Laporan Praktikum Elektronika Fisis Dasar II PENGUAT GANDENG RC DISUSUN OLEH : NAMA : CHAIRIL ANWAR NIM : H21114302 KELOMPOK : VII (TUJUH) TGL PERCOBAAN : 17 MARET 2016 ASISTEN : NELLI AGUSTINA HUSNAYAENI LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI
Laporan Praktikum
Elektronika Fisis Dasar II
PENGUAT GANDENG RC
DISUSUN OLEH :
NAMA : CHAIRIL ANWAR
NIM : H21114302
KELOMPOK : VII (TUJUH)
TGL PERCOBAAN : 17 MARET 2016
ASISTEN : NELLI AGUSTINA
HUSNAYAENI
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI
PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada tahun 1913 Edwin Howard Armstrong seorang insinyur listrik
Amerika Serikat membuat rangkaian regeneratif yang memberikan penguatan
seratus kali lebih besar dibandingkan dengan penguat yang di temukan oleh De
Forest. Amstrong juga mendapatkan bahwa rangkaiannya itu disetel untuk
penguatan maksimum, rangkaiannya itu dapat berubah fungsi dari penguat
menjadi suatu osilasi. Suatu penguat pada dasarnya adalah peralatan elektronika
yang dapat menerima sinyal masukan pada sepasang kutub masukannya dan
memberikan sinyal keluaran pada kutub keluarannya. Sinyal pada kutub keluaran
itu lebih besar nilainya ketimbang yang masuk ke kutub masukannya. Secara
umum suatu penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk
mengendalikan tenaga yang lebih besar [1].
Penguat pada suatu rangkaian pada umumnya menerima sebuah isyarat di
masukkan dan mengeluarkan isyarat tak berubah yang lebih besar di keluarannya.
Dalam praktikum biasanya untuk memperoleh suatu penguatan yang cukup besar,
dapat dilakukan dengan menggandeng beberapa penguat atau biasa dikenal
dengan penguat bertingkat. Untuk menjaga agar tegangan panjar (bias) pada suatu
tahap tidak terganggu oleh tahap sebelum dan berikutnya, maka antara penguat-
penguat tersebut dipisahkan dengan kapasitor. Rangkaian semacam ini lebih
dikenal dengan penguat gandengan RC [1].
Adapun yang membedakan antara peguat gandeng yang satu dan lainnya
dapat dilihat dari komponen-komponen pendukung (penguat). Seperti namanya,
penguat gandeng RC memiliki terdiri dari komponen resistor (R) dan kapasitor
(C) pada umumnya. Kapasitor pada rangkaianlah yang berfungsi sebagai penguat
gandengan. Di dalam percobaan ini, difokuskan pada dua jenis penguatan
gandeng RC, kemudian kedua jenis penguat ini digabungkan menjadi satu
penguat. Maka dari itu dilakukanlah percobaan ini untuk lebih mengetahui
megenai penguat gandeng RC. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini.
I.2 Ruang Lingkup
Praktikum ini menitikberatkan pada penghitungan VCE serta penghitungan
tegangan input dan output serta penguatannya pada penguat A, penguat B dan
penguat RC dengan menggunakan multimeter serta mengamati bentuk keluaran
dari tegangan input maupun output melalui osiloskop.
I.3 Tujuan
1. Menentukan titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat.
2. Mengukur hilangnya tegangan pada penggandengan dua penguat.
3. Mengukur tanggapan amplitudo penguat.
4. Memahami kegunaan kapasitor coupling, kapasitor miller dan kapasitor pintas
serta pengaruhnya terhadap lebar jalur frekuensi kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penguat Gandeng RC
Sebelum kita membahas tentang rangkaian penguat gandengan RC, terlebih
dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan rangkaian RC. Rangkaian RC
adalah rangkaian yang didalamnya terdiri dari suatu resistor dan kapasitor [1].
Gandengan yang menggunakan kapasitor (coupling) disebut gandengan RC.
Disamping gandengan RC kebanyakan juga menggunakan gandengan langsung
atau gandengan DC, dan gandengan transformator. Contoh penguat dengan
gandengan RC adalah penguat emitor ditanahkan seperti yang ditunjukkan oleh
gambar II.1 [1].
Gambar II.1 Penguat gandengan RC [1]
Pada gambar diatas, Cjc menyatakan kapasitansi didalam transistor yang
timbul pada sambungan antara basis dan kolektor, oleh karena adanya daerah
pengosongan pada sambungan p-n ini. Kapasitansi Cje menyatakan kapasitansi
yang timbul pada sambungan p-n antara basis dan emitor. Oleh karena pengaruh
kapasitansi yang ada di dalam penguat, nilai penguatan tegangan Gv berubah
dengan frekuensi. Grafik yang melukiskan bagaimana penguatan tegangan
(biasanya dalam dB) berubah dengan frekuensi (biasanya dalam skala log) disebut
tanggapan amplitudo [1].
Peran kapasitor pada penguat transistor terlepas dari cara di mana sebuah
kapasitor terhubung dalam penguat transistor, perilakunya terhadap DC dan a.c.
adalah sebagai berikut. Sebuah blok kapasitor DC yaitu sebuah kapasitor bersikap
"membuka" ke DC Oleh karena itu, untuk analisis DC, dapat menghilangkan
kapasitor dari rangkaian penguat transistor. Sebuah kapasitor memiliki reaktansi
(= 1/2πfC). Dalam rangkaian transistor praktis, ukuran kapasitor (idealnya nol)
reaktansi untuk rentang frekuensi ditangani oleh sirkuit. Oleh karena itu, untuk
analisis a.c, dapat mengganti kapasitor oleh yaitu singkat oleh kawat [2].
II.2 Karakteristik Tanggapan Frekuensi
Untuk suatu tingkat penguat karakteristik frekuensi dibagi dalam tiga
daerah, yakni daerah yang disebut frekuensi pita-tengah (midband) yang
penguatannya adalah selalu tetap dan sama dengan A0 dan juga penundaannya
tetap. Penguat ideal (dimana semua kapasior diabaikan) termasuk ke dalam
klasifikasi pita-tengah ini. Misalkan bahwa perolehan pita tengah dinormalkan
sama dengan satu, A0 = 1 [2].
Daerah yang kedua (frekuensi rendah), di bawah pita-tengah, kapasitor
gandengan (coupling) atau kapasitor-pintas (bypass) bagian luar memainkan
peranan penting dalam menentukan tanggapan frekuensi. Sebuah penguat pada
frekuensi rendah berkelakuan seperti rangkaian lewat atas (high-pass) sederhana.
Tanggapan menurun dengan menurunnya frekuensi, dan keluarannya mendekati
nol pada frekuensi nol [2].
Dalam daerah yang ketiga (frekuensi tinggi) di atas tengah, kapasitor sejajar
dalam model peralatan atau yang melintasi beban merupakan bagian penting
dalam menentukan tanggapan frekuensi. Rangkaian sering berkelakuan seperti
jaringan lewat-bawah (low-pass) sederhana, dan tanggapan turun dengan naiknya
frekuensi. Karakteristik frekuensi total, yang ditunjukkan dalam gambar untuk
semua dari ke tiga daerah tersebut [2].
Gambar II.2 Tanggapan Amplitudo suatu Penguat [1]
Gambar diatas, frekuensi f1 disebut frekuensi potong bawah, dan frekuensi f2
disebut frekuensi potong atas. Daerah frekuensi di sekitar f1 dan di bawahnya
disebut frekuensi rendah, sedang antara f1 dan f2 tanggapan amplitudo tak berubah
dengan frekuensi. Daerah frekuensi ini disebut daerah frekuensi tengah. Daerah
frekuensi di sekitar dan di atas f2 disebut daerah frekuensi tinggi [1].
Pada daerah frekuensi rendah, penguat berlaku sebagai tapis lolos tinggi
dengan f1 adalah kutub daripada fungsi alih Gy(ώ). Pada daerah frekuensi tinggi,
yaitu di sekitar f2 dan diatasnya penguat berlaku sebagi suatu tapis lolos rendah.
Pada frekuensi tinggi [1]:
X= 1ωC (2.1)
Untuk kapasitansi ini mempunyai nilai yang cukup rendah sehingga harus di
perhitungkan peranannya dalam mengurangi arus isyarat yang masuk kedalam
basis yang akan diperkuat menjadi arus kolektor. Pada daerah frekuensi tinggi.
kapasitansi seri seperti C1, C2, dan CE boleh dianggap terhubung singkat
[1].
Pada daerah frekuensi tengah kapasitansi seri seperti C1, C2, dan CE
mempunyai reaktansi cukup kecil sehingga dapat dianggap terhubung singkat.
Sedang kapasitansi paralel seperti Cje dan Cjc mempunyai nilai amat kecil,
menghasilkan reaktansi amat tinggi sehingga dapat dianggap terbuka atau tidak
terpasang. Akibatnya pada daerah frekuensi tengah tidak ada komponen reaktif,
sehingga tanggapan amplitudo menjadi tidak bergantung pada frekuensi yang
datar [1].
II.3 Pengaruh Kapasitor Penggandeng
Pada bagian ini pengaruh kapasitor pintas emitor CE.tidak diperhatikan. Kita
anggap CE.mempunyai nilai sangat besar, sehingga nilai reaktansi amat kecil, atau
CE. dapat dianggap terhubung singkat. Dibawah ini adalah gambar rangkaian
penguat dan rangkaian setaranya [3].
Gambar II.3 (a) Rangkaian penguat dan (b) rangkaian setaranya [3]
II.4 Rangkaian Penguat
Rangkaian penguat efek medan sama halnya dengan transistor bipolar, agar
dapat bekerja sebagai penguat harus diberikan tegangan bias. Tegangan bias dapat
diberikan dengan banyak cara, diantaranya yaitu self-bias. FET dapat digunakan
sebagai penguat sinyal kecil dengan impedansi input yang sangat tinggi. Guna
menentukan beberapa parameter penguat dilakukan analisis AC pada rangkaian
penguat FET, untuk melakukan analisis ini diperlukan rangkaian ekivalen ac
seperti yang ditunjukkan pada gambar II.3 [3].
Gambar II.4 Rangkaian ekivalen ac JFET [3]
Pada rangkaian ekivalen ac JEFT, bagian input merupakan rangkaian
terbuka yang menunjukkan bahwa input JEFT mempunyai impedensi sangat
tinggi. Bagian output JEFT terdiri atas sumber arus yang tergantung pada nilai gm
dan vgs dan diparalelkan dengan RDS. Transkonduktansi atau gm adalah
parameter FET yang penting.Parameter ini merupakan perbandingan antara
perubahan arus ID dan perubahan tegangan VGS disekitar titik kerja dengan VDs
konstan. Nilai gm dapat diperoleh dari kurfa transfer yang juga disebut kurva
transkonduktansi seperti pada gambar II.4 [3].
Gambar II.5 Kurva transfer [3]
gm=∆ I D/∆ V GS|VDS=konsta n (2.2)
Harga gm tergantung dari posisi kerja Q karena kurva transver tidak linear.
Apabila VGS = Vp atau pada saat JFET cut-off akan diperoleh harga gm terkecil.
Sedangkan untuk memperoleh nilai terbesar maka VGS = 0 yakni pada saat arus
ID = IDSS, pada saat ini harga gm disebut gm 0. Secara matematis harga gm
dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan transfer Shockley [3]:
I D=I DSS(1−V GS
V P)
2
(2.3)
I D=2 I DSS
|V P| (1−V GS
V P) (2.4)
Sehingga:
gm=gm0(1−V GS
V p )=gm0 √ ID
I DSS (2.5)
Dari rangkaian ekuivalen AC JFET, selain gm parameter penting lainnya
adalah RDS. RDS merupakan parameter resistansi output FET yang nilai
tipikalnya 40KΩ hingga 100KΩ, sehingga dalam menganilisis praktek parameter
ini sering diabaikan. Apabila parameter RDS diabaikan maka resistor tersebut
dianggap terbuka atau tidak terhingga. Parameter RDS dapat diperoleh dari kurva
karakteristik output FET. Penguat FET dapat dirangkai dalam beberapa
konfigurasi Konfigurasi penguat JFET dengan source sebagai terminal bersama
disebut sebagai penguat Common Source (CS), rangkaian pengikut source,
rangkaian penguat gate bersama dan lain sebagainya. Untuk menganalisis
rangkaian, rangkaian CS harus diubah menjadi rangkaian ekivalen ac [3].
Asumsi dasar yang digunakan bahwa pada kondisi ac semua kapasitor
kopling (C1 dan C2) dan by-pass (CS) dianggap hubungan singkat. Dengan
demikian RS seakan-akan tidak ada karena telah terhubung singkat oleh CS. Pada
rangkaian ekivalen ac terminal source langsung terhubung ke ground.Sumber
tegangan VDD juga dianggap hubungan singkat ke ground. Dengan analisis ini
kita dapat menentukan penguatan tegangan AV dengan menerapkan hukum
Kirchoff pada ikal output sehingga diperoleh persamaan [3]:
Av= vovi (2.6)
Av=(−gm V gs )(r ds‖RD )
V gs
(2.7)
Av=−gm (rds‖RD ) (2.8)
II.5 Pengaruh Kapasitor Pintas Emitor.
Kita anggap sekarang pengaruh kapasitor penggandeng kita abaikan (kita
anggap terhubung singkat), dan hanya memperhatikan pengaruh kapasitor pintas
emitor.Hal ini dapat berarti bahwa frekuensi patah oleh kutub pada fungsi alih
oleh kapasitor penggandeng adalah jauh di bawah frekuensi patah oleh kapasitor
pintas emitor CE. Untuk keadaan ini rangkaian setara penguat dapat digambarkan
sebagai berikut [4]:
Gambar II.6 Rangkaian setara penguat [4]
Jika arus yang mengalir melalui 1/ hoe kita abaikan terhadap arus yang mengalir
melalui RE dan CE , maka RE dan CE akan dialiri arus sebesar [4]:
I b+hfe ib=( 1+hfe ) ib atau (1+β ) ib (2.9)
Sehingga [4]:
V i=hfe ib+(1+ β )ib(RE⋰⋰ZCE) (2.10)
II.6 Parameter Penguat
Sebelum masuk rangkaian ekuivalen transistor secara rinci, terlebih dahulu
akan dibahas beberapa parameter yang penting dalam pembicaraan tentang
penguat. Rangkaian penguat pada dasarnya merupakan jaringan dengan dua
pasang terminal (two-port network). Satu pasang pada sisi input yang terletak di
sebelah kiri merupakan terminal untuk jalan masuk sinyal input dan satu pasang
lainnya pada sisi output di sebelah kanan merupakan jalan dari keluar sinyal
output [5].
Pada sisi input terdapat impedansi input, Zi, yang menurut hukum Ohm
yaitu perbandingan dari tegangan input dengan arus input. Secara matematis dapat
dituliskan [5]:
Zi=ViIi (2.11)
Parameter kedua adalah Impedansi Output, Zo. Impedansi output ditentukan
pada terminal output melihat belakang ke dalam sistem dengan sinyal input dibuat
nol. Untuk memperoleh Zo, sumber sinyal diberikan pada terminal output dan
sesuai dengan hokum Ohm, yaitu [5]:
Zo=V 0I 0 (2.12)
Parameter ketiga adalah Penguatan Tegangan, Av, yang merupakan salah
satu karakteristik penguat yang sangat penting. Definisi penguatan tegangan
adalah [5]:
AV=VoVi (2.13)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan penguat gandengan RC ini dilakukan pada hari Kamis, 17 Maret
2016, pukul 13.00 – 15.15 WITA, bertempat di Laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat beserta Fungsinya
1. Osiloskop
Gambar III.1 Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk menampilkan sinyal input maupun output suatu
tegangan tertentu dari rangkaian penguat A, B, dan RC setelah diberikan
frekuensi dari signal generator.
2. Signal generator
Gambar III.2 Signal generator
Signal generator berfungsi sebagai pembangkit sinyal serta pengatur frekuensi
pada rangkaian penguat A, B, dan RC.
3. Papan rangkaian
Gambar III.3 Papan rangkaian
Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai komponen elektronika.
4. Kabel jumper
Gambar III.4 Kabel jumper
Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen-komponen listrik
pada papan rangkaian.
5. Catu Daya
Gambar III.5 Catu Daya
Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan pada rangkaian.
6. Multimeter
Gambar III.3 Multimeter
Multimeter berfungsi untuk mengukur nilai Vce sebelum dan setelah coupling
dari rangkaian penguat A dan B.
III.2.2 Bahan beserta Fungsinya
1. Resistor
Gambar III.6 Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus yang mengalir pada rangkaian.
2. Kapasitor
Gambar III.7 Kapasitor
Kapasitor berfungsi sebagai komponen yang menyimpan muatan listrik
sementara dalam medan listrik statis serta sebagai filter atau penapis.
3. Transistor
Gambar III.8 Transistor
Transistor berfungsi sebagai penguat dan stabilisasi tegangan.
4. Potensiometer
Gambar III.10 Potensiometer
Potensiometer berfungsi sebagai pengatur hambatan pada rangkaian.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Penguat A
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat A (b) Foto Rangkaian penguat A
3. Setelah semua komponen terhubung sesuai rangkaian diatas, lalu
dihubungkan catu daya pada rangkaian . Probe merah di Vcc dan probe hitam
di ground.
4. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector
dan probe hitam di kaki emiter.
5. Mengukur Nilai Vce harus ½ dari nilai Vcc 12 V.
6. Mengkalibrasi osiloskop.
7. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di
Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan
probe hitam di ground.
8. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan
probe hitam di ground.
9. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan
Vout rangkaian pada osiloskop.
10. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.
III.3.2 Penguat B
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat B (b) Foto Rangkaian penguat B
3. Setelah semua komponen terhubung sesuai rangkaian diatas, lalu
dihubungkan catu daya pada rangkaian . Probe merah di Vcc dan probe hitam
di ground.
4. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector
dan probe hitam di kaki emiter.
5. Mengukur Nilai Vce harus ½ dari nilai Vcc 12 V.
6. Mengkalibrasi osiloskop.
7. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di
Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan
probe hitam di ground.
8. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan
probe hitam di ground.
9. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan
Vout rangkaian pada osiloskop.
10. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.
III.3.3 Penguat RC
1. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat RC (b) Foto Rangkaian penguat RC
2. Menggandengkan output penguat A dengan input penguat B.
3. Menggandengkankan Vcc penguat A dengan Vcc penguat B (3K3).
4. Menggandengkan ground penguat A dengan ground penguat B.
5. Setelah semua komponen digandengkan sesuai rangkaian diatas, lalu
dihubungkan catu daya pada rangkaian. Probe merah di Vcc dan probe hitam
di ground.
6. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector
dan probe hitam di kaki emiter.
7. Mengukur nilai Vce penguat A dan penguat B.
8. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di
Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan
probe hitam di ground.
9. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan
probe hitam di ground.
10. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan
Vout rangkaian pada osiloskop.
11. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
1. Komponen yang digunakan dalam rangkaian penguat RC
No. Resistor Kapasitor Transistor
1 51 KΩ 100 nF NPN (100 K)
2 6K8 KΩ 100 µF
3 10 KΩ 1 nF
4 100 KΩ 10 µF
5 1 KΩ 10 nF
6 3K3 Ω
7 22 KΩ
8 3K9 Ω
9 220 KΩ
10 Potensiometer (100 kΩ)
2. Nilai VCE
No.Sebelum coupling Setelah coupling
Penguat A Penguat B Penguat A Penguat B
1 5,99 V 6,02 V 0,58 V 5,92 V
3. Tanggapan Amplitudo Penguat
NoPenguat A Penguat B Penguat RC
Vin Vout Vin Vout Vin Vout
1 0,5 V 11 V 0,5 V 2,05 V 0,1 V 2,3 V
2 0,5 V 2,75 V 0,1 V 3,8 V 0,5 V 6,2 V
IV.1.2 Pengolahan Data
Penguat Gandeng RC
An= V out
V ¿
1. Penguat A
A1= V out
V ¿ =
11V0,5 V = 22 kali A2=
V out
V ¿ =
2,75V0,5V = 5,5 kali
2. Penguat B
A1= V out
V ¿ =
2,05V0,5V = 4,1 kali A2=
V out
V ¿ =
3,8V0,1V = 38 kali
3. Penguat RC
A1=V out
V ¿ =
2,3V0,1V = 23 kali A2=
V out
V ¿ =
6,2V0,5 V = 12,4 kali
IV.1.3 Gambar
IV.1.3.1 Penguat A
a. Input 0,5 Volt
Gambar IV.1 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
b. Input 0,5 Volt
Gambar IV.2 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
IV.1.3.2 Penguat B
a. Input 0,5 Volt
Gambar IV.3 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
b. Input 0,1 Volt
Gambar IV.4 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
IV.1.3.3 Penguat RC
a. Input 0,1 Volt
Gambar IV.5 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
b. Input 0,5 Volt
Gambar IV.6 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran
IV.2 Pembahasan
Percobaan rangkaian penguat RC dilakukan dengan melakukan perakitan
secara terpisah pada penguat A dan penguat B. Pada masing-masing rangkaian
penguat, digunakan satu ransistor NPN dengan VCE pada rangkaian adalah
setengah dari VCC, dimana VCE penguat A dan B yakni 5,99 Volt dan 6,02 Volt.
VCE atau tegangan pada emitter ini diatur dengan menggunakan potensiometer.
Dengan menyambungkan multimeter pada rangkaian yakni pada sambungan
kolektor dan sambungan emitor, kemudian tegangan diatur dengan mengubah
resistansi pada potensiometer.
Setelah memperoleh rangkaian yang sesuai, nilai tegangan pada rangkaian
penguat dihitung yakni pada masukan dan keluaran. Dilakukan dua kali
pengambilan data pada masing-masing penguat. Pada rangkaian penguat A, data
yang pertama V ¿adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan V outadalah sebesar 11 Volt,
sehingga besar penguatan yang diperoleh untuk penguat A adalah 22 kali. Data
kedua V ¿ yang diperoleh adalah sebesar 0,05 Volt sedangkan V outadalah sebesar
2,75 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh adalah 5,5 kali.
Pada rangkaian penguat B, data pertama V ¿yang diperoleh pada penguat
adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan V outadalah sebesar 2,05 Volt, sehingga besar
penguatan yang diperoleh adalah 4,1 kali. Data kedua V ¿ yang diperoleh adalah
sebesar 0,1 Volt sedangkan V out adalah sebesar 3,8 Volt,. sehingga besar
penguatan yang diperoleh adalah 38 kali.
Setelah masing-masing tegangan penguat dihitung, rangkaian penguat
digabungkan hingga meghasilkan rangkaian RC. Pada rangkaian penguat RC
(atau penguatan gabungan), rangkaian yang telah dibuat pada penguatan A dan
penguatan B disatukan, nilai VCE penguat A dan B yakni 0,58 Volt dan 5,92 Volt.
Dari data tersebut nilai VCE penguat B lebih besar dibandingkan penguat A, hal ini
dikarenakan penguat A ditanggung oleh penguat B. Adapun perhitungan masukan
dan keluaran, dimana data pertama V ¿yang diperoleh adalah sebesar 0,1 Volt
sedangkan V out adalah sebesar 2,3 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh
adalah 23 kali. Data kedua V ¿ yang diperoleh adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan
V out adalah sebesar 6,2 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh adalah 12,4
kali.
Pada percobaan ini, saat kapasitor coupling digroundkan maka diperoleh
tegangan pada isyarat keluaran menjadi berkurang. Selain itu pada tanggapan
amplitudo, dimana semakin besar frekuensinya maka semakin kecil tanggapan
amplitudonya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat yaitu pengukuran tegangan Vce
(kolektor-emitor), tegangan kapasiotr coupling, dan penguatan rangkaian kelas
A , B dan penguat RC.
2. Nilai Vce sebelum dan setelah rangkaian digandengkan berbeda, dimana
setelah digandengkan nilai Vce dari penguat B lebih besar dari penguat A. Hal
ini dikarenakan penguat A ditanggung oleh penguat B.
3. Tanggapan amplitudo penguat berbanding terbalik dengan frekuensi.
4. Kapasitor coupling memiliki fugsi untuk meneruskan arus AC dan
membelokkan arus DC sedangkan pengaruhnya terhadap rangkaian yaitu
menurunkan penguatan pada rangkaian gabungan.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk laboratorium
Sebaiknya alat yang ada di laboratorium yang telah rusak dan tua di ganti
dengan alat yang baru dan layak pakai agar kegiatan praktikum berjalan dengan
lancar.
V.2.2 Saran untuk asisten
Cara kakak memberikan pengarahan dan penjelasan ke praktikan sudah
bagus. Untuk kedepannya kak, tingkatkan dan tetap semangat serta pertahankan
sikap ramahnya kak.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutrisno. 1987. Elektronika:teori dasar dan penerapannya. Bandung: ITB.
[2] Jumadi. 2015. Penguat Gandengan RC tingkat 1. http://staff.uny.ac.id. 10
Maret 2016 (15:30).
[3] Millman, Jacob dan Christos C. Halkias. 1993. Mikroelektronika Sistem
Digital Dan Rangkaian Analog. Bandung: ITB.
[4] Surjono, Dwi, Herman. 2011. Elektronika Teori dan Penerapan. Jember:
Cerdas Ulet Kreatif.
[5] Bagade, Ravi, Shantosin H.S. 2015. Comparison of BW for RC Coupled
Single Stage and Multi Stage Amplifiers. Scientific Journal Impact Factor
1711 : 103-107.