BAB II PEMBAHASAN A. Manusia sebagai mahluk sosial Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia dapat dilakukan secara simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan dan sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi sosial yang mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda secara fundamental dengan mahluk hidup lainnya di muka bumi. Bahkan dengan kekuatan spiritualnya maka manusia mampu mengungguli kemampuan mahluk-mahluk Allah lainnya seperti jin dan sebagainya. Disisi lain, karena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam kontek sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena, fungsi-fungsi sosial manusia lainnya dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai mahluk sosial
Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia dapat dilakukan secara
simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan dan
sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan
fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi sosial yang
mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda
secara fundamental dengan mahluk hidup lainnya di muka bumi. Bahkan dengan kekuatan
spiritualnya maka manusia mampu mengungguli kemampuan mahluk-mahluk Allah lainnya
seperti jin dan sebagainya.
Disisi lain, karena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak
mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam
kontek sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan
manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhhan fungsi-fungsi sosial
satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu
akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena, fungsi-fungsi sosial
manusia lainnya dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat
bagi manusia lainnya.
Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang
lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan
manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individu maupun
kelompok, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya perilaku selaras yang
dapat diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian
kebutuhan individu, kelompok dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi
utama pemikiran manusia dalam masyarakat yang beradab.
Sosiologi berpendapat bahwa tindakan awal alam penyelarasan fungsi-fungsi sosial
dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan melakukan interaksi sosial atau
tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan
komunikasi itu dilakukan dengan baik secara verbal maupun non verbal bahkan simbolis.
Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan
tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia
dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial antara hak
1
dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan
itu akan menciptakan tatanan sosial dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu
yang akan datang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan juga penjelasan di atas,
maka interaksi sosial dalam berkelompok dan bermasyarakat, yang oleh Habermas disebut
dengan tindakan komunikasi ini merupakan perspektif sosiologi, dan perspektif ini pula yang
menjadi objek pengamatan sosiologi komunikasi. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat
adalah komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi
menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam
sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji
kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi yaitu
perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusu komunikasi dalam lingkungan
individu, kelompok, masyarakat, budaya dan dunia.
Sehubungan dengan itu, beberapa konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi
komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community, communication, telenatika,
merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu
sama lain sehingga melahirkan studi-studi interelasi yyang penting untuk dibicarakan disini
sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.
B. Komunikasi (Communication)
Theodornoson and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup communication
berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok
kepada yang lain terutama simbol-simbol. Garbner mengatakan communication dapat
didefinisikan sebagai social interaction melalui pesan-pesan. Onong Uchyana mengatakan
komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seorang komunikator kepada seorang komunikan. Pikiran bisa merupakam
gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati.Jadi, lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada
kaitannya dengan substansi interaksi sosial orang-orang dalam masyarakat; termasuk konten
interaksi komunikasi yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media
komunikasi.
C. Sosiologi Komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi
dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan
2
proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok
maupun antarkelompok. Menurut Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan
public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan
segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi
komunikasi itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat
dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat
yang di dorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang
ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
D. Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT dengan struktur dan fungsi yang sangat
sempurna bila dibandingkan dengan mahluk ciptaan-Nya yang lain. Bahkan, dalam
kemampuan spiritual, manusia lebih unggul dari pada Jin dan sebagainya. Walaupun
demikian, satu kodrat manusia yang tidak dapat kita pungkiri adalah bahwa manusia
merupakan mahluk sosial. Oleh sebab itu, manusia pada dasarnya tidaklah mampu untuk
hidup sendiri di dunia ini, baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial-
budaya. Dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling
berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang lainnya.
Pada dasarnya, sutau fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan
bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia
ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, maka
manusia akan sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya (Bungin, 2008).
Dalam kajian sosiologi, ada asumsi yang menyatakan bahwa tindakan awal dalam
penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali dengan
melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas
interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan dengan beberapa cara, yakni baik
secara verbal, non-verbal, maupun simbolis. Kebutuhan akan adanya sinergi fungsional dan
akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya
ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Oleh sebab
ituu, maka terciptalah keseimbangan sosial (sosial equilibrium) antara hak dan kewajiban
dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan
menciptakan tatanan sosial (sosial order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan
waktu yang akan datang (Bungin, 2008).
3
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka interaksi sosial dalam berkelompok
dan bermasyarakat berfokus pada komunikasi yang terjadi didalamnya. Komunikasi ini
sendiri merupakan perspektif sosiologi, dan perspektif ini dinamakan dengan pengamatan
sosiologi komuikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sosiologi, bahwa komunikasi
menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam
sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji
kekhususan dalam studi sosiologi yang dinamakan dengan Sosiologi Komunikasi, yaitu
perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan
individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan dunia.
Anda tentu masih ingat bukan, bahwa proses komunikasi pada hakekatnya adalah
suatu proses pemindahan/transmisi atau penyampaian ide, gagasan, informasi, dan
sebagainya dari seseorang (sender atau komunikator atau sumber) kepada seseorang yang
lain (receiver atau komunikan). dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya.
Selanjutnya komunikasi diberi batasan sebagai penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan, sedang pesan terdiri dari dua aspek, aspek pertama aspek isi berupa pikiran dan
perasaan sedang aspek kedua yakni lambang berupa bahasa verbal dan non verbal.Proses
komunikasi diantara keduanya dapat dikatakan berhasil apabila terjadi kesamaan makna.
Sebaliknya, komunikasi menjadi gagal bilamana keduanya tidak memiliki kesamaan makna
atas apa yang dipertukarkan atau dikomunikasikan.
Menurut Effendy (1999), Proses komunikasi dalam masyarakat dapat dibedakan atas
duas tahap. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkannya adalah sebagai berikut.
1. Proses Komunikasi secara Primer
Yang dimaksudkan dengan proses komunikasi secara primer yakni proses
penyampaian pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain menggunakan lambang
atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mempa
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Sekarang mari kita bahas satu per satu. Kial (gesture) adalah isyarat dengan
menggunakan anggota tubuh seperti anggukan atau gelengan kepala, kedipan mata, tepukan
tangan, dll. Semua lambang nonverbal ini memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang
sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-
jemari, atau mengedipkan mata, menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat
mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).
4
Isyarat dengan menggunakan alat seperti gong, tambur, sirene, dan lain-lain
mempunyai makna tertentu. Membunyikan gong di tengah malam di kampung-kampung di
Timor atau di Sumba itu pertanda meminta pertolongan (ada perampokan, pencurian, ataupun
kebakaran).Warna juga yang mempunyai makna tertentu dalam berkomunikasi di
masyarakat. Warna putih selalu diidentikkan dengan ketulusan dan kemurnian. Warna hitam
selalu dipertunjukkan untuk mengekspresikan kesedihan. Misalnya, sebagai tanda
perkabungan. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalarn komunikasi
memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalarn hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran
seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Alasannya, buku-buku yang ditulis dengan
bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan” pemikiran tidak mungkin diganti oleh
gambar, apalagi oleh lambang-lambang lainnya. Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi,
lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan
diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan
menggunakan media primer “tersebut, yakni lambang- lambang. Dengan perkataan lain,
pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi
(content) dan lambang: (symbol). Jadi jelaslah, media primer atau lambang yang paling
banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai
mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan
yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama
bagi semua orang. Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotatif
dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalarn pengertian denotatif adalah yang
mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima
secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Perkataan
dalarn pengertian konotatif adalah yang mengandung pengertian emosional atau mengandung
penilaian tertentu (emotional or evaluative meaning).
Misalnya saja jika anda mengucapkan kata “anjing” dalarn pengertian denotatif
memiliki makna dan interpretasi yang sama bagi setiap orang. Begitu mendengar kata
“anjing” maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah bahwa ia binatang yang berkaki
empat, berbulu, hewan piaraan bagi sebagian orang, dan memiliki daya cium yang tajam.
Namun, kata “anjing” dalarn pengertian konotatif, bisa bermakna lain bagi sebagian orang.
Bagi seorang kiai yang fanatik kata “anjing” bisa dimaknai sebagai hewan yang najis; bagi
seorang polisi merupakan pelacak pembunuh, dst.
5
Nah, bagaimana proses komunikasi itu bisa berlangsung? Sebagaimana Anda
pelajari pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, bahwa dalam proses komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication) yang melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, sang komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada
komunikan, dan komunikan mengawasandi atau menyandi balik pesan tersebut. Sampai di
situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena
komunikasi antarpersona itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban,
ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder.
Supaya lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Pada suatu hari, Daniel dan Ratna
bertemu dan berbicang-bincang. Yang menjadi komunikator adalah Daniel sedangkan
komunikan, Ratna. Selama komunikasi berlangsung antara Daniel dan Ratna, akan terjadi
penggantian fungsi secara bergiliran sebagai encoder dan decoder. Jika Daniel sedang
berbicara, ia menjadi encoder; dan Ratna yang sedang mendengarkan menjadi decoder. Pada
saat Ratna memberikan tanggapan dan berbicara kepada Daniel, maka Ratna kemudian
menjadi encoder dan Daniel menjadi decoder. Tanggapan Ratna yang disampaikan kepada
Daniel itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia
menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh
komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif.
Umpan batik positif adalah tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang
menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik
negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga
komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
Setelah Anda pahami tentang proses komunikasi secara primer, sekarang kita akan
meembahas proses komunikasi secara sekunder. Yang dimaksudkan dengan proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
Mengapa menggunakan alat bantu atau media kedua? Alasannya bisa beragam.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena
komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh. Alasan lainnya, jumlah
komunikannya banyak. Beberapa media kedua atau alat bantu yang biasanya digunakan
6
antara lain: surat, telepon, telegram, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak
lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam berkomunikasi.
Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat, yang dinamakan
media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan di atas. Jarang sekali
orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini di sebabkan oleh bahasa
sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) – yakni pikiran dan atau perasaan – yang
dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan.Tidak
seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu
dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa,
tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan
sebagainya.
Seperti diterangkan di muka, pada umumnya memang bahasa yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan
pikiran, ide, pendapat, dan sebagainya, baik mengenai hal vang abstrak maupun yang
kongkret; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga
pada waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah pula maka kebanyakan media
merupakan alat atau sarana yang diclptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan
bahasa. Seperti telah disinggung di atas, surat, atau telepon, atau radio misalnya, adalah
media untuk menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa.
Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media
yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nir-massa atau
media non-massa (non-mass media). Seperti telah disinggung tadi, media massa, misalnya
surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film yang diputar di gedung bioskop memiliki
ciri-ciri tertentu, antara lain ciri massif (massive) atau massal (massal), yakni tertuju kepada
sejumlah orang yang relatif amat banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa,
umpamanya surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan pengumuman,
buletin, folder, majalah organisasi, radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi siaran
sekitar (closed circuit television), dan film dokumenter, tertuju kepada satu orang atau
sejumlah orang yang relatif sedikit.
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran
Karl Marx, dmna Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman
sementara Claude Henri Saint-Simon, August Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-
nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis (Bungin, 2008)
7
Sementara itu gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-
pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx
muda menjadi seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran
radikal Hegel tentang idealisme, adapun kemudian Marx tua menjadi seorang materialisme,
hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manusia dalam prosesnya dengan konteks sosial
yang dialami Marx sendiri.
Menurut Ritzer pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-
pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme.
Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir mikz, konflik
dan kontradiksi, yaitu cara-cara berpikir yang lebih dinamis. Di sisi lain, dialektika adalah
pandangan tentang dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri dari proses,
hubungan, dinamika konflik, dan kontradiksi. Pemahaman dialektika tentang dunia semacam
inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan satu dengan yang lainnya)
di kemudian hari melahirkan gagasan-gagasan tentang komunikasi seperti apa yang
dikemukakan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikasi (interaksi).
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan
produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme
menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologis-lah yang ada, idealisme adalah
sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa
proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme
merupakan produk berpikir yang menekankan tidak saja pada proses mental, namun juga
gagasan-gagasan yang dihasilkan dari mental itu.
Pemikiran-pemikiran Habernas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habernas
sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekontruksi materialisme historis. Habermas
bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies mahluk , aktivitas yang
berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen
analitik yang berbeda, yaitu kerja (atau tenaga kerja, tindakan rasional-purposif) dan interaksi
(atau aksi komunikatif) sosial (atau simbolis). Diantara kerja dan interaksi sosial, Marx hanya
membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Jadi, kata Habermas, “ ia hanya
mengambil perbedaan antara kerja dan interaksi sosial sebagai titik awalnya”. Di sepanjanng
tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah
tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi). Dalam the theory of
communication action pun ia menyebutkan tindakan komunikatif ini sebagai bagian dari
dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi.
8
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu-ilmu
sosial dan mulai menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari
perkembangan ini termuat dalam kummpulan studi yang ditulis bersama Niklas Luhmann,
yakni Theori der Gesellschaft der Sozialtechnologie; Legitimations probleme des
historischen Materialismus; dan kumpulan esai dalam sekian buku lagi. Habermas sendiri
saat ini menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai
the first philosopher of communication itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatik-nya,
suatu keyakinan bahwa sebuah ide benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme
menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan objek. Jadi, gagasan-gagasan seharusnya
bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide harus tersampaikan dan memberi kontribusi
pada tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku di lapangan.
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian
dan sumbangan pemikiran August Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton
merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang
beraliran struktural-fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan
Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian
komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada
hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebutkan
Comte dengan “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan interaksi sosial
oleh Karl Marx serta tindakan komunikatif dan teori komunikasi oleh Habermas adalah awal
mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahakan melihat kenyataan semacam itu,
maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan
dengan lahirnya sosioloigi itu sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun
dalam perspektif konflik.
9
SKEMA 1
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM PARADIGMA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Aliran pemikiran yang melahirkan
paradigma dalam sosiologi komunikasi
Struktural fungsional Konflik-kritis
August Comte Karl Marx
Emile Durkheim Jurgen Habermas
Talcott Parson John Dewey
Robert K. Merton
Selain apa yang disumbangkan oleh Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis
dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural-fungsional dalam sosiologi yang
diajarkan oleh Talcott Parson dengan teori sistem tindakan maupun dengan skema AGIL,
serta kajian Robert K.Merton tentang struktur-fungsional, struktur sosial dan anomie,
merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teori-teori
komunikasi di waktu-waktu betikutnya.
Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian
sosioligi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian
tersebut. Narwoko dan Suyanto mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial
disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial
dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata bergantung terhadap tindakan
tersebut, sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan
tafsiran pada sesuatu atau pada perikelakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan
makna menjadi sangat pentingv ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi
(pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi
sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.
E. Ranah, Kompleksitas, Dan Objek Sosiologi Komunikasi
Ranah sosiologi komunikasi berada pada wilayah individu, kelompok, masyarakat,
dan sistem dunia. Dimana ranah ini besentuhan dengan wilayah lain, seperti teknologi
10
telematika, komunikasi, proses dan interaksi sosial, serta budaya kosmopolitan. Ranah-ranah
sosiologi komunikasi berbeda dengan studi-studi komunikasi dan sosiologi secara
keseluruhan, dengan kata lain objek sosiologi komunikasi tidak sama dengan sosiologi secara
umum, begitu juga sosiologi komunikasi tidak mengambil objek komunikasi secara utuh,
akan tetapi sosiologi komunikasi menjembatani studi-studi komunikasi dimana jembatan itu
dibangun berdasarkan kajian sosiologi tentang interaksi sosial yang dalam sosiologi juga
dikenal dengan subkajian masalah-masalah komunikasi, kemudian menariknya ke dalam
studi komunikasi yang berkaitan erat dengan sosiologi yaitu studi-studi media, dampak media
maupun perkembangan teknologi komunikasi. Namun karena begitu dekatnya studi-studi
sosiologi dan studi-studi komunikasi, maka kajian sosiologi ini berkembang menjadi satu
kajian yang tidak bisa lagi dibedakan secara sosiologis dengan komunikasi. Dalam arti ketika
kita membahas kasus-kasus sosiologi komunikasi, maka akan ditemukan sebuah kenyataan
bahwa apa yang menjadi perhatian sosiologi itu jugalah yang menjadi pusat perhatian
komunikasi. Hal ini terjadi karena ranah sosiologi komunikasi adalah kajian utama dan
terpenting dari kajian sosiologi dan kajian sosiologi komunikasi itu sendiri yaitu individu,
kelompok, masyarakat, dunia, dan segala interaksinya.
Studi-studi sosiologi komunikasi selain bersifat interdisipliner dan terbuka terhadap
sumbangan disiplin ilmu lain, sosiologi komunikasi juga memiliki objek kajian yang terbuka
luas setiap saat, seirama dengan cepatnya perubahan-perubahan sosial-budaya dan teknologi
media yang berkembang di masyarakat beserta semua aspek yang mengikutinya.
Saat ini kendali arah perkembangan sosiologi komunikasi sitentukan oleh pesatnya
perkembangan dunia teknologi komunikasi yang kemudian secara simultan memengaruhi
ranah-ranah sosial dan budaya masyarakat di setiap lapisan masyarakat. Dengan demikian,
maka luasan objek kajian sosiologi komunikasi juga ikut dipengaruhi oleh perkembangan
ranah-ranah sosial budaya dan teknologi media itu dengan segala aspek yang mengikutinya.
Sejauh itupun kajian sosiologi komunikasi merasa selalu tertinggal jauh dari
perkembangan teknologi komunikasi. Berbagai teori dirasakan cepat usang dan sudah tidak
up-to-date lagi, begitu pula perspektif yang awalnya dianggap penting untuk dikembangkan
dalam studi-studi sosiologi komunikasi menjadi semakin kompleks dalam waktu singkat.
Begitu pula kaitannya studi-studi sosiologi komunikasi dengan disiplin ilmu lainnya setiap
saat dipandang sangat membantu kajian-kajian sosiologi komunikasi.
Sementara kekhawatiran yang ada bahwa terasa begitu sedikit para ahli yang ikut
memikirkan kajian ini, padahal kenyataannya sudah sangat banyak masyarakat. Salah satu
pemicu perkembangan sosiologi komunikasi yang cepat ini disebabkan karena sosiologi
11
komunikasi menganggap bahwa saat ini perkembangan teknologi selalu mendahului
perkembangan teori. Pacu memacu antara teknologi dan teori di ranah wacana, aplikasi, dan
masyarakat inilah yang kemudian setiap saat melebarkan arena objek sosiologi komunikasi
itu.
Berdasarkan penjelasan mengenai ranah sosiologi komunikasi dan kompleksitas studi
sosiologi komunikasi, maka objek sosiologi komunikasi adalah seperti halaman berikut.
Setiap bidang ilmu dalam rumpun ilmu-ilmu sosial memiliki objek kajiasn formal
yang sama yaitu manusia. Manusia adalah objek yang tak pernah habis dibahas dari berbagai
aspek dan sudut pandang baik dalam konteks makro maupun mikro. Objek formal manusia
yang dimaksud adalah dalam konteks individu, kelompok, masyarakat, dunia, serta aspek-
aspek sosiologis yang mengitarinya.
Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktivatas
manusia sebagai mahluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis yaitu proses sosial dan
komunikasi, aspek ini merupakan aspek dominan dalam kehidupan manusia bersama orang
lain. Aspek lainnya adalah telematika dan realitasnya. Aspek ini menyangkut persoalan
teknologi media, teknologi komunikasi dan berbagai persoalan konvergensi yang
ditimbulkannya termasuk realitas maya yang dihasilkan telematika sebagai tuang publik baru
yang tanpa batas dan memiliki masa depan yang cerah bagi ruang kehidupan. Sebaliknya
perkembangan telematika dan aspek-aspeknya serta pengaruhnya terhadap perkembangan
media massa memberikan efek yang luar biasa pada masayarakat. Efek media memiliki ruang
bahasan yang luas terhadap konsekuensinya pada proses-proses sosial itu sendiri, baik
menyangkut individu, kelompok, masyarakat maupun dunia, termasuk pula aspek-aspek yang
merusak seperti kekerasan, pelecehan, penghinaan, bahkan sampai pada masalah-masalah
kriminal. Pengaruh-pengaruh efek media juga ikut membentuk life style dan lahirnya norma
sosial baru di masyarakat terutama pada masyarakat kosmopolitan, sekuler, cerdas,
profesional, materialis, dan hedonis, serta modis.
Perkembangan telematika tidak saja memasuki ranah sosial, namun juga memasuki
ranah hukum dan bisnis. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dominasi telematika dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya. Ketika telematika sampai pada kemampuannya
menciptakan masyarakat baru yaitu cybercommunity, maka kebutuhan akan cyberlaw
menjadi mutlak ada untuk mengatur seluruh fungsi sirkulasi dan peredaran aspek-aspek
kehidupan sosial( dalam dunia cyber) sebagaimana kebutuhan sebuah sistem sosial itu
sendiri. Karena sadar ataupuntidak aspek hukum dan bisnis akan mendominasi
cybercommunity selain pencitraan itu sendiri.
12
a. Ruang Lingkup dan Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi
Sehubungan dengan lahirnya konsep pemikiran mengenai komunikasi dalam interaksi
sosial yang berimbas pada munculnya sosiologi komunikasi, maka ada beberapa konsep yang
berhubungan dengan sosiologi komunikasi tersebut. Adapun beberapa konsep yang
berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community,
communication, dan telematika. Dari konsep-konsep tersebut kemudian lahirlah studi-studi
interelasi yang penting untuk dibicarakan, sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi
sosiologi komunikasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat pembahasan berikut ini.
1. Sosiologi
Etimologi kata sosiologi ini adalah kata sofie, yakni bermakna bercocok tanam atau
bertaman. Kemudian, istilah ini berkembang menjadi socius, yang dalam bahasa latin berarti
teman ataupun kawan. Dan istilah inipun kemudian berkembang lagi sehingga menjadi kata
sosial, yang berarti berteman, berserikat, ataupun bersama (Bungin, 2008).
Secara khusus, Hassan Shadily menyatakan bahwa kata sosial maksudnya adalah hal-
hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan
selanjutnya dengan pengertian itu dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan
bersama. Dengan kata lain, Hassan Shadily mengutarakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai
anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan
atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, atau agamanya,
tingkah laku, serta keseniannya (kebudayaan) yang meliputi segala segi kehidupan (Shadily,
1993).
Sementara itu, Pitirin Sorokin (Soekanto, 2003) mengemukakan bahwa sosiologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari:
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial,
misalnya antara geajala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya.
Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial,
misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.
Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Roucek dan Warren (Soekanto, 2003) mengemukakan bahwa sosiologi ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F.
Nimkoff (Soekanto, 2003) berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. Sementara itu, Selo Soemardjan
13
Soeleman Soemardi (Soekanto, 2003) mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah atau norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, dan
lapisan-lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai
segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan hukum
dan segi kehidupan agama, dan lain sebagainya. Sementara itu, perubahan struktur sosial
merupakan salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bertujuan
untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum, prinsip-prinsip dan hukum-
hukum umum dari interaksi antarmanusia juga perihal hakikat, bentuk, isi dan struktur dari
masyarakat manusia. Obyek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat.dalam hal ini kami ketengahkan sesuatu yang berhubungan dengan sosiologi
yang antara lain Komunikasi Massa.
Pembentukan struktur sosial dan terjadinya proses sosial dan kemudian adanya
perubahan sosial tidaklah terlepas dari adanya aktivitas interaksi sosial yang menjadi salah
satu ruang lingkup sosiologi. Kembali kepada interaksi sosial, Soekanto menyatakan bahwa
interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara para individu, antara individu dengan
kelompok, maupun antar kelompok (Soekanto, 2003).
2. Community
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa dalam kajian sosiologi, yang menjadi
objek studinya tidak terlepas dari masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam bidang kajian
ilmu sosiolgi itu sendiri yang selalu terpaut dengan berbagai macam fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat. Berbicara mengenai maasyarakat yang menjadi objek dalam sosiologi ini,
tentu kita harus mengetahui apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan masyarakat itu
terlebih dahulu. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa tokoh terkait
dengan pengertian masyarakat terseebut. Misalnya Ralph Linton, yang berasumsi bahwa
masyarakat itu merupakan sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup
lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas (Soekanto, 2003).
Dilain tempat, Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan dari orang-orang yang hidup bersama ini kemudian lahir pula suatu
kebudayaan (Soekanto, 2003).
14
Pengertian manusia yang hidup bersama yang dimaksudkan disini jika kita lihat dari
segi perspektif ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saj dua orang ataupun lebih. Manusia
yang bisa kita katakan tersusun dalam suatu kelompok (hidup bersama) ini telah berkumpul
dalam waktu yang relatif lama yang kemudian lahir manusia yang baru yang kemudian
berhubungan pula satu dengan yang lainnya. Hubungan antara manusia itu, kemudian
melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian, dan sebagainya. Keseluruhan
itu kemudian mewujudkan adanya sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antara manusia dalam amsyarakat tersebut. Dalam sistem yang demikian ini, maka
muncullah budaya yang mengikat antara manusia satu dengan yang lainnya.
3. Teknologi Telematika
Istilah teknologi telematika (telekomunikasi, media, dan informatika) ini bermula dari
istilah teknologi informasi (Information Teknologi atau IT). Istilah ini mulai populer pada
dekade 70an. Pada masa sebelumnya, teknologi informasi masih disebut dengan istilah
teknologi komputer atau pengolahan data elektronik (Electronic Data Processing atau EDP).
Istilah telematika sendiri lebih kearah penyebutan kelompok teknologi yang disebutkan
secara bersama-sama, namun sebenarnya yang dimaksudkan adalah teknologi informasi yang
digunakan di media massa serta teknologi telekomunikasi yang umumnya digunakan dalam
bidang komunikasi lainnya.
Menurut kamus Oxford terbitan tahun 1995, pengertian dari teknologi informasi
tersebut adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk
meenyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja. Informasi yang
dimaksudkan disini mencakup segala jenis informasi, termasuk informasi berupa kata-kata,
bilangan, maupun berupa gambar. Sementara itu, menurut Alter (1992), teknologi informasi
mencakup perangkat keras maupun perangkat lunak untuk melaksanakan satu ataupun
sejumlah tugas pemrosesan data, misalnya menangkap, mentransmisikan, menyimpan,
mengambil, memanipulasi, maupun menampilkan data. Kemudian Martin (1999)
mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi saja, melainkan juga mencakup
teknologi informasi untuk mengirimkan informasi. Secara lebih umumnya, Lucas (2000)
berasumsi bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk
memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Disisi lain, kita juga perlu
mengetahui apa saja sebenarnya yang menjadi contoh-contoh dari teknologi informasi
tersebut. Kadir (2003) menyajikan beberapa contoh perangkat teknologi informasi tersebut
yang mencakup mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak
15
pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (spreadsheet), dan peralatan komunikasi
serta jaringan.
Secara garis besarnya, teknologi informasi itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yakni perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat
keras yang dimaksud adalah perangkat yang mencakup peralatan yang bersifat fisik (dapat
disentuh). Contoh-contoh perangkat keras ini misalnya seperti memori, printer, dan keyboard.
Lalu, perangkat lunak adalah perangkat yang tidak bersifat fisik, yakni perangkat yang terkait
dengan instruksi-instruksi perangkat keras agar bekerja sesuai dengan tujuan instruksi-
instruksi tersebut. Dengan kata lain, perangkat lunak ini juga dapat kita asumsikan dengan
kumpulan program-program yang terdapat dalam perangkat atau alat-alat teknologi
informasi.
b. Kompleksitas Sosiologi Komunikasi
Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak saja
membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga membuka diri
pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan
zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan
bahwa studi sosiologi komunikasi sedikit rumit atau kompleks.
Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai bidang ilmu
di sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi, hukum, ekonomi, dan
bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi perkembangan sosiologi komunikasi
adalah teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan
teknologi komunikasi cenderung membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan
dan perubahan pada bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses yang dilakukan melalui media massa dengan
berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Atau
dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan
menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).Komunikasi Massa secara sederhana
dimaknai sebagai komunikasi menggunakan media massa, dan hal tersebut dipengaruhi oleh
kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak
dalam jumlah yang besar.Pengertian Komunikasi Massa menurut Rakhmat : diartikan sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan
anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara