1. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus. Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik tersebut. Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk, 2009). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Alwi, 2009). Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut. Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah
suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus.
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami
perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik tersebut.
Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam
mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan
menggunakan gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh
variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan
yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk,
2009).
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan (Alwi, 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa adalah :
a. Keterampilan Kognitif
Komparansi antasi teori dan kondisi di lapangan
Pengintegrasian pemahaman sebagai teori
Penerapan teori pada keadaan nyata lapangan
b. Ketrampilan afektif:
Perencanna kegiatan secara mandiri
Kemampuan bekerjasama
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 1
Pengkomunikasian hasil belajar
c. Kemampuan psikomotorik
Penguasaan pemasangan peralatan
Penggunaan peralatan dan instrumen tertentu
1.3 Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah :
1) Mengenal ikan sekaligus menumbuh rasa empati mahasiswa tehadap
ekosistem pada kolam atau tambak.
2) Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika,
kimia dan biologi.
3) Bagi peneliti atau lembaga ilmiah Sebagai sumber informasi keilmuan
dan dasar untuk penuisan atau penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
ekosistem kolam.
1.4 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di
Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang. Pelaksanaan
praktikum ini di laksanakan pada hari Sabtu, 20 November 2010, pukul :
09.15 -12.00 WIB. Dan Praktikum di aboratorium dilaksanakan pada
tanggal 23 November 2010 pukul 15.00 sampai selesai di Laboratorium
Parasit dan Penyakit, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekologi Perairan
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan. Istilah ekologi pertama kali ditemukan oleh
Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi
berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti
ilmu, sehingga secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk
hidup (Kristanto, 2002).
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai
komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan.
Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna. Sedangkan komponen
atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan
kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi,
sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir
disebut hymnologi (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan
lingkungannya– mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan
interaksi mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang
berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan organime
dengan lingkungan perairan (Sadish,2010).
2.2. Ciri-ciri Ekologi Kolam
Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam
sehingga (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan
tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Tidak ada
batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam. Ada perbedaan
kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran secara keseluruhan. Dalam
danau zona limneti dan profundal relatif besar ukurannya dibandingkan dengan
zona litoral. Bila sifat-sifatnya kebalikannya biasanya disebut kolam. Jadi zona
limnetik adalah daerah produsen utama untuk danau secara keseluruhan
Pada pengamatan suhu ini menggunakan thermometer raksa. Pertama-tama
termometer dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu termometer dimasukkan ke dalam air
selama beberapa menit sampai terlihat air raksa termometer stabil. Termometer
jangan dipegang pada bagian termometernya tetapi dipegang bagian talinya yang
terdapat pada bagian ujung termometer. Tujuan tidak dipegangnya termometer itu
adalah supaya termometer tidak terpengaruh oleh suhu tubuh. Setelah 3 menit hal
ini dilakukan agar suhu dalam termometer Hg stabil, kemudian termometer diangkat
dari perairan dan dicatat suhu yang diperoleh pada termometer tersebut dalam
satuan 0C.
4.2.2 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan alat dan bahan yang digunakan yaitu secchi
disk dan air kolam yang digunakan. Setelah itu secchi disk disiapkan, secchi disk
diturunkan ke dalam air kolam dengan perlahah-lahan sampai tidak nampak pertama
kali dan dicatat hasilnya sebagai sebagai D1 lalu ditandai. Kemudian secchi disk
diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak nampak. Kemudian secchi disk
ditarik keatas dengan perlahan-lahan hingga nampak pertama kali dan ditandai, ini
dicatat sebagai D2. Dan dicatat kedalamannya. Setelah itu dihitung dengan rumus
kecerahan D=D2+D2/2 dan dicatat hasilnya dalam data.
4.2.3 Kedalaman
Pada pengukuran kedalaman perairan kolam alat yang digunakan adalah
tongkat panjang dan penggaris. Setelah itu alat ddan bahan disiapkan. Pengamatan
terhadap kedalaman dilakukan dengan cara memasukkkan tongkat panjang ke
permukaan dan diukur menggunakan penggaris lalu catat hasilnya dalam data.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 36
4.2.4 pH
Pada pengukuran pH ini digunakan pH paper. pH paper digunakan untuk
mengukur pH disuatu perairan. Pertama-tama pH dipersiapkan lalu dicelupkan pH
paper tersebut pada perairan hingga pH paper benar-benar basah. Kemudian pH
paper diangin-anginkan sampai kering. Setela itu dicocokkan warnr pH paper
dengan garis warna pada pH box untuk mengetahui nilai dari pH perairan tersebut.
Setelah diketahui nilainya lalu dicatat hasilnya.
4.2.5 Substrat
Pertama kita ambil substrat yang ada didasar perairan. Setelah itu kita amati
tipe substrat yang ada. Setelah diamati lalu ditentukan tipe subtratnya dan dicatat
hasilnya.
4.2.6 DO
Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran DO. Pertama
siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, botol DO dimasukkan kedalam
perairan secara perlahan dengan posisi miring dan jangan sampai terjadi gelembung
udara.Botol DO ditutup di dalam air, bila botol telah penuh selanjutnya dilakukan
pengujian dengan larutan – larutan kimia. Pertama tutup botol DO dibuka dan
diteteskan MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan mengikat endapan
coklat. Selanjutnya botol DO ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak – balik.
Setelah itu di tunggu sampai pemisahan oksigen yang menyatu dengan endapan
coklat dan larutan yang bening dibuang secara perlahan atau dengan pipet tetes.
Sehingga yang tetinggal larutan yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya
ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes yang berfungsi untuk
pengenceran endapan coklat dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali
amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator warna ungu dan pengondisian
basa, lalu di homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat hingga
berubah warna menjadi bening pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 37
untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang – goyang agar homogen.
Terakhir dicatat volume titrasi dan dihitung dengan rumus:
4.2.7 Kecepatan Arus
Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan stopwatch sebagai perhitungan selang waktu pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah satu botol dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat dan satu lagi sebagai pelampung. Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan ke perairan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya data di catat dan dihitung dengan rumus
4.2.8 Bentos
a. Metode Kicking
Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan
metode kicking hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti planktonnet ,
jaring planktonnet digerakkan maju dalam air dengan cara di bagian depan jaring di
gerak-gerakkan dengan kaki agar benthos yang berada didalam pasir masuk
kedalam planktonnet, setelah itu planktonnet diangkat lalu isi yang tersaring tadi
dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu diidentifikasi di praktikum
laboratorium.
b. Metode Ekman Grab
Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan
metode ekman grab hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti ekman
grab,kemudian ekman grab dibuka dengan cara menarik kedua tali disamping kiri
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 38
dan kanan lalu di eratkan pada bagian atas ekman grab kemudian ekman grab
dimasukkan sampai dasar perairan lalu pemberat pada ujung tali di lepas dan masuk
kedalam air hingga ekman grab menutup dan mendapatkan lumpur sebagai substrat
dari benthos , lalu dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu
diidentifikasi di praktikum laboratorium.
c. Identifikasi Jenis Bentos
Pertama-tama alat dan bahan disiapkan diantaranya ekman grap, timba,
pinset, nampan, botol film, alkohol 70%, dan kertas label. Langkah pertama diambil
ekman grap yang akan digunakan setelah itu dibuka penutup ekman grap dengan
cara menarik tali penutupnya. Lalu ekman grap dmasukkann ke dalam kolam
dengan perlahan-lahan sampai dasar secara tegak lurus. Setelah itu ekman grapp
ditutup dengan cara menjatuhkan pemberat sehingga dapat ditutup dan mengambil
bentos yang ada dikolam. Lalu ekman grap ditarik kepermukaan secara pelan-pelan.
Setelah ditaruh ditanah ekman grap dibuka penutupnya lalu bentosnya diyaruh
dalam ember. Selah itu sampel bentos ditampatkan pada nampan dan disortir, untuk
mempermudah mencari bentos dgunakan loop. Setelah bentos didapatkan, lalu
dimasukkan kedalam notol film yang sudah diberi alkohol sampai separuh botol film.
Setelah itu diberi label agar tidak tertukar. Pada pengamatan di laboratorium IIP
bentos yang ada di botol film dikeluarkan lalu dikelompokkan berdasarkan jenis
bentos yang telah diambil setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus H=Σpi ln
Pi dan dicatat hasilnya.
4.2.9 Plankton
a. Pengambilan Plankton
Pertama tama kita siapkan dahulu alat berupa planktonnet kemudian
planktonet di beri botol flim pada ujung bawa lalu diikat dan dirapatkan dengan
karet gelang , setah itu diambil airt kolam sebanyak 25 liter dengan
menggunakan timbah dengan volume 5 nliter, jadi pengambilan dilakukan
sebanyak 5 kali , selagi air dimasukkan , planktonnet digoyang – goyang kan
agar plankton dapat masuk kedalam botol film, setelah didapat air yang ada
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 39
didalam botol film ditetesi dengan larutan lugol agar mengawetkan plankton
didalamnya.
b. Identifikasi Jenis Plankton
Pada identifikasi plankton hal pertama yang dilakukan adalah dengan
menyiapkan alat dan bahan ,pertama – tama obyek glass dan cover glass
dikalibrasi terlebih dahulu agar terhindar dari bakteri maupun kotoran yang
melekat,kemudian diambil sampel plankton dari botol film dengan menggunakan
pipet tetes sebanyak 1 tetes , lalu diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 40 kali , setelah didapat planktonnya lalu diidentifikasi jenis
planktonnya dan dicatat hasilnya.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 40
4.3 Analisa Hasil
4.3.1 Rantai Makanan Yang Terjadi
Rantai makanan yang terjadi antara organisme yang ditemukan dalam
praktikum Ekologi Perairan yang dilakukan di Mata Air Sumber Awan Singosari
Kabupaten Malang adalah seperti dalam bagan di bawah ini :
Suatu rantai makanan dapat disusun dalam piramida makanan adalah
komposisi rantai makanan yang semakin ke atas jumlahnya semakin kecil (Sumantri,
2009).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 41
Matahari
Tumbuhan Lumut
Zooplankton
KatakBakteri/Decomposer
Belalang IkanSemut
Fitoplankton
Siput
4.3.2 Interaksi Antar Organisme Yang Ada
Interaksi antar organisme atau yang biasa disebut dengan simbiosis
parasitisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang berbeda jenis dan salah
satu merugikan jenis yang lain. Dari organisme-organisme yang telah ditemukan,
dapat diambil contoh adanya interaksi (simbiosis parasitisme). Simbiosis ini terlihat
dari adanya ikan dengan siput dimana siput memakan makanan dari ikan sehingga
siput menjadi parasit bagi ikan. Dari interaksi ini dapat terlihat bahwa kolam di Mata
Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang ada interaksi yang salah satu pihak
dirugikan.
Parasitisme adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies dan
salah satu spesies merugikan jenis lain (Bagas, 2009).
4.3.3 Pengaruh Nilai Faktor Fisika, Kimia Air dengan Makrozoobenthos
Dari praktikum yang dilakukan, faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, dan
jenis substrat. Sedangkan faktor kimia dapat dilihat dari pengukuran pH air. Dari
praktikum yang dilakukan, maka didapatkan suhu sebesar 280C, kecerahan sebesar
100%, substratnya lumpur, dan pH sebesar 7. Selain itu, makrozoobenthos yang
didapat juga cukup banyak.
Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan . Dengan jenis
substrat lumpur memang memungkinkan untuk ditemukannya benthos yang
beragam. Selain itu, nilai pH air sebesar 7 juga memungkinkan untuk ditemukannya
benthos yang beragam. Hal ini sesuai dengan Effendie (2003) bahwa sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sebesar 7
- 8,5.
4.3.4 Perhitungan Benthos
Dari hasil praktikum pada kolam biasa dan kolam eutrifikasi di dapat 1 jenis
bentos yang sama yaitu berupa Chironomous cloacalis. Pada kolam biasa didapat
dua organisme sedangkan dikolam eutrifikasi didapat 4 organisme.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 42
DENSITAS
Densitas (md/m2) = total spesiesLuas
= 60,0225
= 266,67 md/m2
DIVERSITAS
Pi = n
N
= 6
6
= 1
Diversitas = H = - Epi log2 Pi
= 1 log 1
= 1
Nilai H=1 menunjukkan indeks keragaman yang sedang. Menurut Hdjosuwarno (1990) dalam Djahjah (2005) menyatakan bahwa Indeks Keragaman H terdiri dari beberapa kriteria yaitu
H > 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman sangat
H 1,6 – 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman tinggi
H 1 – 1,5 = Menunjukkan keanekaragaman sedang
H < 1 = Menunjukkan keanekaragaman rendah
Sedangnya keanekaragaman benthos diperairan kolam tersebut mungkin disebabkan karena pencemaran limbah pertanian seperti peptisida maupun hibrisida mengingat letak kolam dikelilingi sawah pertanian.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 43
4.3.5 Perhitungan Plankton
L.Kotak : 1 mm2
Kedalaman : 0,1 mm
V = 0,1 mm2 atau 0,0001 cm3 (0,0001 ml)
Total kepadatan = n x 104 sel/ml
= 15/4x104 sel/ml
= 3,7x104 sel/ml
4.3.6 Hubungan Antar Parameter
1. Hubungan pH dengan CO2 dan Alkalinitas.
Menurut Modereth et al dalam Effendi ( 2003 ), bahwa pH juga berkaitan erat
dengan karbondioksida dan alkalinitas, pada pH < 5 alkalinitas dapat mencapai “ nol
“. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah
kadar karbondioksida bebas terlarut yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat
korosif.
2. Hubungan pH dengan senyawa amonia
Menurut Effendi ( 2003 ), berpendapat bahwa senyawa amonium yang dapat
berionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium
bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis ( ph tinggi ) lebih berionisasi dan
bersifat toksik.
3. -Hubungan DO dengan suhu dan Salinitas.
Hubungan antar kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu menggambarkan
bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang
kelarutan oksigen cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan air
tawar ( Effendi, 2003 ).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 44
4. Hubungan Orthophospat dengan Suhu dan pH.
Semua poliphospat mengalami hidrolisis membentuk orthophospat
perubahan ini tergantung pada suhu yang mendekati titik didih. Perubahan
poliphosphat terjadi orthophospat pada air limbah yang mengandung bakteri lebih
cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih ( Effendi, 2003).
5. Hubungan Kecerahan dengan Padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan semakin tinggi.
Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan
misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu tinggi, tapi tidak berarti memiliki
kekeruhan yang tinggi ( Effendi, 2003 ).
6. Hubungan nitrat nitrogen dengan DO dan Suhu.
Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut
semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Saat curah hujan sangat sedikit
dimana volume aliran air di sungai menjadi rendah. Diiringi dengan tingginya
temperatur dan apabila volume limbah tidak berkurang akan menyebabkan laju
oksidasi tersebut meningkat tajam. Keadaan ini menyebabkan konsentrasi oksigen
menjadi sangat rendah. Sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme
air.( Barus, 2001 ).
7. Hubungan Amonia dengan pH
Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara amonium
dengan amonia. Semakin bergeser kearah amonia berarti kenaikan pH akan
meningkatkan konsentrasi amonia yang diketahui bersifat sangat toksik bagi
organisme air ( Barus, 2007 ).
8. Hubungan Karbondioksida dengan pH.
Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut kedalam uap air
membentuk asam karbonat, selanjutnya jatuh menjadi hujan. Air hujan bersifat asam
dengan pH 5,6 didalam perairan berbentuk ion H+, sehingga pH perairan menurun
( Effendi, 2003 ).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 45
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal
balik atau interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya.
Benthos merupakan makhluk yang melekat atau sedang beristirahat pada
dasar perairan atau yang hidup didalam sedimen di dasar perairan.
Suhu kolam 250 C, PH air 7, jenis substrat yaitu jenis lempung
Menurut Wihm dalam Ardi (2002) menyatakan bahwa berat indeks
keragaman zoobentos < dari 1 adalah dalam keadaan tercemar, jika berkisar
1 – 3 air tersebut sedikit tercemar, air bersih indeks keragaman
zoobentosnya > 3.
5.2 Kritik dan saran
Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan sebaiknya pada waktu
praktikum di Laboratorium lebih dikondisikan lagi, agar praktikan tidak bingung dan
bentrok dengan jam kuliah.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 46
DAFTAR PUSTAKA
Arfiati,D.2009.Startegi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan