1 LAPORAN AKHIR TAHUN VISITOR PLOT PERBENIHAN PADI DAN RUMAH KACA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2011
1
LAPORAN AKHIR TAHUN
VISITOR PLOT PERBENIHAN PADI DAN RUMAH KACA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN
2011
2
LAPORAN AKHIR TAHUN
VISITOR PLOT PREBENIHAN PADI DAN RUMAH KACA
Oleh :
EDDY MAKRUF JOHAN SYAFRI ERPAN RAMON
WAWAN EKA PUTRA ADIANTO
HERYAN ISWADI JHON FIRISON YULI OKTAVIA SITI ROSMANA INA HARTATI SUDARWATI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN
2011
3
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan
pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara berkelanjutan.
Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi
pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan menerapkan hasil
penelitian dan pengkajian (litkaji) tersebut dalam usaha pertanian. Menurut Fauzia
(2002), ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan Balit Komoditas/BPTP
akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu, BPTP memerlukan suatu sistem
informasi dan komunikasi serta diseminasi yang efektif dan efisien agar khalayak
penggunanya dapat memperoleh informasi teknologi yang dibutuhkannya dengan
mudah dan relatif cepat.
Sebagai lembaga penelitian publik Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang berada di daerah, BPTP senantiasa berupaya mengahasilkan
teknologi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Informasi
teknologi yang dihasikan disebar luaskan ke berbagai pengguna terutama
penyuluh dan petani. Teknologi tersebut antara lain adalah varietas dan bibit
unggul, teknik budidaya, pengendalian OPT, pengelolaan panen dan pasca panen
(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010).
Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang berperan
penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian, varietas
unggul tanaman padi, palawija dan hortikultura yang telah diadopsi oleh petani
secara luas merupakan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian di
Indonesia. Secara terus menerus varietas-varietas unggul tersebut terus diperbaiki
keunggulannya melalui proses pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan
selanjutnya dilepas oleh pemerintah melalui Menteri Pertanian (Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010).
Walaupun program perbenihan telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi
ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan potensialnya.
Ketersediaan benih padi bersertifikat secara nasional baru sekitar 35%, jagung
4
10%, kacang-kacangan < 5% dan sayur-sayuran < 1% (Wirawan, et. al. 2002
dalam www.litbang.deptan.go.id).
Keberhasilan diseminasi dan adopsi teknologi varietas unggul ditentukan
antara lain oleh kemapuan produsen dan industri perbenihan untuk memasok dan
menyediakan benih sampai ke petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang
tangguh (produktif, efisien, berdaya saing dan berkelanjutan) sangat diperlukan
untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian.
B. TUJUAN
a. Mendiseminasikan Perbenihan VUB Padi Rawa untuk mendapatkan umpan balik
dari visitor (Petani dan Penyuluh Lapang)
b. Mendiseminasikan komponen teknologi Sayuran, Jagung Komposit dan Kedele sebagai plot kunjungan di Rumah Kaca BPTP
C. PERKIRAAN KELUARAN
1. Terdiseminasikan Perbenihan VUB Padi Rawa pada pengunjung (Petani dan
Petugas Lapang)
2. Terdisemenasikan Komponen teknologi Sayuran, Jagung Komposit dan Kedele sebagai plot kunjungan di Rumah Kaca BPTP
D. DASAR PERTIMBANGAN
Revitalisasi pertanian bertujuan untuk mencapai swasembada beras dalam
upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Penggunaan varietas unggul baru
(VUB) bersama inovasi lainnya seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat
berperan dalam mewujudkan peningkatan produksi padi nasional. Tersedianya
varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan
pasar sangat penting dalam berusahatani padi
Dukungan lahan rawa lebak secara nasional maupun lokal cukup
berpotensi dalam program Peningkatan Produksi Beras. Permasalahan utama di
Bengkulu belum diketahuinya varietas yang adaptif sehinga petani tetap
menggunakan varietas lokal yang berumur panjang (6 bulan). Disamping itu
tipologi lahan rawa lebak adalah luapan air pada musim penghujan maka
diperlukan varietas padi yang tahan genangan dan intrusi air laut karena lahan
rawa terletak di pesisir barat mulai dari Kabupaten Muko-muko di utara dan
Kabupaten Kaur di Selatan Provinsi Bengkulu.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor yang menentukan keberhasilan suatu program adalah pembawa
program (senders), penerima program (receivers) dan saluran (channel) yang
digunakan dalam memperkenalkan (sosialisasi) dan mengimplementasikan
program (Rogers dan Shoemaker 1987 dalam Kurnia Suci, dkk 2000). Di sisi lain
Tubbs dan Moss dalam Kurnia Suci, dkk, 2000) menekankan bahwa keberhasilan
pembangunan ditentukan jalinan hubungan antara individu pembawa program
dengan sasaran program. Keberhasilan suatu program dapat dicapai jika senders
melakukan pendekatan partisipatif mulai dari sosialisasi, perencanaan,
implementasi serta monitoring/evaluasi melalui pendekatan struktural dan kultural
(Wahyuni, 2002). Melalui pendekatan struktural, individu yang terlibat dalam
program menjembatani hubungan lembaga terkait yang dibutuhkan petani untuk
mendukung implementasi program. Adapun melalui pendekatan kultural, teknologi
yang diimplementasikan tersaring melalui kebudayaan yang eksis di wilayah
bersangkutan yang telah menyatu dengan kondisi alam, sosial dan ekonomi.
Melalui kedua pendekatan tersebut teknologi yang disampaikan melalui program
dapat terakuisisi dalam kehidupan petani sehingga teknologi lokal (indigenous)
yang ada akan berkembang menjadi teknologi “adaptif”. Teknologi adaptif lahir
setelah melalui proses pemikiran petani yang prinsipnya sangat rasional dalam
memilih teknologi yang terbaik dan menguntungkan (Popkin 1979 dalam Kurnia
Suci dkk, 200).
Visitor plot adalah suatu peragaan penerapan teknologi hasil penelitian dan
pengkajian yang dilakukan di BPTP maupun Balai Komoditas Litbang Pertanian,
baik di kebun percobaan, di rumah kaca maupun di lahan petani. Kegiatan
dirancang berkelanjutan agar setiap saat kalau ada kunjungan selalu tersedia
informasi penerapan Teknologi. Pada dasarnya teknologi yang diperagakan adalah
komponen/paket teknologi budidaya, pasca panen yang sudah matang seperti
varietas.
6
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan mulai dari pembuatan RODHP bulan januari 2011
dan berakhir kegiatan dilapangan bulan Desember 2011.
Tabel 1.Lokasi Kegiatan Visitor plot perbenihan padi rawa dilahan petani di Kabupaten Seluma Kecamatan Semidang Alas Maras desa Karang Anyar
No Nama Petani Luas Lahan Kedudukan dalam kelompok Tani Harapan Jaya
1. Asyikin 4986 M2 Ketua
2. Alamsyah 4709 M2 Anggota
3. Sofyan 3324 M2 Anggota
4 Buyung 3510 M2 Anggota
5 Charman 3510 M2 Anggota
Jumlah 20039 M2
Pelaksanaan kegiatan mulai dari pembuatan Rencana Operasional
Diseminasi Hasil Pengkajian pada bulan januari 2011 dan berakhir kegiatan
dilapangan bulan Desember 2011. Kegiatan Visitor plot dilaksanakan pada dua
tempat yaitu : 1). Demoplot perbenihan padi di Kabupaten Seluma melibatkan
kelompok tani di desa Karang Anyar Kecamatan Semidang Alas Maras seluas 4
hektar dan di desa Bukit Peninjauan 2 Kecamatan Sukaraja seluas 3 hektar, 2).
Demoplot sayuran dataran rendah di rumah kaca dan kedele pada lahan sekitar
rumah kaca BPTP.
3.2. Prosedur Pelaksanaan
3.2.1. Studi pustaka inventarisasi hasil penelitian dan pengkajian untuk membuat
rencana operasional diseminasi hasil pengkanjian (RODHP). Rencana
operasional terbentuk dilanjutkan dengan seminar untuk mendapatkan
masukan dari stake holder (dinas instasi terkait dan perguruan tinggi).
7
3.2.2. Membuat petunjuk pelaksanaan kegiatan setelah mendapatkan masukan
hasil seminar rencana operasional dieminasi hasil penelitian dan
pengkajian.
3.2.3. Implementasi kegiatan yang diawali dengan koordinasi guna mendapat
calon lokasi dan calon petani kooperator terutama untuk kegiatan
lapangan.
3.2.4. Pelaksanaan kegiatan yang meliputi penanaman, pengamatan dan
pembinaan, Analisis Data dan pelaporan
3.3. Lingkup kegiatan
3.3.1. Demoplot Perbenihan Padi Invari 13 dan Padi Rawa di lahan petani
3.3.2. Plot kunjungan di rumah kaca aneka sayuran dataran Rendah ( tiga
varietas tomat). Di lahan sekitar rumah kaca Kedele Varietas Anjas
Moro.
3.3.3. Peubah yang diamati keragaan agronomis dan produksi.
3.4. Materi yang digunakan
1. Benih padi Inpari 13, Inpara 2, Inpara 5, benih Kedelai, Tomat dan cabe
2. Pupuk organi, an-organik seperti Urea, Phonska, dan Pestisida.
3.5. Metode Analisis.
Data dianalisis secara tabulasi, kemudian di deskripsikan.
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN SEMENTARA
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Informasi Lokasi kegiatan dan petani kooperator
Lokasi kegiatan berada di Desa Karang Anyar, Kecamatan semidang
Alas Maras Kabupaten Seluma. Luas lahan sawah di kecamatan ini 3316 ha
dengan komposisi 80 % sawa tadah hujan dan rawa lebak serta irigasi desa
20%. Varietas yang umum ditanam untuk lahan tada hudan dan rawa adalah
varietas lokal (duku dan kelinci) dan ciherang, sedangkan untuk lahan sawah
irigasi desa vareitas yang ditanam cigeulis dan cisadane dan sudah ditanam
berulang ulang lebih dari 3 musim tanam. Disamping berusahatani padi
sawah, cabang usahatani lainnya untuk menopang ekonomi keluarga adalah
tanaman karet rakyat.
Tabel 2. Informasi hasil wawancara dengan petani kooperator
Uraian materi wawancara Informasi yang didadapt
Kisaran umur 35 -55 tahun (5 orang petani)
Tingkat pendidikan SMP – SMA berijazah
Rata-rata Luas lahan usaha-tani padi 2770 M2 - 4,709 M2 milik sendiri
Varietas yang ditanam Varietas lokal, Ciherang
Penggunaan Pupuk Urea 200 kg/ha, Phonska 100 kg/ha, KCL 100 kg/ha, 2 kali pemupukan
Hasil Gabah Kering Panen 2 – 3,8 ton, kebutuhan sendiri dan dijual dalam bentuk beras dengan harga Rp.20.000/kulak (1 kulak = 2 cupak = 16 kg)
Sistem tanam Jalur 5, 6 dan 10, yang mirip legowo tanpa penyisipan tanaman pinggir dan tegel dengan jarak 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm
Umur benih di persemaian 3 minggu, persemaian basah, jumlah batang 3-4 batang, jalur tanam menggunakan tali plastik
Hama dan penyakit Keong mas, tikus, sundep, tungro
Upah tenaga kerja Laki-laki Rp 50.000/hari Wanita Rp 20.000/ha + makan siang 6-8 jam kerja/hari
Pengolahan Lahan Lahan irigasi desa dan tadah hujan menggunakan hand traktor dengan upah Rp. 30.000,-/sekat (277 M2)
9
Penggalian informasi terhadap petani kooperator dilakukan dengan
wawancara yang meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, varietas yang
ditanam, penggunaan pupuk, produksi gabah, cara tanam, umur benih,
jumlah benih yang ditanam, cabang usahati lain
Umur petani kooperator masih dalam usia produktif dan peluang
untuk meningkatkan hasil gabah kering panen cukup terbuka karena hasil
gabah baru mencapai 2-3,8 ton/ha dengan perbaikan teknologi ditingkat
petani. Inovasi teknologi yang penting di transferkan adalah varietas, sistem
tanam dan persiapan lahan.
Keterlambatan pelaksanaan penanaman padi rawa varietas Inpara 2
dan Inpara 5, karena ketersediaan ke 2 varietas tersebut pada bulan Mei di
Balai Penelitian Padi (Balitpa) tidak tersedia, sedangkan lahan sudah siap
pada April . Permasalahan ini di konsultasikan dengan koordinator program
sebagai penanggung jawab Rencana Diseminasi Hasil Pengkajian (RDHP)
dan hasilnya penanggung jawab kegiatan lapangan Rencana Operasional
Diseminasi Hasil Pengkajian (RODHP) Visitor plot perbenihan Padi Rawa
harus mengajukan surat permohonan perubahan varietas padi rawa kegiatan
visitor plot ke Kepala Balai. Balasan dari kepala Balai menyetujui perubahan
varietas dari Inpara menjadi Inpari 13 dengan Nomor :
1178/pp.310/1.10.9/04/2011 tanggal 29 April 2011
4.2. Keragaan pertumbuhan Padi Inpari 13
Penanam padi dilaksakan pada awal bulan mei yaitu pada tanggal 3
sampai dengan 5 selama 3 hari. Umur semaian pada saat tanam 18 sampai
20 hari setelah semai (HSS). Keragaan pertumbuhan (tinggi dan jumlah
anakan aktif) seperti pada Tabel 3 Berikut ini :
Tabel 3. Keragaan pertumbuhan tanaman padi
Nama Petani Rata-rata Tinggi Tanaman Rata-rata Anakan Aktif
14-21 HST 35-45 HST 14-21 HST 35-45 HST
Asyikin 30.18 50.91 5.91 18.18
Alamsyah 29.18 51.18 8.27 19.36
Sofyan 28.64 45.73 5.18 12.55
Buyung 30.82 53.09 5.09 13.91
Charman 27.45 46.73 4.73 11.91
10
Dari Tabel 3. di atas ternyata laju pertumbuhan yang lambat atas
nama kooperator Sofyan yaitu 17,09 cm karena satu minggu setelah tanam
tergenang dan air sulit dikeringkan. Laju pertumbuhan yang cepat atas
nama buyung yaitu 22,27 cm, pengaturan air lebih mudah. Laju
pertumbuhan anakan aktif tertinggi 12,27 dan terendah 7,18 anakan. Data
pengamatan jumlah anakan produktif akan diamati satu minggu menjelang
panen, dan komponen hasil seperti panjang malai, jumlah butir per malai,
gabah bernas dan gabah isi
4.3. Keragaan Komponen Hasil dan Hasil Gabah Padi Inpari 13
Panen dilakukan pada minggu pertama bulan Agustus dengan umur
panen 96 hari setelah semai, lebih cepat 7 hari dari umur diskripnya 103
hari. Hal ini disebabkan masuk periode pertumbuhan generatif awal
kekurangan air karena musim kemarau. Keragaan tinggi tanaman pada saat
panen dan komponen hasil seperti jumlah malai (anakan produktif) per
rumpun, panjang malai per rumpun, jumlah gabah per malai per rumpun
seperti pada Tabel inggi dan jumlah anakan aktif) seperti pada Tabel 4
Berikut ini :
Tabel 4. Keragaan rata-rata tinggi tanaman saat panen dan komponen hasil
Nama Petani
Tinggi (cm)
Jumlah Malai
Panjang Malai
Jumlah Gabah/malai
Gabah isi/malai
Gabah hampah/malai
Asyikin 83 9 19.5 115 89
(77,39%) 26
(22,61%)
Alamsyah 93 10 20 112 82
(73,21%) 30
(26,79%)
Sofyan 89 9 19,5 143 95
(66,43%) 48
(33,57%)
Buyung 86 10 19 137 90
(65,69%) 47
(43,31%)
Charman 91 10 20 149 94
(63,09%) 55
(36,91%)
Dari Tabel 4. di atas ternyata dampak kekurangan air berpengaruh
terhadap tinggi tanaman dan panjang malai pada saat panen, tinggi
tanaman tertinggi 93 cm dan terendah 83 cm, sedang menurut diskripsinya
103 cm. Jumlah malai (anakan produktif) per rumpun 9 sampai sepuluh
anakan sedang menurut diskripsinya mencapai 17 anakan per rumpun.
Dampak kekeringan juga berpengaruh terhadap jumlah gabah isi per malai
11
per rumpun. Berdasarkan data di atas (Tabel 4) kecendrungan jumlah malai
(anakan produktif) per rumpun pada kondisi kekurangan air berpengaruh
terhadap jumlah gabah isi, karena terjadi persaingan didalam rumpun dan
antar rumpun terutaman penyerapan air.
Ukuran ubinan panen 4 x 2 m2 pada masing-masing kooperator yang
di ulang tiga kali dan datanya seperti pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Rata-rata hasil ubinan gabah kering panen varietas Inpari 13.
Nama Petani Ratar-rata hasil ubinan
GKP (kg/8 m2) Hasil GKP (t/ha) Hasi GKG(t/ha)*
Asyikin 3,53 4,41 3,53
Alamsyah 3.10 3.89 3,11
Sofyan 3,70 4,63 3,70
Buyung 2,70 3,38 2,70
Charman 3,63 4,54 3,63
Keterangan : * konversi GKP ke KGK prediksi pengurangan 20% dari penyusutan Kadar air, kehilangan pada waktu pasca panen
Berdasarkan data Tabel 5, hasil gabah kering giling lebih rendah dari
rata-rata hasil diskripnya mencapai 6,59 ton/ha GKG atau terjadi penurunan
hasil berkisar dari 40,97% - 56,15% dari kondisi normal. Hal ini disebabkan
karena terjadi kekurangan air mulai dari fase generatif awal (menjelang)
keluar bunga sampai pengisian bulir gabah.
12
4.4. Hasil Gabah Kering Panen Padi Inpari 13 menurut luas lahan Riil Kooperator dan Penyebarannya
Hasil ril panen berdasarkan luas lahan garapan petani kooperator dan
data penyebarannya di desa Karang Anyar dan sekitarnya seperti pada Tabel
5 di bawah ini
Tabel 6. Rata-rata hasil ril dan penyebarannya varietas Inpari 13 di desa Karang Anyar Kecamatan Semidang Alas Maras Kab. Seluma
Nama Petani
Luas Garapan
(M2)
Hasil GKP (Karung)
Penyebaran Lokasi Penyebarannya
Asyikin 4050
41 (2050 kg)*
510 kg
(20,4 ha)**
Anggota Keltan Harapan Jaya diliuar kooperator
Keltan Sepakat Keltan Ulu Tebat
Alamsyah 3825 42
(2100 kg)*
270 kg (9 ha)**
Anggota Keltan Harapan Jaya diliuar kooperator
Keltan Serasan
Sofyan 2700 20
(1000 kg)* - -
Buyung 2925 30
(1500 kg)* - -
Charman 2925 22
(1100 kg)* 200 kg
(8 ha)** Masyarakat umum
(belum berkelompok)
Keterangan : * 1 Karung rata-rata 50 kg GKP. ** Penyebaran dalam bentuk gabah untuk benih melalui barter
Penyebaran Lokasi penyebaran vrietas inpari 13 hasil panen bulan Respon visitor terhadap varietas inpari 13 sangat baik walaupun
hasilnya belum optimal. Berdasarkan data hasil panen pada Tabel 6,
penanaman semula hanya 2 Ha pada 6 orang petani kooperator dan
penyebarannya untuk dijadikan benih musim tanam 2012 sebanyak 980 kg
atau 37,4 ha dengan prediksi penggunaan untuk benih 25 kg/ha. Tertariknya
petani diluar kooperator untuk menanam varietas inpari 13 adalah ; 1).
penampilannya di lapangan pertumbuhan awal yang seragam dan rata, 2).
tidak terserang penyakit merah (abang) yang sebelumnya menjadi penyakit
utama, 3). Tahan kekeringan, sedangkan varietas yang banyak ditanam
petani diluar kooperator adalah varietas ciherang dan mereka tidak panen.
13
4.5. Demoplot Varietas Inpa 2 dan 5
Pelaksanaan penanaman varietas padi rawa di dua lokasi Kabupaten
Seluma yaitu Desa Karang Anyar Kecamatan Semidang Alas Maras seluas 2
ha melibatkan 5 orang kooperator dari kelompok tani Harapan Maju.
Varietas yang di tanam Inpara 2 dan Inpara 5. Penanaman dilakukan pada
tanggal 29 November 2011. Penanaman memperkenalkan sistem tanam
legowo 2 : 1 dan 4:1. Panen diperkirakan pada minggu ke 3 bulan Maret
2012 dan hasil panen digunakan untuk benih benih
Sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2011 melibatkan
kurang lebih 100 orang peserta yang terdiri dinas instasi terkait, Kepala
Desa, Camat, Petugas Lapang, dan petani / kelompok Desa Karang Anyar
dan sekitarnya di wilayah kecamatan Semidang Alas Maras. Setelah
sosialisasi yang dilakukan di BP3K Kembang Mumpo Kecamatan Semidang
Alas Maras, acara dilanjutkan dengan temu lapang/Field day yang diikuti
oleh seluruh peserta kelahan pertanaman padi rawa di kelompok tani
harapan maju. Objek yang dilihat adalah pertanaman padi rawa yang telah
berumur 7 hari setelah tanam, jajar legowo 4:1 dan 2:1, caplak roda.
Lokasi penanaman padi rawa berikutnya adalah di Desa Bukit
Peninjauan dua (BP2) Kecamatan Sukaraja seluas 3 ha melibatkan 6 orang
kooperator dari kelompoktani Sidomulyo. Penaman telah dilakukan pada
tanggal 15 – 17 Desember 2011 dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan
4 : 1. Panen diperkirakan pada minggu pertama bulan April dan hasil panen
untuk benih.
4.6. Keragaan pertumbuhan Kedelai varietas Anjas Moro
Penanaman di kedelai dilahan sekitar rumah kaca pada tanggal 23
maret 2011 dan data yang baru terkumpul adalah keragaan pertumbuhan
sampai umur 85 hari setelah tanam. Pengamatan jumlah cabang dilakukan
pada umur 45 hari setelah tanam dan jumlah polong diamati pada umur 85
hari setelah tanam Rata-tara tinggi tanaman dan jumlah polong pada Tabel
7 berikut ini.
14
Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah cabang dan jumlah polong
Umur Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Cabang Jumlah Polong
25 HST 20,25 - -
45 HST 79,58 3 -
85 HST 86,80 - 44
Dari Tabel 7. Laju pertumbuhan awal umur 25 HST sampai 45 HST
sangat pesat yaitu 2,96 cm dan menjelang fase generatif laju pertumbuhan
melambat.
Tabel 8. Rata-rata komponen hasil (ton) Kedele Varietas Anjasmoro
di Lahan Rumah Kaca BPTP Bengkulu.
uraian Tinggi Tanaman
Jumlah Cabang
Umur Panen
Berat 1000 biji (gr)
Hasil/ha
Demplot 86,80 3 80 14,20 1,89
Deskripsi 64-68 2,9-5,6 82,5-92,5 14,8-15,3 2,03-2,25
Dari Tabel 8 terlihat bahwa baik bobot 1000 butir maupun hasil per
hektar demplot menunjukkan bahwa hasil lebih rendah dibandingkan a
dibandingkan dengan Deskripsinya. Hal ini diduga karena masa pengisian
polong terjadi kekurangan air karena musim kemarau sehingga umur
panennya relatiif lebih cepat dibandingkan dengan deskripsinya.
4.7. Keragaan pertumbuhan Cabe varietas Lembang 1
Penanaman di lakukan di dalam pot di rumah kaca sebanyak 27 pot.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam
dengan interval 20 hari dan pengamatan sampai umur 100 hari setelah
tanam. Perkembangan pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 9. Rata-rata tinggi pertumbuhan tanaman Cabe varietas Lembang 1
Umur Tanaman Tinggi Tanaman (cm)
40 HST 75,77
60 HST 89,11
80 HST 97,22
100 HST 109,27
Dari Tabel 4. Di atas laju pertumbuhan tinggi tanaman cabe varietas
lembang 1 setiap harinya 6,7 cm, 4,1 cm dan 6,0 mm dengan interval
15
pengamatan 20 hari. Data produksi rata-rata per tanaman per pot 754,68 gr
dan jumlah populasi tanaman sebanyak 27 buah.
4.8. Keragaan Agronomis 3 varietas tomat dataran rendah Penanaman di lakukan di dalam pot di rumah kaca sebanyak 27 pot.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 35, 45, dan 55 hari
setelah tanam (HST). Perkembangan keragaan agronomis 3 varietas tomat
daran rendah dari Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata tinggi pertumbuhan tanaman dan jumlah cabang tomat varietas mutiara, Amelia, dan Rampai
Varietas Tomat
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Cabang
35 HST 45 HST 55 HST 35 HST 45 HST 55 HST
Mutiara 77,89 102,33 118,22 1,89 6,21 6,22
Amelia 90,65 109,22 149,95 3,89 7,67 7,67
Rampai 83,77 113,33 109,89 7 12 9,67
Dari Tabel 4 tinggi tanaman tertinggi pada umur 55 HST adalah
tomat varietas Amelia yaitu 149,95 cm sedang jumlah cabang terbanyak
adalah tomat varietas Rampai yaitu 9,67 cabang. Data produksi tanaman
sampel untuk tomat varietas mutiara 800 gr, tomat varietas rampai 910,95
gr dan tomat varietas amelia 715,27 gr dan jumlah populasi masing-masing
varietas 9 tanaman.
Pengunjung dirumah kaca hanya siswa/siswi yang kerja praktek
terdiri berasal dari SPP kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu Selatan dan
Kabupaten Kepahiang berjumlah 30 orang.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Visitor Plot perbenihan padi
1. Berdasarkan hasil pembinaan terhadap petani kooperator komponen teknologi
yang sudah di adopsi jumlah penggunaan benih, luas persemaian, cara
penyemaian dan cara tanam jajar legowo 4:1 dan untuk pertanaman ke dua
VUB Inpara 2 dan 5 petani kooperator ingin menerapkan jajar legowo 2:1.
2. Dampak dari kegiatan lapangan hasil panen penanaman pertama varietas
Inpari 13 dengan luas pertanaman 2 ha, terdiseminasi ke anggota kelompok
tani Harapan Jaya, Kelompok tani Sepakat, Kelompok tani Ulu Tebat,
Kelompok tani Serasan dan masyarakat umum seluas 37,4 ha setara dengan
980 kg benih
3. Sistem distribusi benih ditingkat petani melalui pranata sosial yang sudah
terbentuk lama yaitu pertukaran atau barter dalam bentuk gabah atau beras
dengan satuannya cupak atau kulak.
4. Visitor Plot perbenihan padi rawa Inpara 2 dan Inpara 5 di kelompok tani
Harapan Jaya desa Karang Anya seluas 2 ha sudah ditanam pada tanggal 29
November 2011 dan panen diperkiran pada minggu ke pertama bulan Maret
2012. Sedangan visitor plot perbenihan padi rawa Inpara 2 dan Inpara 5 di
lompok tani sidomulyo seluas 3 ha sudah ditanam pada tanggal 16 Desember
2012, panen diperkirakan pada minggu ke 4 bulan April 2012.
B. Saran
Plot kunjungan rumah kaca merupakan kegiatan rutin BPTP mendiseminasi
teknologi hasil penelitian dan pengkajian. Untuk itu peranan teknisi dirumah kaca
sangat penting. Teknisi sebagai pelaksana terhadap materi yang sudah dirancang
oleh peneliti dan penyuluh. Teknisi juga besar peranya terhadap pelayanan siswa
kerja praktek
17
VI. KINERJA HASIL DISEMINASI VISITOR PLOT
A. Manfaat
Tersosialisasinya varietas unggul baru padai Inpari 13, Inpara 2 dan
Inpara 5 melalui kegiatan visitor plot di Kecamatan Semidang Alas Maras dan
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Tersosialisasinya kegiatan rumah kaca
BPTP melalui Kerja Praktek siswa SPP Kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kabupaten Kepahiyang.
B. Dampak
1. Terdiseminasinya benih varietas Inpari 13 dari kegiatan visitor plot penanaman
2 ha menjadi 37,4 seluas setara dengan 980 kg benih kepada anggota
kelompok tani Harapan Jaya, Kelompok tani Sepakat, Kelompok tani Ulu Tebat,
Kelompok tani Serasan dan masyarakat umum seluas 37,4 ha di desa Krang
Anyar dan sekitarnya.
2. Terdiseminasikan varietas Inpara 2 dan 5 melalui sosialisasi/temu lapang
18
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010. Petunjuk Pelaksanaan. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Fauzia, S., 2002. Revitalisasi Fungsi Informasi dan Komunikasi serta Diseminasi
Luaran BPTP. Ekspos dan seminar Teknologi Pertanian Spesifik lokasi, 14-15 Agustus 2002 di Jakarta. Puslitbang Sosek,23 halaman
Popkin, L. Samuel, 1979 dalam Kurnia Suci, 2000. Analisis Preferensi Petani
Terhadap Karakteristik Teknologi Padi Ladang (Kasus di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Rogers dan schoemaker , 1987, dalam Kurnia Suci, 2000. Analisis Preferensi
Petani Terhadap Karakteristik Teknologi Padi Ladang (Kasus di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Tubbs, L. Stewart dan S. Moss, 2000 dalam Kurnia Suci, 2000. Analisis Preferensi
Petani Terhadap Karakteristik Teknologi Padi Ladang (Kasus di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Wirawan, et. al. 2002 dalam www.litbang.deptan.go.id).
19
LAMPIRAN FOTO
Foto 1. Anggota tim sedang memberikan contoh cara menaburkan benih padi di
persemaian
Foto 2. Anggota tim sedang menunjukkan jalur legowo 4:1 pada ketua kelompok
petani kooperator
20
Foto 3. Padi umur lima hari setelah tanam
Foto 4. Umur padi 3 minggu setalah tanam
21
Foto 5. Anggota tim kegiatan sedang pemantauan hama pianggang
Foto 6. Kondisi pertanaman Varietas Inpari 13 mengalami kekuranga air
22
Foto 7. Anggota tim sedang memeriksa gabah pada malai dampak kekeringan
Foto 8. Anggota tim dan petani Kooperator persiapan ubinan 4 x 2 meter
23
Foto 9. Pelaksanaan panen padi inpari 13
Foto 10. Teknisi BPTP sedang mendemokan cara penggunaan caplak roda pada Penanam varietas Inpara 2 dan 5 di Kelompok Harapan Jaya
24
Foto 11. Hasil Penanaman Legowo 4:1 dan 2:1 padi Inpara 2 dan Inpara 5
25
Foto 12. Varietas Inpara 2 dan 5 umur 30 HST
26
Foto 13. Peserta sosialisasi/temu lapang padi rawa sedang mengamati padi rawa dan Caplak roda
27
Foto 14. Kedelai varietas Anjas moro
Foto 15. Cabai varietas Lembang 1
28
Foto 16. Tomat/Cung Rampai
Foto 17. Tomat Mutiara
29
Foto. 18. Teknisi rumah kaca dan tukang kebun mempersiap lahan sekitar rumah kaca untuk penanaman kedele
Foto 19. Buah tomat dataran rendah
30
Foto 20. Siswa SPP Lebong Kerja Praktek Di Rumah Kaca BPTP di bimbing oleh Peneliti, penyuluh dan Teknisi BPTP