LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya. Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi
dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada
pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan
kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang
tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam
tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan
kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.
Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan
Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan
pemahaman mahasiswa akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah
Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang
lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum lapangan (fieldtrip) adalah :
a. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar tutupan lahan pertanian
yang ada di suatu bentang lahan.
b. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian terhadap kondisi hidrologi,
tingkat biodiversitas, dan serapan karbon.
1.3 Lokasi
Lokasi penyelenggaraan praktikum adalah di Dusun Sumbermulyo, Desa
Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
1.4 Waktu Penyelenggaraan
Waktu Penyelenggaraan adalah pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2010.
1
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
BAB II
KONDISI WILAYAH
2.1. Wilayah Administratif Lokasi Praktikum
Kecamatan Ngantang merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang
yang secara geografis terletak di sebelah Barat Kota Malang dengan komposisi 20 %
pegunungan, 65% perbukitan dan 15 % dataran.
Secara Geografis Kecamatan Ngantang terletak pada :
Lintang Tempat (F) : -7° 50¢ 48² LS
Bujur Tempat (l) : 112° 24¢ 49² BT
Keadaan Umum
Kecamatan Ngantang bersebelahan dengan :
Sebelah Utara : Kec. Kasembon
Sebelah Selatan : Kab. Blitar
2
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Sebelah Barat : Kec. Kasembon dan Kab. Kediri
Sebelah Timur : Kecamatan Pujon
Jarak antara Kota Kecamatan Ngantang dengan :
Pusat kota Malang : ± 23,4 miles
Pusat Malang (Kepanjen) : ± 34,2 miles
2.1. Kondisi Biofisik Lokasi Praktikum
Letak daerah yang kami survei yaitu desa Sumber Mulyo, Kecamatan Ngantang
memiliki keadaan topografi yang berombak. Hal ini dikarenakan karena desa Sumber
Mulyo ini terletak dibawah kaki gunung, sehingga kondisi reliefnya tidak rata dan banyak
dijumpai keadaan tanah yang miring.
Kondisi tanah yang ada di desa ini dapat dikategorikan kedalam tanah yang
gembur, dan juga memiliki tekstur debu. Hal ini disebabkan penggunaan lahan ditempat
yang kami survei adalah sebagai lahan Agroforestry. Selain itu, juga banyak dijumpai
kascing pada tanah yang kami jadikan tempat survei. Dengan ditemuinya banyak kascing
di tempat tersebut, hal ini dapat mengindikasikan bahwa tanah yang ada keadaannya
gembur dan juga sehat.
Pengairan yang digunakan oleh penduduk setempat ialah pengairan non teknis.
Pengairan non teknis ini merupakan pengairan yang airnya hanya berasal dari air hujan
saja. pada saat musim kemarau, penduduk juga tidak melakukan pengairan, sebab
tanaman yang dibudidayakan kebanyakan tanaman berkayu yang akarnya dapat mencapai
kedalaman yang lebih dalam dari pada tanaman horti. Selain itu pada lapisan tanah juga
banyak terdapat seresah, yang mana seresah ini berfungsi untuk mengurangi penguapan
air dan juga sekaligus menjaga kelembapan pada tanah.
2.2. Kondisi Penggunaan Lahan dan Tanaman
Di dearah yang kami survei saat praktikum yaitu desa Sumber Mulyo Kecamatan
Ngantang, lahan yang ada di gunakan oleh masyarakat untuk mengembangkan komoditas
perkebunan. Tanaman perkebunan utama yang dibudidayakan ialah komoditas kopi.
Namun banyak juga dikombinasikan dengan tanaman lain seperti sengon, petai, waru,
3
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
kayu Mindhi. Tidak hanya itu saja, ada juga berbagai macam tanaman buah, seperti
pisang, rambutan, dan juga durian, selain itu juga ditemui beberapa pohon coklat.
Dengan keadaan yang seperti ini, maka dapat dikatakan perkebunan ini
selayaknya sistem pertanaman Agroforestry. Untuk sistem pengairan sistem Agroforestry
ini, penduduk hanya mengandalkan bantuan air hujan saja, sehingga dapat dikatakan
sistem pengairannya tadah hujan. Sebab keadaan lahan ialah Agroforestry, sehingga tidak
begitu dibutuhkan pengairan.
Penggunaan
Lahan
Tutupan
LahanManfaat
Posisi
Lereng
Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah
Kebun
campuran
atau
tumpangsari
Pohon
tahunan/kayu,
pohon buah,
tanaman
herba dan
obat
B, D, A, K,
BjAtas (A) Tinggi (T) Sedang (S)
Agroforestry
Kopi,
Sengon,
waru, Durian,
Buah-buahan
B, K, A, Bj Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S)
Sawah
Padi, Jagung,
Rumput
gajah, Bj, D
Tengah (T),
Dan Bawah
(B)
Rendah (R) Rendah (R)
PermukimanBangunan
Rumah- Bawah (B) - -
Hutan
ProduksiPinus K, A Atas (A) Tinggi (T) Rendah (R)
Keterangan : Manfaat : B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), Bj (biji)
Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)
4
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Tingkat tutupan kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (Rendah)
Dari tabel yang telah ditulis diatas diketahui bahwa jenis pengunaan lahan yang
digunakan oleh masyarakat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari sawah,kebun campuran,
agroforestry, permukiman, dan hutan produksi. Tutupan lahan yang digunakan juga
berbeda-beda, mulai dari tanaman pinus, kopi, durian, tanaman herba, langsat, dan
rumput gajah. Kondisi lingkungan didaerah tersebut sangat bervariasi, hal tersebut dapat
dilihat dari beragamnya vegetasi yang ada. Dengan bermacam-macamnya vegetasi yang
ada pada daerah tersebut, system pertanian tersebut dapat berlanjut karena terdapat
beragam vegetasi. Heterogenitas tanaman yang menutupi lahan sangat bermanfaat baik
dari segi ekologi, ekonomi dan social budaya. Tanaman dapat diambil manfaatnya berupa
buah, kayu, biji dan daun untuk mendatangkan manfaat ekonomi, social dan budaya serta
dapat diambil manfaat akarnya untuk konservasi ekologi.
Pada posisi lereng atas, tutupan lahan dominan berupa kebun campuran, hutan
produksi dan agroforestry. Sehingga sesuai untuk tindakan konservasi lahan dan juga
pertanian berkelanjutan. Hal ini akan meminimalisir bahaya erosi dan leaching yang dapat
menurunkan tingkat kesuburan dan produktivitas lahan. Selain itu dengan adanya
agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran akan meningkatkan biodiversitas dan
keberadaan pollinator sehingga tercipta keseimbangan ekologi. Penggunaan lahan di
lereng atas yang berupa agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran memberikan
tingkat tutupan kanopi tinggi dan tingkat tutupan seresah yang sedang. Dengan adanya
kanopi yang tinggi maka air hujan tidak secara langsung memukul tanah sehingga akan
mengurangi tingkat run-off dan erosi. Sedangkan dengan adanya seresah yang tinggi akan
mampu menyuplai bahan organic serta dapat meningkatkan aktivitas biota tanah dan juga
meningkatkan kesuburan tanah.
Pada posisi lereng tengah dan bawah penggunaan lahan berupa sawah, tegal dan
pemukiman penduduk. Tutupan lahannya dominan berupa padi, jagung, rumput gajah,
dan juga rumah penduduk. Apabila ditinjau dari tingkat kesesuaian lahannya maka
penggunaan lahan ini sudah sesuai. Pada umumnya, padi sawah diusahakan di dataran
rendah agar pasokan air dapat terpenuhi optimal. Sehingga usaha pertanian dapat
berlanjut tanpa terkendala dengan suplay air. Dari tipe penggunaan lahan ini, penduduk
5
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
dapat mengambil manfaat berupa biji dan daun (jerami). Pada lereng tengah diperlukan
usaha konservasi misalnya pembuatan terrain agar tidak terjadi erosi. Ditinjau dari tingkat
tutupan kanopi dan seresah maka sawah tergolong rendah. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya sawah ini membutuhkan pengelolaan yang intensif.
Di bawah ini adalah sket penggunaan lahan pada skala lansekap
6
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
2.3. Tipe Landskap Dan Rekomendasi Yang Perlu Dilakukan Berdasarkan Hasil
Gambar Sketsa Landskap Dengan Data Tabel Hasil Praktikum
Tabel klasifikasi lanskap pertanian berdasarkan tingkat kerusakan habitat dan fragmentasi
Tipe lanskap Intact (90%
intact)
Variegated (60-
90% habitat
asli tersisa)
Fragmented (10-
60% habitat asli
tersisa)
Relictual (<10%
habitat asli
tersisa)
Konservasi Habitat asli =
matriks
Habitat asli =
matriks
Habitat alami
terpecah (fragmen)
dalam kondisi baik
NA (not
applicable)
Perbaikan NA Daerah
Penyangga
Kualitas Habitat
Alami yang telah
terpecah
NA
Rekonstruksi
(dibangun)
NA NA Derah Penyangga
Kelola NA NA Matrix pertanian Matrix Pertanian
Dari gambar sketsa lanskap yang ada di atas dapat dilihat lahan yang digambar masuk
dalam kategori fragmented. Hal tersebut dapat dilihat dari vegetasi yang ada. Dilihat dari
lereng bagian atas terdapat hutan alami, dibawahnya ada agroforestry (pinus dan tanaman
lain) kemudian dibawahnya kopi multistrata, dan dibawahnya lagi ada sawah irigasi.
Dari lansekap juga terlihat bahwa habitat alami sudah terpecah, diantaranya sudah
digunakan sebagai lahan pertanian. Tetapi meskipun daerah alami sudah terpecah pengaturan
penanaman komoditas-komoditas sesuai dengan prinsip pertanian berlanjut, yaitu mantap
secara ekologis juga mantap secara ekonomis.
7
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari penggunaan lahan pada lereng yang
paling atas masih habitat alami, dan dibawahnya digunakan sebagai agroforestry. dengan
demikian daerah penyangga khususnya air masih tetap ada.
Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari system pertanian daerah tersebut. Pada
system agroforestry selain memperkaya biodiversitas pada lahan tersebut, juga dapat
menghasilkan nilai ekonomis, misalnya dengan ditanami dengan tanaman sayuran. Selain itu
pada lereng paling bawah digunakan sebagai lahan persawahan.
2.4 Tingkat Heterogenitas Penggunaan Lahan, Interaksi Masing-Masing Penggunaan
Lahan Dikaitkan Dengan Usaha Pertanian
Tingkat heterogenitas lahan di Dusun Sumbermulyo, Desa Sumberagung, Kecamatan
Ngantang dapat dikatakan heterogen. Hal tersebut dapat kita lihat dari bermacam-macam
penggunaan lahan, mulai dari agroforestry, tegalan, dan persawahan. Dengan adanya
heterogenitas penggunaan lahan tersebut mengindikasikan bahwa beragamnya vegetasi pada
lahan tersebut.
Pengaturan jarak tanam dan pemilihan vegetasi yang sesuai tidak akan menghambat
masuknya cahaya matahari pada lahan tersebut. Misalnya saja pada sistem agroforestry
tanaman tahunan dengan tanaman semusim. Untuk menyiasati penerimaan cahaya matahari
yang diterima oleh tanaman semusim tidak kekurangan maka dapat dilakukan dengan pola
tanam lorong dengan pengaturan jarak tanam tertentu. Selain itu dengan pengaturan jarak
tanam tidak akan terjadi kompetisi hara di dalam tanah.
Sebaran hama dan penyakit dapat dikurangi intensitasnya karena vegetasi di daerah
tersebut masih rapat. Dengan adanya bermacam-macam vegetasi maka penyebaran hama
penyakit dapat ditekan dengan adanya tanaman inang sekunder. Sehingga hama penyakit
tidak menyerang pada tanaman utama, yang dapat menurunkan tingkat hasil produksi
tanaman. Selain itu kehidupan pollinator juga terjaga pada habitat tersebut. Dengan
heterogenitasnya vegetasi yang ada maka pollinator tersebut masih mempunyai “rumah
tinggal” dan dapat membantu penyerbukan.
Dari pembahasan diatas apabila dikaitkan dengan usaha pertanian maka dapat
dikatakan, lahan tersebut dapat berlanjut secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat dari sistem
8
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
penggunaan lahan yang dapat menunjang lingkungan. Selain menunjang lingkungan juga
dapat dioptimalkan untuk menghasilkan produksi yang optimal.
BAB III
INDIKATOR PERTANIAN BERLANJUT DARI ASPEK BIOFISIK
3.1 Indikator Kualitas Air
Dewasa ini penurunan kualitas air tidak hanya tejadi di daerah hilir, tetapi juga di
daerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi pertanian dan permukiman merupakan factor
utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di daerah hulu melalui
sedimentasi, penumpukan hara, dan pencemaran pestisida kimia. Kondisi ini
mempengaruhi kesehatan manusia dan keberadaan makhluk hidup yang ada di perairan.
Penumpukan unsur hara di perairan memicu booming alga, akumulasi racun pestisida
dapat membunuh hewan air dan menimbulkan berbagai jenis penyakit bagi manusia. Oleh
sebab itu, perlu adanya monitoring atau pendugaan kualitas air.
Gambar. Pengukuran kualitas air di lokasi fieldtrip
9
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Dalam praktikum ini ada tiga jenis pendugaan kualitas air sungai, yaitu fisik
(kekeruhan), kimia (pH dan DO), dan biologi (memanfaatkan mikroinvertebrata).
Dibawah ini adalah tabel klasifikasi kualitas air berdasarkan FBI dan criteria kualitas air
pada masing-masing kelas berdasarkan nilai COD, BOD, DO, dan pH.
Nilai FBI Kualitas Air Tingkat Pencemaran
0.00-3.75
3.75-4.25
4.26-5.00
5.01-5.75
5.76-6.50
6.51-7.25
7.26-10.00
Sangat Baik
Baik Sekali
Baik
Cukup
Agak Buruk
Buruk
Buruk Sekali
Tidak terpolusi bahan organik
Sedikit terpolusi bahan organic
Terpolusi beberapa bahan organic
Terpolusi agak banyak bahan organic
Terpolusi banyak bahan organic
Terpolusi sangat banyak bahan organic
Terpolusi berat bahan organic
Parameter Satuan Kelas
I II III IV
DO
BOD
COD
pH
Mg/liter
Mg/liter
Mg/liter
Mg/liter
6
2
10
6-9
4
3
25
6-9
3
6
50
6-9
0
12
100
5-9
Form pengamatan kualitas air secara fisika kimia
Parameter Satuan Hasil Pengamatan Kelas
pH Mg/liter 7,86 1
Kekeruhan
(Turbidity)18,9 -
BOD Mg/liter Tidak teramati -
DO Mg/liter 9,26 1
COD Mg/liter Tidak teramati -
Form pengamatan makroinvertebrata
10
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Ordo FamiliJumlah
Individu (xi)
Nilai Toleransi
(ti)xi*ti
Coleoptera Dryopidae 2 5 10
Haliplidae 5 7 35
Diptera Caenidae 6 7 42
Dixidae 2 1 2
Empididae 1 6 6
Coleoptera Ptilodctylidae 3 3 9
Haliplidae 4 7 28
Acarformes Arrenuridae 2 6 12
Tyrellidae 5 6 30
Limnocharidae 6 6 36
Gastropoda Bithyniidae 2 8 16
Valvatidae 1 8 8
Phsydae 3 8 24
Planorbidae 4 7 28
Ephemeroptera Ephemerilidae 2 1 2
Megaloptera Corydalidae 5 0 0
Plecoptera Leuctridae 6 0 0
Pteronarcydae 2 0 0
Peltoperlidae 1 0 0
Tricoptera Glossosomatidae 3 0 0
Odontoceridae 4 0 0
Total 69 92 288
Nilai FBI
FBI = (∑ (xi*ti)) / n
= 289 / 69
= 4,17
11
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Klasifikasi air = baik sekali
PEMBAHASAN
a. Parameter pH (derajat keasaman air)
pH merupakan ekspresi dari konsentrasi ion (H+) didalam air. Air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air
akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH dibawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH diatas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan air buangan industry akan mengubah pH air
yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota aquatik.
Berdasarkan hasil pengukuran dari bagian hulu DAS mikro kali Konto di
Dusun Sumbermulyo, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, pH airnya 7,86,
sehingga pH airnya termasuk dalam kelas 1 dengan nilai kisaran 6-9. Dengan kisaran
pH 6-9 memperlihatkan bahwa pH air sugai yang diukur masih dalam kondisi baik
dan di indikasikan bahwa keadaan sungai didaerah ini masih alamiah.
b. Parameter Oksigen Terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic
dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer atau dari reaksi fotosintesis alga.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfer.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam
air pada 250 C dan tekananan 1 atm adalah 8,32 mg/liter.
Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas air dari daerah pengamatan, nilai
DO-nya masuk dalam kelas 1 yaitu sebesar 9,26 mg/l. nilai DO ini memperlihatkan
bahwa ekosistem air pada sungai tersebut masih baikyyang ditunjukkan dengan kadar
oksigen terlarut yang tinggi. Dan nilai DO ini menunjukkan bahwa kualitas sungai
masih dalam kondisi baik, karena semakin banyak jumlah DO, maka kualitas air
sungainya juga semakin baik.
c. Parameter Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan
anorganik.yang terkandung didalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
12
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
oleh buangan industry. Apabila kondisi air semakin keruh, maka cahaya matahari
yang masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses fotosintesisi
tumbuhan air. Hal itu berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan
air juga berkurang, sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air juga berkurang.
Dari hasil pengukuran kalitas air yang telah dilakukan, diperoleh nilai
kekeruhan air yaitu sebesar 18,9. Dengan demikian, tingkat kekeruhan disungai
tersebut masih dapat ditolerir. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kekeruhan 18,9 dan
kadar oksigen terlarut jiga masih tinggi yaitu 9,26 atau dapat dikatakan cahaya
matahari masih bisa masuk.
d. Indikator Biologi
Pendugaan air secara biologi ini memanfaatkan mikroinvertebrata seperti
plankton, mikroinvertebrata dan makrobentos. Hal dikarenakan, pemanfaatan hewan
jenis ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan dapat ditemukan pada setiap
perairan.
Pada fieldtrip kali ini, pendugaan kualitas air secara biologi menggunakan
metode FBI. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai FBI derah tersebut sebesar 4,17.
Nilai FBI tersebut termasuk dalam kelas kualitas air yang baik sekali, sehingga dapat
dikatakan bahwa kualitas air disini sedikit terpolsi oleh oleh bahan organic. Hal ini
mungkin juga disebabkan karena system pertanian yang diterapkan didaerah atas
masih dikelola dengan benar. Sehingga tidak ada penumpukan hasil sedimentasi,
akumulasi unsure hara hingga residu kimia yang berasal dari bagian hulu sungai
tersebut.
3.2 Indikator Agronomi
Biodiversitas tanaman pangan dan tahunan
Titik pengambilan
sampel tutupan lahan
Semusim/
Tahunan/Campuran
Informasi tutupan lahan dan tanaman
dalam lanskap
LuasJarak
TanamPopulasi Sebaran
13
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Kopi
Sengon
Pisang
Tahunan
Tahunan
Musiman
500 m2
500 m2
500 m2
7m
9m
21m
71
55
23
Luas
Luas
Sempit
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa lahan ditanami 3
jenis tanaman yaitu kopi, sengon dan pisang. Untuk tutupan lahan tanaman kopi dan
sengon tingkat sebarannya luas, sedangkan untuk tanaman pisang tingkat sebarannya
sempit. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat biodiversitas lahan tersebut
tergolong sedang karena sistem pertanaman yang digunakan adalah campuran dimana
terdapat lebih dari satu jenis tanaman yang ditanam dalam satu bidang lahan. Tingkat
biodiversitas suatu lahan sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian yang
diusahakan. Hal itu dikarenakan semakin banyak populasi yang hidup disuatu lahan maka
interaksi didalamnya juga semakin banyak sehingga terjalin simbiosis mutualisme.
Interaksi tersebut bisa berupa : a.) siklus hara, diantaranya tanaman tahunan mempunyai
akar yang dalam sehingga mampu menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman
musiman, b.) pengendalian
OPT, dimana masing- masing tanaman
mempunyai hama yang berbeda-beda
oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan hama tanaman yang
satu merupakan musuh alami bagi hama
tanaman lainnya, c.) penambahan BO,
dimana semakin banyak tanaman
yang tumbuh maka seresah yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga kesuburan
tanah dapat terjaga dengan adanya penambahan bahan organik yang berasal dari seresah
tersebut. Dari segi ekologi, sistem pertanian tersebut dapat dikatakan sebagai sistem
pertanian berkelanjutan dimana dalam prakteknya ramah lingkungan tidak menimbulkan
kerusakan dan mampu menciptakan agroekologi yang sehat.
14
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Gambar. Jenis vegetasi yang ada di lokasi fieldtrip
Pertanian Berkelanjutan merupakan suatu konsep pemikiran masa depan.
Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan
datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan
tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.. Pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable
resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), untuk
proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya,
kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap
lingkungan.
Pengelolaan Gulma
Titik Pengambilan
sample
Kelebatan Gulma
Lebat
(> 50%)
Agak Lebat
(25%-50%)
Jarang
(< 25%)
Samping kanan
Tengah
Samping kiri
Form Pengamatan Biodiversitas Gulma
Nama lokal Nama ilmiah Lokasi sampel Jumlah Fungsi
15
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Rumput teki Cyperus
rotundus
Tengah 15 Tanaman obat
Patikan kerbau Euphorbia
hirta
Tengah 25 Tanaman obat
Grinting Cynodon
dactylon
Tengah 10 Tanaman liar
Gulma berdaun
lebar
Class
Dicotyledonae
Samping kanan 8 Tanaman liar
Krokot Portulaca
oleracea L.
Samping kiri 5 Tanaman obat
Rumput
(Gulma
berdaun
sempit)
Marga
Poaceae
(Gramineae)
Samping kanan 12 Tanaman liar
Form Tabulasi Data
Kelompok
Gulma
Tutupan Lahan
Kopi Sengon Pisang
Teki-tekian Rumput teki (Cyperus
rotundus)
Rumput teki
(Cyperus rotundus)
Rumput teki
(Cyperus rotundus)
Grinting (Cynodon
dactylon)
Daun
sempit/rumput
Rumput Marga
Poaceae (Gramineae)
Rumput Marga
Poaceae
Gramineae)
Rumput Marga
Poaceae
(Gramineae)
Daun Lebar Patikan kerbau
(Euphorbia hirta)
Krokot (Portulaca
oleracea L.)
Patikan kerbau
(Euphorbia hirta)
Krokot (Portulaca
oleracea L.)
Patikan kerbau
(Euphorbia hirta)
Krokot (Portulaca
oleracea L.)
16
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa di lahan
terdapat berbagai jenis gulma yang tumbuh, diantaranya adalah: Rumput teki (Cyperus