LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK DERMATOMUSKULOSKELETALPEMERIKSAAN KALSIUM DARAH
(Metode CPC Photometric)
Oleh :Kelompok 9Maisa Fadillah DaulayG1A012090
Dyah Kencana SinanglingG1A012091
Melly Fitriany SyamG1A012092
Ida Lulu HidayahG1A012093
Krisna DwiantamaG1A012094
Alinda Bella FazrinaG1A012095
Tomi NugrahaG1A012096
Inten Indri PamungkasG1A012098
Senri Utami PG1A012099AsistenViny Agustiani LestariNIM.
G1A011031KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN
KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2013LEMBAR PENGESAHANPEMERIKSAAN KALSIUM DARAH
(Metode CPC Photometric)Oleh :Kelompok 9Maisa Fadillah
DaulayG1A012090
Dyah Kencana SinanglingG1A012091
Melly Fitriany SyamG1A012092
Ida Lulu HidayahG1A012093
Krisna DwiantamaG1A012094
Alinda Bella FazrinaG1A012095
Tomi NugrahaG1A012096
Inten Indri PamungkasG1A012098
Senri Utami PG1A012099Disusun untuk memenuhi persyaratan
mengikuti ujian praktikum Biokimia Kedokteran blok
Dermatomuskuloskeletal pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
PurwokertoDiterima dan disahkan
Purwokerto, November 2013Asisten
Vinny Agustiani Lestari
G1A011031
I. PENDAHULUANA. Judul
Pemeriksaan Kalsium (Metode CPC Photometric).B. Hari dan
Tanggal
Rabu, 6 November 2013.C. Tujuan
1. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar kalsium darah dengan
metode CPC Photometric.2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil
pemeriksaan kalsium darah pada saat praktikum setelah
membandingkannya dengan nilai normal.3. Mahasiswa akan dapat
melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan
kadar kalsium darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang
dilakukan.II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Struktur Kalsium
Kalsium adalah zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan
merupakan mineral yang jumlahnya paling banyak di dalam tubuh,
yaitu sekitar 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1
kg. Sebagian besar jumlah kalsium di dalam tubuh (99%) ditemukan
dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk
hidroksiapatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) dan hanya sebagian kecil berada
dalam cairan ektravaskuler (Ernes, 2006).
Kalsium ditemukan dalam porsi yang sama pada CIS dan CES.
Kalsium serum memiliki nilai normal yaitu 4,5-5,5 mEq/L atau 9-11
mg/dL (Almatsier, 2004).
Kalsium merupakan logam metalik dan unsur kelima terbanyak di
kerak bumi. Kalsium memiliki simbol Ca, nomer atom 20, dan memiliki
massa atom 40.078 amu. Kalsium di alam selalu ditemukan dalam
bentuk kombinasi dengan unsur lain, salah satunya adalah kalsium
fosfat yang terdapat di tulang dL (Almatsier, 2004). B. Fungsi
Kalsium
Fungsi kalsium menurut Ernes (2006) adalah sebagai berikut :
1. Membantu aktivitas saraf dan otot normal.
2. Meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium).
3. Pembentukkan tulang dan gigi.
4. Menstabilkan tekanan darah.
5. Membantu transmisi gelombang listrik pada saraf.
De dijelasin ya jangan cuma disebutin doank..!Menurut Almatsier
(2004), fungsi kalsium adalah sebagai berikut :
1. Berperan untuk membentuk struktur tulang dan gigi sebagai
cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi dalam mencegah
osteoporosis yang beresiko terjadinya patah tulang terutama tulang
vertebrae, panggul, dan deformitas tulang belakang.
2. Berperan dalam mekanisme pembentukan hormon dan enzim yang
mengatur metabolisme dan sistem pencernaan.
3. Berperan dalam membantu melenturkan otot pembuluh darah.
4. Berperan untuk mengurangi resiko kanker usus dengan cara
menekan efek iritasi yang disebabkan oleh asam empedu.
5. Berperan sebagai neurotransimiter.
6. Berperan dalam proses pembekuan darah dan penyembuhan
luka.
7. Berperan dalam kontraksi otot.
8. Berperan sebagai nutrisi penting khususnya pada wanita yang
telah mengalami menopouse. C. Sumber KalsiumMemperoleh asupan
kalsium optimal dari makanan sangatlah memungkinkan. Susu dan
produk olahannya seperti yogurt dan keju serta campuran makanan
yang mengandung keju memiliki kandungan tertinggi per takaran saji.
Susu kedelai dan beras, yogurt, tofu, dan keju mengandung jumlah
kalsium yang setara dengan kalsium dalam produk-produk olahan susu
sapi. Produk ikan kaleng yang menyertakan tulangnya (salmon atau
sarden) juga mengandung banyak kalsium, tetapi irisan ikan segar
tanpa tulang bukan sumber kalsium tinggi (Cosman, 2009).Sejumlah
sayuran juga banyak mengandung kalsium, misalnya bok choy (kubis
Cina), lobak Cina, kangkung, bayam, dan brokoli. Sementara sayuran
dan buah yang mengandung sedikit kalsium adalah buncis, jeruk,
minyak wijen, minyak zaitun, lemon, dan bawang putih (Cosman,
2009).
Tabel 1. Contoh Makanan yang Berkalsium Tinggi (Cosman,
2009)MakananUkuran Penyajian (URT)Kalsium (mg)
Ikan Asin2 ptg200
Sarden Kaleng2 ptg354
Ikan Teri6 sdm1.200
Teri Bubuk6 sdm1.209
Kepiting ptg210
Udang Kering6 sdm1.209
Udang Segar4 ptg138
Tahu4 ptg124
Tempe4 ptg129
Kacang Panjang1 cup163
Bayam1 cup267
Bayam Merah1 cup368
Daun Melinjo1 cup219
Daun Ubi (Singkong)1 cup165
Daun Kacang Panjang1 cup134
Sawi1 cup220
Susu Segar1 gls115
Susu Bubuk1 gls770
Susu Kental Manis1 gls300
Mi Instan1 prg216
D. Hormon-Hormon Pengatur Kadar KalsiumTerdapat tiga hormon yang
memiliki peran utama dalam pengaturan metabolisme kalsium dalam
tubuh, yaitu hormon polipeptida seperti parathormon (PTH),
kalsitriol, dan kalsitonin serta hormon sterol yaitu 1,25
dihidrokolekalsiferol (vitamin D3) (Murray et al., 2012).1.
Parathormone (PTH)Keadaan hipokalsemia akan memicu sekresi hormon
PTH dari sel chief paratiroid, karena hormone PTH memiliki fungsi
untuk meningkatkan kadar kalsium dalam plasma darah. Dalam
melakukan kerjanya, hormon PTH memiliki tiga tahap (Sherwood,
2004), yaitu:
a. Tahap dini
Tahapan ini berlangsung beberapa menit. Tahap ini merupakan
sebuah respon cepat dari keadaan hipokalsemia.
b. Tahap kedua
Terjadi setelah beberapa jam kemudian, hal ini merupakan sebuah
mekanisme memperbanyak sekresi hormon PTH.
c. Tahap ketiga
Hal ini akan terjadi apabila hipokalsemia terjadi selama
beberapa hari, menyebabkan terjadinya hiperplasia sel paratiroid
sehingga diharapkan PTH meningkat pula.
Hormon PTH mempunyai organ target khusus, yaitu tulang dan
ginjal. PTH berfungsi mengaktifkan kerja osteoklas untuk meresorpsi
simpanan kalsium dan fosfat pada tulang dan melepaskan kalsium ke
dalam plasma darah. PTH di ginjal memiliki fungsi menghambat
sekresi kalsium melalui urin dan mengaktivasi reabsorbsi kalsium,
Selain itu, PTH juga merangsang perubahan 25 hidroksikolekalsiferol
menjadi 1,25 dihidroksikolekalsiferol (Smith et al., 2005).2.
Hormon KalsitriolKalsitriol merupakan hormon yang bertugas
meningkatkan kadar kalsium dan fosfat dalam plasma. Kalsitriol
memiliki tiga organ target, yaitu usus, tulang, dan ginjal.
Kalsitriol pada usus berfungsi untuk meningkatkan absorbsi kalsium
dan fosfat. Kalsitriol meningkatkan absorbsi kalsium oleh usus
sekitar 35% (350 gram/hari). Sementara kalsitriol pada tulang
berfungsi untuk meningkatkan aktivitas osteoklas (Martini et al.,
2012). Pada ginjal, kalsitriol berfungsi menurunkan reabsorpsi
kalsium di tubuli ginjal. Sebanyak kurang lebih 10% kalsium (100
mg/hari) akan dieksresikan melalui urin, dan sekitar 41% kalsium
plasma terikat pada protein plasma sehingga tidak akan difiltrasi
oleh glomerulus (Bhagavan et al., 2011).3. Hormon Kalsitonin
Kalsitonin adalah peptida 32-asam amino yang diekskresikan oleh
sel C tiroid. Aksi fisiologis utama kalsitonin adalah mensupresi
konsentrasi kalsium plasma dengan kombinasi menurunkan resorpsi
tulang dan meningkatkan hilangnya kalsium urin. Kalsitonin
meghambat resorpsi tulang dengan aksi langsung terhadap osteoklas,
yang dimediasi oleh reseptor kalsitonin yang ditemukan pada sel
tersebut (Nyoman, 2011).Seperti pada PTH, regulator pertama
pelepasan kalsitonin adalah konsentrasi Ca2+ bebas dalam plasma,
tetapi berbeda efeknya dalam pelepasan PTH, peningkatan Ca2+ pada
darah merangsang sekresi kalsitonin dan penurunan Ca2+. Karena
kalsitonin menurunkan kadar Ca2+ dalam darah, maka sistem ini
membentuk kontrol umpan balik negatif sederhana keduanya atau
konsentrasi Ca2+ plasma, sistem yang berlawanan dengan sistem PTH
(Sherwood, 2004).
Gambar 2. Sistem Umpan Balik Negatif pada Sekresi PTH dan
Kalsitonin (Sherwood, 2004).4. Vitamin DVitamin D di dalam tubuh
kita dapat berasal dari diet baik nabati berbentuk vitamin D2
(ergokalsiferol) maupun hewani berbentuk vitamin D3
(kolekalsiferol), maupun berasal dari sintesis di kulit yaitu
vitamin D3 (7 dehidrokolesterol) yang akan mengalami dua kali
hidroksilasi sebelum menjadi vitamin D aktif yaitu kalsitriol (1,25
dihidroksivitamin D). Hidroksilasi vitamin D yang pertama terjadi
pada hepar oleh enzim 25-hidroklase manjadi
25-hidroksikolekalsiferol yang kemudian akan dilepaskan ke plasma
darah dan berikatan dengan protein untuk ditranspor ke ginjal.
Selanjutnya akan terjadi hidroksilasi kedua di ginjal oleh enzim 1
alfa-hidroksilase sehingga akan mengubah 25-hidroksikolekalsiferol
menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol atau kalsitriol (Murray et
al., 2012).E. Metabolisme KalsiumPada tubuh manusia dewasa terdapat
sekitar 1 hingga 2 kilogram kalsium yang terbagi menjadi 99% dalam
tulang sebagai hidroksiapatit. Kadar kalsium plasma total memiliki
rentang nilai 8,1-10,5 mg/dL dengan ion kalsium 40-50%, kalsium
yang terikat dengan protein (terutama albumin, calmodulin, dan
globulin) sejumlah 46%, dan kurang lebih 8% terdapat kalsium yang
terikat dalam senyawa kompleks asam organik (anion) yaitu
bikarbonat, sitrat, fosfat, laktat, dan sulfat. Hanya sekitar 0,1%
kalsium yang terdapat dalam cairan ekstraseluler, sedangkan 1%
kalsium berada di sel (Sherwood, 2004).Proses absorbsi kalsium
terutama terjadi di bagian atas usus halus, ditingkatkan oleh
1,25-dehidroksikolekalsiferol (beserta metabolit lain dari vitamin
D) ditambah kerja hormon paratiroid yang sinergis. Adanya metabolit
aktif di dalam sirkulasi umum dan bukan di dalam lumen usus dapat
meningkatkan sintesa protein pengikat kalsium dalam eritrosit. PTH
pada tulang dapat mengaktifkan kerja osteoklas untuk meresorpsi
simpanan kalsium dan fosfat kemudian melepaskannya ke plasma darah.
Pada ginjal, PTH akan menghambat sekresi kalsium dan mengaktivasi
reabsorpsi kalsium, yaitu 60% di tubulus proksimal, 25% di ansa
henle, dan 15% pada tubulus distal. PTH juga merangsang perubahan
bentuk 25 hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25
dihidroksikolekalsiferol (Smith et al., 2005). Pada ginjal,
kalsitriol dapat menurunkan reabsorpsi kalsium di tubuli ginjal.
Sebanyak kurang lebih 10% kalsium (100 mg/hari) akan dieksresikan
melalui urin dan sekitar 41% kalsium plasma terikat pada protein
plasma sehingga tidak akan difiltrasi oleh glomerulus. Sedangkan
pada keadaan normal sebanyak 99% kalsium akan direabsorbsi akibat
pengaruh berbagai hormon yang mengatur metabolisme kalsium. Pada
keadaan hipokalsemia berat seperti tiroidektomi, pemberian kalsium
oral tidak akan cukup untuk memperbaiki keadaan kadar kalsium,
sehingga perlu ditambahkan vitamin D (Bhagavan et al., 2011).F.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kalsium
1. Aktivitas FisikKetika seseorang melakukan aktivitas fisik,
maka tulang akan berada pada kondisi di bawah stres sehingga tulang
dapat menjadi lebih kuat. Proses ini membuat terjadinya formasi
tulang lebih cepat dibandingkan resoprsi tulang, sehingga kadar
kalsium akan lebih seimbang (Tortora, 2009).2. PenuaanSemakin tua
umur seseorang, maka produksi jaringan tulang akan semakin banyak
diproduksi dibandingkan dengan hilang saat remodelling tulang. Pada
saat seseorang mencapai umur dimana level hormon seksnya mengalami
penurunan, terutama pada wanita menopause, penurunan massa tulang
akan terjadi karena resorpsi tulang oleh osteoklas akan melebihi
kerja osteoblas. Sehingga akan didapatkan kondisi massa tulang yang
menipis, dimana kondisi kalsium pada tulang akan menurun (Tortora,
2009).3. Defisiensi Vitamin DDefisiensi vitamin D merupakan
penyebab dari turunya absorpsi kalsium pada usus. Kondisi ini
disebabkan karena beberapa hal diantaranya paparan sinar matahari
yang kurang, malabsorbsi, dan nutrisi yang kurang adekuat (Gardner,
2007).4. Diet tinggi kalsiumDiet tinggi kalsium dapat dilakukan
pada seseorang yang mengalami hipokalsemia untuk meningkatkan kadar
kalsiumnya. Asupan kalsium normal pada manusia adalah 1000 gram,
asupan nutrisi yang diberikan juga tidak diberikan secara langsung
sebanyak asupan normal. Namun, diberikan secara terpisah sehingga
asupan kalsium yang diberikan dapat mencukupi untuk meningkatkan
kadar kalsium (Skugor, 2011).III. METODE PEMERIKSAANA. Metode CPC
Photometric.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 3 mlb. Rak tabung reaksi
c. Vacum med non EDTA
d. Spuit 3 cc
e. Torniquet
f. Kapas
g. Mikropipet (10 L - 100L)h. Makropipet (100 L - 1000L)i.
Yellow tipj. Blue tipk. Sentrifugatorl. Spektrofotometer2. Bahana.
Sampel serumb. Working Reagen (Reagen kalsium dan buffer)C. Cara
Kerja1. Persiapan sampel:a. Mengambil darah vena probandus sebanyak
3 cc dengan menggunakan spuit 3 cc, torniquet, kapas, dan
alkohol.
b. Mengalirkan darah ke dalam vaccum med non EDTA.
c. Melakukan sentrifugasi pada sentrifugator dengan kecepatan
4000 rpm selama 10 menit.2. Perlakuan pada tabung reaksi:a.
Memasukkan reagen sebanyak 1000 L.
b. Menambahkan sampel (serum) sebanyak 20 L3. Menghomogenkan
larutan agar tercampur rata.
4. Melakukan inkubasi larutan campuran selama 1 menit dalam suhu
ruangan (18-300C).
5. Mengukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 570 nm metode end point.
/Inkubasi 1 menit
///Spektrofotometri metode end pointSkema Praktikum Pemeriksaan
Kalsium Metode CPC Photometric
D. Nilai NormalKadar kalsium serum atau plasma: 8,5-10,5
mg/dL
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Probandus
a. Nama
: Ida Lulu Hidayahb. Usia
: 19 tahun
c. Jenis kelamin: Perempuan2. Hasil yang didapatkan dari
pemeriksaan Kalsium dengan metode CPC Fotometrik adalah 7,1 mg/dL.
Hasil didapat dari spektrofotometer metode end point.3.
Interpretasi pemeriksaan kalsium darah adalah abnormal, hal ini
karena terjadi penurunan dari nilai normal, yaitu 8,5-10,5
mg/dL.Sebelum pembahasan kasih gambar skematis dulu ya..B.
PembahasanBerdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan
kadar kalsium probandus yaitu 7,1. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa kadar kalsium dikatakan abnormalitas karena kurang dari kadar
normal, yaitu 8,5-10,5 mg/dL. Penurunan kadar kalsium dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Ahmed, 2007), yaitu :
1. Gagal ginjal.
2. Hipovitaminosis D.3. Defisiensi ion magnesium.4.
Hipoparatiroidisme.
Namun, penyebab yang paling mungkin terjadi pada probandus
adalah hipovitaminosis D yang dapat disebabkan oleh diet kalsium
yang kurang, malabsorpsi, atau kurangnya paparan sinar matahari
yang menyebabkan absorpsi ion kalsium dari makanan yang akan
menurun (Ahmed, 2007).Selain faktor diatas, terdapat pula faktor
internal yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar kalsium pada
probandus, yaitu :
1. Faktor kesalahan dari praktikan pada saat mencampur reagen
dan serum. Ketika perbandingan tidak sesuai, maka kemungkinan akan
terjadi hasil yang palsu (rendah).
2. Kesalahan pada alat spektofotometri.
3. Ketidaktepatan waktu saat melakukan inkubasi larutan.
C. Aplikasi Klinis 1. Pseudohipoparatiroidismea.
DefinisiPseudohipoparatiroidisme merupakan kondisi yang jarang
terjadi pada seseorang, namun kondisi ini tetap menyebabkan
penurunan serum kalsium dan peninggian serum fosfat dalam tubuh
(Gardner, 2007). b. EtiologiPseudohipoparatiroidisme terjadi karena
adanya fenotip dan memiliki tanda kimiawi dari hipoparatiroidisme
yang diturunkan oleh orang tua, sehingga dapat terjadi kelainan ini
(Gardner, 2007). c. Tanda dan GejalaPenyakit ini sering terjadi
pada anak-anak dan tanda yang akan didapatkan adalah tinggi badan
yang kurang dari normal, berat badan berlebih, dan muka bulat.
Selain itu, didapatkan pula metakarpal keempat dan kelima yang
memendek. Keseluruhan tanda ini disebut Albright;s hereditary
osteodystrophy (Gardner, 2007).d. PatogenesisKondisi tanda dan
gejala yang dialami terjadi karena hilangnya fungsi heterozigos
karena subunit alfa dari protein G transduser atau gen GNAS1
(Gardner, 2007).
e. PatofisiologiDefek gen GNAS 1 dapat mengakibatkan
McCune-Albright sindrom yang menyebabkan kondisi hiperaktif dari
endokrin. Mutasi gen GNAS 1 dapat juga terjadi pada kelainan
seperti leydig cell yang prematur. Semua kelainan yang dikarenakan
gen GNAS1 akan mengakibatkan aktivitas PTH yang menurun pada tulang
dan ginjal, dimana PTH adalah hormon yang menyeimbangkan kadar
kalsium didalam tubuh.Pada penyakit ini walaupun terjadi defek PTH,
terkadang level kalsium dan fosfatnya masih dalam kadar normal
meskipun terlihat tanda-tanda dari Albright syndrome hereditary
osteodystrophy (Gardner, 2007).
2. Tetanusa. DefinisiTetanus merupakan penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri yang dapat dikatakan penyakit yang fatal.
Penyakit ini memiliki karakteristik kontraksi otot yang sangat
sakit, terkadang kontraksi yang kuatnya dapat menyebabkan fraktur
(Guilfoile, 2008).b. EtiologiBakteri yang menyebabkan terjadinya
penyakit ini adalah bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini
memproduksi spora yang dapat membuat organisme ini untuk hidup
sangat lama. Bakteri Clostridium tetani merupakan bakteri anaerob
obligat, sehingga bakteri ini hanya akan tumbuh pada luka yang
vaskularisasinya kurang. Bakteri ini juga dapat memproduksi
tetanospasmin, sebuah toksin yang menyebabkan infeksi (Guilfoile,
2008).
c. Tanda dan GejalaTerdapat beberapa tanda dan gejala yang dapat
terjadi pada tetanus, yaitu spasme dan kaku otot atau disebut
lockjaw, dimana mulut akan terlihat sulit dibuka. Spasme dan kaku
otot juga dapat menyebar ke daerah leher dan ekstremitas dalam 24
sampai 72 jam. Selain itu, dapat juga ditemukan demam sampai 38 C,
berkeringat, takikardi, dan hipertensi (NHS, 2013).d.
PatogenesisKarena bakteri tetanus memiliki spora yang membuat
bakteri ini menjadi tahan dengan kondisi ekstrem, maka bakteri ini
dapat tetap menginfeksi manusia walaupun setelah dipanaskan.
Paparan bakteri ini terhadap luka dapat menyebabkan tetanus,
terlebih luka yang tidak memiliki cukup vaskularisasi (Gulfoile,
2008).
e. PatofisiologiTetanospasmin yang dihasilkan oleh bakteri ini
akan sampai pada motor neuron dan akan masuk melalui saraf.
Sehingga akan menghambat neuron inhibitorik untuk melakukan
relaksasi. Proses relaksasi otot membutuhkan lepasnya ion kalsium
yang berikatan dengan troponin, namun karena terdapat hambatan di
neuron inhibitorik, neurotransmitter yang bertugas melepaskan
ikatan ion kalsium dan troponin tidak dilepaskan (Guilfoile,
2008).
3. Osteomalasia
a. Definisi
Osteomalasia merupakan gangguan pada tulang karena kondisi
hipomineralisasi yang mengakibatkan terhentinya proses pertumbuhan
tulang. Osteomalasia ditandai oleh tidak komplitnya mineralisasi
oleh jaringan osteoid normal sehingga tertutupnya lempeng tumbuh
tulang. Berbeda dengan ricket yang berdampak pada mineralisasi
tulang yang sedang tumbuh, osteomalasia tidak mempengaruhi lempeng
pertumbuhan, tapi terjadinya hipomineralisasi pada trabekula dan
kortikal tulang (Bhambri et al., 2006). b. Etiologi
Osteomalasia terjadi karena gangguan mineralisasi tulang yang
disebabkan oleh defisiensi 1,25 dihidroksi kolekalsiferol
(1,25[OH]2D3) atau kalsitriol, bentuk paling aktif vitamin D yang
dimetabolisme oleh ginjal (Price dan Wilson, 2006).
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada penderita osteomalasia
(Bringhurs, 2008), antara lain:
1) Patah tulang yang terjadi tanpa didahului cedera.2) Kelemahan
otot.
3) Nyeri tulang yang menyebar, terutama di daerah pinggang.
4) Mati rasa di sekitar mulut.
5) Mati rasa pada tangan dan kaki.
6) Spasme tangan atau kaki.d. Patogenesis Mineralisasi tulang
tergantung pada faktor-faktor yang saling bergantung pada pasokan
kalsium dan fosfat yang cukup untuk tulang. Abnormalitas yang
paling sering terjadi adalah defisiensi vitamin D. Vitamin D dalam
bentuk aktifnya akan meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus,
reabsorbsi kalsium dan fosfat pada tubulus ginjal, dan meningkatkan
mineralisasi tulang (Borenstein, 2004).Vitamin D berasal dari
makanan ataupun disintesis di kulit dari 7-dehydrocholesterol
dengan pengaruh UV B sinar matahari. Vitamin inaktif berikatan
dengan globulin dan dibawa ke hati. Di dalam hati, vitamin
dikonversi ke dalam 25-hydroxycholecalciferol dengan reaksi
hidroksilasi pada karbon nomor 25. Bentuk ini kemudian dibawa ke
ginjal, 25-hydroxycholecalciferol dikonversi ke dalam bentuk 1,25
hydroxycholecalciferol yaitu bentuk biologis aktif dan fungsional
dari vitamin D (Borenstein, 2004).e. Patofisiologi
Hidroksilasi sequential vitamin D diperlukan untuk menghasilkan
bentuk aktif secara metabolik dari vitamin D. Hidroksilasi terjadi
pertama dalam hati dan kemudian di dalam ginjal dan menghasilkan
1,25 - dihydroxyvitamin D. Disfungsi pada proses ini dapat
menyebabkan osteomalasia dan hiperparatiroidisme sekunder pada
orang dewasa. Metabolit aktif 1,25-dihydroxyvitamin D sangat
penting untuk menjaga kadar normal kalsium dalam tubuh dengan
memastikan penyerapan kalsium pada usus yang memadai. (Holick,
2007).Kadar 1,25-dihydroxyvitamin D yang rendah dapat menyebabkan
hiperparatiroidisme sekunder melalui pengurangan efek supresif dari
1,25- dihydroxyvitamin D pada transkripsi gen PTH. PTH menurunkan
ekskresi kalsium urin dan meningkatkan hilangnya fosfat tubulus
ginjal. Oleh karena itu, tingkat serum fosfat berkurang, meskipun
meningkatkan pengeluaran fosfat dari tulang. Osteopenia adalah
akibat dari peningkatan resorpsi tulang, terjadi melalui efek tidak
langsung dari PTH yang meningkatkan angka dan aktivitas dari
osteoklas (Holick, 2007).Rakhitis atau osteomalasia merupakan hasil
dari peningkatan katabolisme vitamin D dan metabolitnya melalui
induksi enzim sitokrom P450 di hati. Hiperfosfatemia di
osteodistrofi ginjal secara langsung dapat menyebabkan hipokalsemia
dan mengurangi 1-alpha-hidroksilase dalam ginjal. Hal ini akan
menurunkan metabolit aktif vitamin D dan kemampuan usus untuk
menyerap kalsium kemudian terjadilah hiperparatiroidisme sekunder
(Holick, 2007).V. KESIMPULANA. Pemeriksaan kalsium darah pada
sampel probandus adalah abnormal yaitu 7,1 mg/dL dimana nilai
normalnya adalah 8,1-10,5 mg/dL.B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar kalsium darah adalah:1. Gagal ginjal.2. Hipovitaminosis D.3.
Defisiensi ion magnesium.4. Hipoparatiroidisme.5. Diet kalsium.
6. Kesalahan praktikan dalam mencampurkan serum dengan reagen.
7. Kesalahn pada spektofotometri.
8. Ketidaktepatan waktu saat inkubasi larutan.C. Aplikasi klinis
yang berkaitan dengan peningkatan maupun penurunan kadar kalsium
darah antara lain Pseudohipoparatiroidisme, Tetanus, dan
Osteomalasia. DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Nessar et al. 2007. Biology Disease. New York: Taylor
& Francis Group.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Bhagavan, N.V.; C. Ha. 2011. Essentials of Biochemistry with
Clinical Cases. London: Elsevier.Bhambri R, Naik V, Malhotra N,
Taneja S, Rastogi S, Ravishanker U, et al. Changes in Bone Mineral
Density Following Treatment of Osteomalacia. J Clin Densitom. 9(1):
120-127.Borenstein, D.G., Wiesel, S.W., Boden, S.D. 2004.Low Back
and Neck Pain 3rd Edition. USA: Saunders.
Bringhurst FR, Demay MB, Kronenberg HM. Disorders of Mineral
Metabolism. 2008. Dalam: Kronenberg HM, Schlomo M, Polansky KS,
Larsen PR, eds. 2008. Williams Textbook of Endocrinology. 11th
Edition. St. Louis: WB Saunders. Chap. 27. Cosman, Felicia. 2009.
Osteoporosis: Panduan Lengkap Agar Tulang Anda Tetap Sehat.
Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka.
Ernes. 2006. Tips Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Restu
Agung.Gardner, David G. Dan Dolores Shoback. 2007. Greenspans Basic
& Clinical Endocrinology. New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.Guilfoile, Patrick dan Hilary Babcock. 2008. Tetanus. New York:
Infobase Publising.
Holick, M.F. Vitamin D Deficiency.N Engl J Med. 357:266-281.
Martini, Frederic H., Judi L. Nath, Edwin F. Bartholomew. 2012.
Fundamentals of Anatomy and Physiology. Ninth Edition. San
Fransisco: Pearson Education, Inc.
Murray, R.K., D.A. Bender; K. Botham; P.J. Kennely; V.W.
Rodwell; and P.A. Weil. 2012. Harpers Illustrated Biochemistry.
29th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.NHS. 2013. Tetanus
Symptoms. Tersedia di
http://www.nhs.uk/Conditions/Tetanus/Pages/Symptoms.aspx.
Diakses pada 8 November 2013.
Nyoman, K. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi
V. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Penyakit
Dalam.
Price. Sylvia A, dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi:
Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 Edisi VI.
Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to System. 5th
Edition. California: Thomson Learning Inc.
Skugor, Mario. 2011. Hypocalcemia. Tersedia di
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/endocrinology/hypocalcemia/.
Diakses pada 8 November 2013.Smith, C.; A.D. Marks; M. Lieberman.
2005. Mark's Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach, 2nd
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Tortora, Gerard J. dan Bryan H. Derrickson. 2009. Principles of
Anatomy and Physiology 12th Ed.: Volume 2-Maintance and Contonuity
of the Human Body. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.Sampel darah
3cc
Vaccum med non EDTA
Sentrifuge 4000 rpm, 10 menit
Serum 20L
Reagen 1000L