i Bidang Unggulan : Sosial, Budaya dan Bahasa Kode/Nama Bidang Ilmu : 596 Ilmu Hukum LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA SEL PUNCA EMBRIONIK DALAM ASPEK YURIDIS DAN ETIKA BIOMEDIS Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Ketua/ Anggota Tim I Nyoman Bagiastra, SH.,MH. (0002107805) Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH. (0019077901) Dibiayai oleh DIPA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA TA-2017 Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 3025/UN 14.2.4/PP/2017, tanggal 04 September 2017 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA NOVEMBER 2017
66
Embed
LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA SEL …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Bidang Unggulan : Sosial, Budaya dan Bahasa
Kode/Nama Bidang Ilmu : 596 Ilmu Hukum
LAPORAN AKHIR
HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA
SEL PUNCA EMBRIONIK DALAM ASPEK YURIDIS DAN
ETIKA BIOMEDIS
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Ketua/ Anggota Tim
I Nyoman Bagiastra, SH.,MH. (0002107805)
Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH. (0019077901)
Dibiayai oleh
DIPA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA TA-2017
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 3025/UN 14.2.4/PP/2017, tanggal 04 September 2017
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
NOVEMBER 2017
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................................... v
PRAKATA ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Urgensi dan Potensi Hasil........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................................ 18
3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 18
SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN............................... 56
v
RINGKASAN
Sel punca sebagai salah satu inovasi dalam dunia kedokteran merupakan
terobosan baru yang dianggap solutif terhadap permasalahan medis.Hal tersebut
disebabkan karena potensi sel punca yang semakin menjanjikan untuk solusi
terapi sehingga menyuguhkan harapan baru dalam pengobatan berbagai penyakit.
UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 834/MENKES/SK/IX/2009 dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 48 Tahun 2012 merupakan dasar hukum mengenai sel punca di
Indonesia. Pada dasarnya penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta dilarang digunakan
untuk tujuan reproduksi.Selain itu sel punca tidak boleh berasal dari sel punca
embrionik. Penelitian ini memfokuskan terkait secara yuridis dan etika biomedis
terhadap penggunaan sel punca embrionik yang tidak diperkenankan dilakukan di
Indonesia, hal tersebut diatur di Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 834 Tahun
2009 di pengertian pelayanan sel punca huruf B yang mengatur tentang falsafah
poin 5 yaitu reproductive stem cell atau sel punca reproduksi , “sel punca
embrionik pluripotent dan totipotent dilarang dengan alasan mengganggu
martabat manusia”,(menurut peneliti dalam konteks inilah adanya kekaburan
norma karena hal tersebut ditempatkan pada ranah falsafah). Embrionic stem cell
adalah stem cell yang didapat dari embrio yang sudah dibuahi. Ketika embrio
berumur antara tiga sampai lima hari, ia mengandung stem cell, yang sibuk
bekerja untuk menciptakan berbagai organ dan jaringan yang akan membentuk
janin, fakta uji klinis bahwa sel punca embrionik dapat memberikan manfaat yang
luar biasa dalam dunia kesehatan modern. Aspek kepastian hukum dalam konteks
ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komersialisasi atau penggunaan
sel punca embrionik secara illegal. Pada posisi problematis inilah pentingnya
penelitian ini dilakukan dan potensi hasil yang daharapkan mengenai sel punca
dalam perspektif yuridis dan etika biomedis. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif.Sehingga rumusan masalah
dalam tulisan ini adalah : (1)Apakah dasar filosofis serta etika biomedis sel punca
embrionik tidak diperkenankan dilakukan? (2) Apakah memungkinkan
kedepannya sel punca embrionik dapat dilakukan di Indonesia?(3) Bilamana
memungkinkan, bagaimanakah konsep dari aspek filosofis yuridis kepastian
hukum serta sosiologisnya sel punca embrionik apabila dilakukan di Indonesia?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif.
Luaran dari penelitian ini adalah akan disampaikan berbentuk makalah dalam
pertemuan Nasional, serta akan dibuatkan dalam bentuk buku teks.
vi
PRAKATA
Puja dan Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida
Sang Hyang Widhi Wasa), berkat anugerah dan perkenan-Nya maka Laporan
Kemajuan Penelitian Hibah Unggulan Udayana ini dapat diselesaikan. Melalui
kegiatan penelitian ini, Tim Peneliti melakukan penelitian SEL PUNCA
EMBRIONIK DALAM ASPEK YURIDIS DAN ETIKA BIOMEDIS. Saat ini
tim sudah merampungkan tercapainya hasil penelitian 100 %.
Kegiatan penelitian Hibah Unggulan Udayana ini tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima
kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Udayana yang telah mendukung kegiatan penelitian ini secara finansial melalui
Hibah Unggulan Universitas Udayana Tahun Anggaran 2017. Selanjutnya kami
juga menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas HukumUniversitas
Udayana, mahasiswa yang telah ikut bersama-sama dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian ini serta tentu saja pada seluruh Tim peneliti.
Kami berharap hasil penelitian yang berjudul SEL PUNCA EMBRIONIK
DALAM ASPEK YURIDIS DAN ETIKA BIOMEDISini akan memberikan
manfaat secara keilmuan terutama dalam rangka peningkatan penelitian di bidang
hukum kesehatan khususnya mengenai sel punca dalam perspektif yuridis.
Denpasar,18 November 2017
Tim Peneliti
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stem cell atau lebih kenal di Indonesia dengan sel punca adalah sel yang belum
terspesialisasi yang mempunyai kemampuan atau potensi untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. Menurut
kamus Oxford (1999), stem sel merupakan sel yang belum berdiferensiasi yang berasal dari
organisme multiseluler yang mampu berkembang menjadi sel-sel setipe, yang selanjutnya
akan berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel lainnya. Stem sel juga disebut sel punca,
sel induk, dan sel batang.1
Salah satu perkembangan ilmu mengenai penelitian Bioteknologi yang menarik untuk
dikaji adalah pemanfaatan stem cell atau sel induk (sel punca).Di tingkat dunia saat ini, sel
induk merupakan salah satu fokus utama dalam penelitian bioteknologi, khususnya dalam
kaitannya dengan terapi sel serta pengobatan regeneratif.Sebelum adanya pemanfaatan stem
cell, pengobatan penyakit dilakukan secara konvensional yaitu dengan pemberian obat yang
mengandung zat kimia.2
Pengobatan dengan bahan kimia ini di satu sisi kadang menyembuhkan, namun di sisi
lain sering pula muncul efek samping yang tidak diinginkan. Namun dengan adanya
bioteknologi stem cell, dunia sekarang sedang mengalami pergeseran paradigma dalam hal
pengobatan dari obat-obatan kimia konvensional menuju ke arah terapi yang lebih molekuler,
perubahan ini telah membuka pintu harapan untuk menyembuhkan bermacam penyakit yang
sebelumnya tidak dapat disembuhkan. Sebagai contoh, jika ada seseorang menderita penyakit
jantung, bukan diberikan obat-obat kimia, namun diberikan sel-sel baru yang akan
menggantikan jantung yang rusak tersebut. Teknologi inilah yang disebut dengan Teknologi
stem cell.3
Stem sel berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah
rusak demi kelangsungan hidup organisme. Stem sel selain mampu berdiferensiasi menjadi
1 Lihat kamus oxford (1999) mengenai definisi sel punca. 2 Kalthoff, Klaus. 2001, Analysis of Biological Development. Evenue of TheAmericans: Mc Graw Hill
Higher Education, h. 68. 3Ibid
8
berbagai sel matang, juga mampu meregenerasi dirinya sendiri. Kemampuan tersebut
memungkinkan stem sel menjadi sistem perbaikan tubuh dengan cara menyediakan sel-sel
baru selama organisme bersangkutan hidup, atau dengan prinsip sel-sel yang rusak akibat
penyakit dapat diganti dengan sel-sel yang baru.4
Para ahli telah mulai meneliti kemungkinan penggunaan sel induk (stem cell ) untuk
mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan yang tak mungkin lagi untuk diobati
dengan obat-obatan atau tindakan operatif. Sel induk ( stem cell ) adalah sumber dari semua
sel dalam individu dan ini merupakan sebuah sumber bagi pengobatan sel yang sekarang ini
merupakan sebuah jalan revolusi untuk mengatasi berbagai penyakit yang mematikan. Stem
cell atau sel induk adalah sekelompok sel di dalam tubuh mahluk dengan kemampuan
regenerasi, yang dapat mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi sel-sel lain (sel-sel
pembangun organ maupun sel-sel darah) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka,
dan sel pankreas.5
Teknologi stem cell kini semakin menjadi trend yang dianggap bisa membantu
pengobatan dalam bidang medis. Di Indonesia pengembangan terapi stem cell diarahkan
kepada penyakit degeneratif dan keturunan yang banyak terdapat di masyarakat. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat,
peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Teknologi stem cell perlu dikembangkan
sebagai alternatif terapi penyakit untuk kepentingan pasien dan terjangkau masyarakat. sel
induk memiliki potensi yang besar dalam dunia kedokteran untuk dimanfaatkan sebagai
terapi sel bagi berbagai penyakit degeneratif dan kanker yang sulit disembuhkan,di
antaranya diabetes, infark jantung, stroke, parkinson, dan sebagainya.6
Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang penelitian dan aplikasinya
diklinik dalam rangka mengobati penyakit tidak terlepas dari masalah etik yang mungkin
membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan sel punca yang berasal dari
embrio (embryonic stem cells). Meskipun demikian stem cell ini tetap merupakan satu
4 Voyles, Bruce A, 2002, The Biology of Viruses Second Edition, New York: McGraw-Hill, h. 48. 5 Brooks, Geo.F, dkk.1996, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20., Jakarta.EGC, h.18. 6 Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001, Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
9
fenomena menarik dan merupakan hal baru dalam dunia IPTEK. Stem cell merupakan hal
yang baru dipublikasikan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyrakat. Walaupun masih tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini merupakan
sebuah harapan baru dalam bidang pengobatan.
Penelitian dan terapi sel punca sejatinya telah dilakukan sejak 1996.Masuk ke
Indonesia pada 2007.Seperti pengobatan biasa, terapi ini menggunakan media jarum suntik
untuk memasukkan sel ke tubuh pasien. Sel tersebutlah yang akan menggantikan atau
memperbaiki jaringan yang rusak. Berdasarkan sumbernya, sel induk yang digunakan dalam
terapi sel punca, terdiri atas sel punca embrionik dan dewasa. Embrionik adalah sel yang
diambil dari massa sel dalam, atau suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst,
yang berusia lima hari dan terdiri atas 100 sel. Sementara itu, sel punca dewasa adalah sel
induk yang ada di semua organ tubuh, terutama di sumsum tulang belakang, darah tali pusat
ataupun fetus. Salah satu yang dianggap telah berhasil diaplikasi pada manusia adalah
kerusakan sel pendengaran yang diderita tuna rungu karena kelainan genetik. Tim ilmuwan
Juntendo University, Tokyo, Jepang, yang dipimpin Kazusaku Kamiya, mengklaim mampu
memanfaatkan sel punca koklea yang nantinya digunakan untuk menggantikan sel yang
rusak pada telinga.7
Meskipun di Indonesia terapi sel punca masih dalam tahap pengembangan dan riset,
mutu terapi sel punca di Indonesia tak kalah dibandingkan negara lain. Dari 379 pasien yang
diterapi di RSUD dr Soetomo, perbaikan pasien diabetes 30-100 persen dan nyeri sendi lutut
60-70 persen.Perbaikan pasien stroke 50 persen dan penyakit jantung 60- 80 persen.Hal
serupa ditunjukkan peserta terapi di RSCM. Uji translasi dan klinis di RSCM pada penderita
pada 7 Juli 2017. 11 McLaren, A. , 2001, Ethical and social considerations of stem cell research. Nature. 414: h. 129- 131. 12 Murnaghan, I. (22 Agustus 2010): Replacing animal test with stem cells. About Animal Testing., dari
http://www.aboutanimaltesting.c o.uk/replacing-animal-tests-withstem- cells.html. 13 Lo, B., & L. Parham, 2009, Ethical Issues in Stem Cell Research. Endocrine reviews, h. 204-213.
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 83-103. Menurut Bambang Sunggono bahwa penelitian hukum normatif
adalah penelitian hukum yang didasarkan atau hanya menelaah data sekunder (data kepustakaan). 22 Hadin Mudjad HM. dan Nunuk Nuswardani, 2012, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Genta
Publishing, Yogyakarta, h. 10.
20
4.2 Sumber Bahan Hukum
Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan mencari, mempelajari dan
mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan obyek penelitian, dengan bantuan buku,
literatur, peraturan perundang undangan dan dokumen-dokumen yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat.23 Bahan hukum primer dalam
penelitian ini terdiri atas :
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. yaitu Permenkes nomor 833 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Medis
Sel Punca UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 834 tahun 2009 tentang pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Medis Sel Punca Undang-Undang Nomor 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Permenkes nomor 48 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Bank Sel Punca Darah
Tali Pusat.
5. Permenkes nomor 50 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pengolahan Sel Punca Untuk Aplikasi Klinis Bahan Hukum Sekunder.
6. Permenkes nomor 32 tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat
Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel
Punca.
b. Bahan Hukum Sekunder
“Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang mejelaskan bahan hukum primer”.24
Terutama buku-buku hukum termasuk skripsi, thesis, disertasi hukum dan jurnal jurnal
hukum,(termasuk yang on-line). Bahan hukum sekunder berguna untuk meberikan
petunjuk kearah mana peneliti akan melangkah.25
c. Bahan Hukum Tersier
23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Raja. Grafindo Persada,
h. 13. 24Ibid, h. 14 25 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 155
21
“Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder”,26 yang terdiri
dari Kamus BesarBahasa Indonesia, Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Kamus
Inggris-Indonesia.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian kepustakaan, maka dilakukan
studi dokumen yaitu mempelajari bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
4.3 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder
melalui pengkajian terhadap peraturan perUndang-Undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan
para pakar hukum, bahan kuliah, yang berkaitan dengan penelitian ini.27
4.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan
dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan
dengan cara memasukkan pasal-pasal kedalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian
dasar dari sistem hukum tersebut.28 Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi
lapangan dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu dengan melakukan :
a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum
(konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap
bahan hukum tersebut ;
b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau
berkaitan;
c. Menemukan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan kemudian diolah ;
d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan
perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sehingga
mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.
26 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, loc.cit. 27 Riduan, 2004, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, h. 97. 28Soerjono Soekanto, op.cit, h. 225
22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Dasar Filosofis Sel Punca.
Sel punca didefinisikan sebagai sel yang belum berdifferensiasi sehinggamemiliki potensi
untuk memperbanyak diri dan tumbuh menjadi sel tertentu. Beberapa terminologi yang
digunakan untuk menjelaskan karakteristik berbagai jenissel punca :
a. Sel punca totipoten: memiliki kemampuan untuk berdifferensiasi menjadiseluruh sel dan
jaringan yang membangun embrio dan mendukung perkembangan fetus, misalnya zigot atau
ovum yang dibuahi.
b. Sel punca pluripoten: memiliki potensial untuk berkembang menjadi sel yangberasal dari
ketiga lapisan germinal, misalnya sel punca embrionik.
c. Sel punca multipoten: memiliki kemampuan menghasilkan sejumlah selspesifik yang
berdifferensiasi sesuai tempatnya, misalnya sel punca somatic atau sel punca dewasa.
d. Sel punca unipoten: memiliki kemampuan berdifferensiasi menjadi satu jenissel, misalnya sel
punca epidermal.29
Perbedaan utama antara sel punca yang dihasilkan dari sel punca pluripotent dari
blastokista dan sel punca multipoten dari organisme dewasa yaitu jumlah jenissel yang
berdifferensiasi yang dihasilkan.Sel punca bertanggung jawab dalampertumbuhan, homeostasis
dan perbaikan berbagai jaringan.Pada jaringan dewasanormal, sel punca dikontrol dengan
integrasi faktor intrinsik (misalnya faktor inti sel) dan faktor ekstrinsik (melalui growth factor,
stroma dan pengaruh lainnya).30
Banyak kendala yang dihadapi jika dilakukan terapi baik penyakit degenerative maupun
kongenital dengan pemberian Esc.Selain masalah etika, moral dan agamakendala utamanya yaitu
adanya reaksi immunologis yang terjadi berupa reaksipenolakan dari tubuh (immun
rejection).Reaksi ini dimediasi oleh adanya MHC I danoleh antigen presenting sel (APC). Selain
29Du, H., Taylor H.S., 2009, Stem cells and female reproduction, Reprod Sci, 16 (2), h.
126-139. 30Parte, D., Bhartiya, J., Telang, S., 2011, Detection, characterization and spontaneous differentiation in
vitro of very small embryonic-like putative stemcells in adult mammalian ovary. Stem Cells and Development,
20(8), h. 1451–1464.
23
itu adanya pembentukan embryoid bodies(EB) akan memicu terbentuknya teratoma yang justru
mengancam kehidupanindividu tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diciptakan teknologi
terbaru yaitumemprogram ulang sel somatik dewasa menjadi sel punca dengan karakteristik
yangsama dengan sel punca embrional.31
Ada beberapa sel punca secara penerapannya, yaitu:
Induced pluripotent stem cells (iPS)
IPS didefinisikan sebagai upaya reprogramming sel punca multipoten darijaringan
dewasa menjadi sel punca pluripoten sehingga dihasilkan sel yang secaragenetik dan epigenetik
sama dengan sel punca embrionik yang mengekspresikanmarker spesifik sel punca embrionik.
Sel iPS merakit ulang ESCs dengan morfologidan materi penumbuh, adanya ekspresi gen marker
ESCs dan terbentuknya teratomasehingga ekspresi gen secara keseluruhan terjadi dengan
metilasi DNA sehinggaserupa tetapi tidak identik dengan ESCs. Pada proses reprogramming sel
yang paling sering digunakan terutama berasaldari jaringan ikat (fibroblast). Sel fibroblast
diperoleh dari dermis kulit, capsul danstroma berbagai organ dan membran mukosa atau serosa.
Metode yang digunakandalam mengisolasi sel fibroblast dilakukan dengan 3 cara. Metode
pertama yangpaling non invasif dengan menggunakan eksplant sehingga sel dapat bermigrasi
darisampel jaringan. Metode kedua menggunakan disaggregasi mekanik menggunakanshear
forces selama proses pippetting yang kuat atau menekan jaringan kedalammesh/sieve. Metode
ketiga digesti jaringan dengan protease (trypsin, collagenase atauelastase) yang memisahkan
koneksi antar sel atau sel dengan matriksnya.32Secara sederhana,proses iPS diibaratkan merakit
ulang sel somatik dewasa menjadi ESCs dengan menggunakan materi penumbuh sehingga
ditemukan adanyaekspresi gen marker spesifik ESCs dengan terbentuknya teratoma. Dengan
demikianekspresi gen secara keseluruhan terjadi dengan metilasi DNA sehingga serupa
tetapitidak identik dengan ESCs .Penggunaan sel iPS sebagai sumber potensial sel lestarisecara
in vitro memberikan alternatif untuk menghindari penolakan sosial dan etiktetapi kemampuannya
untuk berdifferensiasi menjadi sel lestari seperti yangdiharapkan ataupun gamet belum terbukti.33
h.109-128. 32Klun, I.V., Stimpfel, M., Skutella, T., 2012, Stem cells in adult human ovaries: from
female fertility to ovarian cancer, Current pharmaceutical design, 18, h. 283- 292. 33Ibid.
24
Berbagai cara diujicobakan dengan menggunakan sel punca untuk mengatasimasalah
infertilitas, dari memperbaiki jaringan ovarium agar dapat berfungsi maksimal sampai dengan
menciptakan sel yang karakteristiknya sama dengan oosit pada individu dewasa (oosit postnatal).
Pada tahun 2004, Donnez melaporkankeberhasilan kehamilan dan kelahiran hidup setelah
transplantasi ortotopik jaringan cryopreservation ovarium pada pasien yang mengalami
kerusakan ovarium akibat kemoterapi.
Transfer inti sel somatik (SCNT)
Merupakan suatu cara yang digunakan untuk memindahkan inti sel somatic (dalam hal ini
sel punca) dengan materi genetik yang baru kedalam badan sel oositresipien yang telah
dihilangkan intinya terlebih dahulu. Teknik transfer inti selsomatik (SCNT) ini meliputi 3
langkah utama yaitu: pembuangan inti sel oosit yangakan digunakan sebagai resipien (enukleasi)
kemudian pemasukan inti sel somatik kedalam oosit resipien (transfer inti) dan terakhir aktivasi
atau induksi oosit hasil rekonstruksi.34Teknik ini lebih dikenal dengan istilah ‘cloning’ dan baru
digunakan hanya pada hewan berupa mencit, domba maupun sapi dengan tujuan menghasilkan
hewanyang secara genetik dan fenotip lebih baik dari induk donor oosit itu sendiri .Namuntidak
menutup kemungkinan teknik ini diterapkan pada pasangan yang memilikipermasalahan dalam
memiliki keturunan sehingga dihasilkan individu yang sehatsecara genetik.Artinya, individu
yang dihasilkan terlindungi dari kelainankongenital yang tidak diharapkan terutama pada
pasangan yang sudah berumur.Pada manusia teknik ini dapat digabungkan dengan teknik IVF (In
VitroFertilization) untuk menghasilkan zigot yang nantinya dapat ditransfer ke uteruspasien yang
bersangkutan ataupun melalui surrogate mother.Halterbesar yang menjadi pertimbangan dalam
penerapan teknologi ini dalam terapiinfertilitas adalah permasalahan agama, karena dengan
menerapkan teknologi iniberarti kita telah ‘menciptakan’ manusia (human cloning) yang
sejatinya kemampuanini hanya dimiliki oleh Tuhan.35
34Wilmut, I., Beaujean, N., De Sousa P. A., 2002, Somatic cell nuclear transfer. Nature, h. 419, 583-6. 35Lowe, B. (2010). IVF Programme Handbook. Greenlane Clinical Centre: Road West.
25
5.2 Etika Biomedis Sel Punca.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat di masa postmodernisme
saat ini.Salah satunya di bidang kedokteran atau dunia medis. Banyak sumbangsih dengan
adanya ilmu kedokteran kepada manusia.Berbagai penelitian yang dilakukan banyak
menimbulkan pro dan kontra. Salah satu penelitian di dunia medis yang menimbulkan
kontroversi adalah adanya stem cell.
Stemcell merupakan salah satu penemuan baru di bidang kedokteran yang mampu
memberikan banyak manfaat kepada manusia.Stemcell mempunyai segi positif tetapi juga segi
negatif.Para ahli yang memperdebatkan hal ini adalah para ahli agama dan dokter.Masalahnya
disini adalah stemcell menyimpang dari aturan agama yang berlaku.Stemcell sebagai salah satu
inovasi dalam dunia kedokteran merupakan terobosan baru yang dianggap solutif terhadap
permasalahan medis.Hal tersebut disebabkan karena potensi stemcell yang semakin menjanjikan
untuk solusi terapi sehingga menyuguhkan harapan baru dalam pengobatan berbagai penyakit.36
Namun isu penelitian dan pengunaan stemcell yang masih menimbulkan kontroversi dari
berbagai sudut pandang yaitu digunakannya embrio manusia buah hasil dari pengklonan, hasil
abortus, dan zigot sisa IVF.Berawal dari kontroversi medis ini muncul ketertarikan untuk
membahas tentang stemcell dalam perspektif etika biomedis.
Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas.Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral.37
Dalam etika terdapat aliran yang digunakan sebagai pendekatan dalam melihat
permasalahan moralitas. Hedonism, merupakan teori etika yang menekankan bahwa manusia
menurut kodratnya mencari kesenangan dan berupaya menghindarkan ketidaksenangan.Dalam
hedonism sampai menyetarakan kesenangan dengan moralitas.Secara konsekuen bahwa
hedonism mengandung suatu egoism karena hanya memperhatikan kepentingan dirinya saja.38
Aliran etika ini dikemukakan oleh Aristotle, kebahagiaan merupakan makna terakhir
hidup manusia.Aliran ini dikenal dengan eudaemonisme, kebgahagiaan yang merupakan tujuan
terakhir apabila dijalankan fungsinya dengan baik.39
36https://etikaterapan.wordpress.com/2016/06/02/stem-cell-dalam-perspektif-etika-biomedis/, diakses pada
2-10-2017. 37 Bertens. 2013, Etika (Edisi Revisi), Yogyakarta: Kanisius, h. 13. 38Ibid, h. 185-187. 39Ibid, h. 189.
Utilitarianisme sebuah aliran etika dimana kebenaran diukur berdasarkan kebahagiaan
dan kesenangan yang diperoleh sebanyak banyaknya dan setinggi tingginya.“Kesenangan dan
kebahagiaan menurut Mill dapat diukur secara kuantitatif, dan kualitas menjadi pertimbangan”.40
Deontology, memandang perbuatan baik secara moral apabila dilakukan karena
kewajiban dan perbuatan jelek secara moral jika dilakukan apa yang dilarang.41
Etika biomedis adalah etika yang termasuk dalam etika profesi.Melalui profesi manusia
mengerjakan sesuatu terhadap masyarakat atau sesame tertentu yang bisa membawa kebaikan
atau keburukan. Profesi ini dikerjakan berdasarkan keahlian dan menjadi tugas yang turut
memberi penghasilan bagi sang profesi.
Dalam etika biomedis terdapat empar prinsip fundamental yang menjadi acuan,
menghormati otonomi, tidak merugikan, berbuat baik, dan keadilan.
Otonomi dalam etika biomedis, artinya tidak ada orang atau instansi lain yang ikut
campur dalam keputusan bebas seseorang. Dua implikasi, pertama orang mempunyai hak untuk
memilih dan menentukan apa yang akan terjadi atau dilakukan dengan dirinya sendiri. Kedua
orang lain mempunyai kewajiban untuk tidak menghalangi pilihan dan keputusan otonomi
seseorang.42
Prinsip tidak merugikan, prinsip ini tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan, dan
sesuatu yang kurang baik terhadap pasien. Dalam prinsip tidak merugikan tidak dijelaskan apa
yang harus dilakukan. Namun terdapat 3 prinsip yakni efek ganda, prinsip totalitas, dan
malpraktek medis yang digunakan sebagai pertimbangan.Prinsip efek ganda adalah prinsip yang
bisa membantu prinsip tidak merugikan tidak mengalami jalan buntu.43Prinsip ini
mempertimbangkan tindakan kemungkinan pada dua pilihan yang lebih menguntungkan atau
sedikit merugikan.Prinsip totalitas, prinsip pendukung yang menyatakan bahwa bagian boleh
dikorbankan demi menyelamatkan tubuh sebagai keseluruhan atau demi menjamin kualitas,
dengan begitu hal yang sepintas tampak buruk itu diperbolehkan untuk mengutamakan
keseluruhan (totalitas).44Prinsip malpraktek medis, prinsip ini bertujuan melindungi masyarakat
40Ibid, h. 194. 41 Bertens, 2011, Etika Biomedis. Yogyakarta: Kanisius. Seri Filsafat Atma Jaya, h. 21. 42Ibid, h. 79. 43Ibid, h. 58-60. 44Ibid, h. 63.
27
pemakai fasilitas kesehatan dan menghukum yang melanggar, dengan cakupan yuridis terkait
biomedis.45
Berbuat baik dalam etika biomedis, berbuat baik dalah hal ini merupakan kewajiban yang
meski dipenuhi.Prinsip ini berlaku khusus dalam hubungan dokter dengan pasien. Bila dokter
menerima seorang sakit sebagai pasiennya, ia wajib berbuat baik terhadapnya dan segala
tindakan dokter harus terarah pada tujuan memulihkan kesehatan pasien. Beberapa hal kewajiban
dalam prinsip berbuat baik, melindungi dan membela hak orang lain, mencegah terjadinya
kerugian bagi orang lain, meniadakan kondisi yang akan menyebabkan kerugian bagi orang lain,
membantu orang yang cacat, serta menyelamatkan orang lain dari bahaya.46
Keadilan, prinsip ini berbeda dengan ketiga prinsip sebelumnya. Apabila prinsip
sebelumnya memiliki relasi antara pasien dan dokter, maka prinsip ini melibatkan orang lain
karena posisi di kita masyarakat. Tiga jenis keadilan, keadilan umum keadilan ini menganrkan
masyarakat untuk memberikan ke masyarakat melalui negara. Keadilan distributive, keadilan ini
menyerukan negara untuk memberikan apa yang menjadi hak warga negara. Keadilan komutatif,
keadilan dimana setiap orang/kelompok berkewajiban memberikan haknya kepada orang atau
kelompok lain.47
45Ibid. h. 65 46Ibid, h. 67-69. 47Ibid, h. 89-90.
28
5.3 Sel Punca Embrionik.
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
1. Totipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem
cell totipotent adalah zigot (telur yang telah dibuahi).
2. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm,
tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang
termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem cells.
3. Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic
stem cells.
4. Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem
cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-
regenerate/self-renew).48
Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem
cell dibagi menjadi:
Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur.
Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari
50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan
dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah
dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio
tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat
mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi
lahir. Stem cell dari darah tali yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult stem cell.
Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
Sumsum tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
− hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari sumsum
tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
48https://etikaterapan.wordpress.com/2016/06/02/stem-cell-dalam-perspektif-etika-biomedis/, diakses pada