LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011 Arie Nizar Sidqi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN
Oleh:
Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
Arie Nizar Sidqi
LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI SANITASI ALAT MAKAN METODE
USAP (SWAB)
A. Alat:
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu Bunsen
4. Lidi kapas/swab steril
5. Pipet ukur steril
6. Pipet filler
7. Cawan petri steril
8. Inkubator
9. Colony counter
10. Sarung tangan steril
11. Spidol
12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium
13. Gunting
14. Termos es / tas pembawa sampel
B. Bahan:
1. Larutan buffer phosphat steril
2. Media PCA (Plate Count Agar)
3. Kertas cellotape
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas aluminium foil
9. Korek api
10. Sampel alat makan atau alat masak
C. Cara Kerja:
1. Pengambilan sampel
a. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel alat
makan atau alat masak.
b. Ambil alat makan atau alat masak yang akan diperiksa masing-masing
diambil 4 – 5 buah tiap jenis yang diambil acak dari tempat
penyimpanan.
c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan
dan alat masak dalam kelompok-kelompok.
d. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup tabung reaksi dan
masukkan lidi kapas steril kedalamnya.
e. Lidi kapas steril dalam tabung reaksi di tekan ke dinding untuk
membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan
atau alat masak.
f. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan :
1) Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir
setinggi 6 mm.
2) Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok
sendok.
3) Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
4) Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan
menyilang siku-siku antara garis usapan yang satu dengan garis
usapan kedua.
g. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-
turut.
h. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara
seperti pada butir 6.
i. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, batang lidi kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung,
bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian ditutup.
j. Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan
nama alat makan atau alat masak dan tempat diambilnya sampel.
k. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa.
2. Pemeriksaan sampel
a. Aseptiskan tangan, meja dan alat kerja.
b. Ambil suspensi sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masing-masing masukkan
ke dalam cawan petri steril dan beri label.
c. Tuangkan media PCA sebanyak ± 15 ml atau 1/3 tinggi cawan.
d. Homogenkan membentuk angka 0 atau 8, tunggu sampai
padat/membeku, bungkus dengan kertas pembungkus.
e. Inkubasi piaran dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam.
f. Lihat koloni yang ada di media PCA dengan coloni counter dan hitung
dengan rumus:
D. Hasil Pemeriksaan:
a. Alat makan yang diperiksa : Piring
b. Hasil :
koloni sampel 1 ml = 22
koloni sampel 0,1 ml = 56
= 98 koloni/cm2
E. Pembahasan:
- Baku mutu:
Berdasarkan bakumutu kepmenkes No:1204/MENKES/SK/X/2004
bahwa kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
Dari hasil pemeriksaan uji usap alat (piring) diketahui angka total kuman
sebanyak 98 koloni/cm2, sehingga piring tersebut masih memenuhi
persyaratan kebersihan alat.
- Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan:
Dengan tingginya angka total kuman, mengindikasikan bahwa peralatan
tersebut tidak memenuhi syarat kebersihan peralatan sehingga bila
peralatan makan tersebut masih digunakan akan mengakibatkan
kontaminasi terhadap makanan dan penyakit yang dapat ditimbulkan
yaitu diare, tipus, dan penyakit pencernaan lainnya.
- Solusi:
Solusi yang dapat digunakan untuk menurunkan angka total kuman di
peralatan makanan yaitu dengan metode pencucian peralatan makanan
yang baik dan benar, menggunakan air bersih yang mengalir, dll.
LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PLASMODIUM MALARIA
A. Alat:
Mikroskop
B. Bahan:
Preparat
C. Cara kerja:
1. Siapkan Preparat
2. Siapkan mikroskop
3. Letakkan preparat di mikroskop
4. Amati ada tidaknya Plasmosium
D. Hasil Pengamatan:
Dari hasil pemeriksaan terhadap preparat, jenis plasmodium yang diamatai
adalah Plasmodium falciparum.
E. Pembahasan :
ST. TROPOZOID MUDA / RING (FALCIPARUM)
• Sering di jumpai• Cincin berukuran kecil
dan halus• Sitoplasma sangat
halus bewarna biru pucat, bersifat padat dan kompak
ST. TROPOZOID MATANG/DEWASA(FALCIPARUM)
Sitoplasma lebih tebal bentuknya berupa huruf koma/ tanda seru
• Sering di jumpai
ST. SCIZONT (FALCIPARUM)
• ST. ini jarang terlihat, kecuali pada kasus serius
• Terdiri dari merozoid-merozoid kecil di antara pigmen yang sangat gelap
ST. GAMETOSIT (FALCIPARUM)• Hampir sering di jumpai• Bentuknya seperti pisang
/ bulan sabit dan isi kacang
• Pigmen berupa bintang dan kasar mengumpul serta menyebar pada sitoplasma
• Warna pigmen sering hitam (gelap), coklat tua di sertai kekuning-kuningan
• Pigmen ini merupakan tanda pertama yang harus dapat dilihat
• Pada gametosit muda kadang dapat ditemukan balon merah di luar dinding sel
ST. TROPOZOID MUDA / RING (VIVAK)
• Sering di jumpai• Sitoplasma berbentuk
cincin biru dan tebal, mempunyai variasi dalam bentuk yang tidak teratur
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN
“PEMERIKSAAN SANITASI TANAH”
Oleh:
Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
A. PENDAHULUAN
Petunjuk pemeriksaan sampel tanah ini dibatasi pada pemeriksaan
adanya telur dan larva cacing usus pada tanah permukaan. Metoda yang
dipilih adalah metoda yang sudah ada dan dipakai secara meluas di Indonesia.
Adanya telur atau larva cacing usus pada tanah permukaan dapat
diperkirakan bahwa tanah tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia. Ini
berarti pula bahwa penggunaan jamban di daerah tersebut masih merupakan
masalah. Oleh karena itu maka hasil dari pemeriksaan ini akan bermanfaat
untuk penyuluhan kesehatan.
B. TUJUAN
Buku petunjuk ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi petugas
kesehatan lingkungan dan petugas laboratorium tentang cara-cara
pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium dan interpretasi hasil
pemeriksaan.
C. PENETAPAN LOKASI
Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah
penduduk misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT,
daerah kumuh, desa nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.
Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu.
Prioritas lokasi adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum
semua anggota keluarganya menggunakan jamban.
Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah,
seperti pada tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar
dapur dan kamar mandi.
b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar
jamban, halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan
tercemar kotoran manusia.
D. PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah
permukaan adalah bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian
tanah ini diambil dengan mudah dengan cara pengerokan dengan sendok
semen. Hal ini penting diketahui karena telur/larva cacing usus yang tersebar
pada tanah adalah berada pada permukaan tanah.
1. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :
a. Garpu tanah
b. Sendok semen
c. Kantong plastik
d. Spidol
2. Cara Pengambilan
Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan,
rumput-rumput kering dan kerikil.
b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal
pengambilan sampel dengan spidol permanen.
c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas 40 x 40 cm2
dengan menggunakan sendok semen sebanyak 100 gram.
d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk
dikirim ke laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel
tanah.
E. PENGIRIMAN SAMPEL
Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari.
Dalam perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.
Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat
dikirim ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.
F. PEMERIKSAAN SAMPEL
1. Sasaran
Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :
a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing
tambang
b. Larva untuk cacing : Strongiloides
2. Reagensia
Reagensi yang diperlukan :
a. Larutan hipoklorid 30%
b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)
c. Eosin
d. Aquadest
3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah :
a. Sendok tanah
b. Sentrifuse lengkap dengan tabung
c. Tabung reaksi dengan rak
d. Obyek glass (kaca benda)
e. Deck glass (kaca tutup)
f. Gelas ukur 1.000 ml
g. Steering rod (kaca pengaduk)
h. Hydrometer (pengukur BD)
i. Mikroskop
j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)
k. Kaos kecil
l. Aplikator
m. Corong
n. Timbangan
4. Prosedur
a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-
daunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.
b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.
c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi
tanah.
d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.
e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan
sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit.
Lakukan kegiatan ini sampai 2 kali.
f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.
g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah
disiapkan sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.
h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5
menit.
i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan
dalam rak yang telah tersedia.
j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung
sentrifuse sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya
sedikit mengembung. Diamkan beberapa menit.
k. Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila
BD-nya tinggi sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah
dengan larutan MgSO4.
l. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30
menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur
dan larva tersebut sudah mengapung dan menempel pada deckglass.
m. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika
perlu tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.
n. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva
cacing usus yang ada.
o. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.
F. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan hasilnya adalah negatif tidak
ditemukan telur/larva cacing usus.
G. PEMBAHASAN :
Dengan tidak ditemukannya telur cacing usus pada tanah tersebut
dapat memberikan indikasi bahwa tanah tersebut tidak tercemar oleh kotoran
manusia dan telur cacing seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan
cacing tambang.
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN
Oleh:
Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
LEMBAR KERJA PRAKTEK SEEDING PARAMECIUM Sp.
A. Alat:
1. Becker glass
2. Pipet tetes
3. Fiber glass
4. Mikroskop
B. Bahan:
1. Jerami
2. Air comberan
3. Air bersih
C. Cara Kerja:
1. Membuat Infusion
a. Cacah jerami ± 2 cm.
b. Masukkan kedalam becker glass.
c. Isi air secukupnya (± 2 lt)
d. Didihkan dan kemudian dinginkan selama 1 x 24 jam.
2. INOKULASI
a. Teteskan 5-20 tetes air comberan domestik pada infusion (biang
paramecium)
b. Kemudian diamkan selama 3 x 24 jam.
c. Periksa keberadaan Paramecium Sp. dengan mikroskop perbesaran
100 x.
d. Bandingkan kepadatan perlapangan pandang.(bisa dengan
Haemacytometer atau dengan kepadatan plangkton).
3. Aplikasi
Uji keberadaan racun dalam air limbah.
Paramecium Sp. sangat tahan terhadap limbah domestik sehingga
bila keberadaannya tidak ada di air limbah maka dicurigai ada zat
racun/kimia yang berbahaya di dalam air limbah.
LEMBAR KERJA PRAKTEK DESAINFEKSI AIR
Desinfeksi dapat dilakukan secara fisik, yaitu dapat dengan menggunakan:
1. Pemanasan suhu tinggi (dimasak)
2. Pemanasan dengan matahari (SODIS = Solar Desinfektion)
3. UV
4. Ozon
5. RO
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN
Oleh:
Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN AMMONIA
A. Alat:
1. Comparator Wagtech international
2. Cakram warna (Colour disc) Ammonia (Wag-WE10204)
3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197
B. Bahan:
1. Tablet No.1 Wagtech Ammonia
2. Tablet No.2 Wagtech Ammonia
3. Sampel air
4. Tisue pembersih
C. Cara Kerja:
1. Siapkan comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum.
2. Isilah tabung periksa dengan 10 ml air sampeltepat pada tanda garis.
3. Masukkan Tablet No. 1 dan No.2, hancurkan dan aduk supaya larut.
4. Biarkan 10 menit untuk proses pembentukan warna. Pada suhu 20oC butuh
waktu hingga 15 menit.
5. Masukkan tabung periksa yang berisi air perlakuan pada tempat sebelah
kanan.
6. Masukkan tabung periksa yang berisi air sampel saja (blanko) pada tempat
sebelah kiri.
7. Bacalah hasil pemeriksaan, dengan cara memutar dan mencocokan warna
pada cakram.
8. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Ammonia dalam satuan mg/L
sebagai N. Selanjutnya dapat dikonversikan sebagai NH4 dengan
mengalikan 1,3 atau sebagai NH3 dengan mengalikan 1,2.
9. Pemeriksaan menggunakan prosedur ini mampu mendeteksi kadar
Ammonia pada kisaran 0-1,0 mg/L.
D. Hasil Pemeriksaan:
1. Sampel air = Air kran
2. Kadar Ammonia = 0,8 mg/L sebagai N
= 1,04 mg/L sebagai NH4
= 0,96 mg/L sebagai NH3
E. Pembahasan:
- Baku mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990
tidak memperbolehkan Ammonia terdapat pada air bersih. Hasil kegiatan
praktikum menunjukan bahwa kualitas air bersih sebesar 0,8 mg/L sebagai
N, 1,04 mg/L sebagai NH4, 0,96 mg/L sebagai NH3, yang berarti kadar
ammonia tidak memenuhi standar baku mutu untuk kualitas air bersih.
- Potensi gangguan kesehatan/lingkungan : Dengan adanya ammonia, air
tersebut jika dikonsumsi akan menimbulkan keracunan
- Solusi : Untuk menurunkan/ mengurangi kadar ammonia, cara yang dapat
dilakukan adalah klorinasi dan aerasi pada air.
LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN NITRAT
A. Alat:
1. Comparator Wagtech international
2. Cakram warna (Colour disc) Nitrate (WE10238)
3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197
4. Tabung nitratest
5. Pipet ukur/spuit 1 mL
B. Bahan:
1. Wagtech Nitratest powder
2. Tablet Wagtech Nitratest
3. Tablet Wagtech Nitricol
4. Aquadest (deionised water)
5. Sampel air
6. Tisue pembersih
C. Cara Kerja:
1. Siapkan Comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum.
2. Ambil satu tabung nitratest yang bersih tambahkan 1 ml air sampel.