kecocokan

Drugs (AM) Raw Score Score

1. Ampicilin 5 150

19

Page 20: laporan farmako

2. Ceftriaxon 4 120

3. Ciprofloxacin 1 30

4. Cotrimoxazole 3 90

5. chlorampenicol 2 60

4. Harga

Drugs (AM) Raw Score Score

1. Ampicilin 5 50

2. Ceftriaxon 1 10

3. Ciprofloxacin 2 20

4. Cotrimoxazole 4 40

5. chlorampenicol 3 30

5. Skor total

Drugs (AM) Raw Score Score

1. Ampicilin 18 440

2. Ceftriaxon 10 280

3. Ciprofloxacin 9 230

4. Cotrimoxazole 13 280

5. chlorampenicol 11 270

20

Page 21: laporan farmako

PEMBAHASAN

Efikasi

Pada bagian efikasi obat, kelompok 10 memilih kloramfenikol sebagai lini

pertama pengobatan demam tifoid, selanjutnya diikuti dengan ciprofloxacin,

ampicilin, cotrimoxazol, dan yang terakhir adalah ceftriaxone.

Kloramfenikol memiliki kerja menghambat dinding sintesis protein bakteri

dan bersifat bakteriostatik, sehingga obat ini tidak akan mematikan flora

normal di usus manusia. Keampuhan kloramfenikol pada pengobatan

demam tifoid telah diakui berdasarkan efektifitasnya

terhadap Salmonella typhii.

Obat selanjutnya adalah ciprofloxacin yang merupakan salah satu jenis dari

fluorokuinolon. Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum,

efektif terhadap organism-organisme gram negatif seperti

enterobacteriaceae, pseudomonas, dll. Ciprofloxacin adalah obat

fluorokuinolon yang paling poten. Ciprofloxacin sangat poten mengobati

infeksi pathogen enteric seperti Salmonella.

Obat selanjutnya adalah ampisilin. Ampisilin memiliki spectrum antibakteri

yang luas (kokus gram postif dan negatif, basil gram positif dan negatif, dan

spirokaeta), tetapi obat ini lebih efektif terhadap bakteri basil gram negatif.

Ampisilin menurunkan demam sedikit lebih lama bila dibandingkan dengan

penggunaan kloramfenikol.

21

Page 22: laporan farmako

Lalu obat yang keempat adalah cotrimoxazol. Obat ini merupakan

kombinasi dari sulfamektosazol dan trimetoprim. Cotrimoxazol memiliki

kerja yang efektif terhadap infeksi gastrointestinal yaitu berguna pada

pengobatan salmonella non-tifoid dan efektif untuk carrier Salmonella typhi.

Obat terakhir adalah Ceftriaxon. Ceftriaxon merupakan sephalosphorin

golongan ke 3. Awalnya sephalosporin lebih efektif terhadap infeksi bakteri

gram positif, Namun, semakin tinggi golongan sephalosporin, maka

kemampuannya dalam melawan bakteri gram negatif, khususnya dalam

bentuk basil pun meningkat.

Keamanan

Kelompok kami memilih ampicilin sebagai obat yang paling aman karena

efek samping yang ditimbulkannya tidak seberat ke empat obat lainnya.

Efek samping dari ampicilin adalah Hipersensitivitas ,diare, nefritis,

gangguan fungsi ginjal, pembekuan darah, toksisitas kation. Namun efek

samping yang terakhir sangat jarang terjadi. Ampicilin juga aman diberikan

untuk ibu hamil dan selama laktasi.

Ciprofloxacin, cotrimoxazol, ceftriaxone memiliki efek samping yang cukup

banyak mulai dari yang ringan berupa mual dan muntah hingga yang berat

berupa gangguan ginjal (nefritis) dan gangguan fungsi hati. Ciprofloxacin

juga memepunyai efek samping ke sistem syaraf pusat dengan manifestasi

klinis mulai dari tremor, kejang, depresi, hingga gangguan kesadaran.

22

Page 23: laporan farmako

Chlorampenicol memiliki tingkat keamanan yang paling rendah karena efek

samping yang ditimbulkannya sangat besar, yaitu grey baby syndrome (pada

bayi), anemia aplastik, hingga yang terberat adalah depresi sumsum tulang.

Kecocokan terhadap kasus

Kasus: hamil, berumur 29 tahun, dari sosial ekonomi yang rendah, dan tidak

dirawat di rumah sakit.

Obat pilihan kelompok kami yang paling cocok dengan kasus adalah

ampicilin. Ampicilin adalah obat yang dapat dengan aman digunakan oleh

ibu hamil ( kategori US FDA : B), harganya termasuk murah, dan ada

sediaan obat peroral.

Obat pilihan kedua adalah ceftriaxon. Obat ini boleh diberikan kepada ibu

hamil ( kategori US FDA : B). Walaupun obat ini bisa diberikan kepada ibu

hamil, jika mempertimbangkan keadaan pada kasus obat ini kurang

direkomendasikan karena hanya ada sediaan parenteral (pasien dirawat di

rumah, bukan di rumah sakit).

Ciprofloxacin, cotrimoxazol, dan chloramphenicol walaupun memiliki

harga yang tidak terlalu mahal dan ada sediaan peroral , namun tidak

dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil ( kategori US FDA: C).

chlorampenicol mempunyai efek teratogenik.

Harga

23

Page 24: laporan farmako

Kelompok kami memilih ampisilin yang memiliki harga pengobatan paling

murah.

AmpicilIn memiliki harga perbutir kurang lebih Rp. 75, diberikan 4 kali

sehari selama 14 hari = Rp. 4200,-

Kemudian ,cotrimoxazol dengan harga perbutir adalah Rp. 1650, diberikan

2 kali sehari selama 14 hari = Rp. 46.200,-

Chloramphenicol dengan harga perbutir adalah Rp. 1050, diberikan 4 kali

sehari, selama 14 hari = Rp. 58.800,-

Ciprofloxacin dengan harga perbutir adalah Rp. 9.000, diberikan 2 kali

sehari, selama 7 hari = Rp. 126.000,-

Ceftriaxon dengan harga 1 vial adalah Rp. 130.000, diberikan 1 kali sehari,

selama 5 hari = Rp. 650.000,-

24

Page 25: laporan farmako

KESIMPULAN

Dari praktikum mengenai antimikroba yang tepat untuk pengobatan demam

tifoid pada kasus, kami kelompok sepuluh sepakat memilih Ampicilin

sebagai obat yang paling tepat diberikan kepada Ny. Rina.

Ampicilin merupakan obat broad spectrum, namun efektif untuk basil gram

negatif. Menurut FDA, ampicilin aman diberikan selama kehamilan dan

laktasi. Selain itu ampicilin memiliki sediaan peroral sehingga cocok untuk

penderita yang tidak rawat inap. Ampicilin juga mempunyai harga yang

relatif murah sehingga cocok untuk Ny. Rina yang berasal dari kalangan

sosio-ekonomi yang rendah.

25

Page 26: laporan farmako

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mims.com/Indonesia/drug/search/

Mycek Mary J, 2000, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya

Medika:Jakarta.

Soedarmo, Poorwo, S, dkk,. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.

Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI.

Jakarta, 2006.

Tjay Tan Hoan, 2002, Obat – Obat Penting, PT.Elex Media Komputindo :

Jakarta.

26