BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam bedah mulut mempelajari beberapa aspek mengenai Ilmu Bedah Mulut, baik bedah mulut mayor dan juga bedah mulut minor. Tindakan dalam bedah mulut terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan yang menyangkut beberapa kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan aspek fungsional maupun estetik, khususnya pada rongga mulut. Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek dokter gigi. Beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan maupun untuk keselamatan pasien. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotik secara intravena, misalnya kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif minor. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam bedah mulut mempelajari beberapa aspek mengenai Ilmu
Bedah Mulut, baik bedah mulut mayor dan juga bedah mulut minor.
Tindakan dalam bedah mulut terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan
yang menyangkut beberapa kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan
aspek fungsional maupun estetik, khususnya pada rongga mulut. Banyak
prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek
dokter gigi. Beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan
penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan maupun untuk
keselamatan pasien. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit
adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi
atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotik secara
intravena, misalnya kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam
jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin
membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif
minor.
Sebelum merencanakan perawatan bedah mulut, terlebih dahulu
harus menegakkan diagnosa. Diagnosis berarti penetapan suatu keadaan
yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan
pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan
normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal atau anomali atau
kelainan. Untuk dapat menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan
ilmu pengetahuan atau pengalaman empirik yang luas mengenai keadaan
normal atau standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih
ditetapkan sebagai keadaan normal dan bermacam-macam bentuk
penyimpangan dari keadaan normal yang dikatakan sebagai keadaan
abnormal. Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi
dikumpulkan melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar
1
didapatkan seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang
telah dikumpulkan ini kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan
akurat data yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepat diagnosis
ditetapkan, kemudian penyusunan rencana perawatan dan tindakan
perawatan selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara benar. Tanpa
mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang
baik.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur diagnosa dalam bidang bedah mulut?
2. Bagaimana diagnosa pada skenario?
3. Bagaimana rencana perawatan pada kasus bedah mulut?
4. Bagaimana pengaruh penyakit diabetes melitus dengan kasus bedah
mulut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prosedur dianosa dalam bidang bedah mulut.
2. Mengetahui kemungkinan diagnosa pada skenario.
3. Mengetahui rencana perawatan pada kasus diabetes melitus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering
terjadi. Infeksi odontogenik dapat merupakan awal atau kelanjutan penyakit
periodontal, perikoronal, trauma, atau infeksi pasca pembedahan. Infeksi
odontogenik juga lebih sering disebabkan oleh beberapa jenis bakteri seperti
streptococcus. Infeksi dapat terlokalisir atau dapat menyebar secara cepat ke sisi
wajah lain. Macam-macam infeksi odontogenik dapat berupa : infeksi
dentoalveolar, infeksi periodontal, infeksi yang menyangkut spasium, selulitis,
flegmon, osteomielitis, dan infeksi yang merupakan komplikasi lebih lanjut.
2.1 Tanda dan Gejala
1. Adanya respon Inflamasi
Respon tubuh terhadap agen penyebab infeksi adalah inflamasi.
Pada keadaan ini substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga
dilakukan perbaikan jaringan, proses inflamasi ini cukup kompleks dan
dapat disimpulkan dalam beberapa tanda :
A. Hiperemi yang disebabkan vasodilatasi arteri dan kapiler dan
peningkatan permeabilitas dari venula dengan berkurangnya aliran
darah pada vena.
B. Keluarnya eksudat yang kaya akan protein plasma, antiobodi dan
nutrisi dan berkumpulnya leukosit pada sekitar jaringan.
C. Berkurangnya faktor permeabilitas, leukotaksis yang mengikuti
migrasi leukosit polimorfonuklear dan kemudian monosit pada
daerah luka.
D. Terbentuknya jalinan fibrin dari eksudat, yang menempel pada
dinding lesi.
E. Fagositosis dari bakteri dan organisme lainnya
F. Pengawasan oleh makrofag dari debris yang nekrotik
3
2.2 Prosedur Diagnosa Bedah Mulut
Diagnosis adalah penarikan kesimpulan terhadap kelainan atau penyakit
yang dikeluhkan oleh penderita berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, bisa disertai
dengan pemeriksaan radiologis, dan patologis yang benar.
1. Pemeriksaan subyektif
A. Identitas pasien
Pencatatan identitas pasien sangatlah penting.dari segi administrative
pencatatan identitas sangat membantu misalnya apabila pasien suatu saat
datang lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih mudah. Selain itu,
identitas pasien bermanfaat dari segi diagnostic, misalnya seorang pasien
menderita penyakit tertentu berhubungan dengan pekerjaannya, tempat
tinggalnya, dan sebagainya,
a. Nama pasien
b. Alamat
c. Pekerjaan atau sekolah
d. Alamat pekerjaan
e. Umur
f. Jenis kelamin
B. Keluhan Utama
Dari Anamnesa dapat diperoleh data sebagai berikut :
a. Chief Complaint (CC)
b. Present Illnest (PI)
c. Past medical History (PMH)
d. Family History (FH)
e. Past Dental History (PDH)
2. Pemerikssaan obyektif
- Kondisi fisik
- Tanda –tanda vital
4
a. Tekanan darah (TD)
b. Denyut Nadi (N)
c. Laju Pernafasan (P)
d. Temperatur (T)
e. Berat Badan (BB)
Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Kepala
b. Kelenjar limfe
c. Kelenjar tiroid
d. Vena jugularis
e. Arteri karotis
Pemeriksaan Intra Oral
a. Kelainan mukosa dan gingival
b. Pemeriksaan Bibir
c. Kelainan Lidah
d. Pemeriksaan gigi
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal
Pemeriksaan kondisi periodontal
Impaksi gigi
e. pemeriksaan jaringan lunak dan keras (rahang)
f. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan darah
(Purwanto, dkk, 1999)
5
2.3 Rencana Perawatan
Infeksi odontogenik biasanya mempunyai derajat sedang dan dapat dirawat
dengan mudah. Tetapi, beberapa infeksi odontogenik sangat serius dan
membutuhkan penanganan lebih lanjut. Bahkan setelah pemberian antibiotik dan
peningkatan kebersihan mulut, infeksi odontogenik serius dapat menimbulkan
kematian. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika virulensi mikroba patogen
meningkat dan terganggunya sistem kekebalan tubuh akibat suatu penyakit
tertentu. Kematian dapat terjadi ketika infeksi mencapai daerah yang jauh dari
prosesus alveolaris, yaitu daerah-daerah vital (Peterson, 2003).
Perluasan infeksi ke daerah vital tersebut berawal dari perluasan infeksi
kespasium-spasium wajah. Penyebaran infeksi dapat terjadi karena ruangan di
daerah kepala dan leher satu sama lain hanya dipisahkan jaringan ikat longgar.
Biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut kurang sempurna
(Daud dan Karasutisna,2001).
Rencana perawatan dimulai dari yang pertama dilakukan (setelah masalah
atau diagnosa ditegakkan) sampai dengan perawatan paripurna.
Prinsip perawatan pada kasus bedah mulut
1. Mempertahan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita
2. Pemberian analgesic dan antibiotic yang tepat dengan dosis yang
memadai
3. Tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada.
4. Menghilangkan secepat mungkin infeksi yang ada.
5. Evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan.
(Soemartono, 2000)
6
BAB III
PEMBAHASAN
.
3.1 Prosedur Pemeriksaan dalam Bidang Bedah Mulut
Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi
yang baik. Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit
dalam keseluruhannya, walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang
menjadi keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit
( abnormal ) dan melatih diri untuk dapat meraba dan mengenal bagian-bagian
yang abnormal, kemudian menginterprestasikannya keperubahan-perubahan
patologis. Untuk dapat membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan
suatu riwayat kasus.
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dapat dilakukan dengan anamnesis, yakni proses
tanya jawab yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien untuk menggali semua
informasi mengenai keluhan sakit atau kelainan yang dirasakan oleh pasien.
1. Identitas Penderita
Pencatatan identitas penderita sangatlah penting. Dari segi
administrative pencatatan identitas sangat membantu, misalnya apabila
pasien suatu saat dating lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih
mudah.
Identitas pasien yang perlu dicatat adalah sebagai berikut: nama
(dengan gelarnya kalau ada), alamat (dengan nomor telpon kalau ada),
pekerjaan atau sekolah, alamat, umur, dan jenis kelamin. Selain itu, yang
tidak kalah pentingnya adalah nomer pendaftaran pasien.
a. Nama pasien
Selain untuk mempermudah komunikasi, nama seseorang dapat
memberikan informasi mengenai asal usul seseorang, misalnya
merujuk pada suku bangsa tertentu yang mungkin mempunyai
penyakit atau kelainan yang khas. Sementara itu dalam pencantuman
7
gelar, dapat dijadikan acuan dalam melakukan anamneses dan
memberikan penyuluhan kesehatan (apabila diperlukan) sesuai dengan
tingkat pendidikan pasien, juga dapat memberikan informasi kasar
tentang social ekonominya.
b. Alamat
Alamat dengan nomor telpon mempermudah operator menghubungi
pasien apabila diperlukan, misalnya menanyakan perkembangan
kesehatan pasien setelah dilakukan perawatan tertentu, bila perlu
mengingatkan pasien tentang perawatan dan pengobatan yang harus
dilakukan di rumah. Selain itu, informasi tentang alamat ini bisa
dijadikan pertimbangna dalam menentukan perawatan apabila
misalnya tempat tinggal pasien jauh dari tempat perawatan.
c. Pekerjaan/ Sekolah
Pekerjaan seseorang biasanya berkaitan dengan penjadwalan
kunjungan, misalnya seorang pengusaha yang sibuk tentunya
memerlukan perawatan yang cepat dan tidak harus dating berkali-kali
ke klinik. Demikian pula sorang siswa atau mahasiswa, memerlukan
jadwal khusus untuk dilakukan perawatan. Pada keadaan tertentu,
pekerjaan berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien,
misalnya pasien yang bekerja pada daerah kumuh atau berdebah
bahan toksik, mungkin saja penyakitnya berhubungan dengan
pekerjaan tersebut.
d. Alamat pekerjaan
Penjelasan untuk aspek ini tidak jauh berbeda dengan poin 2, bahwa
alamat pekerjaan ini bisa dijadikan sebagai media komunikasi apabila
dokter giginya ingin menghubungi pasien saat jam kerja dan
merupakan informasi yang berguna untuk menentukan rencan
perawatan ataau penjadwalan.
8
e. Umur
Informasi tentang umur penderita sangat diperlukan dalam
menentukan perawatan. Umur bisa juga bisa dijadikan dasar untuk
menentukan tekanan darah normal.
f. Jenis kelamin
Selain untuk keperluan data statistic, secara informasi mengenai
informasi mengenai jenis kelamin kadang membantu dalam
menegakkan diagnosis, yang akhirnya dijadikan dasar dalam
menentukan rencana perawatan.
Pemeriksaan obyektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pengertian pemeriksaan ekstra oral
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan di daerah di
sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah,
kepala, dan leher. Pemeriksaan ektra oral dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi dengan
palpasi. Seperti adanya kecacatan,pembengkakan, benjolan, luka, cedera,
memar, fraktur, dislokasi dll.
Teknik pemeriksaan ekstra oral
a. inspeksi / visual
inspeksi dapat dilakukan dengan melakukan observasi untuk melihat
adanya perubahan ukuran, warna, tekstur, bentuk
b. palpasi
palpasi dilakukan untuk mebandingkan struktur yang normal dan yang
mengalami kelainan.
P emeriksaan ekstra oral
a. Keadaan Umum Penderita
Meliputi tinggi badan dan bentuk tubuh yang dapat dikaitkan dengan
status gizi penderita, ekstremitas atas seperti tangan dan jari serta
9
ekstemitas bawahmisalnya bagaimana cara berjalan, pemeriksaan
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan
suhu.
b. Muka / wajah
Melalui pengamatan dan palpasi yang dilakukan pada wajah,
pemeriksa dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya
ketidaksimetrisan pada wajah, yang secara jelas kemungkinan
disebabkan oleh masalah gigi geligi, khususnya berhubungan dengan
nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan
penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa
juga disebabkan oleh adanya trauma.
c. Bibir
Bibir periksa secara visual dan palpasi. Vermilion border seharusnya
halus dan lembut. Kerusakan aktinik pada bibir (actinic cheilitis),
terutama pada bibir bawah bermanifestasi pada perubahan atrofi yang
berkaitan dengan eritema atau leukoplakia dengan penebalam
epitelium. Kedua perubahan ini sering ditemukan secara simultan
pada area yang berdekatan dengan vermilion border. Maserasi dan
cracking pada sudut mulut (angular chelitis) dianggap disebabkan oleh
infeksi lokal, terutama melibatkan Candida albicans; defisiensi nutrisi,
terutama vitamin B kompleks; penutupan rahang berlebih disebabkan
karena kehilangan gigi (bruxism, gigi, protesa usang).
d. Sudut mulut
Sudut mulut diperiksa secara visual dan palpasi. Pemeriksaan sudut
mulut menentukan adanya kelainan seperti keilitis angularis. Keilitis
angularis merupakan kondisi umum yang terlihat sebagai inflamasi
pada salah satu atau kedua ujung mulut. Keilitis angularis dapat
disebabkan karena adanya bakteri, trauma atau alergi.
e. Pipi
Melihat pipi dan apakah ada pembengkaan bentuknya simetris atau
tidak. Ketidaksimetrisan pada pipi disebabkan salah satunya adalah
10
abses dari gigi geligi serta adanya trauma yang dapat menyebabkan
pembengkakan pada pipi. Bila ada pembengkaan pipi, meraba pipi
memakai empat jari dengan menekan pipi secara lembut untuk
merasakan adanya benjolan/ pembengkaan dan menilai apakah keras,
lunak, ada fluktuasi atau tidak.
f. Kelenjar limfe
Daerah di sekeliling telinga dapat dipalpasi untuk melihat letak
limpha nodus. Limpha nodus preauricularr berada didepan tragus
dan mungkin tertekan di antara ujung jari dan mandibula. Sedangkan
limpha nodus postauricularr terletak di balakang telinga dekat
dengan perlekatan musculus sternomastoid. Palapasi digital dibuat
dengan menekan mandibula.Banyaknya limphadenopati pada daerah
ini dapat menyebabkan infeksi dari kulit kepala daerah temporal atau
frontal atau mata. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi sistemik
dengan kuman atau virus seperti German measles (rubella), chicken
pox (varicella), dan infeksi mononukleusis. Pemeriksaan
limphadenopati dapat dimulai dengan palpasi pada leher. Tata
caranya harus dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari belakang
dengan membuka sedikit kerah baju yang dikenakan pasien. Semua
nodus submental submandibula auricullar posterior dan servikal
harus dipalpasi bergantian. Vertebra cervikalis harus di palpasi dan
gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi.
11
Memeriksa kelenjar getah bening di bawah rahang bawah dengan
cara meraba menggunakan jari telunjuk dan jari tengah menekan
dengan lembut menyusuri dari belakang telinga ke submandibula
sampai arah depan/dagu untuk menemukan adanya pembesaran
kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening juga memiliki makna
klinis. Mereka menjadi meradang atau pembesaran di berbagai
kondisi, yang dapat berkisar dari sepele, seperti infeksi tenggorokan,
mengancam hidup seperti kanker. Kelainan kelenjar limfe lainnya
misalnya pembengkakan limfe node servikal karena virus dan
bakteri serta limfe denitis tuberculosis.
g. Kelenjar limfe submandibula
Kelenjar limfe submandibula adalah bagian dari sistem pertahanan
tubuh kita. Pemeriksaan limfe submandibula dengan adakah
pembesaran atau tidak. Pembesaran dapat oleh karena penyebaran
(metastase) infeksi atau tumor ganas di kelenjar limfe tersebut, atau
adanya penyakit di kelenjar limfe itu sendiri (limfoma, limfadenitis,
dll). Pemeriksaan limfe submandibula dengan dilakukan palpasi.
Palpasi ini untuk memastikan keterangan yang telah diperoleh dari
inspeksi. Kepala dalam sikap fleksi.
Bantalan jari-jari pemeriksa harus meraba secara melingkar-lingkar
untuk menilai konturnya dan mencari adanya kelenjar limfe. Yang
perlu diperhatikan saat palpasi adalah mobilitas, konsistensi, dan
nyeri tekannya. Kelenjar limfe yang nyeri tekan memberi petunjuk
kemungkinan terdapatnya suatu keradangan atau inflamasi,
sedangkan kelenjar yang padat dan sukar digerakkan seringkali
terdapat pada keganasan.
Ada juga cara lain untuk memeriksa kelenjar limfe submandibula,
tetapi pada dasarnya sama antara keduanya. Pemeriksa berada
disebelah kanan belakang pasien, pasien menoleh ke kiri untuk
memeriksa limfonodi kanan dan menoleh ke kanan untuk memeriksa
limfonodi kiri. Dengan dua jari bagian dalam (tengah dan telunjuk)
12
diperiksa apakah kelenjar tersebut teraba atau tidak. Normalnya,
kelenjar limfe submandibula tidak teraba. Jika teraba, berarti
abnormal dengan dilihat adanya nyeri tekan, mobilitas, peningkatan
suhu, dan perubahan warna kulit.
h. Kelenjar Tiroid
Pasien posisi duduk santai dan pemeriksa di belakangnya. Pasien
menundukkan kepala sedikit atau mengarah kesisi pemeriksa untuk
merelaksasikan jaringan dan otot-otot. Palpasi lembut dengan 3 jari
tangan masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar.
Bangdingkan kedua sisi leher, periksa ukuran, bentuk, garis luar,
gerakan, konsistensi dan rasa nyeri yang timbul. Jangan gunakan
tekanan berlebihan saat mempalpasi karena nodus kecil dapat
terlewati. Palpasi trakea terhadap posisi tengahnya dengan
menyelipkan ibu jari dan telunjuk di masing-masing sisi pada
cekungan suprasternal. Bandingkan ruang sisa antara trakea dan otot
sternokleidomastoideus. Untuk memeriksa kelenjar tiroid dengan
posisi dari belakang. Lakukan palpasi ringan dengan 2 jari dari
tangan kanan kiri di bawah kartilago krikoid. Beri pasien segelas air,
minta pasien menundukkan dagu dan mengisap sedikit air dan
menelannya, rasakan gerakan ismus tiroid. Pembesaran nodus limfe
dapat menandakan infeksi setempat atau sistemik. Nodus yang
membesar dengan cepat seharusnya diperiksa lebih teliti. Nodus
limfe kadang-kadang tetap membesar setelah adanya infeksi tetapi
biasanya tidak nyeri. Kelenjar tiroid pada dasar terlebar berkisar 4
cm. Pembesaran tiroid yang nyeri tekan menandakan infeksi.
i. Kelenjar saliva
Terdapat tiga pasang besar kelenjar saliva di dalam mulut. Sepasang
kelenjar saliva yang paling besar, disebut kelenjar parotid, terletak
persis di belakang sudut pada mulut, di bawah dan di depan mata.
Dua pasang yang lebih kecil, kelenjar sublingual dan kelenjar
submandibular, terletak di dalam lantai mulut. Sebagai tambahan
13
kelenjar besar ini, banyak kelenjar ludah kecil yang terbagi-bagi
sepanjang mulut. Semua kelenjar tersebut menghasilkan saliva, yang
membantu mencerna makanan sebagai bagian proses pencernaan.
Berbeda dibandingkan kanker, dua jenis besar gangguan yang
mempengaruhi kelenjar saliva : satu yang mengakibatkan kerusakan
kelenjar saliva, dimana tidak cukup saliva dihasilkan, dan satu lagi
mengakibatkan pembengkakan kelenjar saliva. Ketika aliran saliva
tidak mencukupi atau hampir tidak ada, mulut terasa kering
(xerostomia). Kerusakan kelenjar saliva : penyakit dan gangguan
tertentu, sama seperti obat-obatan tertentu, bisa menyebabkan
kelenjar saliva menjadi rusak dan dengan demikian mengurangi
produksi saliva. Penyakit-penyakit termasuk penyakit Parkinson,
infemakanan tertentu, seperti makanan asam. Kadangkala bahkan
memikirkan mengenai makan makanan ini bisa meningkatkan
produksi ludah. Pembengkakan kelenjar ludah : pembengkakan
kelenjar ludah bisa terjadi pada pembuluh yang membawa ludah dari
kelenjar ludah menuju mulut terhalang. Nyeri bisa terjadi, khususnya
selama makan. Penyebab yang paling umum penyumbatan adalah
batu. Batu kelenjar ludah paling umum pada orang dewasa; 25 %
batu-batuan tersebut lebih dari satu. Batu bisa terbentuk dari garam
yang terkandung di dalam ludah. Penyumbatan membuat ludah
kembali ke dalam empedu, menyebabkan kelenjar ludah
membengkak. Penyumbatan pembuluh dan kelenjar terisi dengan
ludah yang mandek bisa terinfeksi dengan bakteri. Gejala-gejala
khas pada pembuluh ludah yang tersumbat adalah pembengkakan
yang memburuk hanya sebelum waktu makan atau terutama sekali
ketika seseorang akan acar (rasa acar asam merangsang aliran ludah,
tetapi jika pembuluh tersumbat, ludah tersebut tidak mempunyai
tempat dan kelenjar tersebut bengkak) Penyakit gondok, infeksi
bakteri tertentu, dan penyakit-penyakit lainnya (seperti AIDS,
sindrom sjorgren, diabetes mellitus, dan sarcoidosis) kemungkinan
14
disertai oleh pembengkakan pada kelenjar ludah besar.
Pembengkakan bisa juga terjadi dari kanker atau tumor pada kelenjar
ludah. Pembengkakan terjadi dari tumor biasanya lebih kuat
dibandingkan dengan infeksi. Jika tumor tersebut adalah kanker,
kelenjar tersebut bisa terasa seperti batu keras dan kemungkinan
tetap kuat mengelilingi jaringan. Kebanyakan tumor tidak bersifat
kanker bisa diangkat. Luka pada bibir bagian atas-misal, tidak
sengaja tergigit-bisa membahayakan kelenjar ludah kecil yang
ditemukan di sana dan menyumbat aliran ludah. Akibatnya, kelenjar
yang terkena bisa bengkak dan membentuk kecil, gumpalan lembek
(mucocele) yang tampak kebiruan. Gumpalan tersebut biasanya
muncul dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
2. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan intraoral adalah pemerikasan yang dilakukan terhadap
gigi, gusi, lidah, palatum, dasar mulut, pipi, mukosa mulut, uvula,
tonsil, dan jaringan didalam mulut lainnya. Pemeriksaan dalam mulut
yang dilakukan dengan bantuan alat dasar berupa : kaca mulut, sonde,
pinset, ekscavator, dan probe, untuk memperjelas pandangan dapat
digunakan kamera intra oral yang dihubungkan dengan monitor.
Teknik pemeriksaan intraoral
a. Inspeksi / visual
inspeksi dapat dilakukan dengan melakukan observasi untuk
melihat adanya perubahan ukuran, warna, tekstur, bentuk
b. Palpasi
palpasi dilakukan untuk mebandingkan struktur yang normal dan
yang mengalami kelainan.
Cara : Menggunakan ujung jari dengan sentuhan atau tekanan yang
ringan untuk mengetahui konsistensi jaringan dibawah ujung jari.
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau
fluktuasi / pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya
15
kelainan periapikal dan mengetahui ada atau tidaknya
limfadenopati.
c. Test Perkusi
Cara : Menggunakan ujung tangkai kaca mulut atau sonde dengan
mengetukkan ke mahkota
Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi
periapikal, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau
sensasi ngilu. Bila positif sakit, maka memang adanya kelainan
pada jaringan di sekitarnya.
d. Test mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling
gigi . Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi
atau sebaliknya. Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi
pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen.
e. Test termal
Test dingin, pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut
tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Tes
panas, rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tempat
lain.
Pemeriksaan t erdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal
Untuk mengetahui apakah port de entry infeksi melalui intra pulpa
b. Pemeriksaan kondisi periodontal
Untuk mengetahui apakah port de entry infeksi melalui jaringan
periodontal. Pemeriksaan kedalaman poket menggunakan probe.
c. Impaksi gigi
Untuk mengetahui port de entry imfeksi ,elalui perikoronal. Untuk
menentukan derajat kesulitan odontektomi.
16
3. Pemeriksaan Penunjang
Rujukan pemeriksaan penunjang dilakukan oleh dokter gigi untuk
membantu menegakkan diagnosis, apabila tidak terdeteksi oleh