Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR INDEKS KUALITAS TANAH DAN PENGARUH BAHAN AMELIORAN TERHADAP MUATAN KOLOID DAN FISIKOKIMIA TANAH PADA LAHAN KERING SUBOPTIMAL KABUPATEN ACEH BESAR Tim Peneliti Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S. (NIP. 196211171987021001) Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. (NIP. 196109141986022001) Ir. Khairullah, M.Agric Sc. (NIP. 196505201992031007) Dibiayai oleh: Universitas Syiah Kuala, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Profesor Tahun Anggaran 2019 Nomor: 520 /UN11/SPK/PNBP/2019 Tanggal 8 Februari 2019 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2019
115

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

Oct 23, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

INDEKS KUALITAS TANAH DAN PENGARUH BAHAN AMELIORAN

TERHADAP MUATAN KOLOID DAN FISIKOKIMIA TANAH PADA

LAHAN KERING SUBOPTIMAL KABUPATEN ACEH BESAR

Tim Peneliti

Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S. (NIP. 196211171987021001)

Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. (NIP. 196109141986022001)

Ir. Khairullah, M.Agric Sc. (NIP. 196505201992031007)

Dibiayai oleh:

Universitas Syiah Kuala,

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Profesor

Tahun Anggaran 2019 Nomor: 520 /UN11/SPK/PNBP/2019

Tanggal 8 Februari 2019

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

OKTOBER 2019

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

INDEKS KUALITAS TANAH DAN PENGARUH BAHAN AMELIORAN

TERHADAP MUATAN KOLOID DAN FISIKOKIMIA TANAH PADA

LAHAN KERING SUBOPTIMAL KABUPATEN ACEH BESAR

Tim Peneliti

Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S. (NIP. 196211171987021001)

Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. (NIP. 196109141986022001)

Ir. Khairullah, M.Agric Sc. (NIP. 196505201992031007)

Dibiayai oleh:

Universitas Syiah Kuala,

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Profesor

Tahun Anggaran 2019 Nomor: 520 /UN11/SPK/PNBP/2019

Tanggal 8 Februari 2019

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

OKTOBER 2019

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR
Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

iii

RINGKASAN

Karakteristik muatan koloid tanah merupakan sifat fisikokimia yang sangat erat

kaiannya dengan kualitas tanah. Kualitas fisikokimia ini dapat ditingkatkan dengan

memberikan bahan amelioran yang berpengaruh baik terhadap muatan koloid. Penelitian

ini bertujuan untuk evaluasi indeks kualitas tanah dan mengkaji aplikasi jenis dan dosis

bahan maelioran terhadap status muatan koloid dan fisikokimia tanah serta pengaruhnya

terhadap pertumbuhan, serapan hara dan hasil tanaman jagung dan kedelai pada lahan

kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dalam rangka mengembangkan

sistem pertanian berkelanjutan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu untuk

mengevaluasi indeks kualitas tanah dan sifat fisikokimia tanah dari berbagai jenis tanah

(ordo) yang terdapat di lahan kering suboptimal Aceh Besar dan menggunakan percobaan

inkubasi di laboratorium dan percobaan di rumah kasa dengan indiukator tanaman jagung

dan kedelai. Pada percobaan laboratorium dan rumah kasa, penelitian ditata dengan

rancangan acak kelompok factorial yang dibuat dalam tiga seri percobaan.

Berdasarkan hasil evaluasi lapangan dan analisis laboratorium serta berdasarkan

hasil percobaan yang telah dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat

dihasilkan untuk sementara ini, yaitu:

(1) Indeks kualitas tanah (IKT) pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar

berbeda antar ordo tanah. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam

sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Indeks kualitas tanah di lahan kering

suboptimal Aceh Besar secara umum bervariasi dari kategori sedang hingga tinggi,

sedangkan status (tingkat) kesuburan tanah bervariasi dari kategori rendah hingga

tinggi. Sebagian besar ordo tanah yang mendominasi lahan kering Kabupaten Aceh

Besar seperti Entisols Jalin, Inceptisols Data Gaseu, Ultisol Jantho, dan Oxisols

Lembah Seulawah mempunyai IKT sedang dan kesuburan tanah rendah.

(2) Indeks kualitas tanah (IKT) tinggi dengan tingkat kesuburan sedang hingga tinggi

ditemukan pada Mollisols Krung Raya dan Andisols Saree.

(3) Sifat-fisikokimia tanah di lahan kering Aceh Besar umumnya dicirikan oleh reaksi

tanah yang masam hingga agak masam (kecuali pada Mollisols Krueng Raya),

memiliki nilai pHo atau titik muatan nol (PZC) lebih besar dari pH aktual sehingga

kualitas koloid tanah dinilai kurang baik. Kondisi ini juga ditandai dengan rendahnya

kandungan kation-kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) serta kejenuhan basa dan C

organik tanah.

(4) Hasil analisis data percobaan inkubasi laboratorium dan percobaan di rumah kaca

menggunakan indikator tanaman jagung dan kedelai menunjukkan adanya indikasi

pengaruh dari aplikasi amelioran berbeda jenis dan dosis terhadap sifat fisikokimia

tanah dan keragaan tanaman. Pemberian Kompos, biochar, dan SP-36 secara umum

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

iv

memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap hasil jagung dan kedelai pada

ketiga ordo tanah (Andisols Saree, Inceptisols Cucum, dan Ultisols Jantho) dan

terendah pada Inceptisols Cucum.

(5) Pertumbuhan jagung pada tanah Ultisols Jantho lebih baik dibandingkan pada

Andisols Saree dan Inceptiols Cucum, sedangkan pertumbuhan dan hasil kedelai

lebih baik juga pada Ultisols Jantho dan terendah pada Andisols Saree.

(6) Secara umum berdasarkan hasil percobaan rumah kasa, maka pemberian 10 t/ha

Kompos + 10 t/ha Biochar memberikan pertumbuhan jagung dan hasil kedelai yang

lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.

(7) Kendala tingginya nilai PZC tanah dan kurang baiknya sifat fisikokimia tanah

(kesuburan rendah) pada sebagian besar jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal

Kabupaten Aceh Besar dapat diatasi dengan memberikan bahan amandemen organik

dan pemupukan yang berimbang. Bahan amendemen yang dipilih harus mampu

memperbaiki kualitas tanah dan ciri muatan koloid.

(8) Perlu dikaji lebih mendalam hubungan antara ciri muatan koloid dengan penjerapan

ion (adsorpsi) fosfat, sulfat, dan pelepasannya (desorpsi) pada beberapa ordo tanah

dengan menggunakan isoterm adsorpsi seperti Langmuir dan Freundlisch. Penelitian

yang sama juga perlu dilanjutkan kemampuan adsorpsi dari beberapa bahan

amelioran tanah seperti biochar, kapur, kompos, dan zeolit.

(9) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh residu amelioran terhadap

sifat-sifat tanah dan hasil tanaman khususnya jagung dan kedelai pada ketiga ordo

tanah yang diuji dari lahan kering Aceh Besar.

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

v

PRAKATA

Syukur kehadhirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, tim penulis telah dapat

menyelesaikan Laporan Akhir Penelitian Profesor yang berjudul “Indeks Kualitas Tanah

dan Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah

pada Lahan Kering Suboptimal Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini terlaksana atas

dukungan dana dari Program “Hibah Profesor 2019” dari Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Universitas Syiah Kuala dengan nomor kontrak: 520

/UN11/SPK/PNBP/2019, Tanggal 8 Februari 2019.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas

Syiah Kuala yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk mendapatkan hibah

professor 2018 sehingga dengan dukungan dana tersebut, penelitian ini dapat terlaksana

dengan baik. Ucapan yang sama juga kami sampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsyiah atas petunjuk dan pengarahannya sehingga

penelitian ini terlaksana sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Terima kasih juga kami

sampaikan kepada Kepala Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala beserta staf analisisnya yang telah membantu dalam analisis

sampel tanah serta Kepala/Pengelola Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah yang

telah memberi izin untuk menggunakan lokasi untuk pelaksanaan percobaan.

Kepada Dr. Ir. Hairul Basri, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Syiah Kuala yang telah memberi izin untuk menunjuk beberapa

mahasiswa agar dapat diikutkandalam penelitian ini kami menghaturkan terima kasih. Kami

juga menyampaikan terima kasih kepada para mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Unsyiah yaitu Tri Chairina, Mona Mislia, dan Raimi Nazifa yang telah

ikut serta dalam kegiatan penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada saudara

Umar dan Fakhruddin masing-masing sebagai mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian

dan Program Magister Konservasi Sumberdaya Lahan atas segala bantuan yang telah

diberikan khususnya dalam membantu penyiapan Rumah Kasa di lapangan. Kepada Dr. Ir.

Teti Arabia, MS. dan Ir. Khairullah, M.Agric Sc. selaku anggota tim peneliti, kami juga

mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik sehingga penelitian dapat terlaksana

dengan lancar.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami

dengan tulus menerima segala bentuk kritikan dan saran serta koreksi untuk perbaikan.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, publikasi, dan

pengembangan teknologi pertanian khususnya di bidang ilmu tanah.

Banda Aceh, 28 Oktober 2019

Penulis

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN iii

PRAKATA iv

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Lahan Kering Suboptimal dan Permasalahannya 3

2.2. Konsep Pengelolaan Lahan Kering 4

2.3. Pengaruh Jenis Amelioran terhadap Kualitas Tanah 4

2.4. Indeks Kualitas Tanah 5

2.5. Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering 7

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 10

3.1. Tujuan Penelitian 10

3.2. Manfaat Penelitian 10

BAB 4. METODE PENELITIAN 11

4.1. Tempat dan Waktu 11

4.2. Bahan dan Alat 11

4.3. Metode Penelitian 11

4.3.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah 12

4.3.2. Percobaan Inkubasi Laboratorium 15

4.3.3. Percobaan Rumah Kasa 19

BAB 5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI 23

5.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah pada Lahan Kering Aceh Besar 23

5.1.1. Deskripsi Ordo Tanah 23

5.1.2. Indeks Kualitas Tanah 25

5.1.3. Status Kesuburan Tanah 27

5.1.4. Sifat-sifat Kimia Tanah 28

5.2. Pengaruh Amelioran Terhadap Muatan Koloid dan

Fisikokimia Tanah 31

5.2.1. Status Muatan Koloid 31

5.2.2. Sifat Fisikokimia Tanah 33

5.3. Pengaruh Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Serapan

Hara Tanaman Jagung 38

5.3.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung 38

5.3.2. Serapan Hara 42

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

vii

5.4. Pengaruh Jenis dan Dosis Amelioran Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Kedelai 44

5.4.1. Pertumbuhan Tanaman 44

5.4.2. Hasil Kedelai 45

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 46

7.1. Simpulan 46

7.2. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN 56

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Modifikasi indikator, sekor dan batas-batas fungsi asesmen 12

Tabel 2. Kriteria kualitas tanah didasarkan pada skor indeks kualitas tanah

(IKT) 12

Tabel 3. Nama subgroup tanah dan lokasi pengambilan sampel tanah pada

lahan kering Kabupaten Aceh Besar 13

Tabel 4. Kombinasi perlakuan jenis amelioran dan jenis tanah yang

digunakan dalam percobaan 16

Tabel 5. Klasifikasi subgroup tanah menurut Soil Survey Staff (2014) dari

beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 24

Table 6. Parameter indeks kualitas tanah (IKT) pada beberapa ordo tanah

di lahan kering suboptimal Aceh Besar 25

Table 7. Perhitungan indeks kualitas tanah yang didasarkan pada fungsi

tanah dan kajian indikator pada setiap ordo tanah di lahan kering

Aceh Besar 25

Table 8. Hasil perhitungan skor indikator dan indeks kualitas tanah

berdasarkan fungsi-fungsi tanah 26

Table 9. Status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering

Aceh Besar 27

Tabel 10. Nilai pH tanah, kandungan C dan N serta P tanah pada setiap

lapisan horizon pada beberapa ordo tanah di lahan kering

suboptimal Aceh Besar 29

Tabel 11. Kandungan kation basa tertukar, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan

DHL tanah pada setiap lapisan horizon pada beberapa ordo tanah

di lahan kering suboptimal Aceh Besar 30

Tabel 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik

muatan nol (PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar 31

Tabel 13. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik

muatan nol (PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar 32

Tabel 15. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap KTK

tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimalAceh Bes 33

Tabel 16. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

kandungan C dan N tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar 34

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

ix

Tabel 17. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

kandungan kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) pada tiga ordo

tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar 35

Tabel 18. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

jumlah kation dan kejenuhan basa tanah pada tiga ordo tanah dari

lahan kering suboptimal Aceh Besar 36

Tabel 19. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

kandungan Al-dd, H-dd, dan kejenuhan Al pada tiga ordo tanah

dari lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar 37

Tabel 20. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi

tanaman jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam

(HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh

Besar 38

Tabel 21. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

konsentrasi N, P, dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45

hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar 42

Tabel 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

Serapan N, P, dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari

setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar 43

Tabel 23. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap

tinggi tanaman kedelai umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah

tanam (HST) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal

Aceh Besar 44

Tabel 24. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi

tanaman umur 48 HST dan komponen hasil kedelai pada tiga ordo

tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar 45

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang Profil Tanah pada beberapa lokasi lahan kering

suboptimal di Kabupaten Aceh Besar 24

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi profil Inceptisol Data Gaseu (P1) 57

Lampiran 2. Deskripsi profil Entisol Jalin Atas (P3) 58

Lampiran 3. Deskripsi profil Andisol Saree (P4) 59

Lampiran 4. Deskripsi profil Oxisol Saree Bawah (P5) 60

Lampiran 5. Deskripsi profil Mollisol Lamreh/Krueng Raya (P7) 61

Lampiran 6. Deskripsi profil Ultisol Jantho/Jalin (P8) 62

Lampiran 7. Layout atau Denah Percobaan Inkubasi Pengaruh

Amelioran terhadap Status Muatan Koloid dan Fisikokimia

Tanah 63

Lampiran 8. Kompilasi Data Hasil Analisis Laboratorium dari

Percobaan Inkubasi 64

Lampiran 9. Kandungan C organik tanah pada berbagai perlakuan

pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 66

Lampiran 10. Kandungan pH H2O tanah pada berbagai perlakuan

pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 67

Lampiran 11. Kandungan pH KCl tanah pada berbagai perlakuan

pemberian amelioran berbeda jenis dan dosis 68

Lampiran 12. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 70

Lampiran 13. Tinggi Tanaman 14 HST akibat Pemberian Bahan

Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 72

Lampiran 14. Tinggi Tanaman 21 HST akibat Pemberian Bahan

Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 71

Lampiran 15. Tinggi Tanaman 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran

terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan

Kering Aceh Besar 74

Lampiran 16. Tinggi Tanaman 35 HST akibat Pemberian Bahan

Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 75

Lampiran 17. Tinggi Tanaman 42 HST akibat Pemberian Bahan

Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 76

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

xii

Lampiran 18. Kandungan Nitrogen Tanaman Jagung pada Berbagai

Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 77

Lampiran 19. Kandungan Fosfor Tanaman Jagung pada Berbagai

Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran g pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 77

Lampiran 20. Kandungan Kalium Tanaman Jagung pada Berbagai

Perlakuan Pemberian Bahan Amelioran pada 3 Ordo

Tanah di Lahan Kering Aceh Besar 79

Lampiran 21. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar 80

Lampiran 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis

terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tiga ordo

tanah Aceh Besar 81

Lampiran 23. Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 83

Lampiran 24. Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 84

Lampiran 25. Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 85

Lampiran 26. Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 86

Lampiran 27. Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai 87

Lampiran 28. Tinggi tanaman kedelai umur 49 hari setelah tanam pada

berbagai perlakuan pemberian bahan amelioran dan ordo

tanah pada lahan kering Aceh Besar 88

Lampiran 29. Jumlah daun kedelai pada umur 34 hari setelah tanam pada

berbagai perlakuan pemberian amelioran dan ordo tanah

pada lahan kering Aceh Besar 89

Lampiran 30. Jumlah polong kedelai pada umur 60 hari setelah tanam

pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah pada lahan

kering Aceh Besar 90

Lampiran 31. Bobot kering biji kedelai pada setiap perlakuan amelioran

dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar 91

Lampiran 32. Hasil Kedelai per hektar pada setiap perlakuan amelioran

dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar 92

Lampiran 33. Deskripsi varietas Jagung BISI 93

Lampiran 34. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro 94

Lampiran 35. Foto-foto Kegiatan Penelitian Lapangan dan Rumah Kasa. 95

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki lahan kering suboptimal yang masih cukup luas untuk

dikembangkan sebagai sasaran perluasan areal pertanian. Lahan kering ini tersebar luas di

Seluruh Kepulauan Nusantara, yang masih berpotensi menjadi sasaran perluasan areal

pertanian luasnya diperkirakan sekitar 122,05 juta hektar (Mutilaksono dan Anwar, 2014).

Di Provinsi Aceh, luas lahan kering yang belum digarap dengan baik diperkirakan mencapai

89.227,34 hektar (Pusat Data Informasi Pertanian, 2016) dan di Kabupaten Kabupaten Aceh

Besar potensi lahan kering diperkirakan mencapai 530.638 hektar, dan yang telah digarap

oleh masyarakat hanya sekitar 2.563 hektar (BPTP Aceh, 2015). Selebihnya merupakan

lahan terlantar atau lebih dikenal dengan lahan tidur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sufardi et al. (2018) menemukan bahwa ada

beberapa ordo tanah yang terdapat pada lahan kering di Kabupaten Aceh Besar yaitu Entisol,

Inceptisol, Andisol, Ultisol, Oxisol, dan Mollisol. Lahan kering ini sebagian telah digunakan

untuk usahatani tegalan, kebun campuran dan lahan pengembalaan serta ada yang masih

berupa hutan sekunder/semak belukar. Hasil analisis kimia tanah pada beberapa ordo tanah

tersebut ditemukan ada beberapa kendala yang menyebabkan tingkat kesuburan tanah di

lahan kering Kabupaten Aceh tergolong rendah, seperti rendahnya bahan organik dan N total

tanah, rendahnya jumlah kationa basa (Ca, Mg, dan K) tertukar, serta rendahnya P tersedia

dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) (Sufardi et al., 2017) sehingga secara umum kualitas

tanah tergolong rendah terutama ordo Ultisol, Inseptisol, dan Entisol (Martunis et al., 2016).

Hal ini menunjukkan bahwa hambatan utama dalam mendayagunakan lahan kering untuk

pertanian adalah tingkat kesuburan tanah rendah disebabkan oleh kendala kimia yang

membatasi pertumbuhan tanaman (Agus et al., 2001, Sanchez, 2004; Sufardi et al., 2017),

sehingga lahan ini diidentikasi sebagai lahan suboptimal (Lakitan dan Gofar, 2013).

Dari aspek fisikokimia tanah, permasalahan yang mendasar pada lahan kering yang

berkembang di iklim tropika basah adalah sistem koloid tanah yang kurang baik (Gillman,

1984; Arifin, 2011, Sposito, 2010). Koloid tanah di lahan kering suboptimal umumnya

didominasi oleh sistem muatan variabel karena tersusun atas mineral kalolinit (tipe 1:1) dan

oksida-hidoksi Fe dan Al sebagai komponen mineral liat yang dihasilkan dari pelapukan

tanah yang telah terjadi secara intensif (Bohn et al, 2005; Sposito, 2010). Di samping itu,

secara alami kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat menurun, mencapai 30-60%

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

2

dalam waktu 10 tahun (Suriadikarta et al. 2002). Akibatnya, tanah-tanah dilahan kering

suboptimal diperkirakan memiliki potensial muatan yang rendah yang diindikasi dengan

titik muatan nol (PZC) yang tinggi (Gillman, 1984).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kausar (2017) menunjukkan bahwa nilai PZC

tanah pada dua ordo tanah (Ultisol dan Andisol) yang terdapat di Aceh Besar memiliki PZC

tinggi (PZC = 5-6). Hal ini disebabkan karena komposisi mineral liat pada sebagian besar

tanah yang terdapat pada lahan kering Kabupaten Aceh Besar tersusun atas mineral tipe 1:1

(kaolinit, metahalysit) dan oksida hidrat Al dan Fe seperti gibsit, goethit, lepidokrosit, dan

mineral lainnya yang secara kimia memiliki PZC tinggi. Berdasarkan ciri ini, maka untuk

meningkatkan kualitas tanah, perlu diberikan bahan-bahan amelioran yang yang dapat

meningkatkan muatan negatif pada permukaan koloid tanah sehingga dapat menurunkan

status PZC tanah. Bahan tersebut antara lain bahan organik, sulfat, fosfat, dan silikat karena

secara alami, bahan-bahan amelioran ini memiliki status muatan nol rendah, sehingga jika

diaplikasikan ke dalam tanah dapat memodifikasi PZC tanah menjadi lebih rendah dari pH

aktual (Uehara dan Gillman, 1981, Gillman, 1984, Sposito, 2010). Informasi tentang status

PZC dari bahan-bahan ameliorant/pembenah tanah dan pengaruhnya terhadap fisikokimia

tanah masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan kajian yang mendasar dan terapannya

pada lahan kering suboptimal.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan Kering Suboptimal dan Permasalahannya

Di Indonesia, lahan kering suboptimal dianggap sebagai lahan potensial untuk

ekspansi pertanian, namun secara biofisik, namun lahan ini banyak permasalahannya

sehingga sering disebut sebagai lahan suboptimal yang dulu dijuluki dengan lahan marjinal

(Lakitan dan Gofar, 2013). Jika lahan kering dapat dikelola dengan baik, peningkatan produksi

pertanian pada lahan tersebut menjadi harapan besar pada masa mendatang. Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat (2004) telah memetakan lahan kering Indonesia pada sekala tinjau.

Hasil pemetaan menunjukkan bahwa sebagian besar lahan kering Indonesia didominasi oleh

ordo Ultisol, Inceptisol, Oxisol, Spodosol, Alfisol, dan Andisol, sedangkan selebihnya

adalah Entisol dan Vertisol. Tanah-tanah ini umumnya didominasi oleh mineral liat 1:1 dan

oksida-hidrat dari Al dan Fe dan campuran antara mineral tipe 2:1 dengan gibbsit yang

mempunyai muatan koloid tidak tetap, sedangkan pada Andisol didominasi oleh mineral liat

jenis alofan, imogolit, dan ferihidrit (Theng, 1980; Gillman, 1984; Sanchez, 2004).

Kelompok tanah-tanah di atas menurut Uehara dan Gillman (1981) dikelompokkan

sebagai tanah-tanah bermuatan variabel (soil with variable charge), karena sistem muatan

koloidnya tergantung pada pH dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerapan muatan

permukaan. Tanah ini mempunyai faktor pembatas ganda bagi pertumbuhan tanaman, yaitu

terbatasnya ketersediaan air, kelangkaan bahan organik, bereaksi masam hingga sangat

masam (pH<5,5), keracunan Al dan Mn, tingginya fiksasi fosfat (P), defisiensi unsur hara

N, P, K, Ca, Mg, dan Mo, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tukar anion (KTA)

tinggi, dan stabilitas agregat yang rendah sehingga mudah tererosi (Sufardi et al., 2016).

Koloid tanah merupakan partikel tanah yang berukuran sangat halus (<0,001 mm) yang

mempunyai muatan permukaan (Sposito, 2010). Dengan adanya muatan pada permukaan

partikel, maka koloid dapat berfungsi sebagai penjerap ion, air, dan senyawa-senyawa organik

yang sangat penting di dalam tanah (Bohn et al., 2005). Lebih lanjut Bohn et al. (2005)

menyatakan bahwa muatan dalam tanah dapat dibagi menjadi muatan tetap dan muatan berubah.

Muatan tetap ialah muatan yang tidak terpengaruh oleh perubahan pH tanah dan muatan ini

umumnya bersumber dari mineral liat tanah tipe 2:1 dan 1:1 yang ditimbulkan melalui proses

substitusi isomorfik (Greenland dan Mott, 2013). Muatan berubah (tidak tetap) adalah muatan

tanah yang berasal dari disosiasi oksida-hidroksida Al dan Fe dan ionisasi gugus fungsional

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

4

bahan organik sehingga muatan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan pH dan faktor-faktor

yang menentukan kerapatan muatan koloid (Gillman, 1984). Konsep muatan berubah ini telah

dikembangkan oleh Uehara dan Gillman (1981) dengan memadukan teori Gouy-Chapman

dengan teori Nernst, yang menyatakan bahwa ciri-ciri tanah bermuatan berubah, dapat

dijelaskan dengan persamaan berikut:

v = 2kT 1/ 2 sinh 1,15 z (pHo - pH) (1)

dengan v adalah kerapatan muatan berubah pada permukaan koloid (e.s.u.cm-2). Berdasarkan

persamaan di atas, parameter (pHo-pH) merupakan petunjuk untuk tanda muatan berubah dari

komponen-komponen tanah. Jika pH aktual<pHo, koloid tanah bermuatan positif,

sebaliknya, jika pH aktual>pHo, koloid tanah bermuatan negatif, dan jika pH aktual sama

dengan pHo, muatan tanah adalah nol (Uehara dan Gillman, 1981). Pada titik pHo tersebut,

jumlah anion sama dengan jumlah kation atau dengan kata lain tidak ada muatan (jumlah

muatan berubah sama dengan nol).

2.2. Konsep Pengelolaan Lahan Kering

Berdasarkan konsep muatan berubah, ameliorasi tanah merupakan konsep

pengelolaan lahan khususnya pada lahan kering suboptimal. Ameliorasi suatu tindakan yang

perlu dilakukan untuk melakukan perubahan pada sistem koloid tanah muatan berubah dapat

memberikan pengaruh positif pada tanah (Sufardi, 2010). Oleh karena itu, setiap bahan

amelioran yang dipilih perlu dilihat bagaimana efeknya terhadap karakteristik muatan koloid

tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai pHo tanah-tanah yang telah berkembang

lanjut relatif tinggi sehingga terSjadi adsorpsi anion seperti fosfat, molibdat, dan sulfat dalam

kapasitas yang tinggi pula (Uehara dan Gillman, 1981, Bohn et al., 2005, Sposito, 2010,).

Oleh karena itu, meningkatkan muatan negatif pada permukaan koloid tanah dapat dilakukan

dengan pemberian bahan amelioran yang mampu menurunkan titik muatan nol tanah atau

menyumbangkan muatan negatif ke dalam tanah.

Bahan-bahan yang mempunyai titik muatan nol rendah antara lain adalah senyawa

organik dan silikat oksi-tetrahedral (Uehara dan Gillman, 1981). Menurut Greendland dan

Mott (2013), titik muatan nol bahan organik berkisar pada pH 2,0. Bukti lain rendahnya titik

muatan nol dari bahan organik adalah adanya temuan yang menunjukkan nilai pHo tanah

lapisan atas kaya humus lebih rendah daripada nilai pHo pada lapisan di bawahnya (Sufardi,

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

5

1998). Uraian ini menunjukkan bahwa setiap bahan amelioran akan memberikan pengaruh

yang beragam pada karakteristika muatan koloid tanah yang berkaitan dengan proses adsorpsi

dan desorpsi ion dalam tanah serta penyerapan hara oleh tanaman (Sposito, 2010). Lahan

kering suboptimal yang memiliki sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan system

koloid tanah dan sifat fisikokimia tanah, maka pengelolaannya dapat dilakukan dengan

memodifikasi muatan koloid tanah dengan menurunkan status titik muatan nol (PZC). Titik

muatan nol tanah ini dapat diturunkan dengan memberikan bahan-bahan amelioran yang

secara alami mempunyai nilai PZC rendah seperti bahan organik berupa biochar, pupuk

kandang, kompos, silikat, fosfat dan sulfat (Sufardi. 1998, Sposito, 2010).

2.3. Pengaruh Jenis Amelioran terhadap Kualitas Tanah

Biochar didefenisikan sebagai biomasa yang mengandung karbon yang diperoleh

dari sumber-sumber yang berkelanjutan yang dapat bertahan di dalam tanah untuk

mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan dengan menjaga kualitas lingkungan

(Biochar International, 2018). Berbeda dengan arang (charcoal) yang digunakan sebagai

bahan bakar untuk panas, sebagai penyaring, dan sebagai pewarna dalam industri atau seni

(Lehmann dan Joseph, 2015), biochar merupakan bahan yang poreus yang befungsi

mempertahankan air dan unsur hara di dalam tanah untuk tanaman serta dapat memperbaiki

sifat-sifat fisik tanah (Chan et al., 2017). Biochar juga mempunyai kemampuan untuk

menjerap ion dan berpotensi untuk mengimobiliasi logam-logam berat, herbisida, dan

mencegah nitrat dari pencucian serta mengurangi emisi N2O dan CH4 dari tanah (Biochar

International, 2018).

Residu tanaman dan pupuk kandang, kompos, dan limbah-limbah pertanian lainnya

sangat penting untuk penyerapan karbon (carbon sequestration), konservasi tanah dan air,

aktivitas mikrobia, dan produktivitas pertanian (Chan et al., 2007, Steiner et al., 2017;

Biochar International, 2018). Pemberian biochar mampu meningkatkan serapan nitrogen,

fosfor, dan kalium. Adanya hara tanaman, luas permukaan, dan daya serap lami biochar

yang tinggi dan kapasitas biochar untuk bertindak sebagai media untuk mikroorganisme

diidentifikasi sebagai alasan utama biochar sebagai bahan untuk memperbaiki sifat fisik

(Chan et al. 2017). Steiner et al. (2007) menunjukkan bahwa aplikasi biochar menurunkan

kepadatan tanah, kekuatan tanah, Al dapat dipertukarkan, dan Fe dan meningkatkan

porositas, kandungan air tanah tersedia, C-organik, P tersedia, KTK, K dapat dipertukarkan

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

6

dan Ca dapat dipertukarkan. Penelitian yang dilakukan pada tanah sawah di Aceh juga telah

menunjukkan bahwa biochar dapat memperbaiki sifat-sifat kimia dan peningkatan hasil padi

sawah serta memberikan efek risidu pada yang baik pada tanah (Khairunnisa et al. 2011,

Samira et al., 2012, Mawardiana, 2013). Selain biochar dan bahan organik, bahan alam yang

mengandung silikat, fosfat, dan sulfat diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan

ameliorant karena senyawa-senyawa ini dapat teradsopsi pada permukaan koloid tanah

sehingga mengurangi kelarutan dari Fe, dan Al, serta meningkatkan muatan negatif ke dalam

tanah (Uehara dan Gillman, 1981, Gillman, 1984, Sufardi, 2010) termasuk pada tanah-tanah

tropika (Glaser, 2002, Lehmann dan Rondon. 2006).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peran biochar sebagai

bahan yang kaya karbon dan peran bahan organik sangat baik untuk memperbaiki kualitas

tanah sehingga diharapkan menjadi bahan alternatif untuk digunakan sebagai bahan

pembenah tanah (soil amendment) pada lahan kering suboptimal. Namun demikian, masih

sangat terbatas informasi peran bahan tersebut terhadap koloid tanah dan mekanisme

adsoprsi di dalam tanah khususnya status titik muatan nol (PZC), sehingga perlu kajian lebih

lanjut.

2.4. Indeks Kualitas Tanah

Indeks kualitas tanah dapat didefinisikan sebagai kesesuaian jenis tanah tertentu

dalam memberikan peran dan kapasitas bagi kelestarian ekosistem bagi pertumbuhan

tanaman, produktifitas ternak, pemeliharaan air dan kualitas udara dan untuk mendukung

habitas kehidupan manusia dan kesehatannya (Karlen et al. 1997, Arshad and Martin 2002).

Kualitas tanah yang baik tercermin dari komposisi bahan penyusun tanah yaitu

perimbangan antara komponen mineral, udara, air dan bahan organik (Foth, 2007). Bahan

organik yang mengandung C sekitar 56-58% (Bohn et al., 2013) mempunyai sumbangan

besar terhadap perbaikan kualitas tanah Stevesnon, 2007), karena selain berfungsi sebagai

sumber C bagi mikroorganisme di dalam tanah, juga dapat berperan dalam memperbaiki

sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (FAO, 2005). Laishram et al. (2012) menyatakan

bahwa bahan organik merupakan komponen penting yang berkaitan erat dengan kesehatan

tanah. Kesehatan tanah merupakan konsep yang memandang fungsi tanah terhadap

kesehatan lingkungan termasuk keamanan produk pertanian (Linch, 1981).

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

7

Pada sistem pertanian lahan kering, kualitas tanah merupakan salah satu isu yang

sangat penting terutama jika dikaitkan dengan kandungan C tanah. Indikator kualitas tanah

antara lain dapat dinilai dari beberapa parameter fisikokimia yang dinyatakan sebagai indeks

kualitas tanah (Mausbach & Seybold, 1998, Partoyo, 2005). Indeks kualitas tanah (IKT)

telah banyak digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat kualitas tanah. Di wilayah

dengan iklim tropika basah, kandungan dan distribusi C di dalam tanah menjadi salah satu

permasalahan besar (Sanchez, 2014) karena setiap tahunnya kehilangan C mencapai 20-30%

(Suritakatmana, 2003). Untuk meningkatkan kualitas tanah, maka diperlukan suatu upaya

untuk mempertahankan kandungan C dan distribusi C pada setiap ordo tanah dengan

pengelolan bahan organik yang tepat (FAO, 2005). Namun, informasi tentang kandungan C

dan distribusinya masih sangat terbatas. Tulisan ini menyajikan hasil evaluasi kandungan

dan distribusi C organik tanah dan indeks kualitas tanah pada beberapa ordo tanah di lahan

kering Aceh, Indonesia.

Doran & Parkin (1994) memberikan batasan kualitas tanah adalah kapasitas suatu

tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas

biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan

hewan. Johnson et al. (1997) mengusulkan bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi

tanah dibandingkan dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa

kebutuhan hidup manusia. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis

indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks

kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan

bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat

yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat,

karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi

tanah (SQI, 2001).

Menurut Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1)

menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah,

kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat

diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan

tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen

yang biasa diamati pada data dasar tanah. Karlen et al. (1996) mengusulkan bahwa

pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

8

fungsinya yaitu: (1) melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis, (2)

mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya, dan (3) menyaring, menyangga,

merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri

dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer, (4) menyimpan dan mendaurkan hara dan

unsur lain dalam biosfer, serta (5). mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi

peninggalan arkeologis terkait dengan permukiman manusia. Berdasarkan fungsi tanah yang

hendak dinilai kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai. Pemilihan indikator

berdasarkan pada konsep minimum data set (MDS), yaitu sesedikit mungkin tetapi dapat

memenuhi kebutuhan.

2.5. Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering

Budidaya pangan seperti padi gogo, jagung, kacang tanah, dan kedelai pada lahan

kering umumnya belum memberikan hasil yang meuaskan sehingga produktivitas tanaman

yang diperoleh masih cukup rendah, mnika dibandingkan dengan produk tanaman pangan

seperti padi yang ditanam pada sawah beriirigasi teknis. Penyebabnya adalah karena faktor

biotis dan abiotis, teknik budidaya masih tradisional, penggunaan varietas potensi hasil

rendah, populasi tanaman rendah, dan penggunaan pupuk yang belum optimal (Balitseral,

2006). Pemupukan dengan menggabungkan antara pupuk anorganik dan organik lebih

meningkatkan produksi tanaman jagung baik itu panjang tongkol, lingkar tongkol dan bobot

pipilan kering jemur (Dewanto et al., 2013).

Kendala produksi di lahan kering adalah kondisi fisik lahan, teknologi, dan sosial

ekonomi. Oleh karena itu pengelolaan lahan kering yang tepat yang mengarah pada

peningkatan produksi yang berkesinambungan mutlak diperlukan. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah mengembangkan teknologi usahatani yang sesuai dengan kondisi

setempat. Teknologi pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan meliputi konservasi

air dan pemanfaatan bahan organik, dan akan semakin berarti apabila diintegrasikan dengan

usahatani ternak, karena dalam implementasinya konservasi lahan dan air akan terjamin

keberlanjutannya jika diintegrasikan dengan ternak. Pupuk organik dapat meningkatkan

kesuburan tanah baik fisik, kimia, dan biologi. Pupuk organik berfungsi sebagai pemantap

agregat tanah dan sebagai sumber hara penting tanah dan tanaman. Sedangkan, pemberian

pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan tanaman khususnya batang, daun, biji, dan

berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono, 2008).

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

9

Kelebihan unsur hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama

dan penyakit, memperpanjang umur dan tanaman lebih mudah rebah. Pengaruh awal

kekurangan unsur hara nitrogen di dalam tanah yaitu pertumbuhan tanaman lambat dan

kerdil, daun sempit, pendek, dan tegak (Syafruddin, et al., 2006). Nitrogen merupakan unsur

hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman jagung di lahan kering

(Adisarwanto dan Widiastuti, 2009). Sehingga, pupuk kandang merupakan salah satu

sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk menambah ketersediaan unsur hara

nitrogen dalam tanah (Fathan et al., 1998).

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

10

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji kualitas tanah dan pengaruh

berbagai jenis bahan amelioran terhadap koloid dan sifat fisikokimia tanah dan hasil

tanaman pangan pada lahan kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar untuk mendukung

pertanian berkelanjutan.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(1) Mengkaji kualitas tanah pada beberapa jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal

Kabupaten Aceh Besar.

(2) Mengkaji pengaruh berbagai bahan amelioran terhadap muatan koloid dan sifat

fisikokimia pada lahan kering suboptimal Aceh Besar.

(3) Mengetahui pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran terhadap perubahan kimia

tanah, serapan hara dan hasil tanaman pangan (jagung (Zea mays (L.) dan kedelai

(Glycine max L. Merrill) pada lahan kering suboptimal Aceh Besar.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat utama dari penelitian ini adalah menjadi informasi dasar tentang komposisi

kimia berbagai jenis bahan amelioran dan pengaruh aplikasinya terhadap perbaikan kualitas

tanah dan hasil tanaman pada lahan kering suboptimal di Kabupaten Aceh Besar. Dari aspek

keilmuan, hasil penelitian akan diperoleh data tentang komposisi kimia dan satus titik

muatan nol (PZC) berbagai bahan amelioran sehingga dengan informasi ini akan memberi

kontribusi terhadap pengembangan ilmu kimia dan kesuburan tanah, serta nutrisi tanaman,

khususnya pada tanah-tanah yang berkembang di kawasan iklim tropika basah.

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

11

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang dilanjutkan di Rumah Kasa di Kebun

Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh. Penelitian menggunakan

bahan tanah lapisan atas (0-20 cm) dari beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal

Kabupaten Aceh Besar. Analisis tanah, tanaman, dan analisis komposisi kimia bahan

amelioran dilakukan di Laboratorium Penelitian tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian

sebelumnya yang direncanakan akan dilaksanakan pada Februari hingga November 2019.

4.2. Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah

lapisan atas (topsoil) yang diambil dari kedalaman 0-20 cm dari tiga ordo tanah yaitu

Inceptisol Cucum dsari Kecamatan Jantho, Ultisol Jalin, Kecamatan Jantho, dan Andisol

Saree (Kecamatan Lembah Seulawah, bahan amelioran (biochar, kapur giling/CaCO3,

fosfat (pupuk SP-36), KCl, Urea, soil test kits, bor tanah, cangkul, pH-meter, shaker, oven,

ember, pot tanaman, pot inkubasi, EC-meter, GPS, Spektofotometer, dan AAS (Atamic

Absorption Spectrophotemeter).

4.3. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriftif dan metode

eksperimen yang terdiri atas tiga tahap, yaitu:

(1) Tahap I : Evaluasi indeks kualitas tanah melalui survai lapangan dan analisis

laboratorium

(2) Tahap II : Percobaan inkubasi di laboratorium

(3) Tahap III : Percobaan di Rumah Kasa.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

12

4.3.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah

Penelitian ini yang bertujuan “mengevaluasi indeks kualitas tanah di lahan kering

suboptimal Aceh Besar”. Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif yaitu melalui

observasi lapangan dan analisis laboratorium untuk pengumpulan data. Survai lapangan

dilakukan untuk pengamatan profil tanah/identifikasi ordo (subgroup) tanah dan

pengambilan sampel tanah untuk analisis di laboratorium. Penelitian ini dilakukan pada lima

ordo tanah yang terdapat pada lahan kering Kabupaten Aceh Besar yaitu Entisols Jalin (05°

15’ 55.0” LU; 95° 39’ 02.6” BT), Andisols dari Saree (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT),

Oxisols dari Lembah Seulawah (05o27’19,4” LU; 95o46’19,2” BT), Inceptisols dari Blang

Bintang (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT), Mollisols dari Krueng Raya (05°15’55,0” LU;

95°39’02,6” BT), Ultisols dari Jantho (05°15’55,0” LU; 95°39’02,6” BT).

Pengamatan Profil Tanah

Profil tanah dibuat dengan cara membuka tebing bukit yang telah tersingkap

solumnya dan selanjutnya dilakukan pembersihan dinding tebing sehingga tampak profilnya

dari lapisan atas hingga sampai terdapat lapisan bahan induk. Profil tanah yang telah dibuka

selanjutnya diamati sifat-sifat morfologi yang meliputi batas horizon, simbol/nama dan

ketebalan tiap lapisan horizon, serta sifat-sifat fisika tanah seperti warna tanah, tekstur,

struktur, konsistensi, dan ciri khusus seperti fraksi kasar, kongkresi, dan lain-lain yang

mungkin ditemukan pada saat pengamatan. Pengamatan sifat-sifat morfologi tanah dan

penentuan subgroup (ordo) tanah didasarkan pada panduan pengamatan tanah lapangan

(Soil Survey Staff, 2014). Pengambilan sampel tanah pada setiap profil dilakukan dengan

mengambil tanah menurut horizon yang telah ditentukan dari masing-masing jenis

(subgroup) tanah. Sampel-sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik berukuran

1 kg yang telah diberi kode horizon untuk dianalisis di laboratorium.

Analisis Tanah

Untuk keperluan analisis di laboratorium, sampel-sampel tanah ordo tanah diambil

1 kg pada setiap lapisan horizon. Sebelum dianalisis, sampel-sampel tanah terlebih dahulu

dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan

2,0 mm untuk analisis tekstur tanah, porositas, bulk density, dan ayakan 0,5 mm untuk

analisis sifat-sifat kimia tanah yang meliputi: pH, N total (Kjeldahl), C organik (metode

Walkley and Black), P tersedia (Bray II), cadangan P2O5 dan K2O (ektrak HCl 25%),

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

13

kapasitas tukar kation (KTK) dan excgangeable K (ekstraksi 1N CH3COONH4 pH7), serta

kejenuhan basa. Metode dan prosedur analisis tanah berpedoman pada prosedur yang

dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (2005). Sifat-sifat tanah tersebut dipakai

sebagai data pendukung untuk penilaian status kesuburan dan penentuan subgroup tanah.

Sifat-sifat tanah tersebut digunakan sebagai parameter untuk analisis indeks kualitas tanah

dan status kesuburan.

Perhitungan Indeks Kualitas Tanah

Kualitas tanah dinilai dari indeks kualitas tanah yang dihitung berdasarkan kriteria

Mausbach dan Seybold (1998) yang dimodifikasi oleh Partoyo (2005). Analisis indeks

kualitas tanah dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan lapangan dan analisis

laboratorium terhadapi indikator kualitas tanah yang dipilih, yaitu: pH (H2O), C-organik,

N-total, P-tersedia, K-tertukar, kedalaman perakaran, ukuran fraksi (tekstur), berat volume

(bulk density), porositas (Tabel 1). Analisis Indeks Kualitas tanah dilakukan pada sampel

tanah pewakil yang diambil dari kedalaman 0-20 cm. Iindikator kualitas tanah yang

dianalisis meliputi: pH (H2O), C-organik, N-total, N-tersedia, P-tersedia, K-tertukar,

kedalaman efektif, ukuran fraksi (tekstur), berat volume (bulk density), dan porositas.

Modifikasi beberapa indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

Menurut Partoyo (2005), langkah-langkah perhitungan indeks dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

(a) Indeks bobot dihitung dengan mengalikan bobot fungsi tanah (bobot 1) dengan

bobot medium perakaran (bobot 2) dengan bobot kedalaman perakaran (bobot 3).

Misalnya, indeks bobot untuk porositas diperoleh dengan mengalikan 0,40 (bobot 1)

dengan 0,33 (bobot 2) dengan 0,60 (bobot 3), dan hasilnya sama dengan 0,080.

(b) Skor dihitung dengan membandingkan data pengamatan dari indikator tanah dan

fungsi penilaian. Skor berkisar dari 0 untuk kondisi buruk dan 1 untuk kondisi baik.

Penetapan skor dapat melalui interpolasi atau persamaan linier sesuai dengan kisaran

yang ditetapkan berdasar harkat atau berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Masto

(2007), Fungsi Scoring Linear (FSL) adalah:

(Y) = (x–x2)/(x1–x2) …………………………... (1)

(Y) = 1- (x – x2)/(x1 – x2) …………………….. (2)

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

14

dimana, Y adalah skor linier, x adalah nilai sifat- sifat tanah, x2 adalah nilai batas atas

dan x1 nilai batas bawah.

(c) Indeks Kualitas Tanah dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor dari indikator.

Penilaian kualitas tanah menggunakan persamaan indeks kualitas tanah (Liu et al.,

2014) yaitu:

IKT = ∑𝑛 1 Wi × Si ………………..…….…… (3)

Dimana: IKT = indeks kualitas tanah,

Si = skor pada indikator terpilih,

Wi = indeks bobot, n = jumlah indikator kualitas tanah. Selanjutnya nilai indeks kualitas

tanah dikatagorikan dalam lima kelas kriteria seperti terdapat pada Tabel 2.

Penilaian IKT ini dilakukan pada setiap ordo tanah mewakili lahan kering Kabupaten

Aceh Besar.

Table 1. Modifikasi indikator, skor dan batas-batas fungsi asesmen

Soil function

Soil indicators

Score

index Assessment function

Score

Score Score Lower

limit

Upper

limit

1 2 3 (1x2x3) X1 Y1 X2 Y2

Preserve

biological

activity

0.4

A. Rooting media 0.33

Soil depth (cm) 0.6 0.079 15 0 60 1

Bulk density (Mg m-1) 0.4 0.053 2.1 0 1.3 1

B. Humidity 0.33

Porosity (%) 0.2 0.027 10 0 50 1

Organic C (%) 0.4 0.053 0.2 0 3.5 1

Silt+clay (%) 0.4 0.053 0 0 100 1

C. Nutrition 0.33

pH 0.1 0.013 6 0 8 1

Available P (mg kg-1) 0.2 0.027 2.5 0 150 1

Exchangeable K (cmol kg-1) 0.2 0.027 2.22 0 35.5 1

Organic C (%) 0.3 0.040 0.20 0 3.5 1

Available N 0.2 0.027 0.02 0 0.1 1

Regulation and

distribution of

water

0.3

Silt+clay (%) 0.6 0.180 0 0 100 1

Porosity (%) 0.2 0.060 10 0 50 1

Bulk density (Mg m-1) 0.2 0.060 2.1 0 1.3 1

Filtering and

buffering 0.3

Silt+clay (%) 0.6 0.180 0 0 10 1

Porosity (%) 0.1 0.030 10 0 50 1

Biological process 0.3

Organic C (%) 0.5 0.045 0.2 0 3.5 1

Total N (%) 0.5 0.045 0.04 0 0.07 1

T o t a l 1.000

Sumber : Mausbach and Seybold (1998 setelah dimodifikasi oleh Partoyo, 2005)

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

15

Table 2. Kriteria kualitas tanah didasarkan pada skor indeks kualitas tanah (IKT)

No IKT value Soil quality criteria

1 0.80 - 1.00 Very high (VH) 2 0.60 – 0.79 High (H) 3 0.40 – 0.59 Medium (M) 4 0.20 – 0.39

Low (L) 5 0.00 – 0.19 Very low (VL)

4.3.2. Percobaan Inkubasi Laboratorium

Penelitian inkubasi ini bertujuan untuk mengkaji “pengaruh berbagai jenis dan dosis

bahan amelioran terhadap status muatan koloid dan sifat fisikokimia tanah”. Penelitian ini

menggunakan metode percobaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian

Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam,

Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan tanah lapisan atas (0-20 cm) dari tiga ordo tanah

di lahan kering Kabupaten Aceh Besar. Adapun tiga bahan tanah yang dikaji dalam

percobaan ini meliputi ordo Andisols, Inceptisols, dan Ultisol. Adapun tempat pengambilan

sampel dan subgroup tanah lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nama subgroup tanah dan lokasi pengambilan sampel tanah pada lahan kering

Kabupaten Aceh Besar

No. Jenis/subgroup Tanah Lokasi Letak Geografis

1. Andisol s

(Eutric Hydrudands)

Saree

/Kec. Lembah Seulawah

05 º27’03,2”LU;

95 º43’45,2”BT

2. Inceptisols

(Oxic Drystrudepts)

Cucum

/Kecamatan Jantho

05º20’16.1" LU;

095º34’05,8” BT

3. Ultisols

(Typic Kandiaqults)

Desa Jalin,

/Kecamatan Jantho

05o16’58.41” LU;

095o37’51.82” BT

Analisis tanah dan analisis komposisi kimia bahan amelioran dilakukan di Laboratorium

Penelitian tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

16

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang direncanakan akan

dilaksanakan pada 1 April hingga September 2019.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan metode percobaan yang disusun menurut Rancangan

Acak Kelompok (RAK) faktorial, yang terdiri atas dua faktor yaitu jenis bahan amelioran

dan jenis tanah, sehingga ada 54 kombinasi perlakuan dengan 2 ulangan.

Faktor pertama adalah jenis bahan amelioran (A) dengan 9 taraf, yaitu:

A0 = 0 ton/ha (Tanpa Amelioran)

A1 = 15 ton/ha Biochar

A2 = 15 ton/ha Kompos

A3 = 2 ton/ha CaCO3

A4 = 2 ton/ha SP-36

A5 = 30 ton/ha Biochar)

A6 = 30 ton/ha Kompos

A7 = 4 ton/ha CaCO3

A8 = 4 ton/ha SP-36

Faktor kedua adalah Jenis Tanah dengan 3 taraf, yaitu:

T1 = Andisol Saree

T2 = Inceptisol Cucum Jantho

T3 = Ultisol Jantho

Setiap perlakuan diulang dua kali, sehingga terdapat 54 satuan percobaan. Adapun susunan

kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kombinasi perlakuan jenis amelioran dan jenis tanah yang digunakan dalam

percobaan

No. Simbol Perlakuan Jenis Amelioran (ton/ha) (g/pot)

1 A0T1 Tanpa Amelioran 0 0 2 A1T1 Biochar 15 1,89

3 A2T1 Kompos 15 1,89

4 A3T1 CaCO3 2 0,25

5 A4T1 SP-36 2 0,25 6 A5T1 Biochar 30 3,78

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

17

7 A6T1 Kompos 30 3,78

8 A7T1 CaCO3 4 0,5

9 A8T1 SP-36 4 0,5 10 A0T2 Tanpa Amelioran 0 0

11 A1T2 Biochar 15 2,36 12 A2T2 Kompos 15 2,36 13 A3T2 CaCO3 2 0,3125 14 A4T2 SP-36 2 0,3125 15 A5T2 Biochar 30 4,73

16 A6T2 Kompos 30 4,73

17 A7T2 CaCO3 4 0,625

18 A8T2 SP-36 4 0,625

19 A0T3 Tanpa Amelioran 0 0 20 A1T3 Biochar 15 2,424 21 A2T3 Kompos 15 2,424 22 A3T3 CaCO3 2 0,32 23 A4T3 SP-36 2 0,32

24 A5T3 Biochar 30 4,848

25 A6T3 Kompos 30 4,848 26 A7T3 CaCO3 4 0,64 27 A8T3 SP-36 4 0,64

Keterangan : A = Jenis Amelioran dan T = Jenis Tanah

Model matematika dari rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Yijk = µ + Kk + Pi + Pk + (Pj x Dk) + ɛijk

Yijk = Hasil akibat perlakuan pemberian jenis bahan amelioran ke-i dan

perlakuan dosis bahan ameliorant ke-j serta pengaruh kelompok ke-kk

µ = Nilai tengah umum

Kk = Pengaruh kelompok ke-k

Pi = Pengaruh faktor jenis bahan amelioran ke-i

Dk = Pengaruh faktor dosis bahan amelioran ke-i

Pj x Dk = Interaksi faktor jenis bahan amelioran ke-j dan dosis amelioran ke-k

ɛijk = Galat percobaan akibat faktor jenis bahan amelioran ke-i dan faktor

dosis bahan amelioran ke-j pada kelompok ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Tanah yang digunakan terdiri atas tiga ordo/subgroup yaitu Andisol Saree (Eutric

Hydrudands), Inceptisol Cucum (Oxyaquic Drystrudepts), dan Ultisol Jantho (Typic

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

18

Kandiaqults) yang diambil dari lapisan atas (0-20 cm), kemudian dikering anginkan di

Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman lalu dihaluskan/ditumbuk dan kemudian

disaring dengan ayakan berdiameter lubang 1 mm serta dimasukkan sebanyak 250 g ke

dalam botol-botol plastik (botol inkubasi) kapasitas 500 g. Bahan amelioran dinberikan

sesuai jenis dan dosis, kemudian dicampur secara merata dan diinkubasi selama dua bulan

(60 hari) pada keadaan kapasitas lapangan. Setelah dua bulan inkubasi (60 hari), diambil

100 g tanah untuk dianalisis di laboratorium. Untuk mengetahui karakteristik fisikokimia

tanah sebelum percobaan juga dianalisis sampel tanah awal dari setiap sampel tanah yang

diambil dari masing-masing ordo tanah.

Analisis Kimia Tanah

Sebagai variabel utama dalam penelitian adalah: Titik muatan nol atau PZC (point

of zero charge) metode Uehara dan Gillman (1981), pH (H2O dan KCl) metode

Elektrometrik, ∆pH (pH KCl – pH H2O), jumlah muatan variabel metode KTK potensial –

KTK efektif dan KTK potensial metode 1N NH4OAc pH7. Selain variabel utama juga di

analisis beberapa sifat fisikokimia tanah yaitu kation dapat ditukar (Ca-dd, Mg-dd, K-dd,

dan Na-dd menggunakan metode Ektraksi 1N NH4OAc pH7 ; Al-dd dan H-dd menggunakan

metode McLean (ekstraksi 1M KCl)), KTK efektif metode ∑[(Ca+Mg+K+Na)+(Al+H)], P

tersedia metode Bray II dan Olsen, kandungan C metode Walkley and Black dan N total

metode Kjeldahl untuk mendukung pembahasan penelitian.

Analisis Titik Muatan Nol (PZC)

Penetapan PZC atau pH0 dilakukan dengan cara memasukkan 4 g tanah (ayakan 0,5

mm) ke dalan tabung plastik kapasitas 50 ml, buat sebanyak 5-8 tabung. Masing-masing

tabung diatur pH-nya dengan cara menambah 0,01M CaOH atau 0,01M HCl sehingga

didapat 5–8 tabung kisaran pH yang diharapkan (penambahan asam dan basa tidak melebihi

15 ml). Tambahkan 0,5 ml larutan 0,1M CaCl2 lalu jadikan 20 ml dengan menambahkan

akuades dan diamkan selama 4 hari, dengan setiap kali dilakukan pengadukan. Ukur pH-

nya (sebagai 0,002 M). Masukkan 0,5 ml larutan 2M CaCl2 lalu kocok selama 3 jam dengan

mesin pengocok (shaker) dan ukur pH-nya (sebagai pH 0,05M).

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

19

Perhitungannya adalah masing-masing tabung dicari selisih pHnya yaitu: pH – (pH 0,05M

– pH 0,002M), kemudian buat grafik hubungan antara pH – dengan pH 0,002M, sehingga

didapatkan titik dimana pH = 0 dan pH semula untuk titik ini merupakan pH0.

Analisis Data

Data hasil percobaan diolah dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf nyata

5% yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT 0,05).

BNT0,05 = (dbg) √2𝐾𝑇𝑔

𝑛 ……………. (5)

BNT0,05 = Beda nyata kecil pada taraf 5%

Dbg = Derajat bebas galat

KTg = Kuadrat tengan galat

n = Jumlah ulangan

4.3.3. Percobaan di Rumah Kasa

Penelitian bertujuan untuk mengkaji “pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran

terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan hasil tanaman pangan (jagung dan kedelai)

pada lahan kering suboptimal”. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dan

dilakukan di Rumah Kasa di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah Darussalam,

Banda Aceh dengan ketinggian tempat 3 meter di atas permukaan laut.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor

yang diteliti adalah pemberian amelioran (A) dan jenis tanah (T) dan diulang sebanyak 2

kali. Adapun detail perlakuan yang diteliti adalah:

Faktor pertama (I) adalah pemberian amelioran (A), yang terdiri atas 8 (delapan) taraf,

yaitu :

A0 = Kontrol (tanpa amelioran)

A1 = Pemberian Biochar 20 t ha-1

A2 = Pemberian Kompos 20 t ha-1

A3 = Pemberian CaCO3, 4 t ha-1

A4 = Pemberian SP-36, 4 t ha-1

A5 = Pemberian Biochar 10 t ha-1 + CaCO3, 4 t ha-1

A6 = Pemberian Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

20

A7 = Pemberian Biochar 10 t ha-1 + Kompos 10 t ha-1

Faktor kedua (II) adalah jenis tanah/ordo (T), yang terdiri atas 3 (tiga) taraf, yaitu :

T1 = Andisol Saree

T2 = Inceptisol Cucum

T3 = Ultisol Jantho

Dari kedua faktor percobaan diperoleh 8×3 = 24 kombinasi perlakuan sehingga diperoleh

48 satuan percobaan. Percobaan ini dibuat dalam 2 seri, yaitu: (1) untuk mengetahui

pengamatan pertumbuhan dan serapan hara, dan (2) untuk mengetahui komponen hasil

(produksi). Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Model matematika dari rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝑈𝑘 + 𝐴𝑖 + 𝑇𝑗 + (𝐴 × 𝑇)𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘 …………….. (6)

𝑌𝑖𝑗𝑘 = Hasil pengamatan dari pengaruh faktor pemberian amelioran pada taraf

ke-i dan faktor jenis tanah pada taraf ke-j dan ulangan ke-k

𝜇 = Pengaruh nilai tengah (rata – rata populasi)

Uk = Pengaruh ulangan taraf ke k (k = 1, 2)

Ai = Pengaruh amelioran taraf ke i (j = 1, 2, 3, ..., 8)

Tj = Pengaruh jenis tanah taraf ke j (k = 1, 2, 3)

(AT)ij = Pengaruh interaksi antara dosis amelioran taraf ke-i dan jenis tanah taraf

ke-j.

𝜀𝑖𝑗𝑘𝑙 = Galat percobaan.

Tabel 4. Susunan kombinasi perlakuan amelioran dan ordo tanah

No Kode Perlakuan pemberian amelioran Dosis per pot

(g)* OrdoTanah

1. A0T1 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Andisol

2. A1 T1 Biochar 20 t ha-1 142,30 Andisol

3. A2 T1 Kompos 20 t ha-1 142,30 Andisol

4. A3 T1 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Andisol

5. A4 T1 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Andisol

6. A5 T1 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Andisol

7. A6 T1 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Andisol

8. A7 T1 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Andisol

9. A0T2 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Inceptisol

10. A1 T2 Biochar 20 t ha-1 142,30 Inceptisol

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

21

11. A2 T2 Kompos 20 t ha-1 142,30 Inceptisol

12. A3 T2 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Inceptisol

13. A4 T2 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Inceptisol

14. A5 T2 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol

15. A6 T2 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol

15. A7 T2 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Inceptisol

17. AoT3 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0,00 Ultisol

18. A1 T3 Biochar 20 t ha-1 142,30 Ultisol

19. A2 T3 Kompos 20 t ha-1 142,30 Ultisol

20. A3 T3 CaCO3 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Ultisol

21. A4 T3 Pupuk SP-36 sebanyak 4 t ha-1 142,30 Ultisol

22. A5 T3 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol

23. A6 T3 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol

24. A7 T3 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 70,65+70,65 Ultisol

Catatan: *) didasarkan pada bobot kering mutlak

Pelaksanaan Percobaan

Tanah yang digunakan dalam percobaan ini diambil dari lapisan olah (0-20 cm) dari

tiga ordo tanah yaitu: Andisol Saree, Inceptisol Cucum, dan Ultisol Jalin. Percobaan Seri I

(pertama) ditanam dengan jagung (Zea mays L.) sedangkan Percobaan Seri II (kedua)

ditanam dengan kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Persiapan tanah untuk penelitian ini

diawali dengan pemilihan lokasi untuk pengambilan sampel tanah di Kabupaten Aceh

Besar. Tanah di ambil pada tiga lokasi di Aceh Besar, kemudian dimasukkan ke dalam

karung plastik dan dikering anginkan selama dua minggu. Setelah kering angin ditumbuk

dan diloloskan dengan ayakan 10 mm dan dimasukkan ke dalam pot platik. Setiap pot disi

tanah kering angin sebanyak 10 kg standar kering mutlak. Sebagai tanaman indikator

digunakan jagung varietas Bisi-2 dan kedelai varietas anjamoro. Sebelum penanaman benih,

tanah dalam pot disirimi air (air isi ulang) hingga kapasitas lapang. Setiap pot ditugal 3 (tiga)

biji benih jagung dan/atau benih kedelai, kemudian diseleksi menjadi dengan membiarkan

1 (satu) tanaman yang tumbuh terbaik untuk jagung dan 2 (dua) tanaman untuk jagung.

Pupuk dasar untuk tanaman jagung digunakan pupuk NPK Nitrofoska (15-15-15) dosis 400

kg ha-1, sedangkan untuk kedelai 100 kg ha-1 Nitrofoska yang diberikan saat penanaman

benih. Selanjutnya tanaman yang tumbuh dalam pot diperlihara dan dijaga dengan cara

menyiram, dan menjaganya dari serangan hama dan penyakit. Untuk pencegahan atau

pengendalian hama dan penyakit digunakan fungisida dan pestisida organik Antilat.

Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi tinggi tanaman umur 7, 14, 21, 28, 35,

dan 42 hari setelah tanam (HST), serapan hara N, P, dan K umur 45 HST, jumlah

tongkol/polong, dan bobot kering biji, serta sifat kimia tanah yaitu: pH (H2O dan KCl), PZC,

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

22

kation tertukar KTK, C, dan N total, K dan P tersedia yang dianalisis setelah panen dari

setiap tanah dalam pot perlakuan. Data hasil percobaan dianalisis secara statistik

menggunakan Uji F (analisis ragam) dan dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan (BNT)

pada 5%. Serapan hara N, P, K umur 45 HST. Untuk serapan hara diambil dua daun termuda

yang telah membuka penuh (daun ke 3 dan 4) saat umur 45 HST, kemudian dibersihkan

dengan akuades dan dikeringkan pada temperatur ruangan. Setelah mengering dimasukkan

ke dalam oven pada temperatur 70 oC selama 48 jam atau hingga kering. Setelah kering

oven, sampel tanaman digerus dan disaring dengan ayakan berdiameter lubang 0,5 mm.

Analisis N, P, dan K dalam jaringan tanaman jagung dilakukan dengan menggunakan

metode destruksi basah menggunakan asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan asam

perklorat (HClO4) yang dikombinasi dengan peroksida (H2O2) (Kalra, 1998). Kandungan N

dalam larutan destruksi ditetapkan dengan metode Kjeldahl yaitu dengan destilasi dan

titrasi, sedangkan P diukur dengan spektrofotometer dan kandungan K diukur dengan AAS.

Analisis sifat-sifat kimia tanah dilakukan dengan menggunakan prosedur analisis tanah rutin

yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (2005). Parameter hasil yang

diamati pada tanaman kedelai adalah (1) jumlah polong per tanaman, (2) bobot kering 100

biji, dan (3) bobot kering biji per rumpun/pot dan dikonversi ke dalam ton/ha.

Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisis secara statistik menggunakan Uji F (analisis ragam) dan

dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan (BNT) pada 5%.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

23

5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI

5.1. Evaluasi Indeks Kualitas Tanah pada Lahan Kering Aceh Besar

Indeks kualitas tanah (IKT) dapat diketahui dari hasil pengamatan lapangan dan

analisis laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan dan deskripsi profil tanah di beberapa

lokasi survai yang dibuat mewakili beberapa ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh

Besar dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 6.

5.1.1. Deskripsi OrdoTanah

Berdasarkan pengamatan profil, analisis tanah, dan analisis mineral maka klasifikasi

subgroup tanah dari enam profil tanah dari lahan kering Kabupaten Aceh Besar disajikan

pada Tabel 5. Ada enam ordo (subgroup) tanah yang berkembang di lahan kering Aceh

Besar yaitu Typic Udorthents (Entisols), Eutric Hydrudands (Andisols), Plinthic Kandiudox

(Oxisols), Oxic Haplustepts (Inceptisol), Typic Calcicaquolls (mollisols), dan Typic

Kandiaqults (Ultisols). Tanah-tanah tersebut merupakan lahan kering yang sebagian besar

terdapat di zona iklim lembab (udic) dan sebagian berada di zona iklim agak kering (ustic)

namun seluruh areal lahan kering di Aceh Besar ini termasuk ke dalam rezim temperature

isohyperthermic. Komposisi mineral agak bervariasi antar ordo tanah dan umunya terdiri

atas mineral campuran yang merupakan campuran antara mineral primer dan sekunder

(Intan et al., 2019).

Tabel 5. Klasifikasi subgroup tanah menurt Soil Survey Staff (2014) dari beberapa ordo

tanah di lahan kering Aceh Besar

No Soil Order /Site Subgroup Texture Soil horizon Soil

rezime

Mineral

composition

1. Entisols/Jalin Typic Udorthents Fine A, AC, C Udic, IHP Mixed

2. Andisols/Saree

Eutric

Hydrudands

Medium Ap, BA, Bw, BC Udic, IHP Allophanic

3. Oxisols/

Lembah

Seulawah

Plinthic

Kandiudox

Fine A, AB, BA, Bo1,

Bo2

Udic, IHP Ferritic

4. Inceptisols/

Blang Bintang

Oxic Haplustepts Medium AB, BA, Bw,

2Bob1, 2Bob2

Udic, IHP Mixed

5. Mollisols/

Krueng Raya

Typic Calcicaquolls Medium Ap, BA, Bk1, Bk2 Udic, IHP Mixed

6. Ultisols Jantho

Typic

Kandiaqults

Fine Ap, AB, BA, Bt1,

Bt2

Udic, IHP Kaolinitic

IHP = isohyperthermic

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

24

Dari Tabel 5 juga dapat dilihat bahwa tekstur tanah lapisan atas pada lahan kering

Aceh Besar bervariasi dari halus hingga sedang, sementara susunan horizonnya juga

bervariasi. Berdasarkan susunan horizon ini, maka dapat dikatakan bahwa ordo tanah yang

belum berkembang adalah Entisol Jalin karena hanya tersusun atas horizon A, AC, dan C

dengan ketebalan solum <50 cm, sedangkan ordo yang lainnya relatif telah berkembang

karena telah tejadi proses horizonisasi yang menghasilkan horizon tanah yang lebih banyak

dan lengkap (Buol et al., 2005). Kelompok yang termasuk tanah yang telah dan sedang

berkembang adalah Inceptisol Blang Bintang, Andisol Saree, Mollisol Krueng Raya, Ultisol

Jantho, dan Oxisol Lembah Seulawah. Adapun gambaran profil dari beberapa ordo tanah

dari lahan kering suboptimal Aceh Besar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang Profil Tanah pada beberapa lokasi lahan kering suboptimal di

Kabupaten Aceh Besar

5.1.2. Indeks Kualitas Tanah (IKT)

Hasil pengamatan dan analisis terhadap karakteristik fisika, kimia dan biologi tanah

sebagai parameter penentu indeks kualitas tanah disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat

dilihat bahwa solum tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar bervariasi

dari 44-125 cm (agak dangkal hingga sangat dalam). Solum tanah yang dangkal (<50 cm)

hanya terdapat pada Entisols Jalin (<50 cm), sedangkan ordo tanah yang lain relatif dalam

hingga sangat dalam. Demikian pula tekstur tanah juga cukup bervariasi dan secara umum

tergolong sedang hingga halus dan tidak ada yang menjadi pembatas. Bulk density tanah

juga bervariasi dari 0.94-1.29 Mg m-1 sedangkan porositas tanah umumnya baik (31.9-

46.1%).

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

25

Table 6. Parameter indeks kualitas tanah (IKT) pada beberapa ordo tanah di lahan kering

suboptimal Aceh Besar

Parameter IKT Entisols

Jalin

Andisols

Saree

Oxisols

Lembah

Seulawah

Inceptisols

Blang

Bintang

Mollisols

Krueng

Raya

Ultisols

Jantho

Soil depth (cm) 44 90 104 80 75 125

- Sand (%) 34 14 10 20 17 29

- Silt (%) 61 66 49 46 23 30

- Clay (%) 05 20 41 34 50 41

Bulk density (Mg m-1) 1.28 0.94 1.28 1.26 1.15 1.29

Porosity (%) 31.9 41.2 45.4 46.1 42.1 42.3

pH (H2O) 6.41 5.56 5.43 5.36 8.36 5.97

Total N (%) 0.04 0.25 0.06 0.06 0.14 0.04

Available P (mg kg-1) 1.20 2.30 1.35 1.55 16.9 2.85

Exchangeable K (cmol kg-1) 0.03 0.56 0.18 0.10 0.65 0.19

Organic C (%) 0.53 3.95 0.48 0.71 1.82 0.53

Sumber: Hasil pengamatan dan analisis laboratorium (2019)

Table 7. Perhitungan indeks kualitas tanah yang didasarkan pada fungsi tanah dan kajian

indikator pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar

Indeks kualitas tanah (IKT)

Soil

function

Assessment

indicators

Entisols

Jalin

Andisols

Saree

Oxisols

Lembah

Seulawah

Inceptisols

Blang

Bintang

Mollisols

Krueng

Raya

Ultisols

Jantho

A Soil depth 0.0022 0.0578 0.0480 0.0404 0.0567 0.0467

Bulk density 0.0451 0.0426 0.0458 0.0435 0.0431 0.0457

Porosity 0.0131 0.0187 0.0276 0.0216 0.0197 0.0098

Organic C 0.0186 0.0694 0.0112 0.0232 0.0190 0.0216

Silt + clay 0.0352 0.0451 0.0273 0.0280 0.0134 0.0284

pH (H2O) 0.0066 0.0056 0.0067 0.0080 0.0120 0.0054

Available P 0.0626 0.0025 0.0166 0.0267 0.2606 0.0003

Exchangeable K 0.0018 0.0129 0.0037 0.0135 0.0060 0.0002

Organic C 0.0141 0.0524 0.0085 0.0175 0.0143 0.0163

Total N 0.0006 0.0029 0.0006 0.0003 0.0008 0.0007

Total (A) 0.1998 0.3926 0.1960 0.2226 0.4439 0.1749

B Silt + clay 0.1196 0.1530 0.0929 0.0950 0.0454 0.0963

Porosity 0.0292 0.0416 0.0613 0.0481 0.0437 0.0218

Bulk density 0.0510 0.0483 0.0519 0.0493 0.0488 0.0518

Total (B) 0.2082 0.2502 0.1026 0.1924 0.0933 0.2145

C Silt + clay 0.0160 0.1530 0.0929 0.0950 0.0454 0.0963

Porosity 0.0146 0.0208 0.0307 0.0240 0.0219 0.0109

Organic C 0.0159 0.0589 0.0095 0.0197 0.0183 0.0161

Total N 0.0010 0.0048 0.0009 0.0004 0.0011 0.0014

Total (C) 0.0391 0.1475 0.2375 0.1340 0.1266 0.0820

IKT = A + B + C 0.4471 0.7903 0.5361 0.5490 0.6638 0.4714

A= Preserve biological activity, B = Regulation and distribution of water, C = Filterring and buffering

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

26

Berdasarkan sifat fisika tanah ini, dapat dikatakan bahwa kualitas tanah cukup baik

karena tidak banyak ditemukan kendala yang berarti. Namun dari aspek kimia tanah dapat

dilihat bahwa terdapat beberapa parameter yang bermasalah pada tanah di lahan kering Aceh

Besar yaitu pH tanah, N total, available P, exchangeable K, dan kandungan C organik. Nilai

pH tanah umumnya masam hingga agak masam (5.36-6.41) kecuali pada Mollisols Krueng

Raya yang agak alkalis (8.36). Kandungan N total pada umumnya sangat rendah hingga

rendah (0.04-0.14%) dan hanya pada Andisols Saree memiliki N total sedang (0.25%),

sedangkan kandungan C organik juga rata-rata rendah hingga sedang. Kandungan

exchangeable K bervariasi dari sangat rendah hingga tinggi (0.03-0.65 cmol kg-1). Hasil

perhitungan indeks kualitas tanah sesuai fungsinya pada setiap ordo tanah dilahan kering

Aceh Besar disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Table 8. Hasil perhitungan skor indikator dan indeks kualitas tanah berdasarkan fungsi-

fungsi tanah

Soil function

Indeks Kualitas Tanah (IKT)

Entisols

Jalin

Andisols

Saree

Oxisols

Lembah

Seulawah

Inceptisols

Blang

Bintang

Mollisols

Krueng

Raya

Ultisols

Jantho

Preserve biological

activity

0.1998 0.3926 0.1960 0.2226 0.4439 0.1747

Regulation and

distribution of water

0.2082 0.2502 0.1026 0.1924 0.0933 0.2145

Filtering and buffering 0.0391 0.1475 0.2375 0.1340 0.1266 0.0820

Total 0.4471 0.7903 0.5361 0.5490 0.6638 0.4712

Criteria Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang

Sumber: Analisis parameter (2019)

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai IKT pada lahan kering Aceh Besar

ternyata bervariasi antar jenis (ordo) tanah dan berkisar dari 0.4471 sampai 0.7903 (sedang

sampai tinggi). IKT tertinggi dijumpai pada Andisols Saree dan yang paling rendah

ditemukan pada Entisols Jalin. Urutan ordo tanah dari yang mempunyai IKT paling tinggi

ke paling rendah adalah: Andisols> Mollisols> Inceptisols> Oxisols > Ultisols > Entisols.

Kualitas tanah merupakan kemampuan tanah dalam menjalankan fungsinya yang

sangat pemnting dalam memainkan peran sebagai pengendali aliran permukaan dan

mendukung pertumbuhan tanaman. Praktek-praktek pengelolaan tanah sering diperlukan

untuk menjaga kualitas tanah setelah penggunaan (USDA, 2007). Indeks kualitas tanah

dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor dari indikator sifat-sifat fisika, kimia

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

27

dan biologi tanah. Semakin tinggi nilai IKT maka kualitas tanah semakin baik atau lebih

bagus dalam menjalankan fungsinya (Mausbach and Seybold, 1998, Andrews et al., 2004).

5.3. Status Kesuburan Tanah (SKT)

Hasil analisis kriteria kesuburan tanah (Tabel 9) menunjukkan bahwa dari lima

indikator yang dianalisis ternyata status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan

kering Aceh Besar rendah hingga tinggi. Ordo tanah yang berstatus kesuburan rendah

ditemukan pada Oxisols Lembah Seulawah dan Inceptisols Blang Bintang sedangkan yang

medium ditemukan pada Entisols Jalin, Andisols Saree, dan Ultisols Jantho. Satu-satunya

ordo tanah dengan status kesuburan tinggi adalah Mollisols Kreung Raya. Secara berurutan

ordo tanah berdasarkan status kesuburan tanah dari tinggi ke rendah adalah: Mollisol >

Andisols = Ultisols = Entisols > Inceptisol = Oxisols.

Ada tiga kendala yang mempengaruhi kesuburan tanah di lahan kering Aceh Besar

yaitu kandungan bahan organik, KTK dan kejenuhan basa yang rendah. Selanjutnya jika

dikaji lebih jauh, maka terlihat bahwa nilai IKT tidak selalu sama dengan status kesuburan

tanah. Tabel 9 dapat dilihat bahwa IKTpada lahan kering Aceh Besar mempunyai dua

kriteria yaitu sedang dan tinggi, sedangkan kriteria status kesuburan tanah ada tiga yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan ini terjadi karena pada analisis IKT menggunakan

parameter lebih banyak yang meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sedangkan pada

analisis status kesuburan tanah (SKT) hanya menggunakan lima kriteria sifat kimia tanah

yaitu KTK, kejenuhan basa, bahan organik, dan cadangan P2O5 dan K2O (Indonesian Soil

Research Centre, 2005).

Table 9. Status kesuburan tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar

Indikator Kesuburan Tanah Entisols

Jalin

Andisols

Saree

Oxisols

Lembah

Seulawah

Inceptisols

Blang

Bintang

Mollisols

Krueng

Raya

Ultisols

Jantho

Cation exchange cations/CEC

(cmol kg-1) 32.9 (T) 20.0 (S) 14.6 (R) 10.5 (R) 49.4 (T) 34.1 (T)

Base saturation/BS (%) 16.9 (R) 19.9 (R) 18.4 (R) 28.7 (R) 60.8 (T) 34.5 (R)

Organic matter (%) 1.76 (R) 1.82 (R) 0.74 (R) 0.78 (R) 0.75 (R) 0.61 (R)

P2O5 content (mg/100 g) 181 (T) 281 (T) 112 (T) 76 (T) 55 (T) 146 (T)

K2O content (mg/100 g) 81 (T) 41 (T) 25 (S) 31 (S) 105 (T) 48 (T)

Soil fertility status Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang

Sumber: Analisis kriteria kesuburan tanah (2019)

R/S/T = rendah/sedang/tinggi

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

28

Menurut Islam dan Weil (2000), klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi

terhadap kualitas tanah didasarkan atas kepermanenannya dan tingkat kepekaannya

terhadap pengelolaan. Sifat-sifat tanah seperti, kadar air, respirasi tanah, pH, N total, K-

mineral, P-tersedia dan kerapatan isi, dapat berubah sebagai hasil dari praktek

pengelolaan secara rutin atau adanya pengaruh cuaca. Sedangkan sifat-sifat permanen

yang merupakan sifat bawaan (inherent) tanah atau lokasi (site) seperti, lereng, kedalaman

tanah, tekstur, mineralogi, lapisan pembatas sedikit terpengaruh oleh pengelolaan.

Berdasarkan hal ini, maka dalam pengelolaan tanah perlu dipilih bahan-bahan yang

mampu memperbaiki kualitas tanah sehingga dapat meningkatkan status kesuburan tanah.

Jika dilihat kendala dan fungsi tanah, maka penambahan bahan organik ke dalam tanah

merupakan salah satu tindakan perbaikan yang baik karena bahan organik selain dapat

meningkatkan cadangan karbon (C) ke dalam tanah juga mampu memperbaiki sifat-sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah (FAO, 2005, Stevenson, 2007, Sanchez, 2012, Sufardi,

2012, Havlin et al., 2014). Pengembalian bahan organik ke dalam tanah saat ini telah

menjadi solusi pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan (Hansen, 2010) dan

dengan bahan organik dapat meningkatkan kesehatan tanah (Bonfante et al., 2019).

5.1.3. Sifat-sifat Kimia Tanah

Tabel 10 dan Tabel 11 secara ringkas dapat dikemukakan bahwa sifat-sifat kimia tanah

pada beberapa ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Besar secara relatif berbeda antar

subgrop tanah dan antar lapisan horizon. Reaksi tanah (pH) secara umum didominasi oleh

tanah-tanah yang bereaksi masam hingga agak masam. Yang tergolong dalam kelompok

tanah masam berdasarkan hasil penelitian ini adalah Inceptisol, Ultisol, Andisol, Oxisol, dan

Entisol, sedangkan yang tergolong ke dalam tanah dengan rekasi netral hingga agak alkalis

adalah ordo Mollisol. Meskipun banyak ordo tanah bereaksi masam, tetapi kandungan Al-

dd tanah relatif kecil dan tidak berpotensi menimbulkan keracunan pada tanaman karena

kejenuhan Al < 10 %, serta pH tanah umumnya > 5,5, sehingga Al—d terdapat dalam bentuk

yang mengendap (tidak larut) yaitu Al(OH)30 (Norman, 1978; Fageria et al., 1986).

Kandungan C dan N total tanah pada Ultisol, Inceptisol, Oxisols, Entisol, dan

Inceptisol secara umum juga rendah kecuali pada tanah ordo Andisol dan Mollisol.

Rendahnya C dan N ini terjadi selain karena tanah-tanah di lahan kering terbentuk dari bahan

induk mineral yang telah mengalami pencucuian sehingga meninggalkan Fe, Al, dan Si yang

miskin bahan organik yang menyebabkan tanah berwarna cerah (coklat hingga kuning

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

29

kemerahan). Pada ordo Mollisol dan Andisiol, C total dan N total tergolong sedang karena

bahan organik terikat bersama mineral amorf alofan pada Andisol atau tanah mengandung

mineral liat 2:1 yang dapat menjerap molekul organik sehingga tanah berwarna coklat

kehitaman (Gambar 1).

Tabel 10. Nilai pH tanah, kandungan C dan N serta P tanah pada setiap lapisan horizon

pada beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal Aceh Besar

No Profil Horison Kedalaman

(cm)

pH pH C

organik

N

total C/N

P C

organik

(%)

N

total

(%)

H2O KCl Bray II

(%) (%) (mg kg-1)

Entisols A 0-12 6,41 4,41 0,51 0,04 12,8 1,20 12,8 1,20

Jalin AC 12-44 6,72 4,82 0,34 0,04 8,50 1,35 8,50 1,35

C >44 5,30 4,25 4,44 0,27 16,4 0,25 16,4 0,25

Ap 0 – 20 5,56 4,35 3,95 0,25 15,8 0,30 15,8 0,30

Andisols AB 20 – 38 5,87 4,69 1,42 0,14 10,1 0,60 10,1 0,60

Saree Bw 38 – 60 6,06 4,64 0,98 0,08 12,3 0,75 12,3 0,75

BC >60 5,25 4,09 0,94 0,08 11,8 1,30 11,8 1,30

A 0 – 10 5,43 4,12 0,48 0,06 8,00 1,35 8,00 1,35

Oxisols AB 10 – 35 5,58 4,24 0,45 0,06 7,50 0,04 7,50 0,04

Lembah BA 35 – 69 5,40 4,07 0,36 0,05 7,20 0,55 7,20 0,55

Seulawah Bo1 69 – 104 5,36 4,0 0,34 0,05 6,80 0,45 6,80 0,45

Bo2 104-150 5,44 4,41 0,99 0,07 14,1 1,05 14,1 1,05

AB 0 – 25 5,36 4,48 0,82 0,06 13,7 1,55 13,7 1,55

Inceptisol BA 25 – 60 5,83 5,20 0,45 0,05 9,00 1,75 9,00 1,75

Blang Bw 60 – 80 6,00 5,49 0,37 0,04 9,25 0,05 9,25 0,05

Bintang Bob1 80 – 107 5,94 5,38 0,36 0,05 7,20 0,25 7,20 0,25

Bob2 >107 6,48 5,08 1,93 0,13 14,8 0,10 14,8 0,10

Ap 0-40 8,35 6,66 0,29 0,04 7,25 0,76 7,25 0,76

Mollisols BA 40-75 8,37 6,73 0,49 0,03 16,3 1,25 16,3 1,25

Krueng Bk1 75-110 8,44 6,77 0,32 0,04 8,00 1,55 8,00 1,55

raya Bk2 >110 5,26 3,88 1,89 0,10 18,9 0,45 18,9 0,45

Ap 0 – 10 5,97 4,00 0,53 0,04 13,25 0,85 13,25 0,85

Ultisols AB 10 – 27 6,34 4,53 0,44 0,04 11,00 0,20 11,00 0,20

Jantho BA 27 – 45 6,41 4,65 0,37 0,04 9,25 1,50 9,25 1,50

Bt1 45 – 97 6,60 4,74 0,23 0,03 7,67 1,35 7,67 1,35

Bt2 97 – 125 5,40 3,91 1,25 0,08 15,6 0,20 15,6 0,20

Sumber: Hasil analisis laboratorium (2019)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K,

dan Na pada sebagian besar tanah di lahan kering suboptimal Aceh Besar tergolong rendah

terutama Mg, K, dan Na, sedangkan Ca lebih bervariasi Antara ordo dan kedalaman tanah.

Pada ordo Oxisol, Ultisol, dan Inceptisol, kandungan kation basa tertukar Ca-dd, Mg-dd, K-

dd, dan Na-dd relatif rendah, sedangkan pada Mollisol dan Andisol termasuk kategori

sedang hingga sangat tinggi terutama kandungan Ca-dd. KTK tanah dan kejenuhan basa

juga relatif rendah kecuali pada Mollisol. Berdasarkan data ini dapat dinyatakan bahwa

ketersediaan hara kation (Ca, Mg, dan K) serta kejenuhan basa tanah menjadi salah satu

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

30

faktor kendala pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar. Hal ini berarti status

kesuburan tanah sangat berbeda Antara ordo tanah. Hasil penilaian status kesuburan tanah,

sebagian besar tanah di lahan kering Aceh Besar mempunyai status kesuburan tanah rendah

yaitu ordo Entisol, Inceptisol, Oxisol, dan Ultisol, sedangkan yang berstatus kesuburan

tanah sedang adalah Andisol dan Mollisol. Tidak ditemukan adanya ordo tanah yang

berstatus kesuburan tinggi di lahan kering suboptimal Aceh Besar.

Tabel 11. Kandungan kation basa tertukar, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan DHL tanah pada

setiap lapisan horizon pada beberapa ordo tanah di lahan kering suboptimal

Aceh Besar

Lokasi

Profil Horison

Kedalaman

(cm)

Kation basa tertukar Jumlah

KTK KB

Al-dd H-dd

DHL Ca Mg K Na Kation Ekstrak 1N KCl

----------------- (cmol kg-1) -----------------

- (%) (cmol kg-1) (dS m-1)

A 0-12 6,10 0,31 0,03 0,21 6,65 34,4 19,3 0,00 0,24 0,02

Entisols AC 12-44 5,78 0,31 0,03 0,22 6,34 32,8 19,3 0,00 0,24 0,01

Jalin C >44 3,08 0,34 0,24 0,18 3,84 31,6 12,2 0,80 1,00 0,02

Ap 0 – 20 2,42 0,35 0,14 0,19 3,10 29,2 10,6 0,48 0,72 0,05

Andisols AB 20 – 38 3,23 0,36 0,38 0,21 4,18 25,2 16,6 0,00 0,32 0,02

Saree Bw 38 – 60 4,14 0,36 0,19 0,22 4,91 26,4 18,6 0,00 0,24 0,02

BC >60 2,05 0,36 0,19 0,20 2,8 17,2 16,3 0,24 0,60 0,03

A 0 – 10 1,74 0,35 0,03 0,19 2,31 14,0 16,5 0,24 0,64 0,02

Oxisols AB 10 – 35 1,89 0,36 0,05 0,21 2,51 14,4 17,4 0,00 0,68 0,04

Lembah BA 35 – 69 1,77 0,36 0,03 0,23 2,39 35,2 6,8 0,24 0,68 0,04

Seulawah Bo1 69 – 104 1,56 0,36 0,03 0,24 2,19 14,4 15,2 0,48 0,60 0,02

Bo2 104-150 1,61 0,36 0,12 0,23 2,32 32,8 7,07 0,00 0,4 0,02

AB 0 – 25 2,01 0,36 0,10 0,25 2,72 10,0 27,2 0,00 0,32 0,02

Inceptisols BA 25 – 60 2,27 0,36 0,05 0,29 2,97 9,60 30,9 0,00 0,32 0,17

Blang Bw 60 – 80 2,20 0,36 0,04 0,30 2,9 16,0 18,1 0,00 0,24 0,3

Bintang Bob1 80 – 107 2,44 0,36 0,03 0,31 3,14 9,20 34,1 0,00 0,32 0,4

Bob2 >107 29,8 0,37 0,37 0,35 30,9 58,4 53,0 0,00 0,24 0,3

Ap 0-40 41,7 0,39 0,30 0,38 42,8 62,4 68,5 0,00 0,24 0,05

Mollisols BA 40-75 44,2 0,39 0,24 0,42 45,3 64,0 70,8 0,00 0,24 0,05

Krueng Bk1 75-110 43,6 0,38 0,29 0,41 44,7 60,8 73,4 0,00 0,2 0,07

Raya Bk2 >110 4,00 0,38 0,21 0,41 5,00 20,4 24,5 0,56 0,96 0,04

Ap 0 – 10 7,57 0,37 0,19 0,42 8,55 37,6 22,7 0,00 0,40 0,06

Ultisols AB 10 – 27 4,35 0,38 0,17 0,42 5,32 34,8 15,3 0,00 0,32 0,03

Jantho BA 27 – 45 8,32 0,38 0,12 0,39 9,21 32,0 28,8 0,00 0,24 0,03

Bt1 45 – 97 0,70 0,39 0,17 0,40 1,66 37,6 4,41 0,00 0,24 0,02

Bt2 97 – 125 2,14 0,38 0,20 0,35 3,07 18,8 16,3 1,60 0,96 0,02

Sumber: Hasil analisis laboratorium (2019)

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

31

5.2. Pengaruh Amelioran terhadap Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah

Hasil analisis terhadap status muatan koloid yang diukur dari nilai titik muatan nol

(PZC) tanah dan sifat fisikokimia tanah (pH, KTK, C organik, N total, kkadar kation tertukar

dan kejenuhan basa) disajikan pada Lampiran 7 sampai 8.

5.2.1. Status Muatan Koloid

(a) Titik Muatan Nol (PZC)

Titik muatan nol merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk

mengetahui status muatan koloid tanah. Menurut Uehara dan Gillman (1981), jika suatu

tanah mempunyai titik muatan nol atau nilai PZC tinggi, maka secara kimia tanah ini tidak

baik kualitasnya. Suatu nilai PZC dikatakan tinggi jika nilainya lebih besar atau sama dengan

dengan nilai pH actual tanah (pH H2O). Tanah yang baik adalah yang mempunyai PZC < pH

tanah. Hasil percobaan inkubasi laboratorium dengan aplikasi berbagai jenis dan dosis bahan

pembenah tanah (amelioran) menunjukkan bahwa bahan dan jenis amelioran berpengaruh

terhadap dinamika PZC tanah (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik muatan nol

(PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

No Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols

Saree

Inceptisols

Cucum

Ultisols

Jantho

1. A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 3.71 b 3.37 a 3.07 a

2. A1 15 ton/ha Biochar 3.89 b 3.34 a 3.15 a

3. A2 15 ton/ha Kompos 4.04 b 3.46 a 3.32 ab

4. A3 2 ton/ha CaCO3 4.27 b 3.88 ab 3.69 ab

5. A4 2 ton/ha SP-36 3.51 ab 3.76 ab 3.21 ab

6. A5 30 ton/ha Biochar 3.86 b 3.49 a 3.11 a

7. A6 30 ton/ha Kompos 4.82 c 3.45 a 3.39 ab

8. A7 4 ton/ha CaCO3 4.12 bc 4.31 b 4.02 b

9. A8 4 ton/ha SP-36 3.17 a 3.84 ab 3.27 ab Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNJ (0,05)

Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh

terhadap perubahan status PZC tanah Andisols, Inceptisols, dan Ultisols. Pengaruh perlakuan

ini berbeda antara ordo tanah.

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

32

(b) pH tanah dan Muatan Permukaan Koloid

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda dapat mempengaruhi pH tanah pada beberapa ordo tanah di

lahan kering Aceh Besar. Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang

nyata antara nilai PZC antar ordo tanah (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap titik muatan nol

(PZC) tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran pH (H2O) pH KCl pH

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.49 a 4.93 a -0.56

A1 15 ton/ha (Biochar) 5.45 a 4.93 a -0.52

A2 15 ton/ha (Kompos) 5.54 a 5.03 a -0.51

A3 2 ton/ha (CaCO3) 5.74 ab 5.21 a -0.53

A4 2 ton/ha (SP-36) 5.40 a 4.88 a -0.52

A5 30 ton/ha (Biochar) 5.42 a 4.93 a -0.49

A6 30 ton/ha (Kompos) 5.82 b 5.37 a -0.45

A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.78 ab 5.26 a -0.52

A8 4 ton/ha (SP-36) 5.39 a 4.88 a -0.51

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 6.39 b 5.33 b -1.06

A1 15 ton/ha (Biochar) 6.14 b 5.19 b -0.95

A2 15 ton/ha (Kompos) 6.33 b 5.51 b -0.82

A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.95 b 5.89 b -1.06

A4 2 ton/ha (SP-36) 5.81 b 5.04 b -0.77

A5 30 ton/ha (Biochar) 6.16 b 5.26 b -0.90

A6 30 ton/ha (Kompos) 6.30 b 5.63 b -0.67

A7 4 ton/ha (CaCO3) 7.35 c 6.38 c -0.97

A8 4 ton/ha (SP-36) 5.63 a 4.95 a -0.68

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.61 b 4.85 b -0.76

A1 15 ton/ha (Biochar) 5.67 b 4.98 b -0.69

A2 15 ton/ha (Kompos) 5.43 b 4.90 b -0.53

A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.26 c 5.51 c -0.75

A4 2 ton/ha (SP-36) 5.15 b 4.54 b -0.61

A5 30 ton/ha (Biochar) 5.11 b 4.47 b -0.64

A6 30 ton/ha (Kompos) 5.50 b 4.99 b -0.51

A7 4 ton/ha (CaCO3) 6.15 b 5.60 b -0.55

A8 4 ton/ha (SP-36) 4.92 a 4.45 a -0.47 Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

33

Tabel 13 menunjukkan bahwa perbedaan jenis dan dosis dapat memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap pH H2O dan pH KCl tanah tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai delta

pH. Data menunjukkan bahwa delta pH tanah umumnya bernilai negative yang menunjukkan

bahwa muatan koloid bermuatan negatif.

5.2.2. Sifat Fisikokimia Tanah

(a) Kapasitas tukar kation (KTK)

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation tanah (KTK)

pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata nilai KTK tanah pada

berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh

Besar dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap KTK tanah pada tiga

ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols

Saree

Inceptisols

Cucum

Ultisols

Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.60 20.00 11.60

A1 15 ton/ha (Biochar) 23.80 22.20 9.20

A2 15 ton/ha (Kompos) 24.80 19.40 10.60

A3 2 ton/ha (CaCO3) 25.20 20.60 12.40

A4 2 ton/ha (SP-36) 24.60 20.80 13.60

A5 30 ton/ha (Biochar) 31.00 16.80 12.60

A6 30 ton/ha (Kompos) 26.00 16.20 12.00

A7 4 ton/ha (CaCO3) 25.40 18.40 11.00

A8 4 ton/ha (SP-36) 24.20 20.80 12.00

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNJ (0,05)

(b) Kandungan C dan N tanah

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kandungan C dan N tanah pada

beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kandungan C dan N tanah pada

berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh

Besar dapat dilihat pada Tabel 16.

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

34

Tabel 16. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan C dan N

tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols

Saree

Inceptisols

Cucum

Ultisols

Jantho

Kandungan C (%)

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 2.17 0.43 0.89

A1 15 ton/ha (Biochar) 2.34 0.34 0.86

A2 15 ton/ha (Kompos) 2.22 0.48 1.10

A3 2 ton/ha (CaCO3) 2.18 0.54 0.87

A4 2 ton/ha (SP-36) 1.91 0.36 0.89

A5 30 ton/ha (Biochar) 2.19 0.56 0.89

A6 30 ton/ha (Kompos) 2.24 0.5 1.08

A7 4 ton/ha (CaCO3) 2.06 0.52 0.90

A8 4 ton/ha (SP-36) 2.19 0.39 0.93

Kandungan N (%)

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.18 0.06 0.07

A1 15 ton/ha (Biochar) 0.19 0.04 0.07

A2 15 ton/ha (Kompos) 0.16 0.04 0.05

A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.15 0.03 0.06

A4 2 ton/ha (SP-36) 0.16 0.02 0.06

A5 30 ton/ha (Biochar) 0.16 0.03 0.08

A6 30 ton/ha (Kompos) 0.17 0.03 0.06

A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.16 0.03 0.06

A8 4 ton/ha (SP-36) 0.16 0.02 0.06

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNJ (0,05)

Tabel 16 dapat dilihat bahwa pengaruh dosis dan jenis amelioran ternyata berbeda antar

ordo tanah. Pemberian kompos dn biochar dapat meningkatkan kandungan C tanah

sebesar 0.05% jika dibandingkan dengan tanpa amelioran. Akan tetapi pemberian CaCO3

dan SP-36 tidak signifikan dalam meningkatkan kandungan C tanah.

(c) Kandungan Ca, Mg, K dan Na Tertukar

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap kandungan kation tertukar (Ca++, Mg++,

K+, dan Na+) tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kation

tertukar (Ca++, Mg++, K+, dan Na+) tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran

pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

35

Tabel 17. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan kation

tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal

Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 3.94 0.28 0.77 0.52

A1 15 ton/ha (Biochar) 4.22 0.28 0.83 0.55

A2 15 ton/ha (Kompos) 4.48 0.28 0.97 0.58

A3 2 ton/ha (CaCO3) 4.84 0.28 0.81 0.53

A4 2 ton/ha (SP-36) 4.83 0.28 0.81 0.57

A5 30 ton/ha (Biochar) 4.34 0.27 0.87 0.56

A6 30 ton/ha (Kompos) 4.93 0.28 1.11 0.62

A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.13 0.28 0.82 0.56

A8 4 ton/ha (SP-36) 5.01 0.28 0.82 0.55

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 4.90 0.29 0.14 0.50

A1 15 ton/ha (Biochar) 4.92 0.29 0.29 0.54

A2 15 ton/ha (Kompos) 5.06 0.29 0.54 0.59

A3 2 ton/ha (CaCO3) 5.29 0.29 0.14 0.53

A4 2 ton/ha (SP-36) 5.00 0.29 0.13 0.54

A5 30 ton/ha (Biochar) 3.96 0.29 0.24 0.54

A6 30 ton/ha (Kompos) 4.82 0.29 0.71 0.61

A7 4 ton/ha (CaCO3) 5.31 0.29 0.15 0.56

A8 4 ton/ha (SP-36) 4.78 0.29 0.19 0.59

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.65 0.28 0.11 0.61

A1 15 ton/ha (Biochar) 0.66 0.28 0.27 0.62

A2 15 ton/ha (Kompos) 1.18 0.28 0.76 0.65

A3 2 ton/ha (CaCO3) 1.91 0.28 0.13 0.63

A4 2 ton/ha (SP-36) 1.37 0.28 0.57 0.66

A5 30 ton/ha (Biochar) 1.04 0.28 0.45 0.65

A6 30 ton/ha (Kompos) 1.25 0.28 0.58 0.65

A7 4 ton/ha (CaCO3) 1.88 0.28 0.21 0.66

A8 4 ton/ha (SP-36) 1.40 0.27 0.20 0.61

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

(d) Jumlah kation dan kejenuhan basa (KB)

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda berpengaruh terhadap jumlah kation tertukar (Ca++, Mg++,

K+, dan Na+) dan kejenuhan basa (KB) tanah pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

36

Besar. Rata-rata jumlah kation tertukar dan KB tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis

amelioran pada setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap jumlah kation dan

kejenuhan basa tanah pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh

Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran Andisols

Saree

Inceptisols

Cucum

Ultisols

Jantho

Jumlah Kation (cmol kg-1)

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 5.51 5.83 1.65

A1 15 ton/ha (Biochar) 5.88 6.03 1.83

A2 15 ton/ha (Kompos) 6.31 6.47 2.88

A3 2 ton/ha (CaCO3) 6.46 6.24 2.95

A4 2 ton/ha (SP-36) 6.50 5.96 2.88

A5 30 ton/ha (Biochar) 6.04 5.03 2.42

A6 30 ton/ha (Kompos) 6.93 6.43 2.77

A7 4 ton/ha (CaCO3) 6.79 6.30 3.03

A8 4 ton/ha (SP-36) 6.65 5.85 2.49

Kejenuhan Basa (%)

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.44 29.15 14.68

A1 15 ton/ha (Biochar) 24.89 27.18 25.88

A2 15 ton/ha (Kompos) 25.44 33.35 27.43

A3 2 ton/ha (CaCO3) 25.74 30.26 23.41

A4 2 ton/ha (SP-36) 26.42 28.65 20.71

A5 30 ton/ha (Biochar) 20.79 31.94 19.19

A6 30 ton/ha (Kompos) 26.87 43.38 23.11

A7 4 ton/ha (CaCO3) 26.76 34.08 28.74

A8 4 ton/ha (SP-36) 27.55 28.48 21.18 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNJ (0,05)

(e) Kandungan Al-dd, H-dd dan Kejenuhan Al

Hasil percobaan inkubasi dan uji F (0,05) menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dengan jenis dan dosis berbeda tidak berpengaruh terhadap Al-dd dan H-dd tanah serta

kejenuhan Al pada beberapa ordo tanah di lahan kering Aceh Besar. Rata-rata kandungan

Al—d, H-dd dan kejenuhan Al tanah pada berbagai perlakuan jenis dan dosis amelioran pada

setiap ordo tanah di lahan kering Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

37

Tabel 19. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap kandungan Al-dd, H-

dd, dan kejenuhan Al pada tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Kabupaten

Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran Al-dd H-dd Kejenuhan Al

---------- (cmol/kg) ------ (%)

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.08 0.32 1.45

A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.24 0.00

A2 15 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00

A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A4 2 ton/ha (SP-36) 0.20 0.28 3.08

A5 30 ton/ha (Biochar) 0.00 0.32 0.00

A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00

A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A8 4 ton/ha (SP-36) 0.08 0.32 1.20

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.00 0.00 0.00

A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00

A2 15 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00

A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A4 2 ton/ha (SP-36) 0.00 0.00 0.00

A5 30 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00

A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.00 0.00

A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A8 4 ton/ha (SP-36) 0.00 0.00 0.00

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.00 0.00 0.00

A1 15 ton/ha (Biochar) 0.00 0.00 0.00

A2 15 ton/ha (Kompos) 0.16 0.36 5.61

A3 2 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A4 2 ton/ha (SP-36) 0.88 0.52 34.18

A5 30 ton/ha (Biochar) 0.72 0.64 30.52

A6 30 ton/ha (Kompos) 0.00 0.32 0.00

A7 4 ton/ha (CaCO3) 0.00 0.00 0.00

A8 4 ton/ha (SP-36) 0.60 0.76 25.80

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa ternyata kandungan Al-dd, H-dd tanah dan kejenuhan Al

secara umum tidak dipengaruhi oleh jenis dan dosis amelioran kecuali akibat pemberian

Biochar dan SP-36 pada dosis 4 t/ha.

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

38

5.3. Pengaruh Amelioran terhadap Pertumbuhan dan Serapan Hara Jagung

5.3.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan analisis N, P, dan K

daun disajikan pada Lampiran 6 hingga 11. Rata-rata tinggi tanaman jagung umur 14, 21, 28,

35, dan 42 hari setelah tanam pada setiap perlakuan bahan amelioran dan ordo tanah disajikan

pada Tabel 20.

Tabel 20. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman

jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo tanah

dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42HST

…………………. (cm) ………………...

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 34.70 50.45 78.45 115.10 149.95

A1 Biochar 20 t ha-1 35.95 63.75 99.70 137.15 168.00

A2 Kompos 20 t ha-1 43.30 77.15 115.05 154.90 175.60

A3 CaCO3 4 t ha-1 35.45 47.40 67.80 103.00 143.95

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 46.95 93.35 133.55 167.80 188.05

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 39.40 61.35 97.75 142.05 172.00

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 37.75 63.10 97.40 138.65 174.15

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.70 79.20 115.10 158.00 188.55

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 38.55 76.40 117.70 148.00 164.50

A1 Biochar 20 t ha-1 39.55 70.90 102.75 131.50 154.00

A2 Kompos 20 t ha-1 52.65 90.75 131.00 160.15 171.80

A3 CaCO3 4 t ha-1 37.80 64.15 97.80 123.35 142.50

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 42.85 81.25 118.25 150.35 169.80

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 40.55 71.15 102.95 135.65 159.75

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 40.65 78.50 101.50 145.70 165.30

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 42.55 71.40 111.05 143.85 169.15

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 39.60 80.30 122.10 163.05 188.70

A1 Biochar 20 t ha-1 47.25 80.05 123.25 167.35 186.85

A2 Kompos 20 t ha-1 54.45 98.65 139.95 184.50 203.70

A3 CaCO3 4 t ha-1 37.30 66.00 96.60 130.40 162.90

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 50.15 93.15 136.85 175.80 195.45

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 45.65 77.05 111.85 150.20 179.35

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 43.80 73.30 113.50 156.50 184.75

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.85 85.10 123.00 166.90 188.20

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

39

Hasil analisis ragam (uji F) menunjukkan bahwa pemberian amelioran berpengaruh

terhadap tinggi tanaman jagung umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST),

sedangkan ordo tanah belum berpengaruh pada umur 14 HST namun pada umur 21, 28, 35,

dan 42 HST sangat berpengaruh. Tabel 20a dapat dilihat pada perlakuan kontrol (tanpa

amelioran) tanaman jagung tingginya 37.62 cm, namun dengan aplikasi bahan amelioran

biochar, kompos, SP-36 dan kombinasinya tanaman lebih tinggi dan tertinggi diperoleh pada

pemberian kompos (A3) yaitu pada dosis 20 ton/ha dan terendah pada pemberian CaCO3

sebanyak 4 to/ha. Demikian pula terhadap tinggi tanamn umur 21, 28, 35, dan 42 HST

ternyata pemberian kompos baik diberikan secara mandiri maupun dikombinasi dengan

amelioran lain seperti biochar, atau SP-36 memberikan pengaruh yang lebih baik pada

tanaman jagung. Berdasarkan hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian amelioran

dari jenis bahan organik seperti kompos memberikan pengaruh lebih baik pada tanah

sehingga pertumbuhan jagung lebih sehat.

Kompos merupakan bahan amelioran organik yang berfungsi sebagai sumber C dan

memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan amelioran anorganik seperti CaCO3. Hal

ini terjadi karena bahan organik kompos memiliki keunggulan sebagai bahan yang

mempunyai luas permukaan spesifik tinggi, mempunyai KTK tinggi, dapat menjerap air dan

hara, serta menjadi habitat bagi mikrobia sehingga lebih baik pengaruhnya pada tanah (FAO,

2005, Stevenson, 2007, Sufardi, 2012). Hasil penelitian Sufardi (1999) pada Ultisol Jasinga

juga menunjukkan bahwa aplikasi kompos lebih baik dari pada aplikasi kapur.

Tabel 20a. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran

terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar

Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata

----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 34.70 38.55 39.60 37.62 a A1 = Biochar 20 t ha-1 35.95 39.55 47.25 40.92 a A2 = Kompos 20 t ha-1 43.30 52.65 54.45 50.13 b A3 = CaCO3 4 t ha-1 35.45 37.80 37.30 36.85 a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 46.95 42.85 50.15 46.65 ab A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 39.40 40.55 45.65 41.87 a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 37.75 40.65 43.80 40.73 a A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 45.70 42.55 45.85 44.70 a

Rata-rata 39.90 a 41.89 a 45.51 a BNJ amelioran = 11.96

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

40

Tabel 20b. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran

terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar

Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata

----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 50.45 76.40 80.30 69.05a A1 = Biochar 20 t ha-1 63.75 70.90 80.05 71.57a A2 = Kompos 20 t ha-1 77.15 90.75 98.65 88.85b A3 = CaCO3 4 t ha-1 47.40 64.15 66.00 59.18a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 93.35 81.25 93.15 89.25b A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 61.35 71.15 77.05 69.85a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 63.10 78.50 73.30 71.63ab A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 79.20 71.40 85.10 78.57b

Rata-rata 66.97a 75.56ab 81.70b BNT amelioran : 19.17 BNT ordo tanah : 8.85

Tabel 20c. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran

terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar

Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata

----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 78.45 117.70 122.10 106.08ab A1 = Biochar 20 t ha-1 99.70 102.75 123.25 108.57b A2 = Kompos 20 t ha-1 115.05 131.00 139.95 128.67c A3 = CaCO3 4 t ha-1 67.80 97.80 96.60 87.40a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 133.55 118.25 136.85 129.55c A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 97.75 102.95 111.85 104.18a A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 97.40 101.50 113.50 104.13a A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 115.10 111.05 123.00 116.38bc

Rata-rata 100.60a 110.38b 120.89c BNT amelioran : 20.63 BNT ordo tanah : 9.53

Tabel 20d. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat Pemberian Bahan

Amelioran terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar

Amelioran Andisols Inceptisols Ultisols Rata-rata

----------------------- (cm) ------------------------- A0 = Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 115.10 148.00 163.05 142.05a A1 = Biochar 20 t ha-1 137.15 131.50 167.35 145.33b A2 = Kompos 20 t ha-1 154.90 160.15 184.50 166.52b A3 = CaCO3 4 t ha-1 103.00 123.35 130.40 118.92a A4 = Pupuk SP-36 4 t ha-1 167.80 150.35 175.80 164.65b A5 = Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 142.05 135.65 150.20 142.63ab A6 = Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 138.65 145.70 156.50 146.95b A7 = Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 158.00 143.85 166.90 156.25b

Rata-rata 139.58a 142.32ab 161.84c BNT amelioran : 20.63 BNT ordo tanah : 9.53

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

41

Tabel 20e. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran

terhadap Pertumbuhan Jagung di Lahan Kering Aceh Besar

Amelioran

Ordo Tanah Rata-rata

Andisol Inceptisol Ultisol

…(cm)… A0 = Kontrol 149.95 164.50 188.70 167.72a

A1 = 20 t/ha Biochar 168.00 154.00 186.85 169.62a

A2 = 20 t/ha Kompos 175.60 171.80 203.70 183.70b

A3 = 4 t/ha CaCO3 143.95 142.50 162.90 149.78a

A4 = 4 t/ha SP-36 188.05 169.80 195.45 184.43b

A5 = 10 t/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 172.00 159.75 179.35 170.37ab

A6 = 10 t/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 174.15 165.30 184.75 174.73b

A7 = 10 t/ha Biochar +10 t/ha Kompos 188.55 169.15 188.20 181.97b

Rata-rata 170.03ab 162.10a 186.24b

BNT amelioran : 22.19 BNT ordo tanah : 10.25

Pada tinggi tanaman umur 28 hingga 42 HST, ternyata perlakuan amelioran yang lebih baik

diperoleh pada kombinasi 10 t/ha kompos + 10 t/ha biochar atau pada pemberian SP-36,

sedangkan perlakuan 4 t/ha CaCO3 tetap memberikan hasil yang paling rendah bahkan lebih

rendah dari perlakuan kontrol (tanpa amelioran). Berdasarkan percobaan ini maka dapat

dikatakan bahwa pemberian amelioran dapat meningkatkan pertumbuhan jagung ketiga ordo

tanah yang berasal dari Aceh Besar.

Selanjutnya jika dilihat perbedaan pertumbuhan jagung pada ketiga ordo tanah maka

tanpak bahwa pada Ultisols Jantho memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik

dibandingkan dengan pada Andisols Saree dan Inceptisols Cucum. Ultisols Jantho

merupakan ordo tanah yang memiliki ciri tanah yang kurang baik karena mempunyai

beberapa kendala kesuburan tanah seperti rendahnya kandungan bahan organik tanah, N total

rendah, dan ketersediaan kation dan kejenuhan basa rendah (Mulkan et al., 2016, Sufardi et

al., 2017, Sufardi et al., 2018,). Andisols Saree pada dasarnya tergolong tanah yang lebih

subur dibandingkan dengan Ultisols Jantho dan Inceptisols Cucum akan tetapi tanah ini

memiliki masalah yaitu tingginya adsorpsi P sehingga P tersedia sangat rendah yaitu < 4

mg/kg tanah (Sufardi et al., 2018). Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa pada

Inceptisols Cucum, pertumbuhan jagung lebih rendah dibandingkan dengan Ultisols Jantho

dan Andisols Saree. Hal ini disebabkan karena Inceptisols mempunyai ciri tanah yang lebih

jelek akibat rendahnya bahan organik, N total, kejenuhan basa dan kation tertukar serta secara

fisik tanah ini mengandung pasir lebih tinggi akibat erosi yang terjadi pada lapisan

permukaan (Hasil survai lapangan, 2019).

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

42

5.3.2. Serapan Hara

(a) Konsentrasi N, P, dan K dalam Jaringan Tanaman

Tabel 21. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap konsentrasi N, P,

dan K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari setelah tanam (HST) pada

tiga ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran N P K

…………………. (cm) …………...

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.22 0.25 1.50

A1 Biochar 20 t ha-1 0.28 0.18 1.16

A2 Kompos 20 t ha-1 0.27 0.38 1.46

A3 CaCO3 4 t ha-1 0.41 0.26 1.43

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.27 0.31 1.44

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.27 0.37 1.42

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.26 0.33 1.53

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.35 0.44 1.53

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.25 0.35 1.25

A1 Biochar 20 t ha-1 0.19 0.31 1.30

A2 Kompos 20 t ha-1 0.29 0.27 1.33

A3 CaCO3 4 t ha-1 0.21 0.34 1.30

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.20 0.32 1.23

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.26 0.28 1.35

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.25 0.41 1.46

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.37 0.35 1.45

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 0.40 0.20 1.14

A1 Biochar 20 t ha-1 0.62 0.34 1.38

A2 Kompos 20 t ha-1 0.50 0.22 1.02

A3 CaCO3 4 t ha-1 0.52 0.22 1.24

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 0.48 0.45 1.09

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.62 0.25 1.23

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 0.48 0.26 1.33

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 0.58 0.40 1.47

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

43

(b) Serapan Hara N, P, dan K

Tabel 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap Serapan N, P, dan

K jaringan tanaman jagung pada umur 45 hari setelah tanam (HST) pada tiga

ordo tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Amelioran

Ordo Tanah

Rata-rata Andisol (T1) Inceptisol (T2) Ultisol (T3)

…(%)…

Serapan Nitrogen (N)

A0 = Kontrol 0.22 0.25 0.40 0.29a

A1 = Biochar 0.28 0.19 0.62 0.36a

A2 = Kompos 0.27 0.29 0.50 0.35a

A3 = CaCO3 0.41 0.21 0.52 0.38a

A4 = SP-36 0.27 0.20 0.48 0.32a

A5 = Biochar + CaCO3 0.27 0.26 0.62 0.38a

A6 = Kompos + CaCO3 0.26 0.25 0.48 0.33a

A7 = Biochar + Kompos 0.35 0.37 0.58 0.43b

Rata-rata 0.29a 0.25a 0.52b BNT amelioran : 0.13 BNT ordo tanah : 0.06

Serapan Fosfor (P)

A0 = Kontrol 0.25 0.35 0.20 0.27a

A1 = Biochar 0.18 0.31 0.34 0.28a

A2 = Kompos 0.38 0.27 0.22 0.29a

A3 = CaCO3 0.26 0.34 0.22 0.27a

A4 = SP-36 0.31 0.32 0.45 0.36ab

A5 = Biochar + CaCO3 0.37 0.28 0.25 0.30a

A6 = Kompos + CaCO3 0.33 0.41 0.26 0.33a

A7 = Biochar + Kompos 0.44 0.35 0.40 0.39b

Rata-rata 0.31a 0.33a 0.29a BNT amelioran : 0.09 BNT ordo tanah : 0.04

Andisol (T1) Inceptisol (T2) Ultisol (T3)

Serapan Kalium (K)

A0 = Kontrol 1.50 1.25 1.14 1.30a

A1 = Biochar 1.16 1.30 1.38 1.28a

A2 = Kompos 1.46 1.33 1.02 1.27a

A3 = CaCO3 1.43 1.30 1.24 1.32a

A4 = SP-36 1.44 1.23 1.09 1.25a

A5 = Biochar + CaCO3 1.42 1.35 1.23 1.33a

A6 = Kompos + CaCO3 1.53 1.46 1.33 1.44ab

A7 = Biochar + Kompos 1.53 1.45 1.47 1.48b

Rata-rata 1.43b 1.33ab 1.24a BNT amelioran : 0.22 BNT ordo tanah : 0.10

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

44

5.4. Pengaruh Jenis dan Dosis Amelioran Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Kedelai

5.4.1. Pertumbuhan Tanaman

Tabel 23. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman

kedelai umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (HST) pada tiga ordo

tanah dari lahan kering suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

…………………. (cm) ………………...

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 25.78 35.15 62.40 97.60 119.80

A1 Biochar 20 t ha-1 22.93 32.48 47.93 69.20 86.93

A2 Kompos 20 t ha-1 27.30 37.83 62.18 85.03 106.05

A3 CaCO3 4 t ha-1 26.03 34.78 50.40 75.23 100.90

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 25.73 50.25 89.68 133.00 156.88

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 24.83 32.85 57.18 95.33 116.40

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 23.05 33.18 60.80 97.78 119.65

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 22.33 36.80 74.43 118.05 139.75

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 25.63 44.53 90.45 133.15 152.58

A1 Biochar 20 t ha-1 21.98 38.48 77.75 115.50 134.70

A2 Kompos 20 t ha-1 24.95 44.65 73.25 117.50 151.55

A3 CaCO3 4 t ha-1 21.08 30.28 63.03 103.38 125.50

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 21.03 33.33 61.75 91.88 114.50

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 22.83 40.28 79.68 119.35 140.60

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 21.25 40.85 74.38 113.70 140.30

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 27.50 46.95 93.53 141.40 163.33

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 23.38 38.48 67.63 101.90 117.80

A1 Biochar 20 t ha-1 24.20 37.00 66.13 101.10 125.23

A2 Kompos 20 t ha-1 25.65 48.65 85.83 115.10 133.58

A3 CaCO3 4 t ha-1 24.55 33.15 62.98 98.20 126.38

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 21.43 36.05 72.40 108.55 145.58

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 22.48 38.15 73.50 121.78 143.63

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 26.33 47.50 92.55 130.63 151.25

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 26.18 49.70 96.98 146.25 168.73

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

45

5.4.2. Hasil Kedelai

Tabel 24. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap tinggi tanaman umur

48 HST dan komponen hasil kedelai pada tiga ordo tanah dari lahan kering

suboptimal Aceh Besar

Kode Perlakuan pemberian amelioran

TT 49

HST

Jumlah

daun

Jumlah

polong

BK

Biji

Hasil

biji (cm) (lembar) (bh) (g/pot) (t/ha)

Andisols Saree

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 120.53 17.50 41.00 9.84 1.23

A1 Biochar 20 t ha-1 88.00 12.50 33.00 7.92 0.99

A2 Kompos 20 t ha-1 108.68 21.00 72.00 17.28 2.16

A3 CaCO3 4 t ha-1 105.53 11.50 31.50 7.56 0.95

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 161.08 28.00 70.50 16.92 2.12

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 117.55 21.50 41.50 9.96 1.25

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 121.30 23.50 70.50 16.92 2.12

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 143.23 23.50 82.00 19.68 2.46

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 152.93 26.50 73.50 17.64 2.21

A1 Biochar 20 t ha-1 139.53 20.50 36.50 8.76 1.10

A2 Kompos 20 t ha-1 151.63 32.00 71.00 17.04 2.13

A3 CaCO3 4 t ha-1 125.78 19.00 44.50 10.68 1.34

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 120.95 18.00 62.50 15.00 1.88

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 143.93 20.00 45.50 10.92 1.37

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 143.23 22.50 93.00 22.32 2.79

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 163.85 23.00 95.50 22.92 2.87

Ultisols Jantho

A0 Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) 123.40 18.50 78.50 18.84 2.36

A1 Biochar 20 t ha-1 129.35 20.50 62.00 14.88 1.86

A2 Kompos 20 t ha-1 135.70 30.00 89.50 21.48 2.69

A3 CaCO3 4 t ha-1 130.98 17.50 62.50 15.00 1.88

A4 Pupuk SP-36 4 t ha-1 151.98 21.00 64.00 15.36 1.92

A5 Biochar 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 145.95 23.50 73.50 17.64 2.21

A6 Kompos 10 t ha-1 + CaCO3 4 t ha-1 152.55 26.50 90.00 21.60 2.70

A7 Biochar 10 t ha-1 + kompos 10 t ha-1 170.48 27.00 84.00 20.16 2.52

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur

yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Keterangan: BK = bobot kering

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

46

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil evaluasi lapangan dan analisis laboratorium serta berdasarkan hasil

percobaan yang telah dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat dihasilkan

untuk sementara ini, yaitu:

(1) Indeks kualitas tanah (IKT) pada lahan kering suboptimal Kabupaten Aceh Besar

berbeda antar ordo tanah. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam

sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Indeks kualitas tanah di lahan kering

suboptimal Aceh Besar secara umum bervariasi dari kategori sedang hingga tinggi,

sedangkan status (tingkat) kesuburan tanah bervariasi dari kategori rendah hingga

tinggi. Sebagian besar ordo tanah yang mendominasi lahan kering Kabupaten Aceh

Besar seperti Entisols Jalin, Inceptisols Data Gaseu, Ultisol Jantho, dan Oxisols

Lembah Seulawah mempunyai IKT sedang dan kesuburan tanah rendah.

(2) Indeks kualitas tanah (IKT) tinggi dengan tingkat kesuburan sedang hingga tinggi

ditemukan pada Mollisols Krung Raya dan Andisols Saree.

(3) Sifat-fisikokimia tanah di lahan kering Aceh Besar umumnya dicirikan oleh reaksi

tanah yang masam hingga agak masam (kecuali pada Mollisols Krueng Raya), memiliki

nilai pHo atau titik muatan nol (PZC) lebih besar dari pH aktual sehingga kualitas koloid

tanah dinilai kurang baik. Kondisi ini juga ditandai dengan rendahnya kandungan

kation-kation tertukar (Ca, Mg, K, dan Na) serta kejenuhan basa dan C organik tanah.

(4) Hasil analisis data percobaan inkubasi laboratorium dan percobaan di rumah kaca

menggunakan indikator tanaman jagung dan kedelai menunjukkan adanya indikasi

pengaruh dari aplikasi amelioran berbeda jenis dan dosis terhadap sifat fisikokimia

tanah dan keragaan tanaman. Pemberian Kompos, biochar, dan SP-36 secara umum

memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap hasil jagung dan kedelai pada

ketiga ordo tanah (Andisols Saree, Inceptisols Cucum, dan Ultisols Jantho) dan

terendah pada Inceptisols Cucum.

(5) Pertumbuhan jagung pada tanah Ultisols Jantho lebih baik dibandingkan pada Andisols

Saree dan Inceptiols Cucum, sedangkan pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik juga

pada Ultisols Jantho dan terendah pada Andisols Saree.

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

47

(6) Secara umum berdasarkan hasil percobaan rumah kasa, maka pemberian 10 t/ha

Kompos + 10 t/ha Biochar memberikan pertumbuhan jagung dan hasil kedelai yang

lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.

6.2. Saran

1) Kendala tingginya nilai PZC tanah dan kurang baiknya sifat fisikokimia tanah

(kesuburan rendah) pada sebagian besar jenis tanah (ordo) di lahan kering suboptimal

Kabupaten Aceh Besar dapat diatasi dengan memberikan bahan amandemen organik

dan pemupukan yang berimbang. Bahan amendemen yang dipilih harus mampu

memperbaiki kualitas tanah dan ciri muatan koloid.

2) Perlu dikaji lebih mendalam hubungan antara ciri muatan koloid dengan penjerapan ion

(adsorpsi) fosfat, sulfat, dan pelepasannya (desorpsi) pada beberapa ordo tanah dengan

menggunakan isoterm adsorpsi seperti Langmuir dan Freundlisch. Penelitian yang sama

juga perlu dilanjutkan kemampuan adsorpsi dari beberapa bahan amelioran tanah

seperti biochar, kapur, kompos, dan zeolit.

3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh residu amelioran terhadap sifat-

sifat tanah dan hasil tanaman khususnya jagung dan kedelai pada ketiga ordo tanah yang

diuji dari lahan kering Aceh Besar.

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

48

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Pengelolaan Lahan Kering

Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. J. Litbang Pertanian. Vol 27(2):43-49.

Adimihardja, A., Sutono, S. 2005. Teknologi pengendalian erosi lahan berlerang. Dalam:

Marham (eds): Prosiding Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Petanian

Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan

Agroklimat Bogor, 4- 5 Juni 2005.

Alexsandrova, L.N., O.V. Yurluva, dan L.V. Lobitskaya. 1964. The distribution and

composition of the humus subtances and their organo-mineral derivatives in the

granulometirc fraction in some types of soils. Trans. 8th International Congress. Soil

Sci. 3:109-116.

Ali, S. A., dan Sufardi. 1999. Modifikasi status muatan koloid tanah Ultisol untuk

meningkatkan kualitas fisikokimia tanah dan produksi kedelai (Glycine max L.)

Merril). Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Anda, M., N. Suharta and S. Ritung. 2000. Development of soils derived from weathered

sedimentary, granitic and ultrabasic rocks in South Kalimantan Province: I.

Mineralogical composition and chemical properties. Jurnal Tanah dan Iklim 18:

1-10.

Anderson, T. (2003). Microbial eco-physiological indicators to assess soil quality.

Agriculture Ecosystems and Environment 98: 285-293.

Andrews, S.S, Karlen, D.L., and Mitchell, J.P. (2002). A Comparison of Soil Quality

Indexing Methods for Vegetable Production System in Northem California.

Agriculture Ecosystem and Environment. 90: 22-45

Andrews, S.S., Karlen, D.L., and Cambardella, C.A. (2004). The soil management

assessment framework: A quantitative soil quality evaluation method. Soil Sci.Soc.

Am. J. 68, 1945-1962.

Appel, C., Lena Q. Ma, R. D. Rhue and E. Kennelley. 2002. Point of Zero Charge

Determination in Soils and Minerals via Traditional Methods and Detection of

Electroacoustic Mobility. Geodema 113 (2003) 77-93. Elsevier Science.

Arabia, T. 1991. Sifat-sifat muatan tanah masam lahan kering di Daerah Sumatra Barat dan

Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.

Arabia, T., Syakur, Basri, H., dan Khairullah. 2015. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2017). Atlas Peta Tanah Semidetail Skala

1: 50.000 Kabupaten Aceh Besar. ISBN: 978-602-436-598-1

Basyaruddin. 1998. Karakteristik dan pedogenesis Andisol dataran rendah dan dataran

tinggi di Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.

Bohn, H.L., Neal, B.L. and O’Connor, G.A. 2013. Soil Chemistry. John Wiley & Sons,

New York.

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

49

Bolan, N.S., Kunhikrishnan, A., Choppala, G.K., Thangarajan, R. and Chung, J.W. (2012).

Stabilization of carbon in composts and biochars in relation to carbon sequestration

and soil fertility. Science of the Total Environment, 424, 264-270.

Bonfante, A., Terribile, F. and Bouma, J. (2019). Refining physical aspects of soil quality

and soil health when exploring the effects of soil degradation and climate change on

biomass production: an Italian case study. Soil, 5, 1–14, 2019.

https://doi.org/10.5194/soil-25-3-2019.

Bot, A., and Benites J. (2005). The importance of soil organic matter key to drought-resistant

soil and sustained crop production. FAO soils bulletin. 80p.

Bouma, J., Van Ittersum, M.K., Stoorvogel, J.J., Batjes, N.H., Droogers, P., Pulleman, M.M.

(2017). Soil capability: exploring the functional potentials of soils. In: Field, D.J.e.a.

(Ed.), Global Soil Security. Springer International Publishing, Switzerland, pp. 27–

44.

Bünemanna, E.K. et al. (2018). Soil quality – A critical review. Soil Biology and

Biochemistry J. 120:105–125. Published by Elsevier Ltd. An open access article.

http://creativecommons.org/.

Buurman, P., B.V. Lagen dan E.J. Velthorst. 1996. Manual for Soil and Water Analysis.

Backhuys. Netherlands.

Chatterjee, D., S.C. Datta dan K.M. Manjaijah. 2014. Fraction, uptake and fixation capacity

of phosphorus and pottasium in three contrasting soil orders. J. Soil science and plant

nutrition. ISSN 0718-9516.

Devnita, R., A. Yuniarti, dan R. Hudaya. 2005. Penggunaan metoda selective dissolution

dan spektroskopi inframerah dalam menentukan kadar alofan Andisol. Laporan

Penelitian. UNPAD, Bandung.

Dixon, J.B. and Schulze, D.G. (2002). Soil Mineralogy with Environmental Applications.

Soil Sci. Soc. America, Inc. Madison, WI, USA.

Doran, JW. & TB. Parkin, 1994. Defining and Assessing Soil Quality, In Defining Soil

Quality for a Sustainable Environment. JW. Doran, DC. Coleman, DF. Bezdicek, &

BA. Stewart (eds). SSSA Spec. Pub. No. 35. Soil Sci. Soc. Am., Am. Soc. Agron.,

Madison, WI, pp.3-21.

Eviati dan Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis Edisi-2 Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air

dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

FAO and ITPS. (2015). Status of the World’s Soil Resources (SWSR) – Technical

Summary. Food and Agriculture Organization of the United Nations and

Intergovernmental Technical Panel on Soils, Rome, Italy.

FAO. (2005). The roles of soil organic matter. Soil and Plant Nutrition Management

Service, FAO Bulletin, Rome.

FAO. (2017). Soil Organic Carbon. Unlocking the Potential of Mitigation and Adapting to

A Changing Climate. Global Sympossium on Soil Organic Carbon. 21-23 March

2017. FAO, Rome, Italy.

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

50

Fiantis, D. 2000. Collois-Surface Characteristics and Ameliorantion Problems of Some

Volcanic Soils in West Sumatera, Indonesia. Thesis. University Putra Malaysia.

Selangor.

Gillman, G.P. 1984. Using variable charge characteristics to understand the exchangeable

cation status of oxic soils. Austr. J. Soil Res. 22:71-80.

Greenland, D.J., and C.J.B. Mott. 2012. Surface of soil particles. In D.J. Greenland and

M.H.B Hayes (eds.). The Chemistry of Soil Constituent. John Wiley and Sons, New

York.

Hanafiah, K. A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hansen, A.L. (2010). The Organic Farming Manual: A Comprehensive Guide to Starting

and Running a Certified Organic Farm. Storey Publishing, LLC. 437 p.

Hartati, S., Minardi dan D.P. Ariyanto.2012. Muatan Titik Nol berbagai Bahan Organik,

Pengaruhnya terhadap kapasitas tukar kation di lahan terdegradasi. Jurnal Ilmu

Tanah.

Havlin, J.L. Tisdale S.L. Nelson W.L. and Beaton J.D. (2014). Soil fertility and fertilizers.

8th. Ed. Kindle Edition. John Wiley and Sons, New York.

He, L. M., L. W. Zelazny, V. C. Baligar, K. D. Ritchey, and D. C. Martens. 199.

Hydroxyl-sulfate exchange stoichiometry on y-Al2O3 and kaolinite. Soil Sci. Soc.

Am. J. 57:442-452.

Helmi, H., Basri, H., and Sufardi, S. (2017). Analysis of Soil Quality as Hydrological

Disaster Mitigation Effort in Krueng Jreue Sub-Watershed, Great Aceh. Malaysian

Soil Science Journal 6 (2): 75-85.

Hidayat dan Mulyani, 2002. Lahan Kering untuk pertanian dalam Teknologi Pengelolaan

Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Higashi, T. 1983. Characterization of Al/Fe–humus complexes in Dystrandepts through

comparison with synthetic forms. J. Geoderma 31:277–288.

Huang, P.M., Bollag, J.M., and Senesi, N. (2002) Interactions Between Soil Particles and

Microorganisms: Impact on the Terrestrial Ecosystem. John Wiley & Sons, Ltd., New

York.

Husni, M.R., Sufardi, and Khalil, M. (2016). Evaluasi status kesuburan pada beberapa tanah

di lahan kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian.

Vol 1 (1): 147-154

Intan, A., Sufardi, Arabia, T., Khairullah. 2019. Analisis mineral tanah pada Inceptisol

Jantho, Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 4 (2): 13-19.

Irmansyah, T. 2003. Hubungan antar fraksi-fraksi besi, aluminium dan silikat dengan

erodibilitas tanah dan erosi pada lahan kering. Tesis. Program Pascasarjana.

Unsyiah, Banda Aceh.

Islam, K.R. and Weil, R.R. (2000). Soil quality indicator properties in Mid-Atlantic Soils as

influenced by conservation management. Journal Soil and Water Conservation

55(1): 69-78.

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

51

Iwasaki, S., Endo, Y. and Hatano, R. (2017). The effect of organic matter application on

carbon sequestration and soil fertility in upland fields of different types of Andosols.

Soil science and plant nutrition 63(2): 200-220.

Johnson, DL., SH. Ambrose, TJ. Basset, ML. Bowen, DE. Crummey, JS. Isaacson, DN.

Johnson, P. Lamb, M. Sul & AE. Winter-Nelson. 1997. Meaning of Environmental

Terms. J. Environ. Qual.. 26:581-589.

Juo, A.S.R. dan R.L. Fox. 1981. Phosphate sorption characteristics of some denchmark soils

of West Africa. J. Soil Sci.124 : 370-376.

Karlen, D. L., Mausbach, M. J., Doran, J. W., Cline, R. G., Harris, R. F., and Schuman, G.E.

(1997). Soil quality: A Concept, Definition, and Framework for Evaluation. Soil

Science of America J. 61:4-10.

Karlen, D.L., Andrews, S.S., Doran, J.W. (2001). Soil quality: current concepts and

applications. Advances in Agronomy 74 (74), 1–40.

Karlen, DL., MJ. Mausbach, JW. Doran,RG. Cline, RF. Harris, & GE. Schuman. 1996. Soil

Quality: Concept, Rationale and Research Needs. Soil.Sci.Am.J: 60:33-43

Kautsar, M. Karakteristik muatan dan sifat fisikokimia tanah pada Ultisol dan Andisol di

lahan kering Aceh Besar. Skripsi. Unsyiah, Banda Aceh.

Kautsar, M., Ilyas dan Sufardi. 2018. Karakteristik Muatan dan Sifat Fisikokimia Tanah

pada Ultisol dan Andisol di Lahan Kering Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa,

Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Kusmiyarti, T.B., M. Mega, N. Dibia, dan D.O. Widyarshana. 2005. Kajian sebaran humus,

alofan dan senyawa humus kompleks pada tanah Andisol. Planta Tropika. Vol 1

(2):61-65

Laishram, J., Saxsena, K.G., Maikhuri, R.K., and Rao, K.S. (2012). Soil Quality and Soil

Health: A Review. International Journal of Ecology and Environmental Sciences 38

(1): 19-37.

Lal, R. (2004). Soil carbon sequestration impacts on global climate change and food

security. Science 304: 1623-1627.

Lichtfouse, E., Hamelin, M., Navarrete, M., and Debaeke, P. (2011). Sustainable

Agriculture. Vol. 2: Springer, 981 p.

Liu. Z., Zhou, W., Shen, J., Li, S., Liang, G., Wang, X., Sun, J., Ai, C. (2014). Soil quality

assessment of acid sulfate paddy soil with different productivities in Guangdong

province, China. Journal of Integrative Agriculture 13(1):177-186.

Lorenz, K. and Lal, R., (2018). Soil Carbon Stock. In Carbon Sequestration in Agricultural

Ecosystems (pp. 39-136). Springer, Cham.

Luthful, H. 2002. Strategi Perencanaan dan Pengelolaan Lahan Kering Secara

Berkelanjutan Di Kalimantan. Makalah Falsafah Sains. Program Pascasajana.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Martunis, L., Sufardi dan Muyassir. 2016. Analisis indeks kualitas tanah di lahan kering

Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal Budidaya Pertanian. Vol 12 (1) : 3-40

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

52

Martunis, L., Sufardi, dan Muyassir. 2016. Analisis indeks kualitas tanah di lahan kering

Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal Budidaya Pertanian 12 (1): 3-40

Martunis, L., Sufardi, Muyassir. 2017. Karakteristik kimia tanah dan status kesuburan

tanah beberapa jenis tanah di lahan kering Aceh Besar, Provinsi Aceh (Indonesia).

Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah.

Matus, F., Rumpel, C., Neculman, R., Panichini, M. and Mora, M.L., (2014). Soil carbon

storage and stabilisation in andic soils: a review. Catena 120: 102-110.

Mausbach, M. J, and Seybold, C.A. (1998). Assessment of Soil Quality. In Soil Quality and

Agricultural Sustainability. Ann Arbor Press. Chelsea. Michigan.

Mausbach, MJ, & CA. Seybold, 1998. Assessment of Soil Quality. Dalam R. Lal (ed). Soil

Quality and Agricultural Sustainability. Ann Arbor Press, Chelsea, Michigan,

pp.33-43.

Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering Untuk Pengembangan Pertanian

Tanaman Pangan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Tanah. Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Mizota, C., and Van Reeuwijk, L.P. (1989). Clay mineralogy and chemistry of soils formed in volcanic material in diverse climatic regions. ISRIC, Wageningen, Netherlands.

Mulyanto, D. 2007. Perwatakan kimia tanah-tanah yang berkembang di atas batuan karbonat

Jalur Baron-Wonosari. Jurnal Ilmu-ilmu pertanian Indonesia. Vol 9 (2):139-147.

Nurlaeny, N., Saribun, D.S. dan Hudaya, R. 2012. Pengaruh Kombinasi Abu Vulkanik

Merapi, Pupuk Organik dan Tanah Mineral terhadap SIfat Fisiko-Kimia Media

Tanam serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Ilmu Tanah.

Universitas Padjadjaran. Bandung.

Nursyamsi, D dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan mineralogi tanah serta kaitannya

dengan kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan kedelai

(Glycine max). Bul Agron. Vol 33 (3) : 40-47.

Partoyo. (2005). Analisis indeks kualitas tanah pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas

Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian 12 (2): 140–151.

Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitik di

lereng bawah G. Ungaran. J. Tanah dan Iklim. Vol 23: 1-12.

Purnamayani, R., S. Sabiham, Sudarsono dan L.K. Darusman. 2004. Nilai Muatan Titik

Nol (MTN) dan Hubungannya dengan Kalium pada Tanah Gambut Pantai Jambi

dan Kalimantan Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol. 6 No 2 Oktober

2004;

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. Kriteria Penilaian Data

Sifat Analisis Kimia Tanah. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian.

Qafoku, N.P. (2015). Climate-change effects on soils: accelerated weathering, soil carbon,

and elemental cycling. In Advances in Agronomy 131: 111-172.

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

53

Sakurai, K., Nakayama, A., Watanabe, T., and Kyuma, K. 1989. Influences of aluminium

ions on the determination of ZPC (zero point charge) pf variable charge soils. Soil

Sci. Plant Nutr., 35(4):623-633.

Sanchez, P.A. 2004. Properties and Management of Soils In the Tropics. John Wiley &

Sons, New York.

Sembiring, I. S M., Mukhlis, dan S. Bintang. 2013. Perubahan sifat kimia andisol akibat

pembersihan silikat dan pupuk P untuk meningkatkan produksi kentang (Solanum

tuberosum L.). Online Agroekoteknologi Vol. 1 (4): 1111-1119.

Shamshuddin, J. and M. Anda. 2008. Charge properties of soils in Malaysia dominated by

kaolinite, gibbsite, goethite and hematite. Bulletin of the Geological Society of

Malaysia 54: 27-31.

Shang, C dan L.W. Zelazny. 2008. Selective Dissolution Techniques for Mineral Analysis

of Soils and Sediments. Virginia Polytechnic and State University, Blacksburg.

Sharma, P., Abrol, V., Abrol, S., and Kumar, R. (2012). Climate Change and Carbon

Sequestration in Dryland Soils, Resource Management for Sustainable Agriculture.

http://www.intechopen.com /books/resource-management-for-sustainable-

agriculture/climate-change-andcarbon-sequestration-in-dryland-soils

Soil Quality Index (SQI). 2001. Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation

Planning. Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services. USDA.

Soil Research Center. 2005. Procedures for Soil Analysis. Balai Besar Sumberdaya Lahan

Pertanian, Balitbang, Bogor.

Soil Survei Staff. 2014. Soil Taxonomy A Basic System of Soil Classification for Making

and Interpreting Soil Surveys. Soil Conservation Service USDA. Washington, DC.

Sposito, G. 2010. The Chemistry of Soils. 2nd

Ed. Oxford University Press, Inc. New

York.

Sposito, G., 2017. Surface complexation of metals by natural colloids. In Ion Exchange and

Solvent Extraction (pp. 211-236). Routledge.

Stevenson, F.J. 2010. Humus Chemistry. Genesis-composition-reaction. John Wiley &

Sons, New York.

Stewart, B.A. 2012. Advances in Soil Science. Ed. 2. Springer-Verlag, New York.

Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psamments dalam Upaya

Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar

Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi

Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.

Sufardi, Arabia, T., Khairullah, Karnilawati, Fuadi, Z. 2018. Soil physical and chemical

properties on several soil order of dryland areas of Aceh Besar District (Indonesia).

Proceeding of International Workshop and Seminar, 18-22 September. Surakarta,

Indonesia.

Sufardi, Darusman, Zaitun, S. Zakaria, and T.F. Karmil. 2017. Chemical characteristics

and status of soil fertility on some dryland areas of Aceh Besar District (Indonesia).

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

54

Proceeding of International Conference on Sustainable Agriculture. Yogyakarta

17-32.

Sufardi, M. Lukman, dan Muyassir. 2017. Pertukaran Kation pada Beberapa Jenis Tanah

di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia). Prosiding

Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah. Banda Aceh. Hal: 45-53.

Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Universitas Syiah Kuala. Bina Nanggroe. Banda

Aceh.

Sufardi. 1995. Penggunaan fraksi-fraksi Fe, Al dan Si dalam penentuan bahan-bahan amorf

dan kristal tanah bermuatan terubahkan. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, BKS PTN

Barat. Vol 3 No. 1

Sufardi. 1998. Pengaruh beberapa Amelioran terhadap Karakteristik Muatan dan Retensi

fosfat. Agrista 24-32.

Sufardi. 1999. Karakteristik muatan, fisikokimia, dan adsorpsi fosfat pada Ultisol bermuatan

berubah akibat pemberian kompos dan pupuk fosfat. Disertasi Doktor. Program

Pascasarjana Unpad, Bandung.

Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Bina Nanggroe, Banda Aceh.

Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif Organik, Pupuk

Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap Tanaman Bawang Merah di Wilayah

Pesisir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Ketahanan Pangan, Yogyakarta.

Sukarman, I.GM., Subiksa, dan S. Ritung. 2012. Identifikasi Lahan Kering Potensial untuk

Pengembangan Tanaman Pangan. Prospek Pertanian Lahan Kering dalam

Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Litbang Pertanian, Kementrian Pertanian-

Republik Indonesia (Balitbangtan).

Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000. Pengembangan Potensi

Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya Tanaman Semusim di Pantai Selatan

Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-

Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi UGM. Yogyakarta.

Sunarminto, B.H. 2000. Genesis Oxisols dan Ultisols di atas batuan Dunit (ultrabasis) di

daerah Malili, Sulawesi Selatan. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 2 (1) : 43-52

Suriadikarta, D. A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatiek. 2002. Teknologi

Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Hlm. 183-238. Dalam Teknologi Pengelolaan

Lahan Kering menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Sutedjo M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah (Terbentuknya Tanah

dan Tanah Pertanian). Bina Aksara, Jakarta.

Swift, R.S. 1996. Organic matter characterization. p. 1011–1069. In D.L. Sparks (ed.)

Methods of soil analysis. Part 3. Chemical methods. SSSA Book Ser. 5. SSSA and

ASA, Madison, WI.

Syekhfani. 1993. Pengaruh sistim pola tanam terhadap kandungan bahan organik dalam

mempertahankan kesuburan tanah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

55

Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi di Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Tan, K. H. 2010. Principles of Soil Chemistry. Fourth Edition. CRC Press.

Uehara, G. and G. P. Gillman. 1981. The Mineralogy, Chemistry, and Physics of the

Tropical Soils with Variable Charge Clays. Westview Press Berilder. Colorado.

169p.

USDA (2001). Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning. United

States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Soil

Quality Institute. Part I. 48 p.

USDA (2017). Soil Quality. Natural Resources Conservation Service, Montana.

Williams, J.S., Dungait, J.A., Bol, R., and Abbott, G.D. (2016). Contrasting temperature

responses of dissolved organic carbon and phenols leached from soils. Plant and soil,

399(1-2):3-27.

Zulfikar, Zainabun dan T Arabia. 1997. Penggunaan Muatan Titik Nol dalam Menilai

Tingkat Perkembangan beberapa Jenis Tanah di Kabupaten Aceh Besar. KKI.

Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

56

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

57

Lampiran 1. Deskripsi Profil Entisol Jalin Atas (P3)

No Profil : P-03

Tanggal Pengamatan : 25 Februari 2018

Lokasi : Jalin Atas, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar,

Provinsi Aceh

Posisi Geografis : 05° 15’ 55.0” LU; 095° 39’ 02.6” BT

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Okhrik

Horizon : -

Ordo : Entisol

Sub Ordo : Orthens

Great Group : Udorthen

Sub Group : Typic Udorthen

Famili : Typic Udorthen, campuran, berliat, isohiperthermik

Bentuk Wilayah/Lereng : 30-35% Bergunung

Pemakaian Tanah : Hutan sekunder

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

A

0-12 Brown(7.5 YR 4/6) tekstur liat berlempung, struktur

remah, tingkat perkembangan atau kematangan tanah

lemah, agak lekat, memiliki bahan organik sedikit,

tidak ada kandungan kapur, perakaran halus.

AC 12-44 Bright Brown(7.5 YR 5/6) tekstur liat, struktur gumpal,

lekat, memiliki bahan organik sedikit, tidak ada

kandungan kapur, perakaran halus.

C >44 Bright Brown(7.5 YR 5/6) tekstur pasir, kandungan

bahan kasar Fe, struktur massive, agak lekat, memiliki

bahan organik sedikit, tidak ada kandungan kapur,

perakaran halus dan tingkat batu terdapat pada lapisan

C.

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

58

Lampiran 2. Deskripsi Profil Andisol Saree (P4)

No Profil : P-04

Tanggal Pengamatan : 11 Maret 2018

Lokasi : Kompleks Balai Benih Induk, Saree, Kecamatan Lembah

Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

Posisi Geografis : LU BT

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Molik

Horizon : Kambik

Ordo : Andisol

Sub Ordo : Udand

Great Group : Hydrudand

Sub Group : Eutric Hydrudand

Family : Eutric Hydrudand, medium, alofanik, isohipertermik

Bentuk Wilayah/Lereng : Bergelombang 20-30%

Pemakaian Tanah : Lahan Kebun Hortikultura

Bahan Induk : Tuff Vulkanik

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

Ap 0 - 20 Brownish Black (7,5 YR 2/2),Tekstur lempung berdebu,

struktur reamah, konsistensi basah agak lekat, plastis,

konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,

bahan organik banyak, perakaran halus.

AB 20 - 38 Brown Black (10 YR 2/3), Tekstur lempung berdebu, Struktur

gumpal besudut, konsistensi basah agak lekat,plastis,

konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,

bahan organik sedikit, perakaran halus.

Bw 38 - 60 Dark Brown7,5 YR 3/4 Tekstur lempung berdebu, Struktur

gumpal besudut, konsistensi basah tidak lekat, plastis,

konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,

bahan organik sedikit, perakaran halus.

BC >60 Dark Brown 7,5 YR 3/4, Tekstur lempung berdebu, Struktur

gumpal besudut, konsistensi basah tidak lekat, plastis,

konsistensi lembab gembur, tidak ada kandungan kapur,

bahan organik sedikit, perakaran halus .

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

59

Lampiran 3. Deskripsi Profil Oxisol Saree Bawah (P5)

No Profil : P-05

Tanggal Pengamatan : 11 April 2018

Lokasi : Saree Bawah, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh

Posisi Geografis : 05o27’19,4” LU; 095o46’19,2” BT

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Okrik

Horizon : Oksik

Ordo : Oxisol

Sub Ordo : Udox

Great Group : Kandiudox

Sub Group : Plinthic Kandiudox

Famili : Plinthic Kandiudox, berliat, verritic, isohipertermic

Bentuk Wilayah/Lereng : 20-25% (Bergelombang)

Pemakaian Tanah : Ladang Berpindah

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

A 0 - 10 Brown (7,5 YR 4/4), tekstur lempung berdebu, struktur

gumpal, agak lekat, perakaran kasar dan halus.

AB 10 - 35 Brown (7,5 YR 4/6), tekstur lempung berdebu, struktur

gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe

dan Mn, perakaran kasar dan halus.

BA 35 - 69 Dull Redish Brown (5 YR 4/4), tekstur lempung

berdebu, struktur gumpal bersudut, agak lekat,

memiliki bahan kasar Fe dan Mn, perakaran kasar dan

halus.

Bo1 69 - 104 Redish Brown (5 YR 4/8), tekstur liat, struktur gumpal

bersudut, lekat, memiliki bahan kasar Fe dan Mn,

perakaran halus.

Bo2 >104 Redish Brown (2,5 YR 4/6), tekstur lempung berdebu,

struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan

kasar Fe dan Mn.

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

60

Lampiran 4. Deskripsi Profil Inceptisol Blang Bintang (P6)

No Profil : 06

Tanggal Pengamatan : 18 Maret 2018

Lokasi : Uteun Sira (Pemancar), Kecamatan Blang Bintang,

Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

Posisi Geografis :

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Okrik

Horizon : Kambic

Ordo : Inceptisol

Sub Ordo : Usteps

Great Group : Haplustept

Sub Group : Oxic Haplustept

Famili : Oxic Haplustept

Bentuk Wilayah/Lereng : 25-30% (Bergunung)

Pemakaian Tanah : Kebun campuran/Hutan Tanaman Industri

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

AB

0 – 25 Yellowish brown (10 YR 5/6) tekstur lempung

berpasir, struktur gumpal, agak lekat, memiliki bahan

organik banyak, tidak ada kandungan kapur, perakaran

halus dan kasar sedikit.

BA 25 – 60 Bright brown (7,5 YR 5/8) tekstur lempung berpasir,

struktur gumpal, agak lekat, memiliki bahan organik

banyak, tidak ada kandungan kapur, perakaran halus

dan kasar sedikit.

Bw 60 – 80 Redish Brown (5 YR 4/8) tekstur lempung berpasir,

struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan

organik sedikit, tidak ada kandungan kapur, perakaran

halus dan kasar sedikit.

2Bob1 80 – 107 Bright Reddish Brown (5 YR 5/6) tekstur lempung

berliat, struktur gumpal bersudut, lekat, teguh,

kandungan bahan organik sedikit, tidak ada kandungan

kapur.

2Bob2 >107 Bright Brown (7.5 YR 5/6) tekstur lempung berliat,

struktur gumpal bersudut, lekat, kandungan bahan

organik sedikit, tidak ada kandungan kapur.

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

61

Lampiran 5. Deskrpsi Profil Mollisol Krueng Raya (P7)

No Profil : P-07

Tanggal Pengamatan : 18 Maret 2018

Lokasi : Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar,

Provinsi Aceh

Posisi Geografis : 05º36’36,6" LU; 095º35’12,2” BT

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Molik

Horizon : Kalsik

Ordo : Mollisol

Sub Ordo : Aquoll

Great Group : Kalsicaquoll

Sub Group : Typic Calsicaquoll

Family : Typic Calsicaquoll, berlempung, campuran,

isohiperthermik

Bentuk Wilayah/Lereng : 10-12% (berbukit)

Pemakaian Tanah : Pengembalaan dan hutan

Bahan Induk : Batu kapur

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

Ap 0 - 40 Black (10 YR 1,7/1), Tekstur lempung liat berdebu, Struktur

gumpal, konsistensi plastis, tidak berkapur, kandngan bahan

organik nya banyak, perakaran halus.

BA 40 - 75 Brownish Black (10 YR 3/2), Tekstur lempung berliat, Struktur

Massive, konsistensi plastis, bahan kapur sedikit, bahan

organik sedikit, perakaran halus.

Bk1 75 - 110 Dull yellowsnish brown (10 YR 4/3), Tekstur lempung berliat,

Struktur massive, konsistensi plastis, bahan kapur sedikit,

bahan organik banyak, perakaran halus.

Bk2 >110 Greyish yellow brown (10 YR 5/2), Tekstur liat, Stuktur

massive, konsistensi plastis, bahan kapur tidak ada, bahan

organik banyak.

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

62

Lampiran 6. Deskripsi Profil Ultisol Jantho/Jalin (P8)

No Profil : 08

Tanggal Pengamatan : 25 Maret 2018

Lokasi : Desa Jalin, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar,

Provinsi Aceh

Posisi Geografis : 05o16’58.41” LU; 095o37’51.82” BT

Klasifikasi Tanah

Epipedon : Okrik

Horizon : Argilik

Ordo : Ultisol

Sub Ordo : Aqult

Great Group : Kandiaqult

Sub Group : Typic Kandiaqult

Famili : Typic Kandiaqult, berliat, kaolinitik, isohiperthermik

Bentuk Wilayah/Lereng : Bergelombang/3 – 8%

Pemakaian Tanah : Bekas Lahan HTI

Bahan induk : Batuan liat

Horizon Kedalaman

(cm)

Uraian

Ap 0 - 10 Bright Brown(7,5 YR 5/6), tekstur lempung, struktur tiang, agak

lekat, memiliki bahan organik sedikit, perakaran kasar dan halus.

AB 10 – 27 Yellowish Brown(10 YR 5/6), tekstur lempung berliat, struktur

tiang, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan

organik sedikit.

BA 27 – 45 Bright Yellowish Brown(10 YR 6/6), tekstur lempung berliat,

struktur gumpal bersudut, agak lekat, memiliki bahan kasar Fe,

memiliki bahan organik banyak.

Bt1 45 - 97 Light Gray (10 YR 7/1), tekstur liat, struktur gumpal bersudut,

agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan organik

banyak.

Bt2 97 - 125 Light Gray(10 YR 7/1), tekstur liat, struktur gumpal bersudut,

agak lekat, memiliki bahan kasar Fe, memiliki bahan organik

banyak

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2018)

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

63

Lampiran 7. Layout atau Denah Percobaan Inkubasi Pengaruh Amelioran terhadap Status Muatan Koloid dan Fisikokimia Tanah

T1 T2 T3

A1

A7

A3

A5

A6

A8

A2

A1

A0

A4

A3

A6

A3

A2

A4

A6

A4

A2

A8

A0

A1

A7

A5

A7

A0

A8

A5

Blok I (T1) Blok II (T2) Blok III (T3)

Keterangan:

A (Jenis Bahan Amelioran) dan T (T1=Andisols, T2 = Inceptisols, T3 = Ultisols)

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

64

Lampiran 8. Kompilasi Data Hasil Analisis Laboratorium dari Percobaan Inkubasi

No Perlakuan pH H2O pH KCl Al-dd* H-

dd* KTK K-dd

Na-

dd Mg-dd

Ca-

dd

P

Bray 2

P

Olsen*

C-

Org.

N-

Total* PZC*

1 A0T1 (1) 5,48 4,36 0.08 0.32 23,2 15,33 6,01 2,74 41,18 0,24 30.6 1,52 0.18 3.71 2 A0T1 (2) 5,49 4,45 0.00 0.24 22,6 14,60 6,02 2,80 37,61 0,40 15.4 1,44 0.19 3.89

3 A1T1 (1) 5,43 4,39 - - 23,3 16,39 6,68 2,77 43,50 0,26 25.8 1,00 0.16 4.04

4 A1T1 (2) 5,47 4,47 - - 22,4 15,92 6,08 2,80 40,81 0,47 10.8 1,32 0.15 4.27

5 A2T1 (1) 5,55 4,53 0.20 0.28 22,7 18,12 6,76 2,79 46,09 0,47 31.8 1,38 0.17 3.51

6 A2T1 (2) 5,53 4,55 0.00 0.32 22,5 19,71 6,60 2,81 43,43 0,99 7.0 1,40 0.17 3.86

7 A3T1 (1) 5,75 4,69 - - 22,8 16,08 6,30 2,82 50,50 0,33 28.2 1,30 0.17 4.82

8 A3T1 (2) 5,72 4,69 - - 22,2 15,43 5,98 2,79 46,24 0,18 26.6 1,62 0.17 4.12

9 A4T1 (1) 5,40 4,35 0.08 0.32 22,5 16,02 6,65 2,81 48,98 0,01 111.0 2,02 0.15 3.17

10 A4T1 (2) 5,40 4,37 - - 22,8 15,75 6,45 2,78 47,68 0,70 46.6 1,88 0.06 3.37

11 A5T1 (1) 5,43 4,44 - - 19,0 16,52 6,68 2,73 45,06 0,09 12.8 1,48 0.04 3.34

12 A5T1 (2) 5,41 4,44 - - 23,1 17,34 6,16 2,74 41,73 0,31 39.2 1,42 0.04 3.46

13 A6T1 (1) 5,82 4,92 - - 21,7 23,19 7,56 2,78 48,71 0,40 9.4 1,66 0.03 3.88

14 A6T1 (2) 5,82 4,93 - - 22,9 19,92 6,76 2,77 49,85 0,47 76 1,06 0.03 3.76

15 A7T1 (1) 5,81 4,78 - - 22,5 15,38 6,27 2,84 54,98 0,24 21.4 2,06 0.03 3.49

16 A7T1 (2) 5,74 4,79 - - 22,4 16,57 6,59 2,79 47,71 0,49 19.6 1,30 0.03 3.45

17 A8T1 (1) 5,33 4,31 - - 22,5 15,93 6,31 2,78 49,72 1,64 13.4 1,60 0.03 4.31

18 A8T1 (2) 5,44 4,33 - - 23,0 16,07 6,27 2,75 50,50 2,10 97.8 1,30 0.02 3.84

19 A0T2 (1) 6,38 4,25 - - 23,9 2,36 5,28 2,80 49,95 0,24 14.6 4,92 0.06 3.07

20 A0T2 (2) 6,40 4,28 - - 23,7 3,01 6,24 2,90 48,11 0,29 8.4 4,28 0.07 3.15

21 A1T2 (1) 6,18 4,27 0.16 0.36 23,3 5,44 5,92 2,80 52,16 0,25 31 4,80 0.06 3.32

22 A1T2 (2) 6,10 4,28 - - 23,2 5,90 6,48 2,90 46,17 0,54 25.0 4,72 0.06 3.69

23 A2T2 (1) 6,34 4,70 0.88 0.52 23,9 10,45 6,61 2,81 55,55 0,51 89.8 4,42 0.06 3.21

24 A2T2 (2) 6,31 4,64 0.72 0.64 24,0 10,52 6,89 2,90 45,74 1,25 29.4 4,60 0.08 3.11

25 A3T2 (1) 7,12 4,99 0.00 0.32 23,6 2,73 6,03 2,84 58,96 0,46 40.4 4,32 0.07 3.39

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

65

26 A3T2 (2) 6,78 4,94 - - 23,7 2,76 6,08 2,86 46,79 0,21 23.6 4,46 0.06 4.02

27 A4T2 (1) 5,83 4,30 0.60 0.76 23,6 2,57 5,90 2,85 56,72 4,98 131.6 4,74 0.06 3.27

28 A4T2 (2) 5,78 4,27 0.08 0.32 23,6 2,62 6,58 2,90 43,18 4,75 51.6 4,68 0.18 3.71 29 A5T2 (1) 6,10 4,30 0.00 0.24 25,6 2,61 6,24 2,84 42,07 1,02 25.0 4,42 0.18 3.71 30 A5T2 (2) 6,22 4,30 - - 23,6 6,85 6,25 2,89 37,08 0,33 11.6 4,30 0.16 3.89

31 A6T2 (1) 6,33 4,99 - - 25,7 14,25 7,05 2,86 57,11 0,88 17.6 4,52 0.15 4.04

32 A6T2 (2) 6,27 4,96 0.20 0.28 23,8 13,43 7,06 2,89 39,22 0,99 49.4 4,42 0.16 4.27

33 A7T2 (1) 7,31 5,36 0.00 0.32 24,0 2,89 6,18 2,85 63,30 0,24 8.6 4,32 0.16 3.51

34 A7T2 (2) 7,39 5,35 - - 24,4 2,91 6,70 2,88 42,84 0,50 27.0 4,54 0.18 3.86

35 A8T2 (1) 5,63 4,28 - - 23,9 3,52 6,60 2,88 57,64 9,70 54.0 4,70 0.16 4.82

36 A8T2 (2) 5,62 4,29 0.08 0.32 23,3 3,95 6,86 2,90 38,04 10,03 114.0 4,64 0.16 4.12

37 A0T3 (1) 5,59 4,07 - - 26,3 2,05 6,72 2,85 8,30 0,29 31.8 3,76 0.06 3.17

38 A0T3 (2) 5,63 4,09 - - 25,5 2,08 7,31 2,80 4,71 0,42 8.4 3,78 0.04 3.37

39 A1T3 (1) 5,54 4,15 - - 25,3 5,37 6,86 2,81 8,72 0,28 22.6 3,82 0.04 3.34

40 A1T3 (2) 5,80 4,17 - - 27,7 5,34 7,41 2,81 4,42 0,58 16.6 3,82 0.02 3.46

41 A2T3 (1) 5,43 4,37 - - 26,0 14,89 7,42 2,82 8,77 0,71 90.2 3, 26 0.02 3.88

42 A2T3 (2) 5,42 4,28 - - 26,3 14,89 7,61 2,81 14,86 1,43 12.2 3,54 0.03 3.76

43 A3T3 (1) 6,35 4,84 - - 26,0 2,01 7,02 2,85 11,46 0,25 22.2 3,80 0.03 3.49

44 A3T3 (2) 6,17 4,78 - - 25,4 3,01 7,53 2,82 26,71 0,27 29.0 3,82 0.02 3.45

45 A4T3 (1) 5,13 3,92 - - 25,7 2,36 7,35 2,83 8,76 6,52 105.2 3,72 0.01 4.31

46 A4T3 (2) 5,16 4,07 - - 25,1 19,92 7,83 2,83 18,55 5,94 18.8 3,82 0.07 3.84

47 A5T3 (1) 5,10 3,83 - - 25,7 8,46 7,37 2,79 6,33 1,12 7.6 3,74 0.08 3.07

48 A5T3 (2) 5,11 3,81 0.16 0.36 25,6 9,02 7,62 2,81 14,55 0,88 21.8 3,80 0.05 3.15

49 A6T3 (1) 5,48 4,47 - - 25,9 20,23 7,70 2,79 8,20 1,87 30.8 3,64 0.05 3.32

50 A6T3 (2) 5,51 4,60 0.88 0.52 25,7 2,34 7,36 2,82 16,89 2,40 88.2 3,21 0.05 3.69

51 A7T3 (1) 6,08 4,98 0.72 0.64 25,7 5,03 7,54 2,82 12,20 0,28 26.0 3,88 0.08 3.21

52 A7T3 (2) 6,22 5,01 0.00 0.32 26,4 3,01 7,64 2,82 25,47 0,62 38.8 3,64 0.06 3.11

53 A8T3 (1) 4,94 4,00 - - 25,6 3,79 7,65 2,81 6,85 12,68 28.2 3,64 0.06 3.39

54 A8T3 (2) 4,89 3,85 0.60 0.76 26,0 4,08 6,47 2,53 21,23 14,35 123.4 3,74 0.06 4.02 Keterangan : (1) Ulangan pertama dan (2) Ulangan kedua *)Data khusus disusun berdasarkan ulangan (No dat 1-27 Ulangan I, 28-54 = ulangan II

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

66

Lampiran 9. Kandungan C organik tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran

berbeda jenis dan dosis

Data Pengamatan:

No Kode Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata

I II

1 A0T1 2.15 2.19 4.34 2.17

2 A1T1 2.44 2.23 4.67 2.34

3 A2T1 2.23 2.22 4.44 2.22

4 A3T1 2.27 2.09 4.37 2.18

5 A4T1 1.87 1.95 3.82 1.91

6 A5T1 2.17 2.21 4.38 2.19

7 A6T1 2.07 2.41 4.48 2.24

8 A7T1 1.85 2.27 4.12 2.06

9 A8T1 2.10 2.27 4.38 2.19

10 A0T2 0.25 0.60 0.85 0.43

11 A1T2 0.31 0.36 0.67 0.34

12 A2T2 0.53 0.43 0.95 0.48

13 A3T2 0.58 0.50 1.09 0.54

14 A4T2 0.35 0.38 0.73 0.36

15 A5T2 0.53 0.59 1.12 0.56

16 A6T2 0.47 0.53 1.00 0.50

17 A7T2 0.58 0.46 1.04 0.52

18 A8T2 0.37 0.40 0.77 0.39

19 A0T3 0.90 0.88 1.78 0.89

20 A1T3 0.86 0.86 1.72 0.86

21 A2T3 1.18 1.02 2.19 1.10

22 A3T3 0.87 0.86 1.74 0.87

23 A4T3 0.92 0.86 1.78 0.89

24 A5T3 0.91 0.87 1.78 0.89

25 A6T3 0.96 1.20 2.17 1.08

26 A7T3 0.83 0.96 1.79 0.90

27 A8T3 0.963 0.907 1.87 0.93

Jumlah 31.50 32.53 64.03 1.19

Analisi Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82

Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50

Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93

Acak 24 0.32 0.0132

Total 47 1.24

KK=0.18%

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

67

Lampiran 10. Kandungan pH H2O tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran

berbeda jenis dan dosis

Data Pengamatan:

No Kode

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

I II

1 A0T1 5.48 5.49 10.97 5.49

2 A1T1 5.43 5.47 10.90 5.45

3 A2T1 5.55 5.53 11.08 5.54

4 A3T1 5.75 5.72 11.47 5.74

5 A4T1 5.4 5.4 10.80 5.40

6 A5T1 5.43 5.41 10.84 5.42

7 A6T1 5.82 5.82 11.64 5.82

8 A7T1 5.81 5.74 11.55 5.78

9 A8T1 5.33 5.44 10.77 5.39

10 A0T2 6.38 6.4 12.78 6.39

11 A1T2 6.18 6.1 12.28 6.14

12 A2T2 6.34 6.31 12.65 6.33

13 A3T2 7.12 6.78 13.90 6.95

14 A4T2 5.83 5.78 11.61 5.81

15 A5T2 6.1 6.22 12.32 6.16

16 A6T2 6.33 6.27 12.60 6.30

17 A7T2 7.31 7.39 14.70 7.35

18 A8T2 5.63 5.62 11.25 5.63

19 A0T3 5.59 5.63 11.22 5.61

20 A1T3 5.54 5.8 11.34 5.67

21 A2T3 5.43 5.42 10.85 5.43

22 A3T3 6.35 6.17 12.52 6.26

23 A4T3 5.13 5.16 10.29 5.15

24 A5T3 5.1 5.11 10.21 5.11

25 A6T3 5.48 5.51 10.99 5.50

26 A7T3 6.08 6.22 12.30 6.15

27 A8T3 4.94 4.89 9.83 4.92

Jumlah 156.86 156.80 313.66 5.81

Analisi Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82

Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50

Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93

Acak 24 0.32 0.0132

Total 47 1.24

KK=0.18%

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

68

Lampiran 11. Kandungan pH KCl tanah pada berbagai perlakuan pemberian amelioran

berbeda jenis dan dosis

No Kode

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

I II

1 A0T1 4.36 5.49 9.85 4.93

2 A1T1 4.39 5.47 9.86 4.93

3 A2T1 4.53 5.53 10.06 5.03

4 A3T1 4.69 5.72 10.41 5.21

5 A4T1 4.35 5.40 9.75 4.88

6 A5T1 4.44 5.41 9.85 4.93

7 A6T1 4.92 5.82 10.74 5.37

8 A7T1 4.78 5.74 10.52 5.26

9 A8T1 4.31 5.44 9.75 4.88

10 A0T2 4.25 6.40 10.65 5.33

11 A1T2 4.27 6.10 10.37 5.19

12 A2T2 4.70 6.31 11.01 5.51

13 A3T2 4.99 6.78 11.77 5.89

14 A4T2 4.30 5.78 10.08 5.04

15 A5T2 4.30 6.22 10.52 5.26

16 A6T2 4.99 6.27 11.26 5.63

17 A7T2 5.36 7.39 12.75 6.38

18 A8T2 4.28 5.62 9.90 4.95

19 A0T3 4.07 5.63 9.70 4.85

20 A1T3 4.15 5.80 9.95 4.98

21 A2T3 4.37 5.42 9.79 4.90

22 A3T3 4.84 6.17 11.01 5.51

23 A4T3 3.92 5.16 9.08 4.54

24 A5T3 3.83 5.11 8.94 4.47

25 A6T3 4.47 5.51 9.98 4.99

26 A7T3 4.98 6.22 11.20 5.60

27 A8T3 4.00 4.89 8.89 4.45

Jumlah 120.84 156.80 277.64 5.14

Analisi Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82

Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50

Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93

Acak 24 0.32 0.0132

Total 47 1.24

KK=0.18%

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

69

Lampiran 12. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar

BARAT

ULANGAN II ULANGAN I

A7T1 A1T2 A6T3 A6T1 A4T2 A3T3

A3T1 A7T2 A3T3 A7T1 A7T2 A0T3

A4T1 A3T2 A7T3 A2T1 A2T2 A2T3

A1T1 A0T2 A2T3 A0T1 A5T2 A1T3

A2T1 A6T2 A4T3 A4T1 A6T2 A7T3

A6T1 A5T2 A1T3 A1T1 A1T2 A4T3

A5T1 A2T2 A5T3 A5T1 A0T2 A5T3

A0T1 A4T2 A0T3 A3T1 A3T2 A6T3

TIMUR

Keterangan :

A0 : Kontrol T1 : Andisol

A1 : Biochar T2 : Inceptisol

A2 : Kompos T3 : Ultisol

A3 : CaCO3

A4 : SP-36

A5 : Biochar + CaCO3

A6 : Kompos + CaCO3

A7 : Biochar + Kompos

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

70

Lampiran 12. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap pertumbuhan dan hasil Jagung pada tiga ordo tanah Aceh Besar

Kode Perlakuan amelioran TT

14

TT

21

TT

28

TT

35

TT

42 BKT BKA N P K Hasil

----------------------- (cm) -------------------- g/tanaman (%) (%) (%) (t/ha)

Andisols Saree

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 34.70 50.45 78.45 115.10 149.95 0.22 0.25 1.50

A1 20 ton/ha Biochar 35.95 63.75 99.70 137.15 168.00 0.28 0.18 1.16

A2 20 ton/ha Kompos 43.30 77.15 115.05 154.90 175.60 0.27 0.38 1.46

A3 4 ton/ha CaCO3 35.45 47.40 67.80 103.00 143.95 0.41 0.26 1.43

A4 4 ton/ha SP-36 46.95 93.35 133.55 167.80 188.05 0.27 0.31 1.44

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 39.40 61.35 97.75 142.05 172.00 0.27 0.37 1.42

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 37.75 63.10 97.40 138.65 174.15 0.26 0.33 1.53

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 45.70 79.20 115.10 158.00 188.55 0.35 0.44 1.53

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 38.55 76.40 117.70 148.00 164.50 0.25 0.35 1.25

A1 20 ton/ha Biochar 39.55 70.90 102.75 131.50 154.00 0.19 0.31 1.30

A2 20 ton/ha Kompos 52.65 90.75 131.00 160.15 171.80 0.29 0.27 1.33

A3 4 ton/ha CaCO3 37.80 64.15 97.80 123.35 142.50 0.21 0.34 1.30

A4 4 ton/ha SP-36 42.85 81.25 118.25 150.35 169.80 0.20 0.32 1.23

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 40.55 71.15 102.95 135.65 159.75 0.26 0.28 1.35

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 40.65 78.50 101.50 145.70 165.30 0.25 0.41 1.46

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 42.55 71.40 111.05 143.85 169.15 0.37 0.35 1.45

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

71

Ultisols Jantho

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 39.60 80.30 122.10 163.05 188.70 0.40 0.20 1.14

A1 20 ton/ha Biochar 47.25 80.05 123.25 167.35 186.85 0.62 0.34 1.38

A2 20 ton/ha Kompos 54.45 98.65 139.95 184.50 203.70 0.50 0.22 1.02

A3 4 ton/ha CaCO3 37.30 66.00 96.60 130.40 162.90 0.52 0.22 1.24

A4 4 ton/ha SP-36 50.15 93.15 136.85 175.80 195.45 0.48 0.45 1.09

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 45.65 77.05 111.85 150.20 179.35 0.62 0.25 1.23

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 43.80 73.30 113.50 156.50 184.75 0.48 0.26 1.33

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 45.85 85.10 123.00 166.90 188.20 0.58 0.40 1.47

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05)

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

72

Lampiran 13. Tinggi Tanaman 14 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap

Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 36.20 33.20 69.40 34.70

Biochar (Andisol) 32.30 39.60 71.90 35.95

Kompos (Andisol) 42.10 44.50 86.60 43.30

CaCO3 (Andisol) 35.10 35.80 70.90 35.45

SP-36 (Andisol) 45.60 48.30 93.90 46.95

Biochar + CaCO3 (Andisol) 38.20 40.60 78.80 39.40

Kompos + CaCO3 (Andisol) 37.70 37.80 75.50 37.75

Biochar + Kompos (Andisol) 53.80 37.60 91.40 45.70

Kontrol (Inceptisol) 30.90 46.20 77.10 38.55

Biochar (Inceptisol) 34.50 44.60 79.10 39.55

Kompos (Inceptisol) 53.70 51.60 105.30 52.65

CaCO3 (Inceptisol) 40.20 35.40 75.60 37.80

SP-36 (Inceptisol) 41.10 44.60 85.70 42.85

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 39.20 41.90 81.10 40.55

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 40.10 41.20 81.30 40.65

Biochar + Kompos (Inceptisol) 27.70 57.40 85.10 42.55

Kontrol (Ultisol) 43.60 35.60 79.20 39.60

Biochar (Ultisol) 39.60 54.90 94.50 47.25

Kompos (Ultisol) 50.60 58.30 108.90 54.45

CaCO3 (Ultisol) 36.40 38.20 74.60 37.30

SP-36 (Ultisol) 50.20 50.10 100.30 50.15

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 40.40 50.90 91.30 45.65

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 43.90 43.70 87.60 43.80

Biochar + Kompos (Ultisol) 48.50 43.20 91.70 45.85

Jumlah 981.60 1055.20 2036.80

Rerata 42.43

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 112.85 112.85 2.88 4.26 7.82

Faktor A 7 852.56 121.79 3.10* 2.42 3.50

Faktor T 2 258.43 129.21 3.29tn 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 199.28 14.23 0.36tn 2.13 2.93

Acak 24 941.87 39.24

Total 47 2364.99

KK=0.31%

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

73

Lampiran 14. Tinggi Tanaman 21 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap

Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 51.80 49.10 100.90 50.45

Biochar (Andisol) 64.30 63.20 127.50 63.75

Kompos (Andisol) 80.40 73.90 154.30 77.15

CaCO3 (Andisol) 46.20 48.60 94.80 47.40

SP-36 (Andisol) 93.20 93.50 186.70 93.35

Biochar + CaCO3 (Andisol) 60.80 61.90 122.70 61.35

Kompos + CaCO3 (Andisol) 65.60 60.60 126.20 63.10

Biochar + Kompos (Andisol) 88.50 69.90 158.40 79.20

Kontrol (Inceptisol) 66.40 86.40 152.80 76.40

Biochar (Inceptisol) 59.50 82.30 141.80 70.90

Kompos (Inceptisol) 90.20 91.30 181.50 90.75

CaCO3 (Inceptisol) 66.70 61.60 128.30 64.15

SP-36 (Inceptisol) 77.80 84.70 162.50 81.25

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 69.50 72.80 142.30 71.15

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 79.60 77.40 157.00 78.50

Biochar + Kompos (Inceptisol) 45.30 97.50 142.80 71.40

Kontrol (Ultisol) 79.10 81.50 160.60 80.30

Biochar (Ultisol) 69.60 90.50 160.10 80.05

Kompos (Ultisol) 95.80 101.50 197.30 98.65

CaCO3 (Ultisol) 65.90 66.10 132.00 66.00

SP-36 (Ultisol) 94.70 91.60 186.30 93.15

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 63.60 90.50 154.10 77.05

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 68.20 78.40 146.60 73.30

Biochar + Kompos (Ultisol) 87.70 82.50 170.20 85.10

Jumlah 1730.40 1857.30 3587.70

Rerata 74.74

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 335.49 335.49 3.33 4.26 7.82

Faktor A 7 4453.77 636.25 6.32** 2.42 3.50

Faktor T 2 1752.17 876.08 8.70** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 1338.98 95.64 0.95tn 2.13 2.93

Acak 24 2416.21 100.68

Total 47 10296.62

KK=0.28%

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

74

Lampiran 15. Tinggi Tanaman 28 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap

Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 81.90 75.00 156.90 78.45

Biochar (Andisol) 101.00 98.40 199.40 99.70

Kompos (Andisol) 118.10 112.00 230.10 115.05

CaCO3 (Andisol) 71.50 64.10 135.60 67.80

SP-36 (Andisol) 138.10 129.00 267.10 133.55

Biochar + CaCO3 (Andisol) 102.40 93.10 195.50 97.75

Kompos + CaCO3 (Andisol) 102.50 92.30 194.80 97.40

Biochar + Kompos (Andisol) 128.40 101.80 230.20 115.10

Kontrol (Inceptisol) 112.90 122.50 235.40 117.70

Biochar (Inceptisol) 91.00 114.50 205.50 102.75

Kompos (Inceptisol) 128.50 133.50 262.00 131.00

CaCO3 (Inceptisol) 92.20 103.40 195.60 97.80

SP-36 (Inceptisol) 119.00 117.50 236.50 118.25

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 107.90 98.00 205.90 102.95

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 100.50 102.50 203.00 101.50

Biochar + Kompos (Inceptisol) 86.10 136.00 222.10 111.05

Kontrol (Ultisol) 121.60 122.60 244.20 122.10

Biochar (Ultisol) 122.00 124.50 246.50 123.25

Kompos (Ultisol) 137.40 142.50 279.90 139.95

CaCO3 (Ultisol) 101.20 92.00 193.20 96.60

SP-36 (Ultisol) 141.10 132.60 273.70 136.85

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 98.10 125.60 223.70 111.85

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 107.00 120.00 227.00 113.50

Biochar + Kompos (Ultisol) 125.60 120.40 246.00 123.00

Jumlah 2636.00 2673.80 5309.80 2654.90

Rerata 110.62

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 29.77 29.77 0.26 4.26 7.82

Faktor A 7 8188.30 1169.76 10.03** 2.42 3.50

Faktor T 2 3294.11 1647.06 14.12** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 2487.51 177.68 1.52tn 2.13 2.93

Acak 24 2799.63 116.65

Total 47 16799.32

KK=0.20%

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

75

Lampiran 16. Tinggi Tanaman 35 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap

Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 126.00 104.20 230.20 115.10

Biochar (Andisol) 149.10 125.20 274.30 137.15

Kompos (Andisol) 160.50 149.30 309.80 154.90

CaCO3 (Andisol) 109.00 97.00 206.00 103.00

SP-36 (Andisol) 165.60 170.00 335.60 167.80

Biochar + CaCO3 (Andisol) 147.40 136.70 284.10 142.05

Kompos + CaCO3 (Andisol) 142.80 134.50 277.30 138.65

Biochar + Kompos (Andisol) 170.20 145.80 316.00 158.00

Kontrol (Inceptisol) 145.20 150.80 296.00 148.00

Biochar (Inceptisol) 113.80 149.20 263.00 131.50

Kompos (Inceptisol) 157.90 162.40 320.30 160.15

CaCO3 (Inceptisol) 112.60 134.10 246.70 123.35

SP-36 (Inceptisol) 151.30 149.40 300.70 150.35

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 136.40 134.90 271.30 135.65

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 138.20 153.20 291.40 145.70

Biochar + Kompos (Inceptisol) 116.60 171.10 287.70 143.85

Kontrol (Ultisol) 169.20 156.90 326.10 163.05

Biochar (Ultisol) 170.10 164.60 334.70 167.35

Kompos (Ultisol) 187.80 181.20 369.00 184.50

CaCO3 (Ultisol) 140.40 120.40 260.80 130.40

SP-36 (Ultisol) 180.10 171.50 351.60 175.80

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 136.90 163.50 300.40 150.20

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 148.10 164.90 313.00 156.50

Biochar + Kompos (Ultisol) 168.20 165.60 333.80 166.90

Jumlah 3543.40 3556.40 7099.80 3549.90

Rerata 147.91

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 3.52 3.52 0.02 4.26 7.82

Faktor A 7 9638.09 1376.87 7.54** 2.42 3.50

Faktor T 2 4713.69 2356.84 12.90** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 2739.33 195.67 1.07tn 2.13 2.93

Acak 24 4385.35 182.72

Total 47 21479.97

KK=0.19%

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

76

Lampiran 17. Tinggi Tanaman 42 HST akibat Pemberian Bahan Amelioran terhadap

Pertumbuhan Jagung pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 163.40 136.50 299.90 149.95

Biochar (Andisol) 176.90 159.10 336.00 168.00

Kompos (Andisol) 182.10 169.10 351.20 175.60

CaCO3 (Andisol) 149.70 138.20 287.90 143.95

SP-36 (Andisol) 182.90 193.20 376.10 188.05

Biochar + CaCO3 (Andisol) 177.30 166.70 344.00 172.00

Kompos + CaCO3 (Andisol) 181.10 167.20 348.30 174.15

Biochar + Kompos (Andisol) 190.90 186.20 377.10 188.55

Kontrol (Inceptisol) 162.30 166.70 329.00 164.50

Biochar (Inceptisol) 137.40 170.60 308.00 154.00

Kompos (Inceptisol) 169.40 174.20 343.60 171.80

CaCO3 (Inceptisol) 128.40 156.60 285.00 142.50

SP-36 (Inceptisol) 178.10 161.50 339.60 169.80

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 158.60 160.90 319.50 159.75

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 156.10 174.50 330.60 165.30

Biochar + Kompos (Inceptisol) 150.60 187.70 338.30 169.15

Kontrol (Ultisol) 196.20 181.20 377.40 188.70

Biochar (Ultisol) 191.60 182.10 373.70 186.85

Kompos (Ultisol) 202.60 204.80 407.40 203.70

CaCO3 (Ultisol) 169.20 156.60 325.80 162.90

SP-36 (Ultisol) 196.70 194.20 390.90 195.45

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 174.60 184.10 358.70 179.35

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 178.20 191.30 369.50 184.75

Biochar + Kompos (Ultisol) 190.20 186.20 376.40 188.20

Jumlah 4144.50 4149.40 8293.90 4146.95

Rerata 172.79

Analisis ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.50 0.50 0.004 4.26 7.82

Faktor A 7 5481.43 783.06 5.81** 2.42 3.50

Faktor T 2 4843.55 2421.78 17.96** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 1470.27 105.02 0.78tn 2.13 2.93

Acak 24 3236.55 134.86

Total 47 15032.30

KK=0.14%

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

77

Lampiran 18. Kandungan Nitrogen Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian

Bahan Amelioran pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 0.21 0.24 0.45 0.22

Biochar (Andisol) 0.22 0.34 0.56 0.28

Kompos (Andisol) 0.32 0.21 0.53 0.27

CaCO3 (Andisol) 0.45 0.36 0.81 0.41

SP-36 (Andisol) 0.27 0.27 0.53 0.27

Biochar + CaCO3 (Andisol) 0.25 0.28 0.53 0.27

Kompos + CaCO3 (Andisol) 0.16 0.36 0.53 0.26

Biochar + Kompos (Andisol) 0.36 0.34 0.70 0.35

Kontrol (Inceptisol) 0.24 0.25 0.49 0.25

Biochar (Inceptisol) 0.17 0.21 0.38 0.19

Kompos (Inceptisol) 0.31 0.27 0.57 0.29

CaCO3 (Inceptisol) 0.20 0.22 0.42 0.21

SP-36 (Inceptisol) 0.24 0.17 0.41 0.20

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 0.21 0.31 0.52 0.26

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 0.21 0.28 0.49 0.25

Biochar + Kompos (Inceptisol) 0.38 0.36 0.74 0.37

Kontrol (Ultisol) 0.46 0.34 0.80 0.40

Biochar (Ultisol) 0.70 0.53 1.23 0.62

Kompos (Ultisol) 0.49 0.50 0.99 0.50

CaCO3 (Ultisol) 0.48 0.56 1.04 0.52

SP-36 (Ultisol) 0.43 0.53 0.97 0.48

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 0.71 0.52 1.23 0.62

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 0.52 0.45 0.97 0.48

Biochar + Kompos (Ultisol) 0.52 0.64 1.16 0.58

Jumlah 8.51 8.54 17.05 8.52

Rerata 0.36

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.000026 0.000026 0.01 4.26 7.82

Faktor A 7 0.08 0.01 2.59* 2.42 3.50

Faktor T 2 0.70 0.35 76.15** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.09 0.01 1.44tn 2.13 2.93

Acak 24 0.11 0.0046

Total 47 0.98

KK=0.40%

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

78

Lampiran 19. Kandungan Fosfor Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian

Bahan Amelioran g pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 0.26 0.24 0.50 0.25

Biochar (Andisol) 0.19 0.16 0.35 0.18

Kompos (Andisol) 0.38 0.37 0.75 0.38

CaCO3 (Andisol) 0.25 0.27 0.52 0.26

SP-36 (Andisol) 0.31 0.31 0.63 0.31

Biochar + CaCO3 (Andisol) 0.40 0.35 0.74 0.37

Kompos + CaCO3 (Andisol) 0.31 0.34 0.65 0.33

Biochar + Kompos (Andisol) 0.31 0.56 0.87 0.44

Kontrol (Inceptisol) 0.38 0.32 0.70 0.35

Biochar (Inceptisol) 0.30 0.32 0.62 0.31

Kompos (Inceptisol) 0.27 0.26 0.53 0.27

CaCO3 (Inceptisol) 0.38 0.29 0.67 0.34

SP-36 (Inceptisol) 0.26 0.37 0.63 0.32

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 0.28 0.29 0.57 0.28

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 0.41 0.41 0.82 0.41

Biochar + Kompos (Inceptisol) 0.34 0.36 0.69 0.35

Kontrol (Ultisol) 0.26 0.14 0.40 0.20

Biochar (Ultisol) 0.33 0.36 0.69 0.34

Kompos (Ultisol) 0.24 0.21 0.45 0.22

CaCO3 (Ultisol) 0.22 0.22 0.44 0.22

SP-36 (Ultisol) 0.44 0.46 0.90 0.45

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 0.26 0.23 0.49 0.25

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 0.27 0.25 0.52 0.26

Biochar + Kompos (Ultisol) 0.45 0.34 0.80 0.40

Jumlah 7.51 7.42 14.93 7.47

Rerata 0.31

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.00015 0.00015 0.06 4.26 7.82

Faktor A 7 0.09 0.013 4.99** 2.42 3.50

Faktor T 2 0.01 0.0046 1.80tn 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.16 0.01 4.32** 2.13 2.93

Acak 24 0.06 0.0026

Total 47 0.32

KK=0.34%

Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

79

Lampiran 20. Kandungan Kalium Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Pemberian

Bahan Amelioran pada 3 Ordo Tanah di Lahan Kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Total Rerata I II

…(cm)…

Kontrol (Andisol) 1.52 1.49 3.00 1.50

Biochar (Andisol) 1.24 1.08 2.31 1.16

Kompos (Andisol) 1.39 1.52 2.91 1.46

CaCO3 (Andisol) 1.38 1.48 2.86 1.43

SP-36 (Andisol) 1.49 1.39 2.88 1.44

Biochar + CaCO3 (Andisol) 1.36 1.47 2.83 1.42

Kompos + CaCO3 (Andisol) 1.55 1.52 3.06 1.53

Biochar + Kompos (Andisol) 1.50 1.55 3.06 1.53

Kontrol (Inceptisol) 1.27 1.22 2.49 1.25

Biochar (Inceptisol) 1.28 1.32 2.60 1.30

Kompos (Inceptisol) 1.38 1.27 2.65 1.33

CaCO3 (Inceptisol) 1.28 1.32 2.60 1.30

SP-36 (Inceptisol) 1.13 1.33 2.46 1.23

Biochar + CaCO3 (Inceptisol) 1.32 1.38 2.70 1.35

Kompos + CaCO3 (Inceptisol) 1.38 1.54 2.92 1.46

Biochar + Kompos (Inceptisol) 1.38 1.52 2.90 1.45

Kontrol (Ultisol) 1.43 0.84 2.27 1.14

Biochar (Ultisol) 1.29 1.47 2.76 1.38

Kompos (Ultisol) 1.00 1.04 2.05 1.02

CaCO3 (Ultisol) 1.19 1.29 2.48 1.24

SP-36 (Ultisol) 1.17 1.00 2.17 1.09

Biochar + CaCO3 (Ultisol) 1.23 1.24 2.47 1.23

Kompos + CaCO3 (Ultisol) 1.27 1.39 2.67 1.33

Biochar + Kompos (Ultisol) 1.53 1.40 2.93 1.47

Jumlah 31.96 32.09 64.04 32.02

Rerata 1.33

Analisis ragam:

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

Kelompok 1 0.00035 0.00035 0.03 4.26 7.82

Faktor A 7 0.29 0.042 3.14* 2.42 3.50

Faktor T 2 0.30 0.15 11.51** 3.40 5.61

Interaksi AxT 14 0.33 0.02 1.78tn 2.13 2.93

Acak 24 0.32 0.0132

Total 47 1.24

KK=0.18%

Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

80

Lampiran 21. Layout atau Denah Percobaan Pengaruh Amelioran terhadap prtumbuhan dan hasil Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada tiga ordo tanah di lahan kering Aceh Besar

BARAT

ULANGAN I ULANGAN II

A7T1 A1T2 A6T3 A6T1 A4T2 A3T3

A3T1 A7T2 A3T3 A7T1 A7T2 A0T3

A4T1 A3T2 A7T3 A2T1 A2T2 A2T3

A1T1 A0T2 A2T3 A0T1 A5T2 A1T3

A2T1 A6T2 A4T3 A4T1 A6T2 A7T3

A6T1 A5T2 A1T3 A1T1 A1T2 A4T3

A5T1 A2T2 A5T3 A5T1 A0T2 A5T3

A0T1 A4T2 A0T3 A3T1 A3T2 A6T3

TIMUR

Keterangan :

A0 : Kontrol T1 : Andisol

A1 : Biochar T2 : Inceptisol

A2 : Kompos T3 : Ultisol

A3 : CaCO3

A4 : SP-36

A5 : Biochar + CaCO3

A6 : Kompos + CaCO3

A7 : Biochar + Kompos

Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

81

Lampiran 22. Pengaruh bahan amelioran berbeda Jenis dan dosis terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tiga ordo tanah Aceh Besar

Kode Perlakuan amelioran TT

14

TT

21

TT

28

TT

35

TT

42

TT

49

Jumlah

daun

Jml

Polong

BK*

Biji Hasil*

---------------------------- (cm) ----------------------------- (lbr) (bh) (g/pot) (t/ha)

Andisols Saree

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 25.78 35.15 62.40 97.60 119.80 120.53 17.50 41.00 9.84 1.23

A1 20 ton/ha Biochar 22.93 32.48 47.93 69.20 86.93 88.00 12.50 33.00 7.92 0.99

A2 20 ton/ha Kompos 27.30 37.83 62.18 85.03 106.05 108.68 21.00 72.00 17.28 2.16

A3 4 ton/ha CaCO3 26.03 34.78 50.40 75.23 100.90 105.53 11.50 31.50 7.56 0.95

A4 4 ton/ha SP-36 25.73 50.25 89.68 133.00 156.88 161.08 28.00 70.50 16.92 2.12

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 24.83 32.85 57.18 95.33 116.40 117.55 21.50 41.50 9.96 1.25

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 23.05 33.18 60.80 97.78 119.65 121.30 23.50 70.50 16.92 2.12

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 22.33 36.80 74.43 118.05 139.75 143.23 23.50 82.00 19.68 2.46

Inceptisols Cucum

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 25.63 44.53 90.45 133.15 152.58 152.93 26.50 73.50 17.64 2.21

A1 20 ton/ha Biochar 21.98 38.48 77.75 115.50 134.70 139.53 20.50 36.50 8.76 1.10

A2 20 ton/ha Kompos 24.95 44.65 73.25 117.50 151.55 151.63 32.00 71.00 17.04 2.13

A3 4 ton/ha CaCO3 21.08 30.28 63.03 103.38 125.50 125.78 19.00 44.50 10.68 1.34

A4 4 ton/ha SP-36 21.03 33.33 61.75 91.88 114.50 120.95 18.00 62.50 15.00 1.88

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 22.83 40.28 79.68 119.35 140.60 143.93 20.00 45.50 10.92 1.37

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 21.25 40.85 74.38 113.70 140.30 143.23 22.50 93.00 22.32 2.79

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 27.50 46.95 93.53 141.40 163.33 163.85 23.00 95.50 22.92 2.87

Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

82

Ultisols Jantho

A0 Tanpa amelioran (0 ton ha-1) 23.38 38.48 67.63 101.90 117.80 123.40 18.50 78.50 18.84 2.36

A1 20 ton/ha Biochar 24.20 37.00 66.13 101.10 125.23 129.35 20.50 62.00 14.88 1.86

A2 20 ton/ha Kompos 25.65 48.65 85.83 115.10 133.58 135.70 30.00 89.50 21.48 2.69

A3 4 ton/ha CaCO3 24.55 33.15 62.98 98.20 126.38 130.98 17.50 62.50 15.00 1.88

A4 4 ton/ha SP-36 21.43 36.05 72.40 108.55 145.58 151.98 21.00 64.00 15.36 1.92

A5 10 ton/ha Biochar + 4 t/ha CaCO3 22.48 38.15 73.50 121.78 143.63 145.95 23.50 73.50 17.64 2.21

A6 10 ton/ha Kompos + 4 t/ha CaCO3 26.33 47.50 92.55 130.63 151.25 152.55 26.50 90.00 21.60 2.70

A7 10 ton/ha Kompos + 10 t/ha Biochar 26.18 49.70 96.98 146.25 168.73 170.48 27.00 84.00 20.16 2.52

Nilai rata-rata pada setiap jenis tanah (ordo) yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ (0,05) TT = tinggi tanaman; *) Estimasi dan konversi dari hasil biji per pot; BK = berat kering

Page 96: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

83

Lampiran 23. Tinggi Tanaman pada 14 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 27.65 23.90 51.55 25.78

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 22.20 23.65 45.85 22.93

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 25.30 29.30 54.60 27.30

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 25.10 26.95 52.05 26.03

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 24.95 26.50 51.45 25.73

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 23.90 25.75 49.65 24.83

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 23.75 22.35 46.10 23.05

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 18.20 26.45 44.65 22.33

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 24.35 26.90 51.25 25.63

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 20.30 23.65 43.95 21.98

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 23.90 26.00 49.90 24.95

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.80 20.35 42.15 21.08

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.10 20.95 42.05 21.03

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 22.15 23.50 45.65 22.83

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 25.50 17.00 42.50 21.25

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 25.20 29.80 55.00 27.50

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 22.50 24.25 46.75 23.38

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 23.80 24.60 48.40 24.20

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 25.90 25.40 51.30 25.65

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 24.35 24.75 49.10 24.55

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 22.00 20.85 42.85 21.43

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 21.65 23.30 44.95 22.48

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 25.25 27.40 52.65 26.33

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 25.50 26.85 52.35 26.18

Total 566.30 590.40 1156.70

Rata-Rata 24.10

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 12.10 12.10 2.51tn 4.28 7.88

A 7 57.59 8.23 1.71 tn 2.44 3.54

T 2 17.91 8.96 1.86 tn 3.42 5.66

AT 14 114.94 8.21 1.71 tn 2.15 2.97

Galat 23 110.66 4.81

Total 47 313.21 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.19%

Page 97: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

84

Lampiran 24. Tinggi Tanaman pada 21 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 34.80 35.50 70.30 35.15

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 31.70 33.25 64.95 32.48

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 37.85 37.80 75.65 37.83

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 32.60 36.95 69.55 34.78

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 47.45 53.05 100.50 50.25

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 29.00 36.70 65.70 32.85

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 31.05 35.30 66.35 33.18

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 30.65 42.95 73.60 36.80

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 43.00 46.05 89.05 44.53

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 37.65 39.30 76.95 38.48

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 44.40 44.90 89.30 44.65

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 29.40 31.15 60.55 30.28

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 32.15 34.50 66.65 33.33

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 36.20 44.35 80.55 40.28

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 48.00 33.70 81.70 40.85

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 43.70 50.20 93.90 46.95

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 28.70 48.25 76.95 38.48

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 35.70 38.30 74.00 37.00

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 48.90 48.40 97.30 48.65

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 29.20 37.10 66.30 33.15

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 33.55 38.55 72.10 36.05

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 35.55 40.75 76.30 38.15

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 45.55 49.45 95.00 47.50

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 48.80 50.60 99.40 49.70

Total 895.55 987.05 1882.60

Rata-Rata 39.22

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 174.42 174.42 10.17** 4.28 7.88

A 7 642.28 91.75 5.35** 2.44 3.54

T 2 168.01 84.00 4.90* 3.42 5.66

AT 14 881.13 62.94 3.67** 2.15 2.97

Galat 23 394.56 17.15

Total 47 2260.39 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata KK : 0.22%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 98: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

85

Lampiran 25. Tinggi Tanaman pada 28 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 56.30 68.50 124.80 62.40

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 58.20 37.65 95.85 47.93

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 68.90 55.45 124.35 62.18

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 46.45 54.35 100.80 50.40

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 86.25 93.10 179.35 89.68

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 46.05 68.30 114.35 57.18

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 50.85 70.75 121.60 60.80

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 61.70 87.15 148.85 74.43

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 87.50 93.40 180.90 90.45

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 78.75 76.75 155.50 77.75

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 79.45 67.05 146.50 73.25

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 59.20 66.85 126.05 63.03

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 56.95 66.55 123.50 61.75

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 71.75 87.60 159.35 79.68

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 92.30 56.45 148.75 74.38

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 88.95 98.10 187.05 93.53

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 65.50 69.75 135.25 67.63

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 64.20 68.05 132.25 66.13

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 96.50 75.15 171.65 85.83

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 49.35 76.60 125.95 62.98

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 68.95 75.85 144.80 72.40

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 79.30 67.70 147.00 73.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 88.00 97.10 185.10 92.55

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 94.70 99.25 193.95 96.98

Total 1696.05 1777.45 3473.50

Rata-Rata 72.36

Analisi Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 138.04 138.04 1.13tn 4.28 7.88

A 7 3210.73 458.68 3.76** 2.44 3.54

T 2 2052.44 1026.22 8.42** 3.42 5.66

AT 14 3453.59 246.69 2.02tn 2.15 2.97

Galat 23 2802.22 121.84

Total 47 11657.03 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.32%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 99: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

86

Lampiran 26. Tinggi Tanaman pada 35 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 87.80 107.40 195.20 97.60

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 96.20 42.20 138.40 69.20

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 102.40 67.65 170.05 85.03

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 73.70 76.75 150.45 75.23

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 128.05 137.95 266.00 133.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 83.90 106.75 190.65 95.33

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 83.60 111.95 195.55 97.78

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 101.45 134.65 236.10 118.05

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 136.95 129.35 266.30 133.15

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 111.30 119.70 231.00 115.50

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 136.40 98.60 235.00 117.50

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 99.75 107.00 206.75 103.38

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 77.75 106.00 183.75 91.88

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 106.50 132.20 238.70 119.35

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 141.25 86.15 227.40 113.70

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 127.65 155.15 282.80 141.40

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 106.20 97.60 203.80 101.90

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 110.50 91.70 202.20 101.10

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 138.70 91.50 230.20 115.10

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 81.35 115.05 196.40 98.20

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 104.15 112.95 217.10 108.55

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 130.30 113.25 243.55 121.78

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 132.15 129.10 261.25 130.63

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 146.25 146.25 292.50 146.25

Total 2644.25 2616.85 5261.10

Rata-Rata 109.61

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 15.64 15.64 0.04 tn 4.28 7.88

A 7 7242.08 1034.58 2.64* 2.44 3.54

T 2 4204.79 2102.39 5.36* 3.42 5.66

AT 14 6310.17 450.73 1.15 tn 2.15 2.97

Galat 23 9020.37 392.19

Total 47 26793.05 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.38%

* : Berpengaruh Nyata

Page 100: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

87

Lampiran 27. Tinggi Tanaman pada 42 HST akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 108.65 130.95 239.60 119.80

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 117.50 56.35 173.85 86.93

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 121.40 90.70 212.10 106.05

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 92.15 109.65 201.80 100.90

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 152.55 161.20 313.75 156.88

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 107.60 125.20 232.80 116.40

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 102.15 137.15 239.30 119.65

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 126.80 152.70 279.50 139.75

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 167.15 138.00 305.15 152.58

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 131.30 138.10 269.40 134.70

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 159.80 143.30 303.10 151.55

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 128.00 123.00 251.00 125.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 98.05 130.95 229.00 114.50

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 125.80 155.40 281.20 140.60

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 164.85 115.75 280.60 140.30

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 153.50 173.15 326.65 163.33

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 125.75 109.85 235.60 117.80

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 128.70 121.75 250.45 125.23

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 159.40 107.75 267.15 133.58

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 110.00 142.75 252.75 126.38

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 152.25 138.90 291.15 145.58

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 146.70 140.55 287.25 143.63

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 158.05 144.45 302.50 151.25

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 168.30 169.15 337.45 168.73

Total 3206.40 3156.70 6363.10

Rata-Rata 132.56

Analiss Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 51.46 51.46 0.13 tn 4.28 7.88

A 7 7170.24 1024.32 2.61* 2.44 3.54

T 2 4902.61 2451.31 6.25** 3.42 5.66

AT 14 6915.29 493.95 1.26 tn 2.15 2.97

Galat 23 9027.33 392.49

Total 47 28066.93 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.31%

* : Berpengaruh Nyata

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 101: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

88

Lampiran 28. Tinggi tanaman kedelai umur 49 hari setelah tanam pada berbagai perlakuan

pemberian bahan amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 111.40 129.65 241.05 120.53

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 123.65 52.35 176.00 88.00

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 126.75 90.60 217.35 108.68

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 98.65 112.40 211.05 105.53

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 158.50 163.65 322.15 161.08

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 109.20 125.90 235.10 117.55

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 105.35 137.25 242.60 121.30

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 134.20 152.25 286.45 143.23

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 169.90 135.95 305.85 152.93

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 141.60 137.45 279.05 139.53

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 161.25 142.00 303.25 151.63

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 125.95 125.60 251.55 125.78

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 104.45 137.45 241.90 120.95

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 131.25 156.60 287.85 143.93

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 167.75 118.70 286.45 143.23

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 154.85 172.85 327.70 163.85

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 130.35 116.45 246.80 123.40

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 136.05 122.65 258.70 129.35

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 157.80 113.60 271.40 135.70

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 116.80 145.15 261.95 130.98

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 162.85 141.10 303.95 151.98

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 148.65 143.25 291.90 145.95

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 161.75 143.35 305.10 152.55

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 172.80 168.15 340.95 170.48

Total 3311.75 3184.35 6496.10

Rata-Rata 135.34

Lampiran . Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada 49 HST akibat perlakuan pemberian

bahan amelioran dan jenis tanah pada tanaman kedelai.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 338.14 338.14 0.87 tn 4.28 7.88

A 7 7024.63 1003.52 2.58* 2.44 3.54

T 2 5116.82 2558.41 6.58** 3.42 5.66

AT 14 6369.27 454.95 1.17 tn 2.15 2.97

Galat 23 8939.88 388.69

Total 47 27788.74 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.30%

* : Berpengaruh Nyata

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 102: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

89

Lampiran 29. Jumlah daun kedelai pada umur 34 hari setelah tanam pada berbagai perlakuan

pemberian amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…….(lembar)..….

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 17.00 18.00 35.00 17.50

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 20.00 5.00 25.00 12.50

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 23.00 19.00 42.00 21.00

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 12.00 11.00 23.00 11.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 26.00 30.00 56.00 28.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 22.00 21.00 43.00 21.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 24.00 23.00 47.00 23.50

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 21.00 26.00 47.00 23.50

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 30.00 23.00 53.00 26.50

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 21.00 20.00 41.00 20.50

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 31.00 33.00 64.00 32.00

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 18.00 20.00 38.00 19.00

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 19.00 17.00 36.00 18.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 20.00 20.00 40.00 20.00

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 25.00 20.00 45.00 22.50

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 22.00 24.00 46.00 23.00

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 14.00 23.00 37.00 18.50

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 15.00 26.00 41.00 20.50

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 29.00 31.00 60.00 30.00

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 14.00 21.00 35.00 17.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 22.00 20.00 42.00 21.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 19.00 28.00 47.00 23.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 29.00 24.00 53.00 26.50

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 29.00 25.00 54.00 27.00

Total 522.00 528.00 1050.00

Rata-Rata 21.88

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 0.75 0.75 0.05 tn 4.28 7.88

A 7 587.25 83.89 5.10** 2.44 3.54

T 2 97.13 48.56 2.95 tn 3.42 5.66

AT 14 439.88 31.42 1.91 tn 2.15 2.97

Galat 23 378.25 16.45

Total 47 1503.25 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.39%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 103: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

90

Lampiran 30. Jumlah polong kedelai pada umur 60 hari setelah tanam pada setiap perlakuan

amelioran dan ordo tanah pada lahan kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(polong/pot)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 44.00 38.00 82.00 41.00

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 35.00 31.00 66.00 33.00

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 77.00 67.00 144.00 72.00

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 36.00 27.00 63.00 31.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 72.00 69.00 141.00 70.50

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 38.00 45.00 83.00 41.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 74.00 67.00 141.00 70.50

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 53.00 111.00 164.00 82.00

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 79.00 68.00 147.00 73.50

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 40.00 33.00 73.00 36.50

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 69.00 73.00 142.00 71.00

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 38.00 51.00 89.00 44.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 40.00 85.00 125.00 62.50

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 23.00 68.00 91.00 45.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 91.00 95.00 186.00 93.00

Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 93.00 98.00 191.00 95.50

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 63.00 94.00 157.00 78.50

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 61.00 63.00 124.00 62.00

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 106.00 73.00 179.00 89.50

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 61.00 64.00 125.00 62.50

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 63.00 65.00 128.00 64.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 69.00 78.00 147.00 73.50

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 83.00 97.00 180.00 90.00

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 87.00 81.00 168.00 84.00

Total 1495.00 1641.00 3136.00

Rata-Rata 65.33

Lampiran . Analisis Ragam Jumlah Polong akibat perlakuan pemberian bahan amelioran

dan jenis tanah pada tanaman kedelai.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88

A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54

T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66

AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97

Galat 23 4820.92 209.61

Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 0.46%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 104: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

91

Lampiran 31. Bobot kering biji kedelai pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah

pada lahan kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(g/pot)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 10.56 9.12 19.68 9.84

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 8.40 7.44 15.84 7.92

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 18.48 16.08 34.56 17.28

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 8.64 6.48 15.12 7.56

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 17.28 16.56 33.84 16.92

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 9.12 10.80 19.92 9.96

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 17.76 16.08 33.84 16.92

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 12.72 26.64 39.36 19.68

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 18.96 16.32 35.28 17.64

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 9.60 7.92 17.52 8.76

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 16.56 17.52 34.08 17.04

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 9.12 12.24 21.36 10.68

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 9.60 20.40 30.00 15.00

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 5.52 16.32 21.84 10.92

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 21.84 22.80 44.64 22.32

Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 22.32 23.52 45.84 22.92

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 15.12 22.56 37.68 18.84

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 14.64 15.12 29.76 14.88

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 25.44 17.52 42.96 21.48

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 14.64 15.36 30.00 15.00

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 15.12 15.60 30.72 15.36

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 16.56 18.72 35.28 17.64

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 19.92 23.28 43.20 21.60

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 20.88 19.44 40.32 20.16

Total 358.80 393.84 752.64

Rata-rata 15.68

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88

A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54

T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66

AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97

Galat 23 4820.92 209.61

Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 3.46%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 105: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

92

Lampiran 32. Hasil Kedelai per hektar pada setiap perlakuan amelioran dan ordo tanah pada

lahan kering Aceh Besar

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II

…(cm)…

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Andisol 1.32 1.14 2.46 1.23

Biochar 20 ton ha-1 + Andisol 1.05 0.93 1.98 0.99

Kompos 20 ton ha-1 + Andisol 2.31 2.01 4.32 2.16

CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 1.08 0.81 1.89 0.95

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Andisol 2.16 2.07 4.23 2.12

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 1.14 1.35 2.49 1.25

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Andisol 2.22 2.01 4.23 2.12

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Andisol 1.59 3.33 4.92 2.46

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Inceptisol 2.37 2.04 4.41 2.21

Biochar 20 ton ha-1 + Inceptisol 1.20 0.99 2.19 1.10

Kompos 20 ton ha-1 + Inceptisol 2.07 2.19 4.26 2.13

CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 1.14 1.53 2.67 1.34

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Inceptisol 1.20 2.55 3.75 1.88

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 0.69 2.04 2.73 1.37

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Inceptisol 2.73 2.85 5.58 2.79

Biochar 10 ton ha-1+ kompos 10 ton ha-1 + Inceptisol 2.79 2.94 5.73 2.87

Tanpa Amelioran (0 ton ha-1) + Ultisol 1.89 2.82 4.71 2.36

Biochar 20 ton ha-1 + Ultisol 1.83 1.89 3.72 1.86

Kompos 20 ton ha-1 + Ultisol 3.18 2.19 5.37 2.69

CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 1.83 1.92 3.75 1.88

Pupuk SP-36 4 ton ha-1 + Ultisol 1.89 1.95 3.84 1.92

Biochar 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 2.07 2.34 4.41 2.21

Kompos 10 ton ha-1 + CaCO3 4 ton ha-1 + Ultisol 2.49 2.91 5.40 2.70

Biochar 10 ton ha-1 + kompos 10 ton ha-1 + Ultisol 2.61 2.43 5.04 2.52

Total 44.85 49.23 94.08

Rata-Rata 1.96

Analisis Ragam:

SK DB JK KT F Hit F Tabel

5% 1%

Kelompok 1 444.08 444.08 2.12 tn 4.28 7.88

A 7 11777.00 1682.43 8.03** 2.44 3.54

T 2 3280.67 1640.33 7.83** 3.42 5.66

AT 14 2880.00 205.71 0.98 tn 2.15 2.97

Galat 23 4820.92 209.61

Total 47 23202.67 Keterangan : tn : Tidak Berpengaruh Nyata KK : 5.46%

** : Berpengaruh Sangat Nyata

Page 106: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

93

Lampiran 33. Deskripsi varietas Jagung BISI

Nama varietas : BISI-2

Tanggal dilepas : 1995

Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4

dan FS 9 merupakan tropical inbred yang

dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand

dan Dekalb Plant Genetic, USA.

Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari

Panen : + 103 hari

Batang : Tinggi dan tegap

Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 232 cm

Daun : Panjang, lebar, dan terkulai

Warna daun : Hijau cerah

Keragaman tanaman : Seragam

Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan

Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam

Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik

Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)

Warna biji : Kuning oranye

Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris

Bobot 1000 biji : + 265 g

Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering

Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun

Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000

m dpl.

SK Mentri No : 589/Kpts/TP.240/9/95

Page 107: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

94

Lampiran 34. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro

Nama Varietas : Anjasmoro SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001

Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria

Daya Hasil : 2,03-2,25 ton/ha

Pemulia : Takashi Sanbuichi,Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M.,

Susanto , Darman M.A., dan M. Muchlish Adie

Nomor galur : Mansuria 9395-49-4

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Putih

Warna bunga : Ungu

Warna polong masak : Coklat muda

Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum : Kuning kecoklatan

Tipe pertumbuhan : Determinate

Bentuk daun : Oval

Panjang tanaman : 64-68 cm

Percabangan : 2,9-5,6 cabang

Jumlah buku batang utama : 12,9-14,8

Umur berbunga : 35,7-39,4 hari

Umur polong masak : 82,5-92,5hari

Potensi Produksi : 2.03- 2.25 ton/ha

Bobot biji 100 biji : 14,8-15,3 g

Kandungan protein : 41,8-42,1%

Kandungan lemak : 17,2-18,6%

Kerebahan : Tahan rebah

Ketahanan terhadap penyakit : Moderat terhadap karat daun

Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Page 108: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

95

Lampiran 35. Foto-foto Kegiatan Penelitian Lapangan dan Rumah Kasa

Profil Lokasi survai dan pengambilan sampel tanah di lahan kering

Kabupaten Aceh Besar di Kecamtan Jantho dan Lembah Seulawah

Menuju Lokasi survai dan pengambilan sampel tanah

Page 109: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

96

Pengumpulan sampel tanah untuk percobaan dan pengangkutan ke tempat

percobaan di Darussalam

Page 110: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

97

Lampiran 36. Foto-foto Kegiatan Persiapan Lapangan di Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Unsyiah (Percobaan III)

Persiapan Rumah Kasa untuk Pelaksanaan Percobaan III

Persiapan Sampel Tanah untuk Percobaan Rumah Kasa (Percobaan III)

Page 111: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

98

Penempatan pot-pot percobaan di Rumah Kasa

Kondisi tanaman Jagung Setelah 2 minggu di Rumah Kasa

Page 112: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

99

Pertumbuhan tanaman jagung umur 3 minggu setelah tanam di Rumah Kasa

Perbedaan Pertumbuhan Tanaman antar Ordo Tanah

Page 113: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

100

Lampiran 37. Foto-foto Kegiatan Percobaan Rumah Kasa di Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Unsyiah (Percobaan III)

Keterangan:

Perbandingan antara A1T1 (biochar dengan dosis 20 ton/ha) dengan A2T1 (kompos dengan dosis 20 ton/ha) (A1T1 = 101 cm; A2T1 = 118,1 cm).

Perbandingan antara A4T1 (Sp-36 dengan dosis 4 ton/ha) dengan A3T1 (CaCO3 dengan dosis

4 ton/ha). (A4T1 = 138,1 cm; A3T1 = 71,5 cm)

Page 114: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

101

Perbandingan antara A2T2 (Kompos dengan dosis 20 ton/ha) dengan A7T2 (Biochar dan

kompos dengan dosis masing-masing 10 ton/ha) (A2T2 = 128,5 cm; A7T2 = 86,1 cm).

Perbandingan antara A1T2 (Biochar dengan dosis 20 ton/ha) dengan A4T2 (SP-36 dengan dosis 4 ton/ha). Untuk ketinggian tanaman A1T2 mempunyai ukuran 91 cm sedangkan untuk tanaman A4T2 mempunyai ukuran 119 cm.

Page 115: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROFESOR

102

Perbandingan antara A0T3 (Kontrol) dengan A4T3 (SP-36 dengan dosis 4 ton/ha. Tinggi tanaman A0T3 mempunyai ukuran 121,6 cm sedangkan untuk tanaman A4T3 mempunyai ukuran 141,1 cm.

Perbandingan antara A0T3 (Kontrol) dengan A7T3 (Biochar dan Kompos dengan masing-masing dosis 10 ton/ha). Untuk ketinggian tanaman A0T3 mempunyai ukuran 121,6 cm sedangkan untuk tanaman A7T3 mempunyai ukuran 125,6 cm.