BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik - baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapainya, salah satu yang harus dilakukan sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan, seseorang harus mengetahui dan memahami konsep dan komponen pembelajaran dengan baik. Karena jika semua konsep dan komponen disatukan, maka proses belajar-mengajar akan berjalan lancar. 1.2 Rumusan Masalah Apa pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran? Apa saja konsep dan komponen pembelajaran itu? Bagaimana hubungan masing - masing konsep dan komponen pembelajaran? Apa fungsi dari masing - masing konsep dan komponen pembelajaran? 1.3 Tujuan Mengetahui pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa
banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Mengingat
sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik -
baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapainya, salah satu
yang harus dilakukan sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan,
seseorang harus mengetahui dan memahami konsep dan komponen pembelajaran
dengan baik. Karena jika semua konsep dan komponen disatukan, maka proses belajar-
mengajar akan berjalan lancar.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran?
Apa saja konsep dan komponen pembelajaran itu?
Bagaimana hubungan masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?
Apa fungsi dari masing - masing konsep dan komponen pembelajaran?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengertian dari konsep dan komponen pembelajaran
Mengetahui hal-hal apa saja yang termasuk dalam konsep dan komponen
pembelajaran
Mengetahui hubungan masing-masing konsep dan komponen pembelajaran
Mengetahui fungsi masing-masing konsep dan komponen pembelajaran
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP PEMBELAJARAN
Konsep pembelajaran yang dimaksud dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana
guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi
istilah pembelajaran setara dengan istilah teaching atau instruction. Artinya, kita tidak
harus secara diametral mempertentangkan antara pengajaran (teacher-centered) dengan
pembelajaran (student centered), karena pada hakikatnya kedua kegiatan itu dapat
berlangsung sinergis. Dalam pengajaran guru disebut juga belajar sedangkan siswa
dalam belajar juga mengajar.
Suparno (1997), dalam pandangan kontruktivis, mengajar berarti partisipasi
dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar
sendiri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata pembelajaran
berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Kimble dan Garmezy (2002:20) pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku
yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.
Pertentangan antara belajar teacher-centered atau student centered terjadi
perubahan konsep dari behaviorisme menjadi konstruktivisme, ada suatu hasil penelitian
yang menyentak. Jeanne Chall dalam bukunya berjudul The Achievement Challenge,
menyampaikan dengan jelas bahwa siswa ternyata akan belajar lebih baik secara
keseluruhan melalui metode teacher-centered, yang dipraktikan oleh Engleman dalam
pembelajaran langsung. Suatu hal yang patut ditekankan disini, dalam praktik
pembelajara langsung memang peranan guru lebih diutamakan. Mengajar bukan sekadar
mentransfer pengetahuan dari sudah tahu (guru) kepada orang yang belum tahu (murid),
melainkan membantu seseorang agar dia mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan
melalui aktivitasnya terkait fenomena atau objek alami yang ingin diketahuinya. Tugas
2
pokok pengajar adalah menyediakan iklim yang kondusif, menyediakan sarana dan
prasarana yang memungkinkan dialog secara kritis multiarah, terutama antara sesama
siswa, dan tentu saja antar siswa dengan guru. Pembelajaran membutuhkan suatu proses
yang disadari cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut
terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi
kognitif.
2.1.1 Peran Guru Sebagai Insan Multidimensi
Di dalam pembelajaran, apakah itu pembelajaran konvensiaonal yang berorientasi
teacher-centered maupun dalam pembelajaran yang berorientasi student-centered,
sesungguhnya peran guru yaitu unik dan boleh dikatakan tidak tergantikan. Jika kita
ingat teori ZPD dari Vygostky, walaupun model pembelajaran konstruktivis lebih
berorientasi student-centered, guru yang bersandangan fasilitatordalam membantu siswa,
sebagai orang dewasa yang karena kompetensinya siap membantu siswa beranjak
menuju struktur kognitif yang lebih kompleks dalam zona perkembangan terdekatnya.
1. Guru sebagai Guru
Guru sebagai guru sebenarnya merupakan insane kamil, manusia unggul yang
mampu/ beradaptasi dan melakukan transformasi diri dan senantiasa bergelut dari satu
perbaikan ke perbaikan yang lain. Meneraangkan (explaining), member informasi,
bertanya (asking), menunjukkan (demonstrating), member tugas- tugas dan menilai
hasilnya.
Ada sejumlah tips yang perlu dilaksanakan seorang guru sebagai guru, antara
lainsebagai berikut.
1. Memberikan contoh, konstektual pembelajaran
2. Menyatakan sesuatu yang dipelajari dalam istilah-istilah yang sederhana
3. Menguraikan masaah menjadi bagian-bagian yang sederhana
4. Meletakkan bagian-bagian persoalan bersama-sama sehingga seluruh masalah dapat
dipahami dengan mudah.
5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna
6. Bereaksi, perhatian dan peduli terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa
7. Mendengar dan menyimak
3
8. Memberi informasi dan meningkatkan kepercayaan diri siswa
9. Menyediakan fasilitas
10. Memberi peluang
11. Mengubah cara siswa dalam menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan
kemampuandan derajat perkembangan kognitifnya.
12. Menyajikan pembelajarn yang menyenangkan dan dinamis
2. Guru sebagai Teladan
Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kualitas dan kekuatan dari
teladan seorang guru berkaitan erat dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif
seorang guru maka makin tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. Teladan
yang efektif akan mampu member semangat dan keberanian kepada para siswa untuk
belajar.
Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan oleh
guru.
1. Sikap dasar
2. Kecakapan berbicara
3. Kebiasaan kerja
4. Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan
5. Pakaian, menampilkan cirri kepribadian
6. Hubungan antar manusia
7. Model berpikir ( paradigm)
8. Kebiasaan emosional
9. Sistem penilaian suka atau tidak suka
10. Pertimbangan
11. Kesehatan
12. Gaya hidup
3. Guru sebagai Penasihat
Keliru jika kita menganggap bahwa hanya guru bimbingan dan penyuluhan
(BP) atau wali kelas saja yang harus berperan sebagai penasihat, setiap guru
4
merupakan penasihat. Karena tingkat kedewasaannya serta pengalamannya yang
lebih, maka setiap guru berfungsi sebagai penasihat. Tempaan pengalaman dalam
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, membuat guru sebagai orang dewasa
mampu mengembangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk menghadapi dan
menyelesaikan tantangan masalah kehidupan.
Untuk itu seorang guru harus mau terbuka dan mau berbagi, tidak merasa
risih dan terganggu karena dijadikan tempat “curhat” oleh para siswanya. Oleh
sebab itu, guru yang unggul harus berupaya dekat dengan seluruh siswa, ia wajib
hafal nama seluruh siswa yang diajarinya. Guru yang baik harus menganal dan
memahami karakter dan latar belakang setiap siswa dikelasnya. Dengan demikian
rasa enggan, rasa takut anak-anak akan terkikis dan mereka akan merasakan
kedekatan itu sebagai modal untuk saling berbagi tentang problema kehidupan yang
mereka hadapi.
4. Guru sebagai Pemegang Otoritas
Pemegang otoritas adalah jabatan ex officio guru saat dia ditugasi mengampu
mata pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas di kelas tertentu. Memang ia yang
menentukan hitam putihnya kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi bukan berarti
bahwa kewenangan itu digunakan semena-mena sehingga ia bersikap otoriter.
Pemengang otoritas dapat amat adil, toleran, terbuka dan demokratis.
Guru sebagai pemengang otoritas menguasai sepenuhnya materi bahasan (subject
matters) yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak segan-segan untuk selalu belajar
menambah dan menkinikan (updated) pengetahuannya. Guru yang memiliki otoritas
keilmuan semacam ini memberikan tiga manfaat kepada siswa. Pertama, akan timbul
rasa yakin dan aman dari pembelajar karena ia dipandu oleh orang yang kompeten.
Kedua, memberi motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu lebih banyak. Ketiga,
guru menjadi teladan tentang apa manfaat yang diraih dari belajar.
5. Guru sebagai Pembaru
Belajar apa saja pada hakikatnya yaitu belajar sejarah. Makna guru sebagai
pembaharu, dia harus memperbaharui seluruh “bahasa” dari karya agung manusia itu
5
sehingga dapat dipahami lebih mudah oleh muridnya. Sekali lagi perlu ditegaskan
bahwa tugas guru adalah meenyampaikan kekayaan karya agung, warisan budaya dan
hikmah kebijakan manusia di masa lalu dengan suatu bahasa, dan istilah yang modern,
istilah yang muadah dipahami oleh para siswa pada saat ini. Ini terkait dengan pilihan
metode dan strategi pembelajaran oleh guru. Tugas guru yang berat adalah mencoba
memahami cara dan semangat belajar masa lalu, cara pandang dan cara berpikir saat ini,
maupun gambaran kehidupan di masa mendatang. Guru wajib merangkumnya,
menerapkannya dan mengkomunikasikan hal tersebut kepada siswanya, sehingga baik
guru maupun siswa tidak terkurung dalam pola pikir yang sempit dan picik.
6. Guru sebagai Pemandu
Pembelajaran adalah suatu wisata. Siawa adalah para pelancongnya dan guru
adalah pemandunya. Cara guru memandu wisata dan cara mengajar adalah suatu cara
pandang atau pemikiran untuk membuat pembelajaran menjadi tampak berbeda setiap
hari, karena setiap pos pengetahuan memiliki cirri-ciri keindahannya sendiri.
Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah dan aturan atau ketentuan
perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para siswa. Ada sejumlah tips yang
harus dilakukan guru dalam memandu wisata pembelajaran, yaitu:
1. Selalu merencanakan tujuan program pembelajaran dengan baik. Guru wajib
menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran di mana standar kompetensi,
kompetensi dasar, indicator dan tujuan pembelajaran jelass tergambarkan.
2. Harus berupaya agar siswa dapat melaksanakan wisata pembelajaran dengan
baik. Seluruh siswa harus dibimbing untuk memperoleh pengalaman belajar
agar mencapai tujuan pembelajaran.
3. Buatlah wisata pembelajaran penuh makna. Pembelajaran haruslah kontekstual,
ia terkait dengan kehidupan menyeluruh siswa, terkait dengan masalah
keseharian yang dihadapi siswa.
4. Penilaian harus bersifat autentik. Guru yang efektif akan mencoba memasukkan
penilaian sebagai bagian dari proses belajar, tidak hanya pada akhir
pembelajaran.
6
7. Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin
Tugas rutin guru yang tak terelakkan, baik yang selalu dihadapi oleh guru
TK, SD, SMP, sampai guru sekolah menengah pada umumnya:
1. Merencanakan pembelajaran, menyiapkan silabus dan menyusun RP (rancangan
pembelajaran).
2. Tidak terlambat masuk kelas dan tidak terlambat menghadiri rapat guru.
3. Menulis catatan dan laporan dengan seksama dan hati-hati.
4. Menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes, melaksanakan ulangan, tes atau ujian,
memberikan tugas pekerjaan rumah, tugas proyek maupun tugas portofolio
yang lain.
5. Membaca, memberikan komentar, menilai, dan mengembalikan tugas-tugas
siswa.
6. Masuk kelas secara teratur.
7. Menetapkan batas waktu bagi tugas-tugas murid.
8. Bersama-sama murid menetapkan kontrak belajar, menetapkan peraturan bagi
kegiatan kelompok, termasuk aturan dalam diskusi kelompok.
9. Merencanakan pertemuan dengan orang tua atau dengan siswa di luar jam
pembelajaran.
10. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran berikutnya, maupun berbagai tugas
rutin yang lain.
Tugas rutin yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik akan menghasilkan
suatu tatanan dan keyakinan yang penting bagi timbulnya karya kreatif. Tugas rutin
justru menantang timbulnya kreativitas. Bila tugas rutin dikerjarutkankan dengan
serampangan dan asal-asalan tidak mustahil dapat menyurutkan minat siswa untuk
belajar serta menghalangi munculnya suatu gagasan kreatif.
8. Guru sebagai Insan Visioner
Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi dan dituntut
untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar memiliki visi tentang kemuliaan
dan kebesaran. Pendidikan memang memiliki misi hominisasi memanusiakan manusia
dan humanisasi memperkuat sisi kemanusiaan manusia.
7
Guru yang visioner harus mampu menyemaikan benih, menumbuhkan dan
mengembangkan visi mulia kemanusiaan semacam itu kepada muridnya. Pembelajaran
yang baik harus mendukung visi pendidikan di dalam memberdayaan (empowering),
mengembangkan kapabilitas dan potensi (ennabling) dan memuliakan (ennobling)
kehidupan peserta didik pada nantinya. Dalam kaitan ini Philip H. Phenix dalam
bukunya Realms of meaning (1964) seperti yang dikutip oleh Mochtar Buchori (2001)
dalam mempersiapkan anak-anak agar mampu menjalani kehidupan (preparing children
for life), maka ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan
yaitu:
1. Kemampuan mencari nafkah, “to make a living”.
2. Kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a
meaningful life”.
3. Kemampuan untuk memuliakan kehidupan, “to ennoble life”.
9. Guru sebagai Pencipta
Guru adalah seseorang yang tumbuh berkembang menjadi dewasa dan dibentuk oleh
pengalamannya. Di dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk,
mempengaruhi dan “menciptakan” seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
dan biasanya proses penciptaan itu secara otomatis sering dilandasi cetakan
pengalamannya sendiri. Dalam kaitan ini ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh
guru sebagai pencipta dan pembangun kreativitas murid.
1. Kreativitas adalah fitrah yang melekat pada manusia yang diperolehnya dari
berguru dari alam sekelilingnya dan bersumber dari energy kreatif yang tidak
akan pernah habis sebagai anugerah dari Sang Maha Pencipta.
2. Bahasa adalah karya agung hasil kreativitas manusia yang memungkinkan
bergulirnya berbagai jenis kreativitas yang lain.
3. Agar tumbuh kreativitas, maka manusia harus saling berbagi dalam hal cinta,