Page 1
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Ukur Tanah didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam menentukan
posisi (nisbi) dari titik-titik yang berada pada atas, bawah, dan pada permukaan bumi,
dengan menggunakan metoda pengukuran dan referensi hitungan adalah permukaan
bumi yang dianggap sebagai bidang datar. Tetapi dalam pengertian yang lebih umum,
ilmu ukur tanah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemprosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan
fisis bumi.
Dalam prakteknya, perbedaan ilmu Geodesi dan Ilmu Ukur Tanah terletak
pada metoda hitungan yang digunakan. Luas daerah yang di ukur dan di petakan,
serta tingkat ketelitian ukuran yang di perlukan. Sedangkan dasar-dasar metoda
pengukuran yang digunakan, pada dasarnya hampir sama.
Sehingga dengan demikian dalam prosedur pengukuran tanah datar (Ilmu
Ukur Tanah) yang memerlukan ketelitian tinggi untuk suatu proyek, dapat saja
digunakan metoda-metoda ilmu Geodesi. Hal ini dilakukan dengan cara
menggunakan peralatan ukur teliti dan dalam perhitungannya dipertimbangkan
pengaruh dari melengkungnya bumi, pengaruh gravitasi, refleksi dan lain-lain, serta
menggunakan metoda hitungan peralatan yang lebih baik.
Berdasarkan ketelitian pengukurannya, Ilmu Geodesi dapat diklasifikasikan
atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survei yang memperhitungkan kelengkungan
bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic surveying ini digunakan dalam
pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang
lengkung (bola/ellipsoid).
Page 2
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan
mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane surveying ini digunakan untuk
pengukuran daerah yang tidak luas dengan mengunakan bidang hitung yaitu
bidang datar.
Dengan pengetahuan dasar tentang Ilmu Ukur Tanah yang diberikan ini dapat
menjadi tuntutan bagi pemahaman dan penguasaan lebih lanjut tentang berbagai
bentuk survei dan pemetaan yang diperlukan dalam proyek raksasa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Dengan pelaksanaan praktikum ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa tentang ilmu ukur tanah yang meliputi theodolite dan
waterpass. Praktikum Ilmu Ukur Tanah dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari
teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah
seperti poligon, Azimuth matahari, profil, detail situasi dan proses penggambaran
peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari Ilmu Ukur Tanah adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan memahami dengan baik bagaimana tahapan :
a. Pengukuran poligon dan pengolahan data
b. Pengukuran profil dan pengolahan data
c. Pengukuran detail situasi dan pengolahan data
d. Penggambaran peta
1.3 Ruang Lingkup Pratikum
Praktikum Ilmu Ukur Tanah dilakukan dalam beberapa tahap pekerjaan berikut
1. Orientasi lapangan dan persiapan pengukuran.
2. Proses pengumpulan data, mencakup :
a. Pengukuran poligon
b. Pengukuran Pengikatan Kemuka
Page 3
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
c. Pengukuran profil Memanjang dan Melintang
d. Pengukuran detail situasi
3. Proses pengolahan data, mencakup :
a. Hitungan poligon
b. Hitungan pengikatan kemuka
c. Hitungan beda tinggi
d. Hitungan detail situasi
e. Proses penyajian data dalam bentuk Laporan
1.4 Waktu dan Pelaksanaan
Waktu pengambilan data di lapangan dilakukan selama dua hari. Pada hari
Sabtu 16 Mei 2015 Jam 08.00 s/d 17.00 WIB dan hari Minggu 17 Mei 2014 jam
08.00 s/d 17.00 WIB. Lokasi pengukuran adalah Fakultas Teknik,Universitas
Riau,Pekanbaru.
Page 4
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB II
PENGENALAN ALAT
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak dan sudut.
Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak mendatar (d) dan
beda tinggi (h). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi sudut horizontal, vertikal
dan jurusan. Sudut ini berperan penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya
diperoleh di lapangan dengan alat yang dirancang sedemikian rupa konstruksinya
sesuai dengan tingkat ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat ukur ruang (Theodolite).
Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih di
permukaan bumi digunakan alat ukur sipat datar (Waterpass). Untuk pengukuran
jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita ukur, EDM (Electronic
Distance Meter) dan dapat juga dengan Metoda Tachymetry.
2.1 Alat Ukur Sipat Ruang
Dengan alat ukur sipat ruang (Theodolite) kita dapat mengukur sudut-sudut
dua titik atau lebih dan sudut curaman tehadap bidang yang horizontal pada titik
pembacaan. Dengan alat ini kita akan mendapatkan suatu sudut horizontal dan sudut
vertikal. Ketelitian pembacaan sudut tergantung antara lain dari garis tengah
lingkaran horizontal berskala dan garis tengah lingkaran vertikal berskala menjadi
pelengkap Theodolite.
2.1.1 Konstruksi Theodolite
Secara umum konstruksi Theodolite terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu :
1. Bagian bawah yang tidak dapat bergerak dan berlandaskan pada statip.
2. Bagian atas yang dapat digerak secara horizontal.
3. Bagian teropong yaitu alat bidik yang dapat digerakkan secara vertikal dan
bersamaan dengan bagian atasnya dapat digerakkan secara horizontal.
Pada Theodolite dikenal tiga macam sistem sumbu (Gambar 2.1), yaitu :
Page 5
ILMU UKUR TANAH 2015
zy
x
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
a. Sumbu I, sejajar dengan garis gaya berat ( menuju pusat bumi).
b. Sumbu II, sejajar dengan bidang nivo dan tegak lurus dengan sumbu I.
c. Sumbu nivo indek (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik.
Suatu Theodolite dapat dikatakan dalam keadaan baik atau sempurna dan
layak digunakan untuk pengukuran apabila :
a. Sumbu nivo aldehide (nivo tabung) tegak lurus sumbu I.
b. Garis bidik tegak lurus sumbu II.
c. Sumbu II tegak lurus sumbu I.
d. Sumbu nivo indek (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik atau
koinsidensi, bila garis bidik distel horizontal.
Catatan:
a. Nivo kotak, adalah nivo yang berguna mengatur sentring alat ke target.
b. Nivo aldehide, nivo yang mengatur agar sumbu I benar-benar tegak.
c. Nivo indeks, adalah nivo yang mengatur sumbu II benar-benar datar.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Sumbu I
Sumbu II
Sumbu nivo indek
Gambar 2.1 Sistem Sumbu pada Theodolite
Page 6
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
2.1.2 Macam-Macam Theodolite
Ada berbagai jenis Theodolite menurut bagian dan ketelitannya.
A. Menurut bagiannya
1. Thoedolite WILD T-0
Tingkat ketelitian alat ini rendah, dengan pembagian skala terkecil dari 1’-
10’. Tempat pembacaan skala horizontal dan skala vertikal terpisah, bayangan
yang nampak pada teropong adalah terbalik. Alat ini mempunyai kompas
sendiri (built in compass) sehingga pembacaaan horizontal langsung
menunjukkan arah utara kompas. Sedangkan pembacaan vertikal
menunjukkan Zenith.
2. Theodolite SOKKISHA TS-20A
Theodolite ini mempunyai tingkat ketelitian yang rendah dengan pembagian
skala terkecil adalah 1’. Theodolite ini mempunyai sistem dua tingkat, yang
bertujuan apabila hendak melakukan pengukuran horizontal, maka bacaan
skala vertikal harus 90 agar kedudukan alat benar-benar horizontal.
3. Theodolite TM20E
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 20”
melalui satu teropong. Apabila alat ini diutarakan terlebih dahulu maka
bacaaan horizontalnya adalah bacaaan Azimuth geografis. Bayangan yang
terlihat pada alat ini adalah tegak.
4. Theodolite NIKON NE20S
Theodolite ini merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital,
dengan tingkat ketelitian 20”, cara penggunaannya sama dengan Theodolite
TM20E
5. Theodolite NIKON NE101 (Gambar 2.2)
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 5”.
Theodolite ini juga merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital.
Page 7
ILMU UKUR TANAH 2015
Base Plate
Lensa Optis
Pengunci Gerak Vertikal
Penghalus Gerak Vertikal
Nivo Tabung
Tombol Operasi dan Monitor
Kiap
Lensa Objetif
Vizier
Gambar 2.2 Theodolite Nikon NE-101
Baterry Case
Lensa Okuler
Fokus Diafragma
Nivo Kotak
Fokus objek
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
6. Theodolite NIKON NE100.
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 1”.
Theodolite ini juga merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Tombol on/off
Pengunci Gerak Horizontal
Penghalus Gerak Horizontal
Page 8
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
B. Berdasarkan kebutuhan tingkat ketelitian pengukuran sudutnya, Theodolite
dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Teodolite dengan ketelian rendah (low precision), dengan pembagian skala
terendah 1’-10’. Contoh : Wild T-0, Sokkisha 60, dan Zeiss theo-080A.
2. Theodolite dengan ketelitian sedang (medium precision), dengan
pembagian skala terendah 1’-10’. Contoh : Fennel FT-1A, Kern DKM-1,
Wild T1, Wild T16 dan Kern K1-A, Zeiss theo-010A.
3. Theodolite Teliti (high precision), dengan pembagian skala terkecil anatara
1’-10’. Contoh : Kern DKM-2A, Nikon NT-3.
4. Theodolite sangat teliti (highest precision), dengan skala terkecil lebih dari
1”. Contoh : Wild T-3, Kern DKM-3, Zeiss theo-002.
2.1.3 Cara Pemasangan dan Pengaturan Theodolite
1. Pasang statip di atas titik tetap pada tanah, kencangkan pengunci statip.
Usahakan dasar statip sedatar mungkin untuk memudahkan pengaturan nivo
kotak dan nivo tabung (nivo aldehide).
2. Ambil Theodolite dari kotak alat dengan hati-hati (perhatikan kedudukan alat
dalam kotak agar tidak terjadi kesalahan dalam meletakkan alat ke kotaknya
kembali).
3. Pasang Theodolite pada tatakan statip dan kunci. Kunci sekrup penghubung
antara Theodolite dan statip. Kemudian atur kedudukan Theodolite dan kaki
statip hingga tepat berada di tengah titik patok. Kemudian kencangkan
sekrup pengunci atau dapat juga dilakukan dengan mengatur kedudukan kaki
statip sedemikian rupa sehingga diperoleh kedudukan alat tepat berada di
tengah titik patok.
4. Lakukan sentring optis pada Theodolite, pengaturan dapat dilakukan dengan
cara :
a. Pasang alat pada dasar statip dan kuncilah dengan kuat.
Page 9
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
b. Lepaskan kedudukan dua kaki dari tanah dan pegang kedua kaki
tersebut, sedang kaki yang lain tertancap di tanah.
c. Atur kedudukan kedua statip yang dipegang tersebut sedemikian rupa
sehingga terlihat bayangan titik pengamatan masuk ke dalam lingkaran
kecil lensa optis, lepaskan kedua kaki tersebut perlahan sampai tertancap
ke tanah dan kunci kaki statip.
5. Lakukan sentring nivo kotak pada Theodolite, dengan cara :
a. Usahakan gelembung nivo kotak masuk ke dalam lingkaran dengan cara
menaikkan/menurunkan salah satu kaki statip.
b. Lihat melalui teropong sentring optis kedudukan titik pengamatan patok.
Bila kedudukan bergeser, longgarkan sekrup penghubung Theodolite
dengan statip. Lalu geser kedudukan Theodolite sampai titik patok di
tengah lensa optis.
6. Lakukan sentring nivo tabung pada Theodolite, dengan cara :
a. Atur gelembung nivo aldehide tepat berada di tengah lingkaran dengan
memutar kiap kesegala arah. Jika gelembung tetap di tengah berarti
penyetelan selesai.
b. Pengukuran sudah dapat dimulai.
2.1.4 Pengukuran Sudut dengan Theodolite
Sudut adalah selisih harga pembacaan antara dua arah pengukuran.
Pengukuran sudut merupakan komponen penting dari pemetaan suatu daerah. Untuk
sudut harizontal, maka harganya adalah selisih antara pengukuran kanan dan
pengukuran kiri.
Berdasarkan kedudukan alat bidik atau vizier, Theodolite mempunyai 2
macam pembacaan, yaitu :
1. Pembacaan biasa, bila posisi pengunci vertikal menghadap ke si pengamat
Page 10
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
2. Pembacaan luar biasa, bila posisi pengunci vertikal membelakangi si pengamat.
2.2 Alat Ukur Sipat Datar
Alat ukur sipat datar (Waterpass) ini dirancang konstruksinya sedemikian
rupa sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih di permukaan bumi. Pada alat ukur sipat datar tingkat ketelitiannya tergantung
pada kepekaan nivo kotak dan pembesaran teropongnya. Kepekaan nivo kotak
ditentukan oleh jari-jari busur nivo kotak tersebut. Makin besar jari-jari busur nivo
kotak tersebut, maka kepekaanya juga semakin tinggi. Ini berarti alat ukur sipat datar
tersebut memiliki ketelitian yang makin tinggi.
Pada dasarnya alat ukur sipat datar terdiri dari 3 (tiga) bagian utama seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, yaitu :
1. Bagian bawah tidak dapat bergerak dan berlandaskan pada statip, pada bagian
terdapat kiap yang berfungsi sebagai sentring Waterpass.
2. Bagian atas yang dapat digerakkan secara horizontal.
3. Bagian teropong, untuk membidik rambu dan memperbesar bayangan rambu.
Penentuan jarak digunakan untuk mengontrol benar atau tidaknya pembacaan
benang diafragma Waterpass :
Dimana : ba = Bacaan benang atas (mm)
bb = Bacaan benang bawah (mm)
d = Jarak optis (m)
d = 0,1 (ba - bb)
Page 11
ILMU UKUR TANAH 2015
Nivo kotak
Lavelling plate
Vizier
Penghalus gerak horizontal
Skala horizontal Kiap
Fokus diafragma
Lensa objektif
Lensa okuler
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Suatu alat ukur sipat datar dapat dikatakan dalam kondisi baik dan dapat
digunakan dalam pengukuran, bila :
1. Gelembung nivo kotaknya berada tepat di tengah lingkaran pada busur nivo
kotak (berkoinsidensi), maka :
a. Garis bidik harus benar-benar sejajar dengan garis jurusan bidang nivo.
Garis bidik adalah garis yang menghubungkan antara fokus lensa okuler
dengan fokus lensa objektif.
b. Sumbu I (tegak) harus sejajar dengan garis gaya berat.
c. Garis jurusan nivo harus tegak lurus sumbu tegak.
Gambar 2.3 Alat Ukur Sipat Datar
Page 12
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
2. Benang diafragma mendatar harus tegak lurus sumbu tegak.
Garis mendatar pada prinsipnya merupakan garis bidik teropong yang
diletakan mendatar. Dengan garis bidik tersebut akan didapat bacaan rambu yang ada
di depan Waterpass.
2.3 Alat Ukur Jarak
2.3.1 Secara Konvensional
Cara ini mengunakan pita ukur atau rantai ukur. Ada beberapa cara yang harus
diperhatikan bila mengunakan cara ini, yaitu :
a. Jika jarak melebihi panjang pita, maka pengukuran dilakukan secara bertahap.
b. Pengukuran dilakukan pulang pergi untuk satu slag pengukuran.
c. Gunakan pita ukur dengan baik.
2.3.2 Secara Elektronis
Pengukuran elektronis dilakukan dengan alat EDM (Electronic Distance
Meter). Dengan alat ini diperlukan alat tambahan berupa reflektor yang berfungsi
mengembalikan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh EDM kembali ke
alat tersebut agar dapat dilakukan pemprosesan perhitungan jarak. Jadi alat ini
memberikan hasil secara digital dan hasilnya lebih teliti.
2.4 Kesalahan Pengukuran
2.4.1 Alat Bantu Pengukuran
Ada beberapa alat bantu dalam pengukuran yaitu :
1. Statip
Berguna sebagai tempat diletakkannya Theodolite, ketiga kaki statip ini dapat
dinaik dan diturunkan dengan melonggarkan sekrup pengatur kaki.
Page 13
ILMU UKUR TANAH 2015
Bagian kaki yang dapat diturun naikkan
Sekrup pengunci
Sekrup pengunci Theodolite dengan statip
Landasan Theodolite
1cm0.5 cm0.5 cm
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
2. Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar dengan satuan panjang terkecil
adalah sentimeter, namun ada skala 0,5 cm. Satu bagian besarnya 10 cm dan
ditandai oleh dua bagian yang terpisah dengan panjang 5 cm, dengan demikian
panjang terkecil yang terdapat di rambu ukur adalah 1 cm.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Gambar 2.4 Statip
Gambar 2.5 Rambu Ukur
Page 14
ILMU UKUR TANAH 2015
pemberat
benang
Gambar 2.6 Unting-Unting
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
3. Unting-Unting
Unting-unting ini berguna untuk penyentringan alat ukur yang tidak memiliki
sentring optis. Unting-unting terdiri dari benang yang diberi pemberat.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
4. Kompas
Berguna untuk menentukan arah utara geografis agar memudahkan mencari
nilai sudut Azimuth yang pasti.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
2.4.2 Sumber Kesalahan Pengukuran (Galat)
Beberapa kesalahan sistematis yang bersumber dari kesalahan yang mungkin
terdapat pada suatu alat Theodolite, diantaranya adalah :
1. Kesalahan miringnya sumbu I (sumbu tegak).
Gambar 2.7 Kompas Kompas
Page 15
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Yaitu bila kedudukan sumbu I miring terhadap unting-unting alat, atau dengan
kata lain bahwa sumbu I tidak sejajar dengan arah garis gaya berat.
2. Kesalahan miringnya sumbu II (sumbu mendatar).
Yaitu bila kedudukan sumbu II tidak tegak lurus terhadap sumbu I
3. Kesalahan kolimasi.
Yaitu bila garis bidik tidak tegak lurus terhadap sumbu II
4. Kesalahan eksentrisitas.
Yaitu bila kedudukan pusat sumbu I (pusat nonius) tidak tepat berhimpit dengan
pusat lingkaran skala horizontal.
5. Kesalahan diametral.
Yaitu bila letak nonius I tidak tepat berhadapan dengan nonius II
6. Kesalahan indeks.
Yaitu tidak tepatnya letak indeks bacaan lingkaran skala vertikal, bila mana
teropong diarahkan secara horizontal (mendatar) diperoleh harga bacaan pada
lingkaran skala vertikal tidak dapat menunjukkan arah 0o (pada sistem sudut
miring) atau tidak tepat menunjuk angka 90o (pada sistem sudut Zenith)
7. Kesalahan pembagian skala, yang umumnya kesalahan langsung dari pabrik.
Kesalahan-kesalahan sistematis tersebut diatas dapat dieliminir (dapat
dihilangkan) secara langsung di lapangan dengan menggunakan metoda pengukuran
tertentu, yaitu :
1. Bila suatu sudut diukur dengan cara pengukuran satu seri rangkap (pengukuran
sudut pada posisi B dan LB), maka harga sudut rata-rata yang diperoleh dari
bacaan biasa dan luar biasa ((B + LB)/2), bebas dari kesalahan.
a. Miringnya sumbu I (sumbu tegak), yaitu bila kedudukan sumbu I miring
terhadap unting-unting alat, atau dengan kata lain bahwa sumbu I tidak
sejajar dengan arah garis gaya berat.
Page 16
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
b. Kolimasi, yaitu bila garis bidik tidak tegak lurus terhadap sumbu II.
c. Diametral, yaitu bila letak nonius I tidak tepat berhadapan dengan nonius II.
d. Kesalahan indeks (bila yang diukur sudut vertikal).
2. Bila dilakukan pembacaan sudut pada nonius I dan pada nonius II, maka harga
sudut rata- ratanya bebas dari kesalahan eksentrik (eksentrisitas).
2.4.3 Kesalahan Pada Pengukuran
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengukuran beda tinggi dengan
menggunakan alat ukur sipat datar (Waterpass), dapat dikelompokkan kedalam :
a. Kesalahan Si Pengukur
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan si pengukur dalam melakukan
pengukuran, antara lain :
1. Pengukur mempunyai panca indera (mata) yang tidak sempurna
2. Pengukur kurang cermat, kurang hati-hati dan lalai serta tidak paham dalam
menggunakan alat ukur dan dalam melakukan pembacaan rambu.
b. Kesalahan Alat Ukur
Kesalahan Garis Bidik
Kesalahan garis bidik adalah kesalahan yang terjadi akibat tidak sejajarnya
garis bidik dengan garis nivo. Pada alat ukur waterpass walaupun telah dirancang
sedemikian rupa dan tidak dapat digerak-gerakkan dalam arah vertikal sehingga
diharapkan pengukuran beda tinggi lebih teliti, namun kesalahan garis bidik yang
mungkin terjadi sebaiknya tetap diperhitungkan, karena hal ini sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran beda tinggi yang dilakukan.
Kesalahan garis bidik merupakan kesalahan sistematis yang bersumber dari
alat. Oleh karena itu, harganya dapat diketahui dengan jalan pengecekan khusus
nyang harus dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah melakukan pengukuran
sipat datar dalam satu hari pengukuran.
Page 17
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Kesalahan Nol Rambu
Pada umumnya dalam melakukan pengukuran sipat datar, digunakan dua
rambu ukur. Salah satu atau kedua rambu ukur tersebut karena sering dipakai
menyebabkan bagian bawah rambu (disekitar skala nol) ada yang telah aus dan
akibatnya panjang rambu lebih pendek dari yang sebenarnya.
Kesalahan nol rambu dapat secara langsung dieliminir dilapangan, dengan
jalan membagi seksi dalam jumlah genap dan meletakkan rambu secara selang-seling.
Dengan cara demikian, rambu yang diletakkan pada titik awal (belakang) akan
berfungsi sebagai rambu muka pada seksi terakhir atau ditempatkan pada titik akhir
ukuran.
Kesalahan Miringnya Rambu
Bila rambu tidak berdiri betul-betul tegak, akan mengakibatkan hasil
pengukuran sipat datar tidak lagi benar karena dipengaruhi oleh kesalahan miringnya
rambu. Oleh karena itu, pada waktu pengukuran harus diusahakan agar rambu benar-
benar tegak, sebab kesalahan akibat kemiringan rambu tidak dapat dieliminir
langsung dilapangan.
Kesalahan pembagian skala rambu
Pembagian skala pada rambu seharusnya adalah sama untuk setiap
intervalnya, apabila ada interval yang tidak sama maka rambu tersebut memiliki
kesahahan pembagian skala. Kesalahan tersebut tidak dapat dihilangkan. Oleh karena
itu, gunakanlah rambu yang baik dalam pengukuran.
Kesalahan karena Pengaruh Refraksi dan Kelengkungan Bumi
Apabila dilakukan pengukuran sipat datar dari titik P ke Q (lihat gambar),
maka menurut defenisi beda tinggi titik P dan Q adalah :
hPQ = t – m”
Page 18
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Tetapi dari data hasil pengukuran bila tidak dipengaruhi refraksi udara,
maka garis bidik akan menunjukkan skala m’, harga (m’–m”) ini disebut :
“kesalahan pengaruh kelengkungan bumi”, dimana :
karena lapisan udara di P atau Q mempunyai kerapatan yang tidak sama,
maka garis bidik ke m’ akan dibiaskan ke m, harga (m’-m”) ini disebut “kesalahan
pengaruh refraksi udara”, dimana :
Jadi harga kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi(m–m”)
adalah :
Apabila dilakukan pengukuran sipat datar antara titik O dan Q, maka akan
diperoleh harga kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi :
Dimana :
h = Kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi
kl = Koefisien refraksi udara ( 0,14 )
R = Jari-jari bumi ( 6370m)
Db = Jarak alat kerambu belakang
Dm = Jarak alat kerambu muka
( m’ – m” ) = D2/2R
( m - m” ) = k x D2/2R
( m - m” ) = ( m’ - m” ) - ( m’ - m )
= ( 1 - k ) x D2/2R
h = (( 1 - k ) / ( 2R )) x ( Db2 - Dm
2 )
Page 19
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB III
POLIGON
Pengukuran poligon dimaksudkan untuk mendapatkan dan merapatkan titik
ikat pengukuran di lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan pemetaan
atau keperluan teknis lainnya. Yang mana diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang lebih jelas kepada mahasiswa.
3.1 Peralatan
1 set Theodolite
1 set meteran
1 set alat tulis
3.2 Teori Dasar
Poligon berasal dari kata poly yang berarti banyak dan gono yang berarti
sudut. Jadi poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak atau deretan titik yang
menghubungkan dua titik tetap (titik triangulasi). Poligon merupakan suatu cara yang
digunakan dalam pengukura untuk menentukan titik-titik dilapangan secara tepat
guna perencanaan atau pelaksanaan suatu konstruksi sipil.
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran dilapangan. Pengukuran poligon, pekerjaan menetapkan
stasiun-stasiun poligon dan membuat pengukuran-pengukuran yang perlu adalah
suatu cara paling dasar dan paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi
titik-titik.
A. Poligon Tertutup
Poligon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu titik yang
sama. Poligon tertutup sering disebut poligon kring (kring poligon). Ditinjau dari segi
pengkatannya (azimut dan koordinat), terdapat beberapa variasi seperti :
Page 20
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
- Tanpa ikatan
- Terikat hanya azimut
- Terikat hanya koordinat
- Terikat azimut dan koordinat
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan
sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari. Selain itu, terdapat pula koreksi
koordinat dengan adanya konsekuensi logis dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah
selisih absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.
Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional
dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain,
walaupun ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak
yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan
frekuensi gelombang.
Adapun ciri-ciri poligon tertutup yaitu :
- Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
- Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau
lebih besar daripada ketelitian letak titik awal.
- Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak
tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting.
- Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.
Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :
- Pengukuran titik kontur
- Bangunan sipil terpusat
- Waduk dan Bendungan
- Pemukiman
- Kepemilikan tanah
- Topografi kerangka.
Page 21
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
1 2
α 3
A
4
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
B. Poligon Terbuka
Yang dimaksud dengan poligon terbuka ialah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik yang sama). Poligon
terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut berdasarkan peningkatan pada titik-titik (kedua
titik ujungnya).
Secara geometris dan matematis, poligon terbuka terdiri atas serangkaian garis
yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik
dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan
titik terakhir.
Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :
- Jalur lintas / jalan raya
- Saluran irigasi
- Kabel listrik tegangan tinggi
- Jalan kereta api
Poligon terbuka dapat dibagi lebih lanjut menjadi :
1. Tanpa ikatan sama sekali
2. Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali
Gambar 3.1 Poligon Tertutup
5
Page 22
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
3. Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang
lain tanpa ikatan sama sekali
4. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada
ujung yang lain tanpa ikatan
5. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth
6. Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain
terikat azimuth
7. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat
8. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain terikat azimut saja
9. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain terikat koordinat
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun
koordinat.
Sumber : google.com
3.2.1 Tahapan Pelaksanaan
Tahap-tahap pengukuran poligon/kerangka dasar :
1. Tentukan titik target yang menjadi kerangka poligon.
Gambar 3.2 Poligon Terbuka
Page 23
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
2. Dirikan alat pada titik awal pengukuran dan beri nama berlawanan arah jarum
jam, kemudian sentring alat.
3. Setelah sentring baru dimulai pengukuran, bidik titik patok sebelumnya. Baca
kondisi biasa dan kondisi luar biasa.
4. Tempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama yang ditemui dari
arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang difragma pada
bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala vertikal
dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini sebaiknya vizier
atau teropong diarahkan langsung ke patok yang dapat di bidik.
5. Arahkan vizier/teropong ke titik target berikutnya. Catat bacaan benang
diafragma dan bacaan skala vertikal serta skala horizontalnya.
6. Masih pada titik yang sama, ubah posisi alat dari kondisi biasa ke posisi luar
biasa. Catat bacaan benang diafragma, skala vertikal dan skala horizontalnya.
7. Arahkan kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukan pembacaan
benang diafragma serta skala vertikal dan horizontalnya.
8. Untuk keperluan beda tinggi ukur tinggi alat dari permukaan tanah.
9. Kemudian pindahkan alat ketitik selanjutnya. Lakukan hal yang sama dari
titik tersebut terhadap dua titik yang mengapitnya
3.2.2 Perhitungan
Pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan proses sebagai berikut :
1. Tentukan rataan sudut horizontal dan sudut dalam
Dimana :
- +180o, bila B>LB- -180o, bila B<LB
Hij = ½ (B +LB ±180o)
Page 24
ILMU UKUR TANAH 2015
f ≤ 0o1’30” √n
i = u + VI
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
1. Untuk mencari sudut dalam
2. Kesalahan penutup sudut
Dimana : n = jumlah titik pengukuran
3. Toleransi kesalahan penutup sudut
Dimana : n = jumlah titik pengukuran
4. Koreksi kesalahan penutup sudut
Dimana : n = jumlah titik pengukuran
Pembagian harus merupakan bilangan bulat. Apabila pembagiannya bersisa, maka
sisa tersebut dibagi-bagikan ke sudut yang mempunyai sisi terpendek.
5. Hitung harga definitif setiap sudut
f = u - (n - 2) 180
V = - f/n
j = jk - Hij
Page 25
ILMU UKUR TANAH 2015
∆Xij = ∆Xij + V∆Xij∆Yij = ∆Yij + V∆Yij
Xi = XawalXj = Xi + ∆Xij
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
6. Hitung selisih absis (X) dan selisih ordinat (Y) antara titik-titik poligon
7. Toleransi Jarak
8. Hitung koreksi absis (VX) dan ordinat (VY)
9. Hitung selisih absis dan ordinat definitif
10. Koordinat
a. Untuk absis
Xij = dij sin ij
Yij = dij cos ij
V∆Xij = - dij Σ∆X / Σd
V∆Yij = - dij Σ∆Y / Σd
Page 26
ILMU UKUR TANAH 2015
Yi = YawalYj = Yi + ∆Yij
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
b. Untuk ordinat
11. Beda Tinggi (∆h)
12. Beda tinggi rata-rata
13. Hitung kesalahan beda tinggi
14. Hitung koreksi beda tinggi
15. Hitung beda tinggi definitif
Δhij(B) = 0,05(BA-BB)sin 2V + (1-bt)/1000
Δhij(LB) = 0,05(BA-BB)sin 2(360˚-V) + (1-bt)/1000
∆hij rata-rata = (∆hij(B)+ ∆hij(LB) - ∆hji(B) - ∆hji(LB))/4
f∆h = Σ∆hurata-rata - Σ∆h
V∆h = -f∆h/n
∆hij = ∆hij rata-rata + V∆h
Page 27
ILMU UKUR TANAH 2015
Hj = Hi + ∆hij
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
16. Elevasi
3.3 Tahapan Pengolahan Data
Target: P2
a. Diketahui :
P1 = 247o43’43”
P1 = 113o48’45” (sudut dalam)
d P1-P2 = 34,99449 m
d = 535,98302 m
Ditanya :
Menghitungkesalahan penutup sudut
Menghitung koordinat ..?
Penyelesaian :
Menghitungkesalahan penutup sudut
Jarak = BA−BB
10 x Sin2 (Vertikal)
= 1850−1150
10 x Sin2 (89,28083333)
= 34,99449 m
Dicari nilai x :
x = dP1-P2 * sin P1
= 128,40m * sin 247o43’43”
= - 31,5813 m
fx =x
= - 40,8552 m
Page 28
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Dicari nilai y :y = dP1-P2 * cos P1
= 33.077 m * cos 247o43’43”
= -15,0744 m
fy = y
= - 120,406 m
Dicari nilai Vx :
Vx = −dP 1−P 2
Σd * fx
= −34,99449535,98302 *(-40,8552)
= 2.667448 m
Dicari nilai Vy :
Vy = −dP 1−P 2
Σd * fy
= −34,99449535,98302 * (-120,406)
= 7.861323 m
Dicari nilai x’ :
x’ = x + Vx
= (- 31,5813) + (2.667448 )
= - 28,9138 m
Dicari nilai y’ :
y’ = y + Vy
= (-15,0744) + (7.861323)
= -7,21307 m
Page 29
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Menghitungkoordinat
Dicari nilai x :
x = Xawal + x’
= 971.0862
Dicari nilai y :
y = Yawal + y’
= 992.7869
Untuk perhitungan titik poligon selanjutnya dapat dilihat pada lampiran tabel Data Perhitungan Poligon.
Page 30
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 193 . 4 T a b e l d
Kore
ksi
Jara
kΔ
XΔ
YV
xV
yΔ
X'Δ
Y'X
Yo
'"
"o
'"
o'
"m
mm
mm
mm
mm
UTA
RA24
429
2
P1
113
4845
111
348
4424
743
4310
0010
0034
.994
49-3
1.58
13-1
5.07
442.
6674
487.
8613
23-2
8.91
38-7
.213
07P2
166
2523
166
2523
234
96
971.
0862
992.
7869
73.9
9823
-68.
4779
-28.
0449
5.64
0499
16.6
233
-62.
8374
-11.
4216
P394
4511
194
4510
148
5418
908.
2488
981.
3653
99.9
9723
-81.
0548
-58.
5625
7.62
2268
22.4
6384
-73.
4325
-36.
0987
P419
311
3719
311
3716
25
5583
4.81
6394
5.26
6651
.998
8726
.855
26-4
4.52
733.
9636
0311
.681
2630
.818
87-3
2.84
6P5
6534
61
6534
560
5140
865.
6352
912.
4206
104
31.9
6749
-98.
965
7.92
7378
23.3
6304
39.8
9487
-75.
602
P612
18
181
121
817
159
5990
5.53
836.
8186
89.9
9994
78.6
0972
43.8
2352
6.86
0226
20.2
1885
.469
9564
.041
52P7
145
636
145
636
330
3812
991
900.
8601
80.9
9426
2.82
6266
80.9
4493
6.17
377
18.1
9492
9.00
0037
99.1
3986
P124
743
4310
0010
00
897
177
176
897
177
172
ƒ-0
.001
Syar
at90
0V
0.00
1Ko
reks
i0
04
0-4
0.85
52-1
20.4
0640
.855
1912
0.40
570
Penu
tup
Jara
kTi
tik
Penu
tup
Sudu
tß
ß'A
zim
uth
899.
9988
89
Koor
dina
t
489
9.99
7778
535.
9830
2
DE
PA
RT
EM
EN
PE
ND
IDIK
AN
NA
SIO
NA
L
PR
OD
I T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FA
KU
LT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus
Bin
a W
idya
Km
. 12,
5 Sp
, Pek
anba
ru 2
8293
, Tel
p. 0
761-
6659
6, F
ax. 0
761-
6659
5, h
ttp:
//en
g.un
ri.a
c.id
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
Page 31
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB IVPENGIKAT KE MUKA
4.1 Peralatan 1 set Theodolite 1 set meteran 1 set alat tulis
4.2 Teori Dasar
Penggunaan metoda pengikatan kemuka pada pekerjaan ukur tanah dilakukan
umumnya untuk daerah daerah yang jarak sisi-sisi dari suatu jaringan kerangka horizontal
tidak dapat diukur langsung dengan alat ukur jarak.
Penggunaan metoda pengikatan kemuka ini memerlukan minimal dua titik tetap yang
telah diketahui koordinatnya. Penentuan Koordinat suatu titik ada 2 yaitu :
- Pengikat Kemuka : Didasarkan pada sudut titik yang diketahui
- Pengikat Kebelakang : Didasarkan pada sudut titik yang tidak diketahui
Koordinat titik P dapat ditentukan dari koordinat titik A (XA, YA) dan koordinat titik
B (XB, YB) dengan cara mengukur langsung di lapangan sudut-sudut pada kedua titik tetap
tersebut.
Titik titik tersebut adalah β1( <PAB) dan β2( <ABP)
Koordinat titik P ditentukan dari titik A (XA, YA)
Koordinat titik P ditentukan dari titik B (XB, YB)
XP1 = XA + dAP Sin AP
YP1 = YA + dAP CosAP
XP2 = XB + dBP Sin BP
YP2= YB + dBP Cos B
Page 32
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Penentuan jarak antar titik digunakan persamaan :
Koordinat definitive titik P adalah harga rerata kedua hasil hitungan diatas :
X P=X P 1+X P 2
2
Page 33
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
4.2.1 Tahapan Pelaksanaan
a. Tentukan lokasi tempat pengukuran
b. Tentukan 2 buah titik referensi yang akan digunakan sebagai titik dasar
pengukuran
c. Ukur panjang kedua titik tersebut
d. Letakan alat theodolite pada salah satu titik dasar kemudian setting alat sehingga
dapat digunakan untuk pengukuran
e. Tentukan arah utara alat pada sudut 0o0’0”
f. Pilih target pertama pada titik dasar kedua, kemudian baca sudut horizontal dengan
bacaan seri rangkap
g. Kemudian arahkan alat ke target pada suatu titik sasaran yang akan kita tentukan
posisinya dan baca sudut horizontalnya
h. Kemudian ulangi langkah f dan g
i. Selanjutnya lakukan perhitungan sesuai dengan teori dasar
4.3 Tahapan Pengolahan Data
o ' "V1 55 11 56 -V2 93 27 11 -V(90°) 1588Jarak
Bacaan Sudut VertikalBacaan Benang TengahTarget
24 m
Y P=Y P 1+Y P 2
2
Page 34
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Diketahui :
d = 50 m
α 1=0
α 2 = 55° 11’ 56” = 55.19889
α 3 = 93° 27’ 11” = 93.45306
Ditanya: H tebing……?
Penyelesaian:
Vb=Arctan( Tinggi alat
d¿ 180
Vb= Arctan( 158824
¿ 180
= 3.785552761
Va = α 3- α 2 – Vb
= 34.46861391
H1 = Tan(Va*PI()/180)D
=Tan(34.46861391*PI()/180) 24
=16.47539327 m
Htotal = H1 + tinggi rambu
= 16.47539327 + 1588
=18.06339327 m
Page 35
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
4.4 Tabel dan Gambar
Hari/Tanggal : Sabtu / 16 Mei 2015Lokasi : Fakultas Teknik,Universitas RiauWaktu : 08.00 – 17.00 WIB
DATA PENGUKURAN TOPOGRAFI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALLABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
o ' ''VI 55 11 56 55.19889V2 93 27 11 93.45306TINGGI RAMBU 1.588d 24
vb 3.785552761va 34.46861391H1 16.47539327Htotal 18.06339327
jarak X Yα 1 0 0 1000 1000α 2 55.19888889 29.1108 1023.904 1016.614α 3 93.45305556 24.05248 1024.009 998.5513
1000 1000
koordinat
Page 36
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB VPotongan Melintang dan Memanjang
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya
dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang
maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih
jelas terlihat.
Pengukuran profil memanjang dan melintang dilakukan pada proyek pengukuran untuk
jalan raya, aluran irigasi, jaringan transmisi tegangan tinggi dan lain-lain.
5.1 Potongan Memanjang
5.1.1 Peralatan
1 set Waterpass 1 set meteran 1 set alat tulis
5.1.2 Teori Dasar
Page 37
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Tujuan pengukuran profil memanjang adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik
sepanjang garis rencana proyek, sehingga dapat digambarkan irisan tegak keadaan permukaan
tanah sepanjang garis rencana proyek tersebut. Jadi, profil adalah irisan tegak permukaan
bumi.
Untuk menggambarkan profil memanjang dari suatu rencana proyek diperlukan
ketinggian dan jarak mendatar antara titik-titik tersebut. Ketinggian dihitung dari beda tinggi
titik-titik tersebut dari titik datumnya (titik referensi hitungan). Sedangkan jarak mendatarnya
diambil untuk setiap jarak-jarak tertentu, misalnya diukur dengan pita ukur kemudian ditandai
dengan patok, atau berpedoman kepada tali yang sudah diberi tanda setiap jarak-jarak
tertentu , kemudian direntang disepanjang garis rencana proyek.
Penampang memanjang adalah irisan tegak pada lapangan dengan mengukur jarak dan
beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Profil memanjang digunakan untuk melakukan
pengukuran yang jaraknya jauh, sehingga dikerjakan secara bertahap beberapa kali. Karena
panjangnya sangat besar, skala vertical yang digunakan dibuat berbeda dengan
skala horisontalnya. Cara pengukuran penampang memanjang sama dengan cara pengukuran
secara berantai. Penampang memanjang digunakan untuk pekerjaan membuat trase-trase jalan
kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum dll.
Tahapan Pelaksanaan
Pada pengambilan data dilapangan, dilaksanakan tahapan pelaksanaan berikut :
a. Siapkan peralatan dan keperluan pengukuran
b. Tentukan daerah yang akan diukur (orientasi medan)
c. Tentukan titik-titik sepanjang garis rencana proyek dengan jarak 10m
(misal titik A sampai G)
d. Dirikan alat diantara titik tersebut (misal : alat diantara A-B, B-C dst) lalu sentring alat
e. Baca benang diafragma rambu A kemudian putar alat dan baca rambu B
f. Pembacaan diafragma juga dilakukan setiap kelipatan 2 meter dan titik ekstrim,
lakukan hal yang sama untuk semua slag
g. Pengukuran dilakukan pulang-pergi
Page 38
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
h. Ukur tinggi alat
5.1.3 Tahapan Pengolahan Data
- Beda Tinggi
∆h = (BT−MT )
1000
∆h0+000 = (BT−MT )
1000 =
(1430−1430)1000
= 0 m
-Elevasi
HB = HA + ∆ hAB
HA (asumsi) = 35
H0+000 = HA + (BT−MT )
1000
Page 39
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
= 35 + (1465−1430)1000
= 35.035 m
5.1.4 Tabel dan Gambar
Page 40
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Lokasi : Fakultas Teknik,Universitas RiauHari/Tanggal: minggu/17 mei 2015
BELAKANG MUKATENGAH TENGAH y z
-10 35STA 0+000 Cl 1465 1430 0 350.35 35.035STA 0+020 Cl 1485 1325 0 351.95 35.195STA 0+040 Cl 1455 1060 0 356.65 35.665STA 0+060 Cl 1500 1425 0 356.65 35.665STA 0+080 Cl 1525 1410 0 357.8 35.78STA 0+100 Cl 1145 1490 0 354.35 35.435STA 0+120 Cl 1135 1390 0 351.8 35.18STA 0+140 Cl 1300 1330 0 351.5 35.15STA 0+160 Cl 1490 1720 0 349.2 34.92STA 0+180 Cl 1500 1590 0 348.3 34.83STA 0+200 Cl 1360 1325 0 348.65 34.865STA 0+220 Cl 1200 1210 0 348.55 34.855STA 0+240 Cl 1725 1680 0 349.65 34.965STA 0+260 Cl 1765 1830 0 348.35 34.835STA 0+280 Cl 1520 1385 0 349.7 34.97STA 0+300 Cl 1380 1380 0 349.7 34.97STA 0+320 Cl 1435 1460 0 349.45 34.945STA 0+340 Cl 1320 1345 0 349.2 34.92STA 0+360 Cl 1345 1300 0 349.65 34.965STA 0+380 Cl 1300 1225 0 350.4 35.04STA 0+400 Cl 1810 1510 0 353.4 35.34STA 0+420 Cl 1510 1465 0 353.85 35.385STA 0+440 Cl 1465 1385 0 354.65 35.465STA 0+460 Cl 1385 1230 0 356.2 35.62STA 0+480 Cl 1420 1420 0 356.2 35.62STA 0+500 Cl 1420 1449 0 355.91 35.591STA 0+520 Cl 1449 1300 0 357.4 35.74STA 0+540 Cl 1405 1448 0 356.97 35.697STA 0+560 Cl 1448 1380 0 357.65 35.765STA 0+580 Cl 1380 1300 0 358.45 35.845STA 0+600 Cl 1180 1260 0 357.65 35.765STA 0+620 Cl 1260 1465 0 355.6 35.56STA 0+640 Cl 1465 1435 0 355.9 35.59STA 0+660 Cl 1430 1540 0 354.8 35.48STA 0+680 Cl 1290 1318 0 354.52 35.452
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALLABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
Long Section
STA TITIK JARAK Koordinat
5.2 Profil Melintang
5.2.1 Peralatan
Page 41
Profil MemanjangProfil Melintang
D4C4B4A4
B10A7A
A1
A2
A3A10A9A8
B1
B2
B3B9B8B7B C9C8C7C
C1
C2
C3DC10
D1
D2
D3
A5
A6 B6
B5 C5
C6
D5
D6
Jarak optis
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
1 set Waterpass
1 set meteran
1 set alat tulis
5.2.2 Teori Dasar
Profil melintang adalah potongan/penampang melintang dari suatu areal pengukuran
tanah arah melintang dari suatu areal pengukuran tanah arah melintang yang memperlihatkan
jarak dan elevansi tertentu.Pengukuran profil melintang alat ditempatkan diatas setiap profil
memanjang yang telah dihitung ketinggian dan jarak antara titik ke titk . setiap pengukuran
harus diambil siku terhadap profil memanjang yang diarahkan kekiri dan kekanan dengan
jarak sesui kebutuhan.
Profil melintang juga untuk menentukan ketinggian titik-titik (profil permukaan tanah)
sepanjang garis tegak lurus terhadap garis rencana proyek atau sepanjang garis yang membagi
sama besar sudut antara dua sub garis rencana proyek yang berpotongan. Dalam pelaksanaan
pengukuran, biasanya profil melintang diukur sejalan dengan profil memanjang.
Yang diukur pada profil melintang adalah ketinggian titik-titik detail untuk tiap jarak
tertentu sepanjang garis pofil melintang, misalnya setiap titik pada jarak 2 meter sepanjang
garis profil melintang tersebut.
Pengukuran sipat datar mempunyai prinsip seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
Beda tinggi didapat dari selisih nilai tinggi alat dengan nilai benang tengah.
Gambar 5.1 Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Page 42
Tinggi
Alat
Benang atas
Benang tengah
Benang bawah
Gambar 5.2 Prinsip Sipat Datar
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Dimana : h = Beda tinggi (m)
BT = Benang tengah (mm)
TA = Tinggi alat (mm)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sifat datar :
a. Jika ditemui jarak antar 2 titik (A-B) berjauhan, maka sebaiknya pengukuran dibagi
menjadi beberapa seksi pengukuran yang ditandai dengan patok-patok.
b. Sebelum menggunakan alat Waterpass periksalah dahulu kesalahan garis bidik alat
dimana harga koreksinya adalah rata-rata dari pemeriksaan kesalahan garis bidik
sebelum dan sesudah pengukuran setiap harinya.
h = 0,001*(TA – BT)
A
B
Page 43
A
iB
bt
h
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
c. Lakukan pengukuran untuk setiap slag genap untuk tiap seksi pengukuran, dan
pindahkan rambu secara selang seling agar kesalahan nol rambu dapat tereliminir
langsung.
d. Letakkan Waterpass sedemikian rupa, sehingga jarak alat ke rambu depan sama
dengan jarak alat ke rambu belakang.
e. Dirikan Waterpass pada tanah yang stabil/keras.
f. Sebelum pengukuran, gelembung nivo tabung harus berada tepat ditengah lingkaran.
g. Dahulukan pembacaan rambu belakang, lalu baru muka.
h. Pembacaan skala rambu sebaiknya dimulai dari pembacaan benang tengah, atas
kemudian bawah
Cara Penentuan Beda Tinggi dengan Alat Sipat Datar
1. Menempatkan alat di atas salah satu titik yang akan ditentukan tingginya.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Beda tinggi antara A dan B adalah :
Dimana : i = Tinggi alat Waterpass (mm)
T = Bacaan benang tengah (mm)
hAB = (i – bt)/1000
Gambar 5.3 Alat Sipat Datar di atas Salah Satu Titik
Page 44
B
bt
A
mt
h
mt1 mt2
B
h
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
hAB = Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)
2. Menempatkan alat sipat datar di antara dua titik yang akan ditentukan beda tingginya.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Beda tinggi adalah :
Dimana :
bt = Bacaan benang tengah rambu belakang (mm)
Mt = Bacaan benang tengah rambu muka (mm)
hAB = Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)
3. Menempatkan alat di luar kedua titik yang akan dihitung beda tingginya.
Teknik ini dilakukan apabila terdapat kendala penempatan alat di antara kedua titik
tersebut.
Gambar 5.4 Alat Sipat Datar Diantara Dua Titik
hAB = (bt – mt)/1000
Page 45
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Beda tingginya adalah :
Dimana : mt1 = Bacaan benang tengah rambu A (mm)
mt2 = Bacaan benang tengah rambu B (mm)
hAB = Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)
Tahapan Pelaksanaan
Pada pengambilan data dilapangan, dilaksanakan tahapan pelaksanaan berikut :
a. Siapkan peralatan dan keperluan pengukuran.
b. Tentukan daerah yang akan diukur (orientasi medan).
c. Dirikan alat pada titik sepanjang garis rencana proyek lalu sentring alat.
d. Nolkan sudut horizontal ketitik berikutnya (titik B), putar alat sejauh 90o (sisi kanan)
lakukan pembacaan benang diafragma setiap kelipatan 2 meter dan titik ekstrim.
e. Putar alat sebesar 180o dari sisi kanan (hingga 270o dari titik B), lakukan pembacaan
benang diafragma setiap kelipatan 2 meter dan titik ekstrim.
f. Lakukan hal yang sama untuk titik berikutnya.
g. Apabila antara garis rencana proyek membentuk sudut, maka profil untuk pengukuran
profil melintang sudut tersebut dibagi dua.
h. Ukur tinggi alat.
hAB = (mt1 – mt2)/1000
Page 46
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Perhitungan
Hitung jarak optis dengan rumus :
Dimana: ba = Bacaan benang atas (mm)
bb = Bacaan benang bawah (mm)
V
D
=
=
Sudut vertical
Jarak optis
(o)
(m)
Karena Waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90), sehingga sin2V selalu
bernilai satu, sehingga persamaan diatas berubah menjadi :
Penentuan jarak optis ini dapat juga digunakan untuk mengontrol benar atau tidaknya
pembacaan benang diafragma.
Hitung beda tinggi dengan persamaan :
Dimana: ∆h = Beda tinggi (mm)
Ba = Bacaan benang atas (mm)
bt
bb
=
=
Bacaan benang tengah
Bacaan benang bawah
(mm)
(m)
d = 0,1 (ba - bb) sin2 V
d = 0,1 (ba - bb)
∆h = 0,05 (ba - bb) sin 2V + (i – bt)/1000
Page 47
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
V
i
=
=
Sudut vertical
Tinggi alat
(o)
(m)
Karena alat Waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90) sehingga sin2V bernilai
nol, maka persamaan di atas menjadi :
Apabila beda tinggi yang diperoleh bernilai negatif, berarti titik dimana alat berdiri
lebih tinggi dari titik target. Dan apabila yang diperoleh bernilai positif, berarti titik target
yang lebih tinggi.
Hitung elevasi/ketinggian (h) masing-masing titik pengukuran.
Dimana: HA = Elevasi titik acuan (m)
∆hAB = Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)
HB = Elevasi titik target (m)
5.2.3 Tahapan Pengolahan Data
∆h = (i – bt)/1000
HB = HA + ∆hAB
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggi
-10 35STA 0+000
G 1430 -5 -10.5 0 35.035F 1350 0 -5.5 0.08 35.115E 2005 -0.6 -5.5 -0.575 34.46D 2005 0 -4.9 -0.575 34.46C 1348 -1.35 -4.9 0.082 35.117B 1425 -1.25 -3.55 0.005 35.04A 1439 -2.3 -2.3 -0.009 35.026Cl 1465 1430 0 0 0 35.0351 1500 2.3 2.3 -0.07 34.9652 1500 1.7 4 -0.07 34.9653 1350 1.3 5.3 0.08 35.115
STA TITIK JARAK
Page 48
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Berdasarkan data diatas maka dapat kita hitung potongan memanjang dan melintang :
1. Potongan Melintang
Beda Tinggi :
∆ h= (BT−MT )1000
∆hCL = (BT−MT )
1000 =
(1430−1430)1000
= 0 m
∆hg = (BT−MT )
1000 =
(1430−1430)1000
= 0 m
∆hf = (BT−MT )1000
= (1430−1350)1000
= 0.08 m
∆he = (BT−MT )
1000 =
(1430−2005)1000
= -0.575 m
∆hd = (BT−MT )
1000 =
(1430−2005)1000
= -0.575 m
∆hc = (BT−MT )1000
= (1430−1348)1000
= 0.082 m
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggi
-10 35STA 0+000
G 1430 -5 -10.5 0 35.035F 1350 0 -5.5 0.08 35.115E 2005 -0.6 -5.5 -0.575 34.46D 2005 0 -4.9 -0.575 34.46C 1348 -1.35 -4.9 0.082 35.117B 1425 -1.25 -3.55 0.005 35.04A 1439 -2.3 -2.3 -0.009 35.026Cl 1465 1430 0 0 0 35.0351 1500 2.3 2.3 -0.07 34.9652 1500 1.7 4 -0.07 34.9653 1350 1.3 5.3 0.08 35.115
STA TITIK JARAK
Page 49
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
∆hb = (BT−MT )1000
= (1430−1425)1000
= 0.005 m
∆ha = (BT−MT )
1000 =
(1430−1439)1000
= -0.009 m
∆h1 = (BT−MT )
1000 =
(1430−1500)1000
= -0.070 m
∆h2 = (BT−MT )
1000 =
(1430−1500)1000
= -0.070m
∆h3 = (BT−MT )1000
= (1430−1350)1000
= 0.08m
∆h4 = (BT−MT )1000
= (1430−1995)1000
= -0.565 m
∆h5 = (BT−MT )
1000 =
(1430−1990)1000
= -0.560 m
∆h6 = (BT−MT )
1000 =
(1430−1285)1000
= 0.145m
∆h7 = (BT−MT )1000
= (1430−1440)1000
= -0.01 m
Elevasi
HB = HA + ∆ hAB
HA = 35 m
HCL = HA + ∆ h0-010
= 35 – (1430−1465)
1000
= 35.035 m
Page 50
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Ha = HCL + ∆ ha
= 35.035 +(-0.009)
= 35.026 m
Hb = HCL + ∆ hb
= 35.035 + 0.005
= 35.04 m
Hc = HCL + ∆ hb
= 35.035 + 0.082
= 34.953 m
Hd = HCL + ∆ hb
= 35.035 – 0.575
= 34.46 m
He = HCL + ∆ hb
= 35.035 – 0.575
= 34.46 m
Hf = HCL + ∆ hb
= 35.035 m+0.08
= 35.115 m
Hg = HCL + ∆ hb
= 35.035 +0
= 35.035 m
H1 = HCL + ∆ h1
= 35.035 – 0.07
= 34.965 m
H2 = HCL + ∆ h1
= 35.035 – 0.07
= 34.965 m
Page 51
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
H3 = HCL + ∆ h2
= 35.035 + 0.08
= 35.115 m
H4 = HCL + ∆ h2
= 35.035 – 0.565
= 34.47 m
H5 = HCL + ∆ h2
= 35.035 m– 0.56
= 34.475 m
H6 = HCL + ∆ h2
= 35.035 m+ 0.145
= 35.18 m
H7 = HCL + ∆ h2
= 35.035 m– 0.01
= 35.025 m
Page 52
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
5.2.4 Tabel dan Gambar
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 53
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Hari/Tanggal: Minggu/17 Mei 2015Lokasi: Fakultas Teknik, Universitas Riau
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggi
-10 35STA 0+000
G 1430 -5 -10.5 0 35.035F 1350 0 -5.5 0.08 35.115E 2005 -0.6 -5.5 -0.575 34.46D 2005 0 -4.9 -0.575 34.46C 1348 -1.35 -4.9 0.082 35.117B 1425 -1.25 -3.55 0.005 35.04A 1439 -2.3 -2.3 -0.009 35.026Cl 1465 1430 0 0 0 35.0351 1500 2.3 2.3 -0.07 34.9652 1500 1.7 4 -0.07 34.9653 1350 1.3 5.3 0.08 35.1154 1995 0 5.3 -0.565 34.475 1990 0.7 6 -0.56 34.4756 1285 0 6 0.145 35.187 1440 5 11 -0.01 35.025
STA 0+020G 1385 -5 -10 -0.06 35.135F 1265 0 -5 0.06 35.255E 1880 -0.6 -5 -0.555 34.64D 1940 0 -4.4 -0.615 34.58C 1250 -1.3 -4.4 0.075 35.27B 1260 -1.1 -3.1 0.065 35.26A 1345 -2 -2 -0.02 35.175Cl 1485 1325 0 0 0 35.1951 1390 2 2 -0.065 35.132 1330 1.5 3.5 -0.005 35.193 1150 1.2 4.7 0.175 35.374 1840 0 4.7 -0.515 34.685 1800 0.7 5.4 -0.475 34.726 1055 0 5.4 0.27 35.4657 1325 4 9.4 0 35.1958 1110 1.5 10.9 0.215 35.419 1415 1.5 12.4 -0.09 35.105
10 1395 2 14.4 -0.07 35.125
STA TITIK JARAK
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 54
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
STA 0+040G 1185 -5 -10.25 -0.125 35.465F 980 0 -5.25 0.08 35.67E 1675 -0.65 -5.25 -0.615 34.975D 1680 0 -4.6 -0.62 34.97C 970 -1.3 -4.6 0.09 35.68B 980 -1.3 -3.3 0.08 35.67A 1085 -2 -2 -0.025 35.565Cl 1455 1060 0 0 0 35.591 1210 2 2 -0.15 35.442 1155 1.1 3.1 -0.095 35.4953 1000 1.4 4.5 0.06 35.654 1780 0 4.5 -0.72 34.875 1800 0.6 5.1 -0.74 34.856 975 0 5.1 0.085 35.6757 900 5 10.1 0.16 35.75
STA 0+060G 1250 -2 -7.23 0.175 35.84
F 1335 0 -5.23 0.09 35.755E 2045 -0.6 -5.23 -0.62 35.045D 2075 0 -4.63 -0.65 35.015C 1365 -1.3 -4.63 0.06 35.725B 1340 -1.3 -3.33 0.085 35.75A 1465 -2.03 -2.03 -0.04 35.625Cl 1500 1425 0 0 0 35.6651 1380 2.03 2.03 0.045 35.712 1345 1 3.03 0.08 35.7453 1350 1.1 4.13 0.075 35.744 1860 0 4.13 -0.435 35.235 1680 0.96 5.09 -0.255 35.416 1345 0 5.09 0.08 35.7457 1110 2 7.09 0.315 35.98
STA 0+080G 1255 -2 -7.7 0.155 35.935F 1330 0 -5.7 0.08 35.86E 2070 -0.8 -5.7 -0.66 35.12D 2065 0 -4.9 -0.655 35.125C 1330 -1.2 -4.9 0.08 35.86B 1410 -1.4 -3.7 0 35.78A 1440 -2.3 -2.3 -0.03 35.75Cl 1525 1410 0 0 0 35.781 1495 2.3 2.3 -0.085 35.6952 1390 1.1 3.4 0.02 35.83 1300 1.2 4.6 0.11 35.894 1945 0 4.6 -0.535 35.2455 2020 0.98 5.58 -0.61 35.176 1290 0 5.58 0.12 35.97 1360 2 7.58 0.05 35.83
-10 -8
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
Page 55
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
STA 0+100G 1420 -2 -7.6 0.07 35.505F 1380 0 -5.6 0.11 35.545E 2190 -0.82 -5.6 -0.7 34.735D 2195 0 -4.78 -0.705 34.73C 1365 -1.3 -4.78 0.125 35.56B 1370 -1.4 -3.48 0.12 35.555A 1490 -2.08 -2.08 0 35.435Cl 1145 1490 0 0 0 35.4351 1530 2.08 2.08 -0.04 35.3952 1580 1.1 3.18 -0.09 35.3453 1435 1.1 4.28 0.055 35.494 2145 0 4.28 -0.655 34.785 2150 0.76 5.04 -0.66 34.7756 1430 0 5.04 0.06 35.4957 1540 2 7.04 -0.05 35.385
STA 0+120G 1420 -2 -7.39 -0.03 35.15F 1320 0 -5.39 0.07 35.25E 2030 -0.7 -5.39 -0.64 34.54D 2040 0 -4.69 -0.65 34.53C 1300 -1.24 -4.69 0.09 35.27B 1380 -1.3 -3.45 0.01 35.19A 1395 -2.15 -2.15 -0.005 35.175Cl 1135 1390 0 0 0 35.181 1450 2.15 2.15 -0.06 35.122 1535 3 5.15 -0.145 35.0353 1515 3 8.15 -0.125 35.0554 1470 3 11.15 -0.08 35.1
STA 0+140G 1445 -2 -7.55 -0.115 35.035F 1345 0 -5.55 -0.015 35.135E 1940 -0.9 -5.55 -0.61 34.54D 2020 0 -4.65 -0.69 34.46C 1310 -1.2 -4.65 0.02 35.17B 1335 -1.4 -3.45 -0.005 35.145A 1340 -2.05 -2.05 -0.01 35.14Cl 1300 1330 0 0 0 35.151 1370 2.05 2.05 -0.04 35.112 1450 3 5.05 -0.12 35.033 1525 3 8.05 -0.195 34.9554 1500 3 11.05 -0.17 34.98
-10 -
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 56
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
STA 0+160G 1445 -2 -7 0.275 35.195F 1495 0 -5 0.225 35.145E 2140 -0.7 -5 -0.42 34.5D 1975 0 -4.3 -0.255 34.665C 1645 -1.7 -4.3 0.075 34.995B 1690 -0.6 -2.6 0.03 34.95A 1725 -2 -2 -0.005 34.915Cl 1490 1720 0 0 0 34.921 1710 2 2 0.01 34.932 1745 3 5 -0.025 34.8953 1780 3 8 -0.06 34.864 1800 3 11 -0.08 34.84
STA 0+180F 1370 -2 -6.6 0.22 35.05E 1490 0 -4.6 0.1 34.93D 2110 -0.9 -4.6 -0.52 34.31C 2110 0 -3.7 -0.52 34.31B 1490 -1.2 -3.7 0.1 34.93A 1620 -2.5 -2.5 -0.03 34.8Cl 1500 1590 0 0 0 34.831 1620 2.5 2.5 -0.03 34.82 1670 2 4.5 -0.08 34.753 1950 0 4.5 -0.36 34.474 1950 0.9 5.4 -0.36 34.475 1670 0 5.4 -0.08 34.756 1685 2 7.4 -0.095 34.735
STA 0+200F 1230 -2 -6.3 0.095 34.96E 1290 0 -4.3 0.035 34.9D 1670 -0.9 -4.3 -0.345 34.52C 1670 0 -3.4 -0.345 34.52B 1290 -0.9 -3.4 0.035 34.9A 1300 -2.5 -2.5 0.025 34.89Cl 1360 1325 0 0 0 34.8651 1420 2.5 2.5 -0.095 34.772 1530 3 5.5 -0.205 34.663 1520 3 8.5 -0.195 34.674 1530 3 11.5 -0.205 34.66
-10
-10DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 57
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
STA 0+220G 860 -2 -6.1 0.35 35.205F 975 0 -4.1 0.235 35.09E 1465 -0.9 -4.1 -0.255 34.6D 1465 0 -3.2 -0.255 34.6C 975 0 -3.2 0.235 35.09B 980 -0.7 -3.2 0.23 35.085A 1200 -2.5 -2.5 0.01 34.865Cl 1200 1210 0 0 0 34.8551 1350 2.5 2.5 -0.14 34.7152 1390 3 5.5 -0.18 34.6753 1858 3 8.5 -0.648 34.207
STA 0+240C 1185 -3 -8.5 0.495 35.395B 1350 -3 -5.5 0.33 35.23A 1615 -2.5 -2.5 0.065 34.965Cl 1725 1680 0 0 0 34.91 1765 2.5 2.5 -0.085 34.8152 1965 3 5.5 -0.285 34.615
STA 0+260H 1345 -3 -10 0.485 35.32G 1500 -3 -7 0.33 35.165F 1700 0 -4 0.13 34.965E 2005 -0.9 -4 -0.175 34.66D 2005 0 -3.1 -0.175 34.66C 1700 0 -3.1 0.13 34.965B 1580 -0.6 -3.1 0.25 35.085A 1820 -2.5 -2.5 0.01 34.845Cl 1765 1830 0 0 0 34.8351 1880 2.5 2.5 -0.05 34.7852 1960 3 5.5 -0.13 34.705
STA 0+280G 1420 -3 -10 -0.035 34.935F 1420 -3 -7 -0.035 34.935E 1415 0 -4 -0.03 34.94D 1840 -0.9 -4 -0.455 34.515C 1840 0 -3.1 -0.455 34.515B 1415 -0.6 -3.1 -0.03 34.94A 1415 -2.5 -2.5 -0.03 34.94Cl 1520 1385 0 0 0 34.971 1470 2.5 2.5 -0.085 34.8852 1735 3 5.5 -0.35 34.623 1740 3 8.5 -0.355 34.615 -15 -10
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 58
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
STA 0+300D 1670 -3 -11.5 -0.29 34.68C 1610 -3 -8.5 -0.23 34.74B 1630 -3 -5.5 -0.25 34.72A 1360 -2.5 -2.5 0.02 34.99Cl 1380 1380 0 0 0 34.971 1430 2.5 2.5 -0.05 34.922 1550 3 5.5 -0.17 34.83 1560 3 8.5 -0.18 34.79
STA 0+320C 1485 -3 -9.5 -0.025 34.92B 1500 -3 -6.5 -0.04 34.905A 1525 -3.5 -3.5 -0.065 34.88Cl 1435 1460 0 0 0 34.9451 1485 3.5 3.5 -0.025 34.922 1550 3 6.5 -0.09 34.8553 1540 3 9.5 -0.08 34.865
STA 0+340C 1580 -3 -9.5 -0.235 34.685B 1550 -3 -6.5 -0.205 34.715A 1400 -3.5 -3.5 -0.055 34.865Cl 1320 1345 0 0 0 34.921 1440 3.5 3.5 -0.095 34.8252 1570 3 6.5 -0.225 34.6953 1570 3 9.5 -0.225 34.695
STA 0+360C 1545 -3 -8.75 -0.245 34.72B 1555 -3 -5.75 -0.255 34.71A 1310 -2.75 -2.75 -0.01 34.955Cl 1345 1300 0 0 0 34.9651 1340 2.75 2.75 -0.04 34.9252 1535 3 5.75 -0.235 34.733 1500 3 8.75 -0.2 34.765
STA 0+380C 1300 -3 -8.75 -0.075 34.965B 1320 -3 -5.75 -0.095 34.945A 1260 -2.75 -2.75 -0.035 35.005Cl 1300 1225 0 0 0 35.041 1250 2.75 2.75 -0.025 35.0152 1300 3 5.75 -0.075 34.9653 1240 3 8.75 -0.015 35.025
STA 0+400C 1435 -3 -8.75 0.075 35.415B 1455 -3 -5.75 0.055 35.395A 1490 -2.75 -2.75 0.02 35.36Cl 1810 1510 0 0 0 35.341 1520 2.75 2.75 -0.01 35.332 1510 3 5.75 0 35.343 1480 3 8.75 0.03 35.37
STA 0+420C 1700 -3 -8.75 -0.235 35.15B 1600 -3 -5.75 -0.135 35.25A 1505 -2.75 -2.75 -0.04 35.345Cl 1510 1465 0 0 0 35.3851 1480 2.75 2.75 -0.015 35.372 1630 3 5.75 -0.165 35.223 1605 3 8.75 -0.14 35.245 -10
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
Page 59
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
STA 0+440C 1250 -3 -8.75 0.135 35.6B 1285 -3 -5.75 0.1 35.565A 1335 -2.75 -2.75 0.05 35.515Cl 1465 1385 0 0 0 35.4651 1440 2.75 2.75 -0.055 35.412 1480 3 5.75 -0.095 35.373 1520 3 8.75 -0.135 35.33
STA 0+460B 1165 -3 -5.75 0.065 35.685A 1200 -2.75 -2.75 0.03 35.65Cl 1385 1230 0 0 0 35.621 1230 2.75 2.75 0 35.622 1190 3 5.75 0.04 35.66
STA 0+480B 1325 -3 -5.75 0.095 35.715A 1380 -2.75 -2.75 0.04 35.66Cl 1420 1420 0 0 0 35.621 1445 2.75 2.75 -0.025 35.5952 1640 3 5.75 -0.22 35.4
STA 0+500B 1550 -3 -5.5 -0.101 35.49A 1465 -2.5 -2.5 -0.016 35.575Cl 1420 1449 0 0 0 35.5911 1508 2.5 2.5 -0.059 35.5322 1532 3 5.5 -0.083 35.508
STA 0+520B 1345 -3 -5.5 -0.045 35.695A 1385 -2.5 -2.5 -0.085 35.655Cl 1449 1300 0 0 0 35.741 1328 2.5 2.5 -0.028 35.7122 942 3 5.5 0.358 36.098
-8 -6
-8 -6
-8 -6
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
Page 60
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
DATA PENGUKURAN LEVELING
STA 0+540B 1590 -3 -5.5 -0.142 35.555A 1500 -2.5 -2.5 -0.052 35.645Cl 1405 1448 0 0 0 35.6971 1535 2.5 2.5 -0.087 35.612 1595 3 5.5 -0.147 35.55
STA 0+560B 1538 -3 -5.5 -0.158 35.607A 1428 -2.5 -2.5 -0.048 35.717Cl 1448 1380 0 0 0 35.7651 1445 2.5 2.5 -0.065 35.72 1490 3 5.5 -0.11 35.655
STA 0+580C 1560 -3 -8.5 -0.26 35.585B 1540 -3 -5.5 -0.24 35.605A 1360 -2.5 -2.5 -0.06 35.785Cl 1380 1300 0 0 0 35.8451 1355 2.5 2.5 -0.055 35.792 1365 3 5.5 -0.065 35.783 1295 3 8.5 0.005 35.85
STA 0+600C 1548 -3 -8.5 -0.288 35.477B 1500 -3 -5.5 -0.24 35.525A 1378 -2.5 -2.5 -0.118 35.647Cl 1180 1260 0 0 0 35.7651 1272 2.5 2.5 -0.012 35.7532 1310 3 5.5 -0.05 35.7153 1235 3 8.5 0.025 35.79
STA 0+620C 1535 -3 -8.5 -0.07 35.49B 1478 -3 -5.5 -0.013 35.547A 1455 -2.5 -2.5 0.01 35.57Cl 1260 1465 0 0 0 35.561 1430 2.5 2.5 0.035 35.5952 1575 3 5.5 -0.11 35.453 1535 3 8.5 -0.07 35.49
STA 0+640C 1560 -3 -8.5 -0.125 35.465B 1510 -3 -5.5 -0.075 35.515A 1462 -2.5 -2.5 -0.027 35.563Cl 1465 1435 0 0 0 35.591 1450 2.5 2.5 -0.015 35.5752 1450 3 5.5 -0.015 35.5753 1468 3 8.5 -0.033 35.557
STA 0+660C 1550 -3 -8.5 -0.01 35.47B 1510 -3 -5.5 0.03 35.51A 1490 -2.5 -2.5 0.05 35.53Cl 1430 1540 0 0 0 35.481 1370 2.5 2.5 0.17 35.652 1390 3 5.5 0.15 35.63
STA 0+680B 1447 -3 -5.5 -0.129 35.323A 1342 -2.5 -2.5 -0.024 35.428Cl 1290 1318 0 0 0 35.4521 1400 2.5 2.5 -0.082 35.372 1309 3 5.5 0.009 35.461
-10
-8 -6
BELAKANG MUKA Jarak Kumulatif beda elevasi keteranganTENGAH TENGAH (m) tinggiSTA TITIK JARAK
-15
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Sp, Pekanbaru 28293, Telp. 0761-66596, Fax. 0761-66595, http://eng.unri.ac.id
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
Page 61
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
BAB VIPEMETAAN SITUASI
6.1 Peralatan 1 set Theodolite
1 set meteran
1 set alat tulis
6.2 Teori Dasar
Pada objek ini tujuan yang utama adalah penyajian gambar dalam bentuk peta dengan
menggunakan aplikasi suatu dasar-dasar teritris yaitu pemetaan situasi dan detail. Pemetaan
situasi suatu daerah mencakup penyajian bentuk dalam dimensi horizontal dan vertikal secara
bersama-sama dalam suatu gambar peta. Maksud dari pengukuran ini adalah memindahkan
gambaran dari pemukaan bumi kedalam suatu bidang gambar (kertas gambar). Detail-detail
situasi yang perlu diamati adalah :
1. Unsur-unsur buatan alam
Garis pantai, danau dan batas rawa, batas-batas tebing atau jerarn, batas hutan.
2. Unsur-unsur buatan manusia
Bangunan, jalan, batas sawah, saluran irigasi, batas kepemilikan tanah
Dalam pengukuran detail situasi, perlu dilakukan pengukuran terhadap beberapa hal,
yaitu :
1. Penentuan titik dasar
Peta situasi ini harus terikat pada sistern kerangka yang telah diketahui sebelumnya
yang berfungsi sebagai acuan.
2. Pengukuran kerangka horizontal (sudut dan jarak)
Umumnya untuk peta yang tidak terlalu besar, dipakai kerangka poligon.
3. Pengukuran beda tinggi
Pengukuran beda tinggi (kerangka vertikal) selalu mengikuti kerangka dasar horizontal
yang telah dibangun terlebih dahulu.
Page 62
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Dalam pemetaan situasi, kerangka dasar vertikal selalu rnengikuti kerangka dasar
horizontal yang telah dibangun sebelumnya. Berikut metoda-metoda pengukuran kerangka
dasar horizontal :
a. Metoda Triangulasi
Merupakan cara untuk menentukan koordinat titik dilapangan dengan cara mengukur
sudut-sudut pada suatu kerangka dasar dengan bentuk berupa rangkaian segitiga yang
mempunyai satu atau lebih titik sentral.
b. Metoda Jaring Segitiga
Penentuan titik di lapangan dengan cara mengukur sudut-sudut dalam jaringan segitiga
yang mempunyai satu titik sentral.
c. Metoda Trilaterasi
Penentuan titik kerangka horizontal yang berbentuk rangkaian segitiga di lapangan
dengan cara mengukur jarak sisi kerangka tersebut.
6.2.1 Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
yang sama. Walaupun garis tersebut mengubungkan antara dua titik, namun bentuk dan
polanya tidak merupakan garis patah-patah. Garis-garis tersebut dihaluskan (smoothing) untuk
membuat kontur menjadi “luwes” atau tidak kaku. Hal ini diperbolehkan pada proses
kartografi.
Sumber : Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Pada pengukuran kontur ada dua metoda yang dapat digunakan, yaitu :
Gambar 6.1 Kontur
Page 63
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
- Metoda Langsung.
Pengukuran kontur dilakukan sejalan dengan pengukuran poligon dan detail situasi.
Dari titik poligon dan detail situasi dapat dihitung beda tinggi karena pada kedua
pengukuran tersebut terdapat bacaan benang, sudut vertikal dan tinggi alat.
- Metoda Tak Langsung
Pembuatan peta kontur dengan metoda tidak langsung dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :
1. Cara Radial.
Umumnya digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah terjal, berlembah
dan berbukit-bukit dan daerah yang banyak bangunannya (daerah pemukiman).
Pelaksanaan pengukurannya pada umumnya menggunakan metoda penentuan beda
tinggi Tachymetri, dengan alat ukurnya adalah Theodolite.
Detail-detail topografi yang diukur adalah titik-titik sepanjang garis radial pada jarak-
jarak tertentu sesuai dengan kebutuhan. Untuk daerah datar tetapi banyak terdapat
bangunan di daerah pemetaan tersebut, maka pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan sipat datar.
2. Cara Profil.
Umum digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada perencanaan jalur jalan raya,
jalan kereta api dan saluran irigasi. Jika kondisi daerahnya relatif berbukit-bukit dan
terjal maka pengukuran ketinggian detail topografi dapat dilakukan dengan metoda
Tachymetri, sedangkan untuk kondisi daerah relatif datar dapat menggunakan metoda
sipat datar.
3. Cara Jalur (Paralel)
Umumnya digunakan pada daerah relatif datar tetapi berhutan lebat. Seringkali terjadi
pada pemetaan situasi topografi dengan cara fotogrametris terdapat daerah yang tertutup
Page 64
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
hutan lebat, sehingga pemetaannya dibantu dengan cara jalur menggunakan pengukuran
teristris.
4. Cara Kotak (Kisi/Grid/Rester)
Umumnya digunakan untuk pemetaan situsi topografi pada daerah yang relatif datar dan
terbuka, dengan luas daerah yang relatif kecil. Ukuran jarak antara kisi-kisi biasanya
antara 5 m sampai 50 m, tergantung pada :
Kondisi relatif tanah
Skala peta
Keperluan teknis
Sifat-sifat Kontur
a. Garis-garis kontur yang saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling
berpotongan
b. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam,
kecuali buatan manusia)
c. Interval kontur sebagai beda harga antara dua kontur yang terdekat
d. Daerah yang datar akan mempunyai kontur yang jarang
e. Daerah yang terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat
f. Kontur tidak akan “masuk” bangunan atau rumah, tetapi mengikuti tepi dari bangunan
tersebut
g. Kontur yang melewati sungai akan membentuk huruf “V” arah pangkalnya, arah naik
h. Kontur yang melewati/memotong jalan yang turun akan membentuk huruf “U”
menghadap ke arah naiknya jalan
i. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan dan
dilanjutkan menjadi satu garis kontur
j. Kontur mempunyai interval tertentu. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol(0),
dan negatif(-).
Page 65
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
6.2.2 Metoda Tachymetry
Dalam metoda ini, jarak ditentukan dengan mengunakan prinsip Trigonometry. Prinsip
ini didukung oleh data yang didapat dari bacaan benang diafragma pada Theodolite. Jarak ini
didapat dengan rumus :
Dimana: d = Jarak (m)
Batas = Bacaan benang atas (mm)
Bbawah = Bacaan benang bawah (mm)
V = Sudut vertikal (o)
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan keperluan pengukuran.
2. Lakukan orientasi terhadap daerah atau medan yang akan diukur, sketsalah secara
kasar untuk membantu dalam penandaan titik dan keteraturan dalam pengukuran.
3. Tentukan titik target yang akan jadi kerangka poligon. Dirikan alat pada titik awal
dengan sempurna (centering alat).
4. Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok belakang) untuk
pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, kemudian nolkan bacaan sudut
horizontalnya lalu catat sudut horizontal ( 0" ) dan vertikal.
5. Arahkan teropong ketitik depannya (patok depan), kernudian baca bacaan benang,
sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
6. Lakukan pengukuran jarak secara manual dengan menggunakan pita ukur (meteran)
yaitu dari titik berdirinya alat ketitik/patok belakang dan ke titik/patok di depannya.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara pulang-pergi. Pada saat pengukuran pita ukur
(meteran) haruslah tegang, lurus dan datar.
d = 0,1 (Batas - Bbawah) sin2V
Page 66
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
7. Pada titik yang sama, ubah posisi alat menjadi luar biasa, kemudian baca bacaan
benangnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
8. Kemudian arahkan lagi teropong ketitik belakang, kemudian baca bacaan benang,
sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
9. Masih pada titik yang sama posisikan alat dalam keadaan biasa, kemudian pada sketsa
yang telah dipersiapkan, rencanakanlah pembidikan yang teratur terhadap objek-objek
alam (unsur-unsur buatan alam, unsur-unsur buatan manusia, dan pada titik-titik
ekstrim) yang akan dipetakan dengan mencantumkan abjad/nomor pada batas-batas
yang telah ditentukan. Usahakan pembidikan tetap teratur searah dengan putaran jarurn
jam, menurut nomor untuk tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan data pada
formulir atau dalam penggambaran.
10. Data-data yang perlu dicatat dan diamati adalah bacaan benang, sudut vertikal dan
sudut horizontal.
11. Untuk tempat atau gedung yang bentuknya teratur, tidak perlu pada semua titik sudut
bangunan dibidik dengan Theodolit, tapi ambil saja data yang diukur dengan
menggunakan alat ukur jarak (rneteran). Ambil data selengkap mungkin.
12. Pindahkan data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada formulir dicatat
dan harus sama atau sesuai dengan data yang dibuat pada sketsa.
13. Ukur tinggi alat dari permukaan tanah.
14. Pindahkan alat ke titik berikutnya (patok depan) kemudian lakukanlah yang sama
seperti langkah-langkah di atas.
6.4 Tahapan Pengolahan Data
Mencari jarak (d)
d=( BA−BB )
10× sin V 2
dP 1= (2140−460 )10
× sin ¿¿¿
= 167.99997 m
Page 67
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Mencari beda tinggi
∆ h= (BA−BB )10
×0.5 × sin2 V + tinggialat1000
−Benang Tengah1000
∆ h P 1= (2140−460 )10
× 0.5× sin 2¿¿
¿0.175747279 m
Mencari Koordinat( x,y,z)
x = dij × sin αij
y = dij ×cos αij
z = Titikawal + Beda tinggi
xP1 = 167.99997 ×sin 244°29’2” = 9848.386
yP1 = 167.99997 ×cos 244°29’2” = 9927.632
zP1 = 35 +0.175747279 = 35.176
Page 68
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uH
ari/
Tang
gal:
Sabt
u/16
Mei
201
5
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
1000
010
000
35
P0P1
714
9013
0011
1089
5046
00
00
00
37.9
9972
60.
2020
6248
510
000.
000
1003
8.00
035
.202
P. K
elom
pok
1714
00P1
514
7013
0011
3089
4938
9224
5092
2450
33.9
9969
10.
2025
2777
610
033.
970
9998
.568
35.2
03P.
Kel
ompo
k 15
P121
4013
0046
089
5827
244
292
244
292
167.
9999
70.
1757
4727
998
48.3
8699
27.6
3235
.176
P1T1
1735
1590
1445
8926
5978
1446
7814
4628
.997
325
0.08
8503
485
1002
8.38
910
005.
907
35.0
89C
LT2
2000
1760
1520
8936
275
5324
7553
2447
.997
667
-0.0
2537
305
1004
6.55
010
011.
701
34.9
75C
LT3
1600
1400
1200
8943
311
56
2911
56
2939
.999
028
0.19
7219
009
1003
6.21
999
83.0
2735
.197
CL
T414
8014
2013
6089
2230
926
5292
652
11.9
9857
20.
1108
8931
1001
1.99
099
99.5
5735
.111
CL
T518
0516
0013
9589
1252
357
459
357
459
40.9
9229
30.
3620
6132
499
98.3
9210
040.
961
35.3
62C
LT6
1490
1415
1340
8912
4016
118
5616
118
5614
.997
157
0.19
1504
527
1000
4.80
499
85.7
9335
.192
Poho
nT7
1700
1455
1210
8912
323
253
5623
253
5648
.990
468
0.62
8367
7599
60.9
2799
70.4
4835
.628
CL
T815
5015
0014
5089
1157
264
95
264
95
9.99
8046
50.
0397
5358
199
90.0
5499
98.9
8135
.040
Tian
g Li
strik
T916
0014
0012
0089
1154
240
436
240
436
39.9
9217
0.55
9595
873
9965
.118
9980
.440
35.5
60C
LT1
017
0015
1013
2089
121
228
2335
228
2335
37.9
9259
70.
4203
2697
899
71.5
9299
74.7
7235
.420
Poho
nT1
115
6014
7513
9089
1215
199
1428
199
1428
16.9
9672
0.16
1098
134
9994
.399
9983
.953
35.1
61Po
hon
T12
1650
1350
1050
8911
5524
34
1724
34
1759
.988
263
0.88
9103
035
9946
.516
9972
.833
35.8
89C
LT1
310
0076
052
089
1157
229
1720
229
1720
47.9
9062
31.
3108
1718
999
63.6
2399
68.6
9836
.311
Rum
ahT1
415
7012
0083
089
122
221
1632
221
1632
73.9
8559
41.
2323
8338
899
51.1
9399
44.3
9636
.232
Rum
ahT1
515
5515
0514
5589
123
287
18
287
18
9.99
8054
60.
0344
6280
699
90.4
4010
002.
926
35.0
34K
ontu
rT1
613
5512
6511
7589
1154
270
185
270
185
17.9
9647
60.
3868
1814
399
82.0
0410
000.
095
35.3
87K
ontu
rT1
713
9011
8097
089
1157
282
2741
282
2741
41.9
9179
50.
8069
6504
9958
.997
1000
9.06
135
.807
Kon
tur
T18
1600
1425
1250
8912
229
42
5629
42
5634
.993
186
0.46
3289
4499
68.0
4410
014.
260
35.4
63K
ontu
r
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
UL
TA
S T
EK
NIK
- U
NIV
ER
SIT
AS
RIA
UKa
mpu
s Bin
a W
idya
Km
. 12,
5 Sp
, Pek
anba
ru 2
8293
, Tel
p. 0
761-
6659
6, F
ax. 0
761-
6659
5, h
ttp:
//en
g.un
ri.ac
.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
Page 69
ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
KELOMPOK 19
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,Un
iver
sitas
Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahBa
wah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TEM
EN
PEN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LAB
OR
AT
OR
IUM
SU
RV
EY
DA
N P
EME
TAA
NPR
OD
I TEK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
UL
TA
S T
EKN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Baca
an s
udut
Azi
mut
hTa
rget
Baca
an B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Beda
Tin
ggi
KOO
RDIN
AT
P1Po
2425
1600
775
8959
350
00
6429
282
.4999
99-0.
2000
0144
9922
.8393
9963
.1696
34.97
6P0
1380
P218
5015
0011
5089
1651
183
1441
247
4343
34.99
4486
0.758
5355
5398
16.00
2299
14.36
8835
.934
P2T1
911
0588
065
589
5833
359
2611
6355
1322
.4999
960.5
1898
0453
9868
.5952
9937
.523
35.69
5CL
T20
1350
1085
820
8958
3211
2110
7550
1226
.4999
950.3
1761
1707
9874
.0805
9934
.1157
35.49
3Tia
ng Li
strik
T21
1520
1280
1040
8958
2911
036
7529
3823
.9999
950.1
2117
6659
9871
.6209
9933
.6431
35.29
7Tia
ng Li
strik
T22
1395
1185
975
8958
2535
742
5162
1153
20.99
9996
0.214
3440
6398
66.96
1999
37.42
6335
.390
CLT2
314
6512
2598
589
5830
344
4430
4913
3223
.9999
950.1
7594
3948
9866
.5609
9943
.3055
35.35
2Po
hon
T24
1550
1315
1080
8958
3833
412
3638
4138
23.49
9996
0.083
6847
1798
63.07
7399
45.97
3235
.259
CLT2
515
6013
6011
6089
590
320
3933
258
3519
.9999
980.0
3163
5528
9856
.8836
9945
.7365
35.20
7Ru
mah W
arna
Crea
mT2
615
1013
6512
2089
5936
301
2240
551
4214
.50.0
1837
4303
9849
.8669
9942
.0557
35.19
4Ru
mah W
arna
Crea
mT2
713
5012
8512
2089
5833
344
4130
4910
326.4
9999
880.1
0048
3242
9853
.3047
9931
.8808
35.27
6CL
T28
1140
960
780
8958
3615
5036
8019
3817
.9999
970.4
3466
0764
9866
.1301
9930
.6559
35.61
0Ti
ang L
istrik
T29
1155
1005
855
8958
3013
102
7739
414
.9999
970.3
8808
9968
9863
.039
9930
.8395
35.56
4Po
hon
T30
1025
945
865
8958
4329
1238
9341
407.9
9999
890.4
4097
2904
9856
.3694
9927
.116
35.61
7Ti
ang L
istrik
T31
1180
990
800
900
1584
435
148
3337
190.3
8723
6562
9858
.2965
9911
.4209
35.56
3CL
T32
1650
1520
1390
908
2628
633
3835
12
4012
.9999
22-0.
2037
8183
9846
.3624
9940
.473
34.97
2Ru
mah
T33
1600
1470
1340
909
926
539
533
08
712
.9999
08-0.
1592
0198
9841
.9127
9938
.9051
35.01
7Ru
mah
T34
585
450
315
9241
2025
252
3031
721
3213
.4702
89-0.
3352
4938
9839
.2612
9937
.5404
34.84
0Ru
mah
T35
740
550
360
9143
3825
918
4532
347
4718
.9827
39-0.
3148
4327
9837
.1738
9942
.9491
34.86
1Ru
mah
T36
1050
850
650
9144
1623
749
530
218
719
.9816
08-0.
6824
5387
9831
.4967
9938
.3093
34.49
3Ru
mah
T37
1190
1020
850
9144
2923
051
5929
521
116
.9843
01-0.
6727
2472
9833
.0372
9934
.9034
34.50
3Ru
mah
T38
850
610
370
9144
5421
442
3127
911
3323
.9776
6-0.
6937
7129
9824
.7163
9931
.462
34.48
2Ru
mah
T39
820
650
480
9145
819
454
3025
923
3216
.9841
06-0.
3091
414
9831
.6922
9924
.505
34.86
7Po
hon S
awit
T40
750
600
450
9144
3618
06
5624
435
5814
.9861
17-0.
1322
4392
9834
.8486
9921
.2033
35.04
4CL
T41
1210
1135
1060
9144
119
311
1625
740
187.4
9313
58-0.
2085
8137
9841
.0657
9926
.0316
34.96
7CL
T42
1090
1040
990
9141
3523
852
830
321
104.9
9563
540.0
4467
8042
9844
.2132
9930
.3781
35.22
0po
hon
T43
1000
930
860
9142
2416
051
3522
520
376.9
9379
10.0
3322
929
9843
.4111
9922
.7159
35.20
9Po
hon
T44
850
840
830
9141
5413
417
1619
846
180.9
9912
160.4
8075
1702
9848
.0645
9926
.6855
35.65
6Ti
ang L
istrik
T45
555
465
375
9141
4012
620
5119
049
538.9
9213
090.3
8298
4905
9846
.6963
9918
.7996
35.55
9Ga
pura
T46
600
520
440
9140
4297
4523
162
1425
7.993
1376
0.391
5889
7198
50.82
4299
20.01
9335
.567
Gapu
raT4
714
1513
1512
1591
4147
236
4732
301
1634
9.991
2365
-0.52
6805
4398
39.84
6899
32.81
8634
.649
Kontu
rT4
810
0590
580
591
3922
305
484
1017
69.9
9164
76-0.
1027
699
9850
.1799
37.46
2635
.073
Kont
ur
Page 70
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
ULT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
P2P1
1650
1300
95089
4615
00
067
4343
69.998
880.4
499769
15988
0.7791
9940.8
9836.
384P1
1470
P3207
0170
0133
089
4311
16625
23234
96
73.998
2290.1
319852
08975
6.0214
9871.0
32436.
066P3
T49143
5140
0136
588
173
3356
50101
4033
6.9937
2410.2
795032
77982
2.8512
9912.9
53536.
214CL
T50213
5200
0186
588
531
312
5670
5639
26.970
0680.3
684853
65984
1.4943
9923.1
74336.
303Tia
ng Lis
trikT51
1450
1210
97089
238
2646
3094
3013
47.994
480.7
747163
08986
3.8485
9910.6
00236.
709CL
T52175
0140
0105
089
2038
3126
3099
1013
69.990
8210.8
715208
66988
5.0985
9903.2
14436.
806CL
T53142
0105
0680
8920
3947
16
11444
4973.
990305
1.2669
6339
9883.1
976988
3.3956
37.201
Gedu
ng C
T54133
5100
0665
8918
4847
1643
1150
2666.
990377
1.2728
90926
9876.7
125988
6.0498
37.207
Gedu
ng C
T55188
0160
0132
088
3748
4847
55116
3138
55.967
9891.2
085062
84986
6.078
9889.3
72237.
143Ge
dung
CT5
6825
600375
9028
3341
3939
10923
2244.
996896
0.4962
98557
9858.4
47989
9.4304
36.431
Pohon
Berin
ginT5
7585
500415
9021
3648
5351
11637
3416.
999329
0.8631
88661
9831.1
987990
6.7503
36.797
Gedun
g Puti
hT5
8845
800755
9023
3057
1126
12455
98.9
995794
0.6084
7906
9823.3
815990
9.2173
36.543
Tiang
Listrik
T59
555400
24590
2143
15324
28221
811
30.998
7630.8
741744
2979
5.6095
9891.0
22236.
808Ge
dung P
utih
T60
1955
1800
1645
9055
15262
2550
3309
3330.
991994
-0.828
13299
9800.5
808994
1.2516
35.106
CLT6
1640
450260
9058
26266
436
33348
1937.
989022
0.3742
16831
9799.2
329994
8.4563
36.308
CLT6
2189
5170
0150
591
29
2580
51325
4434
38.987
255-0.
934915
76979
4.0559
9946.5
92534.
999Po
honT6
3164
0160
0156
090
5420
23553
38303
3721
7.9980
018-0.
256418
35980
9.3422
9918.7
97535.
678Ko
ntur
T64
1580
1500
1420
9054
38309
318
1647
115.
995959
-0.284
23227
9820.6
211992
9.6834
35.650
Kontu
rT6
5153
5140
0126
591
016
30740
2315
246
26.991
703-0.
403236
32982
3.1707
9940.3
91235.
531Ko
ntur
T66
1150
1100
1050
9133
29183
855
25052
389.9
926071
0.0982
02043
9806.5
61991
1.0953
36.032
Pohon
T67
725500
27590
4754
1748
49241
5232
44.991
2640.3
430716
16977
6.3232
9893.1
60536.
277CL
Page 71
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
P3P2
1680
1300
92090
93
00
054
96
75.999
473-0.
140071
99981
7.6243
9915.5
40835.
926P2
1360
P4150
0100
0500
8941
5494
4512
14854
1899.
997228
0.8864
97928
9807.6
659978
5.4035
36.953
P4T6
8124
0110
0960
8947
4913
547
683
1327.
999648
0.3592
30833
9781.9
921988
1.4969
36.425
Kantin
T69
1000
700400
8950
5353
5624
1085
3059.
999578
0.8191
15104
9813.0
547985
2.4002
36.885
Gedun
g Puti
hT7
0118
0100
0820
9016
4361
5236
1161
4235.
999149
0.1849
46236
9788.3
694985
5.2354
36.251
Gedun
g hijau
T71
1740
1500
1260
8938
768
751
12216
5747.
998055
0.1655
4072
9796.6
002984
5.3969
36.232
Gedun
g hijau
T72
1420
1200
98089
364
772
0131
116
43.997
8670.4
663147
78978
9.1337
9842.0
60136.
533Ge
dung h
ijauT7
3112
0800
48089
3456
8832
3142
419
63.996
5971.0
266457
16979
4.8152
9820.1
34437.
093Ge
dung
T74
1730
1500
1270
8936
46123
4336
17752
4245.
997899
0.1708
72459
9757.7
243982
5.066
36.237
Tiang
Listrik
T75
1595
1400
1205
8933
11189
1528
24324
3438.
997627
0.2642
13092
9721.1
487985
3.5766
36.330
Labor
Kimia
T76
1680
1400
1120
8935
56148
64
20215
1055.
997255
0.3520
26926
9734.8
156981
9.2057
36.418
Labor
Kimia
T77
1210
900590
8948
0147
170
20126
661.
999245
0.6764
19069
9733.3
641981
3.3214
36.743
Labor
Kimia
T78
1465
1200
93589
462
11624
1170
337
52.999
1250.3
753227
79976
4.7214
9818.7
52236.
442CL
T79
1290
1200
1110
8949
8151
2743
20536
4917.
99982
0.2168
97355
9748.2
401985
4.8014
36.283
CLT8
0129
0120
0111
089
4646
23659
34291
840
17.999
7330.2
292888
87973
9.2335
9877.5
25236.
296CL
T81
1410
1300
1190
8942
42242
2322
29632
2821.
999443
0.1707
10183
9736.3
404988
0.8626
36.237
Poho
n saw
itT8
2163
0144
0125
089
4110
21315
15267
2421
37.998
860.1
281748
29971
8.0615
9869.3
12536.
194CL
T83
1635
1500
1365
8941
21211
352
26512
5826.
999205
0.0064
73883
9729.1
163986
8.7807
36.073
Tiang
Listrik
T84
1610
1560
1510
8744
24230
437
28413
439.9
844494
0.1940
35404
9746.3
433987
3.4865
36.260
Poho
nT8
5137
0128
0119
090
140
2009
30254
1836
17.999
7010.0
066969
82973
8.6924
9866.1
64736.
073Po
honT8
6107
5900
72590
2010
5522
5109
3111
34.998
7960.2
546861
16978
9.0087
9859.3
38236.
321Tia
ng Lis
trikT8
7157
0140
0123
089
3450
9344
17147
5323
33.998
1780.2
088944
51977
4.0932
9842.2
3536.
275Po
hon
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
ULT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
Page 72
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
P4P3
1320
800280
9052
200
00
32854
18103
.9759
-0.9929
6297
9753.9
666987
4.4394
35.960
P3139
0P5
1560
1300
1040
9016
2193
1137
1625
5551.
998869
-0.1525
1968
9823.6
493973
5.9221
36.800
P5T88
1370
1250
1130
9018
612
4126
34135
4423.
999335
0.0136
40497
9800.0
887980
8.1753
36.966
Gedung
T89134
0110
0860
9010
1567
2238
3616
5647.
999573
0.1468
8385
9836.0
702982
4.0966
37.100
Gedung
T90137
0115
0930
909
4686
1649
5511
743.
999645
0.1149
96313
9843.7
897981
0.524
37.068
Gedung
T91142
0110
0780
9010
5389
117
585
2563.
999359
0.0873
8802
9861.9
938981
9.2325
37.040
Gedung
T92150
0110
0700
906
4491
5348
6048
679.
999693
0.1333
08619
9877.5
005982
4.4301
37.086
Tiang
T93148
0132
0116
090
953
9237
5461
3212
31.999
736-0.0
219977
4983
5.7975
9800.6
54536.
931Ged
ungT94
1345
1200
1055
9013
17117
1016
864
3428.
999567
0.0779
46129
9836.5
974978
7.388
37.031
Gedung
T95130
8120
0109
290
1250
17546
32144
4050
21.599
6990.1
093665
38982
0.1534
9767.7
79437.
062Ged
ungT96
1588
1500
1412
9022
42223
1842
19212
6017.
599233
-0.2262
1228
9803.9
417976
8.2028
36.727
Gedung
T97145
0120
0950
9026
21260
4536
22939
5449.
997063
-0.1932
302976
9.5544
9753.0
42636.
760Ged
ungT98
1510
1250
99090
263
26943
35238
3753
51.997
014-0.2
540220
8976
3.2689
9758.3
36936.
699Ged
ungT99
1480
1200
92090
2422
27029
41239
2359
55.997
187-0.2
069133
6975
9.4669
9756.8
98436.
746Ged
ungT10
0161
0145
0129
090
2232
31337
33282
3151
31.998
625-0.2
697437
8977
6.4295
9792.3
46136.
683CL
T101
1630
1570
1510
9021
23338
5911
30753
2911.
999536
-0.2546
3999
9798.1
961979
2.7732
36.698
CLT10
2161
0150
0139
090
2413
29618
53265
1311
21.998
908-0.2
649704
1978
5.7435
9783.5
70236.
688Poh
on
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
UL
TA
S T
EK
NIK
- U
NIV
ER
SIT
AS
RIA
UKa
mpu
s Bin
a W
idya
Km
. 12,
5 Sp
, Pek
anba
ru 2
8293
, Tel
p. 0
761-
6659
6, F
ax. 0
761-
6659
5, h
ttp:
//en
g.un
ri.ac
.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a T
ingg
iKO
ORD
INAT
Page 73
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
ULT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
P5P4
1360
1100
84090
541
00
0342
555
51.999
8580.1
640329
95980
7.6656
9785.4
04536.
964P4
1350
P6192
0140
0880
8958
2778
4545
6051
40103
.99998
-0.0031
0883
9914.4
872978
6.5626
36.797
P6T10
3133
5130
0126
589
5754
2234
294
4024
6.9999
9740.0
542760
56982
4.2196
9742.8
98836.
855CL
T104
1502
1400
1298
903
27342
5919
3255
1420.
399979
-0.0704
727981
1.9738
9752.6
50636.
730Ged
ungT10
5127
5120
0112
589
5811
33655
13319
18
14.999
9960.1
579267
02981
3.8121
9747.2
4636.
958Poh
onT10
6140
0135
0130
090
036
8128
5563
3450
9.9999
997-0.0
017453
3983
2.6049
9740.3
71536.
799Tian
g Listri
kT10
7125
5120
0114
590
1627
5819
2640
2521
10.999
7480.0
973645
82983
0.7817
9744.2
9636.
898CL
T108
970600
23090
3845
2724
41254
1036
73.990
598-0.0
840512
9975
2.4624
9715.7
46936.
716Ged
ungT10
9162
5140
0117
590
054
27821
13260
278
44.999
997-0.0
617809
7977
9.2726
9728.4
57936.
738Ged
ungT11
0143
0120
0970
8958
27268
158
2507
5345.
999991
0.1707
40326
9780.3
874972
0.2883
36.971
CLT11
1168
5150
0131
589
5845
26429
44246
3539
36.999
995-0.1
365464
2978
9.6938
9721.2
24236.
664Tia
ng Listr
ikT11
2140
0120
0100
089
5434
7425
3056
3125
39.999
90.2
132195
99985
7.0137
9757.9
85837.
013Ged
ungT11
3125
0110
0950
901
3677
2833
5934
2829.
999994
0.2360
37368
9849.5
179975
1.1146
37.036
CLT11
4139
0115
0910
902
1189
1811
7124
647.
999981
0.1695
14924
9869.1
426975
1.2308
36.970
CLT11
5144
0110
0760
8958
3087
5152
6957
4767.
999987
0.2796
70594
9887.5
333975
9.2206
37.080
CLT11
6154
2120
0858
8954
190
220
7227
5568.
399793
0.2690
48668
9888.8
708975
6.5298
37.069
Tiang L
istrik
Page 74
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
ULT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
P6P5
1965
1400
835
8958
240
00
240
5140
112.9
9998
0.052
5925
8198
15.78
8397
31.53
9736
.850
P514
00P7
1750
1300
850
902
4912
18
191
5959
89.99
994
0.026
2598
7299
17.62
7798
76.50
7736
.823
P7T1
1713
7012
5011
3089
5923
128
824
219
4823
.9999
990.1
5430
5145
9893
.2319
9775
.4175
36.95
1Ge
dung
T118
1430
1250
1070
8958
5953
3725
294
295
35.99
9997
0.160
6465
0898
81.72
4698
01.48
2836
.958
Gedu
ngT1
1915
6513
0010
3589
5739
6753
5530
845
3552
.9999
750.1
3623
0115
9873
.159
9819
.7436
36.93
3Ge
dung
T120
1280
1100
920
900
3269
2943
310
2123
35.99
9999
0.294
4149
4698
87.05
4198
09.87
4137
.092
Gedu
ng C
T121
1280
1100
920
8959
5783
133
324
443
360.3
0052
3599
9893
.3669
9815
.7162
37.09
8Ge
dung
CT1
2212
6011
0094
090
027
9542
2933
634
931
.9999
990.2
9581
121
9901
.7627
9815
.9239
37.09
3Ge
dung
CT1
2313
3311
0086
790
126
104
1049
345
229
46.59
9992
0.280
5706
0999
02.45
8898
31.58
3537
.078
Gedu
ng C
T124
1360
1100
840
900
4710
911
4335
03
2351
.9999
970.2
8815
1154
9905
.5079
9837
.7815
37.08
5Ge
dung
CT1
2514
0011
0080
090
045
111
5135
352
4315
59.99
9997
0.286
9100
3199
06.88
598
46.07
937
.084
Gedu
ng C
T126
1525
1300
1075
905
4611
546
4635
638
2644
.9998
730.0
2451
4651
9911
.8502
9831
.4852
36.82
2Po
hon
T127
1400
1250
1100
905
1612
70
167
5156
29.99
993
0.104
0397
3599
18.59
2798
16.28
0336
.901
CLT1
2813
5513
0012
4590
15
135
3050
1622
3010
.9999
990.0
9653
3582
9917
.5883
9797
.1164
36.89
4CL
T129
1299
1200
1101
8957
1622
83
5710
855
3719
.7999
870.2
1574
2863
9933
.2167
9780
.1402
37.01
3CL
T130
1218
1150
1082
8955
5727
47
5815
459
3813
.5999
810.2
6602
2108
9920
.2361
9774
.2375
37.06
3CL
T131
1598
1400
1202
8836
3324
428
1312
519
5339
.5766
70.9
6089
7411
9946
.7747
9763
.6752
37.75
8M
usall
aT1
3212
9011
0091
088
3757
219
2236
100
1416
37.97
8357
1.206
6159
5199
51.86
0997
79.81
2638
.004
Mus
alla
T133
1710
1500
1290
8837
2721
052
791
4347
41.97
5787
0.908
1508
699
56.44
3997
85.29
5637
.705
Mus
alla
T134
1760
1500
1240
8920
4120
412
5485
434
51.99
3199
0.494
6593
8999
66.28
8597
91.02
5337
.292
Wc M
usall
aT1
3516
7014
0011
3089
2253
210
5158
9143
3853
.9937
050.5
8298
1928
9968
.4564
9784
.9352
37.38
0W
c Mus
alla
T136
1470
1400
1330
8921
4721
411
5995
339
13.99
827
0.155
6220
6699
28.43
0997
85.32
7836
.953
Tiang
Listr
ikT1
3712
3511
0096
589
2422
171
1549
527
2926
.9970
990.5
7984
3599
35.79
7398
03.13
7337
.377
Tiang
Listr
ikT1
3815
0013
0011
0089
2349
163
00
4351
4039
.9955
690.5
2098
1108
9942
.2006
9815
.4003
37.31
8Po
s Sat
pam
T139
1450
1200
950
8924
3116
816
1349
753
49.99
4673
0.716
0475
199
52.29
3898
19.27
5537
.513
Pos S
atpa
mT1
4016
3014
0011
7089
2345
151
3016
3221
5645
.9948
850.4
8502
0133
9939
.1091
9825
.4122
37.28
2Po
s Satp
amT1
4115
7015
0014
3089
3114
100
1929
341
119
13.99
902
0.017
1449
0999
09.97
2597
99.81
3736
.814
Poho
nT1
4216
1015
0013
9089
392
8353
5332
445
3321
.9991
820.0
3417
3707
9901
.7933
9804
.5301
36.83
1Po
hon
T143
1375
1300
1225
8938
2360
5949
301
5129
14.99
9407
0.194
3180
1599
01.74
7397
94.47
9636
.991
Poho
n
Page 75
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
`
P7P6
1948
1500
1052
8958
370
00
18159
5989.
599985
-0.0339
4538
9914.5
012978
6.9623
36.789
P6143
0P1
1705
1300
89590
2856
14838
13330
3812
80.994
262-0.5
516934
1987
7.9125
9947.0
96536.
272P1
T144
1713
1600
1487
8922
3727
5134
20951
3322.
597328
0.0757
41408
9906.3
772985
6.9102
36.899
Gedun
g CT1
45159
0150
0141
089
3027
4714
46229
1445
17.998
670.0
847158
17990
3.9934
9864.7
57936.
908Ge
dung C
T146
1588
1500
1412
8927
3075
3040
25730
3917.
598427
0.0963
78142
9900.4
457987
2.702
36.920
Gedun
g CT1
47161
0150
0139
089
357
965
54278
553
21.998
8470.0
892363
4989
5.8482
9879.6
06736.
913Ge
dung C
T148
1845
1700
1555
8936
5132
1348
31413
4728.
998596
-0.0682
513989
6.8488
9896.7
35336.
755CL
T149
1410
1300
1190
8941
49150
4216
33242
1521.
999385
0.2463
62809
9907.5
391989
6.0575
37.070
Pos Sa
tpam
T150
1405
1300
1195
8945
14157
3532
33935
3120.
999613
0.2202
03324
9910.3
051989
6.1893
37.044
Pos Sa
tpam
T151
1402
1300
1198
8952
42149
1254
33112
5320.
399908
0.1733
18942
9907.8
046989
4.3868
36.997
Tiang
Listrik
T152
1538
1450
1362
8951
23231
637
536
3617.
599889
0.0241
13982
9931.7
039988
7.0726
36.848
Pohon
T153
1410
1100
79090
3529
17430
32356
3031
61.993
395-0.3
098989
1991
3.8524
9938.3
86136.
513Sud
ut Lapa
ngan B
olaT1
54183
0140
0970
8950
33204
2319
2623
1885.
99935
0.2664
03656
9955.8
504995
3.5462
37.090
Sudut L
apanga
n Bola
T155
1860
1500
1140
8951
4274
4032
9640
3171.
999514
0.1170
98454
9989.1
391986
8.1384
36.940
Sudut L
apanga
n Bola
T156
1440
1200
96089
5056
30328
38125
2837
47.999
6660.3
565939
61995
6.7162
9848.6
49937.
180Sud
ut Lapa
ngan B
olaT1
57154
0140
0126
089
5528
34759
27169
5926
27.999
9510.0
669233
67992
2.4944
9848.9
3436.
890Tia
ng Lis
trikT1
58953
930907
9030
29248
1356
7013
554.5
996383
0.4592
12824
9921.9
563987
8.0634
37.283
Tiang
Bender
a
Loka
si
:
Faku
ltas T
ekni
k,U
nive
rsita
s Ria
uHa
ri/Ta
ngga
l: Sa
btu/
16 M
ei 2
015
TITI
KTi
nggi
A
tas
Teng
ahB
awah
Ala
tm
mm
mm
m°
’”
°’
”°
’”
mX
YZ
DE
PAR
TE
ME
N P
EN
DID
IKA
N N
ASI
ON
AL
LA
BO
RA
TO
RIU
M S
UR
VE
Y D
AN
PE
ME
TA
AN
PRO
DI T
EK
NIK
LIN
GK
UN
GA
N
FAK
ULT
AS
TE
KN
IK -
UN
IVE
RSI
TA
S R
IAU
Kam
pus B
ina
Wid
ya K
m. 1
2,5
Sp, P
ekan
baru
282
93, T
elp.
076
1-66
596,
Fax
. 076
1-66
595,
htt
p://
eng.
unri.
ac.id
DA
TA P
ENG
UK
UR
AN
TO
POG
RA
FI
Bac
aan
sudu
tA
zim
uth
Targ
etB
acaa
n B
enan
gJa
rak
Ket
eran
gan
Ver
tikal
Hor
izon
tal
Bed
a Ti
nggi
KOO
RDIN
AT
Page 76
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan praktikum ini dilakukan pengukuran sifat ruang dan sifat datar
dengan menggunakan Theodolite dan Waterpas, serta beberapa alat bantu lainnya. Dari
pengukuran yang dilakukan dapat di hitung panjang mendatar yaitu jarak, dan jarak vertikal
elevasi, sudut horizontal, dan sudut vertikal sehingga dapat ditentukan azimuth suatu titik
yang diamati.
Dalam pengukuran tentu terdapat kesalahan-kesalahan seperti rambu yang tidak tepat
penempatannya dikarenakan pemegang rambu kepanasan saat dilapangan sehingga
pembacaannya pun juga tidak tepat, maka untuk itu diperlukan suatu koreksi sudut untuk
mengantisipasi kesalahan tersebut. Dari azimuth tersebut dapat di hitung koordinat masing-
masing titik yang di amati. Dan dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut,
hasilnya dapat di plot dalam bentuk gambar dengan menggunakan sofware AutoCAD.
Sebelum melaksanakan pengukuran, harus dicek terlebih dahulu alat Theodolite yang
akan dipakai, apakah layak untuk digunakan. Suatu Theodolite dikatakan baik (sempurna)
dan layak digunakan untuk pengukuran bila sistem sumbu-sumbunya memenuhi syarat-
syarat berikut :
1. Nivo tabung tegak lurus sumbu I,
2. Garis bidik tegak lurus sumbu II,
3. Sumbu II tegak lurus sumbu I, dan
4. Sumbu nivo indeks sejajar dengan garis bidik, bila garis bidik di-stel horizontal.
Syarat no.4 ini perlu dipenuhi bila Theodolite digunakan untuk keperluan
pengukuran sudut vertikal atau menyifat datar.
Kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada pengukuran dengan menggunakan metode
Tachimetry yang bersifat sistematis antara lain:
Kesalahan miring sumbu I (tegak lurus),
Page 77
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
Kesalahan miring sumbu II (sumbu horizontal),
Kesalahan kolomasi (garis bidik tidak tegak lurus terhadap sumbu II),
Kesalahan eksentrisitas (kedudukan pusat sumbu I tidak tepat berimpitan dengan
pusat lingkaran skala horizontal),
Kesalahan diametrial (letak nonius I tidak tepat berimpitan dengan nonius II),
Kesalahan indeks (tidak tepatnya letak indeks bacaan lingkaran skala vertikal
dimana bila teropong diarahkan secara horizontal diperoleh harga bacaan pada
lingkaran skala vertikal tidak tepat menunjuk angka 0o atau tidak tepat 90o pada
sistem sudut zenith),
Kesalahan pembagian skala yang pada umumnya merupakan kesalahan pabrikasi.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dihilangkan secara langsung dengan
menggunakan metode pengukuran tertentu, yaitu:
a. Bila sudut diukur dengan menggunakan metode pengukuran satu sere rangkap
(pengukuran dengan bacaan biasa dan luar biasa), maka harga sudut rata-rata
diperoleh dari bacaan biasa dan luar biasa tersebut.
b. Bila pembacaan dilakukan pada sudut nonius I dan pada nonius II, maka harga
sudut rata-rata dari bacaan nonius I dan nonius II bebas dari kesalahan
eksentrisitas.
7.2 Saran
Sebaiknya setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-hati dan
dipastikan itu benar, saat dilapangan juga harus ada kerjasama yang baik untuk mendapatkan
data yang akurat,usahakan setiap kali melakukan pengukuran dikerjakan dengan teliti, hati-
hati dan semaksimal mungkin agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.
Page 78
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Page 79
LAPORAN ILMU UKUR TANAH 2015
HERTA FURAIDA ERLANGGA – 1407121416
DAFTAR PUSTAKA
Modul Pratikum Ilmu Ukur Tanah
http://www.ilmusipil.com/sipil/ilmu-ukur-tanah
http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com/2010/03/ilmu-ukur-tanah.html
http://itp-civilengineering.blogspot.com/2012/05/penampang-melintang-penampang-
memanjang.html