Praktikum Kegiatan 7 Interaksi Mikroorganisme dengan Ekstrak Kasar Tumbuhan I. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh ekstrak kasar tumbuhan terhadap pertumbuhan mikroorganisme melalui perhitungan zona hambatan. II. Alat dan Bahan II.1 Alat 1. Cawan petri 2. Ose 3. Beaker glass 4. Autoclave 5. Erlenmeyer 6. Penangas air 7. Neraca digital 8. Pipet tetes/ micrometer pipet 9. Lumpang dan alu 10. Pelubang kertas II.2 Bahan 1. Spritus 2. Kertas saring 3. Bagian dari tanaman yang akan diuji 4. Media NA dan NB instan 5. Biakan bakteri 6. Alkohol 70% 7. Kertas HVS bekas 1
25
Embed
Laporan bioteknologi interaksi mikroba terhadap Ekstrak Kasar tumbuhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Praktikum Kegiatan 7
Interaksi Mikroorganisme dengan Ekstrak Kasar Tumbuhan
I. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh ekstrak kasar tumbuhan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme melalui perhitungan zona hambatan.
II. Alat dan Bahan
II.1Alat
1. Cawan petri
2. Ose
3. Beaker glass
4. Autoclave
5. Erlenmeyer
6. Penangas air
7. Neraca digital
8. Pipet tetes/ micrometer pipet
9. Lumpang dan alu
10. Pelubang kertas
II.2Bahan
1. Spritus
2. Kertas saring
3. Bagian dari tanaman yang akan diuji
4. Media NA dan NB instan
5. Biakan bakteri
6. Alkohol 70%
7. Kertas HVS bekas
8. Kapas
9. Karbol
10. Alumunium foil
11. Aquades
(Suryanti, 2015)
1
III. Prosedur Kerja
Pembuatan media
Membuat media NA dalam Erlenmeyer dengan melarutkan 4,8 gram
dalam 200 mL aquades lalu memanaskannya pada penangas hingga
mendidih sambil diaduk sampai homogen, kemudian dibiarkan
beberapa saat dan tutup dengan kapas dan alumunium foil dan lakukan
sterilisasi media dengan menggunakan autoclave.
Langkah kerja
1. Membersihkan cawan petri dengan alkohol 70% lalu bungkus
dengan kertas HVS kemudian sterilisasi. Membuat cakram dengan
kertas saring kemudian sterilisasi.
2. Menyeterilkan tangan dan meja yang digunakan untuk bekerja
dengan alkohol setelah itu dengan alkohol 70%.
3. Menyeterilkan cawan petri dengan memanaskan di atas spiritus.
4. Membuat ekstrak kasar tumbuhan dengan mengerus 20 gram organ
tumbuhan menggunakan lumpang dan alu. Menyaring air gerusan
dengan kertas saring kemudian memberi label.
5. Merendam cakram yang sudah steril pada ekstrak tumbuhan.
6. Menuangkan 1 ml biakan bakteri pada media NB dengan
menggunakan pipet tetes ke dalam cawan petri.
7. Menuangkan 10 ml media NA ke dalamnya kemudian meratakan
biakan dengan media dengan melakukan gerakan melingkar secara
perlahan pada cawan petri yang telah ditutup di atas meja,
membiarkan media NA sampai memadat.
8. Meletakkan kertas cakram yang berisi ekstrak kasar. Menunggu
beberapa saat hingga agak menempel. Meletakkan cawan petri
secara terbalik (dapat dibungkus dengan kertas, plastik, atau
diisolasi).
9. Menginkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 30oC.
10. Mengamati dan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk
setelah 24 jam.
2
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
Tabel 01. Hasil pengamatan kelompok 1
Kelompo
k
Gambar Keterangan
1
Daun dadap (Erythrina lithosperma) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan daun dadap,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 2 cm, 2,5 cm, 2,3
cm, 2,2 cm
Mengkudu (Morinda citrifolia) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan mengkudu,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 1,15cm, 1,25 cm,
1,625 cm, 1,35 cm
3
Tabel 02. Hasil pengamatan kelompok 2
Kelompo
k
Gambar Keterangan
2
Kunyit (Cucurma domestica) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan kunyit,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
sebagai yaitu 1,05 cm,
1,15 cm, 1,05 cm, 1,1
cm
Daun sikat botol (Callistemon viminalis) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan sikat botol,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 1,25 cm, 1,05 cm,
1,1 cm, 1 cm
4
Tabel 03. Hasil praktikum kelompok 3
Kelompo
k
Gambar Keterangan
3
Bawang putih (Allium sativum) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan bawang putih,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 1,15 cm, 1,35 cm,
1,15 cm, 1,1 cm
Daun belimbing (Averrhoa bilimbi) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan daun
belimbing, tidak
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram.
5
Tabel 04. Hasil pengamatan kelompok 4
Kelompok Gambar Keterangan
4
Jambu (Psidium guajava) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan daun jambu,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada
keempat kertas cakram
dengan perhitungan
diameter yaitu1,2 cm, 1
cm, 1,1 cm, 2,75 cm
Sirih (Peper betle) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan daun sirih
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada dua
kertas cakram saja
dengan perhitungan
diameter yaitu 2,25 cm,
1,65 cm dan dua lagi
tidak terlihat zona
hambat.
6
Tabel 05. Hasil pengamtan kelompok 5
Kelompok Gambar Keterangan
5
Buah annatto (Bixa orellana) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan buah annatto,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 1,8 cm, 1,8 cm,
1,5 cm, 1,5 cm
Daun delima (Punica granatum) Pada praktikum dengan
menggunakan ektrak
tumbuhan daun delima,
memperlihatkan
terbentuknya zona
hambatan pada keempat
kertas cakram dengan
perhitungan diameter
yaitu 1,5 cm, 2 cm, 2,3
cm, 2 cm
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang kami diperoleh, maka
dapat dibahas sebagai berikut.
1. Dikatan ekstrak kasar karena pada praktikum tersebut
menggunakan organ tumbuhan yang hanya dihancurkan untuk
7
mendapatkan cairan yang terdapat pada organ tumbuhan
sehingga masih terlihat adanya ampas-ampas dari tumbuhan
juga ikut dalam paper disk yang digunakan dalam praktikum.
2. Mekanisme terbentuknya zona hambatan. Pada umumnya
metode yang digunakan dalam uji sensitifitas bakteri adalah
metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari
daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan
inilah yang menunjukan sensifitas bakteri terhadap bahan
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar
diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sensitif. Mekanisme kerja senyawa antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan merusak
dinding sel dari bakteri. Bila dinding sel bakteri tersebut rusak,
maka dapat mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul
protein dan asam nukleat, serta menghambat kerja enzim,
sintesis asam nukleat dan protein dari sel bakteri tersebut,
sehingga menyebabkan kematian bakteri. (Plectzar, 1998).
3. Hal yang menyebabkan zona hambatan tidak terbentuk pada
beberapa ekstrak yakni:
a. Ketebalan media agar, dapat mempengaruhi penyebaran
dan difusi ekstrak yang digunakan.
b. Umur bakteri, bakteri yang berumur tua (fase stationer)
tidak efektif untuk diuji karena mendekati kematian dan
tidak terjadi pertumbuhan lagi sehingga yang dipakaki
bakteri berumur sedang (fase eksponential) karena aktivitas
metabolitnya tinggi, pertumbuhan cepat sehingga lebih
peka terhadap daya kerja ekstrak dan hasilnya lebih akurat.
c. Waktu inkubasi, waktu yang cukup supaya bakteri dapat
berkembang biak dengan optimal dana cepat, waktunya
minimal 16 jam.
8
d. pH, temperatur, bakteri memiliki pH dan temperatur
optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda sehingga
sebaiknya dilakukan saat pH dan temperatur yang optimal.
e. Konsentrasi ekstrak, semakin tinggi konsentrasi ekstrak,
maka semakin besar diameter zona hambatannya.
f. Jenis ekstrak, setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-
beda terhadap antibakteri, tergantung sifat antibakteri
tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit).
g. Waktu peresapan bakteri terhadap media agar, suspense
bakteri uji yang telah diinokulasikan pada media agar
dibiarkan selama beberapa menit untuk memberikan
kesempatan pada suspense bakteri uji menyebar pada
permukaan media agar sehingga menjadi homogen
sehingga memerlukan waktu yang optimal.
Tanaman memiliki khasiat dan manfaat yang berbeda-beda.
Tanaman-tanaman tersebut memiliki kemampuan antibakteri alami
yang bisa diamati melalui interaksi mikroorganisme dengan
menggunakan ekstrak kasar tumbuhan. Melalui praktikum ini,
kami dapat mengetahui peran tumbuhan yang bisa digunakan
sebagai antibakteri alami. Menurut Fardiaz (1989) menyatakan
bahwa senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktivitas mikroba disebut juga senyawa
antimikroba. Zat antimikroba juga bersifat bakterisidal (membunuh