LAPORAN PRAKTIKUM BIOMONITORINGUJI TOKSISITAS AKUT (LC50)
INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT TERHADAP MORTALITAS IKAN MAS (Cyprinus
carpio)
Disusun olehAININ NURI ALMIRA125080100111068AISYAH NUR
ALFIYAH125080100111003ANA LATIFATUS S125080100111093ANIK
YULIATI125080100111083ARIF ARDIANSYAH125080100111022ATIK APRILIA
S125080100111095DIANA PRASETYORINI125080101111008DODY FEBRIANTO
E125080100111100FATHIN ADILLA125080101111034LUK LUK IL
MAKNUUN125080100111064NABILLA SUBIAKTO125080101111006SELFI DWI
P115080100111069
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS
BRAWIJAYAMALANG2014BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangInsektisida merupakan salah satu jenis
pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga. Penggunaan
insektisida ini sering dilakukan terutama dibidang pertanian untuk
membasmi hama sehingga bisa meningkatkan hasil produksi. Namun jika
penggunannya kurang bijaksana dapat membawa dampak bagi yang
lainnya diluar hama yang ingin dibasmi. Limbah insektisida yang
masuk dalam perairan dalam jumlah besar secara langsung maupun
tidak langsung dapat mengganggu kualitas air sehingga kelangsungan
hidup dan pertumbuhan biota-biota air terutama ikan akan terganggu.
Menurut Thompson (1971) dalam Rudiyanti dan Astri (2009), pengaruh
secara langsung disebabkan oleh akumulasi pestisida dalam
organ-organ tubuh akibat tertelan bersama-sama makanan yang
terkontaminasi, atau akibat rusaknya organ-organ pernafasan
sehingga dapat mematikan ikan budidaya dalam jangka waktu tertentu,
sedangkan secara tidak langsung adalah menurunnya kekebalan tubuh
terhadap penyakit dan terhambatnya pertumbuhan.Ikan mas merupakan
salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting,
sehingga ikan ini banyak dibudidayakan. Selain dipelihara dalam
kolam-kolam tertentu, ikan mas sering dipelihara di sawah
bersama-sama dengan tanaman padi.Kelangsungan hidup ikan sangat
tergantung dari kondisi perairan tempat hidupnya. Mengingat
besarnya potensi pencemaran dari limbah insektisida dalam perairan,
maka pemakaian insektisida kiranya perlu dilakukan secara cermat.
Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan insektisida yang mengandung bahan
aktif klorpirifos dengan konsentrasi yang berbeda terhadap
kelangsungan hidup benih ikan mas.
1.2 TujuanTujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk
Menentukan tingkat toksisitas Lethal Concentratin (LC50)
Insektisida Organofosfat Terhadap Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus
carpio) dan mengetahui konsentrasi yang dapat ditolerir.
1.3 Waktu dan TempatPraktikum Biomonitoring tentang pengaruh
konsentrasi insektisida terhadap kelangsungan hidup ikan mas
dilaksanakan pada hari senin-sabtu, 5-10 mei 2014 pukul 07.00
selesai bertempat di laboratorium Ilmu Ilmu Perairan gedung C
lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Malang.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi InsektisidaMenurut Matnawy (1989), insektisida
merupakan pestisida yang digunakan untuk memberantas insekta.
Menurut Fardiaz (1992), Insektisida banyak digunakan untuk berbagai
tujuan melawan serangga, misalnya membasmi hama tanaman,
membersihkan lingkungan dari serangga pembawa penyakit, mengawetkan
bahan bangunan, membasmi hama gudang, dan sebagainya. Sedangkan
menurut Pudjaatmaka (1999), insektisida merupakan bahan kimia yang
membunuh serangga.
2.2 Sumber InsektisidaPrijono (1999) dalam Lina, et al. (2010),
menyatakan bahwa ekstrak kasar tumbuhan pada konsentrasi dibawah
0,5% cukup efisien untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida
botani. Menurut Syahroni dan Prijono (2013), Salah satu jenis
tumbuhan yang berpotensi digunakan sebagai sumber insektisida
nabati ialah sirih hutan, Piper aduncum L. (Piperaceae). Bahan
tumbuhan lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber
insektisida nabati ialah buah lerak, Sapindus rarak DC.
(Sapindaceae) (Heyne 1987; Widowati 2003).Famili tumbuhan yang
dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah
Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, Rutaceae. Namun hal
ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan
yang baru untuk dijadikan sebagai insektisida nabati. Pengembangan
teknologi formulasi insektisida yang ramah lingkungan dan aman
dalam penggunaan sangat perlu dilakukan (Gusti et al., 2009 dalam
Sari, et al., 2013).
2.3 Pengertian Bioassay dan Uji ToksisitasBioassay dapat
dideskripsikan sebagai metode biologi yang disediakan oleh ilmuwan
peneliti untuk digunakan sebagai alat yang dapat membantu ahli
teknik air untuk memonitor efek toksik dari buangan limbah atau
dalam rangka mengukur polusi lingkungan. Perkembangan bioassay
telah diintroduksi pada lingkungan industry yang dapat mencemari
air sebagai suatu alat yang semestinya sensitive, murah, serta
cepat responnya untuk mengukur kualitas air (Nganro, 2009).Uji
bioassay adalah suatu uji daya kemampuan dari masing - masing
isolat untuk membunuh larva Aedes sp. Sebagai perlakuan adalah
jenis isolat bakteri dan konsentrasi inokulum mikroba, pada
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Sepuluh ekor larva nyamuk Aedes
sp dalam 100 ml aquades diinokulasi dengan biakan bakteri dengan
konsentrasi 0,1 , 0,5, dan 1 ml, parameter yang diamati adalah
mortalitas larva selama 3 - 5 hari. (ariyadi, 2012)Ketoksikan akut
adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara
singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Jadi yang
dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk
mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba
tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah
perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja (Sulastry,
2009).Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini
dirancang untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang
terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah pemberiannya
dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling sering
digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah
dosis letal tengah (LD50). Terdapat 3 metode yang paling sering
digunakan untuk menghitung harga LD50 yaitu metode grafik Lithfield
& Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller dan
Tainter, dan metode rata rata bergerak Thompson-Weil yang
didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang
menunjukan respon. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh
meliputi penampakan klinis, morfologis, dan mekanisme efek toksik
(Jenova,2009).
2.4 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)Menurut Lentera (2002),
Ikan mas (Cyprinus carpio, Linn) merupakan jenis ikan darat yang
hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk.
Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem
pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya)
sebagai berikut.
(Google image, 2014)Phyllum (Filum): ChordataSubphyllum (Anak
filum): VertebrataClass (Kelas): OsteichthyesSubclass (Anak kelas):
ActinopterygiiOrdo (Bangsa): CypriniformesSubordo (Anak bangsa):
CyprinodeaFamili (suku): CyprinidaeSubfamily (Subsuku):
CyprinusSpecies (Jenis): Cyprinus carpio, LBentuk tubuh ikan mas
agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak
dibagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut.
Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth)
yang terbentuk atas tiga baris gigi graham. Secara umum, hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa
varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas
berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid
(lingkaran)(Khairuman dan Khairul, 2008).Sirip punggungnya (dorsal)
memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir
(sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip
duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu
berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuknya (linea
lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan
tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor (Khairuman dan Khairul, 2008).
2.5 Parameter Kualitas Aira. SuhuSuhu merupakan salah satu
faktor yang penting di dalam kegiatan budidaya perikanan. Suatu
aktivitas metabolisme ikan berbanding lurus terhadap suhuair.
Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan,
demikian pula sebaliknya.Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akankehilangan nafsu makan
dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu
terlalutinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan dan bahkan
dapat menyebabkan kerusakaninsang permanen. Suhu air yang optimal
untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28Csampai 32C. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan ikan nila yang
dibudidayakanmampu beradaptasi dengan suhu air diantara keduanya,
mulai dari 14C sampai 38C (Jaya, 2011).Menurut Goldman (1983) dalam
Apridayanti (2008), menyatakan bahwa suhu merupakan faktor utama
dalam regulasi konsentrasi oksigen dan Karbondioksida, tetapi hal
ini juga tergantung pada fotosintesis tanaman, respirasi dari semua
organisme, aerasi air, keberadaan gas gas lainnya dan oksidasi
kimia yang mungkin terjadi. Suhu perairan dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang masuk kedalam air. Suhu selain berpengaruh
terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, juga berpengaruh
terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air. Sedangkan
perubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan arus secara
vertikal.b. DOOksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara,
tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang
dan pasang surut (Salmin, 2005).Menurut Patty (2013), menyatakan
bahwa oksigen terlarut di perairan ini dipengruhi oleh fakktor
eksternal antara lain cuaca, angin dan arus. Kondisi suhu,
salinitas dan oksigen terlaut perairan ini masih tergolong normal
dan baik untuk kehidupan biota laut. Rendahnya kardar oksigen di
daerah pantai dekat muara sungai (estuari), erat kaitannya dengan
keke-ruhan air laut dan juga diduga dise-babkan semakin
bertambahnya aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan zat
organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut
(biopro-ses) di perairan ini. Sedangkan tinggi-nya kadar oksigen
terlarut di perairan lepas pantai, dikarenakan airnya jernih
sehingga dengan lancarnya oksigen yang masuk kedalam air tanpa
ham-batan melalui proses difusi dan proses fotosintesi.c. pHMenurut
Yazwar (2008), derajat keasaman (pH) merupakan factor lingkungan
yang dapat berperan sebagai factor pembatas pada perairan. Dalam
hal ini sebagian besar biota perairan sensitive terhadap perubahan
nilai pH. Organisme akuatik dapat hidup dalam suati perairan yang
mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam
lemah sampai basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan organisme
akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Derajat keasaman
air (pH) dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air
yang rendah atau sangat asam dapat menyababkan kematian ikan dengan
gejala garakannya tidak teratur, tutup insang bergerak sangat
aktif, ikan berenang sangat cepat di permukaan air. Keadaan air
yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat
(Cahyono, 2000). Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi
karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam (Amri, 2003).
BAB IIIMETODOLOGI
3.1. Alat dan FungsiAdapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum Biomonitoring adalah sebagai berikut: Ember kapasitas 10
liter: sebagai wadah hidup ikan saat pengamatan. Aerator set: untuk
menyuplai oksigen. Kabel roll: untuk menyambungkan sumber listrik
dengan aerator set. Seser: untuk membantu mengambil ikan dari media
awal sebelum diletakkan di ember uji dan untuk mengambil ikan yang
mati akibat bahan pencemar yang diujikan. Kamera: untuk
mendokumentasikan pergerakan ikan dan gejala- gejalan ikan akibat
bahan pencemar yang diberikan selama pengamatan. Gunting: untuk
memotong selotip. Alat tulis: untuk mencatat hasil pengamatan
selama 12 jam sekali. DO meter: untuk membantu mengukur kadar DO
dan suhu pada masing-masing ember. pH meter: untuk membantu
mengukur pH. Beaker glass: sebagai wadah pengenceran bahan
pencemar. Gelas ukur: untuk mengukur seberapa banyak volume bahan
pencemar yang akan digunakan sebagai bahan uji.
3.2. Bahan dan FungsiAdapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum Biomonitoring adalah sebagai berikut: Ikan Mas (Cyprinus
carpio) : sebagai organisme yang diuji ketahanannya terhadan bahan
pencemar tertentu. Selotip: memebantu menempelkan kabel roll agar
tetap diam. Air: sebagai media hidup ikan dalam ember. Akuades:
sebagai pengencer bahan pencemar. Insektisida: sebagai bahan uji
ketahanan organisme terhadap bahan pencemar. Kertas label: untuk
menandai ember terhadap masing-masing perlakuan.
3.3 Skema KerjaA. Aklimatisasi Ikan Mas
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Dimasukkan ke dalam bak Diaklimatisasi selama 1x24 jam Diberikan
pakan secara teratur Diatur temperatur pemeliharaan 25C-28C
Hasil
B. Bak kapasitas 10 l (4 buah)HasilUji Toksisitas
Dilakukan Uji Pendahuluan konsentrasi ambang bawah dan ambang
atas sesuai skala logaritmik kelipatan 10 Dilakukan uji
sesungguhnya, didapatkan kisaran konsentrasi dari uji pendahuluan
sesuai skala logaritmik, diidapatkan konsentrasi: K = konsentrasi
bahan uji 0 ppm A = konsentrasi bahan uji 0,1 ppm B = konsentrasi
bahan uji 0,135 ppm C = konsentrasi bahan uji 0,18 ppm D =
konsentrasi bahan uji 0,24 ppm diamati selama 96 jam setiap 12 jam
sekali dan diukur suhu pH dan DO jumlah ikan mati X 100 %Jumlah
total ikanDihitung persentase mortalitas dengan rumus
ditentukan LC50 dengan menggunakan analisis probit
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji ToksisitasHasil uji insektisida pada ikan mas
(Cyprinus carpio) ternyata menimbulkan efek. Ikan mas yang
terkontaminasi insektisida memperlihatkan gejala stress, gerak
renang kurang stabil dan cenderung berenang di dasar ember. Berikut
tabel hasil pengamatan selama 96 jam waktu pengamatan.Tabel 1. Data
Jumlah Mortalitas selama 96 jam PengamatanKonsentrasiJumlah
IkanJulmah Mortalitas (ekor)% Mortalitas
1224364860728496
Kontrol10000000000
0,1100000020020
0,135100101122180
0,18100010021260
0,24101120000150
Gambar 1. Grafik Mortalitas Ikan
Analisa Grafik MortalitasHasil penelitian selang konsentrasi
menunjukkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) mempunyai batas
toleransi terhadap perbedaan konsentrasi insektisida yang
diberikan. Pada konsentrasi 0,1 ppm, ikan mas masih bisa bertahan
hidup hingga jam ke-60. Pada jam ke-72 dua ekor ikan mas tidak
mampu bertahan hidup dan sebagian ikan mas mampu bertahan hidup
hingga pengamatan terakhir yaitu jam ke-96. Pada konsentrasi 0,135
ppm, seekor ikan sudah tidak mampu bertahan hidup pada jam ke-24,
ke-48 dan jam ke-60. Kemudian dua ekor ikan mas tidak mampu
bertahan pada jam ke-72 dan jam ke-96 seekor ikan mas tidak mampu
bertahan hidup. Sedangkan sebagian ikan mas mampu bertahan hingga
pengamatan terakhir yaitu jam ke-96. Pada konsentrasi 0,18 ppm
seekor ikan mas tidak mam[u bertahan pada jam ke-36, dua ekor ikan
mas tidak mampu bertahan pada jam ke-72, kemudian seekor ikan mas
tidak mampu bertahan pada jam ke-84, dan dua ekor ikan mas tidak
mampu bertahan pada jam ke-96 sementara sebagian ikan mas lain
masih mampu bertahan. Pada konsentrasi 0,24 seekor ikan mas tidak
mampu bertahan pada jam ke-12 dan ke-24, dua ekor ikan mas tidak
mampu bertahan pada jam ke-36 kemudian pada jam ke-96 seekor ikan
tidak mampu bertahan sementara sebagian ikan mas yang lain mampu
bertahan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa insektisida
mempunyai nilai ambang batas atas 0,135 ppm, sedangkan konsentrasi
ambang bawahnya adalah 0,1 ppm. Dan berdasarkan hasil perhitungan
nilai probit dapat diketahui bahwa LC50 terletak pada konsentrasi
0,143 ppm, konsentrasi ini mendekati konsentrasi pada bak ke 2
dengan konsentrasi 0,135 sehingga menyebabkan jumlah ikan yang mati
lebih dari separuh jumlah ikan yang dipelihara. Sedangkan dilihat
dari segi pengamatan parameter kualitas airnya, yaitu suhu, DO, dan
pH berada dalam kisaran normal bagi kehidupan ikan mas (Cyprinus
carpio) sehingga dalam pengamatan ini kematian ikan tidak
dipegaruhi oleh suhu, DO, dan pH.
Ciri dan Penyebab Kematian IkanDari hasil pengamatan yang sudah
dilakukan terlihat ikan yang diberi insektisida pergerakannya
hiperaktif, cenderung berenang di dasar dan memperlihatkan gejala
stres. Menurut Rudiyanti dan Astri (2009), ikan yang terkena racun
bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif,
menggelepar, lumpuh dan kemudian mati. Secara klinis hewan yang
terkontaminasi racun memperlihatkan gejala stress bila dibandingkan
dengan kontrol, ditandai dengan menurunnya nafsu makan, gerakan
kurang stabil, dan cenderung berada di dasar. Hal ini diduga
sebagai suatu cara untuk memperkecil proses biokimia dalam tubuh
yang teracuni, sehingga efek lethal yang terjadi lebih lambat.Pada
saluran pernafasan pestisida dapat menyebabkan kerusakan pada
bagian insang dan organ-organ yang berhubungan dengan insang.
Masuknya pestisida dalam insang melalui kontak langsung, karena
letaknya di luar. Kerusakan insang dapat berupa penebalan lamella,
degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan insang.
Hal ini menyebabkan fungsi insang menjadi tidak wajar dan
mengganggu proses respirasi, akibatnya mengganggu pernafasan dan
akhirnya menyebabkan kematian (Rudiyanti dan Astri, 2009).4.2
Parameter Kualitas AirParameter Kualitas AirRata-rataKisaranKisaran
Baik Berdasar Pustaka
Suhu (0C)25.7525 - 26.625 0C 30 0C(Sucipto, 2005 dalam Praseno,
et al.,2010))
DO (ppm)7.546.72 - 7.92> 3(Cholik, et al.,1986 dalam Sari, et
al., 2013)
pH (ppm)7.757.06 - 8.36 8Silaban, et al., 2012)
Analisa Parameter Kualitas AirMenurut Sucipto (2005) dalam
Praseno, et al. (2010), kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan
mas antara 250C 300C sedangkan pada saat pengamatan, kisaran suhu
antara 250C 26.60C. Sehingga dapat dikatakan kisaran suhu pada
pengamatan ini masih tergolong normal dan kematian ikan dalam
penelitian ini tidak dipengaruhi oleh suhu.Menurut Cholik, et al.
(1986) dalam Sari, et al. (2013), parameter kualitas air yang baik
untuk pemeliharaan ikan mas adalah DO >3 sedangkan DO pada saat
pengamatan berkisar antara 6.72 ppm 8 ppm. Sehingga dapat dikatakan
DO pada penelitian ini baik.Menurut Silaban, et al. (2012), kisaran
nilai pH yang baik untuk hidup ikan mas adalah 6 8 sedangkan pH
pada saat pengamatan berkisar antara 7.06 8.30. sehingga dapat
dikatakan pH pada penelitian ini masih normal.
BAB VKESIMPULAN
5.1 KesimpulanDari hasil praktikum biomonitoring dengan
manggunakan uji toksisitas didapatkan hasil bahwa pemberian
insektisida bahan aktif klorpirifos dengan konsentrasi berbeda-beda
(0,1 ppm; 0,135 ppm; 0,18 ppm dan 0,24 ppm) berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio). Dari
sini juga dapat disimpulkan bahwa insektisida mempunyai nilai
ambang batas atas 0,135 ppm, sedangkan konsentrasi ambang bawahnya
adalah 0,1 ppm. Sedangkan nilai LC50 terletak pada konsentrasi
0,143 ppm, konsentrasi ini mendekati konsentrasi pada bak ke 2
dengan konsentrasi 0,135 sehingga menyebabkan jumlah ikan yang mati
lebih dari separuh jumlah ikan yang dipelihara. Kemudian jika
dilihat dari segi pengamatan parameter kualitas airnya, yaitu suhu
berkisar antara 25-26,6 0C, DO 6,72-7,92 ppm, dan pH 7,06-8,3.
Parameter kualitas air ini berada dalam kisaran normal bagi
kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) sehingga dalam pengamatan ini
kematian ikan tidak dipegaruhi oleh suhu, DO, dan pH.
5.2 SaranUntuk praktikum Biomonitoring tentang bioassay yang
akan datang, diharapkan perhatian lebih kepada praktikan yang
memang belum mengerti tentang bioassay, dan pembagian kelompok
praktikum dalam skala kecil agar lebih kondusif dan pemahaman
materi praktikum lebih masuk ke praktikan. Serta diharapkan lebih
kerjasama antara dosen pembimbing, asisten praktikum, dan praktikan
dalam koordinasi alat dan bahan serta waktu pemberian materi agar
prosesnya dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyadi, Tulus. 2012. Isolasi dan Uji Bioassay Bakteri Kotoran
Cicak Yang Berpotensi sebagai Pengendali Larva Aedes sp. Seminar
Hasil penelitian. LPPM UNIMUS.Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air
dan Udara. Kanisius: YogyakartaJenova, Rika. 2009. UJI TOKSISITAS
AKUT YANG DIUKUR DENGAN PENENTUAN LD50 EKSTRAK HERBA PUTRI MALU (
Mimosa pudica L.) TERHADAP MENCIT BALB/C LAPORAN AKHIR PENELITIAN
KARYA TULIS ILMIAH. FK-UNDIP: Semarang.Lina, E.C., Arneti, D.
Prijono, dan Dadang. 2010. Potensi Insektisida Melur (Brucea
javanica L. Merr) dalam Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia
pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) dan Plutella xylostella (L.)
(Lepidoptera: Yponomeutidae). Jurnal Natur Indonesia.
12(2):109-116Khairuman dan Khairul A. 2008. Buku Pintar Budidaya 15
Ikan Konsumsi. COREMAP-LIPI: Jakarta.Matnawy, Hudi. 1989.
Perlindungan Tanaman. Kanisius: YogyakartaNganro, N.R. 2009. Metoda
Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. ITB: Bandung.Praseno,
O., H. Krettiawan, S. Asih, dan A. Sudradjat. 2010. Uji Ketahanan
Salinitas Beberapa Strain Ikan Mas yang Dipelihara di Akuarium.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 93-100Pudjaatmaka,
A. H. 1999. Kamus Kimia. Balai Pustaka: JakartaRudiyanti, S. dan
Astri D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas
(Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent
0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1):49-54 Sari, P. M., Y.
Pangestiningsih, dan S. Oemry. 2013. Pengaruh Insektisida Botani
Berbentuk Serbuk Biji terhadap Hama Kumbang Callosobruchus
chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) pada Benih Kacang Hijau.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 1 (4): 1453-1461Sari, R. H., A.
Setyawan, dan Suparmono. 2013. Peningkatan Imunogenitas Vaksin
Inaktif Aeromonas salmonicida dengan Penambahan Adjuvant pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. 1 (2):87-94Silaban, T.F., L. Santoso, dan Suparmono.
2012.Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air untuk Menurunkan
Konsentrasi Amonia pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio).
E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (1) :
47-56Syahroni, Y. Y., dan D. Prijono. 2013. Aktivitas insektisida
ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC.
(Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia
pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Entomologi
Indonesia. 10 (1): 39-50Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di
Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Lampiran 1Tabel Pengamatan Kualitas AirWaktu
PengamatanKonsentrasi
Kontrol0.1 ppm
DOSuhupHDOSuhupH
127.8226.187.8226.18
247.8525.387.7325.28
367.4126,387,3026,38
487,8825,487,8425,48
606,8826,47,067,2726,47,10
727,3225,77,27,2825,77,13
846,9826,68,217,5426,68,22
967,8257,357,6257,1
Waktu PengamatanKonsentrasi
0.135 ppm0.18 ppm
DOSuhupHDOSuhupH
127.9226.187.9226.18
247.8125.387.7725.38
367,2526,387,2526,38
487,7425,488,0025,48
607,0026,47,147,0326,57,18
727,0325,77,327,825,47,18
847,6126,68,267,5226,68,20
967,7257,27,8257,3
Waktu PengamatanKonsentrasi
0.24 ppm
DOSuhupH
127.9226.18
247.6925.38
367,3826,38
487,9025,48
607,0726,47,22
727,6525,87,21
846,7226,68,30
967,8257,2
Lampiran 2Tabel Untuk Menetukan LC50
KonsentrasiLog KonsentrasiTotal ikan%MortalitasProbit
BakKontrol001000
Bak 10,10-110204,1584
Bak 20,135-0,86910805,8145
Bak 30,18-0,74410605,2533
Bak 40,24-0,61910505
PerhitunganDiketahui :a = 6,344b = 1,5934y= 5 Y = a+bx 5 = 6,344
+ 1,5934x5-6,344 = 1,5934x-1,344 = 1,5934x x = -1,344 1,5934 =
-0,843
LC50 =anti Log x =anti Log -0,843 =0,143 ppmLamprian
3Dokumentasi Ikan yang Hidup
Kontrol
Konsentrasi 0,1 ppm
Konsentrasi 0,135 ppm
Konsentrasi 0,18 ppm
Konsentrasi 0, 24 ppm
Dokumentasi Ikan yang Mati
Konsentrasi 0,135 ppm
Konsentrasi 0, 24 ppm
Konsentrasi 0,18 ppm
18