8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll. • Menurut Dessler (2006,p4) manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih, nilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan. • Menurut L.Byars dan W. Rue (2005,p4) manajemen sumber daya manusia adalah suatu aktifitas yang di desain untuk menyediakan dan mengkoordinasikan sumber daya manusia pada suatu organisasi. • Menurut Noe/Hollenbeck/Gerhart/Wright (2008,p2) manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan, pelatihan, dan sistem yang mempengaruhi perilaku karyawan, sikap , dan performance.
37
Embed
LANDASAN TEORI goal ) bersama perusahaan,thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-01035-MN Bab2001.pdf · 11 budaya organisasi yang mendorong inovasi dan fleksibilitas untuk memampukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber
daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat
digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan,
karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep
bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin dan bukan semata menjadi
sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu
seperti psikologi, sosiologi, dll.
• Menurut Dessler (2006,p4) manajemen sumber daya manusia adalah proses
memperoleh, melatih, nilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan,
memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah
keadilan.
• Menurut L.Byars dan W. Rue (2005,p4) manajemen sumber daya manusia
adalah suatu aktifitas yang di desain untuk menyediakan dan mengkoordinasikan
sumber daya manusia pada suatu organisasi.
• Menurut Noe/Hollenbeck/Gerhart/Wright (2008,p2) manajemen sumber daya
manusia adalah kebijakan, pelatihan, dan sistem yang mempengaruhi perilaku
karyawan, sikap , dan performance.
9
• Menurut Thomas S. Bateman dan Scott A. Snell (2004,p300) manajemen sumber
daya manusia adalah sistem manajemen formal pada manusia didalam
organisasi.
• Menurut Scott Snell dan George Bohlander (2010,p4) manajemen sumber daya
manusia adalah proses mengatur keahlian manusia untuk mencapai tujuan
organisasi
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah proses mengatur sumber daya manusia dengan sistem formal
secara efektif dan efisien didalam suatu organisasi.
2.1.1 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia
Terdapat 9 peran manajemen sumber daya manusia dalam mengatur dan
menetapkan program kepegawaian menurut Johar Arifin dan A Fauzi (2007,p8-9) :
1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
2. Melakukan perekrutan karyawan, seleksi dan penempatan pegawai sesuai
kualifikasi pegawai yang di butuhkan perusahaan.
3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan promosi dan pemutusan
hubungan kerja.
4. Membuat perkiraan kebutuhan pegawai di masa yang akan datang.
10
5. Memperkirakan kondisi ekonomi pada umumnya dan perkembangan perusahaan
pada khususnya.
6. Senantiasa memantau perkembangan undang-undang ketenagakerjaan dari waktu
ke waktu khususnya yang berkaitan dengan masalah gaji/upah atau kompensasi
terhadap pegawai.
7. Memberikan kesempatan karyawan dalam hal pendidikan, latihan, dan penilaian
prestasi kerja karyawan.
8. Mengatur mutasi karyawan.
9. Mengatur pensiun, pemutusan hubungan kerja beserta perhitungan pesangon yang
menjadi hak karyawan.
Dalam Manajemen SDM yang ingin ditelah adalah karyawan. R.Kyosaki
menyebutnya dalam empat tingkatan (quadrant) yaitu self employed, employee,
pebisnis dan investor. Karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan
menjual jasa mereka, waktu, tenaga dan pikiran untuk perusahan dan mendapat
kopensasi dari perusahan tersebut. Namun berbicara mengenai tenaga kerja ini masih
umum. Karena ada yang tidak bekerja, yang bekerja (pada orang lain/negara/swasta)
dan mereka yang bekerja sendiri.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Strategis
Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2007,p12-13) manajemen sumber daya
manusia yang strategis di definisikan sebagai adanya keterkaitan antara SDM dengan
tujuan dan sasaran strategis untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan
11
budaya organisasi yang mendorong inovasi dan fleksibilitas untuk memampukan
organisasi dalam mencapai tujuannya
Menurut L. Mathis & H. Jackson (2003,p30) stratejik human resource
manajemen adalah pemanfaatan kepegawaian dari suatu organisasi untuk
mendapatkan atau mempertahankan keunggulan kompetitif dari kompetitor.
Kenyataan bahawa SDM dewasa ini adalah sentral untuk mencapai keunggulan
bersaing telah mengarahkan kemunculannya pada bidang yang dikenal sebagai
manajemen SDM yang strategis. Manajemen SDM yang strategis telah didefinisikan
sebagai tautan dari SDM dengan tujuan dan sasaran strategi untuk meningkatkan
kinerja bisnis dan mengembangkan kultur perusahaan yang mendorong inovasi dan
kelenturan. dengan kata lain, itu merupakan pola dari penyebaran SDM dari kegiatan –
kegiatan terencana dimaksudkan untuk memberikan kemampuan sebuah perusahaan
mencapai tujuannya. SDM strategis berarti menerima fungsi SDM sebagai mitra
strategis dalam formulasi dari strategi – strategi perusahaan, juga dalam implementasi
strategi – strategi tersebut melalui kegiatan – kegiatan SDM seperti perekrutan,
seleksi, pelatihan, dan pengimbalan personel.
Sementara sumber daya strategis mengakui kemitraan SDM menstrategisasi
proses, istilah strategi SDM merujuk kepada jalan tindakan SDM khususnya jalan
yang direncanakan perusahaan untuk berupaya mencapai sasarannya. Contoh satu dari
sasaran utama SDM strategis perusahaan industri perbankan adalah mencapai tingkat
unggul dari pelayanan prima pelanggan dan kemampuan mendapatkan laba yang
tinggi melalui SDM yang sangat setia. Dengan demikian, strategi SDM
12
keseluruhannya adalah mengarah kepada pembangunan suatu angkatan kerja yang
setia, lebih disukai dalam lingkungan kerja bukan serikat kerja. Komponen khusus dari
strategi SDM bank menyusul dari sasaran dasar itu meggunakan berbagai mekanisme
untuk membangun komunikasi dua arah yang sehat, yaitu menyaring manajer yang
potensial yang nilainya tidak berorientasi orang, memberikan kompensasi yang sangat
bersaing dan insentif pembayaran kinerja, menjamin seluas mungkin perlakuan yang
adil dan keamanan karyawan bagi semua karyawan, melembagakan berbagai kegiatan
promosi dari dalam yang diarahkan pada pemberian setiap peluang bagi karyawan
untuk menggunakan sepenuhnya keterampilan dan bakat mereka ketika bekerja.
Brian E. Becker dalam buku 'The Human Resotirces Scorecard, Linking
People, Strategy, and Performance' mengemukakan 4 perspektif tentang evolusi
sumber daya manusia sebagai aset strategik. Evolusi sumber daya manusia sebagai
aset strategik sebagai berikut :
a) The personel perspective, yaitu perusahaan merekrut karyawan yang paling
baik dan mengembangkannya.
b) The compensation perspectives, yaitu perusahaan menggunakan bonus,
pembayaran insentif, dan perbedaan-perbedaan yang berarti dalam
pembayaran untuk memberi ganjaran kepada karyawan yang berprestasi
tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai orang
sebagai sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage), namun
perusahaan belum secara penuh mengeksploitasi manfaat dari sumber daya
sebagai aset strategik.
13
c) The alignment perspective, yaitu manajer senior melihat karyawan sebagai
aset strategik namun mereka tidak melakukan investasi dalam meningkatkan
kapabititas sumber daya manusia. Sebab itu, sistem sumber daya manusia
tidak dapat meningkatkan perspektif manajemen.
d) The high performance perspective, yaitu eksekutif sumber daya manusia dan
yang lain memandang sumber daya sebagai suatu sistem yang melekat dalam
sistem yang tebih besar dari implementasi strategi perusahaan. Perusahaan
mengelola dan mengukur hubungan antara kedua sistem tersebut dengan
kinerja perusahaan (linking people, srategy, and performance).
2.2.1 Peran Sumber Daya Manusia Sebagai Mitra Srategis
SDM sebagai staf atau fungsi kemitraaan telah mewariskan suatu reputasi yang
miskin dengan ide - ide dan motivasi, serta tidak kreatif. Sebagai contoh, satu
pandangan bahwa SDM itu terlalu fokus pada kebiasaan operasional sehingga kegiatan
SDM tidak strategis.
Menurut penalaran ini, kegiatan – kegiatan SDM sebenarnya mencakup untuk
memastikan bahwa orang dibayar pada hari yang tepat, iklan pekerjaan yang tidak
melewati deadline surat kabar, seorang penyelia yang cocok direkrut untuk shift
malam pada waktu sebelumnya dan manajer yang sama itu mengingatkan untuk
mengobservasi proses yang seharusnya sebelum memecat perwakilan penjualan baru
yang tidak berfungsi.
14
Sebuah pandangan yang lebih canggih (namun barang kali tidak lebih akurat)
atas SDM adalah hanya untuk mencocokkan strategi perusahaan. Dalam pandangan
ini, peran strategi SDM adalah untuk menyesuaikan praktik SDM individual
(perekrutan, pengimbalan dan lain-lain) agar cocok dengan strategi perusahaan
khususnya dan strategi bersaing dan selanjutnya, SDM diminta menciptakan program
– program SDM yang dituntut untuk berhasil mengimplementasikan strategi
perusahaan tersebut. Seperti yang dikemukakan para ahli, perencanaan strategi, sistem
manajemen SDM harus disesuaikan pada tuntutan – tuntutan strategi bisnis. Gagasan
di sini adalah bahwa bagi strategi organisasi tertentu manapun, pada pokoknya adalah
strategi SDM yang sepadan dengannya.
Pandangan lainnya adalah bahwa manajemen SDM itu merupakan suatu mitra
sejajar dalam proses perencanaan strategi. Menurut pandangan ini, peran manajemen
SDM adalah bukan sekedar menyesuaikan kegiatan – kegiatannya pada tuntutan
strategi bisnis, tetapi juga tentu saja sekedar menjalankan tugas operasional sehari –
hari, seperti memastikan bahwa karyawan sudah dibayar. Sebaliknya, menurut
pandangan ini kebutuhan untuk mendorong angkatan kerja sebuah perusahaan
kedalam suatu keunggulan bersaing, berarti bahwa manajemen SDM harus menjadi
mitra sejajar, baik dalam formulasi dan implementasi dari strategi bersaing dan
mencakup seluruh organisasi perusahaan.
15
2.3 Pengertian Human Resource Scorecard
Human Resources Scorecard adalah suatu alat untuk mengukur dan mengelola
kontribusi stategik dari peran human resources dalam menciptakan nilai untuk
mencapai strategi perusahaan.
Menurut Brian E. Becker, Mark A Huselid & Dave Ulrich (2009,pxii) human
resource scorecard adalah kapasitas untuk merancang dan menerapkan sistem
pengukuran SDM yang strategis dengan merepresentasikan “alat pengungkit yang
penting” yang digunakan perusahaan untuk merancang dan mengerahkan strategi
SDM yang lebih efektif secara cermat.
Menurut Gary Desler (2006,p16) human resource scorecard adalah mengukur
keefektifan dan efisiensi fungsi human resource dalam membentuk perilaku karyawan
yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan strategis perusahaan.
Menurut Nurman (2008,p1) human resources scorecard adalah suatu alat untuk
mengukur dan mengelola kontribusi strategic dari peran human resources dalam
menciptakan nilai untuk mencapai strategi perusahaan.
Menurut Riana Sitawati, Sodikin Manaf, & Endah Winarti (2009,p5) human
resource scorecard adalah pendekatan yang digunakan dengan sedikit memodifikasi
dari model balance scorecard awal yang saat ini paling umum digunakan pada tingkat
korporasi yang di fokuskan pada strategi jangka panjang dan koneksi yang jelas pada
hasil bisnisnya.
Menurut Surya Dharma dan Yuanita Sunatrio (2001,p1) human resource
scorecard adalah pengukuran terhadap strategi SDM dalam menciptakan nilai – nilai
16
(value creation) dalam suatu organisasi yang sangat di dominasi oleh “human capital”
dan modal intangible lainnya.
Menurut Uwe Eigenmann (2005,p32) human resource scorecard adalah secara
khusus dirancang untuk menanamkan sistem sumber daya manusia dalam strategi
keseluruhan perusahaan dan mengelola SDM arsitektur sebagai aset strategis.
Scorecard sumber daya manusia tidak menggantikan balanced scorecard tradisional
tetapi melengkapi itu.
Perbedaan antara human resources scorecard dengan balanced scorecard adalah
bahwa balance scorecard lebih mengukur kinerja perusahaan berupa tangible assets
sedangkan human resources scorecard lebih mengukur kinerja sumber daya manusia
perusahaan yang berupa intangible assets.
Human resources scorecard adalah suatu sistem pengukuran sumber daya
manusia yang mengaitkan orang – strategi – kinerja untuk menghasilkan perusahaan
yang unggul. Human resources scorecard menjabarkan misi, visi, strategi menjadi
aksi human resources yang dapat di ukur kontribusinya. Human resources scorecard
menjabarkan sesuatu yang tidak berwujud/intangible (leading/sebab) menjadi
berwujud/tangible (lagging/akibat). Human resources scorecard merupakan suatu
sistem pengukuran yang mengaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja
organisasi yang akhirnya akan mampu menimbulkan kesadaran mengenai konsekuensi
keputusan investasi sumber daya manusia, sehingga investasi tersebut dapat dilakukan
secara tepat arah dan tepat jumlah. Selain itu, human resources scorecard dapat
menjadi alat bantu bagi manajer sumber daya manusia untuk memastikan bahwa
17
semua keputusan sumber daya manusia mendukung atau mempunyai kontribusi
langsung pada implementasi strategi usaha.
Berdasarkan kesimpulan diatas pengertian HR Scorecard adalah suatu sistem
pengukuran pada kontribusi departemen sumber daya manusia sebagai aset untuk
menciptakan nilai – nilai bagi suatu organisasi.
2.3.1 HR Scorecard Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia
Human resources scorecard mengukur keefektifan dan efisiensi fungsi sumber
daya manusia dalam mengerahkan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan strategis
perusahaan sehingga dapat membantu menunjukan bagaimana sumber daya manusia
memberikan kontribusi dalam kesuksesan keuangan dan strategi perusahaan. Human
Resources Scorecard merupakan bagian dari perusahaan. Human resources scorecard
ibarat sebuah bangunan, yang menjadi bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi
perusahaan.
Menurut Becker et al. (2001), dasar dari peran sumber daya manusia yang strategis
terdiri dari tiga dimensi rantai nilai (value chain) yang dikembangkan oleh arsitektur sumber
daya manusia perusahaan, yaitu fungsi, sistem dan perilaku karyawan. Arsitektur SDM dapat
dilihat pada Gambar 2.1
18
Gambar 2.1 Arsitektur Strategi Sumber Daya Manusia
1. Fungsi sumberdaya manusia (The HR Function).
Dasar penciptaan nilai strategi sumber daya manusia adalah mengelola
infrastruktur untuk memahami dan mengimplementasikan strategi perusahaan.
Biasanya profesi dalam fungsi sumber daya manusia diharapkan dapat
mengarahkan usaha ini. Becker et al (2001) menemukan bahwa kebanyakan
manajer sumberdaya manusia lebih memusatkan kegiatannya pada penyampaian
(delivery) yang tradisional atau kegiatan manajemen sumber daya manajemen
teknis, dan kurang memperhatikan pada dimensi manajemen sumber daya
manusia yang stratejik. Kompetensi yang perlu dikembangkan bagi manajer
sumber daya manusia masa depan dan memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kinerja organisasi adalah kompetensi manajemen sumber daya manusia
stratejik dan bisnis.
2. Sistem sumber daya manusia (The HR System).
Sistem sumber daya manusia adalah unsur utama yang berpengaruh dalam
sumber daya manusia stratejik. Model sistem ini yang disebut sebagai High
performance work system (HPWS). Dalam HPWS setiap elemen pada sistem
The HR Functin
HR professional with strategic competencies
The HR Systems
High performance, Strategically alligned Policies and practicies
Employee Behaviour
Strategically focused competencies, motivation and associated behaviours
19
sumber daya manusia dirancang untuk memaksimalkan seluruh kualitas human
capital melalui organisasi. Untuk membangun dan memelihara persediaan
human capital yang berkualitas, HPWS melakukan hal-hal sebagai berikut :
• Mengembangkan keputusan seleksi dan promosi untuk memvalidasi
model kompetensi.
• Mengembangkan strategi yang menyediakan waktu dan dukungan yang
efektif untuk ketermpilan yang dituntut oleh implementasi strategi
organisasi.
• Melaksanakan kebijaksanaan kompensasi dan manajemen kinerja yang
menarik, mempertahankan dan memotivasi kinerja karyawan yang tinggi.
Hal diatas merupakan langkah penting dalam pembuatan keputusan
peningkatan kualitas karyawan dalam organisasi, sehingga memungkinkan
kinerja organisasi berkualitas. Agar sumber daya manusia mampu
menciptakan value, organisasi perlu membuat struktur untuk setiap elemen
dari sistem sumber daya manusia dengan cara menekankan, mendukung
HPWS.
3. Perilaku karyawan (Employee Behaviour).
Peran sumber daya manusia yang stratejik akan memfokuskan pada
produktivitas perilaku karyawan dalam organisasi. Perilaku stratejik adalah
perilaku produktif yang secara langsung mengimplementasikan strategi
organisasi. Strategi ini terdiri dari dua kategori umum seperti :
20
• Perilaku inti (core behaviour) adalah alur yang langsung berasal dari
kompetensi inti perilaku yang didefinisikan organisasi. Perilaku tersebut
sangat fundamental untuk keberhasilan organisasi.
• Perilaku spesifik yang situasional yang essential sebagai key point
dalam organisasi atau rantai nilai dari suatu bisnis.
Mengintegrasikan perhatian pada perilaku kedalam keseluruhan usaha untuk
mempengaruhi dan mengukur kontribusi sumber daya manusia terhadap
organisasi merupakan suatu tantangan.
2.3.2 Manfaat Human Resource Scorecard
Human resources scorecard memberikan manfaat yaitu menggambarkan peran
dan kontribusi sumber daya manusia kepada pencapaian visi perusahaan secara jelas
dan terukur, agar profesional sumber daya manusia mampu dalam mengendalikan
biaya yang dikeluarkan dan nilai yang dikontribusikan dan memberikan gambaran
hubungan sebab akibat. Adapun menurut Bryan E.Becker (2009,p80-82) sebagai
berikut :
1. Memperkuat perbedaan antara HR do able dan HR deliverable
Sistem pengukuran SDM harus membedakan secara jelas antara deliverable,
yang mempengaruhi implementasi strategi, dan do able yang tidak. Sebagai
contoh, implementasi kebijakan bukan suatu deliverable hingga ia menciptakan
perilaku karyawan yang mendorong implementasi strategi. Suatu sistem
21
pengukuran SDM tepat secara kontinu mendorong professional SDM untuk
berfikir secara strategis serta secara operasional.
2. Mengendalikan biaya dan menciptakan nilai
SDM selalu di harapkan mengendalikan biaya bagi perusahaan. Pada saat yang
sama, memainkan peran strategis berarti SDM harus pula menciptakan nilai. HR
Scorecard membantu para manajemen sumber daya manusia untuk
menyeimbangkan secara efektif kedua tujuan tersebut. Hal itu bukan saja
mendorong para praktisi untuk menghapus biaya yang tidak tepat, tetapi juga
membantu mereka mempertahankan “investasi” dengan menguraikan manfaat
potensial dalam pengertian kongkrit.
3. HR Scorecard mengukur leading indicators
Model kontribusi strategis SDM kami menghubungkan keputusan-keputusan dan
sistem SDM dengan HR deliverable, yang selanjutnya mempengarui pendorong
kinerja kunci dalam implementasi perusahaan. Sebagaimana terdapat leading
dan lagging indicator dalam sistem pengukuran kinerja seimbang keseluruhan
perusahaan, di dalam rantai nilai SDM terdapat pendorong (deliver) dan hasil
(outcome). Hal ini bersifat essensial untuk memantau keselarasan antara
keputusan-keputusan SDM dan unsur-unsur sistem yang mendorong HR
deliverable. Menilai keselarasan ini memberikan umpan balik mengenai
kemajuan SDM menuju deliverable tersebut dan meletakan fondasi bagi
pengaruh strategi SDM.
22
HR Scorecard menilai kontribusi SDM dalam implementasi strategi dan pada
akhirnya kepada “bottom line” . Sistem pengukuran kinerja strategi apapun harus
memberikan jawaban bagi chief HR officer atas pertanyaannya, “apa kontribusi
SDM terhadap kinerja perusahaan?” efek kumulatif ukuran - ukuran HR
deliverable pada scorecard harus memberikan jawaban itu. Para manajer SDM
harus memiliki alasan strategi yang ringkas, kredibel dan jelas, untuk semua
ukuran deliverable. Jika alasan itu tidak ada, begitu pula pada ukuran itu tidak
ada. Pada manajer lini harus menemukan ukuran deliverable ini sekredibel
seperti yang dilakukan manajer SDM, sebab matrik-matriks itu
merepresentasikan solusi - solusi bagi persoalan bisnis, bukan persoalan SDM.
4. HR Scorecard memungkinkan professional SDM mengelola secara efektif
tanggung jawab strategi mereka.
HR Scorecard mendorong sumber daya manusia untuk fokus secara tepat pada
bagaimana keputusan mereka mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi
melalui turnover rate, absence rate, worker’s comp payroll rate, lost wok day
rate.
2. Meningkatkan nilai dan ROI human resource, menyediakan klien nilai tinggi
yang berfokus pada servis HR, pengukurannya melalui ROI
� Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, tujuan stratejik yang ingin dicapai adalah :
1. Meningkatkan kepuasaan pelanggan, memenuhi dan melampaui harapan
pelanggan dengan cara mengembangkan standar pelayanan. Pengukurannya
melalui completed action.
� Perspektif Proses Bisnis Internal
35
Dalam perspektif proses bisnis internal, tujuan stratejik yang ingin dicapai
adalah :
1. Meningkatkan kepuasan karyawan secara keseluruhan, dengan pengukurannya
melalui staff opinion survey dan turnover.
2. Meningkatkan komitmen karyawan, meningkatkan kesediaan karyawan untuk
tinggal dan aktif memberikan kontribusi kepada organisasi dengan cara
identifikasi driver komitmen utama dan mengembangkan rencana untuk
mempengaruhi perubahan yang positif dengan pengukurannya melalui staff
opinion survey.
3. Meningkatkan penghargaan dan recognition program dengan pengukurannya
melalui staff opinion survey results.
4. Memperkuat perekrutan dan penarikan orang yang tepat di tempat dan waktu
yang tepat, terus mengembangkan dan meningkatkan metode merekrut efektif
untuk mengoptimalkan seleksi dan keberhasilan karyawan baru, pengukurannya
melalui turnover, customer saticfaction survey.
5. Workforce Planning, mengembangkan dan menerapkan metode untuk
merencanakan dan proaktif memenuhi kebutuhan staf di masa depan. Dengan
cara analisis data turnover, membuat dan melaksanakan alat perencanaan tenaga
kerja, dengan pengukurannya melalui turnover, time to fill a job vacancy, dan
completed action.
36
6. Succession Planning, mengembangkan dan menerapkan metode untuk
merencanakan pergantian di posisi kunci, pengukurannya melalui key position
turnover, dan time to fill key positions.
7. Meningkatkan informasi dan ketersediaan data, mengembangkan &
meningkatkan akses ke data & laporan untuk memungkinkan klien HR untuk
membuat keputusan yang efektif dengan cara mengembangkan dan
meningkatkan akses ke data dan laporan sehingga staf SDM dan klien dapat
membuat keputusan dan mencapai tujuan, meningkatkan integritas data,
mengembangkan dan menerapkan sebuah gudang data SDM, pengukurannya
melalui customer satisfaction survey results, dan completed action.
8. HR Process Improvement, meningkatkan layanan HR, dengan pengukurannya
melalui customer satisfaction survey results, select staff opinion survey items,
ROI measures, dan completed actions.
9. Diverse Workforce, mengembangkan & mendukung tindakan - tindakan yang
mengarah pada keragaman dalam organisasi, dengan pengukurannya melalui
number of disparate and ineuitable treatment complaints resulting in finding of
fault, dan affirmative action goals accomplished.
10. Mengurangi resiko yang berhubungan dengan kegagalan hukum, kebijakan dan
kontrak buruh, dengan cara mengembangkan alat analisis untuk mengidentifikasi
risiko yang terkait dengan transaksi SDM, mengembangkan sistem, peralatan,
pelatihan & konsultasi untuk mengurangi resiko, dengan pengukurannya melalui
workers’s comp costs, employee’s claims, dan OSHA findings.
37
11. Memperbesar tanggung jawab staff HR, dengan pengukurannya melalui
customer satisfaction survey scores.
� Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan
Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, tujuan strategis yang ingin
dicapai adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan, melatih staf HR di daerah
fokus utama dengan cara identifikasi keterampilan dan mengembangkan
rencana alat pembelajaran, dengan pengukurannya melalui HR skills learning
plans completed, dan courses delivered.
2. Meningkatkan komitmen staff HR, dengan cara identifikasi pertanyaan staff
opinion survey yang menunjukkan komitmen, dan turnover, dengan
pengukurannya melalui select staff opinion survey item, dan select turnover.
3. Membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR, dengan
cara meningkatkan harapan individu untuk menyesuaikan dengan rencana
strategis, dengan pengukurannya melalui staff opinion survey scores.
Ukuran yang digunakan oleh perusahaan pada perspektif keuangan terdiri dari 5
(lima) ukuran yaitu: Account Receivable - Collection Period, Operating
Cost, Profitability,Investment, dan Return on Equity (ROE). Pemilihan ukuran untuk
perspektif finansial bergantung pada tahap siklus bisnis organisasi. Berdasarkan
Rencana Bisnis Tahun depan dan keadaan keuangan saat ini berada dalam tahap
bertumbuh. Perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi
38
pertumbuhan. Untuk hal ini, perusahaan harus melibatkan sumber daya yang cukup
banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa
baru. Perusahaan juga berusaha untuk memperluas pangsa pasarnya agar dapat
mencapai tingkat pengembalian yang diinginkan.
Tujuan finansial perusahaan dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat
pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di berbagai pasar
sasaran, kelompok pelanggan dan wilayah. Ukuran Return on Equity (ROE), Revenue
from Data Management, dan Revenue from Access to Data merupakan ukuran yang
relevan karena sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang bertumbuh serta sejalan
dengan sasaran pertama di bidang keuangan yakni peningkatan pendapatan. Ukuran
yang lain yaitu Account Receivable - Collection Period, Operating Cost,
dan Investment juga sudah sesuai dengan sasaran perusahaan di perspektif ini yaitu
peningkatan kinerja manajemen keuangan yang sehat melalui optimalisasi sumber dan
penggunaan dana.
Untuk mewujudkan sasaran perspektif pelanggan yang telah ditentukan, yakni
perluasan pangsa pasar maka keberadaan ukuran yang menerangkan strategi perluasan
pasar menjadi kebutuhan yang mendesak. Tetapi, di dalam scorecard yang ada saat
ini perluasan pasar belum mendapatkan perhatian yang memadai.
Untuk mewujudkan target-target pada perspektif keuangan dan pelanggan
maka perspektif internal menyiapkan faktor-faktor pendorong terwujudnya target-
target tersebut. Sesuai dengan inisiatif strategis yang tampak dalam rencana bisnis.
39
Perspektif karyawan yang merupakan pilar untuk mewujudkan kinerja
istimewa dalam tiga perspektif sebelumnya. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan karyawan memfokuskan pada pengukuran strategi yang dikembangkan
untuk manajemen sumber daya manusia agar bisa mendukung pencapaian sasaran
kinerja yang diinginkan oleh perusahaan.
Tabel 2.1 Pengukuran HR Scorecard
Perspektif Objektif Measures Pelanggan - Meningkatkan
kepuasan pelanggan - Completed action
Keuangan - Mengurangi biaya
yang berhubungan dengan HR
- Meningkatkan nilai dan ROI HR
- Turnover rates (differented by years of service, job classification, etc)
- Absence rate - Workers’s comp
payroll rate - Lost work day rate
- Return on
investment measures (D&T,FSAP)
Bisnis Internal - Meningkatkan kepuasan karyawan
- Meningkatkan komitmen karyawan
- Memperkuat penghargaan dan recognition program
- Memperkuat perekrutan dan penyewaan orang yang tepat, di tempat
- Staff opinion survey results
- Turnover data
- Staff opinion survey results
- Staff opinion survey results
- Turnover - Customer
Satisfaction survey
40
dan waktu yang tepat
- Workforce planning
- Succession Planning
- Meningkatkan informasi dan ketersediaan data
- HR Process Improvement
- A diverse workforce
- Mengurangi resiko yang berhubungan dengan kegagalan hukum, kebijakan, dan kontrak buruh
- Memperbesar rasa tanggung jawab staff HR
- Turnover - Time to fill - Completed action
- Key position
turnover
- Time to fill key positions
- Customer satisfaction survey results
- Completed action
- Customer Satisfaction survey results
- Staff opinion survey results
- ROI measures
- Completed action
- Number of disparate and ineutable treatment complaints resulting in finding of fault
- Workers’s comp cost
- Employee’s claims
- Customer satisfaction survey scores
41
Pertumbuhan dan pembelajaran
- Meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan
- Meningkatkan komitmen karyawan HR
- Membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR
- HR skills learning plans completed
- Courses delivered
- Staff opinion survey results
- Turnover
- Staff opinion survey scores
Sumber : Journal of Competitiveness Vol. 4, Issue 1, pp.117-128, March 2012
2.4 Pengertian Key Performance Indicators
Key performance indicators atau indikator kinerja utama (IKU)
adalah metrik finansial ataupun non-finansial yang digunakan untuk membantu
suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi.
KPI digunakan dalam intelijen bisnis untuk menilai keadaan kini suatu bisnis dan
menentukan suatu tindakan terhadap keadaan tersebut. KPI sering digunakan untuk
menilai aktivitas-aktivitas yang sulit diukur seperti keuntungan pengembangan
kepemimpinan, perjanjian, layanan, dan kepuasan. KPI umumnya dikaitkan dengan
strategi organisasi.
Sebagai sebuah alat ukur pencapaian strategi, sebuah indikator keberhasilan
strategik (strategic measures) yang baik perlu memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Dapat menjadi sarana perusahaan mengkomunikasikan strategi (ability of the
organization to communicate their strategy for measures).
42
2. Terkait secara langsung dengan strategi yang dipilih perusahaan (the selected
measure adequately focuses on the strategic issue).
3. Indikator tersebut bersifat kuantifitatif, memiliki formula tertentu dalam
penghitungannya (quantifiable, can be evaluated objectively).
4. Indikator tersebut dapat dihitung (the measures are quantifiable, reliabled and
repeatable).
5. Frekuensi pemutakhirannya bermanfaat (the frequency of updates are
meaningfull).
6. Penetapan target untuk perbaikan dapat dilakukan (meaningful targets for
improvement are established).
7. Kemungkinan pembandingan dengan perusahaan lain dapat dilakukan(external
benchmarking is feasible and/or desirable).
8. Pengukurannya masih valid (validity of measures – not old unvalid measures).
9. Data dan sumber daya tersedia (availability of data and resources).
10. Biaya pengukurannya tidak melebihi manfaatnya (cost of measures not more
than benefit of measures).
Apapun Key performance indicators yang dipilih, harus mencerminkan tujuan
perusahaan, harus menjadi kunci untuk keberhasilan, dan mereka harus diukur
(terukur). Key Performance Indicators biasanya adalah pertimbangan jangka panjang.
Tujuan untuk Key Performance Indicators tertentu dapat berubah karena perubahan
tujuan perusahaan, atau sudah mendekati tujuan yang ingin dicapai.
43
2.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
PT. Suryana
Visi,Misi, Tujuan strategis perusahaan
HR Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Bisnis Internal
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
-Mengurangi biaya yang berhubungan dengan HR
-Meningkat kan nilai dan HR ROI
-Meningkat kan kepuasaan pelanggan
-Meningkatkan kepuasan karyawan -Meningkatkan komitmen karyawan -Memperkuat penghargaan dan recognition program -Memperkuat perekrutan dan penyewaan orang yang tepat, di tempat dan waktu yang tepat -Workforce planning -Succession Planning -Meningkatkan informasi dan ketersediaan data -HR Process Improvement -A diverse workforce -Mengurangi resiko yang berhubungan dengan kegagalan hukum, kebijakan, dan kontrak buruh -Memperbesar rasa tanggung jawab staff HR
-Meningkat kan pengetahuan dan skill karyawan
-Meningkat kan komitmen karyawan HR
-Membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR
Kontribusi HRD terhadap perusahaan
Usaha untuk meningkatkan kontribusi HRD
44
Keterangan :
Langkah awal dalam mengukur kontribusi departemen sumber daya manusia
dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan adalah dengan mengetahui visi, misi,
dan tujuan strategis perusahaan dan menerjemahkannya kedalam 4 perspektif HR
scorecard yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan
pertumbuhan dan pembelajaran.
Setelah menerjemahkan tujuan strategis perusahaan, maka didapatkan kontribusi
apa saja yang di berikan oleh departemen sumber daya manusia dalam pencapaian
tujuan strategis perusahaan tersebut.
Setelah mengetahui kontribusi yang bisa diberikan oleh departemen sumber daya
manusia dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan, langkah selanjutnya adalah
mengukur kontribusi yang telah diberikan oleh sumber daya manusia tersebut.
Setelah itu langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan analisis untuk
mengetahui usaha apa yang bisa dilakukan oleh departemen sumber daya manusia
untuk meningkatkan kontribusinya dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan.