Laporan Bengkel Praktek Kontrol Industri Konvensional Oleh : Nur Kamri Hardi NIM : 321 12 019 Irwan Fadillah Nur NIM : 321 12 008 i
Laporan Bengkel
Praktek Kontrol Industri Konvensional
Oleh :
Nur Kamri Hardi NIM : 321 12 019
Irwan Fadillah Nur NIM : 321 12 008
Program Studi Teknik Listrik D3
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makassar 2014
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil latihan Bengkel Praktek Kontrol Industri
Konvensional semester IV Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Nama : Nur Kamri Hardi
NIM : 321 12 019
Kelas : 2AListrik D3
Judul : Praktek Bengkel Kontrol Industri Konvensional
Benar telah melakukan praktek semester IV di bengkel listrik,
jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan laporan ini
telah diperiksa dan disetujui oleh instruktur yang bersangkutan.
Makassar,14 April 2014
Penanggung jawab,
H.Ruslan L, ST.,MT.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil praktek bengkel listrik yang berjudul
“Laporan Praktek Bengkel Kontrol Industri Konvensional”.
Praktek Bengkel ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Politeknik Negeri Ujung Pandang. Laporan Praktek Bengkel
ini disusun sebagai pelengkap praktek yang telah dilaksanakan lebih
kurang 3 minggu di Bengkel Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Dengan selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Makassar¸ 11 April 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TEORI DASAR 3
2.1 Kabel / Penghantar 3
2.2 Panel Hubung Bagi (PHB) 3
2.3 Kontaktor 4
2.4 Miniatur Circuit Breaker (MCB) 6
2.5 Thermal Overload Relay (TOR) 7
2.6 Time Delay 8
2.7 Relay 9
2.8 Impuls10
2.9 Saklar Pilih (Selector Switch) 11
2.10 Saklar Aliran 11
2.11 Saklar Tekan12
2.12 Saklar Pelampung 12
2.13 Lampu Indikator 12
2.14 Terminal Line Up 13
2.15 Saluran Kabel (Wire Duck) 13
2.16 Pengaplikasian Kontrol Industri Konvensional 14
BAB III ANALISA 16
3.1 Prinsip Kerja 16
3.2 Daftar Alat dan Bahan 23
3.3 Gambar Jobsheet 27
BAB IV LANGKAH KERJA 28
iv
BAB V PENUTUP 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 31
LAMPIRAN 32
DAFTAR PUSTAKA34
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kabel 3
Gambar 2.2 Simbol Panel Hubung Bagi 4
Gambar 2.3 Kontaktor 5
Gambar 2.4 Simbol Kontaktor 6
Gambar 2.5 Miniatur Circuit Breaker (MCB) 7
Gambar 2.6 Thermal Overload Relay (TOR) 7
Gambar 2.7 Thermal Overload Relay (TOR) 8
Gambar 2.8 Time Delay 9
Gambar 2.9 Relay 9
Gambar 2.10 Simbol Pengawatan Relay 10
Gambar 2.11 Simbol Impuls 10
Gambar 2.12 Selector Switch 11
Gambar 2.13 Simbol Saklar Pilih 11
Gambar 2.14 Saklar Aliran 11
Gambar 2.15 Simbol Saklar Tekan 12
Gambar 2.16 Lampu indikator 12
Gambar 2.17 Simbol lampu indikator 13
vi
DAFTAR TABEL
3.2.1 Tabel Daftar Alat 23
3.2.2 Tabel Daftar Bahan Pump Station23
3.2.3 Tabel Daftar Bahan Airblast 24
3.2.4 Tabel Daftar Bahan Milling 25
3.2.5 Tabel Daftar Bahan Tanur 26
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan yang semakin maju, listrik menjadi
penunjang yang utama bagi kehidupan masa kini. Listrik
memegang peranan penting dalam kemajuan kehidupan, terutama
dalam dunia industri. Oleh karena itu untuk meningkatkan potensi
kerja, keterampilan serta daya kreatifitas mahasiswa sehingga
tercipta tenaga ahli yang professional di bidang kelistrikkan maka
dilaksanakan praktek bengkel ini. Mengingat pentingnya persiapan
bekal dalam meningkatkan daya kreatifitas di dunia kerja/industri.
Sebagai mana yang diketahui, bahwa setelah melakukan
pembelajaran di kelas, mahasiswa harus diarahkan pada sebuah
praktek yang merupakan penerapan dari teori yang didapatkan
selama proses perkuliahan yang mengacu pada mata kuliah di
bidang kelistrikkan. Pada bengkel semester 4 ini, mahasiswa
diberikan praktek yang bertujuan untuk mengenalkan kepada
mahasiswa tentang kontrol industry konvensional. Sehingga
mahasiswa dapat menguasai system kontrol maupun instalasi daya
pada beberapa aplikasi seperti pump station, tanur, airblast dan
milling. Selain itu, mahasiswa dapat pula menguasai pembacaan
diagram kontrol, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa.
Pentingnya praktek ini terutama pada Jurusan Teknik
Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang dan khususnya pada
bidang Kelistrikan. Yaitu agar setiap mahasiswa diharapkan mampu
menyelesaikan semua Job yang diberikan dengan baik dan benar
serta tepat waktu. Disamping itu dengan kegiatan bengkel ini juga
diharapkan akan menambah keahlian dan keterampilan
1
mahasiswa. Serta untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang
professional pada bidang kelistrikkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktik Kontrol Industri
Konvensional, agar mahasiswa dapat:
1. Memahami prinsip kerja dari rangkaian-rangkaian kontrol
industri konvensional
2. Melakukan praktik bengkel Kontrol Industri Konvensional sesuai
dengan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan
3. Mengerjakan rangkaian sesuai dengan diagram kerja dan
diagram pengawatan
2
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Kabel/Penghantar
(Gambar 2.1 Kabel)
Penghantar adalah bahan yang dapat mengalirkan arus
listrik, penghantar yang sering digunakan adalah tembaga dan
aluminium.Suatu kawat penghantar yang berisolasi disebut kabel.
Isolasi tersebut disesuaikan dengan ukuran dan kegunaannya,
yang terpenting dari suatu isolasi kawat penghantar itu adalah
penandaan pada isolasi kawat penghantar tersebut yang nantinya
akan mempermudah dalam pemakaian kabel untuk instalasi.
2.2 Panel Hubung Bagi (PHB)
Panel adalah tempat beberapa komponen listrik atau alat
kontrol yang dapat mendistribusikan tenaga listrik. Adapun
beberapa fungsi dari panel, yaitu :
1. Sebagai penghubung,
2. sebagai pemutus,
3. sebagai pembagi,
4. sebagai pengaman, dan
5. sebagai Pengontrol.
3
Faktor-faktor dalam pemasangan dan penempatan panel, yaitu :
1. Mudah dilayani dan aman,
2. Dipasang pada tempat yang mudah dicapai,
3. Didepan panel ruangannya ruangannya harus bebas, dan
4. Penel tidak ditempatkan pada tempat yang lembab.
Kontruksi panel harus kuat, dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tahan terhadap pengaruh kelembaban.
(Gambar 2.2 Simbol Panel Hubung Bagi)
2.3 Kontaktor
Kontaktor adalah merupakan suatu alat elektronik yang
berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian,
pergerakan kotak kontaknya terjadi karena adanya gaya
elektromagnetik. Kompenen-komponen dari sebuah kontaktor
antara lain :
1. Kumparan magnet.
2. Kotak kontak bantu NO (Normaly Open)
3. Kotak kontak bantu NC (Normaly Close)
4
(Gambar 2.3Kontaktor)
Pada kontaktor apabila tegangan yang melewatinya terlalu
besar maka kumparan akan panas yang akan mengakibatkan
berkurangnya umur dari kontaktor tersebut. Demikian pula
sebaliknya jika tegangan yang melewatinya terlalu rendah maka
tegangan pada kotak kontaknya akan berkurang sehingga dapat
menimbulkan bunga api.
Pada penggunaannya kontaktor sering kita kombinasikan
dengan saklar tekan (push button) yang dimaksudkan sebagai
saklar pengoperasian dari kontaktor.
Prinsip Kerja
Sebuah kontaktor terdiri dari koil, beberapa kontak Normally
Open( NO ) dan beberapa Normally Close ( NC ). Pada saat satu
kontaktor normal, NO akan membuka dan pada saat kontaktor
bekerja, NO akan menutup. Sedangkan kontak NC sebaliknya yaitu
ketika dalam keadaan normal kontak NC akan menutup dan dalam
keadaan bekerja kontak NC akan membuka. Koil adalah lilitan yang
apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan menarik
kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau bekerja.
Kontaktor yang dioperasikan secara elektromagnetis adalah salah
satu mekanisme yang paling bermanfaat yang pernah dirancang
untuk penutupan dan pembukaan rangkaian listrik maka gambar
prinsip kerja kontaktor magnet dapat dilihat pada gambar berikut :
5
(Gambar 2.4 Simbol Kontaktor)
Kontaktor termasuk jenis saklar motor yang digerakkan oleh
magnet seperti yang telah dijelaskan di atas. Bila pada jepitan a
dan b kumparan magnet diberi tegangan, maka magnet akan
menarik jangkar sehingga kontak-kontak bergerak yang
berhubungan dengan jangkar tersebut ikut tertarik. Tegangan yang
harus dipasangkan dapat tegangan bolak balik ( AC ) maupun
tegangan searah ( DC ), tergantung dari bagaimana magnet
tersebut dirancangkan. Untuk beberapa keperluan digunakan juga
kumparan arus ( bukan tegangan ), akan tetapi dari segi produksi
lebih disukai kumparan tegangan karena besarnya tegangan
umumnya sudah dinormalisasi dan tidak tergantung dari keperluan
alat pemakai tertentu.
2.4 Miniatur Circuit Breaker (MCB)
Miniature Circuit Breaker atau lebih umum disingkat MCB
merupakan komponen instalasi listrik yang berfungsi sebagai
pengaman terhadap daya lebih. Dengan memasang MCB
gangguan karena hubung singkat, beban lebih pada rangkaian
akan dapat dicegah. Secara umum fungsi MCB antara lain :
1. Membatasi Penggunaan daya Listrik.
2. Mematikan listrik secara otomatis apabila terjadi hubungan
singkat (Korslet).
3. Mengamankan Instalasi Listrik baik penerangan maupun
instalasi tenaga.
6
4. Membagi daya pada instalasi rumah menjadi beberapa bagian,
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi
listrik.
(Gambar 2.5Miniatur Circuit Breaker (MCB))
2.5 Thermal Overload Relay (TOR)
(Gambar 2.6 Thermal Overload Relay (TOR))
Thermal Overload Relay (TOR) digunakan untuk
mengamankan motor listrik terhadap beban lebih. Relay ini bekerja
berdasarkan efek thermal dari arus listrik. Jika arus yang mengalir
dalam TOR ini melebihi nilai setelannya akan terjadi pemutusan
yang waktunya tergantung kepada arus. Makin besar arus ini,
makin singkat waktu pemutusannya. Pemutusan diperlambat
secara thermis, misalnya dengan menggunakan elemen dwilogam.
Elemen-elemen dwilogam tersebut dipasang di dalam TOR. Kalau
arus melalui TOR ini terlalu besar, elemen-elemen tersebut akan
menjadi bengkok sehingga saklarnya akan membuka.
Pengaman ini digunakan sebagai pengaman motor yang
dirakit dengan kontaktor. Dimana alat ini di pasang setelah
7
kontaktor sebelum ke motor listrik. Alat ini terdiri dari tiga buah
kontak utama dan kontak bantu yang terdiri dari NO dan NC.
Beberapa faktor yang menjadi dasar mengapa
menggunakan TOR dalam perlindungan beban lebih motor yakni :
1. Arus starting yang terlalu besar atau motor berhenti secara
mendadak,
2. Terlalu besarnya beban mekanik dari motor,
3. Terbukanya salah satu fasa dari motor tiga fasa.
4. Terjadi hubung singkat.
(Gambar 2.7 Thermal Overload Relay (TOR))
2.6 Time Delay
Timer adalah saklar waktu yang bekerja berdasarkan
magnetisasi yang akan memutuskan rangkaian beban secara
otomatis, dengan batasan waktu yang telah ditentukan. Pada
penggunaan Timer dalam rangkaian control ada juga berbeda
pengunaan, sehingga ada beberapa jenis Timer yang dapat
dihubungkan langsung dengan kontaktor yaitu : timer on delay yang
berfungsi menunggu untuk on, selama batas waktu yang telah di
tentukan atau di atur, dan timer off delay yang berfungsi menunggu
untuk off selasa batas waktu yang ditentukan atau diatur
sebelumnya.
8
(Gambar 2.8 Time Delay)
2.7 Relay
(Gambar 2.9 Relay)
Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat
mengubah kontak-kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC
(Normally close) sewaktu mendapat supply aliran listrik. Untuk
mengendalikan suatu sistem dengan beban keadaan AC/DC.
Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala
elektromagnetik di mana terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil,
yang dililitkan pada sebuah inti dari besi baja yang bersifat lunak.
Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan arus maka inti baja
tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis
9
(Gambar 2.10 Simbol Pengawatan Relay)
Adapun jenis relay ada dua, yaitu :
1. Relay yang bekerja dengan arus searah (DC)
2. Relay yang bekerja dengan arus bolak-balik (AC)
2.8 Impuls
Impuls adalah suatu jenis saklar yang bekerja berdasarkan
elektromagnetik, di mana posisi saklarnya akan berubah pada
settingimpuls. Saklar impuls mempunyai dua posisi yaitu kontak on
pada impuls pertama dan kontak off pada impuls kedua. Pada
pengoperasiannya saklar ini harus dikombinasikan dengan saklar
tekan satu atau lebih sesuai dengan kebutuhan.
(Gambar 2.11 Simbol Impuls)
10
2.9 Saklar Pilih (Selector Switch)
(Gambar 2.12 Selector Switch)
Saklar ini lebih dikenal dengan nama selektor yang
merupakan jenis saklar putar. Saklar ini sering digunakan dalam
rangkaian pengaturan, misalnya untuk dua posisi pengaturan
(pengaturan manual dan otomatis).
(Gambar 2.13 Simbol Saklar Pilih)
2.10 Saklar Aliran
Saklar aliran cairan mempunyai sensor seperti lidah yang
harusdimasukan kedalam pipa untuk mengukur besar laju aliran
pada pipa. Saklar ini bisa dipasang pada pipa yang horizontal
maupun vertikal, apabila dipasang vertikal cairan harus mengalir
dari bawah ke atas.
(Gambar 2.14 Saklar Aliran)
11
2.11 Saklar Tekan
Saklar tekan atau push button umumnya digunakan pada
rangkaian kontrol kontak sebagai pengunci secara elektrik. Saklar
ini beroperasi ketika ditekan saja, jika dilepas maka akan kembali
menjadi seperti semula. Jadi saklar ini memberikan daya yang
sifatnya sementara, apabila dikombinasi dengan saklar impuls
maka pada saat saklar dilepas hubungannnya dengan beban tetap
ada karena saklar tersebut terkunci oleh impuls.
(Gambar 2.15 Simbol Saklar Tekan)
2.12 Saklar Pelampung
Penggunaan saklar ini digunakan dalam suatu
penampungan air atau bak untuk mengontrol tinggi rendahnya
suatu permukaan air dalam suatu bak atau penampungan.
2.13 Lampu Indikator
(Gambar 2.16 Lampu indikator)
12
Lampu indikator berfungsi sebagai isyarat atau indikator
dalam sebuah panel untuk mengetahui apakah sebuah panel
bekerja dengan baik ataukah terjadi sebuah gangguan. Lampu
indicator dipakai pada instalasi tenaga karena untuk
mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan
untuk kondisi-kondisi tertentu, misalnya kondisi beban lebih (over
load), kondisi manual maupun kondisi otomatis.
(Gambar 2.17 Simbol lampu indikator)
2.14 Terminal Line Up
TerminalLine Up adalah tempat penyambungan kabel dari
satu peralatan ke peralatan-peralatan lainnya.
Terminal line up dimaksudkan untuk mempermudah
pemasangan pengawatan instalasi listrik untuk kontrol serta
mempermudah mencari gangguan yang terjadi dalam suatu
rangkaian. Terminal line up terbuat dari bahan plastik yang
konstruksinya terdiri dari dua buah tempat penyambungan.
2.15 Saluran Kabel (Wire Duck)
Wire Duct dimaksudkan dalam pemasangannya adalah
untuk menjadi tempat saluran kawat atau kabel serabut agar
hasilnya kelihatan rapi.Penggunaan wiring channel biasanya
ditemukan dalam peralatan kontrol di kotak panel kontrol dengan
menggunakan wiring channel pada setiap panel kontrol sehingga
13
rangkaian menjadi kelihatan rapi sehingga mudah dalam
pengontrolan pengecekan gangguan.
2.16 Pengaplikasian Kontrol Industri Konvensional
Adapun pengaplikasian rangkaian kontrol konvensional di
dunia industri adalah sebagai berikut :
1. Pump Station
Pump Stationpada industri digunakan sebagai alat
pemindah zat cair dari suatu pemampungan ke tempat
penampungan berikutnya untuk proses selanjutnya. Kerja
Pompa yang satu dengan yang lainnya diatur sedemikian rupa
dengan sebuah rangkaian kontrol panel agar kerja pompa dapat
maksimal dan efisien.
2. Airblast
Pada industri, sistem airblastmerupakan sistem yang
digunakan sebagai proses transportasi pemindahan bahan
seperti biji-bijian, serbuk semen, makanan ternak, dan lain
sebagainya. Bahan tersebut dipindahkan dari suatu tempat (silo)
melalui pipa/cerobong ke tempat silo yang lainnya dengan
menggunakan tiupan angin yang dihasilkan oleh fan motor.
Dalam pengoperasian sistem ini, diperlukan satu orang sebagai
operator yang mengatur di ruang kontrol.
3. Milling
Milling pada industri biasanya dijumpai pada perusahaan
semen, pemecah batu dan lain-lain. Dengan menggunakan ban
berjalan (conveyor belt) untuk memindahkan material dari
tempat atau silo yang satu ke silo lainnya.
14
Instalasi ini bekerja tidak secara otomatis, sehingga
harus ada operator yang mengendalikan sistem di ruang kontrol.
Di mana operator harus menghubungkan dan memutuskan
rangkaian kontrol untuk setiap langkah pengoperasian pada
sistem instalasi yang bekerja secara berurutan dan saling
mengunci untuk tidak terjadinya penumpukan material pada
proses pemecahan.
4. Tanur
Rangkaian tanur dalam dunia industri biasanya
difungsikan untuk memanaskan material dengan suhu awal
sebesar 800°C hingga 820°C di dalam sebuah tungku pemanas
yang mula-mula dijalankan secara manual dan selanjutnya
bekerja secara otomatis. Selanjutnya berakhir pada kontainer
atau silo.
15
BAB III
ANALISA
3.1 Prinsip Kerja
3.1.1 Pump Station
Pump Station merupakan aplikasi dari rangkaian yang terdiri
dari kontaktor, timer, thermal overload relay untuk rangkaian
kontrolnya. Dan rangkaian dengan pengasutan langsung untuk
rangkaian dayanya. Pusat pompa ini biasa diaplikasikan sebagai
penyaringan air limbah.
Prinsip kerja dari pusat pompa ini adalah dengan
mengoperasikan saklar S01 pada posisi 1, saklar S01 merupakan
supply untuk rangkaian pada pusat pompa ini, dimana pada
rangkaian ini disupplay oleh tegangan 220 Volt. Setelah itu,
kemudian mengoperasikan MCB E04 dan MCB E05 yang
merupakan pengaman untuk rangkaian daya pusat pompa ini,
dimana MCB E04 merupakan pengaman untuk pompa 1, dan MCB
E05 merupakan pengaman untuk pompa 2. Kemudian
mengoperasikan MCB E06 yang merupakan pengaman untuk
rangkaian kontrol dari pusat pompa ini. Setelah melakukan
pengoperasian pada seluruh MCB, maka dilakukan pengoperasian
pada rangkaian kontrol dari pusat pompa ini.
Untuk pengoperasian rangkaian kontrol pada pusat pompa,
terlebih dahulu dilakukan pengoperasian pada saklar S10 dan S15
yang merupakan saklar selektor, apabila saklar ini diatur pada
posisi 1, maka rangkaian kontrol akan beroperasi secara automatis,
sedangkan apabila saklar ini diatur pada posisi 3 maka rangkaian
kontrol beroperasi secara manual.
Untuk pengoperasian secara manual, pertama-tama saklar
selector S10 dan S15 diatur pada posisi 3. Ketika saklar S10 diatur
16
pada posisi manual, maka arus akan mengalir hingga timer d11
bekerja, kemudian setelah timer bekerja maka kontaktor d12 dan
c21 bekerja, kemudian pompa 1 beroperasi hingga air pada pusat
pompa mengalir ke bak 1. Apabila beberapa detik tidak ada aliran
air maka pompa akan mati dengan sendirinya disebabkan oleh
saklar b10.1 tidak bekerj, adapun tanda bahwa aliran pada pompa
1 tidak adayang ditunjukkan oleh lampu indikator H13 yang
menyala dan anak kontak 9 – 10 dari kontaktor d35 menutup. Dan
apabila saklar S15 diatur pada posisi manual, maka arus akan
mengalir hingga timer d16 bekerja, kemudian setelah timer bekerja
maka kontaktor d17 dan c23 bekerja, kemudian pompa 2
beroperasi hingga air pada pusat pompa terhisap ke bak 2.Bila
pompa 2 tidak ada aliran air maka pompa 2 akan mati, disebabkan
b15.1 tidak bekerja, yang ditunjukkan oleh lampu indikator H18
yang menyala.
Untuk pengoperasian secara otomatis,pertama-tama saklar
selector S10 dan S15 diatur pada posisi 1, ketika saklar S10 dan
S15 diatur pada posisi otomatis maka rangkaian kontrol pada pusat
pompa ini bekerja secara otomatis. Pada rangkaian kontrol secara
otomatis ini, rangkaiannya dilengkapi oleh sebuah impuls yang
melakukan pergantian pengoperasian pompa 1 dan pompa 2
apabila air pada bak 1 mencapai level 2 maka saklar b11 menutup
dan pompa 2 bekerja. Setelah beberapa detik dan ternyata aliran
air tidak ada maka pompa 2 akan mati dan apabila ada aliran maka
pompa 2 tetap bekerja. Dan apabila air di bak 1 berada pada level 3
maka pompa 2 tetap bekerja dan saklar b16 menutup sehingga
pompa 1 bekerja. Setelah beberapa detik kemudian ternyata tidak
ada aliran air pada pompa 1 maka pompa 1 akan mati. Dan apabila
ada aliran air maka pompa 1 tetap bekerja. Dengan demikian pada
level 3 kedua pompa bekerja bersamaan. Kemudian apabila air
pada bak 1 berada pada level 4 maka kedua pompa bekerja
bersamaan dan saklar b37 bekerja sehingga lampu indikator H39
17
menyala. Untuk mematikan alarm ini dapat dilakukan dengan
menekan saklar S38. Kemudian apabila air pada bak 1 sudah
menurun dibawah level 2, maka pompa 1 akan mati. Dan bila air
mencapai level 1 maka pompa 2 mati. Sedangkan apabila air
berada pada level 2 kembali maka b11 akan menutup dan pompa 1
bekerja. Hal ini disebabkan karena kerja pompa diatur secara
bergantian pada level 2, dimana sistem ini diatur oleh paduan
antara impuls d14 dan relay d15.
Untuk menghentikan pengoperasian dari rangkaian ini,
pertama-tama, saklar selektor S10 dan S15 diatur pada posisi 2,
dimana pada posisi ini tidak ada arus yang mengalir pada
rangkaian kontrol, kemudian menghentikan pengoperasian MCB
E04, E05 dan E06. Kemudian mengatur saklar S01 pada posisi 0,
yang berarti supply ke rangkaian pusat pompa telah diputus.
3.1.2 Airblast
Airblast merupakan aplikasi dari suatu proses transportasi
yang biasa digunakan sebagai mesin pemindah bahan-bahan yang
bersifat lunak seperti biji-bijian, bahan makanan ternak, serbuk
semen, dan lain-lain yang dipindahkan dari sebuah silo melalui pipa
cerobong ke silo yang lainnya menggunakan tiupan angin yang
dihasilkan oleh Fan Motor.
Prinsip kerja untuk mengoperasikan system Airblast ini, yaitu
mengoperasikan F2, F4 dan F5 yang merupakan pengaman pada
rangkaian airblast system ini. Kemudian mengatur saklar pilih
(selector switch) ke posisi “NORMAL”, kemudian menekan tombol
normal operation on (S6B). Dengan menekan tombol normal
operation ini, maka Fan motor (M1) akan beroperasi pada
hubungan bintang sampai batas arus nominal bintang. Pada saat
mencapai arus nominal bintang maka dengan otomatis Fan
18
motorakan beroperasi dengan hubungan segitiga yang
menghasilkan putaran penuh.
Di dalam proses ini udara akan melewati sebuah kontrol
aliran sehingga menyentuh saklar S13, dimana saklar ini akan
membuka kunci motor penggetar sehingga motor tersebut akan
beroperasi. Fan motor akan mentranspot benda yang ada di silo 1
menuju silo 2. Selama ada aliran motor penggetar (M2) ini akan
selalu beroperasi hingga menutupi sensor (Light Barrier) beroperasi
menandakan tempat (silo) sudah penuh untuk menampung benda
yang dikirim.Pengaruh ini akan mematikan motor penggetar (M2)
secara otomatis dan setelah diperkirakan pipa pentranspot sudah
kosong maka secara otomatis juga Fan motor (M1) akan berhenti
beroperasi dengan demikian sistem airblast berhenti melakukan
proses transportasi. Selain itu system airblast yang sedang
beroperasi dapat dihentikan dengan menekan saklar tekan
“NORMAL OFF”.
Untuk membersihkan sisa – sisa bahan yang ditranspot
dapat dilakukan dengan memindahkan selector switch ke posisi
“MANUAL”. Dalam keadaan ini Fan motor dan motor penggerak
dapat dioperasikan sendiri-sendiri, sehingga posisi manual dapat
difungsikan untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada
sistem airblast tersebut.
3.1.3 Milling
Milling merupakan sebuah aplikasi yang banyak dijumpai
pada perusahaan semen, pemecah batu dan lain-lain dengan
menggunakan ban berjalan untuk memindahkan material dari silo
yang satu ke silo yang lainnya.
Prinsip kerja dari milling adalah pertama-tama
mengoperasikan F02 yang merupakan pengaman dari Conveyor
Belt 1 ( M1 ), F09 yang merupakan pengaman dari Mill ( M2 ) yang
19
menggunakan pengasutan autoresistor, F11 yang merupakan
pengaman Conveyor Belt 2 ( M3 ), F13 yang merupakan pengaman
Frequency Convertor Worm Wheel ( M4 ) dan F15 yang merupakan
pengaman Vibrator ( M4 ). Pengaman ini merupakan pengaman
untuk rangkaian daya, tapi pada praktek ini hanya dilakukan
pengoperasian pada rangkaian kontrol yang menggunakan sebuah
pengaman yaitu F16, dan dilengkapi dengan sebuah saklar
Emergency Stop (S17).
Untuk mengoperasikan rangkaian milling ini, pertama-tama
dilakukan pengaturan posisi saklar selector, dimana ada dua posisi
yaitu posisi Normal dan posisi Repair. Posisi repair digunakan
untuk keadaan perbaikan maupun pemeliharaan. Karenapada
posisi ini peralatan atau motor – motor tidak bekerja saling
mengunci. Setiap motor / peralatan dapat dioperasikan secara
tersendiri tanpa dipengaruhi oleh peralatan lain.
Posisi Normal digunakan karena sistem milling ini tidak
dapat bekerja secara otomatis karena terdapat proses
pengoperasian pada system ini yang bekerja secara berurutan dan
mengunci, yang bertujuan untuk menjamin tidak ada hal-hal yang
membahayakan. Sistem pengoperasian motor – motor tersebut
sebagai berikut : M5 (penggetar) dapat dioperasikan setelah M1,
M2, M3 dan M4 beroperasi secara normal sedangkan untuk
menghentikan sistem ini M1 tidak dapat dihentikan
pengoperasiannya sebelum M5, M4, M3 dan M2 berhenti bekerja.
Adapun langkah pengoperasian motor – motor tersebut
dalam pengoperasian posisi normal adalah sebagai berikut :
Menekan saklar tekan (S19a) untuk mengaktifkan kontaktor K19M,
dimana K19M berfungsi mengontrol motor M1. Sedangkan untuk
meng-off-kan M1 dapat dilakukan dengan cara menekan saklar
tekan(S19). Selanjutnya menekan saklar tekan(S21a) untuk
mengaktifkan K21M, dimana K21M mengoperasikan motor M2.
20
Motor M2 dioperasikan dengan tiga step yang dikontrol oleh K23M,
K25M, dan K27M. dimana ketiga step ini bekerja secara bergantian
dan berurutan. Sedangkan untuk meng-off-kan motor M2 dilakukan
dengan menekan saklar tekan(S21).Kemudian menekan saklar
tekan(S31a) untuk mengoperasikan motor M3. Motor M3 dikontrol
oleh K31M. Dan menekan saklar tekan(S31) untuk meng-off-kan
motor M3. Lalu menekan saklar tekan(S33a) untuk
mengoperasikan motor M4. Motor M4 dikontrol oleh kontaktor
K33M. Dan menekan saklar tekan(S33) untuk meng-off-kan motor
M4.Kemudian menekan push button S34a untuk mengaktifkan
electro pneumatic valve . Electro pneumatic valve berfungsi
sebagai katup / pintu lewat material yang diangkut. Dimana alat ini
dikontrol oleh kontaktor K35. Dan menekan push button S35 untuk
meng-off-kan alat ini.Dan terakhir menekan push button S36a untuk
mengaktifkan kontaktor K36M. Kontaktor K36M berfungsi
mengontrol motor M5. Dan menekan push button S36 untuk meng-
off-kan motor M5. Untuk menghentikan sistem ini secara
keseluruhan dapat dilakukan dengan menekan saklar emergency
(S17).Untuk mematikan sistem operasi motor – motor tersebut
dilakukan dengan menekan saklar off masing – masing motor
dengan urutan sebagai berikut: M5 , M4, M3, M2, dan terakhir M1.
3.1.4 Tanur
Pusat tanur memiliki rangkaian yang sederhana sehingga
dapat diselesaikan dengan waktu yang cukup singkat untuk
membuat rangkaian kontrolnya. Pada rangkaian ini digunakan
kontaktor, timer, saklar tekan, saklar batas (limit switch), thermal
overload dan lampu indikator untuk rangkaian kontrolnya. Pusat
tanur ini biasanya di aplikasikan di pabrik-pabrik dan industri
lainnya sebagai alat pengangkut barang dan sebagainya.
Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah dengan
mengoperasikan F1 dan F7 yang merupakan pengaman dari
21
supply untuk rangkaian pusat tanur ini. Untuk pengoperasian
rangkaian ini pertama-tama dioperasikan push button S11 untuk
mengaktifkan K11M . K11M berfungsi untuk mengaktifkan motor
yang akan menggerakkan Conveyor Belt, dimana Conveyor Belt
berfungsi mengangkut benda yang akan dimasukkan ke dalam
tanur. Saat benda tersebut terjatuh ke dalam tanur, kemudian akan
melewati Light Barrier 1. Dimana secara berurutan ketika Light
Barrier 1 (S12AE) bekerja maka Auxialary Relay Light Barrier 1
(K13) akan bekerja, kemudian kontaktor K13M mengaktifkan
Auxialary Relay Contact Holder (K14M), kemudian kontaktor K14M
mengaktifkan Valve1 (Y15). Dimana relay Y15 akan mengaktifkan
solenoid 1 untuk Valve 1 yang akan menutup pintu (Door 1).
Kemudian ketika pintu (Door 1) menutup dan kemudian menyentuh
LS1 yang akan mengaktifkan solenoid 2 , kemudian mengaktifkan
Valve 2 (Y16) dan menutup Door 2. Saat Door 2 menyentuh LS2 ,
maka Aux. Relay Heater (K17) , HeaterMain Contactor (K18), dan
HeaterContactor (K19) aktif dan proses pemanasan dimulai.
Dimana dalam system ini digunakan pengasutan ∆ yang bertujuan
untuk mencapai suhu 800 0C lebih cepat.
Bila suhu tanur telah mencapai 800 0C maka saklar S17AE1
(sensor suhu) aktif / terputus , kemudian K17, K19 berhenti
beroperasi dan Aux. Relay (K16) , HeaterMain Contactor(K18),
Heater Y Contactor (K20M), dan HeaterTimer (K21M) aktif, dimana
K21M berfungsi mengaktifkan timer heater. Dimana dalam sistem
pengasutan Y ini dilakukan untuk tujuan mencapai suhu 820 0C.
Jika tercapai suhu yang diinginkan maka saklar S17AE2 aktif dan
memutus terputus arus pada rangkaian, kemudian K16 dan K20M
berhenti bekerja. Saat timer heater habis, K22 aktif sedangkan Y16
dan K18M berhenti bekerja, kemudian system pada solenoid 1 dan
2 berhenti beroperasi, kemudian Door 1 dan Door2 terbuka. Saat
Door 2 membuka dan menyentuh LS3 , maka solenoid 3 aktif dan
menggerakkan Valve 3. Valve 3 berfungsi mengambil benda yang
22
telah dipanasi di dalam tanur , kemudian menarik benda tersebut
keluar dari dalam tanur. Saat benda terjatuh ke dalam kontainer ,
benda tersebut juga melewati Light Barrier2. Light Barrier2
berfungsi mengaktifkan kembali Conveyor Belt (K11M), sehingga
rangkaian pusat tanur ini dapat beroperasi kembali.
3.2 Daftar Alat dan Bahan
3.3.1 Tabel Daftar Alat
No
.
Nama Alat Jumlah Satuan
A B C D
1. Tang Kupas 1 Buah
2. Tang Potong 1 Buah
3. Obeng Terminal 2 Buah
4. Obeng Plat (-) 1 Buah
5. Obeng Plus (+) 1 Buah
6. Tester 1 Buah
7. Tespen 1 Buah
3.3.2 Tabel Daftar Bahan Pump Station
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
A B C D E
1. Panel Kontrol 70 x 40 x 25 1 Buah
2. Line Up Terminal 4 mm 20 Buah
3. MCB 1 phasa 6 A 1 Buah
4. MCB 3 phasa 10 A 2 Buah
5. Relay COMET:A6CH-
3076 WORB
8 Buah
6. Kontaktor Telemecanique 8 Buah
7. Motor 1 phasa SHIMIZU 2 Buah
8. Saklar Aliran 2 Buah
23
Saklar Pelampung 2 Buah
A B C D E
Saklar Impuls 1 Buah
9. Kabel NYAF 1,5 mm2 25 Meter
10. Lampu Indikator Z-BV.6.380 V 5 Buah
11. Push Button NO ZB2-BE 101 (NO) 2 Buah
12. Push Button NC ZB2-BE 102 (NC) 1 Buah
13. Thermal Overload
Relay (TOR)
LR1-D09307
1,6 – 2,5 A
2 Buah
Selector Switch XBCD29314 C12 1 Buah
3.3.3 Tabel Daftar Bahan Airblast
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
A B C D E
1. Panel Kontrol 70 x 40 x 25 1 Buah
2. Line Up Terminal 4 mm 20 Buah
3. MCB 1 phasa 6 A 1 Buah
4. MCB 3 phasa 10 A 3 Buah
5. Dioda IN 4005 -KGPX 1 Buah
6. Thermal Overload
Relay (TOR)
LR1-D09307
1,6 – 2,5 A
2 Buah
7. Relay COMET:A6CH-
3076 WORB
8 Buah
8. Kontaktor Telemecanique 10 Buah
9. Timer On Delay Multicomet 3 Buah
10. Lampu Indikator Z-BV.6.380 V 7 Buah
11. Push Button NO ZB2-BE 101 (NO) 4 Buah
12. Push Button NC ZB2-BE 102 (NC) 2 Buah
13. Selector Switch XBCD29314 C12 1 Buah
14. Fan Motor 380/660 V
2,4 / 1,4 A
1,5 HP, 50 HZ
1 Buah
24
A B C D E
15. Vibrator Motor 220/380 V
4,2 / 2,4 A
1,1 Kw, 50 HZ
1 Buah
16. Light Barrier L6/LK6-GA 1 Buah
17. Kontak Bantu Telemecanique 2 Buah
18. Kabel NYAF 1,5 mm2 25 Meter
3.3.4 Tabel Daftar Bahan Milling
No
.
Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
A B C D E
1. Panel Kontrol 70 x 40 x 25 1 Buah
2. MCB 3 Phasa 10 A 3 Buah
3. MCB 1 Phasa 6 A 1 Buah
4. Diode IN 4005 PX 1 Buah
5. Kontaktor Telemecanique 14 Buah
6. Electro Pneumatic
Valve
1
7. Line Up Terminal 4 mm 20 Buah
8. Selector Switch XBCD29314 C12 1 Buah
9. Push Button NO ZB2-BE 101 (NO) 4 Buah
10. Push Button NC ZB2-BE 102 (NC) 2 Buah
11. Lampu Indikator Z-BV.6.380 V 7 Buah
12. Timer On Delay Multicomet 4 Buah
13. Conveyor Belt 380/660 V
2,4 / 1,4 A
1,1 Kw, 2830 rpm
2 Buah
14. MILL 220/380 V
31 / 15,5 A
5,5 Kw, 1440 rpm
1 Buah
25
A B C D E
15. Frequency
Convertor Worm
Wheel
220/380 V
4,2 / 2,4 A
1,1 Kw, 2830 rpm
1 Buah
16. Vibrator Motor 380/660 V
2,4 / 1,4 A
1,1 Kw, 2830 rpm
1 Buah
17. Kabel NYAF 1,5 mm2 25 Meter
3.3.5 Tabel Daftar Bahan Tanur
No
.
Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
A B C D E
1. Panel Kontrol 70 x 40 x 25 1 Buah
2. MCB 3 Phasa 10 A 2 Buah
3. MCB 1 Phasa 6 A 1 Buah
4. Saklar Tunggal 3 Buah
5. Kontaktor Telemecanique 14 Buah
6. Line Up Terminal 4 mm 22 Buah
7. Selector Switch XBCD29314 C12 1 Buah
8. Push Button NO ZB2-BE 101 (NO) 5 Buah
9. Push Button NC ZB2-BE 102 (NC) 3 Buah
10. Lampu Indikator Z-BV.6.380 V 3 Buah
11. Conveyor Belt 380/660 V 1 Buah
12. Light Barrier L6/LK6-GA 2 Buah
13. Kabel NYAF 1,5 mm2 25 Meter
26
3.3 Gambar Jobsheet
3.3.1 Pump Station
3.3.2 Air Blast
3.3.3 Milling
3.3.4 Tanur
27
BAB IV
LANGKAH KERJA
Berikut adalah langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam
praktek bengkel “Kontrol Industri Konvensional”, yaitu :
1. Meminjam alat dan bahan pada teknisi bengkel listrik.
2. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan bahan yang diperlukan
untukpraktek.
3. Menentukan tata letak komponen-komponen yang akan
digunakan sesuai dengan gambar rangkaian pada jobsheet yang
diberikan.
4. Meletakkan komponen-komponen pada panel utama beserta
kelengkapannya yang meliputi : Miniatur Circuit Breaker,
kontaktor, Relay, line up terminal, implus dan komponen lainnya
sesuai dengan jobsheet pada job yang dikerjakan .
5. Memasang semua komponen yang dibutuhkan pada pintu panel
seperti : selector switch, push button, dan lampu indikator.
6. Menyambungkan komponen-komponen listrik sesuai dengan
diagram kontrol pada jobsheet.
7. Merangkai komponen-komponen sesuai dengan diagram daya
pada jobsheet.
8. Setelah semua komponen selesai dirangkai, selanjutnya
melakukan pengecekan ulang pada rangkaian yang telah
dikerjakan.
9. Menghubungkan instalasi dengan supply atau sumber tegangan
kemudian menaikkan MCB pada panel utama, lalu melakukan
pengetesan setiap komponen untuk membuktikan kebenaran
instalasi yang telah dilakukan.
10. Setelah melakukan pengetesan kebenaran pada instalasi yang
telah dikerjakan, dan rangkaian telah terbukti benar, dan bekerja
berdasarkan fungsinya masing-masing, maka akan dilakukan
28
pengetesan ulang oleh dosen Pembimbing atau Penanggung
Jawab
11. Setelah Penanggung Jawab atau dosen Pembimbing menyatakan
semua rangkaian telah benar maka para praktikan harus
membongkar hasil pekerjaan yang telah diuji tersebut.
12. Membersihkan lokasi kerja dan memastikan lokasi kerja beserta
komponen yang ada di lokasi kerja telah kembali pada keadaan
awal.
13. Melakukan langkah-langkah seperti diatas untuk job-job
selanjutnya pada praktek kontrol industri konvensional.
14. Membongkar rangkaian lalu membersihkan lokasi kerja dan
mengembalikan semua peralatan dan bahan kepada teknisi
bengkel apabila semua job telah dilakukan dan dinyatakan benar
oleh pembimbing ataupun Penanggung Jawab Bengkel
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek bengkel semester IV Kontrol
Industri Konvensional, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dapat membaca rangkaian kontrol dari empat job yaitu pusat
pompa, pusat tanur, airblast system dan milling. Pembacaan
rangkaian kontrol adalah hal yang penting sebelum merangkai
rangkaian kontrol, karena dengan membaca rangkaian kontrol
dapat diketahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol yang akan
dibuat sehingga dapat memudahkan saat merangkai.
2. Pump Station pada industri digunakan sebagai alat pemindah
zat cair dari suatu pemampungan ke tempat penampungan
berikutnya untuk proses selanjutnya.
3. sistem airblast merupakan sistem yang digunakan sebagai
proses transportasi pemindahan bahan seperti biji-bijian, serbuk
semen, makanan ternak, dan lain sebagainya.
4. Milling pada industri digunakan untuk memindahkan material
dari tempat atau silo yang satu ke silo lainnya.
5. Rangkaian tanur dalam dunia industri biasanya difungsikan
untuk memanaskan material dengan suhu awal sebesar 800°C
hingga 820°C di dalam sebuah tungku pemanas.
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin praktikan sampaikan setelah
melakukan praktikum bengkel kontrol industri konvensional kali ini
adalah sebagai berikut :
1. Praktikan menyarankan agar alat dan bahan yang kondisinya
kurang baik sebaiknya diganti.
30
2. Sebaiknya semua orang yang berada di dalam bengkel
mematuhi tata tertib bengkel.
31
LAMPIRAN
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Jobsheet Praktikum Bengkel Listrik Semester IV.
2. Syarifuddin dan Noor Nirwan A., “Mesin Arus Searah dan
Transformator”, 2012.
3. PEDC, Teknik Bengkel”, EDC EL CNS 0011, CN Poly DIII, Bandung,
1988.
4. www.google.com
34