BAB IIIKONDISI WILAYAH UMUM
3.1 Lokasi FieldtripLokasi fieltrip yang diambil terletak lebih
kurang 18 km sebelah utara kota Batu tepatnya di Dukuh Sumber
Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ketinggian : 1.500 m (dpl)
dengan curah hujan rata-rata : 2.500 mm/thn dan bertemperatur
rata-rata : 10,22oC. Tanaman yang dibudidayakan antara lain
kentang, wortel, kubis, dan paprika. 3.2 Latar Belakang PetaniBapak
Mashudi merupakan salah satu petani di Dukuh Sumber Brantas. Beliau
selama merupakan sekretaris Gapoktan Dasmoro 4. Belaiu memiliki
lahan sebesar 5 ha, dengan sawah sebesar 0,5 ha, tegal 4 ha, dan
pekarangan 0,5 ha. Setiap kali produksi beliau mengeluarkan modal
sebesar 60 juta rupiah dan menghasilkan laba bersih sebesar 40 juta
rupiah. Beliau selama ini bercocok tanam kentang, kubis, wortel,
brokoli, kubis, sawi putih, dan paprika. Beliau merupakan spesialis
hidroponik. Komoditas tanaman yang mendominasi lahan Bapak Mashudi
adalah kentang. Kentang sendiri merupakan tanaman monokultur.
Sedangkan, cabe besar, bawang, kubis, dan paprika merupakan tanaman
tumpang sari yang ditanaman beliau. 3.3 Sejarah Penggunaan Lahan
Lokasi fieldtrip yang luas totalnya adalah 5 ha tersebut awalnya
pada sekitar tahun 1800-an merupakan hutan belukar yang belum
terjamah oleh manusia, kemudian pada tahun 1990-an dibuatlah lahan
persawahan dengan cara membuka hutan. Setelah tahun 1992 baru
dibentuklah lahan untuk sistem pertanian, itupun belum sistem
organik, masih dengan pengolahan sistem konvensional. Seiring
dengan perkembangan zaman dan sumber daya manusia yang semakin maju
pada tahun 1992 lahan tersebut menjadi lahan pertanian organik
sampai sekarang. lahan pertanian disana memang sudah ditanami
dengan komoditas yang mendominasi adalah tanaman sayuran seperti
kentang, karena keadaan disana sangat mendukung baik dari jenis
tanah, suhu, pengairan dan radiasi matahari. Pada awalnya pelopor
pertanian organik yang berasal dari Sumber Brantas ini dianggap
gila, karena banyak petani yang masih menggap atau berfikir bahwa
bahan kimia lah salah satu pupuk yang menjadikan hasil panen lahan
pertanian itu sendiri manjadi baik. Akan tetapi Pak Masuhudi
berfikir untuk menjadikan bahan organik sebagai salah satu bahan
yang harus dimasukkan kedalam lahan pertanian. Dan ini membuat
lahan pertanian yang dikelola oleh Pak Mashudi berkembang dari
tahun ke tahun, dan menjadikannya sebagai acuan atau panutan bagi
para petani lain yang berada di sekitarnya.
3.4 Penggunaaan LahanPemanfaatan lahan untuk membantu bagi
kebutuhan manusia perlu pengolahan yang lebih lanjut. Penggunaan
lahan (major kind of line use) sendiri menurut Lutfi Rayes (2007 :
162) adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti
pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput,
kehutanan atau daerah rekreasi.Pengertian penggunaan lahan
dikemukakan oleh Arsyad (1989 : 207), Penggunaan lahan (land use )
dalah setiap bentuk intervensi (campur tangan ) manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual.Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam golongan
besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non
pertanian. Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan
berdasar atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan,
dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan
hal ini dapat dikenal macam macam penggunaan lahan seperti tegalan,
sawah, kebun, hutan produksi, hutan lindung, an lain lain.
Sedangkan enggunaan lahan bukan pertanian dapat dbedakan menjadi
lahan permukiman, industri dll.(Susino, 2007)Penggunaan lahan di
Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, berdasarkan
macam macam lahan yaitu ada tegalan dengan luas lahan sebanyak
empat hektar, lahan sawah seluas setengah kektar, dan lahan
pekarangan seluas setengah hektar.Pola penggunaan lahan dataran
tinggi : Untuk pola penggunaan lahan di Dukuh Sumber Brantas,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu adalah pola pertanian dengan jenis
tanaman monokultur ( tegal ) berupa kentang, wortel, sawi putih,
dan paprika, untuk persawahan ditanami cabai, bawang, dan sawi
putih, 3.4.1 Jenis Penggunaan LahanPenggunaan lahan pada area
pertanian yang diamati di di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu dibagi menjadi tiga, yaitu area persawahan yang
notabene merupakan sistem monokultur seluas 1/2 hektar. Daerah
persawahan di Desa ini menggunakan metode tumpangsari, yang mana
dalam satu petak terdapat tanaman cabai yang disisipi dengan
tanaman baawang, kubis dan/ atau sawi putih. Pada budidaya tanaman
cabai ini petani menggunakan mulsa plastik (sintetis),yang
sebelumnya petani pernah menggunakan mulsa organik namun sekarang
sudah bralih mnggunakan mulsa plastik. Alasan petani menggunakan
mulsa plastik adalah lebih efisien dalam biaya, efisien waktu, dan
meminimalisir timbulnya gulma. Pada metode tumpangsari ini tidak
menggunakan, di area tersebut tidak mengalami berbagai masalah
tentang peledakan hama, karena penggunaan sistem pengolahan
pertanian yang organik.
Yang kedua merupakan area pekarangan, lahan seluas 1/2 ha, Yang
ketiga merupakan area tegal seluas 4 ha, area tegal tersebut
menggunakan sistem monokultur, dimana yang di tanami di tegal
adalah tanaman kentang. Pada area tegal ini terdapat pola tanam
rotasi tanam dan jenis tanamanyang dibudidayakan adalah kentang,
worte dan sawi putih. Disekitar lahan digunakan tanaman pagar
perbatasan, jenis tanaman yang digunakan adalah rumput gajah dan
langan. Fungsi tanama ini yaitu melindungi tanaman budidaya dari
serangan hama yang dapat merugikan petani. Untuk bibit yang di
gunakan dalam budidaya, petani setmpat memiliki strategi dengan
membli karena untuk bibit hibrida dan tidak itu sama saja paparan
dari petani.
3.4.2 Sistem BudidayaDataran tinggi merupakaan salah satu
wilayah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tertentu. Sehingga pada
daerah ini sistem budidaya yang digunakan oleh para petani biasanya
dengan penanaman sayuran secara tumpangsari, seperti wortel dengan
kubis dan banyak kombinasi tumpangsari lainnya. Tujuan dilakukannya
tumpang sari yaitu untuk mendapatkan komoditas yang lebih banyak
dan beragam. Karena di dataran tinggi daerah yang lebih sering
terjadi hujan maka sistem penanamannya adalah dengan pola tumpang
sari.(Efendi, 2013)3.4.3 Tanaman BudidayaPada daerah dataran tinggi
tanaman yang sering ditanam adalah jenis hidroponik, sayuran
seperti; kubis, wortel, dan kentang. Pada umumnya di daerah dataran
tinggi bagus untuk pertanian. Khususnya pada tanaman sayur-sayuran,
ubi-ubian, dan tanaman palawija lainnya. (Asraf, 2012)
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Hasil4.1.1 Hama yang ditemukan + dokumentasi + perbandingan
literaturHama yang ditemukanCiriGejala dan Tanda
1. Kutu Daun(Aphid sp.)
Tubuh pipih Ukuran sangat kecil Tipe mulut penghisap Antena
panjangMemilki 3 pasang tungkai(Betha, 2012)
Daun menggulung atau melekuk Daun berwarna kekuningan(Betha,
2012)
2. Ulat tanah (Agrotis Epsilon sp)
Berwarna hitam, berbintik-bintik atau garis-garis sepanjang
tubuhnya Tubuhnya lunak dan liat Panjang tubuh 2-5 cm Aktif merusak
dan bergerak pada malam hari(Suwandi,2010)
Dedaunan dan tunas mudanya tampak berlubang tak beraturan
Ulat-ulat dewasa memangsa pangkal tanaman, terutama tanaman muda
Pada musim kemarau daerah serangan meluas dengan
cepat(Suwandi,2010)
3. Lalat daun ( Liriomyza huidobrensis)
Berwarna putih Mata berwarna kemerah-merahan Dada dan perut
berwarna hitam dan kuning(Setijo,2004)
Timbulnya lubang bekas tusukan pada permukaan atas daun
(Setijo,2004)
4. Kumbang tanah (Calosoma sp.)
Memiliki sayap depan yang keras menanduk, sayap belakangnya
membraneus dan melipat saat tidak digunakan. Bentuk tubuh bulat,
oval, oval memanjang, ramping memanjang, atau pipih. Mulutnya
bertipe penggigit dan pengunyah, tarsi selalu 3-5
ruas.(Pracaya,2005) Pucuk batang atau daun yang belum terbuka
dirusak, sehingga pada saat daun membuka, terlihat bekas potongan
yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf
V.(Pracaya,2005)
5. Hama Thrips (Thrips sp)
Berukuran sangat kecil dan lembut(1 mm). Ketika muda berwarna
kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam.(Pracaya,2005)
Daun berwarna keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi
kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan
melengkung keatas. Daun mengering.(Pracaya,2005)
6. Ulat Daun (Spodoptera sp)
Tidak berbulu Biasanya berwarna putih(Dewinur, 2012) Ulat
menyerang daun hingga habis daunnya. Memakan daun dari bagian tepi
kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan
yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun
menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya
pertumbuhan tanaman yang diserangnya menjadi terhambat dan
menurun.(Dewinur, 2012)
4.1.2 Penyakit yang ditemukan + dokumentasi + perbandingan
literaturNo.Penyakit yang ditemukanPerbandingan Literature
Ciri-ciriGejala dan Tanda
1.Hawar pada daun kentang(Phytoptera infestans)
Bercak-bercak coklat kehitaman.(Tjahjadi,2002) Bercak-bercak
pada ujung dan tepi daunnya yang dapat meluas kebawah serta
mematikan seluruh daun dalam waktu sampai 4
hari.(Tjahjadi,2002)
4.1.3 Pengaruh Hama dan Penyakit Terhadap Produksi Komoditas
Pengaruh hama dan penyakit sangat besar dalam mempengaruhi produksi
komoditas kentang yang dibudidayakan. Semakin banyak organisme
pengganggu tanaman yang tidak lain adalah hama dan penyakit maka
produksi yang dihasilakan daripada komoditas semakin turun.
4.1.4 Musuh Alami yang ditemukan + dokumentasiNo.Musuh alami
yang ditemukanPerbandingan Literature
Ciri-ciriPeran
1.
Kumbang kubah spot
Tubuh lebar, oval bulat Antena pendek Tubuh terdiri dari 3-6
ruas Berwarna cerah (Program Nasional PHT, 1991)Sebagai predator
kutu daun (Aphid sp) pada tanaman kentang
2.Diadekma
Memakan ulat daun Berwarna hitam Sayap transparan dan tipis
Dapat menyerang 50 ekor larva Siklus hidup dari telur-imago 17-21
hari(Program Nasional PHT, 1991) Sebagai musuh alami dan
parasitoid
4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh petani 4.2.1 Pengendalian
terhadap Populasi Hama dan Penyakit4.2.1.1 Pengendalian secara
BiologiPengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan
menggunakan musuh alami sebagai pengendali hama pada lahan
budidaya. Musuh alami yang digunakan oleh petani tanaman kentang di
Sumber brantas yaitu deadekma yang digunakan untuk mengendalikan
ulat tanah yang memakan batang tanaman kentang dan juga kumbang
merah merupakan musuh alami dari kutu daun (Aphid sp) yang memakan
daun tanaman kentang.
4.2.1.2 Pengendalian secara MekanisPengendalian mekanis dapat
dilakukan dengan bantuan alat oleh manusia untuk mengendaliakan
hama. Petani kentang dalam hal ini menggunakan lay traps atau
jaring untuk menangkap atau menjebak ulat tanah dan alat perangkap
yang berwarna biru dan kuning untuk hama yang terbang seperti lalat
daun.
4.2.1.3 Pengendalian secara FisikPengendalian secara fisik dapat
dilakukan dengan mengubah atau menggunakan faktor lingkungan fisik
sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan dan mengurangi populasi
dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang. Pengendalian
fisik dapat berupa mengumpulkan larva, memotong bagian tanaman yang
terserang hama dan penyakit dan mengosongkan lahan untuk tidak
ditanami. Pada hasil kunjungan lapang di daerah sumber brantas para
petani menggunakan pembatas yang berada diluar lahan. Pembatas
tersebut berasal dari tumbuhan seperti langon dan rumput gajah yang
sengaja dibiarkan supaya hama dan penyakit tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman kentang.
4.2.1.4 Pengendalian secara KimiaPengendalian secara kimia dapat
dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau senyawa-senyawa
kimia, seperti pestisida dan sejenisnya. Petani budidaya kentang di
daerah sumber brantas melakukan pengendalian secara kimia dengan
menggunakan fungisida (mengendaliakan jamur), pestisida
(mengendalikan hama dan penyakit), insektisida (mengendalikan
serangga) dan herbisida (mengendalikan gulma pengganggu). Jenis dan
dosis yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan luas lahan dan
kendala pada saat itu. Untuk penggunaan fungisida pada lahan seluas
satu hektar (1 ha) membutuhkan 1000 liter fungisida.
4.2.2 Pengolahan tanah (faktor edafik) + dampakPengolahan tanah
yang dilakukan petani sama seperti biasa, seperti pada pertanian
konvensional, yaitu dengan menggunakan rotari (mesin) seperti bajak
dan alat lainnya. Total lahan yang digunakan petani adalah 5
hektar. Pengolahan tanah yang dilakukan petani dilakukan dengan 2
cara yaitu dengan menggunakan bantuan manusia dan rotary (mesin).
Tetapi mayoritas petani melakukan pengolahan lahan sendiri karena
sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah dan juga untuk mengetahui
hama yang berada didalam tanah sehingga hama tersebut terlihat oleh
sinar matahari dan membuat hama tersebut berpindah ke tempat
lain.
4.2.3 Pemanfaatan Musuh Alami + dampakMusuh alami dimanfaatkan
atau didayagunakan untuk mengendalikan OPT, terutama hama.
Keberadaan musuh alami dilestarikan dengan cara membiarkan
rumput-rumput tumbuh di lahan dan petani selalu berhati-hati agar
tidak membunuh musuh alami. Musuh alami yang ada di lahan
perkebunan di Dusun Jurang Kwali desa Sumber Brantas kecamatan
Cangar, Batu antara lain: deadekma dan kumbang merah. Keberadaan
musuh alami tersebut dapat membantu petani dalam mengendalikan
serangan hama.
4.2.4 Penggunaan Pestisida + dampakPada lahan kentang garapan
Pak Mashudi, beliau menggunakan insektisida dan fungisida.
Insektisida yang berfungsi untuk mengurangi jumlah lalat daun dan
aphid, sedangkan untuk fungisida untuk mengurangi jumlah jamur yang
menyerang tanaman kentang. Fungisida akan disemprotkan apabila
jumlah jamur yang menyerang sudah di ambang batas ekonomi.Dampak
positif dari insektisida :1. Mudah di dapatkan di berbagai tempat2.
Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida3.
Kemasan lebih praktis4. Bersifat tahan lama untuk disimpan5. Daya
racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi seranggaDampak negative
dari insektisida : 1) Punahnya Spesies2) Peledakan Hama3) Gangguan
Keseimbangan lingkungan4) Kesuburan Tanah Berkurang
Dampak positif dari fungisida :1. membasmi jamur yang menyerang
tanaman baik pada akar, batang ataupun daun.2. mengendalikan
serangan akar gada pada tanaman3. efektif mengatasi Phytophtora
(infestan)4. dapat diformulasikan dalam bentuk butiran yang mudah
larut dalam air5. Harganya lebih murah tapi kualitasnya lebih
bagusDaftar negative dari fungisida :1. meninggalkan residu beracun
pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air.2. Tidak
aman bagi manusia dan hewan piaraan.3. menyebabkan fitotoksin
(keracunan) pada tanaman.4.2.5 Penggunaan Variets Tahan +
DampakBapak Mashudi untuk pengendalian OPT pada tanaman kentangnya
menggunakan bibit kentang yang dibuat sendiri karena saat di lapang
kualitas yang menggunakan bibit hibrida dengan yang dibuat sendiri
lebih tahan yang membuat sendiri bibit kentangnya.Dampak negatif
varietas tahan : 1. Waktu dan biaya pengembangan yang besar2.
Keterbatasan sumber ketahanan3. Timbulnya biotipe hama4. Sifat
ketahanan yang berlawanan
Dampak positif varietas tahan :1.Penggunaan praktis dan secara
ekonomi menguntungkan2. Sasaran pengendalian yang spesifik3.
Evektifitas pengendalian bersifat komulatif dan persisten4.
Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya5. Dampak negative
terhadap lingkungan terbatas
4.3 Pembahasan Pada area lahan pengamatan yang dilakukan di Desa
Sumber Brantas, Kecamatan Cangar, Batu pada tanggal 11 Mei 2013,
komoditas yang di budidayakan oleh kelompok tani Bapak Mashudi
adalah tanaman kentang. Beliau merupakan anggota kelompok tani
Anjasmoro 4 yang menjabat sebagai sekretaris.Untuk pengolahan tanah
lahan pertanian tersebut dilakukan sama dengan yang di perlakukan
pada dengan tanah konvensional, yaitu dengan menggunakan tenaga
manusia dan rotari (mesin). Pengolahan tanah dilakukan dengan
membuat bedengan dengan jarak 70 cm antar bedeng dan jarak antar
tanaman sekitar.Jenis pupuk yang digunakan oleh Bapak Mashudi
adalah pupuk organik dan pupuk sintesis. Pupuk organik yang
digunakan oleh Bapak Mashudi yaitu pupuk kandang dari kotoran ayam,
kambing, dan sapi. Akan tetapi penggunaan pupuk didominasi dengan
kotoran ayam karena banyak terdapat di daerah tersebut dan kotoran
kambing tidak lebih dari 30%. Untuk pupuk sintesis atau kimia
beliau menggunakan SP 36, ZK, UREA, dan NPK.Dalam budidaya tanaman
kentang petani menggunakan mulsa sintesis yaitu mulsa plastik,
tujuannya untuk menghalau serangan hama pada tanaman kentang.
Penggunaan mulsa organik atau jerami menurut Bapak Mashudi tidak
efektif karena biaya yang dikeluarkan lebih mahal daripada
menggunakan mulsa sintesis atau plastik. Tidak hanya menggunakan
mulsa saja, petani juga menggunakan tanaman pagar untuk menghalau
serangan hama yaitu menggunakan rumput gajah dan langon juga
sebagai pembatas lahan.Pola penggunaan lahan setempat yaitu dengan
sistem monokultur untuk budidaya tanaman kentang. Metode lain yang
digunakan di lahan beliau yaitu tumpang sari dimana komoditas yang
dibudidayakan seperti cabai besar, bawang merah, kubis, dan sawi.
Cabai besar adalah tanaman utamanya karena umurnya yang panjang.
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman dengan menanam kentang
wortel kubis, untuk satu hektarnya produksi yang dihasilkan
mencapai 15-20 ton kentang.Dari hasil pengamatan, ditemukan
Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yaitu antara lain Aphid sp,
trips, lalat daun, ulat tanah dan kumbang tanah. Namun dikatakan
bahwa OPT tersebut masih dapat dikendalikan, dengan mengoptimalkan
peranan musuh alami yang ada, seperti diadekma dan kumbang kubah
spot. Keberadaan organisme penggangu tanaman (OPT) dan musuh alami
yang ada di lahan dikatakan seimbang karena terjaganya komunitas
tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungan (baik fisik
maupun kimia) pertanian yang diubah oleh manusia dan bersifat
berkelanjutan, sehingga tanaman budidaya tumbuh sehat. Selain
organisme yang ditemukan tersebut dalam pengamatan dilahan juga
ditemukan gulma tanaman budidaya yaitu rumput teki dan semanggiyang
jumlahnya sedikit sehingga tidak terlalu berpengaruh pada tumbuh
kembang tanaman kentang. Keberadaan gulma tidak terlalu
mempengaruhi tanaman kentang asalkan gulam tersebut tidak sampai
menutupi tanaman budidaya. Penyebab daun gosong atau terkena hawar
daun karena jamur.Untuk pengendalian OPT yang ada (hama dan
penyakit), petani melakukan pemantauan pada lahan budidaya setiap
hari dan pemberian pestisida dilakukan 3 hari sekali.1.
Pengendalian biologis yang dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami
misalnya yang di katakan Bapak Suroto memanfaatkan kumbang kubah
spot untuk mengendalikan kutu daun (Aphid sp) dan diadekma untuk
mengendalikan ulat tanah yang menyerang tanaman budidayanya. Selain
itu Bapak Suroto juga memanfaatkan rumput-rumputan seperti rumput
gajah dan langon untuk mengendalikan hama dan sebagai pembatas
lahan.2. Pengendalian mekanis yang dilakukan dengan pengambilan
secara langsung apabila saat pemantaun ditemukan hama tersebut
selain itu dengan menggunakan metode lay trap untuk menangkap ulat
dan perangkap kuning dan biru untuk menangkap kumbang daun.3.
Pengendalian kimia, dikatakan di area lahan kentang yang
dibudidayakan oleh kelompok tani daerah setempat dengan penggunaan
pestisida kimia atau sintesis. Pestisida yang digunakan meliputi
NPK, ZK, UREA, dan SP 36. Pemberian pestisida dilakukan setiap 3
hari sekali.4. Pengendalian kultur, yaitu dengan menggunakan rotasi
tanam. Dalam satu kali rotasi masa tanam di tanami kentang wortel -
kubis. Penanam tanaman secara bergulir di suatu lahan pertanian
tersebut ditanam secara berselang seling untuk memberikan waktu
pada tanah mengembalikan kesuburannya. Pada lahan Bapak Mashudi
menggunakan varietas yang mereka buat sendiri dari pada varietas
yang lain karena kualitas varietas yang dibuat sendiri lebih baik.
Pada lahan tersebut juga memanfaatkan sistem tanam tumpang sari
untuk mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi
hama, memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang
terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen. Namun untuk
pengendalian hama dengan memperhatikan batas ambang ekonomi.
Apabila jumlah OPT melebihi ambang ekonomi, maka petani akan
melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia dan
pemusnahan dengan herbisida, disabit dan dibakar. Dikatakan oleh
Bapak Mashudi hama yang mendominasi biasanya kutu daun dan trips
namun populasi tersebut masih bisa antisipasi dengan menggunakan
pestisida dan musuh alami. Untuk penggunaan varietas tahan
dikatakan tidak menggunakan varietas tahan yang hibrida. Benih yang
digunakan merupakan hasil buatan beliau sendiri seperti kentang dan
wortel, kualitasnya juga sama dengan benih yang hibrida.
Perbandingan LiteraturBerdasarkan literatur yang diperoleh,
pertanian yang menerapkan system pertanian organik yaitu sistem
budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan
menggunakan bahan kimia sintetis adalah cara kedua yang digunakan
oleh petani. Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip
kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Pada pertanian
organik harus didasarkan pada aspek-aspek yaitu:
1. Pengelolaan tanaman yang baikPengelolaan tanaman yang baik
meliputi:1. Rotasi tanaman (Mengisi unsur hara dalam tanah)2.
Pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun (Mencegah
serangan hama)3. Tanaman campuran, bukan monokultur (Mengurangi
jumlah perkembangan hama)4. Tanaman penghambat hama (Memperlambat
serangan berbagai macam hama)5. Penanaman berpasangan (Tanaman akan
saling membantu satu sama lain)6. Membuat & menggunakan umpan
serta perangkap (Menjaga rendahnya jumlah hama)7. Menggunakan
binatang untuk mengontrol hama (Metode yang efektif dan efisien
untuk mengontrol hama)8. Membuat & menggunakan pestisida alami
(Mendukung lingkungan yang lebih sehat)9. Membuat & menggunakan
pestisida kimia sebagai alternatif kedua penggunaan pestisida 10.
Kontrol biologis (Mekanisme pengontrolan hama alami dalam skala
yang lebih luas)
2. Meningkatkan Predator Hama AlamiCara yang alami untuk
mengontrol hama yang telah berlangsung selama berabad-abad adalah
hubungan yang saling mempengaruhi dalam ekosistem. Hal ini meliputi
tersedianya jumlah predator hama untuk mengendalikan hama itu
sendiri.Untuk meningkatkan predator hama alami dapat dilakukan
dengan:1. Penanaman berpasangan, bermacam bunga dan tanaman herbal
di antara tanaman sayuran dan pohon buah-buahan (Menarik diadekma
dan kumbang kubah spot)2. Membangun habitat bagi predator hama
dengan batang kayu kering, bambu tua atau tumpukan batu (Kadal
pemangsa serangga, laba-laba pemangsa kumbang dan katak akan hidup
disitu)3. Memberi pembatas lahan ( supaya kumbang kubah spot dapat
hidup pada lingkungan tersebut)4. Menanam pepohonan di dekat kebun,
pertanian atau kebun buah-buahan (Menarik serangga
predator)(Arifin, 2012)
3. BenihPenggunaan benih organik atau benih buatan sendiri yang
memiliki kualitas baik dan memiliki kualitas yang sama dengan benih
hibrida lainnya.
4. PupukSumber-sumber pupuk organik didapat dari kotoran cacing
tanah, sisa tanaman yang membusuk, kompos dari gandum dan beras,
pupuk hijau, kotoran ternak, buah-buahan dan sayur-sayuran yang
terfermentasi secara utuh.
5. LingkunganTak ada sumber polusi dalam jarak 30 km. Daerah
penyangga dibangun di sekitar lahan pertanian organik untuk
menghindari polusi lingkungan dan kontaminasi dari pertanian non
organik. Kontrol yang mengagumkan atas manusia dan mobil yang
keluar masuk area pertanian.
6. Sumber AirAir irigasi harus berasal dari sumber yang tidak
terkena polusi dengan pengukuran kualitas air standar yang akan
dilakukan tiap hari untuk memastikan air tersebut bebas dari
pencemaran serta pH-nya harus sesuai dengan parameter
standar.(Anonymous, 2012)
4.4 RekomendasiDari hasil pengamatan langsung dilapangan dengan
perbandingan literatur yang di dapat, pengolahan yang diterapkan
oleh kelompok tani Anjasmoro 4 Bapak Mashudi secara garis besar
sesuai dengan yang ada di literatur. Namun ada beberapa yang
berbeda atau kurang dari pengolahan pertanian tersebut, yang
pertama untuk penggunaan benih saat penanaman pada lahan tersebut
masih digunakan benih yang dibuat sendiri. Dalam hal pergiliran
tanaman atau rotasi tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi
lahan karena pergiliran tanaman ini bertujuan agar unsur hara dalam
tanah terbaharui dan pada saat penanaman hasilnya lebih
maksimal.Yang kedua penyediaan habitat bagi predator hama seperti
tanaman atau rumput-rumputan pagar dan kondisi lingkungan. Saat
pengamatan ditemukan rumput-rumutan serta penanaman pohon di
sekitar area budidaya karena dikatakan beliau memanfaatkan peran
rumput-rumputan di area lahan tersebut sebagai inang dan habitat
untuk musuh alami yang bermanfaat. Yang ketiga pada lahan tersebut
tidak ada pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun,
sebenarnya pola-pola alami tersebut baik untuk mencegah serangan
hama. Namun pada lahan tersebut dominan ditanami dengan pola
monokultur.Dari beberapa kekurangan ataupun perbedaan cara
pengolahan yang dilakukan kelompok tani Bapak Mashudi sudah baik
dan perlu di pertahankan agar sistem pertanian tersebut menjadi
sistem pertanian yang berkelanjutan dan terus berproduksi tinggi
sehingga menguntungkan secara ekonomis dan tidak merusak
keseimbangan ekosistem di lingkungan tersebut.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil fieldtrip di dusun jurang kuali,
Desa Sumber Brantas yaitu pengamatan budidaya tanaman kentang,
dapat diambil kesimpulan bahwa budidaya kentang di wilayah tersebut
cocok digunakan budidaya tanaman tersebut. Hal tersebut didapat
dari hasil pengamatan dan nara sumber bahwa hasil panen yang
didapat 15-20 ton/hektarnya, gangguan hama disana juga relatif
kecil, hanya ditemukan 6 hama yang cara pengendalaiannya digunakan
pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan musuh alami. Sedangkan
penyakit yang ditemukanada satu jenis yaitu hawar daun kentang yang
penyebarannya tidak berlebih dan dapat diatasi dengan fungisida.
Pengendalian yang digunakan oleh petani kentang tersebut
menggunakan pengendalian biologi, kimia, mekanis, dan fisik.
Penyakit yang menyerang tanaman kentang adalah hawar daun yang
disebabkan oleh jamur. Perlakuan yang diterapkan oleh para petani
dalam pengendalian biologi yaitu menggunakan musuh alami seperti
kumbang kubah spot dan diadikma. Untuk pengendalian mekanis petani
menggunakan bantuan alat yaitu lay trap dan alat perangkap yang
berwarna kuning dan biru. Alat lay trap digunakan untuk menangkap
ulat tanah dan untuk perangkap perekat digunakan untukl menangkap
kumbang. Pengendalian fisik petani menggunakan penggunaan faktor
lingkungan yaitu dengan memodifikasi lahan yang digunakan petani
dengan memberikan tanaman pagar disekitar tanaman seperti langon
dan rumput gajah. Pengendalian kimia menggunakan pestisida,
fungisida dan insektisida. Pestisida yang digunakan yaitu NPK, SP
36, Urea dan ZK. Pemupukan yang dilakukan dengan pemberian pupuk
kandang seperti ayam, kambing dan sapi, akan tetapi petani lebih
mengunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam.Jadi secara
keseluruhan pertanian kentang disana sangat baik dan cocok dengan
kondisi lahan yan ada didaerah tersebut. Pola penanaman dan cara
penanganan yang digunakan juga baik secara umumnya.
5.2 SaranSaran untuk petani kentang sebaiknya menggunakan
pestisida alami dan pupuk organik dalam pengendalian hama serta
penanganannya. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan
ekosistem lingkungan dan menjaga kesehatandari hasil produk yang
dihasilkan.Saran untuk praktikum, tetap pertahankan laporan dengan
menulis tanganuntuk menjaga kedisiplinan dan pengetahuan para
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A.L, A. Widodo dan K. Hidayat. (1993) Studi Sistem
Aplikasi Pestisida Dalam Usaha Tani Hortikultura dan Upaya
Pengendaliannya di Sub DAS Brantas Jawa Timur. Vol. 5 (1) : 1-12.
Jurnal Universitas Brawijaya, Malang. Anonymous (1993) Movement of
Pesticides in The Enviroment, Extension Toxicology Network, pp. 1-5
. Oregon State University.
Anonymous.2012.http://www.melileaindo.co.id/index.php?option=com_content&task=
view&id=122&Itemid=119. Diakses tanggal 13 Mei 2013.Arifin,
Nuzulul. 2012.
nuzulularifin.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
Diakses tanggal 13 Mei
2013Asraf,Muhammad.2012.IklimDataranTinggi.http://inikampusku.blogspot.com/
2012/05/iklim-dataran-tinggi.html. diakses pada 15 Mei 2013Betha.
2012. Gejala Serangan pada Tanaman kentang. Jakarta: Bumi
AksaraDewinur. 2012. Dasar Hama dan Penyakit Tumbuhan. Unmuh:
MalangEfendi.2013.Sistem Budidaya Tanaman Holtikultura di
Indonesia.http://dasarh o r
tikultura.wordpress.com/5-sistem-budidaya-tanaman-hortikultura-di-ind
onesia/. diakses pada 15 Mei 2013Ekha, I. 1991. Dilema Pestisida,
Tragedi Revolusi Hijau. Yogyakarta: Kanisius Harun, Y, R.T. M.
Sutamihardja, Soeratno Partoatmodjo dan R.E. Soeriaatmadja. (1996)
Telaah Residu Pestisida Pada Sayuran yang dijual di Pasar Swalayan
dan Pasar Bogor, J.Hort. 6(1) : 71-79, Lembang, Jawa Barat.Pitojo,
Setijo. 2004. Benih Kentang. Yogyakarta: KanisiusPracaya. 2005.
Hama pada Tanaman. Jakarta: Penebar SwadayaProgram Nasional PHT.
1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta.
KanisiusSuseno.2007.Penggunaan Lahan.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.PEND
.GEOGRAFI/196006151988031-JUPRI/LAHAN.pdf. Diakses pada 16 Mei
2013Tjahjadi. 2002. Hama Penyakit dan Tanaman. Yogyakarta:
KanisiusWihardjo, Suwandi. 2010. Bertanam Semangka. Yogyakarta:
Kanisius
LAMPIRAN
33