1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Barelang dengan letak geografis yang strategis terletak dipintu gerbang utama Indonesia bagian barat yang merupakan zona perdagangan bebas. Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau. Keadaan ini memberi peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan budidaya. Balai Budidaya Laut Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah yang berbatu-batuan. Perairan lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu karang, rumput laut, lamun, vegetasi hutan mangrove dikawasan pesisir pantainya. Keadaan ini sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan budidaya karena lokasi ini juga masih relatif jauh dari sumber-sumber pencemaran yang ditimbulakn oleh aktivitas masyarakat ataupun kegiatan industri. Balai Budi daya Laut Batam terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III, Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km dari kota
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Barelang dengan letak geografis yang strategis terletak dipintu
gerbang utama Indonesia bagian barat yang merupakan zona perdagangan bebas.
Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau. Keadaan ini memberi
peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan budidaya. Balai Budidaya Laut
Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah yang berbatu-batuan. Perairan
lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu
karang, rumput laut, lamun, vegetasi hutan mangrove dikawasan pesisir
pantainya. Keadaan ini sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan budidaya
karena lokasi ini juga masih relatif jauh dari sumber-sumber pencemaran yang
ditimbulakn oleh aktivitas masyarakat ataupun kegiatan industri.
Balai Budi daya Laut Batam terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III,
Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km
dari kota Batam dan bersebelahan dengan Pulau Akar. Luas lahan yang dimiliki
Balai Budi daya Laut Batam sekitar 6,5 Ha yang digunakan untuk sarana
Ikan Kakap Putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap
taksonominya adalah sbb: Phillum : Chordata, Sub phillum : Vertebrata, Klas :
Pisces, Subclas : Teleostei, Ordo : Percomorphi, Famili : Centroponidae, Genus :
Lates, Species : Lates calcarifer (Bloch,1790)
Ikan Kakap Putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar
terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan
di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap
putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.
6
III. METODE PRAKTIKUM
III.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Mei, bertempat di
Balai Budidaya Laut Batam yang terletak di Jl.Raya Barelang Jembatan III
P.Setoko PO.BOX 60 Sekupang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
III.2.Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan selama praktikum adalah alat tulis
dan kamera untuk dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
III.3.Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan praktek
langsung dan wawancara dengan pegawai Balai Budidaya Laut Batam. Data
sekunder diperoleh dari Balai Budidya Laut Batam, Provinsi Kepulauan Riau serta
ditambah dengan literatur-literatur yang mendukung kelengkapan dan kejelasan
mengenai data yang didapatkan tersebut.
7
IV. PEMBAHASAN
Balai Budidaya Laut Batam memiliki sarana dan prasarana untuk
operasional kegiatan budidaya, mulai dari pemilihan induk, pemijahan,
pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Secara garis besar fasilitas yang
dimiliki Balai Budidaya Laut Batam dapat dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Fisik yang Dimiliki Balai Budidaya Laut
Batam
No FASILITAS Jumlah FUNGSI1 Keramba Jaring Apung
(3x3x3m)6 unit Pemeliharaan induk dan
pembesaran2 Bak Induk Beton (255 ton) 5 unit Pemeliharaan Induk3 Bak Beton (8 - 10 Ton) 20 unit Pendederan dan penyediaan pakan
alami4 Bak Fiberglass (1-8 Ton) 64 unit Pemeliharaan larva, pendederan
dan pakan alami7 Indoor hatchery 2 unit Lokasi pemeliharaan larva8 Outdoor hatchery 2 unit Lokasi pendederan9 Laboratorium penyakit 1 unit Identifikasi mengenai penyakit
ikan10 Laboratorium plankton 1 unit Perekayasaan dan penyediaan
pakan alami14 Sistem Filter 1 unit Menyaring air15 Tandon air laut (100 ton) 1 unit Stock air laut16 Tandon air tawar (125 ton) 1 unit Stock air Tawar17 Pompa 6 unit Pengisi air18 Mess operator 4 unit Tempat tinggal karyawan19 Kantor 2 unit Kelancaran kegiatan administrasi
dan program proyek21 Kendaraan Operasional 2 unit Kelancaran operasional pegawai
dan produksi22 Genset 3 unit Sumber energi23 Asrama 20 unit Penginapan peserta diklat24 Ruang pelatihan 2 unit Pendidikan dan latihan25 Komputer 5 unit Sarana dan penunjang kegiatan
administrasi dan perekayasaan
8
No FASILITAS Jumlah FUNGSI26 Rumah Genset 2 unit Fasilitas penerangan dan
operasional27 Rumah pompa 2 unit Penyedia air laut28 Pos jaga 1 buah Keamanan29 Perpustakaan 1 unit Pengadaan buku-buku perikanan
Sumber : Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Batam 2010
Berdasarkan data dari Tabel 1 . Balai Budidaya Laut Batam memiliki
sarana dan prasarana yang baik serta lengkap untuk menunjang operasional suatu
kegiatan Budidaya.
Air laut yang akan memasuki daerah produksi terlebih dahulu ditampung
di tandon-tandon yang ada. Air laut tersebut melewati 3 buah tandon dan masing-
masing tandon memiliki daya tampung dan treatment yang berbeda. Setiap
melewati tandon, air laut mendapat treatment yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas air dan menjaga sterilisasi dari berbagai jenis organisme, sampah-sampah,
kotoran, lumpur dan padatan tersuspensi lainnya yang dapat merugikan usaha
budidaya. Berikut adalah skema penyediaan air laut :
Gambar 4. Skema Penyediaan Air Laut
Air laut yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan produksi di ambil
langsung dari perairan yang berada disekitar Balai Budidaya Laut batam. Air laut
9
tersebut diambil dengan menggunakan mesin pompa berjenis elektromotor pump
yang berkapasitas 50 Hz, 5,5 KW (Gambar 12). Mesin pompa air laut yang ada di
Balai Budidaya Laut Batam berjumlah 5 buah yang diseting secara otomatis untuk
memompa air laut ke tandon hingga penuh dan akan berhenti dengan sendirinya.
Dalam Rangka memenuhi kebutuhan pasar ikan hidup di atas tentunya
diperlukan usaha budi daya dalam skala yang besar dan terus-menerus. Dengan
makin berkembangnya usaha budi daya, terutama budi daya di keramba jaring
apung, guna memenuhi kebutuhan ikan hidup, tentunya akan membutuhkan
pasokan benih yang berkualitas dan cukup dalam jumlahnya. Kebutuhan benih di
wilayah kerja balai Budi daya Laut Batam diperkirakan mencapai 8.650.000 ekor
benih ukuran 5-7 cm, kebutuhan benih ini sebagian besar adalah kakap putih,
kerapu macan, dan bawal bintang.
4.1. Manajemen Aquakultur Laut
Daerah perairan Indonesia yang cukup luas dengan panjang pantai lebih
81.000 km merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan perikanan. Industri perikanan di Indonesia yang awalnya didominasi
oleh perikanan tangkap yaitu hanya mengandalkan hasil tangkapan di laut
dikhawatirkan akan menimbulkan dampak lingkungan yang tidak seimbang.
Apalagi pada beberapa tahun terakhir telah terjadi over fishing sehingga
kelestarian sumber daya perikanan akan terus menurun.
Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di
Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2006, tanggal 12
10
Januari 2006 resmi menjadi Balai Budidaya Laut Batam dan seluruh kegiatan
dipusatkan di lokasi dengan luas 6,5 Ha tersebut.
Komoditi Ikan yang dibudidayakan di BBL Batam adalah Ikan Kerapu
Telur yang baru dipanen diseleksi dan direndam dalam air laut yang diberi
acriflavin 5 ppm selama kurang lebih 1 menit (bersifat desinfektan), baru
25
kemudian dipindahkan ke dalam bak – bak penetasan sekaligus pemeliharaan
larva dengan kepadatan telur 60 – 100 butir/liter. Masa inkubasi berlangsung
antara 17 – 21 jam dan telur akan menetas 14 jam setelah pembuahan pada suhu
26 – 29 oC dan salinitas 30 – 33 ppt.
Bak larva dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum digunakan harus
bersih, bebas penyakit, dan parasit. Sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyikat
permukaan bak dan dilakukan perendaman dengan larutan desinfektan selama 2
jam. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu dibilas guna menghilangkan bau
desinfektan.
Pengelolaan air pemeliharaan mutlak diperlukan guna tetap menjaga kualitas air
yang digunakan. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan mengganti air
pemeliharaan pada umur 5 hari sampai 10 hari sebanyak 25 % tiap harinya. Saat
umur larva 10 – 20 hari penggantian air adalah sebanyak 50 % tiap hari dan larva
umur 20 – 30 % hari dilakukan pergantian air sebanyak 75 % perharinya.
Untuk menjaga agar kadar amoniak dalam bak pemeliharaan tetap pada
syarat yang ditentukan, perlu ditambahkan Chlorella 5 x 105 sel/ml. selain itu juga
berfungsi sebagai pakan rotifer dalam bak pemeliharaan.
Pembersihan dasar bak pemeliharaan akibat dari sisa telur yang tidak
menetas, pakan alami yang mati ataupun endapan dari air laut dilakukan dengan
cara menyiphon secara periodic. Penyiphonan pertama dilakukan pada D2 untuk
membuang sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur hasil tetasan. Setelah
itu penyiponan dilakukan 2 hari sekali sampai umur D20. Untuk umur larva
selanjutnya penyiphonan dilakukan tiap hari. Rotifera adalah salah satu jenis
zooplankton yang paling banyak digunakan sebagai pakan alami ikan laut
26
ekonomis penting di Indonesia, karena selain memiliki kandungan gizi yang baik,
juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva ikan, mudah dicerna, dan mudah
didapatkan di Indonesia. Fulks and Main (1991) menyatakan bahwa rotifera
merupakan makanan utama dalam kultur larva ikan serta kultur organisme lainnya
dari beberapa kelompok takson, karena dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan larva, disebabkan karena kandungan gizinya yang tinggi.
Pakan alami selanjutnya adalah naupli artemia (Artemia salina) yang
diberikan pada larva saat berumur 8 – 20 hari sampai dengan larva dapat
mengkonsumsi pakan buatan dengan sempurna. Dosis pemberiannya adalah 0,5 –
1 ind/ml,dengan frekuensi pemberiannya adalah 2 kali sehari. Selanjutnya pakan
buatan ( pellet ) diberikan mulai umur 10 hari. Pakan pellet awal berukuran 250 –
300 µm. Ukuran pellet selanjutnya disesuaikan dengan bukaan mulut larva dengan
dosis diberikan sampai kenyang (adlibitum). Pemberian pellet lebih dini akan
membantu ketergantungan pakan terhadap rotifera dan artemia, sehingga akan
menguntungkan secara finansial dan lebih baik bagi kualitas benih, mengingat
pakan buatan mempunyai kualitas dan kuantitas yang terjaga. Frekuensi
pemberian pellet adalah empat kali sehari ataupun dapat menggunakan tempat
pakan otomatis ( authomatic feeder) yang dapat diatur frekuensinya.
Panen dilakukan jika ada pesanan, maka ikan Kakap Putih dijual dengan
tujuan Indo Marine di Kecamatan Moro Kabupaten Karimun. Larva berumur D18
ukuran 1,1 cm dengan harga Rp 70,- per ekor dan 2,8 – 3 cm dengan harga Rp
1.100,- per ekor dengan kondisi yang sehat tanpa cacat. Total panen larva adalah
430.000 ekor.
27
4.4. Manejemen Kesehatan Ikan
Manajemen kesehatan ikan sangat diperlukan untuk budidaya ikan di BBL
Batam, karna merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya
ikan. Di BBL Batam melakukan beberapa treatmen agar usaha budidaya ikan
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit pada ikan tersebut.
Pengelolaan kualitas air berpengaruh terhadap kesehatan ikan, maka untuk
melakukan kegiatan budidaya sebelum itu air yang digunakan di filter fungsinya
agar parasit atau sesuatu yang menimbulkan datangnya penyakit terhindar. Setelah
dilakukan perlakuan pada air selanjutnya air dialirkan ke tiap-tiap bak, selnjutnya
dilakukan pembersihan keramba jaring apung. Fungsi untuk pembersihan adalah
agar ikan –ikan yang dibudidayakan tidak terganggu oleh Organisme atau hal –
hal yang menyebabkan kerugian seperti penyakit pada ikan budidaya di Keramba
Jaring Apung.
Ikan biasanya dilakukan pengecekan fungsinya untuk mengontrol
kesehatan ikan yang berada di keramba dan di hatchery. Biasanya ikan yang yang
terjangkit penyakit langsung di beri perlakuan yaitu pengobatan. Jenis penyakit
atau parasit yang biasa terdapat di BBL Batam adalah Binegenia sp, cacing
lintah,Diplectanum sp.
Berikut adalah jenis jenis ikan dan penyakit yang sering di jumpai pada
ikan yang dibudidayakan di BBL Batam:
Ikan Kerapu Macan
28
Jenis penyakit Yang Menyerang Induk Ikan Kerapu Macan di Balai
Budidaya Laut Batam adalah cacing lintah. Pengecekan selalu dilakukan untuk
menghindari timbulnya parasit yang dapat menyerang induk kerapu macan.
Pembersihan wadah pemijahan secara rutin dilakukan setelah induk kerapu macan
memijah serta penjagaan kualitas air maupun sirkulasi air yang ada dibak
pemijahan induk kerapu macan.
Ikan kerapu macan yang habis memijah sering mengalami luka-luka
disebabkan karena gesekan dengan ikan lawan jenisnya, induk yang mengalami
luka – luka biasanya diberi iodin dengan dosis 2 ppm/ ton. Apabila tidak diobati
langsung dapat diduga akan timbul penyakit lain, untuk itu induk yang dalam
kondisi sakit dibawa ke bak karantina untuk diberi pengobatan. Penyakit yang
sering ditemukan pada bak pemijahan yang menyerang induk ikan kerapu macan
yaitu sejenis cacing lintah yang banyak menempel pada bagian badan, sirip dada,
sirip perut dan sirip ekor. Kebiasaannya cacing ini tumbuh disebabkan oleh
kualitas air pada bak pemijahan tidak bagus, bayak sisa- sisa pakan berada didasar
bak serta tumbuhnya lumut pada dinding bak pemijahan. Cara pengobatan yang
dilakukan dengan merendam formalin 150 - 200 ppm/ ton air, waktu
perendamannya 10 menit.
Ikan Kakap Putih
Penyakit adalah suatu kondisi tidak normal yang terjadi akibat serangan
parasit, bakteri, atau jamur maupun kondisi lingkungan yang tidak normal. Pada
dasarnya, penyakit yang terjadi pada ikan tidak datang begitu saja, melainkan
melalui proses hubungan antara 3 faktor yaitu lingkungan ( kualitas air ), kondisi
inang dan jasad pathogen. Interaksi ketiga unsure tersebut biasanya terjadi pada
29
usaha ikan. Apabila terjadi perubahan pada factor lingkungan akan memicu
timbulnya pathogen di dalam perairan. Kondisi lingkungan yang tidak nyaman
akan mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga rentan terhadap serangan
pathogen. Namun, kehadiran agen penyebab penyakit ini dapat hadir ke
lingkungan hidup ikan mellui sumber air, induk, pakan alami, maupun pakan
buatan, bahkan bisa juga melalui pekerja dan peralatan yang digunakan ( Syawal
dkk. 2004).
Menurut Zafran, Roza, Koesharyani, Johny dan Yuasa ( 1998 ), sumber
penyakit biasanya dibawa induk ikan yang tertangkap di alam. Untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan tubuh induk baru secara teliti terhadap kemungkinan
penyakit yang dibawa sebelum dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Induk ikan
yang terserang penyakit umumnya tidak mempunyai nafsu makan, sebaiknya
segera dilakukan tindakan pengendalian. Cara penanggulangan biasanya dengan
memisahkan ikan yang sakit dengan ikan yang sehat dan merendam ikan ke dalam
air laut yang dosisnya telah ditentukan.
Ikan Bawal Bintang
Salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari budidaya yaitu masalah
kesehatan ikan. Langkah- langkah antisifatif yang efektif perlu pengetahuan akan
berbagai penyakit yang biasa menyerang induk bawal bintang. Dengan demikian
penyebab penyakit dapat ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian dan
kematian pada induk ikan bawal bintang.
Untuk dapat mendeteksi terjadinya penyakit perlu diketahui gejala
penyakit yang umum terjadi pada ikan yaitu:
30
Hilangnya nafsu makan
Perubahan warna tubuh diakibatkan ikan dalam kondisi stress
Berenang lambat
Anatominya abnormal ditandai dengan mata menonjol, siripnya
bengkok, dan timbul luka- luka pada bagian badan.
Pertumbuhan lamban
Tabel 3. Jenis Penyakit Yang Menyerang Induk Ikan Bawal Bintang di Balai
Budidaya Laut Batam.
No Jenis Penyakit Jenis Obat Dosis Cara
Penanggulangan
1 Binegenia Air tawar Direndam selama
10-15 menit
Pengecekan selalu dilakukan untuk menghindari timbulnya parasit yang
dapat menyerang induk bawal bintang. Pembersihan media pemeliharaan secara
rutin dilakukan 1 bulan sekali. Ikan bawal bintang sangat banyak mempunyai
kelebihan salah satunya yaitu pergerakkannya sangat aktif, jadi sangat sulit parasit
untuk menempel ditubuhnya.
Penyakit yang sering ditemukan pada media pemeliharaan yang
menyerang induk ikan bawal bintang yaitu bedenia yang bayak menempel pada
bagian badan, sirip dada, sirip perut dan sirip ekor. Kebiasaannya parasit ini
tumbuh disebabkan oleh kualitas air pada media pemeliharaan tidak bagus, bayak
sisa- sisa pakan berada didasar bak serta tumbuhnya lumut pada dinding media
pemeliharaan. Cara pengobatan yang dilakukan dengan merendam dengan air
tawar selama 10-15 menit.
31
Menurut Suhendra (2006), kualitas perairan yang buruk dapat
mengakibatkan ikan stress. Ikan stress merupakan kondisi yang sesuai dalam
meningkatkan perkembangbiakan parasit. Peningkatan kemampuan berkembang
biak parasit akan meningkatkan derajat infeksi parasit pada tubuh hospes. Selain
itu, stress lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang
pada patogen.
Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya interaksi antara tiga faktor
yaitu lingkungan, inang dan adanya jasad penyebab penyakit. Penyakit ikan
dapat disebabkan karena faktor mikroorganisme seperti jamur, virus dan protozoa.
Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan
yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat
penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan
misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang
tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka
ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang
oleh penyakit (Aryani et al., 2004).
Penyakit pada ikan yang sering menyerang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut 1) Penyakit menular yaitu penyakit yang disebabkan mikroorganisme
seperti bakteri, jamur dan protozoa, 2) Penyakit tidak menular yaitu penyakit yang
disebabkan bukan oleh mikroorganisme melainkan hal lain seperti kekurangan
pakan, keracunan, konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung
udara. Tanda-tanda ikan sakit adalah sebagai berikut: 1) Kematian, 2) Stagnasi
32
atau tidak adanya perubahan, 3) Pertumbuhan yang lambat, 4) Bergerak pasif
(Andre, 2010).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Budidaya ikan air laut merupakan suatu kegiatan yang sangat menjanjikan
karna dengan harga yang cukup tinggi serta lokasi untuk budidaya masih cukup
luas. Komoditi yang berada di BBL Batam dalam melakukan setiap manejemen
untuk membudidayakan cukup bagus, karna dapat di lihat dari lokasi budidaya,
menejemen pakan serta selalu memperhatikan kesehatan ikan. Hal ini dapat dilihat
dari kondisi alat-alat yang digunakan sudah cukup canggih dalam melakukan
pemeriksaan serta alat-alat untuk selalu menjaga kualitas air.
5.2 Saran
Adanya praktek lapangan membuat penulis, maupun mahasiswa budidaya
mendapatkan ilmu yang sangat berharga, pengalaman yang luar biasa sehingga
saran saya terus dilakukannya praktek lapangan ini, sehingga nantinya mahasiswa
tidak hanya mendapatkan teori di kampus tapi juga dapat melihat langsung di
lapangan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adelina. Boer, I. Suharman, I. 2012. Pakan Ikan Budidaya dan Analisis Formulasi. UNRI Press. Pekanbaru. 102 hal.
Andre. 2010. Ciri-ciri Ikan Sehat dan Ikan sakit. http://andre-scabra.blogspot.com. Di akses tanggal 28 Desember 2010.
Aryani, N., Henny, S,. Iesje, L,. Morina, R,. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. Penerbit UNRI PRESS. Pekanbaru.
Balai Budidaya Laut Batam, 2006. Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.Depertemen Kelautan Dan Perikanan. Batam. 35-40 hal.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=766. Diakses Tanggal 12 Desember 2012.
Efendi. M.I, 2002. Metodologi Biologi Perikanan. Cetakan ke IV. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 pp.
Gufran.M.2010. Budidaya Kerapu Batik. Akademia. Jakarta. Hal 30-37
Haemstra, PC and J.E. Randal. 1993. FAO Spesies Catalogue. Grau per of the Word Family Sarranidae, Sub Family Ephimephelinae, An annoted and Illustrated Catalogue of the Grouper. Food and Agriculture Organization of the United Nations., Rome. Vol 19. 76 - 78 hal.
Iskandar. 2010. Budiaya Ikan Bawal Air Tawar dan Bawal Air Laut. http// Iskandar. Blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.
Kadari M., A. Darmono, Fernando JS., dan Akbar S.2005. pengembangan Usaha Budidaya Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Keramba Jaring Apung Melalui Pemberian Pakan Buatan. Loka Budidaya Laut Batam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam.
Mayunar, 1993. Perkembangan Pembenihan Ikan Kerapu Macan Di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Bojonegara-Serang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,Volume XVIII No. 3 : 95 - 108
Rahmat, Dede. 2009. Ketika Bawal Bintang Susah Memijah. http:// dede. Blogspot. Com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.
Randal . A.S, 1987. Kumpulan Tulisan Pembenihan Ikan Kerapu. Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung.44 - 45 hal.
Saanin,H.1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Banatjipta. Bandung
Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala RumahTangga. PT Agromedia Pustaka, Depok. 6 - 12 hal.
Suyanto, 1994.” Budidaya Ikan Kerapu Macan . dalam Primadona, Edisi Februari , Jakarta : 14 - 19.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran Foto Kegiatan Praktek Lapangan
37
38
39
MAKALAH LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
PRAKTEK LAPANGAN DI LOKASI BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM
Nama Kelompok 2:
JUANDI RIKI UMBARA SIAGIANSISKA WULAN SARI
ETRI NOPILITAAGUS SUPARMAN
FAUZI AHMAD LUBISBERNADI SIMAMORA
IRMA APRI NANDA
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
40
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala. Salawat
dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Sallallahu-
alaihiwasallam, karena atas hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan.
makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata manajemen kesehatan ikan,
manejemen aquakultur laut, manajemen rawa payau, manajemen tata lingkungan
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa Penulis
ucapkan terima kasih kepada ibu/bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmu
kepada penulis mengajar tentang manajemen kesehatan ikan.
Penulis memohon kepada ibu/bapak dosen khususnya, umumnya para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik
dari segi isi, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada semua pembaca demi lebih baiknya pembuatan paper yang akan datang.
Pekanbaru, 2 Juni 2013
Penulis
41
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii
DAFTER TABEL....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN................................................................................. 11.1. Latar Belakang.............................................................................. 11.2. Tujuan........................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
III. METODE PRAKTIKUM................................................................... 63.1. Waktu dan Tempat......................................................................... 63.2. Bahan dan Alat............................................................................... 63.3. Metode Praktikum.......................................................................... 6
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 324.1. Kesimpulan.................................................................................... 324.2. Saran.............................................................................................. 32
42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Bawal Bintang.................................................................................. 3
2. Ikan Kerapu Macan.................................................................................. 4
3. Ikan Kakap Putih...................................................................................... 5
4. Skema Penyediaan Air Laut..................................................................... 8
43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sarana dan Prasarana BBL Batam........................................................... 7