BATUAN METAMORF (Laporan Praktikum Geologi Dasar) Oleh : Virgian Rahmanda 1215051054 LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2012
BATUAN METAMORF (Laporan Praktikum Geologi Dasar)
Oleh :
Virgian Rahmanda
1215051054
LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Batuan Metamorf
Tanggal Praktikum : 22 November 2012
Tempat Praktikum : Laboratorium Teknik Geofisika
Nama : Virgian Rahmanda
NPM : 1215051054
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : 7 (Tujuh)
Bandar Lampung, 22 November 2012
Mengetahui,
Asisten
Fenty Rya Maretta
NPM. 1015051021
ii
BATUAN METAMORF
Oleh
Virgian Rahmanda
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Batuan Metamorf di Laboratorium Teknik Geofisika
jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan nama batuan, proses terbentuknya batuan metamorf,
mengindentifikasi mineral utama dan batuan asal. Batuan mencakup material yang
membentuk litosfer atau kerak bumi, terdiri dari mineral-mineral pembentuk
batuan. Batuan metamorf adalah salah satu kelompok yang diklasifikasikan
berdasarkan kejadiannya atau terbentuknya. Batuan metamorf adalah batuan yang
terbentuk dari perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan akibat perubahan
suhu dan tekanan tinggi diatas 200 C dan 300 MPa dalam fasa padat.
Metamorfosis dapat berfoliasi dapat juga tidak. Metamorf dibagi menjadi:
Metamorfisme kataklastik, Metamorfosis kontak, Metamorfosis regional. Ukuran
butiran pada batuan metamorf dipengaruhi oleh banyaknya migrasi ion. Hubungan
antar butir mencakup : Random orientation, Preffered orientation, Layering,
Gnessosity. Serta ada tiga hal yang merupakan syarat pembentukan batuan
metamorf yaitu fase padat, tekanan, dan suhu. Ada juga agen metamorf yakni
panas, tekanan, dan fluida kimia aktif. Batuan metamorf memiliki dua sifat batuan
yaitu berfoliasi dan tidak berfoliasi.
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel 3.3.1 Contoh Lembar Kerja ................................................................. 8
Tabel 4.1.1 Data Pengamatan Batuan Metamorf .......................................... 11
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar 2.1 Metamorfisme Kontak dan Mineral penyusun batuan ............. 6
Gambar 3.1.1 Sampel Batuan Metamorf ...................................................... 8
Gambar 3.1.2 Alat Tulis ............................................................................... 9
Gambar 3.1.3 Kamera ................................................................................... 9
Gambar 4.2.1 Batu Sabak (M-1) .................................................................. 13
Gambar 4.2.2 Batu Sekis (M-2) ................................................................... 14
Gambar 4.2.3 Batu Marmer (M-3) ............................................................... 14
Gambar 4.2.4 Batu Marmer (M-4) ............................................................... 14
Gambar 4.2.5 Batu Granulit (M-5) ............................................................... 15
Gambar 4.2.6 Batu Gneiss (M-6) ................................................................. 16
Gambar 4.2.7 Batu Sekis Klorit (M-7) ......................................................... 17
Gambar 4.2.8 Batu Taktit (m-8) ................................................................... 17
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penamaan batuan sangat penting sekali dan juga penamaan batuan harus
adanya standarisasi berdasarkan tipe batuan dan sifat-sifatnya. Dalam hal
penamaan harus ada keseragaman pemberian nama, sehingga klafisfikasi dari
batuan harus subyektif mungkin, berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati
dan bukan tafsiran. Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu
kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari
suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses
yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang
dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat
berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih
tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu
marmer, dan skist.
Batuan metamorfosis atau batuan malihan demikian juga proses
pembentukannya disebut proses malihan. Proses malihan merupakan
perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan namun dibedakan dengan
proses diagenesis dan proses pelapukan yang juga merupakan proses
perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan
tekanan yang tinggi dan dalam keadaan padat. Selain itu proses ini juga
sangat komples akibat faktor-faktor dinamika yang terjadi di bumi
Berdasarkan penjelasan singkat mengenai batuan metamorf di atas, maka
dilakukanlah percobaan untuk mengetahui karakteristik batuan metamorf.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum batuan metamorf ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan nama batuan metamorf
2. Mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf
3. Dapat mengidentifikasi mineral utama dan batuan asal
II. TEORI DASAR
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang
sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa
magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
Metamorfosa regional yang meliouti daerah yang sangat luas yang disebabkan
oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam
(Setia, 1987).
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan
diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu
lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak
antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi. Batuan malihan adalah batuan
yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada batuan yang ada
karena perubahan temperatur (T), tekanan (P), dan suhu (T) secara bersamaan.
Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 kelas atas dasar derajat
metamorfosanya yaitu batuan metamorfosa derajat rendah, batuan metamorf
derajat menengah, dan metamorf derajat tinggi (Noor, 2006).
Komposisi kimia batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan
mineral baru, demikian juga suhu dan tekanan. Jadi secara umum, agen penyebab
metamorfosis adalah:
1. Panas yang mengakibatkan batuan memuai dan ion-ion akan terpecah dan
membentuk mineral metamorf.
2. Tekanan, mempunyai efek yang berlawanan dengan panas. Tekanan
menyebabkan ion-ion bergabung membentuk mineral. 2 jenis tekanan
yang berpengaruh adalah tekanan litostatik dan tekanan berarah.
3. Fluida kimia aktif, berasal dari magma yang mendingin, membawa ion-ion
yang akan bereaksi dengan ion yang berada di dalam batuan.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses
metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T)
tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan
metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat
metamorfosanya, yaitu:
1. Metamorfisme kataklastik (cataclaste metamorphism), terjadi pada batuan
yang berisi regas (brittel).
2. Metamorfisme kontak (contac metamorphism), terjadi akibat intrusi tubuh
magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat
kenaikan suhu, maka rekristalisasi kimia memegang peranan penting.
Batuan yang terkena intrusi mengalami pemanasan dan metamorfosis
membentuk lapisan disekitar terobosan yang dinamakan aureole
metamorphism atau batuan ubahan.
3. Metamorfisme Regional, batuan metamorf dijumpai pada kerak benua
dengan penyebaran yang sangat luas sampai puluhan kilo meter persegi
(Buku Panduan Geologi Dasar, 2012).
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa
orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di
sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya
pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan
dan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi :
Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.
Gambar 2.1 Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan
Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi
dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, ataumilonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh
adanya confining pressure.
Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite danstishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan pab\nas bumi (geothermal).
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktiukum ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.1.1 Sampel Batuan Metamorf
Tabel 3.1.1 Contoh Lembar Kerja
Gambar 3.1.2 Alat tulis
Gambar 3.1.3 Kamera
3.2 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum batuan beku adalah sebagai
berikut :
1. Mengambil beberapa sampel batuan metamorf dan mengamati batuan
tersebut
2. Mengamati berdasarkan warna, tekstur, komposisi mineral dan lain-lain
3. Mengambil gambar beberapa sampel batuan dan mencatat hasil penelitian
ke lembar kerja
3.3 Diagram Alir
Adapun diagram alir yang akan dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Sampel Batuan
Hasil pengamatan sampel lapisan
batuan
Diamati warna, tekstur,
komposisi mineral
Dicatat hasil identifikasinya
Diambil
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan batuan metamorf
No
No
Peraga
Tekstur
Batuan
Asal
Mineral
Utama
Nama
Batuan
Butir Kemas Sifat
Foliasi
1 M-1 Lapidoblastik Berfoliasi Tufa Mika,
kuarsa Sabak
2 M-2 Lapidoblastik Berfoliasi Tufa Biotit,
Kuarsa Sekis
3 M-3 Hornfelsik Tak
Berfoliasi Gamping Silika Marmer
4 M-4 Hornfelsik Tak
Berfoliasi Gamping
Silika,
Ca,Mg Marmer
5 M-5 Granoblastik Tak
Berfoliasi Serpih Feldspar Granulit
6 M-6 Granoblastik Berfoliasi Granit Amfibolt Gneiss
7 M-7 Lapidoblastik Berfoliasi Tufa Klorit,
Epidot
Sekis
Klorit
4.2 Pembahasan
Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan
mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagenesis yaitu
perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika,
karena batuan metamorf adalah proses kelanjutan dari siklus batuan beku dan
sedimen, hal ini memungkinkan baik dari batuan utama hingga batuan
asalnya berasal dari batuan beku maupun sedimen, meskipun ada juga yang
berasal dari batuan metamorf itu sendiri. Selain dari proses diagnesis batuan
metamorf juga terbentuk dari proses pelapukan yang juga merupakan proses
perubahan ( proses malihan ).
Dari hasil data pegamatan dari percobaan yang telah dilakukan, hasil data
yang diperolah di atas dilakukan dengan mengamati baik struktur maupun
tekstur batuan metamorf, warna serta kandungan mineral yang ada dilamanya
melalui pengamatan makro. Percobaan yang telah kelompok kami lakukan
yaitu meneliti aspek-aspek pembeda antar batuan metamorf dari yang
berfoliasi dan tak berfoliasi, hingga selanjutnya menentukan sifat foliasi, butir
kemas, batuan asal, mineral utamanya hingga penamaan batuan metamorf
dari sampel batuan yang telah disediakan. Sampel pengamatan yang
diidentifikasi yaitu batuan metamorf dengan nomor peraga, M-1, M-2, M-3,
M,4, M-5, M-6, M-7, dan M-8. Namun proses identifikasi tidak dilakukan
secara berurutan berdasarkan nomor peraga batuan melainkan secara acak
dengan urutan sebagai berikut ; M-6, M-8, M-3, M-2, M-1, M-7, M-5, dan
M-4. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh beberapa macam batuan
metamorf antara lain adalah batu Sekis klorit, batu Mika, batu Marmer, batu
Granulit, batu Gneiss, batu Sabak dan batu Taktit. Dari jenis-jenis batuan
metamorf tersebut, masing-masing batuan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Sampel batuan dengan nomor peraga M-1 merupakan batu sabak, ditunjau
dari teksturnya batu tersebut merupakan batuan berfoliasi yaitu batuan sabak
ini terbentuknya secara bertahap sehingga memiliki lapisan – lapisan mineral
Gambar 4.2.1 Batu Sabak (M-1)
yang terkandung di dalamnya dan memberikan tekstur berlapis-lapis di
permukaan batuannya. Karena batuan ini berfoliasi jika dilihat dari kaitan
butir kemasnya, batu ini termasuk
memiliki sifat foliasi Slaty atau biasa
disebut Slatycleavage yaitu struktur
yang memperlihatkan penjajaran
mineral pipih (biotit, muskovit,
felspar) lebih banyak dibanding
mineral butiran, sama dengan
struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam
mineral lempung). Butir kemas dari
batu sabak ini yaitu butir kemas lapidoblastik karena setelah dilakukan
pengamatan tekstur, nampak tekstur yang memperlihatkan susunan mineral
saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih. Dari segi struktur
batu sabak ini dikelompokkan menjadi kelompok tufa atau serpih yang pada
saat dipegang atau di raba, batuan meninggalkan bekas seperti manik-manik
kecil berwarna emas, dan mengandung mineral utama mika dan kuarsa yang
mengkilat apabila dilihat dari dekat dan mendapatkan pantulan cahaya.
Sampel batuan dengan nomor peraga M-2, merupakan batu sekis. Saat dilihat
dari samping yang menunjukkan bahwa batuan ini merupakan jenis batuan
yang berfoliasi yaitu batuan sekis ini terbentuknya secara bertahap, namun
prosesnya tidak secara langsung karena jika ditinjau dari proses siklus batuan
diamana sebelumnya merupakan batuan beku atau pun sedimen yang telah
mengalami siklus batuan sedemikian rupa dan tidak secara langsung menjadi
batu sekis Berdasarkan pengamatan tekstur yang pertama yaitu sifat foliasi,
batuaan ini memiliki lapisan-lapisan mineral yang nampak dari
permukaannya yang masuk kedalam kelompok sifat batuan slaty, yaitu kesan
kesejajaran mineraloginya sangat halus karena butir kemasnya nampak
tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah
dengan bentuk mineral pipih. Dari segi tekstur batuan ini memiliki kesamaan
Gambar 4.2.2 Batu Sekis (M-2)
dengan batu sabak. Pembeda utama
dari batu sabak yaitu pada batuan asal
pembentuknya yaitu serpih, riolit dan
tufa yang memberikan aksen warna
kekuning-kuningan pada batu sekis ini.
Kandungan Mineral utama dari batu
sekis yaitu Muskovit, Kuarsa dan
Biotit yang memberikan corak warna
warna gelap pada batu sekis ini dan
batuan meninggalkan bekas seperti manik-manik kecil berwarna emas dan
tekstur serpih batuan yang mengkilap merupakan bukti kandungan kuarsa
dalam batuan sekis ini. Penamaan sekis tergantung pada komposisi mineral
yang dominan. Sekis yang disusun terutama oleh muskovit dan biotit dengan
sedikit kuarsa dan feldspar disebut sekis mika. Mineral pada batuan ini
umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan
dengan kristal yang mengkilap yang nampak pada gambar 4.2.2.
Batuan selanjutnya, hasil identifikasi yang telah dialakukan adalah batuan
dengan nomor peraga M-3 dan M-4, yang merupakan batuan marmer. Proses
terbentuknya batuan marmer, ketika batu gamping ataupun dolomit yang
merupakan batuan sedimen mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami
perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya batu marmer tersusun dari
kalsium karbonat, namun juga memiliki kandungan Magnesium dan Kalsit.
Gambar 4.2.3 Batu Marmer (M-3) Gambar 4.2.4 Batu Marmer (M-4)
Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi, yaitu batuan marmer ini
terbentuk secara setahap dan kandungan mineral yang tidak nampak berlapis-
lapis. Batu marmer ini termasuk kategori butir kemas hornfelsik yaitu struktur
yang memperlihatkan butiran mineral relatif seragam serta mengandung
mineral silica sehingga pada saat dipegang atau diraba permukaan batu sangat
halus. Pada sampel yang ada yaitu nomor peraga M-3, dan M-4 keduanya
merupakan batu marmer. Faktor utama pembeda yang nampak secara kasat
mata adalah selama proses pembentuknya batuan marmer dengan nomor
peraga M-4 tercampur dengan mineral lain dalam proses malihan sehingga
warna yang di hasilkan berwarna kecoklat-coklatan walau dari segi tekstur
baik sifat fosilasi dan butir kemas, batuan asal serta mineral utamanya sama
dengan batuan marmer pada sampel batuan dengan nomor peraga M-3. Batu
gamping atau dolomit bila diterobos oleh batuan beku maka akan terjadi
perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral kalsit atau dolomit.
Mineral-mineral lain sebagai pengikat atau pengotor antara lain : kuarsa,
grafit, hematit, limonit, pirit, mika, klorit, tremolit, wolastonit, diopsit dan
hornblende, meskipun dalam jumlah kecil (dapat mempengaruhi warna dan
mutu marmer).
Batuan dengan nomor peraga M-5
merupakan batu Granulit, karena
setelah dilakukan hasil identifikas
ciri-ciri sampel M-5 menunjukkan
batu granulit saat diihat dari
samping yang menunjukkan bahwa
batuan tidak berfoliasi karena tidak
terdapat lapisan-lapisan mineral
yang nampak dari tekstur maupun
struktur ermukaan batuan ini. Batu granulit ini termasuk kategori butir kemas
granoblastik yaitu batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal
berukuran seragam. Batuan granulit ini mengandung material serpih yang
meninggalkan bekas pada saat batu dipegang atau diraba serta mengandung
Gambar 4.2.5 Batu Granulit (M-5)
mineral silica sehingga pada saat dipegang atau diraba permukaan batu sangat
halus. Selain itu juga memiliki aksen warna abu-abu pada butiran yang
tampak karena batuan ini berasal juga dari graywcke, dan beberapa batuan
beku. Mineral utama yang terkandung ppada batu ini adalah Feldspar yang
memberikan warna kuning pada batuan, piroksen, garnet, kianit dan silica.
Sampel batuan selanjutnya yang di
bahas adalah sampel batuan dengan
nomor peraga M-6, yaitu batu
Batuan gneiss. Batu Gneiss
merupakan batuan yang terbentuk
dari hasil metamorfosisme batuan
beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Ciri-ciri
sampel M-6 menunjukkan batu gneiss saat diihat dari samping yang
menunjukkan bahwa batuan berfoliasi. Batu gneiss ini termasuk kategori butir
kemas granoblastik yaitu batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal
berukuran seragam dan butir kemas lapidoblastik yaitu tekstur yang
memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk
mineral pipih. Gneiss adalah batuan metamorf yang terutama disusun oleh
mineral butiran. Gneis biasanya mempunyai komposisi yang hampir sama
dengan granit dan kemungkinan berasal dari granit atau batuan afanitik
granitik. Tetapi gneis kemungkinan juga berasal dari shale yang mengalami
metamorfisme derajat tinggi. Mineral utama yang menyusun batuan ini
adalah amfibolt, selain mengandung amfibolt batuan ini juga mengandung
feldspar, kuarsa, mika, dan garnet. Batuan ini biasanya berasal dari batuan
granit, serpih, diorite, sekis, dan riolit Batuan gneiss ini mengandung material
serpih yang meninggalkan bekas pada saat batu dipegang atau diraba serta
mengandung mineral kuarsa, mika, amfibolt yang merupakan mineral gelap
dari nama mineral amfibo.
Gambar 4.2.6 Batu Gneiss (M-6)
Sampel batuan berikutnya yang
diamati adalah batuan dengan
nomor peraga M-7, disebut
batuan sekis klorit. Jika
diamati dari segi tekstur
merupakan batuan yang
memiliki foliasi bersifat slaty
yaitu kesejajaran
mineraloginya sangat halus
dengan tekstur yang
memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk
mineral pipih. Batuan ini merupakan hasil proses siklus batuan yang
sebelumnya bisa berasal dari batu basalt, andesit dan tufa yang memberikan
warna kuning pada aksen batuan sekis klorit. Mineral batuan sekis klorit
utama yaitu Klorit itu sendiri, hal ini juga yang membedakan batuan sekis
klorit dengan batu sekis yang keduanya masuk dalam tekstur baik sifat dan
butir kemas yang sama. Selain Klorit kandungan lain dari batu Sekis Klorit
adalah Plagioklas dan Epidot yang memberikan corak warna hitam pada batu
sekis klorit ini. Mineral basalt yang terkandung dalam batuan ini menjadikan
massa batu sekis klorit lebih berat serta kandungan tufa adalah batuan asal
yang mengakibatkan batu berwarna kuning, karena tufa memiliki pengaruh
yang dominan mengalahkan pengaruh basalt yang bersifat resesif.
Sampel batuan yang terakhir
adalah dengan nomor peraga M-8,
adalah batu Taktit. Dari hasil
identifikasi yang dilakukan, batu
taktit setelah diamati tekturnya
tidak memiliki lapisan-lapisan
mineral atau biasa disebut foliasi.
Batu taktit memiliki butir kemas
Hornfelsik yaitu tekstur dan
Gambar 4.2.7 Batu Sekis Klorit (M-7)
Gambar 4.2.8 Batu Taktit (M-8)
penyusun batuanya seragam. Hal ini membuktikan bahwa proses malihan
yang terjadi pada batuan berlangsung secara sempurna karena perubahan
teksturnya seragam. Pada mulanya batuan asal yang membentuk batu taktit
adalah Gamping dan dolomite yang merupakan batuan sedimen setelah
mengalami proses siklus batuan, mengalami proses yag melibatkan
temperatur dan tekanan menjadi batu taktit yang mineral utamanya cukup
beragam, terdiri dari Magnesium, Calsium, Besi, Silika, garnet, Epidot,
piroksen, dan amfibol.
Berdasarkan identifikasi batuan metamorf di atas, dapat disimpulkan bahwa
masing-masing batuan metamorf memiliki tekstur baik sifat foliasi maupun
butir kemas yang berbeda tergantung dari proses malihan yang berlangsung
pada batu terasebut selama siklus batuan terjadi. Dari identifikasi tersebut
dapat dikelompokkan tekstur batuan metamorf baik yang takberfoliasi
maupun yang berfoliasi dari segi sifatnya dan butir kemasnya adalah sebagai
berikut ;
1. Struktur Foliasi
a) Struktur Skistose yaitu struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding
mineral butiran.
b) Struktur Gneisik yaitu struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral grabular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak
dibanding mineral pipih.
c) Struktur Slatycleavage yaitu sama dengan struktur skistose, kesan
kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d) Struktur Phylitic yaitu sama dnegan struktur slatycleavage, hanya
mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2. Struktur Non Foliasi
a) Struktur Hornfelsik yaitu struktur yang memperlihatkan butiran-
butiran mineral relatif seragam.
b) Struktur Kataklastik yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
penghancuran terhadap batuan asal.
c) Struktur Milonitik yaitu struktur yang memperlihatkan liniasi oleh
adanya orientasi mineral ya ng berbentuk lentikuler dan butiran
mineralnya halus.
d) Struktur Pilonitik yaitu struktur yang memperliatkan liniasi dari
belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya
lenih kasar dibandingkan struktur milonitik, malah mendekati tipe
struktur filit.
e) Struktur Flaser yaitu sama struktur kataklastik, namun struktur batuan
asalnya berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f) Struktur Augen yaitu sama dengan struktur flaser, hanya lensa terdiri
dari butir-butir felspar dalam dasar yang lebih halus.
g) Struktur Granulose sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran yang beragam.
h) Struktur Liniasi yaitu struktur yang memperlihatkan adanya mineral
yang berbentuk jarus atau fibrous.
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
a) Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya
kristal besarnya disebut porfiroblast.
b) Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
c) Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral
saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d) Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-
mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
e) Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral
berbentuk euhedral.
f) Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
Dalam kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, batuan metamorf banyak
manfaatnya. Salah satunya dalam Teknik Sipil kegunaan Batuan Metamorf
sangat berhubungan dengan sifat kekerasan batuan , dimana batuan jenis ini
sangat bermanfaat dalam memberi kekerasan serta kekakuan pada struktur
bangunan , Batuan yang agak keras atau tahan seperti batu sabak, merupakan
bahan bangunan yang baik, maka batuan ini dipakai untuk bangunan.
Kegunaan batu marmer dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak seperti
lantai rumah yang menggunakan batu granit atau marmer sehingga
permukaan lantai menjadi halus, dan karena proses terbentuknya batuan
metamorf yang sangat komplek sehingga banyak orang-orang berlomba-
lomba mencari batuan metamorf yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
sebut saja intan serta emas yang terdapat pada kerak bumi. Selain itu macam
dari batuan metamorf dapat digunakan untuk alat menulis(batu sabak), Untuk
Lantai (marmer), Untuk Dekorasi bangunan (marmer) dan Untuk Batu Nisan
(marmer). Kegunaan marmer yang utama adalah untuk bangunan seperti ubin
lantai, dinding (interior maupun eksterior), papan nama, dekorasi atau hiasan,
monumen, perabot rumah tangga seperti meja, kap lampu dan sebagainya.
V. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Batuan metamorfosis berasal dari batuan sedimen, batuan beku dan dari
batuan metamorphosis itusendiri yang mengalami perubahan akibat suhu dan
tekanan yang tinggi.
2. Batuan metamorf mengandung mineral utama berupa senyawa kimia seperti
Ca, Mg, Fe, Silika, feldspar, kuarsa, kalsit, epidot, amfibolt dan berbagai
kandungan mineral lainnya.
3. Batuan metamorf terbagi menjadi dua yaitu metamorf berfoliasi dan tak
berfoliasi.
4. Batuan metamorf tersebar meluas di dalam lempeng benua dan juga berada di
sekitar gunung api.
5. Contoh batuan yang berfoliasi adalah Sabak (M-1), Kuarsa (M-2), Gneiss (M-
6) dan Sekis Klorit (M-7)
6. Contoh batuan yang tak berfoliasi adalah Marmer (M-3), Granulit (M-5), dan
Taktit (M-8)
7. Proses terbentuknya batuan metamorf yang sangat komplek atau rumit
mengakibatkan orang banyak mencarinya dikarenakan harga ekonomisnya
yang termasuk tinggi, seperti intan maupun emas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Batuan Metamorf. http://id.wikipedia.org/wiki/batuan metamorf.
Diakses pada 20 November 2012 pukul 17:46 WIB
Anonim. 2010. Batuan Metamorf http://www.senyawa.com/2010/03/batuan-
metamorf.html. Diakses pada 20 November 2012 pukul 17:55 WIB
Anonim. 2009. Batuan dan Kegunaanya. http:// pocongkesurupan. blogspot.com
/2009/11/batuan-dan kegunaannya.html. Diakses pada 27 November
2012 Pukul 22.10 WIB
Anonim. 2012. Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf . http:// ziminers. blogspot.
com/2012/10/batuan-sedimen-dan-batuan-metamorf. html. Diakses
pada 27 November 2012 Pukul 22.10 WIB
Anonim. 2009. Petrologi. http:// wingmanarrows. wordpress.com /geological/
petrologi/ batuan-metamorf/. Diakses pada 27 November 2012 Pukul
22.10 WIB
Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Setiagraha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova
Suharno. 2012. Geologi dasar. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Tim Dosen Geologi Dasar. 2012. Panduan Praktikum Mata Kuliah Geologi
Dasar. Bandar Lampung: Universitas Lampung
LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN BATUAN METAMORF
No
No
Peraga
Tekstur
Batuan
Asal
Mineral
Utama
Nama
Batuan
Butir Kemas Sifat
Foliasi
1 M-1 Lapidoblastik Berfoliasi Basalt Klorit Sabak
2 M-2 Lapidoblastik Berfoliasi Tufa Kuarsa Sekis
3 M-3 Hornfelsik Tak
Berfoliasi Gamping Silika Marmer
4 M-4 Hornfelsik Tak
Berfoliasi Gamping
Silika,
Ca,Mg Marmer
5 M-5 Granoblastik Tak
Berfoliasi Serpih Feldspar Granulit
6 M-6 Granoblastik Berfoliasi Granit Amfibolt Gneiss
7 M-7 Lapidoblastik Berfoliasi Tufa Mika,
kuarsa
Sekis
Klorit
8 M-8 Hornfelsik Tak
Berfoliasi Gamping Fe Taktit
HASIL PENGAMATAN BATUAN METAMORF
Nomor Peraga : M-1
Nama Batuan : Sabak
Mineral Utama : Mika & Kuarsa
Batuan Asal : Tufa
Sifat Foliasi : Berfoliasi
Butir Kemas : Lapidoblastik
Nomor Peraga : M-2
Nama Batuan : Sekis
Mineral Utama : Kuarsa
Batuan Asal : Tufa
Sifat Foliasi : Berfoliasi
Butir Kemas : Lapidoblastik
Nomor Peraga : M-3
Nama Batuan : Marmer
Mineral Utama : Silica
Batuan Asal : Gamping
Sifat Foliasi : Tak Berfoliasi
Butir Kemas : Hornfelsik
Nomor Peraga : M-4
Nama Batuan : Marmer
Mineral Utama : Silica
Batuan Asal : Gamping
Sifat Foliasi : Tak Berfoliasi
Butir Kemas : Hornfelsik
Nomor Peraga : M-5
Nama Batuan : Granulit
Mineral Utama : Feldsper, Silica
Batuan Asal : Serpih
Sifat Foliasi : Tak Berfoliasi
Butir kemas : Granoblastik
Nomor Peraga : M-6
Nama Batuan : Gneiss
Mineral Utama : Amfibolt
Batuan Asal : Granit
Sifat Foliasi : Berfoliasi
Butir kemas : Granoblastik
Nomor Peraga : M-7
Nama Batuan : Sekis Klorit
Mineral Utama : Klorit, Epidot
Batuan Asal : Tufa
Sifat Foliasi : Berfoliasi
Butir kemas : Lapidoblastik
Nomor Peraga : M-8
Nama Batuan : Taktit
Mineral Utama : Fe
Batuan Asal : Gamping
Sifat Foliasi : Tak Berfoliasi
Butir kemas : Hornfelsik
MANFAAT BATU SABAK
Di pasaran, batu sabak atau slate stone lebih dikenal dengan sebutan batu kali.
Selain sangat kuat untuk pondasi, jenis batuan ini dapat dibelah menjadi
lempengan tipis untuk pelapis dinding maupun lantai. Karena bentuknya yang
tidak teratur membutuhkan tukang yang ahli dalam pemasangannya.
Jenis dan warnanya juga dinamai sesuai nama asalnya. Yang popular diantaranya
sabak hitam tasik, pekalongan dan garut. Batu purwakarta dan batu banjar
warnanya lebih coklat.
Batu sabak merupakan batuan hasil proses metamorfosa dari mudstone (batu
lumpur). Mudstone yang terdiri dari butiran-butiran kuarsa di dalam masa liat
yang lebih halus, karena tertekan maka butiran kuarsa menjadi pipih sedangkan
partikel liat mengkristal kembali menjadi lapisan mika. Batu sabak termasuk
dalam batuan metamorf Foliasi
Batu ini terbentuk dari intrusi batuan andesit. Batu sabak memiliki beberapa ciri,
diantaranya berpori kecil, memiliki susunan yang berlapis-lapis, sehingga mudah
dibelah menjadi lempengan-lempengan tipis, sehingga orang lebih banyak
menyebutnya batu templek. Penamaannyapun sesuai dengan nama daerah
Tugas 1
asalnya, misal sabak hitam tasik, pekalongan dan garut sedangkan batu dari
purwakarta dan banjar memilki warna yang lebih coklat. Warna yang umum
dijumpai adalah abu-abu, hitam, hijau tua dan merah tua.
Pengaplikasian batu sabak ini sebagian besar digunakan untuk bagian luar
(eksterior) misal dinding pagar, kolam, pilar (kolom) serta taman kering. Namun
tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di dalam ruangan (interior). Selain
itu, Kegunaan dari batu sabak ini antara lain sebagai bahan campuran dalam
industri semen, papan tulis dan panel instrumen listrik. Zaman dahulu, Sebelum
ada kertas, batu sabak dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis.
BATUAN METAMORF DENGAN NILAI JUAL TINGGI
Secara umum, jenis - jenis Batuan Metamorf/Malihan adalah sebagai berikut ;
1. Metamorf/Malihan Kontak
Metamorf/Malihan Kontak Terjadi karena adanya kontak atau pengaruh
suhu yang tinggi serta terlalu dekat dengan magma. Contohnya, batu
pualam (marmer) dari batu kapur.
2. Metamorf/Malihan Dinamo
Metamorf/Malihan Dinamo Terjadi akibat adanya tekanan lapisan yang
berada di atasnya dalam kurun waktu yang lama. Misalnya batu sabak dari
tanah liat antrasit.
3. Metamorf/Malihan Pneumatolistis
Metamorf/Malihan Pneumatolistis Terjadi akibat adanya suatu pengaruh
suhu, tekanan dari benda - benda sekitar, kurun waktu serta masuknya
unsur - unsur lainnya. Misalnya batu permata, intan.
Dari ketiga jenis macam batuan metamorf di atas, batuan metamorf yang memiliki
nilai jual tinggi adalah batuan yang tergolong batuan metamorfpneumatolistis,
yaitu batuan metamorf yang dipengaruhi oleh suhu tinggi, tekanan disekitarnya
dan waktu yang lama serta masuknya unsur lain. contohnya permata dan intan.
Penyebab batuan jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi yaitu karena
kelangkaanya disebabkan oleh proses pembentukannya melalui proses malihan
Tugas 2
dengan suhu dan tekanan dalam waktu yang lebih lama di bandingkan dengan
jenis batuan yang lain.
Batu permata adalah sebuah mineral, batu yang dibentuk dari hasil
proses geologi yang unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia
yang mempunyai harga jual tinggi, dan diminati oleh para kolektor. Batu permata
harus dipoles sebelum dijadikanperhiasan.
Di dunia ini tidak semua tempat mengandung batu permata. Di Indonesia hanya
beberapa tempat yang mengandung batu permata antara lain
di provinsi Banten dengan Kalimayanya, di Lampung dengan batu jenis-jenis
anggur yang menawan dan jenis cempaka, di Pulau Kalimantan dengan
Kecubungnya (amethys) dan Intan (berlian). Batu permata mempunyai nama dari
mulai huruf a sampai huruf z yang diklasifikasikan menurut kekerasannya yang
dikenal dengan Skala Mohs dari 1 sampai 10. Permata yang paling diminati di
dunia adalah yang berkristal yang selain jenis batu mulia
seperti Berlian, Zamrud, Ruby dan Safir, batu-batu akik jenis anggur seperti Biru
Langit, bungur atau kecubung yang berasal dari Tanjung Bintang, Lampung saat
ini banyak di buru oleh para kolektor karena kualitas kristalnya.
Beberapa macam batu permata
Akik
Akuamarin
Ametis
Biduri laut
Batu biduri Bulan
Batu Cempaka
Berlian
Batu delima
Anggur
Giok
Intan
Kuarsa
Mutiara
Mata kucing
Pirus
Safir
Zamrud
Ruby
Opal
Spinel
Bloodstone
Tashmarine
Quattro
Selain batu permata, lebih spesifik lagi terdapat batu Intan merupakan batu
permata termahal di dunia, Ada banyak sifat alami dari berlian yang membuatnya
istimewa dan menjadikanya batu permata termahal, yaitu antara lain
1. Kekerasan (Ketahanan)
Alasan bahwa berlian yang khusus di permata dunia adalah bahwa mereka
adalah yang paling tahan lama. Mereka adalah substansi alam yang paling
sulit di dunia (10 pada skala Moh's kekerasan). Ini berarti bahwa hampir
tidak ada yang dapat menggaruk berlian (kecuali berlian lain). Ini tidak
berarti, bagaimanapun, bahwa mereka tak terkalahkan. Diamonds
memiliki pesawat belahan dada, seperti kebanyakan mineral, sehingga jika
jatuh atau memukul dengan sudut tertentu, mereka akan retak atau pecah.
Oleh karena itu, penting bahwa berlian adalah segi dan diatur dengan cara
yang melindungi wilayah rawan tersebut.
2. Kilauan (cahaya)
Karakteristik lain yang membuat berlian inheren berharga adalah kilau itu:
mencerminkan cahaya dengan baik. Sebuah aspek dipoles dari berlian
hampir cermin-seperti di refleksinya. Anda dapat mengambil sepotong
kaca segi (misalnya kristal Swarovski) atau sepotong segi kuarsa berwarna
terang dan meneliti aspek dalam cahaya putih (aspek dipoles adalah
pesawat kecil yang berada di permukaan batu permata dipotong). Anda
akan melihat bahwa aspek dari berlian hampir putih, sedangkan aspek
gelas atau kuarsa agak transparan.
3. Dispersi (Pelangi)
Dan akhirnya, berlian adalah khusus sebagai mineral karena membuat
pelangi. Ini disebut dispersi, dan ini unik tinggi berlian. (Batu permata
lainnya dengan dispersi tinggi termasuk Zirkon, dan CZ). Ketika Anda
berputar berlian di dalam terang, Anda akan menangkap sekilas "api,"
kilatan cahaya berwarna.
Karakteristik berlian digunakan untuk mendefinisikan kualitas adalah sama bagi
berlian karena mereka semua untuk semua batu permata, hanya untuk diamond
mereka lebih tepat dikategorikan.
Berikut adalah sebuah ilustrasi tentang berlian nilai-nilai yang berbeda. Berikut
adalah sebuah ilustrasi tentang berlian nilai-nilai yang berbeda.
Nilai rendah
Ini adalah 0,32 karat,
kejelasan SI, J diamond
warna. Seperti berlian
bisa dibeli selama
beberapa ratus dolar.
HighValue
Ini adalah 1,37 karat,
kejernihan VS, F
berlian warna. Anda
dapat membeli berlian
seperti ini untuk di
bawah $ 10.000.
Sangat Tinggi Nilai
Berikut adalah berlian
5 karat dengan
kejelasan VVS, dan G
warna. berlian ini
dapat dijumpai dijual
di sekitar $ 200.000.
Nilai tertinggi
Berikut ini adalah biru
mewah berlian 45 karat. Hal
ini sangat berharga, yang
mungkin tak ternilai. Ini
tinggal di Museum
Smithsonian dan disebut
Daimond Hope.