KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum fenomena dasar bidang konstruksi dan perancangan khususnya “DEFLEKSI” ini tepat pada waktunya. Pertama-tama penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang berperan penting dalam membantu dan memberikan arahan tentang cara penulisan laporan ini dengan baik dan benar. Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehinggamasih terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih dapat menyempurnakan laporan ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih. i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum
fenomena dasar bidang konstruksi dan perancangan khususnya “DEFLEKSI” ini
tepat pada waktunya.
Pertama-tama penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
yang berperan penting dalam membantu dan memberikan arahan tentang cara
penulisan laporan ini dengan baik dan benar.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehinggamasih
terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
lebih dapat menyempurnakan laporan ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Pekanbaru, November 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiDAFTAR GAMBAR..............................................................................................ivBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Tujuan Praktikum......................................................................................11.1 Manfaat Praktikum....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Teori Dasar................................................................................................3
2.1.1 Jenis-Jenis Tumpuan..........................................................................52.1.2 Jenis-jenis pembebanan......................................................................72.1.3 Metode Perhitungan Defleksi.............................................................8
2.2 Aplikasi...................................................................................................13BAB III METODOLOGI
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Data.........................................................................................................194.3 Pembahasan.............................................................................................27
4.3.1 Perbandingan defleksi menggunakan Tumpuat Jepit dan Rol (Tumpuan Rol diujung ).................................................................................274.3.2 Perbandingan defleksi menggunakan Tumpuan Engsel dan Rol.....294.3.3 Perbandingan defleksi menggunakan Tumpuan Jepit dan Rol (Tumpuan rol ditengah).................................................................................30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan..............................................................................................335.2 Saran........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kondisi Sebelum Dan Sesudah......................................................3Gambar 2.2 Sketsa Tumpuan Engsel.................................................................5Gambar 2.3 Sketsa Tumpuan Jepit.....................................................................5Gambar 2.4 Sketsa Tumpuan Rol......................................................................6Gambar 2.5 Defleksi aksial................................................................................6Gambar 2.6 Defleksi lateral secara tegak lurus penampang..............................7Gambar 2.7 Defleksi karena adanya momen puntir...........................................7Gambar 2. 8 Beban terpusat.....................................................................................7Gambar 2.9 Beban terbagi merata......................................................................8Gambar 2.10 Beban bervariasi uniform...............................................................8Gambar 2. 11Kurva Elastis......................................................................................9Gambar 2.12 Sketsa Metode Luas Momen........................................................11Gambar 2. 13 Metode superposisi..........................................................................13Gambar 3.1 Alat Uji Defleksi..........................................................................15Gambar 3.2 Beban............................................................................................15Gambar 3.3 Batang uji.....................................................................................16Gambar 3.4 Dial Indicator................................................................................16Gambar 3.5 Mistar............................................................................................16Gambar 3.6 Jangka Sorong..............................................................................17Gambar 3.7Alat Uji................................................................................................18Gambar 4.9 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan jepit dan
rol plat silver.................................................................................27Gambar 4.10 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan jepit dan
rol plat hijau..................................................................................28Gambar 4.11 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan jepit dan
rol batang silindris........................................................................28Gambar 4.12 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol plat prismatik (Silver)......................................................29Gambar 4.13 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol plat prismatik (Hijau).......................................................29Gambar 4.14 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol batang silindris.................................................................30Gambar 4.15 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol plat prismatik.(Silver)......................................................30Gambar 4.16 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol plat prismatik (Hijau).......................................................31Gambar 4.17 perbandingan defleksi teoritis dengan pratikum tumpuan engsel
dan rol batang silindris................................................................31
iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian defleksi penting dilakukan pada balok, untuk mengetahui
defleksi yang menjadi salah satu faktor bagi perancang konstruksi mesin maupun
bangunan dalam mendapatkan konstruksi yang kokoh atau mampu menerima
beban sesuai rancangan.
Bagi mahasiswa Teknik Mesin yang mempelajari mekanika teknik, dan
mengikuti pratikum fenomena dasar, penentuan defleksi menjadi pengetahuan
dasar yang harus dimiliki untuk dapat merancang suatu konstruksi mesin.
Dalam perencanaan sangat penting diperhatikan dalam adalah perhitungan
defleksi/lendutan dan tegangan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segikekakuan (stiffness) dan
kekuatan (strength), dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara
lateral akan mengalami defleksi.
Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami
pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Beberapa tujuan praktikum ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengetahui fenomena defleksi pada batang prismatik.
2. Membuktikan kebenaran rumus-rumus defleksi teoritis dengan hasil
percobaan.
1
1.1 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari partikum pengujian defleksi sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui fenomena yang terjadi akibat adanya defleksi.
2. Dapat dijadikan acuan untuk pengukuran nilai defleksi suatu balok.
3. Membantu mahasiswa dan perancang untuk menentukan defleksi suatu
balok.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Defleksi adalah perubahan bentuk pada batang dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada batang atau batang. Deformasi pada
batang secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi batang dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis
dari batang.
Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila padanya
diberikan beban yang cukup besar. Lendutan bantang untuk setiap titik dapat
dihitung dengan menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk
mengukur gaya digunakan Load Cell. Lendutan batang memegang peranan
penting dalam konstruksi terutama konstruksi mesin, dimana pada bagian-bagian
tertentu seperti pada poros, lendutan sangat tidak diinginkan.
Karena adanya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak
normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada
bagian yang lainnya. Dalam mendesain suatu barang, perhatian tidak hanya
ditujukan pada tegangan yang timbul akibar reaksi pembebanan, tetapi juga pada
defleksi yang ditimbulkan oleh beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan
bahwa defleksi maksimum tidak boleh melampaui suatu bagian kecil tertentu dari
rentang batang. Besar kecilnya lendutan yang dialami suatu batang dipengaruhi
oleh beberapafaktor, utamnya:
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
3
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda.
Defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin
(pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki
kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope
yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope
titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban
titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja).Salah satu faktor yang
sangat menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah
jenis tumpuan yang digunakan.
2.1.1 Jenis-Jenis Tumpuan
Adapun jenis-jenis tumpuan yang digunakan sebagai berikut :
1.Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal
maupun gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang berpasak mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya
reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam
arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertikal. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol atau penghubung, maka perbandingan antara
komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.
4
Gambar 2.2 Sketsa Tumpuan Engsel
2. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok
ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke
dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.
Gambar 2.3 Sketsa Tumpuan Jepit
3. Tumpuan Rol.
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang bisa menahan komponen gaya vertikal
yang bekerja padanya.
Gambar 2.4 Sketsa Tumpuan Rol
5
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.
Gambar 2.5 Defleksi aksial
dari hukum hooke:
(3.1)
2. Defleksi lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.
Gambar 2.6 Defleksi lateral secara tegak lurus penampang
6
3. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan ketelitian
dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu yang ditumpu akan
melendut jika mengalami beban lentur.
Gambar 2.7 Defleksi karena adanya momen puntir
2.1.2 Jenis-jenis pembebanan
Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban yaitu :
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknyakecil.
Gambar 2.1Beban terpusat
3. Beban terbagi merata
Disebut beban terbaf\gi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalam qm (kg/m atau KN/m)
7
Gambar 2.2 Beban terbagi merata
4. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.
Gambar 2.3 Beban bervariasi uniform
2.1.3 Metode Perhitungan Defleksi
Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara lain :
1. integrasi ganda
2. Luas momen
3. Superposisi
1. Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut kurva
elastis balok (lihat gambar).Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana
menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y
dari setiap titik dengan terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas
positif.Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang
original balok dengan proyeksi panjang lendutannya.Konsekwensinya kurva
8
elastis sangat datar dan kemiringannya pada setiap sangat kecil. Harga
kemiringan, tan q =dy / dx , dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama
dengan q, oleh karena itu
(3.3)
dan (3.4)
Gambar 2.4 Kurva Elastis
(3.5)
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis sangat
datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari persamaan (3.5) dan
(3.4) kita peroleh
atau
(3.6)
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah
(3.7)
Dengan menyamakan harga dari persamaan (d) dan (e), kita peroleh
9
(3.8)
Persamaan 3.8 dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis balok.
Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.
Apabila persamaan 3.8 diintegrasi, andaikan EI diperoleh
(3.9)
Persamaan 3.9 adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan
kemiringan atau harga dy/ dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M
menyatakan persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan
C1adalah konstanta yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang
integrasi persamaan (3.9) untuk memperoleh
(3.10)
Persamaan 3.10 adalah persamaan lendutan kurva elastis yang dikehendaki
guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah konstanta integrasi
lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan pembebannya. Apabila
kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka persamaan momen akan
berubah pula. Kasus ini membutuhkan penulisan sebuah persamaan momen secara
terpisah antara setiap perubahan titik pembebanan dua integrasi dari persamaan
3.8 dibuat untuk setiap persamaan momen seperti itu.Pengevaluasian konstanta
integrasi menjadi sangat rumit.Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu
untuk seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.
2. Metode Luas Momen
Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas.
Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi
ganda. Gambar 3.9a memperlihatkan sebuah balok sederhana yang mendukung
satu titik pembebanan. Kurva elastis merupakan pandangan samping permukaan
netral dan diperlihatkan pada gambar 3.9b, dengan lendutan yang diperbesar,
diagram momen dianggap seperti gambar 3.9c. Pada gambar 3.9b terlihat bahwa
jarak busur diukur sepanjang kurva elastis antara dua penampang sama dengan r
10
´dq , dimana r adalah jari-jari lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu.
Dari persamaan momen lentur diperoleh:
(3.11)
karenads = r dq , maka
atau
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada kesalahan
serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx. Dengan
anggapan itu kita peroleh
Gambar 2.5 Sketsa Metode Luas Momen
perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik
sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:
Dicatat juga bahwa pada gambar 3.9b jarak dari B pada kurva elastis (diukur
tegak lurus terhadap kedudukan balok original) yang akan memotong garis
11
singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasandt
yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap
pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan
olehsudut dq :
dt= xdq
oleh karena itu
Dengan memasukkan harga dq kepersamaan (b), diperoleh
Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang
ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Gambar 3.9
menunjukkan bahwa penyimpangan diukur dari B relatif terhadap garis
singgungacuan yang ditarik dari A. Gambar 3.9 menggambarkan perbedaan antara
tb/a dari A dari garis singgung acuan pada B. Secara umum penyimpangan seperti
ini
tidak sama.
Pengertian geometris persamaan (c) dan (d) mengembangkan dasar teori
metode momen luas dari diagram momen pada gambar 9.9c kita melihat bahwa M
dxadalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinat melalui
B karena integral M dx berarti jumlah elemen, persamaan (c) bisa
dinyatakan sebagai,
(3.12)
3. Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja.Karena itu, penyelesaian persamaan untuk
bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi. Jadi defleksi balok
akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan
superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri
12
Berlaku analog
Gambar 2.6 Metode superposisi
2.2 Aplikasi
Aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat
luas,mulai dari perancangan poros transmisi sebuah kendaraan bermotor
ini,menujukkanbahwa pentingnya analisa lendutan batang ini dalam perancangan.
Sebuahkonstruksi teknik,berikut adalah beberapa aplikasi dari lendutan batang :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
sangat penting.Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.
13
Gambar 2. 7 Jembatan
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial.
Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi.Defleksi
yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan sumbu
poros akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda
gigi. Selain itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
Gambar 2. 8 Poros Transmisi
3. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas
yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan
analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material
atau batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk mencegah terjadinya defleksi
secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-
menerus.
14
Gambar 2. 9 Pesawat Terbang
4. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit
pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material kemungkinan
untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya
bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut (James M.Gere
1978).
15
BAB IIINETODOLOGI
3.1 Peralatan
1. Alat uji defleksi
Gambar 3.1 Alat Uji Defleksi
2. Beban
Beban yang digunakan untuk memberikan gaya luar pada batang.beban
yang digunakan sebesar 1,12 kg.
Gambar 3.2 Beban
3.Batang uji
Batang yang digunakan sebagai alat uji defleksi. Batang uji yang
digunakan yakni 2 buah plat prismatik yang berbeda ukuran dan satu buah batang
silinder.
16
Gambar 3.3 Batang uji
4. Dial Indicator
Dial indicator berfungsi sebagai alat ukur defleksi.
Gambar 3.4 Dial Indicator4. Mistar
Digunakan untuk mengukur panjang batang sekaligus mengatur letak
beban yang diinginkan.
Gambar 3.5 Mistar
17
5. Jangka sorong
Gambar 3.6 Jangka Sorong
3.2 Prosedur Praktikum
Adapun langkah-langkah pengujian dan pengambilan data pada alat uji
defleksi sebagai berikut:
1. Susunlah perangkat pengujian defleksi sebelum dilakukan pengujian.
2. Perangkat pengujian dirangkai untuk tumpuan engsel dan rol.
3. Spesimen uji diletakkan diatas tumpuan engsel dan rol.
4. Massa beban diletakkan pada titik tengah pada batang uji.
5. Pengujian dilakukan pada 3 titik yang bervariasi
6. Defleksi yang terjadi pada spesimen uji diukur menggunakan alat
ukur dial indicatorpada titik yang telah ditentukan.
7. Tumpuan rol dipindahkan keposisi tengah dan massa beban
diletakkan diujung spesimen uji.
8. Langkah 5 dilulangi
9. Spesimen uji diganti dengan spesimen uji kedua kemudian langkah 3
sampai 7 diulangi.
10. Spesimen uji diganti dengan spesimen uji ketiga kemudian langkah 3
sampai 7 diulangi.
11. Kemudian tumpuan engsel diganti dengan tumpuan jepit.
12. Spesimen uji pertama dipasang dan langkah 3 sampai 7 diulangi.
13. Spesimen uji kedua dipasang dan langkah 3 sampai 7 diulangi.
14. Spesimen uji ketiga dipasang dan langkah 4 sampai 7 diulangi.
15. Lakukan pengolahan data yang didapat.
18
16. Kemudian bandingkan hasil defleksi secara pengujian dan teoritis.
Pengujian tegangan dan defleksi dapat dilihat pada gambar.
Gambar 3.7 Alat UjiKeterangan:
1. Gantungan Beban
2. Kerangka Utama
3. Dial Indicator
4. Tumpuan Engsel
5.Tumpuan Rol
6.Beban
7.Tumpuan Jepit
8.Benda Uji
3.3 Asumsi-asumsi
1. Defleksi hanya disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap sumbu balok,
2. Defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang
baloknya.
Bentuk yang terjadi pada batang diantar akan tetap berupa bidang datar walaupun
telah terdeformasi.
19
2
8
1
4
3
7
6
5
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Data yang diperoleh selama pratikum adalah besarnya defleksi percobaan
dan jarak antara masing-masing nilai x dalam percobaan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pengujian Tumpuan Jepit dan Rol Dengan Beban Ditengah