Laporan Pendahuluan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) 1.1. Latar belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar di Indonesia, oleh sebab itu Jakarta juga sebagai tempat tujuan untuk mendapatkan peruntungan bagi masyarakat, maka hal ini menyebabkan tingginya urbanisasi ke Jakarta. Pesatnya arus urbanisasi ke Jakarta memberikan dampak terlampauinya tingkat kepadatan maksimum dan batasan daya tampung penduduk, sehingga daerah sekitar Jakarta (Jabodetabek) menjadikan alternatif pilihan sebagai tempat pemukiman seperti Tangerang Selatan. Tangerang Selatan menjadi salah satu pilihan wilayah bermukim bagi para komuter yang bekerja di Jakarta, disamping diantaranya disebabkan oleh semakin tingginya harga tanah di Jakarta dan kompleksnya masalah tata ruang dan lingkungan. Tangerang Selatan adalah salah satu wilayah yang saat ini berkembang menjadi suatu wilayah permukiman yang secara tidak langsung berfungsi untuk mengimbangi arus urbanisasi yang terjadi di Jakarta. Selain perkembangan wilayah permukiman, perkembangan Kota PT Satwindu Utama | 1 BAB I PENDAHULUAN STUDI PENYUSUNAN LALU LINTAS HARIAN RATA-
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
1.1. Latar belakang
Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran
ekonomi terbesar di Indonesia, oleh sebab itu Jakarta juga sebagai
tempat tujuan untuk mendapatkan peruntungan bagi masyarakat, maka
hal ini menyebabkan tingginya urbanisasi ke Jakarta. Pesatnya arus
urbanisasi ke Jakarta memberikan dampak terlampauinya tingkat
kepadatan maksimum dan batasan daya tampung penduduk, sehingga
daerah sekitar Jakarta (Jabodetabek) menjadikan alternatif pilihan
sebagai tempat pemukiman seperti Tangerang Selatan. Tangerang
Selatan menjadi salah satu pilihan wilayah bermukim bagi para komuter
yang bekerja di Jakarta, disamping diantaranya disebabkan oleh
semakin tingginya harga tanah di Jakarta dan kompleksnya masalah
tata ruang dan lingkungan.
Tangerang Selatan adalah salah satu wilayah yang saat ini
berkembang menjadi suatu wilayah permukiman yang secara tidak
langsung berfungsi untuk mengimbangi arus urbanisasi yang terjadi di
Jakarta. Selain perkembangan wilayah permukiman, perkembangan
Kota Tangerang Selatan yang juga terjadi dalam bidang pendidikan,
perkantoran dan perdagangan.
Perubahan fisik yang terjadi begitu cepat dengan pola kehidupan kota
besar memberikan pengaruh dalam perkembangan perkotaan
Tangerang Selatan secara keseluruhan yang meliputi pembangunan
sarana dan prasarana fisik seperti jalan, sekolah, perkantoran dan
perdagangan mulai dari skala kecil, sedang dan besar. Semakin
| 1
BAB IPENDAHULUANSTUDI PENYUSUNAN LALU LINTAS HARIAN RATA-
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
maraknya fasilitas diatas dan fasilitas umum lainnya, dibeberapa ruas
jalan terjadinya kemacetan dan kepadatan didaerah permukiman.
Kota Tangerang Selatan yang dibentuk dengan Undang-undang Nomor
: 51 Tahun 2008 merupakan kota pemekaran Kabupaten Tangerang.
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan yang meliputi :
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang,
kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong
Utara dan Kecamatan Setu.
Dan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004,
mempunyai implikasi yang luas bagi Pemerintahan Daerah (Pemerintah
Kota/Kabupaten) antara lain dalam penyelenggaraan bidang
Transportasi. Pemerintah Kota mempunyai kewenangan lebih luas dan
mempunyai peranan yang strategis dalam penyelenggaraan bidang
transportasi, namun dalam pelaksanaannya tidak mengesampingkan
kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Potensi
daerah Kota Tangerang Selatan berupa perdagangan/perekonomian
dan pusat jasa penuntut adanya transportasi yang seimbang antara
demand dan supply kondisi ini membuat Pemerintah Kota Tangerang
Selatan harus merencanakan, mendesain jalan yang mampu dengan
optimal dalam menampung arus lalu lintas yang ada. Sehingga
infrastruktur yang disediakan dapat dengan optimal mendukung
mobilitas/pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan yang ada.
Survey Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) merupakan perhitungan
jumlah arus lalu lintas yang melewati suatu ruas jalan untuk mengetahui
volume lalu lintas dan fluktuasinya yaitu jumlah arus lalu lintas
(demand) jam puncak (peak Hours) dan demand di luar jam puncak
(Off Peak Hours) suatu ruas jalan, dapat melihat karakteristik lalu lintas
dan mengukur tingkat pelayanan suatu ruas jalan (Level Of Service).
| 2
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Oleh karena itu, diperlukan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-
Rata (LHR), sehingga dalam merencanakan, mendesain dan
pengoptimalan ruas jalan dapat dilakukan dengan baik.
Konsultan sangat memahami bahwa kondisi perkembangan suatu
wilayah mempunyai pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah
tersebut dimana sistem transportasi dan pengembangan lahan (land
use development) saling terkait.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi merupakan
penggerak, pendorong dan pemicu roda perekonomian dan transportasi
darat, serta menjadi tulang punggung dari penunjang pengembangan
suatu daerah. Suatu daerah dapat berkembang dan menjadi kawasan
yang berpotensi jika didukung dengan adanya infrastruktur yang
memadai (trade follow the ship) merupakan prasarana jalan yang
merupakan media penghubung baik antara simpul-simpul transportasi
maupun antara moda transportasi serta pusat-pusat kegiatan.
Menurut konsultan latar belakang ini sangat relevan dan menjadi alasan
perlunya dilakukan upaya penataan transportasi kota yang diawali
dengan mengetahui kondisi lalu lintas pada sejumlah lokasi penting.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah;
Untuk mengetahui Jumlah Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan
tingkat pelayanan ruas jalan (Level Of Service) di Wilayah Kota
Tangerang Selatan.
Adapun Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:
1) Mengetahui jam puncak lalu lintas pada ruas-ruas jalan di wilayah
Kota Tangerang Selatan.
| 3
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
2) Mengetahui fluktuasi lalu lintas dan karakteristik lalu lintas.
3) Mengetahui kapasitas jalan.
4) Mengetahui kinerja ruas jalan.
5) Sebagai informasi bagi pengambilan keputusan dalam mengambil
kebijakan terkait merencanakan, mendesain serta pengoptimalan
suatu ruas jalan.
Maksud dan tujuan tersebut menguatkan pentingnya diperlukan Studi
Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR), sehingga dalam
merencanakan, mendesain dan pengoptimalan ruas jalan dapat
dilakukan dengan baik.
1.3. Ruang Lingkup
Secara rinci dari Pekerjaan Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata
(LHR) adalah pekerjaan dilaksanakan di wilayah Kota Tangerang
Selatan, yang terdiri dari 34 (Tiga Puluh Empat) ruas jalan.
Ruas-ruas jalan dimaksud, meliputi :
1) Jl. Raya Serpong (Putar Balik BSD – Simpang Tiga Gading
Serpong).
2) Jl. Raya Serpong (Sinar Mas/Cilenggang – Simpang Empat
Muncul).
3) Jl. Kapten Soebianto.
4) Jl. Kapten Soetopo.
5) Jl. Puspiptek.
6) Jl. JLS.
7) Jl. Raya Siliwangi.
8) Jl. Padjajaran.
9) Jl. Dewi Sartika
10) Ir. H. Djuanda.
11) Jl. Cirendeu Raya.
12) Jl. Raya Jombang.
| 4
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
13) Jl. Raya Aria Putra
14) Jl. Raya Pondok Aren
15) Jl. Raya Cianter (Simpang Tiga Maruga – Simpang Tiga Exit tol
BSD).
16) Jl. Bukit Indah Sarua (Simpang Tiga Maruga – Simpang Tiga Bukit
Indah).
17) Jl. Pondok Benda.
18) Jl. Astek.
19) Jl. H. Taif.
20) Jl. Merpati Raya.
21) Jl. Cenderawasih.
22) Jl. Tegal Rotan.
23) Jl. Ki Hajar Dewantara.
24) Jl. Kompas.
25) Jl. WR. Supratman (Node Simpang Tiga Kompas – Simpang Empat
Plaza Bintaro).
26) Jl. Pahlawan.
27) Jl. Purnawarman.
28) Jl. Bintaro Utama 3A.
29) Jl. Bintaro Utama 3.
30) Jl. Pondok Jaya.
31) Jl. Jelupang.
32) Jl. Pondok Jagung.
33) Jl. Lengkong Wetan.
34) Jl. Pondok Kacang.
Untuk lingkup materi kegiatan penyusunan lalu lintas harian rata-rata
dari 34 (tiga puluh empat) ruas jalan dilakukan pendekatan dan
metodologi yang antara lain akan mencakup :
1) Pengumpulan Data Sekunder/informasi yang ada dari instansi
terkait berupa peta jaringan jalan, inventarisasi jalan dan fungsi
serta kewenangan jalan serta data-data dukung lainnya.
| 5
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
2) Pengumpulan Data Primer berupa survey
pendahuluan/inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas
terklasifikasi dan survey kecepatan kendaraan.
3) Pengambilan data survey perhitungan lalu lintas pada masing-
masing ruas jalan mewakili karakteristik lalu lintas pada saat hari
kerja dan hari libur (sabtu/minggu).
4) Melakukan input data, rekapitulasi dan tabulasi hasil survey serta
melakukan pengolahan dan analisis data hasil survey baik data
sekunder maupun data primer. Penyajian data-data hasil survey
dapat dilakukan dengan menggunakan grafik/diagram dan kinerja
ruas jalan diplot dalam satu peta jaringan jalan.
5) Melakukan analisis kinerja lalu lintas atau tingkat pelayanan jalan
(Level Of Service atau LOS) berupan penentuan V/C ratio dan
kecepatan kendaraan.
Proses pengumpulan data terdiri dari :
1. Pengumpulan data primer.
Data primer diambil langsung dari lapangan melalui inventarisasi
ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi dan survey
kecepatan kendaraan.
2. Pengumpulan data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi seperti:
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang
Selatan, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang
Selatan serta instansi terkait lainnya. Dan data sekunder dapat juga
diperoleh dari literatur-literatur yang ada.
Lihat bagan tahapan metodologi pada gambar berikut ini:
| 6
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Bagan : Pemahaman Terhadap Lingkup dan Alur Metodologi
1.4. Hasil keluaran (Output)
Hasil keluaran (output) yang diharapkan dari Pekerjaan Penyusunan
Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) ini adalah:
1. Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR).
2. Karakteristis lalu lintas.
3. Fluktuatif lalu lintas dan komposisi kendaraan.
4. Penampang melintang lokasi survai.
5. Analisis kinerja lalu lintas berupa penentuan V/C ratio dan tingkat
pelayanan jalan (Level Of Service atau LOS).
Keluaran tersebut adalah bentuk langkah kongkrit data lokasional yang
menunjukan kinerja lalu lintas sebagai bahan pemecahan masalah
guna mengoptimalkan kinerja ruas jalan pada lokasi yang
bersangkutan.
1.5. Manfaat
Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal :
| 7
Persiapan Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan Data Primer
Pelaksanaan perhitungan lalu
lintas
Melakukan input data,
rekapitulasi dan tabulasi
Melakukan Analisis kinerja lalu lintas/LOS
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
1. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih fokus terhadap upaya
penilaian kinerja lalu lintas dan terkait dalam landasan kebijakan
manajemen rekayasa lalu lintas yang sesuai pada lokasi dimaksud.
2. Menjadi langkah yang positif bagi upaya mengatasi dan
menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih baik.
3. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran
analisis kawasan ruas jalan dan simpang serta membuat suatu
rumusan alternative guna meningkatkan kinerja lalu lintas pada
kawasan tersebut.
1.6. Sistematika Laporan Pendahuluan
Dalam penulisan laporan kegiatan yang diminta, yakni sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, maksud tujuan
dari kegiatan penyusunan lalu lintas harian rata-rata, beserta
dengan hasil keluaran (output) pelaporan studi.
BAB II Temuan Awal dan Gambaran umum Lokasi
Memaparkan tentang kondisi awal lokasi studi penyusunan
lalu lintas harian rata-rata berikut dengan gambaran umum
Kota Tangerang Selatan, baik secara administrasi maupun
kependudukan.
BAB III Jadwal Penugasan dan Tanggungjawabnya
Berisi tentang personalia pelaksana kegiatan beserta dengan
deskripsi tugas dan tanggung jawabnya.
BAB IV Metodologi dan Pendekatan Studi
Pada bab ini lebih pada metodologi pelaksanaan kegiatan
dengan paparan teknis berdasarkan teori yang ada tentang
lalu lintas yang mengacu pada berbagai pendekatan.
BAB V Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Berisi tentang rencana kerja pelaksanaan pekerjaan
penyusunan lalu lintas harian rata-rata sesuai dengan
kontrak yang telah di tandatangani.
| 8
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Spesifikasi teknis pembuatan buku Laporan Pendahuluan adalah:
- Cover buku pelaporan dibuat dalam Soft Cover atau Hard Cover
berwarna.
- Kertas HVS ukuran A-4 atau F-4.
- Untuk CD yang berisi soft copy laporan diberi kertas label minimal
berisi/tertulis judul pekerjaan dan tahun anggaran.
Keseluruhan laporan yang diminta sebagaimana disebutkan diatas
sudah secara utuh menggambarkan keseluruhan rangkaian kegiatan
dalam pelaksaan pekerjaan ini.
| 9
BAB IITEMUAN AWAL DAN GAMBARAN UMUM LOKASISTUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
2.1. Temuan Awal
Kajian psikologi suatu permukiman perkotaan dapat memberikan
gambaran perilaku warga permukiman dan baik buruknya keadaan
sosial, ekonomi dan budaya yang bermukim. Keberadaan lingkungan
permukiman perkotaan yang sarat dengan permasalahan transportasi
banyak dijumpai di Indonesia sebagai negara berkembang, demikian
pula di Tangerang Selatan. Faktor ekonomi, sosial dan budaya diduga
menjadi penyebab timbulnya kemacetan di kawasan perkotaan.
Permasalahan transportasi jalan merupakan fakta yang dihadapi oleh
masyarakat di kawasan perkotaan. Perkembangan kota Tangerang
Selatan yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Tangerang
Selatan. Laju pertumbahan penduduk sebesar 4,74% berdasarkan
perhitungan BPS dari tahun 2000 sampai dengan 2010 membawa
implikasi terhadap volume kendaraan yang digunakan oleh masyarakat.
Jumlah kendaraan berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi
dan pertambahan jumlah penduduk.
Seiring dengan perkembangan kota Tangerang Selatan, pertumbuhan
pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan
volume kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Pola ini terus
berlanjut sehingga perlu ada tindakan yang tepat untuk menangani
masalah ini, agar tidak menyebabkan masalah yang lebih serius.
Di Kota Tangerang Selatan, kepadatan jalan di ruas-ruas tertentu
menjadi masalah utama. Sehingga ditemukan permasalahan
diantaranya:
| 10
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Volume kendaraan yang tinggi menjadikan kapasitas jalan tidak
menampung sehingga mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk
(peak hours).
Belum adanya sistem rekayasa lalu lintas yang optimal guna
menanggulangi kemacetan.
Ruas jalan yang terbatas .
Kapasitas pelayanan angkutan umum yang tidak maksimal.
2.2. Gambaran Umum Lokasi
Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik
kordinat 106’38’-106’47’ Bujur Timur dan 06’13’30” – 06’ 22’30” Lintang
Selatan, secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dengan
luas wilayah 147.19 km2 atau 14.79 Ha.
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
2.2.1. Batas Administrasi
| 11
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Kota Tangerang Selatan merupakan sebuah kota yang berada di
Banten yang belum lama berdiri. Kota ini terdiri dari 7 kecamatan
yakni Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara,
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan
Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Setu.
Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah kecamatan dan
kelurahan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Adapun kota yang belum lama berdiri ini berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan
Kota Tangerang
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan
Kota Depok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan
Kota Depok
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
2.2.2. Kepadatan Penduduk
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan
No
KecamatanLuas Wilayah
(Ha)Prosentase terhadap
luas kota (%)
1 Serpong 2.404 16.33
2 Serpong Utara 1.784 12.12
3 Ciputat 1.838 12.49
4 Ciputat Timur 1.543 10.48
5 Pamulang 2.682 18.22
6 Pondok Aren 2.988 20.30
7 Setu 1.480 10.06
| 12
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jumlah 14.719 100
Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2010
Dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi, kepadatan
penduduk Kota Tangerang Selatan mencapai 8.856 orang/km2,
sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 4.391
orang/km2. Berdasarkan data yang diperoleh BPS Kabupaten
Tangerang dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk berada
di Kecamatan Pondok Aren dan Pamulang dengan jumlah
penduduk diatas 200.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Kecamatan Setu dengan jumlah penduduk
kurang dari 70.000 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2010 sebesar 8.856 orang/km2, yaitu
dengan Kecamatan Ciputat Timur mempunyai kepadatan
terbesar yaitu 11.881 orang/km2. Sedangkan kepadatan
penduduk terendah berada di Kecamatan Setu 4.391 orang/km2
Tabel. 2. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Tangerang
Selatan
Kecamatan Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah(km2)
Kepadatan(Jiwa)
Setu 64.985 15.61 4.163
Serpong 137.398 24.87 5.525
Pamulang 288.511 27.66 10.431
Ciputat 195.900 18.54 10.566
Ciputat Timur 183.330 16.42 11.165
Pondok Aren 307.154 28.83 10.654
Serpong Utara 126.291 18.85 6.700
| 13
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jumlah 1.303.569 147.19 8.146
Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 2010
Kepadatan penduduk tinggi di Kota Tangerang Selatan
disebabkan peningkatan jumlah dari waktu ke waktu selain
peningkatan secara alami dan faktor daya tarik wilayah yang
berdampak migrasi penduduk Kota DKI Jakarta. Wilayah
Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan provinsi
DKI Jakarta menjadi wilayah limpahan penduduk kota Jakarta.
2.3. Gambaran Lokasi Lalu Lintas Harian Rata-Rata
Jl. Raya Serpong (Cilenggang –
Simpang Empat Muncul).
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang
menghubungkan antara Tangerang
Selatan dengan Parung Kabupaten
Bogor, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Cisauk, Pasar Serpong dan
simpang tiga Taman Tekno.
Jl. Raya Serpong (Putar Balik
BSD – Simpang Tiga Gading).
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan lebar
dengan tipe jalan 6 lajur 2 arah dan
memiliki ROW 24 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
| 14
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
menghubungkan antara Kota
Tangerang dengan Kabupaten
Bogor, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu depan WTC,
bunderan Plaza BSD.
Jl. Kapten Soetopo.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan tipe
jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 30 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang BSD Junction sampai
dengan Exit Tol Ciater, dimana
pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Santa Ursula.
Jl. Puspiptek.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 8,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang dimulai
dari simpang tiga Pamulang 2
sampai dengan simpang empat
muncul, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Pamulang 2, simpang empat viktor
dan simpang empat Muncul.
Jl. JLS
| 15
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 10 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang empat Muncul sampai
dengan arah menuju Cisauk
Kabupaten Tangerang, dimana
pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan yaitu simpang empat
Muncul.
Jl. Pondok Jagung.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Graha Bintaro –
Bhayangkara sampai dengan
simpang tiga jalan Rawa Kutuk,
yang juga merupakan jalan
alternatif dari Perumahan Graha
Bintaro menuju Jalan Raya
Serpong tanpa melalui Alam
Sutera.
Jl. Jelupang.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 6 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Lengkong Wetan –
| 16
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
sampai dengan Graha Bintaro.
Ruas ini nampak tidak terlalu padat
namun pada simpang lengkong
wetan agak tersendat karena lebar
jalan cukup sempit pada saat
kendaraan akan berbelok.
Jl. Lengkong Wetan.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 6 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
jalan Raya Serpong Binus BSD
dengan Kelurahan Parigi dan
Perumahan Bintaro.
Jl. Raya Ciater. ( Simpang Tiga
Maruga – Simpang Tiga Exit Tol
BSD)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Maruga dengan
simpang tiga exit Tol BSD dengan
ruas yang sempit serta adanya
proyek perlebaran jalan turut
mempengaruhi kemacetan jalan
tersebut.
Jl. Pondok Kacang
| 17
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang dimulai
dari Kelurahan Pondok Kacang
Timur dengan Ciledug Kota
Tangerang.
Jl. Pondok Aren
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
Jl. Raya Jombang dan Jl. Ceger
yang akan tembus pada Tanah
Kusir Jakarta. Dimana titik rawan
kemacetan terjadi pada simpang
tiga Jl. Pondok Aren dan simpang
Tiga Pondok Jaya karena
pertemuan arus lalu lintas dan tidak
terdapat rambu maupun lampu
merah.
Jl. Pondok Jaya
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
| 18
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jl. Raya Pondok Aren dan Jl.
Bintaro sektor 9
Jl. Bintaro Utama 3A
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 12,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 15 meter.
Ruas yang terdapat ditengah
Perumahan Bintaro sektor 3 yang
telah menjadi jalan utama dengan
sisi kanan dan kiri dipenuhi dengan
toko-toko. Potensi kemacetan
dapat terjadi jika adanya angkot
yang berhenti menunggu
penumpang terlalu lama. Titik pusat
perbelanjaan Bintaro Plasa
terhubung dengan Bintaro Sektor 5
Pusat Bisnis Bank Mega serta
akses tol JORR
Jl. Bintaro Utama 3
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 18 meter.
Merupakan ruas jalan terusan
| 19
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Bintaro Utama 3A yang menuju ke
Bintaro sektor 1, dan ruas ini juga
bukanlah termasuk lalu lintas
padat.
Jl. WR Supratman
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 18 meter. Dimulai dari
simpang empat Bintaro Plasa
sampai dengan Jl. Ir H. Juanda
kampus UIN, ruas ini termasuk
lebar jalan yang cukup sempit
dengan volume kendaraan yang
cukup tinggi. Sehingga terdapat
titik-titik kemacematan pada
beberapa persimpangan
diantaranya simpang kompas,
simpang deplu dan perlintasan
kereta api pondok ranji.
Jl. Kompas
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7,00 meter. Penghubung
antara Jl. WR Supratman dengan
simpang empat Duren, ruas ini
| 20
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
termasuk yang tidak rawan
kemacetan
Jl. Merpati Raya
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini dimulai
dari simpang empat Duren sampai
dengan Jl. Raya Jombang, kondisi
jalan sudah relatif baik sehingga
tidak terdapat potensi kemacetan
yang berarti.
Jl. Tegal Rotan
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,80 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Memiliki potensi
kemacetan sedang karena ada
beberapa titik sedang mengalami
perbaikan jalan terutama di exit tol
Pondok Aren JORR. Ruas ini
menghubungkan exit tol Pondok
Aren dengan Perumahan Bintaro
sektor 9.
Jl. Cendrawasih
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,10 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas ini dimulai
dari exit tol Pondok Aren sampai
dengan simpang empat Duren yang
juga terkena dampak perbaikan
| 21
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
jalan di exit tol Pondok Aren,
dimana lebar jalan yang sempit
serta menjadi akses utama dari
wilayah ciputat untuk menuju tol
JORR.
Jl. Ki Hajar Dewantoro
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,10 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas jalan ini
menuju langsung ke Pasar Ciputat
dari simpang empat Duren, kondisi
rawan kemacetan pada pagi , siang
dan sore hari. Karena terdapat
pasar, sekolah dan terminal
bayangan yang ada di daerah
tersebut menyebabkan potensi
kemacetan yang cukup tinggi pada
waktu-waktu tertentu
Jl. Ir. H, Juanda
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara, yang
berfungsi sebagai ruas jalan utama
menuju DKI Jakarta dari Ciputat
dan Depok, sehingga ruas ini
merupakan ruas yang padat
dengan beban kendaraan tinggi .
| 22
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jl. Pahlawan
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dimana
terletak di wilayah rempoa menuju
Jl Ir. H. Juanda. Pada pagi dan
sore hari merupakan jalur padat
dimana banyaknya warga yang
berangkat dan pulang pada peak
hours.
Jl. Raya Cirendeu
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,30 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 10,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota yang
merupakan ruas alternatif dari
Pamulang menuju Pasar Jumat /
Lebak Bulus, dan banyak
disekitarnya perumahan-
perumahan cluster menjadikan
area yang rawan kemacetan, selain
banyak juga angkot yang berhenti
mencari penumpang.
Jl. Purnawarman
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini
| 23
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
termasuk dalam jalan kota yang
merupakan sebagai penghubung
atau jalan pintas dari Ciputat
menuju Jl. Cirendeu menjadikan
ruas favorit warga untuk melintasi
jalan ini, selain mulai banyak
cluster perumahan kelas menengah
pada jam sibuk terjadi kemacetan
hanya di simpang cirendeu saja.
Jl. Dewi Sartika
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 15,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara yang
terletak di Pasar Ciputat sehingga
selain jumlah kendaraan yang
tinggi dari arah Jakarta menuju
Pamulang, Sawangan dan
sekitarnya dan arah sebaliknyanya
mengakibatkan rawan kemacetan
baik di pagi, siang, sore dan malam
hari.
Jl. Pajajaran
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 9,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 12,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dengan
ruas penghubung Ciputat menuju
Pamulang dan beberapa titik
terdapat lubang dan bergelombang
| 24
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
turut memicu hambatan perjalanan
pengendara terutama di simpang
menuju Jombang melalui Jl H. Taif,
sementara rambu-rambu masih
sangat minim terpasang.
Jl. H. Taif
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dan
berfungsi sebagai jalan pintas dari
Pamulang yang akan menuju
Jombang menjadikannya alternatif
masyarakat dari pada memutar
melalui pasar Ciputat. Sehingga
ruas ini relatif selalu ramai.
Jl. Aria Putra
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 10,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 12,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
menghubungkan pasar Ciputat
dengan pasar Jombang dengan
ruas yang cukup lebar masih
anggap mampu menampung
kapasitas kendaraan kecuali di
ujung ruas Jl. Aria Putra yang
bertepatan di Pasar Ciputat relatif
rawan kemacetan karena adanya
| 25
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
penyempitan ruas jalan serta
kondisi jalan yang kurang baik.
Jl. Bukit Indah Serua ( Simpang
Tiga Maruga – Simpang Tiga
Bukit Indah)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota adalah
akses dari Serua menuju exit tol
BSD menjadikan jalur ini ramai
pada jam-jam sibuk, kemacetan
terjadi biasanya pada simpang
pamulang 2
Jl. Raya Jombang
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,70 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
merupakan ruas jalan yang cukup
panjang dimulai dari pasar
Jombang hingga Ciledug sehingga
terdapat ruas-ruas padat dan tidak
terlalu padat. Terutama simpang-
simpang yang bersinggungan ruas
jalan potensial seperti simpang
empang empat bintaro, simpang
pondok aren.
Jl. Kapten Soebiyanto
| 26
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan tipe
jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 32,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
terletak di depan German Center
yang dimulai dari BSD Junction
sampai dengan exit tol Serpong.
Pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan di traffic light German
Center.
| 27BAB IIIJADWAL PENUGASANSTUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
3.1. Tenaga Ahli dan Tanggungjawabnya
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
ini, konsultan mengajukan posisi
tenaga ahli sesuai dengan kualifikasi
dalam KAK. Tenaga ahli akan bekerja
sesuai dengan porsi yang sesuai
dengan perhitungan usulan biaya.
Tabel .1.3. Posisi Keahlian
Posisi Tenaga Ahli sesuai KAK
Tahun PengalamanRekomendasi Spesifik
Keahlian
Ahli Madya Perencanaan Transportasi (Sebagai Team Leader)
6 TahunS2 Teknik Sipil Transportasi
Ahli Muda Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
6 TahunS1 Teknik Sipil Transportasi
Kepala Surveyor - S1 Teknik Sipil
Surveyor - D3
Juru Gambar / Drafter - D3 Teknik sipil
Operator Komputer SMA/sederajat
| 28
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggungjawab
TENAGA AHLI(Personil Inti)
Nama PersonilPerusahaa
n
Tenaga Ahli
Lokal/ Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Yang
DiusulkanLingkup Pekerjaan
Jumlah Orang Bulan
1. Ir. Oentoeng Kartono, MT
PT. Sat Windu Utama
Lokal Ahli Madya Teknik Sipil
Ketua Tim / Ahli Perencana
an Transporta
si
Memimpin dan mengkoordinasikan pekerjaan secara efektif dan efisien agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancer guna mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengna yang direncanakan oleh Pemberi Kerja.
Mengkoordinir dan mengakolasikan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing tenaga ahli.
Mempertanggungjawabkan secara keseluruhan penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan ini dan menjaga mutu pekerjaan sesuai dengan maksud dan tujuan, serta sasaran pekerjaan dari awal sampai akhir pelaksanaan.
Menyusun rencana kegiatan dengan tenaga ahli serta mengarahkan pelaksanaan.
Mengawasi pelaksanaan secara rutin dan menjamin setiap pelaporan kemajuan proyek agar tepat waktu
Memberikan petunjuik pada tim kerja
2
| 29
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
konsultan Bertanggungjawab untuk seluruh lingkup
kegiatan Menyusun metodologi dan rencana kerja. Mobilisasi tenaga ahli dan penyelesaian
pekerjaan serta kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
Bertanggung jawab atas semua bentuk laporan dan menterjemahkan apa yang diminta oleh pemberi tugas (yang terdapat dalam TOR), termasuk aspek administrasi, teknik dan keuangan.
Bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan pada pekerjaan ini dari tahap awal sampai dengan pekerjaan selesai.
Membuat analisis kerja (LOS) dan rekomendasi pemecahan permasalahan lalu lintas.
2. Romli Rais Soaib, ST PT Sat Windu Utama
Lokal Ahli Muda Teknik Sipil
Ahli Manajeme
n Rekayasa Lalu Lintas
Bersama-sama melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pemantapan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan serta tenaga pelaksana.
Bertanggung jawab dalam pengendalian/pengaturan personil serta pelaksanaan pengambilan data primer (survey-survey lapangan) dan memberikan masukan tentang metode, format serta jenis survey lapangan dan data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis manajemen.
Rekayasa lalu lintas Bertanggung jawab atas hasil pengumpulan
| 30
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
data sekunder dan data primer. Bertanggung jawab atas hasil analisis berupa
perhitungan kepasitas lalu lintas dan hasil analisis/ gambar penampang melintang jalan.
Membantu team leader dalam melakukan analisis kinerja lalu lintas
Surveyor Surveyor adalah tenaga yang melakukan pengambilan data sesuai yang dibutuhkan dalam analisis pekerjaan ini. Tanggung jawab koordinasi di lapangan dilaksanakan oleh Kepala Surveyor
Masing-masing 1,5 OB
| 31
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
10.RW. Bagus W., ST11.Rudi WIjaya, ST12.Ali Zaenal A, SEI13.Abdilah Mauludi,
pekerjaan yang berkaitan dengan studio dan pekerjaan kantor
lainnya.
Hubungan tim teknis dengan konsultan pelaksana dalam pekerjaan ini
disusun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Lingkup pekerjaan dan volume pekerjaan
2. Pemahaman atas tugas dan koordinasi di lokasi
3. Kondisi dan permasalahan yang akan dihadapi
4. Tujuan dan hasil akhir pekerjaan
5. Jangka waktu pelaksanaan
| 35
DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI & INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN
Tim Teknis
KONSULTAN
TEAM LEADER
TENAGA AHLI :TA Perencanaan Transportasi
TA Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
TENAGA PENDUKUNG
OUT PUT KEGIATAN :Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR).Karakteristis lalu lintas.Fluktuatif lalu lintas dan kompsisi kendaraan.Analisis kinerja lalu lintas Penampang Melintang Lokasi Survey
Merencanakan, mengkoordinasikan serta melaksanakan pekerjaan;Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengambilan data primer (survey-survey lapangan) dan data sekunder;Melakukan analisis kinerja lalu lintas;Menyusun detail perencanaan.
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
| 36
Gambar 3.1. Struktur Pelaksanaan Pekerjaan
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
3.4. Jadwal Penugasan Personil
No Nama Jabatan Bulan
Penugasan1
Bulan Penugasan2
MM
A. TENAGA AHLI 4
1. Ir. Oenteong kartono, MTKetua Tim
Ahli Perenc. Transportasi ….……….……………………………..…………………...
…………………..
2
2. Ir. Romli RaisAhli Manajemen Rekayasa
Lalu Lintas ….……….……………………………..…………………...
…………………..
2
B. TENAGA PENDUKUNG
I Supardi, ST (Kepala) Surveyor ………………………….…………..………………
………………………….…. 1,5
1. Yanti Armila Dewi, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
2. Dede E. Riswandi, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
3. Octavian M., ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
4. Moch, Rieza Azmil, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
5. A. Nugroho PP, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
6. Heri Samsul Bahri, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
7. Budi Santoso, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
8. Fajar E., ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
9. Abdilah mauludi, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
10.RW. Bagus W., ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
11.Rudi WIjaya, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
12.Ali Zaenal A, SEI ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
13.Abdilah Mauludi, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
14.M. Asri, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
37
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
15.Km. Sutawijaya, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
16.Marimin, ST ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
17.Yuhendi Alamsyah ………………………….…………..………………
………………………….….
1,5
18.Margono, BE19.Lusi Kurniawan, ST ………………………….…………..
………………………………………….
…. 1,5
20.Andi Budiyanto, ST ………………………….…………..………………
………………………….…. 1,5
II 1. Alia Saksia Puspita, ST Juru Gambar ………………………….…………..………………
………………………….…. 2
III 1. A. Fathoni, S.Sos.i Operator Komputer 22. Cahya baskoro 2
Jumlah 41,5
38
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
3.5. Keluaran/Produk
Sebagai hasil produk kegiatan konsultan , akan dituangkan dalam 3
jenis laporan kegiatan yang harus diserahkan sesuai dengan tahapan
dan jadwal pelaksanaan. Laporan kegiatan pekerjaan Penyusunan Lalu
Lintas Harian Rata-rata yang harus diserahkan konsultan terdiri dari :
1. Laporan Pendahuluan
Garis besar Laporan Pendahuluan berisi tentang :
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi;
b. Jadwal penugasan Tenaga Ahli dan Tanggung Jawabnya;
c. Metodologi dan Pendekatan;
d. Rencana kerja dan Jadwal pelaksanaan kegiatam konsultan.
2. Laporan Antara
Laporan ini merupakan laporan draft akhir pekerjaan dengan
mengakomodir semua masukan-masukan hasil diskusi dari konsep
laporan akhir yang sudah disetujui Tim Teknis.
39
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
4.1. Metodologi dan Pendekatan
4.1.1. Pendekatan Teoritis
Rekayasa lalu lintas adalah suatu penanganan yang berkaitan
dengan perencanaan, perancvangan geometrik dan operasi lalu
lintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan serta
keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.
Sedangkan istilah Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan
di Indonesia adalah salah satu cabang dari tiknik sipil yang
menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu
lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan
merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik
jalan, dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta
alat pemberi isyarat lalu lintas.
Lalu lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009
didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu
Lintas Jalan, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu
Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan
dan fasiltas pendukung.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat lancar tertib dan
teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan
rekayasa lalu lintas
40
BAB IVMETODOLOGI DAN PENDEKATANSTUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan
perundangan meyangkut arah lalu lintas, perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan
pengendalian arus di persipangan.
4.1.2. Teori Manajemen Lalu Lintas
Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan prencanaan, pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas
bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan :
a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan,
dan/atau jaringan jalan;
b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan
tertentu;
c. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat
pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan
intra dan antar moda;
d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah
bagi pemakai jalan.
4.1.3. Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan
evaluasi tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain
untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini
adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan
untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan. Penetapan tingkat pelayanan yang
diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang
diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan :
41
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan, kapasitas,
dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek
lingkungan, aspek sosial dan ekonomi. Penetapan pemecahan
permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program
pelaksanaan perwujudannya. Maksud rencana dan program
perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi : penentuan
tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan
ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan
pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu-rambu
lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat
pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau
tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun
penyuluhan kepada masyarakat.
4.1.4. Kegiatan Pengaturan Lalu Lintas
Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau
ruas-ruas jalan tertentu. Termasuk dalam pengertian penetapan
kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain
penataan sirkulasi lalu lintas, penetuan kecepatan maksimum
dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan
dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
4.1.5. Kegiatan Pengawasan Lalu Lintas Meliputi
1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan
penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mendukung
pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.
Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi
inventarissasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu
42
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan
tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas
pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian
antara lain meliputi penentuan criteria penilaian, analisis
tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan
perbaikan.
2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu
lintas. Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah
ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah
peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam
pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak
diinginkan.
4.1.6. Kegiatan Pengendalian Lalu lintas Meliputi
1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk
dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian
pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan
manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh
keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin
tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
4.2. Pendekatan Komponen Lalu Lintas
Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai
pengguna, kendaraaan dan jalan yang saling berinteraksi dalam
pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan
dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
43
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu
lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan
geometric. Lihat gambar berikut ini :
a) Manusia sebagai pengguna
Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi
atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai
kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi,
konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan psikologi, umur serta jenis kelamin dan
pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan
dan tata ruang.
b) Kendaraan
Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik
yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan perlambatan,
dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang
cukup untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.
c) Jalan
Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui
kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk
pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu
mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu
mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga
dapat meredam angka kecelakaan lalu lintas.
44
Manusia
Kendaraan Jalan
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
4.2.1. Lalu Lintas Harian Rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata adalah jumlah kendaraan yang
melewati satu titik dalam satu ruas dengan pengamatan selama
satu tahun dibagi 365 hari. Besarnya LHR akan digunakan
sebagai dasar perencanaan jalan dan evaluasi lalu lintas pada
masa yang akan datang. Untuk memprediksi volume LHR pada
tahun rencana, digunakan persamaan regresi.
Y=a+bX
b=n∑ X∑ Y−∑ X∑Y
n∑ X2−(∑ X )2
a=∑ Y−∑ X∗b
n
i=[LHRn−LHR(n−1) /LHR(n−1) ]×100%
Dimana :
Y = volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)
X = tahun
a dan b = konstanta
LHRn = lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke-n
n = jumlah tahun
i = pertumbuhan lalu lintas
4.2.2. Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melintas di
suatu titik pada suatu ruas jalan dengan interval waktu tertentu
yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Dalam
perencanaan, digunakan perhitungan volume puncak yang
dinyatakan dalam volume per jam perencanaan. Perhitungan
volume lalu lintas digunakan rumus berdasarkan MKJI No.
036/T/BM/1997.
45
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
QDH=LHRT ×k
dimana :
QDH = arus lalu lintas yang digunakan untuk
perancangan.
k = faktor peubah dari LHRT ke lalu lintas jam puncak.
LHRT = lalu lintas harian rata-rata tahunan.
4.2.3. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan didefinikan sebagai arus maksumum yang dapat
dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik pada
suatu ruas jalan dalam kondisi yang ada. Besarnya kapasitas
jalan menurut MKJI 1997:
C=Co×FCw×FC SP× FCSF
dimana :
C = kapasitas (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = factor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FC SP = factor penyesuaian pemisah arah
FC SF = factor penyesuaian hambatan samping
Tabel 3. Kapasitas Dasar (Co)
Tipe JalanTipe
AlinyemenKapasitas Dasar
Empat lajur terbagi
Datar
Bukit
Gunung
1900
1850
1800
Smp/jam/lajur
Smp/jam/lajur
Smp/jam/lajur
Empat lajur tak terbagi
Datar
Bukit
Gunung
1700
1650
1600
Smp/jam/lajur
Smp/jam/lajur
Smp/jam/lajur
Dua lajur tak terbagi Datar 3100
3000
Smp/Jam/total kedua arah
Smp/Jam/total kedua arah
46
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Bukit
Gunung 2900 Smp/Jam/total kedua arah
Sumber : MKJI No. 036/T/BM/1997
Tabel 3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar efektif Jalur Lalu Lintas (m) FCw
Empat Lajur TerbagiEnam lajur terbagi
Per lajur
3,00 0,913,25 0,963,50 1,003,75 1,03
Empat lajur tak berbagi Per lajur
3,00 0,913,25 0,963,50 1,003,75 1,03
Dua lajur tak terbagi Total dua arah
5,00 0,696,00 0,917,00 1,008,00 1,089,00 1,15
10,00 1,2111,00 1,27
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997
Tabel 4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah (FCSP)
Pemisah Arah SP%-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSPDua Lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat Lajur 4/4 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997
Untuk jalan berbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan dan bernilai 1,0.
Tabel 5. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat hambatan Samping (FCSF)
Tipe JalanKelas
Hambatan Samping
Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCSF)
Lebar bahu efektif Ws≤ 0,5 1,0 1,5 ≤ 2,0
4/2 D Very Low 0,99 1,00 1,01 1,03Low 0,96 0,97 0,99 1,01Medium 0,93 0,95 0,96 0,99High 0,90 0,92 0,95 0,97
47
Laporan PendahuluanStudi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)