Top Banner

of 27

Laporan Alkalinity Saya

Mar 06, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum1. Menentukan sifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida.2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi Alkalinity.4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.1.2. Landasan Teori1.2.1. STUDI AWAL PENGUKURAN SISTEM CO2 DI TELUK BANTEN

PendahuluanCO2 adalah salah satu gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global yang mengakibatkan dampak perubahan iklim yang telah terjadi di berbagai belahan dunia: kekeringan dan kebakaran hutan, naiknya muka air laut dan meningkatnya intensitas dan periode hujan yang berakibat banjir. Bumi sebenarnya telah dilengkapi dengan penyerap CO2 alami yaitu atmosfer, daratan dan lautan. Namun penebangan hutan yang marak mengakibatkan stok karbon yang tersimpan di dalam vegetasi menjadi terlepas ke atmosfer dan menurunkan kemampuan alami daratan dalam menyerap CO2 sehingga perhatian mulai ditujukan ke laut. Laut adalah penyerap CO2 alami (natural CO2 sink) terbesar di bumi (Raven and Falkowski, 1999), dimana CO2 dapat larut di dalam air atau termanfaatkan oleh fitoplankton menjadi biomassa melalui proses fotosintesa. Namun angka penyerapan CO2 oleh laut masih bervariasi dan menjadi penelitian intensif. Sabine et.al. (2004) menyatakan kemampuan laut hingga 48 % dalam menyerap CO2. Penelitian lain menyebutkan dari total 4 5 Pg C emisi tiap tahun ke atmosfer, sekitar 2 Pg C diserap laut, yang setara dengan 50 %-nya (Cai et.al., 2006). Hasil lain menyebutkan sekitar 90 Gigaton (Gt) karbon / tahun dilepaskan dari permukaan lautan di seluruh dunia, sementara penyerapan tahunan oleh lautan sebesar 92 Gt, sehingga terdapat penyerapan bersih CO2 oleh laut sekitar 2 Gt setiap tahunnya (Fletcher et.al., 2006). Penelitian mengenai peran laut sebagai penyerap CO2 umumnya dilakukan di perairan laut lepas di wilayah lintang tinggi karena faktor volume air yang besar, suhu rendah, tidak adanya stratifikasi termoklin dan aktivitas biologi yang tinggi untuk kepentingan penyerapan dan penyimpanan alami CO2. Laut yang berperan sebagai oceanic sink terbesar untuk CO2 adalah laut Selatan (Southern Ocean) (Moore et.al., 2000) dan laut Atlantik (Chierici et.al., 2009). Suhu rendah meningkatkan kelarutan CO2 dan menurunkan pCO2 perairan sehingga terjadi aliran penyerapan CO2 dari atmosfer ke laut. Suhu homogen (tidak terstratifikasi secara vertikal) mengakibatkan CO2 di permukaan dapat tertransfer dan tersimpan ke dasar laut. Perairan pesisir juga berperan penting terhadap total budget karbon global karena menerima aliran karbon dan nutrien dari darat dan ekosistem lahan basah walaupun total luasannya lebih kecil dibandingkan laut lepas. Kemampuan ini didukung dengan adanya transpor materi dan energi dengan laut lepas melalui continental slope yang menjadikannya salah satu wilayah yang proses biogeokimianya paling aktif. Milliman and Syvitski (1992) menyebutkan bahwa sebanyak 0,25 0,4 x 105 g karbon organik terlarut dilepaskan ke laut dari sungai ke perairan pesisir setiap tahunnya. Pertukaran CO2 antara atmosfer dan perairan pesisir juga terjadi cukup intensif dan mempengaruhi fluks CO2 pada skala regional maupun global (Borges et.al.,2005). Perairan Indonesia seluas 17% dari total wilayah laut dunia juga berpotensi menyerap CO2 karena mempunyai produktivitas primer tinggi (Behrenfeld et.al., 2005), wilayah upwelling yang luas (Kunarso dkk, 2009; Lefevre et.al., 2002) dan continental shelf (Tsunogai et.al., 1999). Selain faktor-faktor tersebut, tingginya curah hujan juga akan membawa fluks sedimen sumber materi karbonat ke perairan pesisir melalui sungai-sungai. Wilayah pesisir Utara Propinsi Banten terbentuk sebagai hasil interaksi kekuatan-kekuatan asal laut dan darat yang bersifat dinamis. Keadaan tersebut tercermin dari adanya segmen-segmen pantai yang erosional, akresi dan stabil; dan dalam 100 tahun terakhir telah terjadi perubahan besar di kawasan tersebut yang dipicu oleh aktivitas manusia. Pemindahan muara sungai dari Tanjung Pontang ke kawasan Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan VI ISOI 2009. ISBN 978-979-98802-5-3. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia 2010. Tengkurak, misalnya, telah menyebabkan perubahan karakter pantai dari kedua kawasan tersebut. Kawasan Tanjung pontang yang semula bersifat ekspansif atau akresi, berubah menjadi erosional; sedangkan kawasan Tengkurak yang semula relatif stabil, berubah menjadi ekspansif atau akresi (Setyawan dkk, 2003). Selain itu aktivitas manusia di daratan pesisir Utara Banten telah menyebabkan masuknya berbagai bahan pencemar ke perairan pesisir. Perubahan morfologi pantai dan dinamika di wilayah hulu ditambah dengan aktivitas manusia tersebut akan berpengaruh terhadap dinamika sistem CO2 wilayah pesisir Banten, termasuk Teluk Banten sehingga diperlukan suatu studi yang komprehensif mengenai distribusi dan kuantitas sistem CO2 di Teluk Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variabilitas sistem CO2, terutama DIC, pH, alkalinitas dan pCO2 di teluk Banten. Sebagai hasil awal dari penelitian jangka panjang yang sedang berlangsung, penelitian ini diharapkan memberikan indikasi awal variabilitas sistem CO2 di teluk Banten. 2. Materi dan Metoda 2. Gambaran Umum Wilayah Studi TELUK BANTEN Gambar 1. Posisi geografis teluk Banten dan titik sampling air pada lokasi studi. 2 1Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan VI ISOI 2009. ISBN 978-979-98802-5-3. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia 2010. Teluk Banten terletak di ujung Barat dan pantai utara pulau Jawa dengan luas kurang lebih 120 km2 dan tersebar beberapa pulau di dalamnya. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah pulau Panjang yang berada di sebelah Barat mulut teluk. Pulau lain yang berpenghuni adalah pulau Tunda yang terletak di sebelah Timur ke arah ujung luar Utara teluk Banten dan telah masuk dalam wilayah perairan Laut Jawa (Gambar 1.). Beberapa sungai besar dan kecil bermuara di Teluk Banten, diantaranya sungai Domas, Soge, Cikemayungan, Banten, Pelabuhan, Wadas, Baros, Ciujung, Anyar, Cilid, Kesuban, Baru, Serdang, Suban, Kedungingus dan Candi (Peta Lingkungan Pantai Indonesia, Lembar LPI 1110-09 Teluk Banten, 1999). Sungai terbesar adalah Ciujung dan Anyar (Peta Lingkungan Pantai Indonesia, Lembar LPI 1110-09 Teluk Banten, 1999). Lamun (seagrass) dapat ditemukan di beberapa tempat, antara lain sepanjang pantai bagian Barat teluk, paparan terumbu beberapa pulau karang (pulau Panjang, Tarahan, Lima, Kambing, Pamujan Besar dan Kepuh) dan pada daerah terumbu karang intertidal hingga kedalaman 6 meter. Kedalaman teluk berkisar antara 1 10 meter dari muara hingga mendekati ujung teluk, sedangkan kedalaman ujung teluk hingga pulau Tunda dapat mencapai 40 60 meter. Sedimen teluk Banten terdiri dari lumpur dan pasir (Green and Short, 2003), nilai salinitas bervariasi antara 28.23 35,34 psu (Green and Short, 2003). Musim penghujan berlangsung antara November hingga Maret dan musim kemarau antara April Oktober. Bakau dapat ditemukan di sepanjang Grenyang, bagian Timur teluk, hingga ke Tanjung Pontang di sebelah Barat Teluk, dan juga di sebelah Selatan pulau Panjang. 2.2. Sampling dan Preparasi Sampel Sampling air dilakukan secara bulanan (sekali tiap bulan) sejak bulan Juni 2009 selama 12 bulan berikutnya untuk dapat menganalisis variabilitas musiman sistem CO2 di Teluk Banten. Parameter sistem CO2 yang diukur adalah DIC, pH dan alkalinitas. Pengukuran juga dilakukan untuk klorofil, produktivitas primer, kedalaman sechii disk, DO (dissolved oxygen / oksigen terlarut) dan suhu. pH diukur dua kali, yaitu secara in situ menggunakan alat multiparameter DKK TOA dan di laboratorium menggunakan pH meter tipe Metrohm 691. Produktivitas primer diukur menggunakan prinsip pengukuran DO pada botol gelap-terang di stasiun bagank 3 dan bagank 4 (Gambar 1). Pengukuran DO dan suhu perairan dilakukan in situ menggunakan alat multiparameter DKK TOA. Sechii disk diukur in situ menggunakan lempengan papan yang dicat hitam dan putih dan kemudian diberi tali dan pemberat. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan VI ISOI 2009. ISBN 978-979-98802-5-3. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia 2010.

1.2.2. Limbah

Limbah adalah sisa hasil proses produksi baik yang dapat digunakan lagi (yang dapat didaur ulang) dan yang tidak dapat digunakan lagi (yang tidak dapat didaur ulang) yang dapat mengganggu, merusak ekosistem apabila dibiarkan. Limbah biasanya terdiri dalam wujud padat, cair dan gas.

1.2.2.1. Pengertian LimbahLimbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.Limbah juga dapat disebut dengan sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.

1.2.2.2. Jenis jenis LimbahBerdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:1. Limbah padatPengertian limbah padat adalah termasuk limbah yang berwujud lumpur dan atau slurry. Contoh dari pembuangan limbah padat adalah pembuangan atau penempatan material sisa usaha dan atau kegiatan penambangan berupa limbah tambang ke dalam air dan atau sumber air. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

2. Limbah cairLimbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah.

3. Limbah gas dan partikelLimbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas, contoh : karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SOx). Sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus. 4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).Merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :1. Limbah OrganikLimbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya.2. Limbah AnorganikLimbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah : a. Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri.b. Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium. Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu :1. Limbah PabrikLimbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya MCK(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.2. Limbah Rumah TanggaLimbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.3. Limbah IndustriLimbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia.1.2.3. AirAir merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemaran air berasl dari :a. Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sebagainya.b. Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya.1.2.3.1 Karakteristik AirAir di alam = H2O + XX berupa:a. Faktor non biologis (organik, anorganik).b. Faktor biologis (mikroba, protozoa, hewan kecil).Besarnya X dapat menunjukkan tingkat pencemaran air, perlu analisa untuk menentukan karakter air.a. Karakter fisik:1. Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas.2. Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll.3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air.4. Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma.5. Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS).a. Karakteristik kimia:1. pH, konsentrasi H+2. Potensial oksidasi-reduksi3. Alkalinitas 4. Asiditas 5. Kesadahan 6. Dissolved Oxygen(DO) 7. Oxygen Demand (BOD)8. Nitrogen (organik, anorganik)9. Pospat10. Klorida b. Karakteristik Biologi:Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing, dll).Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks biotik. Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.

1.2.3.2 Jenis jenis AirAir merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :a. Air TanahAir tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. 1. Air Tanah PreatisAir tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.2. Air Tanah ArtesisAir tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.b. Air PermukaanAir pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :a. Perairan DaratPerairan darat adalah air permukaan yang berada di tas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.

b. Perairan LautPerairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

1.2.4. Alkalinity1.2.4.1 Pengertian AlkalinityAlkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat dan sebagainya.Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik. Kalau kadar alkalinity terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan) air menjadi agresip dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkalinity yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkalinity yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO32- ). Alkalinity juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif. Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan sistem saluran air dalam kota. Alkalinitas memegang peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan ganggang dan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil. Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan sebagai alkalinitas fenolftalein yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion terbanyak, dan alkalinitas total, yang menyatakan situasi dengan asam menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion karbonat dan bikarbonat menjadi CO2. Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan sedikit oleh adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi. Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.1.2.4.2. Jenis - jenis Alkalinity1. Alkalinity phenolphatalein adalah alkalinity karbonat.Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih merupakan ion penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange. 2. Alkalinity total Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat merupakan alkalinity total.1.2.5. Asidimetri1.2.5.1. Pengertian AsidimetriAsidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.1.2.5.2. Indikator dan PenggunaannyaAdapun penggunaan indikator digunakan sebagai titrasi dalam asam basa dan untuk mengetahui apakah suatu titrasi telah habis bereaksi atau belum.NONamaRentang pHWarna asamWarna basa

1Kuning metil2 3MerahKuning

2Dinitrofenol2,4 4,0Tidak berwarnaKuning

3Jingga metil3 4,5MerahKuning

4Merah metil4,4 6,6MerahKuning

5Lakmus6 8MerahBiru

6Fenolftalein8 10Tidak berwarnaMerah

7Timolftalein10 12KuningUngu

8Trinitrobenzena12 -13Tidak berwarnaJingga

BAB IIALAT DAN BAHAN

2.1. AlatAdapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :1. Buret dan statif 2. Gelas ukur 3. Erlenmeyer 250 ml4. Pipet tetes5. Pipet Volumetri6. Corong7. Tissu

2.2. Bahan Adapun bahan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah 1. H2SO4 0,02 N2. Indikator PP3. Indikator MO4. Aquades5. Sampel : a. Clean Q b. Cleo c. Air Sungai

BAB IIIPROSEDUR KERJA

3.1. Prosedur Kerja P-Alkalinitya. Diukur sampel sebanyak 25 ml, kemudian dituang kedalam Erlenmeyer 250 ml. b. Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes .c. Jika terjadi perubahan warna lanjutkan titrasi dengan H2SO4 0,02 N ; tapi jika tidak terjadi perubahan warna, berarti P alkalinity = 0.

3.2. Prosedur Kerja M-Alkalinitya. Diukur sampel sebanyak 25 ml, kemudian dituang kedalam Erlenmeyer 250 ml. b. Ditambahkan indikator MO sebanyak 4 tetes.c. Dilakukan titrasi dengan H2SO4, catat volume H2SO4 0,02 N yang digunakan dalam titrasi tersebut.

BAB IVGAMBAR RANGKAIAN

43211

65Keterangan Gambar:

1. Statif dan klem2. Pipet volume3. Buret4. Gelas ukur5. Batang Pengaduk6. Beaker Glass

BAB VDATA PENGAMATAN

4.1. Penambahan indikator PPNo.SampelVolume Sampel (ml)Indikator PP (tetes)Volume H2SO4 (ml)

1.Cleo255-

2.Air Sungai255-

3Clean Q255-

Cleo + Indikator PP Tidak berwarna Clean Q + Indikator PP Tidak berwarna Air Sungai + indikator PP tidak berwarna

4.2. Penambahan indikator MO

No.SampelVolume Sampel (ml)Indikator MO (tetes)Volume H2SO4 (ml)

1.Cleo2540.3

2.Air Sungai2540.5

3Cleam Q2540.8

Cleo + Indikator MO Larutan kuning Larutan kuning + H2SO4 0.02 N Dititrasi Larutan orange Clean Q + Indikator MO Larutan kuning Larutan kuning + H2SO4 0.02 N Dititrasi Larutan orange Air Sungai + Indikator MO Larutan kuning Larutan kuning + H2SO4 0.02 N Dititrasi Larutan orange

BAB VIPENGOLAHAN DATA

6.1. Perhitungan P AlkalinityUntuk percobaan 1, 2 Dan 3 yaitu pada Clean Q, Cleo dan Air sungai tidak terjadi perubahan warna, sehingga nilai P = 0.

6.2. Perhitungan M-Alkalinity

1. Untuk Cleo M alkalinity = 1000 x vol.titrasi x N x Be CaCO3 Volume sampel = 1000 x 0.3 x 0,2 x 50 25 = 12 ppm2. Untuk Air Sungai

P alkalinity = 1000 x vol.titrasi x N x Be CaCO3 Volume sampel = 1000 x 0.5 x 0,2 x 50 25 = 20 ppm

3. Untuk Clean Q

P alkalinity = 1000 x vol.titrasi x N x Be CaCO3 Volume sampel = 1000 x 0.8 x 0,2 x 50 25 = 30 ppm6.3. Reaksi1. Dengan Indikator PP

OH

H2O + air C COH O C O (Phenolphtalein ) Tidak berwarna

OH H3O++ C air OH C O- O (phenolphtalein )tidak berwarna

2. Dengan Indikator MO

H H2O + Na+ -O3S N N = N(CH3)2 Air Metil orange ( kuning ) Na+-O3S N = N N (CH3)2 + H3O+ Orange air

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KesimpulanDari data pengamatan dapat disimpulkan bahwa :1. Pada percobaan P-Alkalinity untuk sampel (Clean Q, Cleo dan Air Sungai) tidak terjadi perubahan warna, jadi nilai P Alkalinity adalah 0.2. Pada percobaan M-alkalinity terjadi perubahan warna menjadi larutan kuning terhadap semua sampel, dan diperoleh kadar M.Alkalinity sebesar :a. sampel Cleo nilai M.Alkalinity 12 ppmb. sampel Air sungai nilai M.Alkalinity 20 ppmc. sampel Clean Q nilai M alkalinity 30 ppm

6.2. Saran1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam pengambilan sampel dan penambahan indikator . 2. Praktikan diharapkan lebih teliti saat melakukan titrasi dan meminimalisir kesalahan paralaks yang mungkin terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Boybul, Iis Haryati.2009. Pemantauan Kandungan Ortofosfat Sebagai Parameter Uji Pengoperasian Sistem Injeksi Inhibitor Korosi (PAQ 2) Pada Sistem Pendingin Sekunder RSG-G.A.Siwabessy.G, Svehla. 1985. Vogel Buku teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semikmakro. Edisi ke V. PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta.Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XI . Erlangga : Jakarta.

LAMPIRAN I

Karakteristik Air