BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatra Barat
memiliki lebih kurang 300 pulau. Sebanyak 252 pulau terletak di
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kepulauan ini terdiri dari empat
pulau utama, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara,
dan Pulau Pagai Selatan.2.. Luas wilayah Provinsi Sumatra Barat
adalah 42.297,30 kilometer persegi, yang terdiri dari lautan seluas
138.750 kilometer persegi dan panjang garis pantai 375 kilometer.
Sebagai daerah yang memiliki laut yang luas, menyebabkan ekonomi
penduduk, khususnya masyarakat nelayan di daerah pesisir tergantung
pada hasil laut (Sarjulis, 2011).. Provinsi sumatra barat memiliki
banyak pantai karena letaknya berbatasan langsung dengan samudra
hindia. Ekosistem pantai terletak di zona litoral. Ekosistem ini
dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat
erat di subtrak keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam
saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa ganggang,
molusca dan remis.Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara
ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan
hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah
darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang
dinamakan hutan pantaiPainan sendiri terdapat beberapa pantai yang
berpasir dan berbatu, pada ekosistem pantai berpasir dan berbatu
ini banyak terdapat biota dan organisme yang hidup dan berkembang
biak di ekosistem ini, kalau dilihat secara sekilas, mungkin hanya
terlihat sedikit organisme yang hidup pada daerah ini, padahal
kalau diamati lebih lanjut maka akan dapat terlihat sangat jelas
bahwa sangat banyak sekali organisme yang sangat kecil yang hidup
pada daerah ekosistem pantai berpasir ini, oleh sebab itu kita
perlu meneliti dan mengkaji lebih lanjut lagi apa saja organisme
yang hidup pada ekosistem pantai berpasir di painan.1.2 Tujuan
Praktikum Tujuan dari pratikum Metode Ekologi Muara dan Pantai ini
adalah untuk mengetahui kondisi perairan atau pantai, dan untuk
mengetahui bagaimana teknik atau metoda dalam perhitungan dan
penelitian di lokasi yang terletak pada ekosistem pantai berpasir
dan untuk mengetahui apa saja biota yang hidup pada ekosistem
perairan Pantai desa sungai Nipah, Terutama organisme dan biota
yang terdapat diperairan pantai berpasir tersebut. Serta
karakteristik perairan kabupaten peisisir selatan. 1.3 Manfaat
Praktikum Manfaat dari pratikum metode ekologi muara dan pantai ini
adalah untuk memberikan informasi dan data tentang kondisi
perairan, dan jenis biota yang terdapat pada Pantai Desa Sungai
Nipah baik dari segi daerah konservasi maupun daerah ekowisata
bahari kepada masyarakat umum dan mahasiswa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAIndonesia mempunyai perairan laut yang
lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal
sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai
biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman
jasad jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika
kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken
1988).Provinsi Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih
kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus
kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki kondisi
tektonik aktif, karena merupakan bagian dari pertemuan antara
Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh
kegempaan aktif. Gempa-gempa besar yang berpusat di dasar laut
sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman relatif dangkal
(Yudhicara, 2008).Ekosistem pantai terletak antara garis air surut
terendah dan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari
daerah di mana ditemukan substrat berbatu dan berkerikil (yang
mendukung sejumlah terbatas flora dan fauna sesil) hingga daerah
berpasir aktif (dimana ditemukan populasi bakteri, protozoa,
metazoa) dan daerah berpasir bersubstrat liat dan Lumpur (di mana
ditemukan sejumlah besar komunitas infauna) (Bengen, 2002).Zona
intertidal sesekali terendam oleh air saat pasang dan sesekali
terjemur oleh teriknya matahari saat surut. Pada kawasan supratidal
dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak
cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau
mengubur diri kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan
(bivalve) dan cacing pantai (Annelida). Khusus pada zona
intertidal, hewan-hewan yang membanamkan diri pada pasir (infauna)
lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di
dominasi oleh hewan-hewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir
(epifauna). (wikipedia.org)Wilayah pesisir menurut Dahuri (2001)
merupakan batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas
yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam
pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan wilayah pesisir
dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas
lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut,
ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem
laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang
tertinggi sampai 200m ke arah darat dan arah laut meliputi garis
pantai pada saat rata-rata pasang terendah. Pantai Provinsi
Sumatera Barat memiliki dua tipe pantai, yaitu Tipe 1: pantai
landai berpasir, dan Tipe 2: pantai curam berbatu. Pantai landai
berpasir dengan bentuk garis pantai memanjang tanpa lekukan seperti
di pantai antara Kota Padang dengan Air Bangis dan antara Pasir
Ganting dengan Salido akan berpotensi terlanda gelombang tsunami
lebih rendah dibandingkan dengan pantai curam yang berbentuk teluk
(Teluk Kasai, Teluk Kabung, Teluk Batung, dan Teluk Nibung),
(Yudhicara, 2008).Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah
satu daerah ekologi yang paling familiar, habitat dan interaksinya
sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian diadakan di pulau Cruger
yang pantai utaranya merupakan ( freshwater ) air tawar dan
berbatu. Fauna pada pantai berbatu pulau cruger berkarakteristik
dominan pada binatang air tawar. Sebagian besar berupa Dipterans,
Nematodes, Microannelida, Gastropoda, Bivalves dan Flatworms secara
keseluruhan, macroinvertebrate yang ada di pantai ini berasal dari
golongan Tubellaria, Nematoda, Oligochaeta, Gastropoda, Dreissna,
Acari, Amphipoda, Ephemeroptera, Trichoptera, coteoptera,
Ceratopogonidae, Chironomidae. Sama seperti lingkungan air tawar,
serangga menjadi hal umum di pulau cruger . Serangga yang terdapat
adalah Epheraroptera, Trichoptera, coleoptera dan diptera (
Prajitno, 2009). Pantai berbatu merupakan satu dari lingkungan
pesisir dan laut yang cukup subur. Kombinasi substrat keras untuk
penempelan, seringnya aksi gelombang, dan perairan yang jernih
menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut.
Pantai berbatu menjadi habitat bagi berbagai jenis moluska
(kerang), binatang laut, kepiting, anemon, dan juga ganggang laut
(Bengen, 2001). Wilayah pantai meupakan daerah dimana terjadi
interaksi antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan
atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan
bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini merupakan
hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga
unsur utama alam tersebut sebagai tempat peralihan antara daratan
dan lautan, wilayah pantai juga berfungsi sebagai zona penyangga
bagi banyak binatang yang bermigrasi untuk tempat mencari makan,
memijah dan membesarkan anak-anak (Pariwono, 1992).Menurut Tanjung
(2013) Pantai berpasir adalah suatu ekosistem, dimana ekosistem ini
akan semakin tidak stabil dengan meningkatnya derajat
keterbukaannya terhadap fenomena laut. Pantai berpasir biasanya
merupakan hamparan yang luas, landai, dan substratnya tidak stabil
karena dipengaruhi hempasan gelombang/ombak, miskin zat hara
(semakin terbuka maka semakin miskin zat hara).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Waktu Dan TempatPraktikum
lapangan Metode ekologi muara dan pantai ini dilaksanakan pada
tanggal 09 Mei 2013 pada pukul 10.00-16.00 WIB yang bertempat di
Pesisir pantai desa Sungai Nipah, kecamatan IV Jurai, kabupaten
Pesisir Selatan, di Provinsi Sumatra barat. 3.2 Alat Dan Bahan Alat
yang digunakan pada pratikum Metode Ekologi Muara dan Pantai adalah
Petak contoh, meteran, masker, kantong plastic, spidol dan ice box
sampel, Ember 10 Kg, Gayung, Ayakan mesh yang berukuran 0.5 mm, dan
Spatula/ alat pengeruk serta Mikroskop . Sedangkan bahan yang
digunakan dalam pratikum ini adalah formalin dan sampel biota/
organisme yang didapat dari hasil penyaringan.3.3 Metode
PraktikumAdapun metode yang digunakan dalam pratikum Metode Ekologi
Muara dan Pantai yaitu dalam penentuan stasiun berdasarkan metoda
purposive sampling, yakni menetapkan stasiun berdasarkan karakter
lingkungan yang terdapat di daerah praktikum. Sedangkan untuk
samplingnya menggunakan metoda sampling transek kuadrat yaitu
dengan cara membagi stasiun atas petakan-petakan. 3.4 Prosedur
PraktikumAdapun prosedur praktikum metode ekologi muara dan pantai
yaitu pertama kali adalah menentukan lokasi stasiun pengamatan
dengan metoda purposive sampling, setelah itu tentukan titik
sampling dengan metode transek kuadrat,dan Letakkan transek tegak
lurus sepanjang garis pantai yang membentuk sudut 900 sebanyak 3
transek dengan jarak 10 meter dimana masing- masing transek
terdapat 3 kuadran yang berukuran 50 x 50 cm. kemudian Pasir di
ambil dengan menggunakan spatula atau alat pengeruk lainya, masukan
kedalam ember kemudian saring dengan ayakan berukuran 0,5 mm,
kemudian dibersihkan dengan air, Hasil yang telah tersaring masukan
kedalam kantong plastik dan kemudian di beri formalin 4% . sampel
tersebut siap di bawa kelaboratorium untuk selanjutnya di
identifikasi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.2 Hasil
5kingdom: Animaliafilum : Moluscakelas :
GastropodaOrdo:Neogastropoda Famili: ThaididaeGenus :
MorulaSpesies:Morula granulate6kingdom : Animaliafilum:
Molluscakelas : Gastropoda OrdoFamili:FasciolariidaeGenus :
Filifusus Spesies: F. filamentosus7kingdom: Animaliafilum:
Molluscakelas : GastropodaOrdoFamili: NeritidaeGenus : Nerita
Spesies: Nerita polita8kingdom: Animaliafilumkelas :
GastropodaSubfamily: TrochinaeFamili: TrochidaeGenus : Trochus
Spesies: T. maculatus1kingdom: Animaliafilum: Moluscakelas :
GastropodaOrdo: CaenosastropodaFamili: NeritidaeGenus :
NeritaSpesies: Nerita costata2kingdom: Animaliafilum:
Arthropodakelas : CrustaceaOrdo: DecapodaFamili: BrachyuraGenus :
ThalamitaSpesies: Thalamita sp3kingdom: Animaliafilum: Moluscakelas
: GastropodaOrdo:MesogosteropodaFamili:LitorinidaeGenus
:LittorinaSpesies: Littorina scabra4kingdom: Animaliafilum:
Arthropodakelas : CrustaceaOrdo: MalacostracaFamili: ScylladaeGenus
: ScyllaSpesies:Scylla serrataAdapun hasil yang didapat selama
praktikum yaitu ditemukan 9 jenis spesies yang berhasil ditemukan
berikut klasifikasi spesies yang ditemukan : Klasifikasi dari
berbagai spesies yang dipraktikumkan :12
1.
9kingdom: Animalia
filum: Mollusca
kelas : Gastropoda
Superfamily: Olivoidea
Famili: Olividae
Genus : Oliva
Spesies: O. caerulea
Tabel.1 Nama spesies yang ditemukan
Nojenis/spesiesJumlahKelaskelimpahan %Substrat
1Nerita costata5Gastropoda12Berpasir
2Littorina scabra8Gastropoda19Berpasir
3Morula granulate3Gastropoda7Berpasir
4T. maculatus3Gastropoda7Berpasir
5Thalamita sp13Krustase30Berpasir
6Scylla Serrata3Krustase7Berpasir
7Nerita polita3Gastropoda7Berpasir
8Filifusus filamentius2Gastropoda5Berpasir
9O. caerulea3Gastropoda7Berpasir
JUMLAH43100
Tabel.2 Indeks Keragaman pada Transek Ke-1
Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi
1Nerita costata30.33-0.48-1.58-0.53
2Littorina scabra20.22-0.65-2.17-0.48
3Morula granulate10.11-0.95-3.17-0.35
4T. maculatus30.33-0.48-1.58-0.53
Total490.67-2.08-6.92-1.36
H'=1.36log S=0.95
Tabel.3 Indeks Keragaman pada Transek Ke-2
Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi
1Thalamita sp120.57-0.24-0.81-0.46
2Littorina scabra50.24-0.62-2.07-0.49
3Scylla Serrata10.05-1.32-4.39-0.21
4O. caerulea30.14-0.85-2.81-0.40
Total4210.86-2.19-7.27-1.16
H'=1.16log S =1.32
Tabel.4 Indeks Keragaman pada Transek Ke-3
Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi
1Nerita costata20.15-0.81-2.70-0.42
2Thalamita sp10.08-1.11-3.70-0.28
3Littorina scabra10.08-1.11-3.70-0.28
4Scylla Serrata20.15-0.81-2.70-0.42
5Morula granulate20.15-0.81-2.70-0.42
6Nerita Polita30.23-0.64-2.12-0.49
7Filifusus filamentius20.15-0.81-2.70-0.42
Total7131.00-6.12-20.32-2.72
H'=2.72log S =1.11
4.2 PembahasanOrganisme yang ditemukan selama penelitian yaitu
Nerita costata, Littorina scabra, Morula granulate, T. maculates,
Thalamita sp, Scylla Serrata, Nerita polita dan Filifusus
filamentius, serta O. caerulea .Dan itu terdiri dari 2 kelas dengan
komposisi Gastropoda (63%) dan Crustacea (37%). Hasil ini tidak
begitu mewakili dari semua organisme yang ada.ini disebakan oleh
keahlian dan peralatan yang digunakan tidak bias Dilihat dari
Indeks keragaman (H') diketahui bahwa pada lokasi penelitian
tersebut memiliki Indeks keragaman (H) antara 1.16 2.72.dan pada
transek pertama keragaman sangat rendah dan hanya didominasi oleh
kelas Gastropoda.dan pada lokasi ketiga memiliki keragaman yang
tinggi. ini kemungkinan disebabkan daerah tersebut merupakan daerah
yang memiliki unsure hara yang tinggi dan dekat dengan Aliran
sungai.Perairan Sungai Nipah merupakan daerah yang memiliki pantai
dengan substrat pasir yang dominan.dan di tumbuhi oleh tumbuhan
pantai dan ditumbuhi oleh kelapa dan wilayah ini memiliki potensi
perikanan berupa rumput laut dan ikan.Peraiaran Sungai Nipah
merupakan daerah aktif yang selalu digunakan untuk kegiatan
perikanan dan kegiatan pelayaran.ini terlihat banyaknya perahu dan
kapal yang berlabuh di perairan tersebut.dan ini juga akan
mempengaruhi aktivitas di pantai seperti gelombang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan Dari hasil identifikasi
diperoleh tujuh jenis spesies yaitu: Nerita costata, Littorina
scabra, Morula granulate, T. maculates, Thalamita sp, Scylla
Serrata, Nerita polita dan Filifusus filamentius, serta O.
caerulea.dan didominasi oleh kelas gastropoda yang hidup pada
substrat berpasir.Peraiaran Desa Sungai Nipah memiliki beberapa
aliran sungai yang berasal dari pegunungan dan merupakan daerah
yang aktif untuk kegiatan perikanan dan pelayaran.5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang dilakukan ini agar ada tindak lanjut
untuk pengembangan wilayah tersebut.dan khususnya untuk para
mahasiwa mudah-mudahan ini bisa memberikan gambaran untuk
penelitian kedepannya.dan untuk panitia pelaksana agar lebih
mempersiapkan diri untuk kegiatan kedepannya agar lebih baik baik
dari segi waktu maupun dari kematangan dalam pengambilan
sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, 2002.Ekosistem pantai terletak antara garis air surut
terendah dan air pasang tertinggi terhadap komunitas infauna.
Gramedia . Jakarta. Dahuri, R. 2001. penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. PT
Gramedia Pustaka Utama . JakartaNybakken,J.W. 1988. Biologi Laut
suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta. Pariwono, J.I. 1992.
Proses-proses Fisik di Wilayah Perairan Pantai dalamkursus
Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir secara terpadu dan
Holistik. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian IPB,
Bogor. 30 hal.Prajitno, 2009.Biologi Laut:ilmu pengertahuan biologi
laut. Jakarta;penerbit Djambatan.
Tanjung, A. 2013. Metoda Ekologi Muara dan Pantai. Diktat kuliah
jurusan Ilmu kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UR.
PekanbaruYudhicara.2008. Kaitan antara karakteristik pantai
Provinsi Sumatera Barat dengan potensi kerawanan tsunami. Jurnal
Geologi Indonesia. Vol.3 No.2
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta lokasi praktikum
Lampiran 2. Lokasi Praktikum
Lampiran 3 Dokumentasi spesies yang ditemukan
Lampiran 4.Alat Yang Digunakan
AyakanPetakan kuadran
Embersekup
Kantong Plastik