This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA
SEMESTER V TAHUN 2007 / 2008
FORMULASI SEDIAAN ANTASIDA
PEMBIMBING :
Dra. TUTIEK PURWANTI, M.Si., Apt
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III GOLONGAN SENIN PAGI
1. MADE ARY SARASMITA ( 050513146 )2. ANA NURLAILI HIDAYAH ( 050513172 )3. JOSEPHINE PARAMITA A. ( 050513240 )4. NOVA MEI INDIRIANI ( 050513248 )5. YUNITA WINDA UTARI ( 050513252 )6. ANITA SETYAWATI ( 050513260 )7. NANDHIA BUDIARNI ( 050513272 )8. BETY NURFIA P. ( 050513282 )9. IKA DIAN NURFIATIN ( 050513290 )10. AFED HARTANTO ( 050513292 )11. RIDHA ALDY Z. ( 050513298 )12. IMANDA DYAH R. ( 050513300 )13. VORY DEWI YURIKASARI ( 050513318 )14. FENDIKA DWI YUDHA ( 050513328 )15. YUSI WIDYA A. ( 050513147 )
BAB I
PENDAHULUAN
Mukosa lambung, pilorus dan kardia mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya
tahan dengan asam lambung. Sel parietal di fundus dan korpus mengeluarkan HCl dan
chief sel mengeluarkan pepsinogen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCl menjadi pepsin,
suatu enzim proteolitik. Bila produksi asam lambung dan pepsin yang bersifat korosif
tidak berimbang dengan sistem gastroduodena, maka akan terjadi tukak peptik di
esofagus, lambung atau/dan duodenum.
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk
menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang
dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Kapasitas
menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi bervariasi, tapi pada umumnya
pH lambung tidak lebih dari 4, yaitu keadaan yang jelas menurunkan aktivitas pepsin,
kecuali bila pemberiannya sering dan terus menerus. Mula kerja anasida sangat
bergantung pada kelarutan dan kecepatan neralisasi asam, sedangkan kecepatan
pengosongan lambung sangat menentukan masa kerjanya.
Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan non sistemik.
Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga
menyebabkan urine bersifat alkalis, pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi
alkalosis metabolik, serta penggunaan kronik natrium bikarbonat memudahkan
nefrolitiasis fosfat. Sedangkan antasida non sisteik hampir tidak diabsorbsi dalam usus
sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah
sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.
Seperti yang telah disebutkan di atas, HCl disekresi oleh sel parietal di bagian
kanalikuli. Proses sekresi tersebut melalui 3 fase, yaitu :
1. fase chepalic : dihubungkan oleh vagus dan merupakan hasil dari aktivitas
Susunan Saraf Pusat melibatkan rangsang bau dan rasa.
2. fase gastris : dihubungkan oleh saraf lokal dan refleks diawali oleh rangsangan
kimia ( seperti hasil pencernaan pada reseptor di mukosa ).
3. fase intestinal : diawali oleh rangsangan kimia pada duodenum.
1
Sedangkan faktor-faktor yang dapat merangsang HCl pada sel parietal adalah
gastrin ( hormon ), acetilcholine ( neurotransmiter dari parasimpatis ), dan histamin
( hormon lokal, dengan reseptornya H2 ). Mekanisme sekresi HCl secra terperinci adalah
sebagai berikut :
2
Memompa ion H+ ke dalam lumen kanalikuli secara transport aktif dengan dikatalisis enzim H+ - K+ - ATPase, berikatan dengan ion Cl- dalam lumen kanalikuli
Stimulus / rangsang
sistem saraf
Asetilkolin
(parasimpatis)
H2 Gastrin
M2 ReseptorH2 Reseptor Reseptor gastrin yang spesifik
Menstimulasi sel parietal
HCl
Ada dua faktor kemungkinan yang menjadi penyebab gastritis :
1. Sistem pertahanan mukosa gastroduodenal yang lemah.
Mukosa lambung dilapisi oleh lapisan mukus dan bikarbonat yang melindungi
dari HCl dan pepsin. Bila kondisi mukosa terganggu, misalkan akibat pemberian
alkohol, cuka, anti inflamasi non steroid dan kortikosteroid serta infeksi dari
bakteri Compylobacter pylori, maka akan meningkatkan kemungkinan iritasi oleh
HCl dan pepsin yang bersifat korosif.
2. Sekresi asam lambung yang berlebih.
Dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya : ketidakseimbangan hormon
gastrin, jumlah sel parietal yang banyak, kelainan dalam pompa H+ pada lumen
kanalikuli atau bisa juga disebabkan oleh kerja saraf parasimpatis yang terlalu
berlebihan ( misal karena rangsangan kofein ).
Salah sau terapi gastritis adalah dengan menetralkan asam lambung yang berlebih
sehingga mukosa lambung masih mampu mentolerir sifat korosif HCl-Pepsin,
kemungkinan iritasi dapat diminamilisir, tetapi lambung tetap dapat menjalankan
fungsinya mencerna makanan dengan baik, yaitu dengan terapi antasida
Cara pemakaian antasida adalah sebagai berikut :
1. Sebelum makan.
Kondisi HCl yang berlebih dalam lambung mampu mengaktifkan pepsinogen
menjadi pepsin dalam jumlah banyak, padahal pepsin merupakan enzim proteolitik yang
mampu merusak lapisan mukosa bila kadarnya terlalu tinggi. Bila dalam kondisi
abnormal tersebut lambung terisi penuh oleh makanan, maka gesekan mekanik antara
mukosa dengan makanan akan menimbulkan iritasi yang ditandai dengan rasa nyeri /
perih pada lambung dan refleks ingin mengeluarkan makanan kembali ( mual muntah ).
2. Sebelum tidur.
Pada saat tidur, saraf parasimpatis tetap aktif bekerja, neurotransmitet asetil kolin
pun tetap dilepaskan pada GI tract. Akibatnya, HCl terus disekresi dan motilitas lambung
tetap berjalan. Dalam keadaan kosong, ada bagian mukosa lambung yang saling
berlekatan ; dengan adanya pepsin, suasana asam dan motilias ; tidak menutup
kemungkinan terjadi iritasi pada kedua lapisan mukosa yang berlekatan tersebut.
3
Sehingga antasida diberikan sebelum tidur untuk menetralkan HCl yang mungkin
berlebih, kadar pepsin yang diaktivasi menjadi lebih sedikit dan keadaan yang tidak
menguntungkan di atas dapat dihindari.
Dalam pengobatan tukak peptik, antasida memegang peranan penting di samping
berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian antasida, nyeri lambung pasien akan
hilang, tetapi tidak berarti pasien dalam tahap penyembuhan, sehingga bahaya perforasi
tetap ada.
Kegagalan pengobatan simptomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan
karena : frekuensi pengobatan yang tidak adekuat, dosis yan diberikan tidak cukup,
pemilihan sediaan yang tidak tepat dan sekresi asam lambung di waktu tidur yang tidak
terkontrol. Hal-hal berikut dapat digunakan sebagai pedoman penggunaan antasida :
1. penggunaan antasida sistemik jangka panjang sebaiknya dihindari.
2. bentuk suspensi mula kerjanya lebih cepat daripada bentuk tablet.
3. urutan daya netralisasi asam oleh antasida dari yang tingi ke yang rendah adalah :
kalium karbonat, magnesium karbonat, magnesium oksida dan magnesium
hidroksida, dihidroksi aluminium asetat atau dihidroksi aluminium natrium
kabonat.
4. campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik daripada 1 macam antasida.
Pada pasien tukak peptik yang berat, pengobatan dengan antasida perlu dilakukan
bersamaan dengan segala usaha pengobatan lainnya yaitu diet yang seimbang, istirahat,
psikoterapi dan pemberian antikolinergik.
4
TINJUAUAN BAHAN AKTIF SEDIAAN ANTASIDA
SENYAWA AKTIF KARAKTERISTIK FISIKA KARAKTERISTIK KIMIA
1.Natrium Bikarbonat
( NaHCO3 )
FI III hal 424
FI IV hal 601
2.Aluminium Hidroksida
Al ( OH )3
Martindale 28th ed hal 73
3. Kalsium Karbonat
( CaCO3 )
Martindale 28th ed hal 76
H.P.Excipient hal 68
BM = 84,01. Pemerian :
Serbuk hablur/putih,
monoklin kecil, buram, tidak
berbau. Kelarutan : larut
dalam 11 bagian air dengan
mengalami dekomposisi
secara perlahan, praktis tidak
larut dalam etanol 95 % p.
Stabil di udara kering,
namun pada udara lembab
akan terurai.
Pemerian : serbuk putih,
tidak berbau, tidak berasa,
serbuk amorf dengan
agregat. Kelarutan : praktis
tidak larut dalam air dan
alkohol, larut dalam asam
mineral dan larutan alkali.
BJ 100,09. Pemerian : serbuk
putih, tidak berbau dan
berasa, monokristalin.
Kelarutan : praktis tidak larut
dalam air, sedikit larut dalam
air yang mengandung CO2
atau garam amonium, praktis
tidak larut dalam alkohol,
- 4 % suspensi dalam air
memiliki pH tidak lebih
dari 10.
- Baik digunakan dengan
kombinasi Mg(OH)2
- CaCO3 mengabsorbsi
kelembapan pada suhu
25C.
- PH = 9 ( dalam dispersi
air 10% w/v )
5
4. Magnesium hidroksida
Mg ( OH )2
Martindale 28th ed hal 82
5.Magnesium Trisilikat
Mg2Si2O3.nH2O
Martindale 28th ed hal 83
6. Magnesium Karbonat
( MgCO3 )
H.P.Excipient hal 347
larut dengan effervescent
dalam asam. Stabil dalam
udara kering.
Pemerian : serbuk putih,
amorf, tidak berbau, tidak
berasa. Kelarutan : praktis
tidak larut dalam air, alkohol,
eter, kloroform, larut dalam
asam encer.
Pemerian : serbuk hablur,
putih, tidak berbau, sedikit
higroskopis. Kelarutan :
praktis tidak larut dalam air
dan alkohol. BJ anhidrus =
260,86.
Pemerian : massa berwarna
putih, mengkilat, serbuk,
agak berasa dan tidak
berbau, tapi karena daya
absorbsinya yang tinggi,
MgCO3 dapat mengabsorbsi
bau. Stabil pada daerah
kering dan cahaya.
- sedikit mengabsorbsi
CO2 dari udara.
Inkompatibilitas dengan
tetrasiklin, parasetamol, metil
paraben, propil paraben, asam
mineral.
Inkompatibilitas dengan
penobarbital Na, larutan
diazepam pada PH > 5.
PH Disolusi = 7,4.
6
Jadi bahan aktif yang terpilih adalah : Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg ( OH )2
Alasan :
1. Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjanya panjang.
2. Mg ( OH )2 dan Al (OH)3 merupakan antasida non sistemik, dimana pemberian
antasida non sistemik relatif lebih aman daripada pemberian sistemik. ( contoh
antasida sistemik : natrium bikarbonat ).
3. Pemberian Al ( OH )3 dapat menutupi efek diare dari efek katartika akibat
pemberian magnesium hidroksida.
4. Pemberian Mg(OH)2 dapat menutupi konstipasi akibat pemberian Al(OH)2
5. Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg(OH)2 mempunyai efektivitas yang lebih baik dan
toksisitas yang lebih rendah dari magnesium trisilikat.
Jadi bentuk sediaan yang terpilih adalah : sediaan oral suspensi.
Alasan :
1. Bahan aktif tidak bisa larut dalam air.
2. Bioavailabilitas sediaan suspensi lebih besar daripada bentuk tablet atau kapsul
sehingga lebih cepat diabsorbsi dalam darah.
7
EFEK FARMAKOLOGI DARI BAHAN AKTIF TERPILIH
SENYAWA AKTIF EFEK KHASIAT EFEK SAMPING
1. Aluminium
Hidroksida
Al ( OH )3
2. Magnesium
Hidroksida
Mg ( OH )2
Digunakan untuk mengobati
tukak peptik, nefrolitrasis
fosfat dan sebagai adsorben
pada keracunan.
Digunakan sebagai kartatik
dan antasid.
- konstipasi.
- Mual dan muntah.
- Gangguan absorbsi
fosfat dapat terjadi
sehingga menimbulkan
sindrom deplesi fosfat
disertai osteomalaisa.
- Dapat mengurangi
absorpsi bermacam-
macam vitamin dan
tetrasiklin.
- ion magnesium dalam
usus akan diabsorpsi
dan cepat diekskresi
melalui ginjal, hal ini
akan membahayakan
pasien yang fungsi
ginjalnya kurang baik.
Ion magnesium yang
diabsorpsi akan
bersifat sebagai antasid
sistemik sehingga
menimbulkan
alkaliura, tetapi jarang
terjadi alkalosis.
- pemberian kronik
magnesium hidroksida
8
akan menyebabkan
diare.
- Dapat menimbulkan
kelainan neurologik,
neuromuskular dan
kardiovaskular.
9
BAB II
PERHITUNGAN DOSIS
Menurut Farmakologi dan Terapi bagian Farmakologi FKUI edisi 4 hal 505 :
- Antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel yang mengandung 3,6-
4,4% Al2O3. Dosis yang dianjurkan adalah 8 ml.
- Susu magnesium berupa suspensi yang berisi 7-8,5% Mg(OH)2. 1ml susu
magnesium dapat menetralkan 2,7 mEq asam. Dosis yang dianjurkan sebanyak 5-
30 ml.
Perhitungan Penetralan Asam :
325 mgram Mg(OH)2 → dapat menetralkan 11,1 mEq HCl.
1 gram Al(OH)3 → dapat menetralkan 25 mEq HCl.
Dosis tunggal yang dianjurkan = 0,6 gram = 600 mg
Asam yang harus dinetralkan = 0,6 gram x 25 mEq
1 gram
= 15 mEq
Dari 15 mEq ini, asam yang dinetralkan oleh Al(OH)3 sebesar 7,5 mEq dan yang
dinetralkan oleh Mg(OH)2 sebesar 7,5 mEq.
Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Al(OH)3 sebanyak = 7,5 mEq x 600 mg
15 mEq
= 300 mg.
Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Mg(OH)2 sebanyak = 7,5 mEq x 325 mg
11,1 mEq
= 220 mg.
Perhitungan Dosis :
Al(OH)3 = 300 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :
Pemakaian sekali = 300 mg tiap 5 ml
Pemakaian sehari = 300 mg x ( 3 – 4 ) kali
= 900 mg – 1200 mg.
10
Mg(OH)2 = 220 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :
Pemakaian sekali = 220 mg tiap 5 ml.
Pemakaian sehari = 220 mg x ( 3 – 4 ) kali.
= 600 mg – 880 mg.
Penentuan Kemasan :
Pemakaian sekali = 5 ml.
Pemakaian sekali = ( 3 – 4 ) kali x 5 ml
= 15-20 ml.
Kemasan yang diinginkan = 150 ml.
11
BAB III
PERSYARATAN UMUM
1. Menurut Farmakope Indonesia III tahun 1979 hal 32 :
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut
yang terdispersi pada fase cair. Kriteria suspensi :
- Zat yang terdispersi halus dan tidak boleh terlalu cepat mengendap.
- Jika dikocok perlahan, endapan harus dapat terdispersi kembali.
- Dapat mengandung bahan tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.
- Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang.
2. Menurut Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal 18 :
- Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan, namun ada yang perlu direkonstitusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai.
- Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu ( oral ), harus
mengandung zat antimikroba, bahan pengaroma yang sesuai.
- Untuk mengatasi pengendapan pada suspensi, digunakan bahan-bahan yang
sesuai untuk meningkatkan kekentalan dalam bentuk gel suspensi seperti
tanah liat, surfaktan, polimer, poliol dan gula.
- Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi
bahan padat merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dosis
yang tepat.
- Suspensi disimpan pada wadah tertutup rapat.
3. Menurut Pharmaceutical Dosage Form = Disperse volume I hal 17 :
Suspensi didefinisikan secara operasional sebagai suatu materi dimana fase
pertama, partikel padat terdispersi ke dalam fase kedua yang biasanya cairan.
12
4. Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design hal 91 :
Persyaratan bentuk suspensi :
a. Bahan yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap.
b. Partikel yang mengendap pada dasar suspensi tidak boleh membentuk massa yang
keras, tetapi harus bisa terdispers secara homogen ketika suspensi tersebut dikocok.
c. Suspensi tidak boleh terlalu kental agar mudah dituang dari botol.
13
BAB IV
SPESIFIKASI SEDIAAN
NO JENIS SPESIFIKASI YANG DIINGINKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BENTUK SEDIAAN
KADAR BAHAN AKTIF
PH SEDIAAN
UKURAN PARTIKEL
VISKOSITAS
WARNA
BAU
RASA
SUSPENSI
Al(OH)3 = 300mg/5ml
Mg(OH)2 = 220mg/5ml
7,3 – 8,5
0,5 μm – 5 μm
-
Putih
Mint
Manis mint
14
BAB V
PENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN
15
Memungkinkan terkena cahaya langsung saat penyimpanan
ManitolSorbitolSakarinSyrupus simplex
Dikemas dalam botol warna gelap
CMC NaMCAcaciaHydroxypropil celulose
Perlu suspending
agent
PEGPropilenglikolSorbitolGliserinSyrupus simplex
MentholVaniliPeppermint oil
NipaginNipasolNa-benzoat
Perlu pengawetPerlu
wetting agent
Perlu pemanis
Tidak stabil jika terkaena cahaya
langsung
Dibuat sediaan suspensi
Perlu perasa Air tempat pertumbuhan mikroba
Bahan aktif Al(OH)3 dan Mg(OH)3
Tidak berasaDitujukan untuk dewasa
Air sebagai pembawa
Sulit terbasahi
Praktis tidak larut air
FORMULA BAKU SEDIAAN ORAL SUSPENSI ANTASIDA
1. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol I, hal 259
Antasida suspension.
( provided by FMC Corp, Philadelphia, PA )
Component Percent
Aluminium hydrokside compressed gel ( Type E-500 ) 24,46
Magnesium hydrokside 12,94
Sorbitol 70 % solution 5,00
Methyl paraben 0,10
Propyl paraben 0,01
Avicel RC-591 0,90
Xanthan gum 0,10
Deionized walet 56,49
2. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol III, hal 310
Antacid suspension.
A : Al-Mg Fluid gel ( Reheis Chemical ) 36, 20 g
B : Sorbitol solution 70 % 7,00 g
C : Antifoam AF emulsion ( Dow Chemical ) 1,70 g
D : Methyl paraben 0,22 g
E : Propyl paraben 0,04 g
F : Flavor 0,30 g
G : Methocel K4M ( Dow Chemical ) 0,60 g
H : Deionized water 53,94 g
16
3. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol II, hal 131
Aluminium Hydroxide Formula
Aluminium hydroxide 362,8 g
Sorbitol solution, USP 282,0 ml
Syrup, USP 93,0 ml
Glycerin, USP 25,0 ml
Methyl paraben 0,9 g
Propyl paraben 0,3 g
Flavor q.s
Purified water, a sufficient quantity to make 1000 ml
17
BAB VI
PENYUSUNAN BAHAN TAMBAHAN SEDIAAN ANTASIDA
1. SUSPENDING AGENT
Suspending agent diperlukan dalam sediaan suspensi agar bahan aktif yang tidak
larut dalam pembawanya dapat terdispers membentuk sediaan suspensi yang stabil dan
tidak terlalu cepat mengendap.
BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET. LAIN
Carboxy
metil
selulose
(CMC-
Na )
H.P
Excipient
hal 87
Metyl
Selulose
( MC )
H.P
excipient
hal 336
Serbuk
granular,
putih, hampir
putih, tidak
berbau
Serbuk/granul
berwarna
putih/putih
kekuningan,
tidak berbau,
tidak berasa
Praktis tidak
larut dalam
aseton, etanol,
eter dan
toluen. Mudah
terdispersi
dalam air pada
semua suhu.
Praktis tidak
larut dalam
aseton, air
panas,metanol,
CHCl3,etanol.
Larut dalam
asam asetat
glasial, dalam
air dingin akan
mengembang
dan terdispersi
Asam kuat dan
dengan larutan garam
dari besi dan
beberapa logam misal
aluminium, seng,
merkuri.
Metil paraben, propil
paraben, asam tanat,
butil paraben.
Dapat
mening-
Katkan
viskositas
Sediaan.
Larutan
dalam air
stabil.
Konsentrasi
yang
digunakan
sebagai
suspensi
adalah 1-
2%
18
Acacia
H.P
Excipient
hal 1
Hydroksi
Propil
Celulose
( HPC )
H.P
excipient
hal 244
Putih, atau
putih
kekuningan,
bentuk bulat,
granul,
serbuk
Putih sampai
agak
kekuningan,
tidak berbau,
dan serbuk
tidak berasa.
Larut dalam
20 bagian
gliserin, dalam
20 bagian
propilenglikol,
dalam 2,1
bagian air, dan
praktis tidak
larut dalam
etanol 95%.
Larut dalam
banyak pelaru
organik polar.
Amidopyrin, kresol,
etanol 95%, garam
besi, fenol, timol,
vanilin.
Dalam larutan
inkompatibel dengan
turunan fenol misal
metyl paraben dan
propil paraben.
Jadi suspending agent yang terpilih adalah : CMC Na.
Alasan :
1. Dapat berfungsi sebagai protektif koloid.
2. Tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.
3. Rentang PH yang luas memenuhi syarat sediaan.
4. Efektif dan stabil pada PH basa.
5. Pemakaian Metyl Celulose inkompatibel dengan pengawet terpilih sedangkan
pilihan pengawet terbatas.
19
2. PEMANIS ( SWEETENING AGENTS )
Pemanis diperlukan untuk meningkatkan akseptabilitas sediaan.
BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.
LAIN
Sukrose
(Handbook
of
Excipient
p.539 )
Manitol
H.P
excipient
hal 362
Sorbitol
H.P
Excipient
hal 596
Kristal
hablur, putih,
tidak berbau,
manis.
Serbuk
kristal/granul,
putih, tidak
berbau.
Semanis
glukosa dan
½ manis dari
sukrosa.
Kristal/serbuk
higroskopis,
tidak berbau,
putih, tidak
Praktis tidak
larut dalam
kloroform,
dalam etanol
1:400, dalam
etanol 95%
1:170, dalam
propan-2-ol
1:400, dalam
air 1:0,5 ;
dalam air
mendidih 1:0,2
Larut dalam
air suhu 20C=
1:0,67; dalam
suhu 40C=
1:0,48, praktis
tidak larut
dalam eter.
Praktis tidak
larut dalam
kloroform,
etanol
Larutan asam
dapat terhidrolisis
menjadi dekstrosa
dan fruktosa,
inkompatibel
dengan amonium
klorida, asam
askorbat.
Bila dikonsumsi
dalam jumlah
besar akan timbul
efek laksan.
Konsentrasi
67 % w/w
sebagai
syrupus
simplex.
Viskositas
10%
larutan w/w
= 8.
Pemakaian
untuk
suspensi =
6-7%
20
Sirupus
simplex
FI III hal
81
berwarna,
kemanisan
50%-60%
sukrose.
Sirop adalah
sediaan cair
berupa
larutan yang
mengandung
sakarosa.
95%=1:25,
praktis tidak
larut dalam
eter, agak larut
dalam
metanol,
dalam air = 1 :
0,5
Besi oksida dapat
menyebabkan
perubahan warna,
dan suasana yang
terlalu asam/basa.
Kadar
sakarosa
tidak
kurang
64,0% dan
tidak lebih
dari 66,0%
Bahan pemanis yang terpilih adalah : syrupus simplex.
Alasan :
1. dapat juga berfungsi sebagai pembasah ( wetting agent ).
2. inert dan kompatibel dengan eksipien.
3. dapat larut dalam suasana alkalis.
4. memberikan rasa yang manis pada sediaan
21
3. PENGAWET ( PRESERVATIVES )
Dibutuhkan pengawet karena sediaan mengandung air dan gula, dimana
merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba.
BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.
LAIN
Na
Benzoat
H.P
Excipient
hal 549
Nipagin /
Metil
Paraben
H.P
excipient
hal 390
Nipasol /
Propil
Paraben.
Putih,
granul, tidak
berbau,amorf
Kristal putih,
tidak berbau,
berwarna,
rasa
membakar
Kristal putih,
tidak berbau,
tidak berasa
Dalam etanol
95% = 1:35
Dalam etanol
90% = 1:50
Dalam air
1:1,8
Dalam air
mendidih 1:1,4
Dalam air
1:400, dalam
air 500 C =
1:50, dalam air
800C = 1:30,
dalam
propilenglikol
1:5, dalam
gliserin 1:69,
larut bebas
dalam alkohol,
eter
Dalam air
1:2500, dalam
propilenglikol
5
mg/
kg
BB
10
mg /
kg
Gelatin, garam ferri,
garam Ca
Aktivitas anti mikroba
turun dengan adanya
surfaktan
Magnesium aluminium
silikat, magnesium
trisilikat besi oksida
Konsentrasi
0,02-0,5%
PH=3-6
Konsentrasi
0,01-0,02%
22
H.P.E
hal 526
Propilen
glikol
Cairan
kental,
jernih, tidak
berbau,
manis,
seidkit pedas
mirip
gliserin
1:3,9, dalam
gliserin 1:250,
dalam etanol
1:1,1 ; sangat
larut dalam
aseton, larut
bebas dalam
alkohol, eter
Dapat larut
dengan aseton,
kloroform,
etanol 95%,
gliserin, air,
larut dalam
eter ( 1:6 ),
tidak campur
denganminyak
mineral
BB
25
mg /
kg
BB
Oxidizing agent seperti
KmnO4
Jadi pengawet yang terpilih adalah : nipagin
Alasan :
1. nipagin efektif pada pH basa.
2. tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.
3. pemakaian propilenglikol sebagai pengawet tidak dapat digunakan dalam sediaan ini
karena melebihi perhitungan ADI.
4. pemakaian gliserin sebagai pengawet membutuhkan konsentrasi yang besar ( 20 % )
sehingga dari segi akseptabilitas kurang dapat diterima.
23
4. FLAVORING AGENT
Selain sebagai corigen saporis, flavoring agent dapat sebagai corigen odoris untuk
menutupi rasa / bau yang tidak enak dari bahan aktif dan meningkatkan akseptabilitas
sediaan.
BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET.
LAIN
Menthol
H.P
Excipient
hal 383
Vanilin
H.P
Excipient
hal 667
Serbuk kristal
aglomerasi,
tidak
berwarna,
bau dan rasa
khas.
Serbuk/kristal
jarum, bau
khas vanila
dan rasa
manis.
Sangat larut
dalam etanol
95%,kloroform
dan eter, agak
sukar larut
dalam gliserin,
praktis tidak
larut di air.
Pada suhu 20C
larut dalam
aseton, larutan
alkali
hidroksida,
kloroform,
etanol 95%=
1:2,etanol 70%
= 1:3, larut
dalam eter,
larut dalam 20
bagian
gilserin, dalam
air 1 : 100
Butil kloralhidrat,
kamfer, kloralhidrat,
kromium trioksida,
fenol, oksidator.
Aseton dapat
memberikan warna
yang terlalu cerah.
Inkompatibel dengan
etanol yang dicampur
dengan gliserin.
24
Pepper
mint oil
FI III hal
458
Cairan tidak
berwarna,
kuning pucat/
kekuningan
kehijauan.
Rasa pedas
dan hangat,
bau khas.
Larut dalam
etanol = 1 : 4
Jadi flavoring agent yang terpilih adalah : peppermint oil.
Alasan :
1. bersifat karminatif sehingga dapat mengurangi rasa kembung yang merupakan
salah satu akibat dari gastritis.
2. Rasa mint yang segar dapat mengurangi rasa mual yang ditimbulkan sebagai efek
samping dari aluminium hidroksida.
25
5.WETTING AGENT
diperlukan wetting agent untuk membantu membasahi bahan obat yang sukar
larut dalam air sehingga dapat terdispersi lebih merata dengan suspending agent.
BAHAN PEMERIAN KELARUTAN ADI INKOMPATIBILITAS KET. LAIN
Polietilen
glikol (PEG) /
makrogol
(Handbook of
Excipient
p.454)
Propilenglikol
(H.PExcipient
p.521)
PEG 200 –
600 bentuk
cairan, PEG
lebih dari
1000
berbentuk
padatan,
PEG 200 –
600 cairan
jernih,
terkadang
berwarna
agak kuning,
cairan
viskus,
punya
karakteristik
baud an rasa
membakar.
BJ = 1,11-
1,14 g/cm3
pada suhu
25N C
Cairan
jernih, tidak
berwarna,
Larut dalam
air, aseton,
alkohol,
benzen,
gliserin, dan
glikol.Agak
larut di hidro-
karbon alifatik
dan eter, tidak
larut dalam
lemak, minyak
minaeral, dan
minyak lemak.
Larut di
aseton,
kloroform,
- Bahan berwarna
- Nipagin / nipasol
( kemungkinan kecil)
- Fenol, tanin, asam
salisilat.
KmnO4
Efek laksan
pada
pemakaian
oral.
Fungsi :
solven,
lubrikan
tablet dan
kapsul, basis
salep dan
supositoria,
plasticizier.
Fungsi :
pengawet,
disinfektan,
26
Sorbitol
(Handbook of
Excipient
p.596)
Syrupus
simplex
(FI III hl 81)
Gliserin
(Handbook of
viskus,
praktis
cairan tidak
berbau
dengan rasa.
BJ suhu 20NC
=1,038g/cm3
BM= 182,17
Cairan tidak
berbau,
putih atau
hampir tidak
berwarna,
kristalin,
dalam
bentuk
serbuk :
higroskopis.
Kemanisan :
50-60 %
sukrosa
Sirup adalah
sediaan cair
berupa
larutan yang
mengandung
sakarosa.
Cairan
jernih, tidak
etanol 95 %,
gliserin, air.
Larut dalam 6
bagian eter,
tidak larut
dalam minyak
mineral, lemak
Pada suhu 20NC
: praktis tidak
larut di CHCl3
, eter, agak
larut di
metanol, 1:25
di etanol 95
% , 1:0,5 di
air.
Kelarutan pada
- Menghasilkan wax
bila di tambah
dengan
polietilenglikol
- Bereaksi dengan
besi oksida
- Penisilin
- Khelating agent
- Meledak bila
dicampur dengan
oxdizing agent
(KmnO4)
- Zinc okside,
bismuth nitrat,
kontaminan besi,
humektan,
solven,
stabilizier
untukvitamin,
wetting agent
Fungsi :
humektan,
plasticizier,
sweetening
agent,diluent
tablet/kapsul.
Kadar
sakarosa
tidak kurang
64,0% &
tidak lebih
dari 66,0%.
Sebagai :
- antimikroba
27
Excipient
p.257)
berbau,
kental,
higroskopis.
Kemanisan :
0,6x sukrosa
suhu 20NC,
agak larut di
aseton, praktis
tidak larut di
benzena,
kloroform,
larut di etanol,
1:500 di eter,
1:11 di etil
asetat, larut di
metanol,
praktis tidak
larut di lemak
larut di air.
fenol, salisilat,
tanin.
,emolient,
humektan,
plasticizer,
solven,
pemanis,
tonicity
agent.
- mengkristal
pada suhu
kurang dari
20NC
Jadi wetting agent yang terpilih adalah : Propilen glikol, sorbitol, gliserin.
Alasan dipakai propilenglikol karena toksisitasnya paling rendah dibandingkan glikol-
glikol yang lain.
Alasan dipakai gliserin dan sorbitol karena sesuai dengan formula baku standar, sorbitol
dan gliserin dapat memperbaiki konsistensi.
28
FORMULA YANG TERPILIH
FORMULA I
NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH
( / BOTOL )
% b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Al ( OH )3
Mg ( OH )2
CMC Na
Sorbitol
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
Aqua
Bahan aktif
Bahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa
9 g
6,6 g
1,5 g
19,37 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml
6 %
4,4 %
1 %
12,91 %
0,1 %
10 %
0,33 %
FORMULA II
NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH
( / BOTOL )
% b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Al ( OH )3
Mg ( OH )2
CMC Na
Propilenglikol
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
Aqua
Bahan aktif
Bahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa
9 g
6,6 g
1,5 g
13,49 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml
6 %
4,4 %
1 %
8,99 %
0,1 %
10 %
0,33 %
29
FORMULA III
NO NAMA BAHAN FUNGSI JUMLAH
( / BOTOL )
% b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Al ( OH )3
Mg ( OH )2
CMC Na
Gliserin
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
Aqua
Bahan aktif
Bahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa
9 g
6,6 g
1,5 g
16,38 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml
6 %
4,4 %
1 %
10,92 %
0,1 %
10 %
0,33 %
30
31
SKEMA PEMBUATAN
FORMULA I
32
Sorbitol 9 g
Syrupus simplex 15 g
Nipagin 0,15 gAqua 60 ml
Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g
Aduk ad larut
Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen
Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen
Aduk ad musilago
Ad mengembang
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml
FORMULA II
33
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larut
Syrupus simplex 15 g
Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g
Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen
Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen
Aduk ad musilago
Ad mengembang
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml
FORMULA III
34
Syrupus simplex 15 g
Al(OH)3 9 gMg(OH)3 6,6 g
Ditambah peppermint oil 4,5 mgAduk ad homogen
Ditambah aquades ad 150 mlAduk ad homogen
Aduk ad musilago
Ad mengembang
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larutPropilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g Aduk ad larut
Gliserin 13 ml + nipagin 0,15 g Aduk ad larut
PERHITUNGAN ACCEPTABLE DAILY INTAKE ( ADI )
FORMULA I
1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g
150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )
= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g
= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Sorbitol = 20 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 517 )
Sorbitol yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 19,37 g = 0,646 g – 1, 291 g
150 ml
Sorbitol yang idgunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,646 g – 1,291 g
= ( 1,9838 g – 3,873 g ) – ( 2,584 g – 5,164 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
35
FORMULA II
1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g
150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )
= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g
= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Propilenglikol = up to 25 mg/kg BB ( Handbook of P.Excipient p 522 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg
ADI Propilen glikol untuk usia dewasa = 1, 75 g
Propilenglikol yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 13,49 g = 0,4497 g – 0,8993 g
150 ml
Propilenglikol yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,4497 g – 0,8993 g
= ( 1,3491 g – 2,6979 g ) – ( 1,7988 g – 3,5972 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
36
FORMULA III
1. ADI CMC-Na = 4 – 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g – 0,1 g
150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g – 0, 1 g )
= ( 0,15 g – 0,2 g ) – ( 0,3 g – 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 0,15 g = 0,005 g – 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0, 005 g – 0,010 g
= ( 0,0150 g – 0,030 g ) – ( 0,02 g – 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Gliserin = 1 – 1,5 g / kg BB
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg
ADI Gliserin untuk usia dewasa = 70 - 105 g
Gliserin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml – 10 ml x 16,38 g = 0,5460 g – 1,0920 g
150 ml
Gliserin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas = ( 3 – 4 ) kali x 0,4497 g – 0,8993 g
= ( 0,5460 g – 1,0920 g ) – ( 2,1890 g – 4,3680 g )