LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG FAKTOR RESIKO HIPERTENSI (STUDI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 01 RW 03 KAMPUNG GAGA DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN) PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 25 OKTOBER 2013 Disusun Oleh : KELOMPOK 6 DHANNISA AZZAHRA (110.2007.083) DHITA LARASATI (110.2008.070) NADIA UTAMI (110.2008.171) NURUL QOMARIYAH (110.2008.296) Pembimbing : Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.
151
Embed
Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas
Pengetahuan Keluarga Binaan Mengenai Faktor Resiko Hipertensi (Dessa Tanjung Pasir)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG FAKTOR RESIKO
HIPERTENSI
(STUDI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 01 RW 03 KAMPUNG GAGA
DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN)
PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 25 OKTOBER 2013
Disusun Oleh : KELOMPOK 6
DHANNISA AZZAHRA (110.2007.083)
DHITA LARASATI (110.2008.070)
NADIA UTAMI (110.2008.171)
NURUL QOMARIYAH (110.2008.296)
Pembimbing :
Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.
KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITASBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK. UNIVERSITAS YARSI2013
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 GAMBARAN UMUM DESA
1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan
daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah 564,25 hektar
dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu
meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas
108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan
terdiri dari dua hektar pemakaman umum.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada
gambar 1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo
dan Pangkalan
Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
1
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang
terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas
wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan
2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24
mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47
km.
Batas – batas wilayah Kecamata Teluknaga adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah laut Jawa
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Kecamatan
Neglasari
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan/Pakuhaji
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
2
Puskesmas Tegal Angus terdapat di:
a) Desa Tegal Angus
b) Jl Raya Tanjung Pasir
c) Kode Pos 15510
d) Status kepemilikan Tanah : Tanah Pemkab
e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kosambi
g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Kampung Melayu
h) Batas wilayah sebelah Barat dengan desa Pakuhaji
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga
dihubungkan oleh:
A. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga
sepanjang 108 km,dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
a. Jalan Propinsi : 9,5 km
b. Jalan Kabupaten : 5 km
c. Jalan Desa : 93,5 km
2. Berdasarkan kondisi fisik
a. Jalan hotmik : 17,5 km
b. Jalan aspal : 67 km
c. Jalan tanah : 14,5 km
B. Jembatan
a. Jembatan besi : 1 km
b. Jembatan beton : 7 km
C. Sungai/kali
Sungai / kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga
adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km
3
1. Irigasi/Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
2. Bendungan air/Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih
yang dimanfaatkan masyarakat.
1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi
1.1.2.1 Situasi Kependudukan
Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14
Rukun Warga (RW), dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang
dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di
wilayah Desa Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari
4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa perempuan.
1.1.2.2 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2.
Dengan jumlah rumah tangga 1.4853 dan rata-rata jumlah
jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.
Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada
tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang tersebar di 6 desa
seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :
4
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan
8. Puskesmas 19. Puskesmas keliling (pusling) 110. Puskesmas pembantu (pustu) 011. Rumah Sakit Bersalin 012. Rumah Sakit Jiwa 013. Rumah Sakit Khusus Lainnya 014. Rumah Sakit Umum 015. Toko obat 0
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
1.1.2.6 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi
terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan
masyarakat, antara lain :
1. Peningkatan Gizi keluarga
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita
yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan
antagonis kalium, dan penghambat reseptor angiotesin II
(William, 2007 ).
2.3 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan,
yaitu:
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau
tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung
kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi
seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu
pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang baik dan sebaliknya.
b. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau rneningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-
aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Sistem pendidikan (formal dan non-formal) yang
berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
66
melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
c. Pengalaman
Menurut teori Determinan Perilaku yang disampaikan WHO, yang
menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri
seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. (Notoatmodjo,
2003).
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan
bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki
peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik
dalam tatanan masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas
sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan
penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo: 2003).
Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak, yang meliputi
booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan
poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,
dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).
67
e. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa
yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari objek tertentu. (Saifudin, 2002).
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur
tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan menerima informasi.
g. Sosial budaya
Sosial, termasuk di dalamnya pandangan agama dan kelompok
etnis,dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam
penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
Disini dilihat tentang bagaimana interaksi sosial; semakin baik
interaksi sosialnya, maka akan semakin baik pula pengetahuan yang
akan didapatkan.
h. Ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dan keluarga yang bestatus sosial ekonomi yang
baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan
masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga
dengan status ekonomi rendah.
68
Bagan 2.1 Kerangka terori
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga
binaan RT 01/RW 05 Kampung Sukamulya, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori
yang dihubungkan dengan area permasalahan.
69
Pengetahuan
Mengenai
Resiko
Terjadinya
Hipertensi
Pengetahuan
Mengenai
Resiko
Terjadinya
Hipertensi
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
2.5. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
yang diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang
70
Tingkat PendidikanTingkat Pendidikan
Paparan InformasiPaparan Informasi
Kebudayaan:
Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan
Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok
Kebudayaan:
Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan
Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok
Pendapatan rata – rata Pendapatan rata – rata
Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya
HIpertensi
Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya
HIpertensi
bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,
2006). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
1 Pengetahuan Informasi yang diketahui sebagai respon penggunaan panca indera, tersimpan sebagai memori dalam ingatan, yang apabila dipahami akan dapat menjadi dasar dalam menentukan tindakan. Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi
Kuesioner Wawancara Buruk = 8-12
Kurang= 13-
16
Baik= 17-2
Ordinal
71
2 Tingkat
pendidikan
Jenjang
pendidikan
formal yang
terakhir
ditempuh
responden
Kuesioner Wawancara Kurang = 1
Sedang = 2
Baik = 3
Ordinal
3 Paparan
informasi
Ada
tidaknya
informasi
tentang
faktor resiko
hipertensi
Kuesioner Wawancara Kurang = 4-
5
Cukup = 6-7
Baik = 7-8
Ordinal
4 Kebudayaan Ada atau
tidaknya
pola
kebiasaan
dan
hubungan
sosial antar
masyarakat
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan
responden
tentang
faktor resiko
hipertensi
Kuesioner Wawancara Dipengaruhi
kebudayaan
= 6-8
Sedikit
dipengaruhi
kebudayaan
= 9-11
Tidak
dipengaruhi
kebudayaan
= 12-14
Ordinal
5 Pendapatan
rata-rata
Jumlah total
pendapatan
keluarga per
bulan
Kuesioner Wawancara UMR kota
Tangerang
(Tahun 2012:
Ordinal
72
berdasarkan
Upah
Minimum
Rakyat kota
Tangerang
sebesar Rp
1.379.000,00
Rp. 1.379.000,-)
Di bawah
UMR
Sama dengan
UMR
Di atas UMR
BAB III
METODE
3.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner
sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga
observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto,
2003 ). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan
di RT 01/RW03 Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Sumber Data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota
warga binaan di Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga
melalui wawancara terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder
Data dalam bentuk laporan yang didapat dari data yang sudah ada di
Puskesmas Tegal Angus.
c. Data tersier
Data yang didapat dari jurnal ilmiah dan internet.
73
Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif
dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan)
yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit
misalnya: jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang
yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk
bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2) Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau
bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran.
Data kontinum dapat berbentuk bilangan pecahan,
contohnya adalah umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data,
pencatatan data harusdilengkapi dengan:
1) Nama pengumpul data.
2) Nama peserta yang datanya diambil.
3) Tanggal dan waktu pengumpulan data.
74
4) Lokasi pengumpulan data.
5) Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan,
tes, dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen
pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan
kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif
dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung,
diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik
antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk
pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam
penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
enam keluarga binaan di RT 01/RW 03, Kampung Gaga Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di RT 01/RW 03 Kampung Gaga, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Pengumpulan data ini dilakukan selama 5 hari, mulai dari tanggal 1
Oktober 2013 dengan 5 Oktober 2013.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga
binaan yang telah ditentukan oleh kader setempat. Dari empat keluarga
binaan ini diambil 8 orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
Dengan kriteria responden sebagai berikut :
1. Yang bersedia untuk di wawancarai
75
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia diatas 17 tahun
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Pengumpulan Data
No. Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 1 Oktober 2013 Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh
anggota keluarga binaan.
2. Rabu, 2 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan.
3. Kamis, 3 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah.
4. Jumat, 4 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah.
5. Kamis,5 Oktober 2013 Dokumentasi rumah keluarga binaan,
lingkungan sekitar, dan pola makan.
6. Sabtu, 6 Oktober 2012 Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data.
7. Senin, 8 Oktober 2012 Pembagian kuesioner kepada masing-masing
responden dari keluarga binaan.
8. Selasa, 9 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
9. Rabu, 10 Oktober i 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
10. Kamis 11 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
76
3.3 Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang
digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara
komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Word dan
Microsoft Excel.
Kuesioner terdiri dari enam variabel dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 22 buah. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang
berbeda-beda. Semua jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk
pilihan ganda. Variabel pertama, yaitu mengenai aspek pengetahuan
seputar penyakit hipertensi dan faktor resikonya sebanyak delapan
pertanyaan. Variabel kedua menilai tentang aspek pendidikan, yang terdiri
dari satu pertanyaan. Variabel ketiga tentang aspek informasi, terdiri dari
empat pertanyaan. Variabel keempat tentang aspek kebudayaan, yang
terdiri dari enam pertanyaan. Variabel kelima berisi tentang aspek
ekonomi, yang terdiri dari tiga pertanyaan.
77
BAB IV
HASIL ANALISIS
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari
karakteristik responden yang terdiri dari limakeluarga binaan di Kampung
Gaga RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang.
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Usia
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40
tahun (41%)
78
Diagram 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga
binaan adalah SD (53%).
Diagram 4.3
79
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah
wiraswasta (59%).
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang dijawab 12 responden pada bulan Oktober
2013.
Tabel 4.1
80
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Binaan terhadap Hal Yang
Memepermudah Terjadinya Hipertensi
Pengetahuan Jumlah Responden %
Baik 2 16.7%
Cukup 3 25%
Kurang 7 58.3%
Total 12 100 %
Dari Tabel 4.1. didapatkan sembilan responden (58.3%) memiliki
pengetahuan yang kurang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan terhadap
Pengetahuan Faktor Resiko Hipertensi
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden %
Tinggi 3 25%
Rendah 9 75%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.2.didapatkan semua responden (75%) memiliki
pendidikan yang rendah.
Tabel 4.3
81
Distribusi Frekuensi Paparan Informasi terhadap Faktor Resiko
Hipertensi
Paparan Informasi Jumlah Responden %
Kurang 8 66.6%
Cukup 2 16.7%
Baik 2 16.7%
Total 12 100%
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa keluarga binaan kurang mendapat informasi
(66.6%) mengenai faktor resiko hipertensi
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kebudayaan terhadap Pengetahuan Tentang Faktor
Resiko Hipertensi
Kebudayaan Jumlah Responden %
Dipengaruhi Kebudayaan
8 66.6%
Sedikit Dipengaruhi Kebudayaan
2 16.7%
Tidak Dipengaruhi Kebudayaan
2 16.7%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.4. didapatkan 8 orang dari 12 responden (66.6%)
memiliki hubungan antara sosial budaya terhadap Pengetahuan Tentang
Faktor Resiko Hipertensi
Tabel 4.5
82
Distribusi Frekuensi Ekonomi terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi
Pendapatan Jumlah Responden %
Dibawah UMR 4 33.3%
Diatas UMR 8 66.7%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.5. Dari semua responden tidak ada (66.7%) yang
memiliki pendapatan diatas UMR.
83
4.3 Fishbone
Diagram 4.4 Fishbone
5
Rendahnya latar belakang pendidikan anggota keluarga binaan
Kurangnya pemahaman akan pentingnya memahami faktor resiko hipertensi
Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi
Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi
EKONOMIEKONOMI
Kecenderungan berobat ke tenaga non medis atau memilih untuk obat yang dijual bebas di warung
Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan
Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan
INFORMASIINFORMASI
Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya
Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya
Rendahnya kebutuhan akan informasi
Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Kurangnya kepedulian untuk mengatur pola makan rendah garam
Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam
Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam
PENDIDIKANPENDIDIKANKEBUDAYAANKEBUDAYAAN
Kurangnya kemampuan untuk mengolah informasi
Kurangnya dukungan tokoh masyarakat untuk mengajak keluarga binaan berobat ke tenaga kesehatan
Ketidaktahuan mengenai prosedur kepemilikan jaminan kesehatan
4.4. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan
kepada individu, masyarakat dan komunitas dalam hal ini menunjukkan
kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan
intervensi adalah membawa perubahan kearah yang lebih baik sehingga
tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.
Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah diuraikan didapatkan
alternatif pemecahan masalah sehingga didapatkan intervensi pemecahan
masalah, dipilih beberapa akar masalah yang di prioritaskan untuk
dilakukan pemecahan masalah terhadap pengetahuan keluarga binaan
mengenai faktor resiko hipertensi. Dari akar-akar penyebab masalah
terdapat alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Variabel Pengetahuan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya
kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang faktor-
faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan
sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang pentingnya
mengetahui faktor resiko hipertensi
c. Rencana intervensi pemecahan masalah adalah dengan:
1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan
video simulasi tentang faktor resiko hipertensi
2. Variabel Pendidikan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu rendahnya tingkat
pendidikan keluarga binaan
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan
pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi sesuai
dengan tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini adalah dengan:
85
1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya
mengetahui faktor resiko hipertensi
3. Variabel Informasi
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai faktor resiko
hipertensi
b. Alternatif pemecahan masalah dengan menambah petugas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan
c. Rencana intervensi pemecahan masalah dengan:
1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung
tentang pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko
hipertensi untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan
sebelum dan sesudah penyuluhan
3) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna
menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal
Angus
4. Variabel Kebudayaan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kebiasaan pada
masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan lebih memilih
berobat ke dukun
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan
sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas kesehatan dan
membatasi konsumsi makanan tinggi garam
c. Rencana intervensi pemecahan masalah:
1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan
tinggi garam
2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
86
3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat
ke puskesmas bagi penderita hipertensi
4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
5. Variabel Ekonomi
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah biaya yang
diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan mensosialisasikan
adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu
c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini dengan:
1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
2) Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat
masyarakat untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan
kesehatan masyarakat
3) Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk
menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada
masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha
kecil menengah
4.5. Intervensi Pemecahan Masalah
Dari berbagai rencana intervensi yang telah dibuat untuk memecahkan
akar penyebab masalah yang ada, intervensi yang dapat dilakukan antara
lain adalah:
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:
Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video
simulasi tentang faktor resiko hipertensi
87
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:
Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui
faktor resiko hipertensi
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:
Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan
sesudah penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi
garam
Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke
puskesmas bagi penderita hipertensi
Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak
mampu
Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas
Tegal Angus dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat
tinggal di Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok
dan merumuskan serta menetapkan area masalah, yaitu “Pengetahuan
Keluarga Binaan Tentang Faktor Resiko Hipertensi”.
5.1.2 Akar Penyebab Masalah
a. Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang
faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
b. Rendahnya tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan
mengenai faktor resiko hipertensi
d. Kebiasaan pada masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan
lebih memilih berobat ke dukun
e. Biaya yang diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah
sakit
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
89
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:
1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video
simulasi tentang faktor resiko hipertensi
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:
1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui
faktor resiko hipertensi
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:
1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan
sesudah penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi
garam
2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke
puskesmas bagi penderita hipertensi
4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
90
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
5.2 Saran
5.2.1 Rekomendasi
a. Menambah jumlah petugas kesehatan
Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna
menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal Angus
b. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat masyarakat
untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan kesehatan
masyarakat
Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk
menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada
masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha kecil
menengah
91
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2011. Modul
Kepaniteraan Kedokteran Komunitas FK Universitas YARSI 2011. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Yarsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.(2010). Profil Puskesmas Tegal Angus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Kartikawatie, Trully, Yusnita, & Dwi Yanto. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2011.
Tangerang: Puskesmas Tegal Angus
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Soenarto. 1992. Pemanfaatan Sarana Komunal Pembuangan Tinja di Lingkungan
Permukiman Padat. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugandhy, Acadan Rustam Hakim. 2007. Prinnsip dasar Kebijakan
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
92
LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner
KUESIONER
PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN MENGENAI FAKTOR RESIKO
HIPERTENSI PADA KELUARGA BINAAN DI DESA TANJUNG
PASIR
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Apakah bapak/ibu tahu mengenai hipertensi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut bapak/ibu apa pengertian dari hipertensi?
a. Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
b. Tekanan darah normal
c. Tidak tahu
1. Menurut Bapak/ Ibu apa saja faktor penyebab timbulnya hipertensi?
a. Keturunan, pola makan, stres, merokok
b. Batuk, kurang memperhatikan kebersihan diri
c. Tidak tahu
3. Menurut Bapak/ Ibu seperti apa gejala hipertensi ?
a. Pusing, nyeri leher
b. Batuk, panas badan
93
NO.
RESPONDEN
c. Tidak tahu
4. Apakah Anda pernah mengukur tekanan darah/tensi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Jika pernah, apakah Anda ditensi secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana upaya pencegahan hipertensi?
a. Menghindari stres, makanan berlemak dan rokok
b. Menghindari panas matahari dan debu
c. Tidak tahu
4. Apakah di keluarga Anda ada yang menderita hipertensi?
a. Ada
b. Tidak ada
II. ASPEK PENDIDIKAN
5. Apakah pendidikan terkahir Anda?
a. SMP
b. SD
c. Tidak bersekolah
III. ASPEK INFORMASI
6. Apakah Anda memiliki media informasi seperti TV atau radio?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Anda pernah menonton atau mendengar informasi mengenai
hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah Anda pernah mendapat kunjungan dari petugas kesehatan tentang
penyuluhan yang berkaitan dengan hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
94
9. Apakah Anda pernah diberitahukan oleh dokter/mantri/perawat bahwa
Anda menderita hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
10. Apakah Anda berobat ke Puskesmas atau dokter jika sakit?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan asin seperti ikan asin ataupun
makanan yang yang banyak mengandung penyebab rasa?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
12. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan berlemak atau kolesterol
tinggi seperti daging kambing, durian, bebek?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
13. Apakah Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, berapa bungkus rokok yang Anda habiskan dalam satu hari?
a. Lebih dari satu bungkus
b. Kurang dari satu bungkus
15. Dimana biasanya Anda merokok?
a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
V. ASPEK EKONOMI
16. Apakah penghasilan Bapak/Ibu di atas Rp.1.379.000 tiap bulan?
a. Ya
b. Tidak
95
17. Apakah Bapak/ Ibu selalu mendapatkan penghasilan yang tetap setiap
bulannya ?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
18. Dari penghasilan tersebut, apakah cukup untuk kebutuhan sehari-hari?