A. TUJUANSetelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan
mamp, untuk :1. Menghitung jumlah emulgato surfaktan yang digunakan
untuk membuat emulsi2. Membuat emulsi yang stabil dengan
menggunakan emulgator golongan surfaktan3. Mengevaluasi ketidak
stabilan suatu emulsi.B. Prinsip PercobaanEmulsi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat
membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bercampur. Jika cairan kontak dengan
cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur,kekuatan
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil disebut tegangan antar muka.
Menurut teori tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaan
surfaktan sebagai pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan
penurunan tegangan antar muka dari kedua cairan yang tidak saling
bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut ,
dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul. Untuk mengetahui
proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat
proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda,
yaitu:
1. Teori tegangan permukaanSuatu molekul memiliki tegangan yang
berbeda. Tegangan yang terjadi pada permukaan disebut tegangan
permukaan. Dan tegangan yang terjadi antara dua zat yang tidak
bercampur disebut tegangan bidang atas. Semakin tinggi tegangan
yang dimiliki, semakin sulit untuk bercampur. Tegangan yang terjadi
pada air dapat bertambah bila diberi garam-garam an-organik dan
larutan-larutan elektrolit. Namun, tegangan ini dapat dikurangi
bila ditambahkan senyawa-senyawa an-organik tertentu, seperti sabun
(sapo, prosesnya disebut saponifikasi). Penambahan emulgator, dapat
menghilangkan tegangan yang terjadi pada masing-masing molekul,
sehingga dua zat yang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.2.
Teori Oriented WedgeDalam suatu sistem yang mengandung dua cairan
yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut
dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut
dibandingkan dengan fase lainnya. Karena umumnya, emulgator
memiliki suatu bagian hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak
suka air, tapi biasanya lipofilik atau suka minyak) molekul-molekul
tersebut akan mengarahkan dirinya ke masing-masing fase. Dengan
demikian emulgator seolah menjadi tali pengikat antar molekul,
sehingga terjadi suatu kesetimbangan.3. Teori Interparsial
FilmEmulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel
dispersi. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, maka usaha antara
partikel yang sejenis untuk bergabung terhalang. Dengan kata lain
fase dispers stabil. Syarat emulgator: Dapat membentuk lapisan film
kuat tapi lunak, jumlahnya cukup untuk menutup permukaan fase
dispers, dapat membentuk lapisan film dengan cepat, menutup
permukaan partikel dengan segera.4. Teori Electric double Layer
(Lapisan Listrik Rangkap)Jika minyak terdispersi dalam air, satu
lapis air yang langsung berhubungan dengan minyak akan bermuatan
sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari
partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu
molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap
partikel minyak mempunyai susunan yang sama . Dengan demikian
antara sesama partikel akan tolak menolak.Biasanya dalam suatu
sistem emuls tertentu lebih dari satu teori emulsifiaksi diterapkan
dan berperan dalam menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi
tersebut. Misalnya, tegangan antar muka berperan dalam pembentukan
awal emulsi, tetapi pembentukan suatu baji pelindung dari
molekul-molekul atau film dari zat pengemulsi penting untuk
stabilitas emulsi selanjutnya.I. Klasifikasi Tipe EmulsiSuatu
emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi
dengan adanya zat pengemulsi maka salah satu fase tersebut
terdispersi dalam fase lainnya. Pada umumnya dikenal dua tipe
emulsi yaitu :1. Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)Emulsi
ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar
air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak.
Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak,
akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.1. Tipe M/A
(Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)Merupakan suatu jenis emulsi yang
fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk
butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi
tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga
emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci. Dalam formula pembuatan pembuatan emulsi terdapat zat
berkhasiat , terdapat juga dua zat yang tidak bercampur yang
mempunyai fase minyak dalam air atau air dalam minyak, biasanya
yang stabilitasnya dipertahankan dengan emulgator atau zat
pengelmusi. Zat pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang
ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi dalam
fase kontinu sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi
(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan
antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi
tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya
diperlukan 5% 20% dari berat fase minyak. Dalam pemilihan emulgator
harus memenuhi beberapa syarat yaitu :1. Emulgator harus dapat
campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.1. Emulgator
tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari
obat.1. Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak
toksik.1. Mempunyai bau, warna, dan rasa yang lemah.
Emulgator dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut asalnya,
yaitu :1. Emulgator Alam1. Dari tumbuhan : Gom arab, Tragacant,
Agar-agar, Chondrus, pektin, metilselulose1. Dari hewan : Kuning
telur, adeps lanae.1. Dari tanah mineral : Magnesium aluminium
silikat, Bentonit.1. Emulgator sintetis1. Anionik misalnya
Trietanolamin, Natrium Lauril Sulfat.1. Kationik misalnya
Benzetonium Klorida, Setil Piridivium1. Nonionik misalnya Span,
Tween, Gliseril Monostearat
II. Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)Cara ini dilakukan
apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang
memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu
dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian
dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai
dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang
cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh
suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi akan berbentuk tipe
M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 12 dan emulsi tipe A/M bila
nilai HLB emulgator diantara 3 6. Metode yang dapat digunakan untuk
menilai efisiensi surfaktan atau emulgator yang ditambahkan adalah
metode HLB (Hydrophylic Lypophilic Balance). HLB adalah harga yang
harus dimiliki oleh emulgator (atau campuran emulgator) sehingga
pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan emulsi
dengan tingkat dispersitas atau stabilitas yang optimal. Dengan
metode ini, tiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang
menunjukkan polaritas dari zat tersebut. Aktivitas Harga HLB,
yaitu: Nilai HLBTipe system
3 6A/M emulgator
7 9Zat pembasah (wetting agent)
8 18M /A emulgator
13 15Zat pembersih (detergent)
15 18Zat penambah pelarutan (solubilizer)
Griffin telah mengemukakan suatu skala ukuran HLB atau
surfaktan. Dari skala daerah efisiensi HLB optimum untuk tiap
golongan surfaktan, makin tinggi harga HLB surfaktan maka zat itu
akan bersifat polar dan hidrofil. Sedangkan semakin rendah nilai
HLB maka semakin lipofil. Baris nilai HLB 1,8-8,6 span dianggap
lipofil dan membentuk emulsi tipe a/m. sedangkan twee nada dalam
baris nilai 9,6-16.7 dianggap hidrofil dan membentuk emulsi m/a.
III. Stabilitas emulsiStabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat
emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase
terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Faktor
yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :1. Pengaruh
viskositasUkuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan
peranannya dalam menentukan viskositas emulsi. Umumnya emulsi
dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas yang makin
besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar.
Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan
viskositas yang kurang / kecil. Untuk mendapatkan suatu emulsi yang
stabil atau untuk menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat dengan
cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan viskositasnya dari
fase luar. Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan
menghalangi pemisahan emulsi.1. Pemakaian alat khusus dalam
mencampur emulsiDalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan
mortir secara manual dan dengan menggunakan alat pengaduk yang
menggunakan tenaga listrik seperti mikser.Untuk membuat emulsi yang
lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan
menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat
mempercepat distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan
peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.
1. Perbandingan optimum fase internal dengan fase
kontinuitasSuatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase
dalam dan fase luar yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena
adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya
perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang
digunakan. Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase
dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang
digunakan.
IV. Ketidak Stabilan Emulsi1. Creaming : emulsi terpisah menjadi
2 bagian, di mana salah satu mengandung fase dispersi lebih banyak
daripada lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan penggojokan
perlahan-lahan akan terdispersi kembali karena lapisan film masih
ada. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi
yang paling pekat akan berada di atas atau di bawah tergantung dari
bobot jenis fase yang terdispersi. 2. Cracking / Breaking :
pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butir
minyak menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi
karena :a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH,
penambahan CaO/CaCl2 exicatus.b. Peristiwa fisika : pemanasan,
penyaringan, pendinginan, pengadukan.
3. Inversi : perubahan tipe emulsi A/M menjadi M/A atau
sebaliknya.
V. Uraian Bahan 1. Span 80 (4:567)Nama resmi: Sorbitan monooleat
Nama lain: Sorbitan atau span 80RM: C3O6H27Cl17Pemerian: Larutan
berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam
lemak.Kelarutan: Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air
dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit larut dalam minyak biji
kapas.Kegunaan: Sebagai emulgator dalam fase minyakPenyimpanan:
Dalam wadah tertutup rapatHLB Butuh: 4,31. Tween 80 (4: 509)Nama
resmi: Polysorbatum 80Nama lain: Polisorbat 80, tweenPemerian:
Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai
rasa.Kelarutan: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam
etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair
P dan dalam biji kapas Kegunaan: Sebagai emulgator fase
airPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatHLB Butuh : 151. Air
suling (4:96)Nama resmi: Aqua destilataNama lain : Air sulingRM/BM:
H2O / 18,02Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa Penyimpanan: Dalam wadah tertutup
baikKegunaan: Sebagai fase air1. Paraffin CairWarna: Tidak
berwarna/transparanRasa : Tidak mempunyai rasaBau : Tidak
berbauPemerian: Cairan kental, transparan, tidak
berflouresensiKelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95%) p, larut dalam kloroform dan dalam eter Titik lebur:
500 sampai 570 CBobot jenis: 0,870 g 0,890 gStabilitas: Mudah
terurai dengan adanya cahaya dan udara dari luar. Disimpan pada
temperature kering dan dalam suhu dingin, kohesif.Inkompatibilitas:
Ketidakcampuran terurai dengan zat pengoksidasi kuat,
dermatological medicament. (sumber: FI III hal:475)C. Alat dan
Bahan1. Alat21
2. Timbangan3. Mortir4. Lumpang 5. Batang pengaduk6. Penangas7.
Termometer8. Corong9. Gelas kumia 250 ml10. Cawan porselin
1. Bahana. Tween 80b. Span 80c. Parafin caird. Aquades
D. Prosedur Kerja0. Buat suatu seri emulsi dengan HLB yaitu
14.0. Hitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk
masing-masing harga HLB butuh.
0. Tween 80 dan Span 80 ditimbang dalam cawan porselin sesuai
perhitungan untuk membuat emulsi dengan HLB butuh.
4.+ Air+ Tween 80+ Parafin cair+ Span 80
Masukkan paraffin dan span ke dalam cawan porselin I, dan tween
air dalam cawan porselin II. 5. Panaskan fase air dan fase minyak
sampai suhu 700c
6. Masukan fase air ke dalam mortar, dan tambahkan fase minyak
sedikit demi sedikit sambil di gerus kencang.
7. + masukan emulsi+ add aquades hangat 100ml
8. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi, lalu Amati
kestabilannya selama 5 hari
9. Catat pada harga HLB berapa emulsi relative paling stabil.E.
Data Hasil PengamatanNoHLBVu Hari ke-F
12345
1.573,873,873,873,873,80,997
2.674,874,874,874,874,80,997
3.774,874,874,874,874,80,997
4.834343434340,573
5.950505050500,667
6.1035353535350,467
7.1127272727270,360
8.1227272727270,365
9.1322,522,522,522,522,50,300
10.1434343434340,667
Perhitungan1. Perhitungan HLBFormula :2. HLB 5Tween 80: 155 -
4,3 = 0,7: 5Span 80 : 4.315 5 = 10 +:10,7Tween 80 : 6,5% x 5 =
0,325 gramSpan 80 : 93,5% x 5 = 4,675 gram2. HLB 6Tween 80: 156 -
4,3 = 1,7: 6Span 80 : 4.315 6 = 9 +:10,7Tween 80 : 15,9% x 5 = 0,8
gramSpan 80 : 84,1% x 5 = 4,2 gram2. HLB 7Tween 80: 157 - 4,3 =
2,7: 7Span 80 : 4.315 7 = 8 +:10,7Tween 80 : 25,2% x 5 = 1,26
gramSpan 80 : 74,8% x 5 = 3,74 gram2. HLB 8Tween 80: 158 - 4,3 =
3,7: 8Span 80 : 4.315 8 = 7 +:10,7Tween 80 : 34,6% x 5 = 1,73
gramSpan 80 : 65,4% x 5 = 3,27 gram
2. HLB 9Tween 80: 159 - 4,3 = 4,7: 9Span 80 : 4.315 9 = 6 +
:10,7Tween 80 : 43,9% x 5 = 2,2 gramSpan 80 : 56,1% x 5 = 2,8
gram2. HLB 10Tween 80: 1510 - 4,3 = 5,7: 10Span 80 : 4.315 10 = 5
+:10,7Tween 80 : 53,3% x 5 = 2,7 gramSpan 80 : 46,7% x 5 = 2,3
gram
2. HLB 11Tween 80: 1511 - 4,3 = 6,7: 11Span 80 : 4.315 11 = 4 +
:10,7Tween 80 : 62,6% x 5 = 3,13 gramSpan 80 : 37,4% x 5 = 1,87
gram2. HLB 12Tween 80: 1512 - 4,3 = 7,7: 12Span 80 : 4.315 12 = 3
+:10,7Tween 80 : 72% x 5 = 3,6 gramSpan 80 : 28% x 5 = 1,4 gram
2. HLB 13Tween 80: 1513 - 4,3 = 8,7: 13Span 80 : 4.315 13 = 2
+:10,7Tween 80 : 81,3% x 5 = 4,1 gramSpan 80 : 18,7% x 5 = 0,9
gram2. HLB 14Tween 80: 1514 - 4,3 = 9,7: 14Span 80 : 4.315 14 = 1 +
:10,7Tween 80 : 90,7% x 5 = 4,5 gramSpan 80 : 9,3% x 5 = 0,5
gram
2. Perhitungan Sedimentasi 3. 1. Kelompok I HLB 5F : 0,9972.
Kelompok II HLB 6F : 0,9973. Kelompok III HLB 7F : 0,9974. Kelompok
IV HLB 8F : 0,5735. Kelompok V HLB 9F : 0,6676. Kelompok VI HLB 10F
: 0,4677. Kelompok VII HLB 11F : 0,3608. Kelompok VIII HLB 12F :
0,3659. Kelompok IX HLB 13F : 0,30010. Kelompok X HLB 14F :
F. PembahasanPraktikum kali ini membuat suatu sistem emulsi,
tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung jumlah emulgator
surfaktan yang digunakan untuk membuat emulsi, membuat emulsi yang
stabil dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan serta dapat
mengevaluasi ketidak stabilan suatu emulsi. Pada pembuatan emulsi
tentulah dibutuhkan suatu surfaktan agar emulsi bersifat stabil,
Dalam hal ini, surfaktan yang digunakan untuk mengemulsikan minyak
sehingga membentuk emulsi yang stabil adalah span 80 dan tween 80.
Kombinasi penggunaan tween 80 dan span 80 akan menstabilkan emulsi
dan menghasilkan HLB yang dibutuhkan.Adapun prosedur yang dilakukan
adalah, pertama seluruh bahan yang digunakan ditimbang terlebih
dahulu. Selanjutnya paraffin dan span 80 (fase minyak) di campurkan
dipanaskan dipenangas air, air dan tween 80 (fase air) juga di
campurkan dan di lakukan pemanasan dipenangas air sampai mencapai
suhu 70oC. Campuran fase minyak dan air dipanaskan, dengan maksud
untuk menurunkan viskositas dari partakel-partikel minyak dan
menurunkan tegangan permukaan emulsi sehingga dapat membentuk
corpus dengan fase air. Fase minyak dan fase air keduanya
dicampurkan sedikit demi sedikit dengan mortir dan stempler digerus
dengan cepat dan merata untuk membentuk emulsi, menurunkan atau
mereduksi kekentalan pada emulsi, menambah kelarutan tween 80 dan
air pada fase minyak, dan menambah kecepatan difusi tween 80 pada
fase minyak. Hal tersebut membuat surfaktan akan selalu berada pada
antarmuka suatu cairan bila gugus hidrofil dan lipofilnya seimbang.
Setelah emulsi terbentuk homogeny emulsi dimasukan kedalam tabung
sedimentasi untuk diketahui ketidakstabilanya melalui pembentukan
creaming. Pengamatan dilakukan selama 5 hari dalam suhu
ruangan.Dari hasil pengamatan terlihat emulsi pada masing-masing
HLB memperlihatkan kestabilan yang berbeda. Pada hari pertama
masing-masing emulsi langsung menunjukan perubahan dengan
terpisahnya kedua fase atau creaming. Pada HLB 5, 6 dan 7 emulsi
bersifat sangat stabil karena nilai F-nya mendekati angka 1 yakni
0,997. Sedangkan pada HLB 8 14 kestabilan berangsur menurun, dengan
nilai F yang semakin menjauhi angka satu. Jika dibandingkan dengan
sediaan emulsi HLB 5,6 dan 7 nilai F untuk HLB 8,9,10,11,12,13 dan
14 sangat berberda jauh, hal ini disebabkan prosedur yang berbeda
pada pembuaan emulsinya. Pada HLB 5,6 dan 7 pencampuran fase air
dan minyaknya menggunakan homogeneizer berkecepaan tinggi hingga
kedua fase terdispersi secara sempurna dalam bentuk droplet yang
sangat kecil sedangkan HLB selebihnya hanya menggunakan alat manual
yakni mortir dan stempler sehingga fase minyak dan air tidak
terdispersi sempurna dengan ukuran droplet yang lebih besar.
Peristiwa sedimentasi terjadi jika densitas fase terdispersi lebih
kecil dari fase kontinu, yang umumnya terjadi pada emulsi O/W.
Kecepatan sedimentasinya negative sehingga terjadi pengkriman ke
atas. Pemecahan terjadi mungkin karena faktor lumpang dan alu yang
kurang panas saat penggerusan atau juga karena proses penggerusan
yang kurang kuat dan penambahan fase minyak yang terlalu lama.
Pengkriman berbeda dengan pemecahan karena pengkriman merupakan
proses reversible (apabila dikocok akan membentuk emulsi kembali )
.Pembentukan creaming ini dapat disebabkan oleh terjadinya tarik
menarik antara molekul polar dan polar dan molekul non polar dengan
molekul non polar lebih kuat dan salah satu molekul mengandung fase
disperse lebih banyak daripada lapisan lain. Akan tetapi craming
ini mudah terbentuk emulsi kembali dengan penggojokan karena
lapisan film pada setiap molekul.G. SimpulanBerdasarkan hasil
praktikum emulsifikasi yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut 1. Pada praktikum digunakan surfaktan kombinasi
yaitu tween 80 dan span 80 sebagai emulgator.1. Evaluasi dilakukan
dengan mengamati sifat ketidak stabilan emulsi yakni flokulasi,
creaming, koalesen dan demulsifikasi.1. Semua seri emulsi dengan
nilai HLB butuh 11, 12 dan 13 menghasilkan creaming di bagian atas
yang tertinggi dari semua HLB butuh.1. Dari data pengamatan
praktikum, HLB yang cukup stabil adalah pada HLB 5,6 dam 7 karena
harga F-nya mendekati angka 1.
H. Daftar PustakaDitjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi
III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Ansel, H.C., (1989),
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, Terjemahan Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta.Martin, Alfred, dkk. 2008. Farmasi
Fisika dan Ilmu Farmasetika, edisi kelima. Jakarta: EGC