Top Banner
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada sekitar 3000 spesies amphibi yang hidup di dunia, yang dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan kodok), Caudata atau Urodela (salamander), dan Gymnophiona atau Apoda (Caecilia). Terminologi “amphibi” diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air (Sukiya : 2005) Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amphibi yang ada di dunia, yaitu gymnophiona dan anura. Ordo gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Iskandar 1996). Meskipun Indonesia kaya akan jenis amphibi, tetapi penelitian mengenai amphibi di Indonesia masih sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau besar, belum banyak dilakukan penelitian mengenai amphibi, baru terbatas di Kawasan Ekosistem Leuser, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pulau Sumatera sebagai pulau dengan beragam ekosistem dari pantai sampai pegunungan, memungkinkan
34

laporan amfibi merla

Dec 14, 2015

Download

Documents

Novia Liza

Laporan Vertebrata
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan amfibi merla

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada sekitar 3000 spesies amphibi yang hidup di dunia, yang dikelompokkan

dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan kodok), Caudata atau Urodela

(salamander), dan Gymnophiona atau Apoda (Caecilia). Terminologi “amphibi”

diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian besar hewan menghabiskan tahap

awal siklus kehidupannya di dalam air (Sukiya : 2005)

Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amphibi yang ada di dunia, yaitu

gymnophiona dan anura. Ordo gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui

keberadaannya, sedangkan ordo anura merupakan yang paling mudah ditemukan di

Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis anura di dunia.

Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia

(Iskandar 1996).

Meskipun Indonesia kaya akan jenis amphibi, tetapi penelitian mengenai

amphibi di Indonesia masih sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau

besar, belum banyak dilakukan penelitian mengenai amphibi, baru terbatas di

Kawasan Ekosistem Leuser, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan di Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan. Pulau Sumatera sebagai pulau dengan beragam

ekosistem dari pantai sampai pegunungan, memungkinkan menjadi habitat berbagai

jenis amfibi, bahkan masih memungkinkan untuk menemukan catatan baru seperti

Philautus sp. dan Leptobrachium sp. di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Megoprys parallela di Sumatera Barat.

Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi yang terletak di Sumatera Barat

memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kurang lebih dari 31 burung, 18

jenis katak (Goin dan Goin, 1971). Untuk itu perlu diadakan praktikum ini agar dapat

mengetahui jenis katak yang lainnya.

Ada beberpa contoh amphibi yang terdapat di Indonesia adalah bangsa

sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam

amfibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa

amfibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander. Amfibia

Page 2: laporan amfibi merla

dari daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa

sisik (Eprilurahman, 2007).

Amphibi adalah kelas dari vertebrata yang dianggap setingkat lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas Pisces, Ciri-ciri dari hewan amphibia ini adalah,

mempunyai kulit yang lunak tanpa ditutupi oleh rambut atau bulu, berdarah dingin

(poikilotermik), membutuhkan air di dalam siklus hidupnya, habitatnya mencakup

mulai dari dekat perairan payau, pemukiman penduduk, hutan belantara, sampai

kepada ketinggian 2.500 meter dari permukaan tanah, dan hewan dari kelompok ini

dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan.Hal ini dikarenakan sebagai bentuk

peralihan dari kehidupan air ke kehidupan darat.

Amphibi memikili suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan suhu

lingkungannya. Biasanya mempunyai tingkat larva yang hidup diair.Kulit hewan ini

lembab dan berlendir serta pada umumnya tidak memiliki rambut atau bulu-bulu.

Amphibia merupakan perintis dari vertebrata daratan, paru-paru dan tulang yang

mereka dapatkan merupakan warisan nenek moyang Krosopterigia (Djuhanda,

1983).

Amphibi juga merupakan hewan yang sangat peka terhadap perubahan

lingkungan. Kepekaan ini dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan

lingkungan di sekitarnya. Dampak perubahan lingkungan terlihat pada turunnya

populasi yang disertai turunnya keanekaragaman jenis kodok. Contoh amfibia yang

terdapat di Indonesia adalah bangsa Gymnophiona (Cecilia), serta bangsa kodok dan

katak (Anura). Cecilia adalah semacam amfibia tidak berkaki yang badannya serupa

cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di

Indonesia, adalah Salamander. Amfibia dari daerah bermusim empat ini bertubuh

serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik. Kelompok hewan ini tetap

mempertahankan ekornya sejak dari awal tumbuh (Safra, 2008).

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwasanya amphibi memiliki

keanekaragaman yang bervariasi. Oleh karena itu, berbagai penelitian terus

dilaksanakan demi mengungkap rahasia alam dan ilmu pengetahuan. Praktikum

dalam laboratorium merupakan skala kecil penelitian untuk mempelajari

keanekaragaman amphibi namun terdapat proses yang harus dilalui apalagi dalam hal

taksonomi.

Page 3: laporan amfibi merla

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi kelas amphibi

serta menentukan klasifikasi dari masing – masing spesies.

Page 4: laporan amfibi merla

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hewan amphibi bersifat poikilotermis atau eksotermis yang berarti suhu tubuh sesuai

dengan suhu lingkungannya. Keuntungannya, amphibi hanya membutuhkan sedikit

energi untuk metabolisme tubuh sehingga terjadinya efisiensi dalam penggunaan

energi. Akan tetapi mereka tidak bisa menjaga suhu tubuh ideal di berbagai kondisi

lingkungan sehingga aktivitas tubuh terbatas hanya pada suatu kondisi lingkungan

saja. Akibat lainnya, variasi suhu tubuh akan mempengaruhi segala aspek fungsi

organisme termasuk kecepatan tanggapan impuls syaraf dan daya gerak otot

(Djuhanda, 1983).

Pada beberapa jenis amphibia, terdapat otot yang dapat menggerakkan mata.

Selain itu, karakter lainnya, amphibia juga mengalami ekdisis dalam jangka waktu

jam hingga satu minggu namun hanya melibatkan bagian stratum corneum dari kulit.

Amphibia juga memiliki kelenjar kromatofor sehingga terdapat variasi warna yaitu

melanofor, ridifor, dan xanthofor (Iskandar, 1999).

Menurut Zug(1993), dan Epilurahman(2007), Amphibi terdiri atas empat

ordo yaitu apoda atau biasa disebut juga dengan caecilia atau gymnophiona, urodela

dan biasa juga disebut salamander ataupun caudata, salienta atau lebih dikenal

dengan anura/toad-frogs dan proanura namun ordo ini telah punah. Apoda

merupakan amphibi yang tidak berkaki, salamnder merupakan amphibi berekor dan

anura adalah amphibi sejati tidak berekor namun berkaki yang terdiri atas katak dan

kodok(Campbell, 2003).

Gymnophiona mempunyai anggota yang memiliki karakter yaitu tubuh

slindirs panjang menyerupai cacing namun tidak memiliki kaki, tubuh bersegmen,

ekor mereduksi, mata kecil bahkan juga terjadi reduksi pada mata, mempunyai kulit

yang kompak, tubuh tertutup oleh lapisan kulit atau tulang, serta memiliki tentakel

sebagai organ sensory. Hewan ini bersift fossorial dan beberapa diantaranya bersifat

aquatis, tengkorak yang kuat yang mengindikasikan kemampuannya dalam menggali

lubang dengan baik. Memiliki gigi melengkung dan relatif memanjang, terdapat

copulatory organ pada hewan jantan(Pough, 1998). Fase larva hidup di dalam air

bernapas menggunakan insang dan pada fase dewasa insang mengalami reduksi dan

Page 5: laporan amfibi merla

biasanya ditemukan di daerah daratan atau dalam tanah atau masih berada di

lingkungan akuatik(Iskandar, 1999). Daerah distribusi hewan kelompok ini adalah di

sebagian besar timur Amerika Selatan, beberapa juga ditemukan di daerah Afrika

bagian tenggara dan banyak di temukan di kawasan Asia Selatan.

Urodela disebut juga caudata mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,

mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat

dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan

yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang

kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip

dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat

lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,

Jepang dan Eropa (Sukiya, 2005).

Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo

ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak

mempunyai leher dan alat ekstremitas berkembang baik. Tungkai belakang lebih

besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan

melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana

tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak

di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan

berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di

perairan yang tenang dan dangkal (Duellman and Trueb, 1986).

Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:Ascaphidae, Leiopelmatidae,

Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae, Megophryidae,

Pelodytidae, Pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,

Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae,

Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae,

Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Ada 5 Famili

yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae,

dan Rachoporidae (Pough et al., 1998).

Proanura, anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat

dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai

larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-

Page 6: laporan amfibi merla

ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua

rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru

mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua

bentuk dalam daur hidupnya (Duellman and Trueb, 1986)

Bufonidae, famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-ciri umumnya yaitu

kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan

terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral

diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki

gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak

mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18

genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di

Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan

Leptophryne borbonica (Eprilurahman, 2007 ).

Megophryidae, ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan

seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya.

Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga

pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di

hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk

mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah

Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti (Eprilurahman, 2007).

Ranidae, famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif

ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk

membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang

bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.

Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral

diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri

dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana

erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis,

Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana (Eprilurahman, 2007 ).

Microhylidae, famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki

relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan

mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini

Page 7: laporan amfibi merla

diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal.

Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina (Eprilurahman, 2007).

Rachoporidae, famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis

mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu

firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum.

Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara

eksternal (Eprilurahman, 2007).

Rachoporidae, famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis

mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu

firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum.

Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara

eksternal( Eprilurahman, 2007).

Page 8: laporan amfibi merla

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu danTempat

Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata dengan objek morfologi dan kunci

determinasi pisces dilaksanakan pada hari Senin, 17 dan 24 Maret 2014 di

Laboratorium Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

2.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah bak bedah, pinset, penggaris dan alat

tulis. Bahan yang dibutuhkan adalah Duttaphrynus melanotictus, Phryonidis asper,

Ichtyopis glutinosus, Kalaula pulchra, Kalophrynus pleurostigma, Leptobranchium

hasseltii, Hylarana erithrea, Hylarana nicobariensis, Hylarana picturata, Hylarana

colconata, Polypedetes leucomystax, Fejervarya cancrivora, Odorana hosii, Huia

sumatrana, Rachoporis paradilis, Limnonectes kuhlii.

2.3 Cara Kerja

Awalnya katak diletakkan di atas bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri dan

didoumentasikan menggunakan kamera digital. Kemudian diamati dan digambar

bentuk morfologinya. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan melakukan

pengukuran dan penghitungan. Adapun parameter yang digunakan dalam

pengamatan tersebut adalah panjang badan(PB), lebar kepala(LK), panjang

kepala(PK), panjang kaki depan(PKD), panjang kaki belakang(PKB), panjang tibio-

fibula(PTF), panjang femur(PF), panjang moncong(PM), diameter tymphanium(DT),

diameter mata(DM), jarak interorbital(JIO), jarak internares(JIN), urutan panjang

kaki belakang(UPKB), urutan panjang kaki depan(UPKD). Selain itu dilakukan

pengamatan terhadap morfologi katak yaitu tubercle, nuctiple pad, kelenjar paratoid,

proceccus odontoid, gigi former, tutupan selaput renang, lipatan dorsolateral, bentuk

ujung jari dan warna tubuh. Setelah dilakukan pengamatan baik pengukuaran

maupun ciri-ciri meristik, dilakukan pembuatan kunci determinasi dan karakter-

karakter species.

Page 9: laporan amfibi merla

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Phrynoidis aspera

Klasifikasi

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Bufonidae

Genus : Phrynoidis aspera

Spesies: Phrynoidis aspera Gravenhorst, 1829 (iucnredlist)

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Phrynoidis

aspera sebagai berikut. Phrynoidis aspera memiliki panjang badan (PB) 78 mm,

panjang kepala (PK) 25 mm, lebar kepala (LK) 25 mm, diameter tympanum (DT) 10

mm, panjang moncong (PM) 9 mm, jarak internares (JIN) 6 mm, jarak interorbital

(JIO) 15 mm, panjang brachium (PBr) 15 mm, panjang antebranchium (PAb) 20 mm,

panjang kaki belakang (PKB) 98 mm, panjang femur (PF) 30 mm, panjang tibia

(PTf) 68 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki belakang

(UJKB) 4>3>5>2>1, Phrynoidis aspera mempunyai tubercel, terdapat web namun

hanya setengah, tubuh berwarna hijau lumut kehitaman.

Menurut Inger dan Bacon (1986), katak sungai ini memiliki tubuh yang

ramping dan kekar. Umumnya hewan betina memiliki ukuran panjang moncong 9,5-

14 mm dan ukuran moncong hewan jantan 7-10 mm. Kulit katak ditutupi oleh

tubercle atau kutil yang membuat kulit menjadi kelihatan kasar. Katak sungai

memiliki kepala yang luas dan tumpul tanpa puncak tulang. Selain itu katak ini

memiliki kelenjar paratoid berbentuk bulat telur terhubung ke punggungan

supraorbital oleh punggung bukit supratymphanic, tymphanium tampak terlihat jelas

dengan ukuran yang cukup sedang, tangan dan kaki spinosus,. Berdasarkan

urutannya, jari kaki keempat merupakan jari terpanjang dan semua jari kecuali jari

keempat berselapu penuh. Hewan jantan memiliki nuctiple pad pada dasar jari

pertama yang biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu atau hitam dan tubuh berwarna

Gambar 1. Phrynoidis aspera

Page 10: laporan amfibi merla

abu-abu dengan bercak hitam di bagian perut. Selain itu, hewan jantan juga memiliki

bagian yang berwarna kehitaman di bagian tenggorokan.

Dari hasil praktikum yang didapatkan bahwa Phrynoidis aspera memiliki

tubercel pada tubuhnya. Berdasarkan urutan jari kaki belakangnya jari yang

terpanjang terdapat pada urutan nomor 4, hal ini sama dengan literatur yang juga

mengatakan hal yang sama. Berdasarkan literatur katak tersebut memiliki nuctiple

pad, namun pada praktikum kali ini kami tidak mengamati ada atau tidaknya nuctiple

pad. Berdasarkan hasil praktikum tersebut data yang didapatkan sama dengan

literatur, dengan itu dapat dilihat bahwa pengamatan dan pengambilan sampel yang

dilakukan sudah benar.

4.2 Duttaphrynus melanotictus

Klasifikasi

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Bufonidae

Genus : Duttaphrynus

Species : Duttaphrynus melanotictus Schneider, 1799 (iucnredlist)

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Dutaphrynus

melanotictus sebagai berikut. Dutaphrynus melanotictus memiliki panjang badan

(PB) 65 mm, panjang kepala (PK) 13 mm, lebar kepala (LK) 17 mm, diameter

tympanum (DT) 5 mm, panjang moncong (PM) 17 mm,diameter mata (DM) 7 mm,

jarak internares (JIN) 16 mm, jarak interorbital (JIO) 14 mm, panjang brachium

(PBr) 16 mm, panjang antebranchium (PAb) 18 mm, panjang kaki belakang (PKB)

32 mm, panjang femur (PF) 15 mm, panjang tibia (PTf) 17 mm, urutan jari kaki

depan (UJKD) 3>1>4>2, urutan jari kaki belakang (UJKB) 4>3>2>1>5,

Dutaphrynus melanotictus mempunyai tubercel, terdapat web namun hanya

setengah, tubuh berwarna coklat kekuningan.

Mistar (2003) mengungkapkan hewan ini memiliki alur-alur supraorbital dan

supratymphanik menyambung pada tubuh yang berukuran sedang, memiliki selaput

renang(webbing) yang penuh, tekstur kulit yang kasar, warna kulit cokelat tua,

Gambar 2. Duttaphrynus melanotictus

Page 11: laporan amfibi merla

umumnya dagu berwarna merah pada hewan jantan. Umumnya ukuran tubuh hewan

jantan sekitar 55-80 mm dan ukuran hewan betina sekitar 65-85 mm.

Berdasarkan literatur diatas dikatakan bahwa Dutaphrynus melanotictus

memiliki selaput renang yang penuh, namun pada praktikum kali ini hanya

ditemukan selaput renang yang tidak penuh atau setengah, hal ini dapat terjadi

karena kurang ahli dan kurang teilitnya praktikan dalam mengamati keadaan

webbing apakah penuh atau setengah. Untuk data pada tubuh katak yang lain

didapatkan hasil sama dengan praktikum yaitu memiliki kulit tubuh kasar dan

besar tubuh berkisar 55-80 mm

4.3 Kalophrynus pleurostigma

Klasifikasi

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Microhylidae

Genus : Kalophrynus

Spesies : Kalophrynus pleurostigma Tschudi, 1838 (iucnredlist)

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Kalophrynus

pleurostigma sebagai berikut. Kalophrynus pleurostigma memiliki panjang badan

(PB) 35 mm, panjang kepala (PK) 10 mm, lebar kepala (LK) 10 mm, diameter

tympanum (DT) 3 mm, panjang moncong (PM) 5 mm,diameter mata (DM) 3 mm,

jarak internares (JIN) 2 mm, jarak interorbital (JIO) 8 mm, panjang brachium (PBr) 5

mm, panjang antebranchium (PAb) 7 mm, panjang kaki belakang (PKB) 33 mm,

panjang femur (PF) 13 mm, panjang tibia (PTf) 2 mm, urutan jari kaki depan

(UJKD) 3>2>1>4, urutan jari kaki belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, Kalophrynus

pleurostigma tidak mempunyai tubercel kulit licin dan terdapat web namun hanya

setengah, tubuh berwarna coklat kekuningan.

Tubuhnya berbentuk segitiga, anggota badan yang relatif ramping, dan

margin pucat dengan warna berbeda memisahkan permukaan dorsal dari panggul.

Umumnya ada bintik-bintik gelap kecil yang tersebar pada permukaan dorsal, tetapi

ini kadang-kadang tidak ada. Ada pola simetris dari kulit coklat terang dan gelap di

Gambar 3. Kalophrynus pleurostigma

Page 12: laporan amfibi merla

beberapa populasi, dan populasi lain mungkin oranye polos. Mengeluarkan zat

lengket yang memancarkan oleh kulit, untuk mencegah predator (Duellman,1994).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa Kalophrynus

pleurostigma memiliki tubuh kecil dan kepalanya berbentuk segitiga dan runcing.

Pada bagian dorsal terdapat bintik-bintik hitam serta mengeluarkan zat lengket, hal

ini tebukti pada praktikan ketika memegang katak tersebut pada tangan praktikan ada

sebuah zat yang berwarna kehijauan lengket pada tangan setelah memegang tubuh

dari Kalophrynus pleurostigma.

4.4 Caecilia ichtyo

Klasifikasi

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Ichtyophidae

Genus : Ichtyophis

Spesies : Ichtyophis glutinosus Linnaeus,1758 (iucnredlist)

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Kalophrynus

pleurostigma sebagai berikut. Kalophrynus pleurostigma memiliki panjang badan

(PB) 252 mm, panjang kepala (PK) 18 mm, lebar kepala (LK) 10 mm. Tubuh dari

Ichtyophis glutinosusti tidak memiliki kaki namun tubuh terdiri dari anulus – anulus.

Bagian kepalanya keras serta terdapat mulut dan mata, namun matanya tidak

berfungsi dengna baik karena tidak terlalu banyak dibutuhkan karena habitat

hidupnya pada tanah.

Menurut Duellman and Trueb (1986), karakteristik Ichtyopis glutinosus yaitu

tubuh slindirs panjang, bersisik sangat halus, memiliki ekor yang sangat pendek,

mata tereduksi, akuatik, tidak berkaki, dan memiliki gigi. Hal ini sesuai dengan data

yang diperoleh dari pengamatan.

Berdasarkan data hasil praktikum tidak terlihat adanya sisik seperti yang

dikatakan pada literatur hal ini dikarenakan keterbatasan alat dalam mengidentifikasi

sehingga sisiknya tidak terlihat jelas karena pada literatu sisiknya dikatakan sangat

halus. Berdasarkan literatur Ichtyophis glutinosus mempunyai ekor yang sangat

Gambar 4. Ichtyophis glutinosus

Page 13: laporan amfibi merla

pendek, namun berdasarkan objek praktikum yang kami bawa tidak terliht jelas

adanya perbedaan ekor dan badan dari Ichtyophis glutinosus. Untuk data hasil

penga,atan yang lain didapatkan sama dengan literatur. Tubuh dari Ichtyophis

glutinosus berbentuk silindris panjang sama halnya dengan yang ada pada literatur.

4.5 Kaloula pulchra

Klasifikasi

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Microhylidae

Genus : Claula

Spesies : Kaloula pulchra Gray, 1831 (iucnredlist)

Dalam praktikum kali ini didapatkan data hasil pengukuran Claula sp sebagai

berikut. Claula sp memiliki panjang badan (PB) 80 mm, panjang kepala (PK) 10

mm, lebar kepala (LK) 15 mm, diameter tympanum (DT) 10 mm, panjang moncong

(PM) 15 mm,diameter mata (DM) 5 mm, jarak internares (JIN) 5 mm, jarak

interorbital (JIO) 10 mm, panjang brachium (PBr) 10 mm, panjang antebranchium

(PAb) 20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 50 mm, panjang femur (PF) 20 mm,

panjang tibia (PTf) 15 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>1>2, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>3>2>5>1, Claula sp memiliki dorsolateral, terdapat webing

namun hanya setengah, tubuh berwarna coklat dan berlendir.

Kaloula pulchra berukuran sedang, kepala lebar dan panjang, moncong

pendek membulat, antara mata dan hidung membulat, hidung sangat kecil mendekati

ujung moncong, ujung jari mengembang berbentuk segitiga, jari pertama lebih

pendek dari jari kedua, lebih kecil dan pendek dari jari keempat, jari kaki ketiga lebih

panjang dari jari keempat, selaput renang tipis pada bagian dasar. Tekstur kulit halus,

lipatan dari mata sampai bahu jelas, bagian bawah tubuh halus. Warna kuning atau

merah jambu mengelilingi anggota tubuh bagian atas, bagian bawah tubuh berwarna

kotor, dagu dan tenggorokan hitam pada spesimen jantan. Ukuran tubuh jantan antara

54-67 mm, dan betina 55-76 mm (Zug, 1993)

Gambar 5. Kaloula pulchra

Page 14: laporan amfibi merla

Berdasarkan hasil praktikum didapat data yang sama dengan literatur bahwa

jari ketiga lebih panjang dari pada jari keempat, namun disini tidak dijelaskan bahwa

ini merupakan jari yang tedapat pada kaki depan atau belakang. Dari data hasil

praktikum didapatkan hasil yang sama dengan literatur pada kaki depan, namun hal

tersebut berbeda untuk kaki belakang yang mempunyai jari ke empat lebih panjang

dai jari ketiga. Untuk mata dan hidung pada Kaloula pulchra berbentuk membulat

dan moncong pendek dan membulat, hal ini sama dengan yang ada pada literatur

diatas.

4.6 Leptobrachium wayseputiense

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Megopholidae

Genus : Leptrobrachium

Species : Leptobrachium wayseputiense

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Leptrobrachium abotti maka di

peroleh hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 75 mm, panjang kepala (PK) 25

mm, lebar kepala (LK) 32 mm, diameter tympanum (DT) 5 mm, panjang moncong

(PM) 28 mm, diameter mata (DM) 8 mm, jarak internares (JIN) 7 mm, jarak

interorbital (JIO) 14 mm, panjang brachium (PBr) 16 mm, panjang antebrachium

(PAb) 22 mm, panjang kaki belakang (PKB) 8 mm, panjang femur (PF) 2 mm,

panjang tibio-fibula (PTf) 2 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 2>4>1>3, urutan

jari kaki belakang (UJKB) 2>3>1>4>5, tidak memiliki disk, tidak memiliki tubercel,

memiliki dorsolateral line, memiliki web (setengah), berwarna hitam keputihan.

Berdasarkan hasil pratikum didapati hasil yang sama dengan literatur bahwa

Leptobrachium wayseputiense merupakan jenis kodok yang berukuran cukup besar

dengan kepala lebar, mata besar, pendek, kaki yang panjang dan tidak memiliki

webbing, badannya secara keseluruhan berwarna hitam.

Gambar 5. Leptobrachium wayseputiense Gambar 5. Kaloula pulchra

Page 15: laporan amfibi merla

4.7 Hylarana erithrea

Klasifkasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Hylarana

Species : Hylarana erithrea

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Hylarana erithrea maka di

peroleh hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 45 mm, panjang kepala (PK) 14

mm, lebar kepala (LK) 10 mm, diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong

(PM) 5 mm, diameter mata (DM) 3 mm, jarak internares (JIN) 2 mm, jarak

interorbital (JIO) 8 mm, panjang brachium (PBr) 8 mm, panjang antebrachium (PAb)

10 mm, panjang kaki belakang (PKB) 58 mm, panjang femur (PF) 18 mm, panjang

tibio-fibula (PTf) 40 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>5>3>2>1, tidak memiliki disk, tidak memiliki tubercel,

memiliki dorsolateral line, memiliki web (penuh), berwarna hijau pada pada badan

dan kuning pada kaki, garis dorsolateral berwarna kuning.

Pada umumnya, bagian dorsal katak berwarna hijau terang hingga hijau gelap

dan bagian ventralnya berwarna keputihan walaupun ada ditemukan katak jenis ini

memiliki warna biru. Karakter lainnya katak hijau memiliki lipatan dorsolateral yang

bervariasi dan terkadang berbatasan dengan warna hitam. Species ini memiliki kulit

yang halus dan licin, alat ekstremitas dengan jari yang panjang serta dilengkapi

dengan cakram beralur, serta terdapat tubercle namun kurang terluhat jelas(Inger,

2005).

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil yang sama dengan literatur

yaitu Hylarana erithrea meliki warna hijau pada bagian dorsalnya dan bagian ventral

berwarna keputihan. Pada lipatan dorsolateral Hylarana erithrea yang diamati adalah

berwarna kuning serta dibatasi dengan warna coklat pada bagian pinggirnya,

memiliki tubuh yang licin dan halus, hal ini sama dengan hasil dari praktikum kali

ini, namun pada literatur dikatakan terdapat tuberkel tapi kurang jelas, namun pada

Page 16: laporan amfibi merla

praktikum kali ini tidak ditemukan adanya tuberkel, hal ini disebabkan karenan katak

yang digunakan masih muda dan berukuran kecil, shingga susah untuk mengamati

tuberkel yang ada pada badan katak tersebut.

4.8 Fejerarya cancrivora

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Dicroglossidae

Genus : fejervarya

Species : Fejervarya cancrivora

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Fejervarya cancrivora maka di

peroleh hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 65 mm, panjang kepala (PK) 17

mm, lebar kepala (LK) 22 mm, diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong

(PM) 20 mm, diameter mata (DM) 5 mm, jarak internares (JIN) 5 mm, jarak

interorbital (JIO) 12 mm, panjang brachium (PBr) 18 mm, panjang antebrachium

(PAb) 15 mm, panjang kaki belakang (PKB) 67 mm, panjang femur (PF) 22 mm,

panjang tibio-fibula (PTf) 45 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>1>2>4, urutan

jari kaki belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, tidak memiliki disk, tidak memiliki tubercel,

tidak memiliki dorsolateral line, memiliki web (penuh), berwarna hijau army,

memiliki fejer line.

Penyebaran katak ini sangat luas sekali meliputi Asia Tenggara termasu

India(Christy et al., 2007). Habitat dari species ini adalah hutan mangrove,, muara,

rawa, daerah pesisir, selokan, genangan air dan sawah serta sungai. Selain itu hewan

ini bersifat toleran terhadap salinitas sedang. Katak ini berukuran besar, memiliki

lipatan dorsolateral yang berwarna hitam (Mistar, 2003).

Berdasarkan hasil praktikum terlihat bahwa Fejervarya cancrivora memiliki

tubuh yang gempal dan bagian femur yang berotot besar. Katak ini berukuran besar

sesuai yang dikatakan literatur namun pada literatur diatas dikatakan bahwa

Fejervarya cancrivora memiliki dorsolateral yang berwarna hitam, namun pada

praktikum kali ini tidak ditemukan dorsolateralnya, hal ini disebabkan oleh varietas

Page 17: laporan amfibi merla

dari Fejervarya cancrivora yang di identifikasi pada literatur berbeda dengan objek

yang dibawa ketika praktikum kali ini.

4.9 Hylarana nicobariensis

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Hylarana

Species : Hylarana nicobariensis Stolizka 1870

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Fejervarya cancrivora maka di

peroleh hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 41 mm, panjang kepala (PK) 12

mm, lebar kepala (LK) 10 mm, diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong

(PM) mm, diameter mata (DM) 4 mm, jarak internares (JIN) 3 mm, jarak

interorbital (JIO) 8 mm, panjang brachium (PBr) 7 mm, panjang antebrachium (PAb)

9 mm, panjang kaki belakang (PKB) 54 mm, panjang femur (PF) 20 mm, panjang

tibio-fibula (PTf) 34 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, memiliki disk, memiliki dorsolateral line, memiliki

web (setengah), berwarna hijau lumut,berwarna hitam dari cavum oris sampai ujung

badan bagian belakang, memiliki gigi former.

Katak ini memiliki ukuran tubuh yang kecil, kaki yang panjang, alat

ekstremitas dengan jari kaki memiliki tutupan selaput renang yang tidak penuh. Kulit

katak licin, berwarna cokelat muda hingga cokelat tua atau hitam. Selain itu, pada

bagian tubuh terdapat lipatan dorsolateral yang memanjang dari kepala hingga ke

ujung tubuh yang berwarna halus dan tipis. Pada umunya, ukuran hewan jantan

sekitar 37-47 mm dan ukuran hewan betina sekitar 47-55 mm(Diemos et al., 2009;

Mistar, 2003).

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa Hylarana nicobariensis

memiliki tubuh yang kecil, jari kaki memiliki selaput renang tidak penuh (setengah).

Kulit katak licin dan berwarna gelap, serta pada bagian tubuh terdapat lipatan

dorsolateral yang memanjang dari kepala hingga ujung tubuh, hal diatas semua sama

Page 18: laporan amfibi merla

halnya dengan yang ada pada literatur, ini menunjukkan objek yang didefinisikan

pada literatur sama dengan yang digunakan ketika praktikum kali ini.

4.10 Odorana hosii

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Odorana

Species : Odorana hosii

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Odorana hosii maka di peroleh

hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 52 mm, panjang kepala (PK) 15 mm, lebar

kepala (LK) 12 mm, diameter tympanum (DT) 3 mm, panjang moncong (PM) 12

mm, diameter mata (DM) 5 mm, jarak internares (JIN) 6 mm, jarak interorbital (JIO)

14 mm, panjang brachium (PBr) 10 mm, panjang antebrachium (PAb) 13 mm,

panjang kaki belakang (PKB) 77 mm, panjang femur (PF) 28 mm, panjang tibio-

fibula (PTf) 49 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, memiliki disk, memiliki dorsolateral line, memiliki

web (penuh), berwarna hijau bagian dorsal ,terdapat bercak coklat pada kaki,

memiliki gigi former.

4.11 Huia sumatrana

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Huia

Species : Huia sumatrana

Page 19: laporan amfibi merla

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Odorana hosii maka di peroleh

hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 65 mm, panjang kepala (PK) 23 mm, lebar

kepala (LK) 18 mm, diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong (PM) 20

mm, diameter mata (DM) 6 mm, jarak internares (JIN) 4 mm, jarak interorbital (JIO)

15 mm, panjang brachium (PBr) 10 mm, panjang antebrachium (PAb) 13 mm,

panjang kaki belakang (PKB) 86 mm, panjang femur (PF) 34 mm, panjang tibio-

fibula (PTf) 52 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, memiliki disk, memiliki dorsolateral line, memiliki

web (penuh), berwarna coklat kehitaman, pada bagian bawah pertu berwarna kuning,

tympanum jelas, panjang kaki belakang dua kali panjang badan, memiliki gigi

former.

4.12 Ploypedetes lecomystax

Kalsifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Rachoporidae

Genus : Polypedates

Species : Polypedates leucomystac Gravenhorst 1829

Dari hasil pengukuran dan pengamatan pada Odorana hosii maka di peroleh

hasil sebagai berikut panjang badan (PB) 65 mm, panjang kepala (PK) 23 mm, lebar

kepala (LK) 18 mm, diameter tympanum (DT) 4 mm, panjang moncong (PM) 20

mm, diameter mata (DM) 6 mm, jarak internares (JIN) 4 mm, jarak interorbital (JIO)

15 mm, panjang brachium (PBr) 10 mm, panjang antebrachium (PAb) 13 mm,

panjang kaki belakang (PKB) 86 mm, panjang femur (PF) 34 mm, panjang tibio-

fibula (PTf) 52 mm, urutan jari kaki depan (UJKD) 3>4>2>1, urutan jari kaki

belakang (UJKB) 4>3>5>2>1, memiliki disk, memiliki dorsolateral line, memiliki

web (penuh), berwarna coklat kehitaman, pada bagian bawah pertu berwarna kuning,

tympanum jelas, panjang kaki belakang dua kali panjang badan, memiliki gigi

former.

Page 20: laporan amfibi merla

Polypedates leucomystac adalah katak pohon yang berukuran kecil hingga

menengah, umunya ukuran panjang badan hewan jantan 50 mm dan ukuran hewan

betinanya 80 mm. katak pohon ini memiliki warna cokelat, abu-abu, kuning atau

warna cokelat gelap. Kulit katak pohon ini memiliki pola-pola yang bervariasi

berupa garis-garis(McKay, 2006).

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan warna tubuh dari katak

tersebut adalah coklat serta memiliki 4 garis yang khas pada bagian dorsal

belakangnya. Hal tersebut sama seperti yang terdapat pada literatur.

Page 21: laporan amfibi merla

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Phryonidis asper, memiliki karakter, tubercle yang banyak, tidak mempunyai

kelenjar paratoid, selaput renang tidak penuh

2. Dutaphrynus melanotictus, memiliki karakter kulit yang kasar dengan tubercle

yang sangat banyak, memiliki kelenjar paratoid, tubuh dan mata besar.

3. Kalophrynus pleurostigma, memiliki karakter kulit yang halus dan licin, kepala

runcing seperti segitiga, selaput renang tidak penuh.

4. Icthyopis glutinosus, memiliki karakter, tubuh menyerupai cacing slindirs

panjang, bersegmen, mata tereduksi, tanpa kaki, memiliki gigi

5. Claula sp memiliki tubuh yang licin dan berlendir, mempunyai dorsolateral,

selaput renang tidak penuh.

6. Hylarana erythrea, memiliki karakter, tubuh berwarna hijau, lipatan dorsolateral

kuning, kulit licin

7. Hylarana nicobariensis, memiliki karakter, lipatan dorsolateral berwarna hitam,

kulit licin, tutupan selaput renang sedikit

8. Fejervarya cancrivora, memiliki karakter, tutupan selaput renang penuh, tubuh

gempal dan alat ekskremitas berkembang dengan baik.

9. Odorana hosii, memiliki karakter, dorsal berwarna hijau, bagian samping

berwarna coklat dan kaki berwarna coklat dan bercak coklat, tutupan selaput

renang penuh.

10. Huia sumatrana, memilki karakter, tubuh berwarna coklat kehijauan, bagian

bawah perut berwarna kuning, timpanum jelas. Tutupan selaput renang penuh,

panjang kaki belakang dua kali panjang badan.

11. Polypedates leucomystac, memiliki karakter, ujung jari berbentuk disc, tubuh

ramping, dapat memanjat, terdapat 4 garis yang khas pada bagian dorsal

belakangnya

Page 22: laporan amfibi merla

5.2 Saran

Dalam mengukur dan mengidentifikasi objek sebaiknya praktikan lebih teliti lagi

melakukannya. Sebelum memulai praktikum sebaiknya praktikan lebih

mempersiapkan diri dengan membaca buku referensi identifikasi yang

berhubungan dengan pbjek yang akan dipraktikumkan.

Page 23: laporan amfibi merla

DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid II. Armico: Bandung

Duellman WE and Carpenter CC. 1998. Reptile and Amphibian Behaviour in Hg Cogger and RG Zweifel 1998. Encyclopedia: San Fransisco

Duellman, WE and Trueb L. 1994. Biology of Amphibians. John Hopkins Uni London

Epilurahman. 2007. Frogs and Toods of Derah Istimewa Yogyakarta Indonesia. Internasional.

Goin, C.J. and O.B. Goin. 1971. Introduction to Herpetology. Second Edition. W. H. Freemom Co., USA

Inger, RF, JP Bacon. 1968. Ahuran, Reproduksi dan Ukuran pada Katatk Hutan Tropik Sarawak. Copa: Malaysia

Iskandar, DT. 1999. Final Report Training on Monitoring Methods in Amphibians and Reptils Fauna at Surabaya and Gunung Air Station. Lauser National Park

Iskandar, D.T. and D.Y. Setyanto. 1996. The Amphibians and Reptiles of Anai Valley,West Sumatera. Annual Report of FBRT Project no.2

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Leuser Bogor. The Gibbon Foundation

Pough, FH. 1998. Herpetology. Prentice Hall Inc: New Jersey

Safra, E, Jacob. 2008. Fish and Amphibian. Encyclopedia Britanica Inc: Cina

Seminar advance in Biological Science: Biology Faculty: Universitas Gajah Mada

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London.