1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi, 2012).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi,
2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian
lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi,
2012).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih merupakan masalah
diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi
baru lahir.N Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di Dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
2
sosial ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR
didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram (Atikah,
2010).
Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah
diseluruh Dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru
lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal
saat bayi (Syafrudin, 2011).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai
37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di Dunia
meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian
bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai
45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di Dunia antara lain bayi lahir
prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir
dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3
di Dunia dalam periode awal kehidupan (World Health Organization, 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey
3
Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar
dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi di
Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe
Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.
Selama tahun 2014 di Kabupaten Muna dari total bayi lahir 5647 orang lahir
hidup. Bayi yang lahir BBLR berjumlah 180 orang dan 13 orang diantaranya
meninggal (Data Dinas Kesehatan).
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai
di bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari-April 2013 sampai Mei
2014 jumlah kelahiran 235, bayi yang mengalami BBLR 33 orang, dan 18 jumlah
kematian bayi yang ada, 8 orang yang disebabkan BBLR (Catatan Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
professional.Untuk menurunkan kematian BBL karena BBLR, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen BBLR pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan
setiap kali menolong persalinan (JNPK-KR, 2008).
4
Melihat kejadian bayi lahir dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR)
merupakan penyebap utama kesakitan dan kematian pada bayi dan dengan melihat
dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan pertumbuhan, serta
respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan studi
kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang berjudul “Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei
2014”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei
2014.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d
10 Mei 2014.
5
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny “I”
dengan BBLR di Teratai Ruang Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d 10 Mei 2014
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “I” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “I”
dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
e. Dapat merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d 10 Mei 2014.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten muna mulai
tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
g. Dapat mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny
“I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
6
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan Bayi Berat
Lahir Rendah.
2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya
khasana ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutya.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata
Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus bayi berat lahir
rendah.
4. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan
dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata
Raha.
7
E. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku dan makalah-makalah yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun
karya tulis ini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa
data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan
kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada
klien tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke
kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
c. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan bidan.
8
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini yaitu :
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika telaah.
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen
kebidanan yang di dalamnya terdapat pengertian, langkah-langkah manajemen
dan pendokumentasian.
3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,
menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan
9) Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.
10) Motorik : pergerakan masih lemah.
d. Akibat BBLR
1) Gangguan tumbuh kembang
Menurut (Herry,2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya angka
ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko
tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang
tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,
terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan
pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR
cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah.
Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang
rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan
menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus
berlangsung hingga hari ini.
2) Hipotermi
Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini
terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak
26
dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan
dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada
BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi
dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat
yang belum cukup.
Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan
yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisystem,
yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu
tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju metabolism
basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energy dan
panas (Diane, 2011).
3) Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh
polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
betambah coklat (Marmi, 2012).
4) Asfiksia
Menurut (Winkjosastro, 2002)Asfiksia atau gagal bernapas secara
spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering
menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan yang belum
27
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung.
5) Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat
badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih
besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya
normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup
diluar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka
semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya,
sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka
kematian pada bayit (Winkjosastro, 2002).
e. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah
dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi
dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan dengan ketat.
Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat (Simatupang, 2008).
Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga
panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).
28
Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur tubuh
pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan
pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat
mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko tinggi
mengalami kesakitan berat bahkan kematian.Hipotermi mudah terjadi
ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah uapaya
kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
a) Segera setelah lahir , keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban
pada permukaan tubuh bayi.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong,
ganti handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi
dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih.
c) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau
diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relativ luas dan bayi akan cepat kehilangan panas
jika again tersebut tidak ditutup.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memeberikan ASI karena
pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
29
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
karena,bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan bayi baru lahir.
f) Tempatkan bayi dilingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir
ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat
tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
g) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai
refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini
biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan
rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,
segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
30
2) Mencegah Infeksi Dengan Ketat
BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
(asaimatupang, 2008).
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Marmi, 2012).
Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan cara yaitu :
Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
a) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
b) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat bayi
dirawat.
c) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman.
d) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah
perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko
mengalami infeksi silang.Mencuci tangan dengan cermat dan sering
menggunakan sabun atau alcohol tepat menjadi salah satu
metode yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang
sibuk, membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alcohol
adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan
31
menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi (Dewi,
2009).
3) Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat pencernaan bayi
belum sempurna, lambung keci;l enzim pencernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar
3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung,
refleks masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit dengan frekuensi yang lebih sering (Marmi, 2012).
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI
yang paling dahulu diberikan.Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010).Menurut Marmi
(2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu
Tabel 1. JUMLAH CAIRAN YANG DIBUTUHKAN BAYI
Berat (g) Umur (hari)1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150
Sumber :Menurut Marmi,2012
32
Tabel 2. JUMLAH ASI YANG DIBUTUHKAN BAYI
Pemberian Umur (hari)1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30Sumber : Menurut Marmi,2012
4) Penimbangan yang ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Sarwono,
2009).
Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr
tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5 lahir
dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 15% dari
berat badan lahir 7-10 hari
f. Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting
asuhan segea setelah bayi lahir yaitu :
1) Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali
2) Jaga bayi agar tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau
kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut sertakan pastikan
kepada bayi telah terlindung baik.
3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit yaitu jika telapak bayi
dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5 Cᵒ segera
hangatkan bayi.
33
4) Kontak dini dengan bayi
Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu :
a) Lanjutkan pengamatan pernpasan, warna dan aktifitas
b) Pertahankan suhu tubuh bayi
c) Pemeriksaan fisik bayi
d) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi
e) Identifikasi bayi
f) Perawatan lain seperti lakukan perawatan tali pusat, dalam waktu
24 jam sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri imunisasi
BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B, ajarkan tanda-tanda bahaya
bayi pada orang tua, cara merawat bayi, dan beri ASI sesuai
kebutuhan setiap 2-3 jam.
Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan evaluasi
sebagai berikut :
(1) Tanda-tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot dan
tingkat aktifitas
(2) Apakah bayi sudah BAB
(3) Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar
(4) Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat menangani
neonatal dengan benar.
(5) Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal
perawatan neonatal.
34
(6) Apakah sudah cukup persediaan pakaian atau perlengkapan
bayi dirumah.
(7) Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut kunjungan.
(8) Apakah memiliki rencana transportasi ke rumah (Marmi,
2012).
g. Peran bidan
Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama dalam hal:
1) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran fisiologis
(tanda-tanda fital), penampilan umum, perkembangan psikologis dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga, seperti pemberian makanan
bergizi pada bayi dan balita dan pemeriksaan rutin atau berkala
terhadap bayi dan balita.
3) Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama. Bayi
cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan
tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan.
4) Peran bidan dalam pemberian ASI, seperti memberikan konseling pada
ibu dan memberikan dukungan psikolog.
5) Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu mengobserfasi
frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi, memberitahu ibu agar
segera mengganti popok apabila bayi BAB, memberitahu ibu pola
35
BAB bayi yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
6) Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu mengobservasi
frekuensi dan warna dari BAK bayi, memberitahu ibu agar segera
mengganti popok apabila bayi BAK, memberitahu ibu pola BAK bayi
yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi dari
BAK bayi (Marmi, 2012).
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar dan
diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari
keseluruhan langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul
Janah, 2011).
Langkah tersebut sebagai berikut :
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
akan mementukan benar tidaknya proes interprestasi pada tahap
selanjutnya.
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup
data sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang
36
data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan
akurat(Nurul Jannah, 2011)
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa
berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin
pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil
karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah
plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-
rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal Pada kehamilan
kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan
persalinan prematur dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan
data obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm,
umur kehamilan < 37 minggu, kulit tipis transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, Data kebiasaan sehari-hari
biasanya klien dengan BBLR mengalami infeksi dan rentan terjadinya
hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi
diperoleh hasil:
a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, tidak ada benjolan
b. Wajah tidak ikterus
37
c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan
e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan
mengisap lemah
f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu
kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung
skrotum, ada lubang anus.
i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan
j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks
k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem),
moro (kaget) baik
b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis
dasar. Dalam penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan
hidup klien (Nurul Jannah, 2011)
38
Pada bayi BBLR ditegakkan berdasarkan dari data subyektif
dan obyektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin terjadi yaitu bayi
berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan
pemenuhan nutrisi. Bayi BBLR mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
karena terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah
dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf
yang tidak lengkap yaitu reflex hisap dan menelan yang lemah
c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi
penanganan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial yang
mungkin akan terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan
yang akurat, yang dilakukan melalui mengamatan, observasi dan
persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera
ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga
mengancam kehidupan pasien (Nurul Jannah, 2011)
Berdasarkan teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada
bayi BBLR dan gangguan pemenuhan nutrisi yaitu potensial terjadinya
hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan kematian.
d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Segera dengan
Tenaga Kesehatan Lain
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan
atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
39
tindakan emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun
konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan janin (Nurul Jannah, 2011)
Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien
untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil
kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal
dan tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi maka tidak perlu
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi.
Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan
dalam penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan
dokter Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi
dengan bagian laboratorium (Manuaba, 2008).
e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan
pada tahap sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah
kebidanan serta komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang
relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan
analisis dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh
bidan (Nurul Jannah, 2011)
Penanganan BBLR secara umum adalah pertahankan suhu
tubuh dengan ketat, cegah infeksi, awasi nutrisi atau ASI dan timbang
dengan ketat (Sarwono, 2009)
BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan
yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, isap lender, timbang
40
berat badan bayi, lakukan pemasangan NGT, berikan ASI/susu formula,
berikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, pantau BAK/BAB, ganti
pakaian dan popok setiap kali basah.
f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama
dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab
terhadap tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi,
implementasi yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan
serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien (Nurul Jannah, 2011)
Penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan
penimbangan dengan ketat sarwono (2009)
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR
yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap
tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi,
melakukan pemasangan NGT, memberikan ASI/susu formula,
memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB,
menganti pakaian dan popok setiap kali basah.
g. Langkah VII: Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah diagnosa (Nurul Janah, 2011).
41
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR yaitu
gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, hipotermi tidak terjadi pada bayi
dengan kriteria TTV dalam batas normal dan tidak terdapat adanya tanda-
tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus.
4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan
bahwa dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hokum. Sedangkan pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah
memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi
lengkap meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan
asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang
diterimanya.Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi
yang besar dari catatan klinik pasien yang menginformasikan faktor
tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping
itu catatan juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap
suatu fakta actual untuk dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian
42
pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu
membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur
pikir dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan
yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis
sebagai pendokumentasian.
Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses
pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang
perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011).
Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP
merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas.Logis dan singkat (Wafi,
2011).
b. Proses Manajemen SOAP
1. S (Data Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1
varney. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang diperoleh
langsung dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di
dapatkan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar
43
lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur
kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan
berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena
regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada
kehamilan tunggal Pada kehamilan kembar dengan distensi
uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur
dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)
2. O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang
dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment
sebagai langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang
dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan
termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain-
lain. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen
yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan (Marmi,
2012).
Gambaran klinis dari bayi BBLR adalah kepala lebih
besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat
terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki
44
fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50
kali/menit, nadi 100-140 kali/menit, berat < 2500 gram dan
panjang badan < dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu (Atikah, 2010).
3. A (Assessment)
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil
analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi:
a) Diagnosis/ masalah ( diagnose adalah rumusan dari hasil
pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
didapat. Masalah segala sesuatu yang menyimpang
sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan
mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk
dalam diagnosa ).
b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/ kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah
2,3, dan 4 varney (Marmi, 2012).
Pada kasus BBLR assesment yang didapat seperti :
a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Bayi
Berat Lahir Rendah, gemeli,dengan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
45
c) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam
kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu
meletakkan bayi dibawah infant warmer, pemberian infuse,
pasang NGT dan pemberian obat-obatan
4. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah
5,6,7 (Marmi, 2012).
Berdasarkan teori penyusunan rencana untuk klien
yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat,
pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat.
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada
kasus BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga
untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender,
menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT,
memberikan ASI/susu formula, memberikan obat-obatan, rawat
tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan
popok setiap kali basah.
46
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan pendokumentasian
asuhan kebidanan Bayi baru lahir Pada Bayi Ny.”I” dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8
s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register 26-57-06, diawali dengan identifikasi data
dasar dan berakhir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian dan
catatan perkembangan.
A. Manajemen
1. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi
Ny.”I”Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten MunaTanggal 8 s.d. 10 Mei 2014, jam 07.00
Wita
a. Biodata
1) Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “I”
Tanggal lahir / jam : 8-05-2014 Jam 07.00 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )
47
2) Identitas orang tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”
Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun
Suku : Bugis/ Bugis
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±1 tahun
Alamat : Kambara
b. Data Biologis / Fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
a) Keadaan bayi baik
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu badan : 36,6°C
Pernapasan : 56 kali/menit
Denyut jantung : 158 kali/menit
c) Bayinya belum BAK dan BAB
d) Bayinya belum disusui
c. Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
1) Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran.
48
2) Hari Pertama Hari Terakhir Tanggal 8-08-2013 memeriksakan
kehamilannya di Bidan sebanyak 2 kali.
3) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
4) Memiliki riwayat kehamilan kembar yaitu suaminya
5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90
tablet 1x1/hari.
6) Suami perokok
d. Riwayat Persalinan/ Kelahiran
1) Umur kehamilan : 39 minggu
2) Tempat persalinan : di RSUD Kabupaten Muna
3) Penolong pesalinan : Dokter
4) Jenis persalinan : persalinan normal
5) Tanggal /Jam lahir : 8 Mei 2014 Jam 07.00 Wita
e. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
1) Nutrisi/ Cairan
Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi /cairan saat dikaji
2) Eliminasi
Bayi belum BAK dan BAB saat dikaji
3) Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji
4) Personal hygiene terpelihara oleh petugas
5) Pemeriksaan Umum
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
BBL/PBL : 1720 gram/ 48 cm
Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
49
Masa gestasi : 39 minggu
Apgar skor : 8/10
ASPEK I IISeluruh tubuh berwarna kemerah-merahan 2 2Frekuensi jantung 110 kali/menit 2 2Bayi menangisbila diberi ransangan 2 2Gerakan tangan dan kaki lemah 1 2Bayi menangis lemah 1 2Jumlah 8 10
6) Pemeriksaan Tanada-Tanda Viatal
Suhu badan : 36,6°C
Pernapasan : 56 kali/menit
Denyut jantung : 158 kali/menit
7) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
a) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
dan belum menutup, tidak ada benjolan
b) Wajah
Tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus
c) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
50
e) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap
lemah
f) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
g) Leher
Tidak ada trauma
h) Dada dan perut
Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama
pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil,
tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
i) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang
anus.
j) Ekstermitas
Pergerakan lemah, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki
dipenuhi garis-garis
k) Keadaan Kulit
Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan
8) Resfleks
a) Refleks sucking (menghisap) : lemah
b) Refleks rooting (menelan) : lemah
c) Refleks graps (menggenggam) : baik
51
d) Refleks moro (kaget) : baik
9) Pemeriksaan Pengukuran
a) Ukuran lingkaran
(1) Lingkar Kepala : 31 cm
(2) Lingkar Dada : 28 cm
(3) Lingkar Perut : 30 cm
(4) Lila : 9 cm
b) Ukuran panjang
(1) Kepala - Syimpisis : 22 cm
(2) Sympisis kaki : 26 cm
(3) Panjang lengan : 12 cm
10) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi
a) Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji
b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan
mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan
c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta
mau bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan
bayinya terutama pemberian ASI.
d) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu
bayi baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah,gemeli dengan masalah
gangguan pemenuhan nutrisi.
52
a. Bayi Baru Lahir
Data Dasar
1) Data Subyektif :
a) Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08-05-2014, jam 07.00 WITA.
b) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013.
2) Data Obyektif :
a) Tanggal pengkajian : 8-05-2014
b) Tafsiran persalinan : 15-05-2014
c) Keadaan umum : lemah
d) Berat badan lahir : 1720 gram
e) Panjang badan lahir : 48 cm
f) Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan
g) Tanda-Tanda Vital
Laju jantung : 158 x/menit
Pernapasan : 65 x/menit
Suhu : 36,60C
h) Ukuran Lingkaran
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lila : 9 cm
i) Ukuran panjang
Kepala - Syimpisis : 22 cm
Sympisis kaki : 26 cm
53
Analisis dan Interprestasi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi, 2012).
b. Cukup Bulan
Data Dasar :
1) Data Subjekti : HPHT Tanggal 8-08-2013,dan bayi lahir tanggal
8-05-2014
2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu
Analisa Dan Interpretasi Data
Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu
tanggal 8-8-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 8-05-2014
maka bayi berumur 39 minggu (250 hari),(Hutari, 2012).
c. Bayi Berat Lahir Rendah
Dasar :
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Berat badan 1720 gram
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa
memandang masa kehamilan (Marmi, 2012).
54
d. Bayi kembar
Data Dasar
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Bayi kembar 2
Analisa Dan Interpretasi Data
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia hamil yang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam
rahim(Indrayani, 2013).
e. Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Data Dasar
1) Data Subjektif : Bayi lahir cukup bulan dengan berat 1720 gram, dan
Produksi ASI Ibu belum ada.
2) Data Objektif : Bayi Berat Lahir Rendah yaitu 1720 gram,
Refleks mengisap dan menelan lemah
Analisa Dan Interpretasi Data
Pada BBLR terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah
dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf yang
tidak lengkap, yaitu refleks mengisap dan menelan yang lemah.Maka
makanan yang diberikan sedikit demi sedikit tapi sering.
(Prawirihardjo,2008).
55
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau
masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny ‘I” yaitu terjadinya Hipotermi
dan infeksi hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu :
a. Potensial Terjadi Infeksi
Data Dasar
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu, berat badan 1720 gram,
kulit bayi tipis dan Suhu: 36,6°C
Analisa Dan Interpretasi Data
Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih lama
debandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.
Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu tubuh yang
belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena
lemak coklat yang belum cukup (Marmi, 2012).
b. Potensial Terjadi Infeksi
Data Dasar
1) Data Subjektif : Bayinya lahir dengan berat 1720 gram.
2) Data Objektif : Tali pusat belum puput dan basah serta berat badan
lahir 1720 gram
56
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap infeksi
ini karena karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih
rendah dan fungsi imun belum sempurna (Dewi,2010).
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. I maka dilakukan kolaborasi dengan
Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan
bayi dibawah infran warmert, pemberian cairan melalui infus infus glukosa dan
pemasangan Nasogastri Tube dan pemberian obat-obatan.
5. Rencana Asuhan
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah
rencana asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna
mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan
dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada.
a) Tujuan
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Tidak terjadi hipotermi pada bayi
3) Tidak terjadi infeksi
b) Kriteria
1) Berat badan tetap atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan
lahir
2) Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik
3) TTV dalam batas normal
57
Suhu tubuh : 36,5°C-37,5°C
Pernapasan : 30-60 kali/menit
Denyut jantung : 120-160 kali/menit
4) Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan
pengeluaran pus.
c) Rencana tindakan
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan dengan sabun cair dan
dibilas dibawah air mengalir.
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.
2) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi dengan
menggunakan handuk serta meletakan didalam incubator.
Rasional : Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan
adanya perubahan suhu dalam rahim kedunia luar.
3) Atur posisi bayi dengan miringkan bayi
Rasional : bayi dimiringkan untuk memudahkan pengeluaran lendir.
4) Isap lendir bayi
Rasional : untuk membantu membebaskan jalan nafas bayi.
5) Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
6) Observasi Tanda-Tanda Vital
Rasional : Mengetahui KU bayi dan perkembangan bayi.
7) Infus bayi dengan cairan glukosa 10 % 4 tetes/menit
58
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
8) Lakukan pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)
Rasional : Pemberian nutrisi melalui pipa penduga, merupakan
tindakan pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara oral
9) Berikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan
10) Berikan obat-obatan pada bayi
Rasional : Memberikan sesuai dengan dosis dengan cara
pemakaian yang benar, agar obat bias memberikan
efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun
keluhan yang dirasakan klien
11) Rawat tali pusat dengan steril
Rasional : Mencegah infeksi tali pusat
12) Observasi BAK/BAB
Rasional : mengetahuai apakah keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran bayi.
13) Ganti pakaian/popok tiap kali basah
Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu
badan bayi yang mengakibatkan evaporasi
59
6. Pelaksanaan Asuhan
Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan
asuhan tersebut adalah sebagai berikut :
Kamis, 8 Mei 2014, Jam 07.00-24:00 wita
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
b) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam inkubator
c) Mengatur posisi bayi.
Hasil : Bayi telah di miringkan.
d) Mengisap lendir bayi.
Hasil : Lendir bayi telah diisap
e) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
f) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 C HR : 158x/menit.RR :56x/menit.
g) Melakukan pemasangan infus
Hasil: Infuse D10 % 4 tetes / menit telah terpasang
h) Melakukan pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
i) Memberikan ASI/susu formula pada bayi sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Hasil : jam 07.00 bayi telah diberikan susu formula
60
j) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 08.00 Wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita
k) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
l) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 08.00 bayi BAK/BAB
m) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
7. Evaluasi
Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan
maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut :
kamis,8 Mei 2014, Jam 24:00WITA
a) Gangguan pemenuhan nutrisi belum teratasi dengan kriteria:
1) Berat badan bayi masih 1720 gram
2) Refleks isap bayi lemah
b) Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal:
1) S : 37 °C
2) DJ : 148 kali/menit
3) P : 56 kali/menit
c) Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan
pengeluaran pus.
61
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Bayi
Ny.”I” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register
26 – 57 – 06, maka dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data
subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya
yaitu :
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
a. Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “I”
Tanggal lahir / jam : 8-5-2014 Jam 07.00 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari ( 10 menit )Identitas orang tua
b. Identitas orang tua bayi
Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”
Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun
Suku : Bugis/ Bugis
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : IRT / swasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±1 tahun
Alamat : Kambara
62
2. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
a. Hamil yang pertama, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran.
b. Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013
c. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali.
d. Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
e. Memiliki riwayat kehamilan kembar
f. Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet
1x1/hari.
g. Suami perokok
3. Data Objektif (O)
a. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 Jam 07.00 WITA dengan persalinan normal
b. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1720 gram, PB 48 cm, anus (+)
c. Pemeriksaan
1) BBL : 1720 gram
2) PBL : 48 cm
3) JK : ♂ (laki-laki)
4) LK : 31 cm
5) LD : 28 cm
6) Tanda-tanda vital
S : 36,6°C
DJ : 158 kali/menit
P : 56 kali/menit
63
d. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
1) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, Tidak ada benjolan
2) Wajah
Tidak oedema, terdapat bulu-bulu tipis pada wajah dan tidak ikterus
3) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
4) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
5) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah
6) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada
secret.
7) Dada dan Perut
Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan
bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat
tampak basah dan terbungkus dengan kasa
8) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang anus
9) Ekstermitas
64
Pergerakan lemah dan tidak ada cacat bawaan, kaki dipenuhi garis-
garis
10) Keadaan Kulit
Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan
e. Resfleks
1) Refleks sucking (menghisap) : lemah
2) Refleks rooting (menelan) : lemah
3) Refleks graps (menggenggem) : baik
4) Refleks moro (kaget) : baik
4. Assesment (A)
a. Diagnosa actual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Berat Lahir Rendah,
gemeli,dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
c. Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini
dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infant
warmer, pemberian infuse, pasang NGT dan pemberian obat-obatan.
5. Planning (P)
Kamis, 8 Mei 2014 Jam 07.00-24.00 WITA
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan telah dibersihkan
b. Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi berada didalam incubator
c. Mengisap lendir bayi.
Hasil : Lendir bayi telah di isap
65
d. Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
e. Memantau TTV
Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 °C, HR : 158x/menit.RR : 56x/menit.
f. Melakukan pemasangan infus.
Hasi: terpasang infuse D10 % 4 tetes / menit
g. Melakukan pemasangan NGT
Hail : NGT telah terpasang
h. Memberikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam
Hasil : jam 07.00 Wita telah diberikan susu formula sebanyak 2 cc
i. Pemberian obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10 mg/36 jam/ IV, jam 08.00 Wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita
j. Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril
k. Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08.00 bayi BAK/BAB
l. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
C. Catatan Perkembangan
Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu mulai pada
hari kamis sampai hari sabtu dengan menggunakan metode pendekatan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR Di Ruang
66
Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai Tanggal 8 s.d 10 Mei
2014.
1. Perawatan Hari Pertama
Kamis : 8 Mei 2014, Jam : 07.00-24:00.0 Wita
a) Data Subyektif (S)
Ibu cemas karena bayinya jarang menangis
b) Data Obyektif (O)
1) Keadaan umum baik
2) Berat badan : 1720 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 158 x/menit
Suhu : 36.6 °C
Pernapas : 56x/menit
4) Pemeriksaan fisik
(a) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
(b) Warnah kulit kemerahan
5) Refleks
(1) Refleks sucking (menghisap) : lemah
(2) Refleks rooting (menelan) : lemah
(3) Refleks graps ( menggenggem ) : baik
c) Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, dengan Bayi Berat Lahir
Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi
67
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
3) Tindakan segera yaitu melakukan pemasangan infuse glukosa 10%
d) Planning (P)
Minggu 08 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi di inkubator
3) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1720 gram
4) Mempertahankan pemasangan infus
Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit
5) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 36,6 °C, HR : 158x/menit, RR :56 x/menit.
6) Memberian ASI/Susu Formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam/NGT, jam
07.00 wita
Hasil : telah diberikan susu formula
7) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Gentamisin : 10mg/36 jam/IV, jam 08.00 wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita
8) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril
68
9) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08 :00 bayi BAB/BAK
10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam : 08:00.pakaian/popok bayi diganti
2. Perawatan Hari ke Dua
Jum’at : 9 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0
a) Data Subyektif (S)
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu sudah keluar
b) Data Objektif (O)
1) Keadaan umum lemah
2) Berat badan :1670 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 142 x/menit
Suhu : 36,9 °C
Pernapas : 49 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Warnah kulit kemerahan
6) Reflex
(a) Refleks sucking (menghisap) : lemah
(b) Refleks rooting (menelan) : lemah
(c) Refleks graps (menggenggem) : baik
(d) Refleks moro (kaget) : baik
69
c) Assesment (A)
1) Diagnosa actual yaitu bayi umur 2 hari, Bayi Berat Lahir Rendah,
gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi
d) Planning (P)
Senin, 9 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi berada dalam incubator
3) Menimbang berat badan bayi
Hasil : BB: 1670 gram
4) Mempertahankan pemasangan infuse
Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit
5) Memberian ASI/Susu Formula melalui Nasogastri Tube (NGT)
Hasil : telah diberikan susu formula 2 cc jam 08.00 wita
6) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 38.6 °C, HR : 132x/menit.RR :49 x/menit.
7) Mengompres bayi dengan kasa steril
Hasil : bayi sedang dikompres
8) Memantau suhu tubuh bayi setiap 15 menit
Hasil : suhu : 37,4 °C
9) Memberikan obat-obatan
Hasil : telah diberikan
70
Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 20.00 wita
Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita
10) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 04:00 bayi BAK dan BAB
11) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
12) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam: 04:00.pakaian/popok bayi diganti
3. Perawatan Hari Ke Tiga
Sabtu, 10 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0 Wita
b) Data Subjektif ( S )
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu suda keluar
c) Data Objektif (O)
1) Keadaan umum baik
2) Berat badan : 1620 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 144 x/menit
Suhu : 37.1 °C
Pernapasan : 58 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Reflex
(a) Refleks sucking (menghisap) : baik
(b) Refleks rooting (menelan) : baik
71
(c) Refleks graps (menggenggem) : baik
(d) Refleks moro (kaget) : baik
d) Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 3 hari , Bayi Berat Lahir Rendah,
gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi.
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi.
3) Tindakan segera tidak dilakukan
e) Planning (P)
Tanggal 10 Mei 2014 Jam 01.00-24.02 WITA
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi di incubator dengan suhu 37,1 °C
3) Menimbang berat badan bayi
Hasil : BB: 1620 gram
4) Memberikan obat-obatan pada bayi
Hasil : telah diberikan
Cefotaxime : 170 mg / 24 jam / IV, jam 08.00 wita
5) Menaikan tetes infus
Hasil : telah terpasang infuse D10% 14 tetes/menit
6) Bayi disusui oleh ibunya
Hasil : bayi telah disusui
7) Memantau TTV
Hasil : jam 07 :00.SH : 37.1 °C, HR : 144x/menit.RR :68 x/menit.
72
8) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
9) Memantau BAK/BAB
Hasil : jam 08:00 bayi BAK dan BAB
10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : jam : 06:30.pakaian/popok bayi diganti
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan studi kasus
berdasarkan penerapan manajemen kebidanan kasus Pada Bayi Ny “I” dengan BBLR
di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8
s.d.10 Mei 2014. Pembahasan ini disusun berdasarakan teori dan alasan nyata
berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar
dan diakhiri dengan evaluasi.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkahini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data
subyektif dan data obyektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data
tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dari klien dan
keluarganya. Data lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani
klien. Data di peroleh secara terfokus pada masalah klien.
1. Data subjektif /obyektif
Menurut Prawirohardjo (2007) yang menyatakan bahwa berat
badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30
minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang
berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta
mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000
gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal.
74
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dipaparkan diatas
maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara kehamilan kembar
dengan kejadian BBLR karena asupan makanan dari ibu ke janin harus
terbagi 2 sehingga janin kembar memperoleh asupan makanan dari ibu
lebih sedikit daripada jika janin tunggal.
Menurut teori bayi yang lahir dengan kehamilan kurang 37
minggu dengan berat badan <2500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR), dimana berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan
seharusnya untuk usia kehamilan (N :> 2500 gram) yang disebut juga
dengan kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dengan kata lain
prematuritas adalah hal yang dialami oleh klien yang dikaji sehingga
terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.
Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada
premature murni adalah Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada
kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif otot masih hipotonis, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar dari badan rambut
tipis dan halus, tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar,Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil,Pernapasan belum
teratur dan sering mengalami serangan apneu, kulit tipis dan transparan,
lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan
lengan,Lemak subkutan kurang,Genitalia belum sempurna, pada wanita
labia belum tertutup oleh labia mayora minora,Reflex mengisap dan
menelan serta reflex batuk masih lemah,Bayi premature mudah sekali
75
mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna.
Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR Dismatur menurut
teori yang disebutkan dalam buku Dewi (2010) BBLR tipe premature
disebabkan oleh : Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih
remaja, kehamilan pada usia <20 tahun atau >35 tahun,kehamilan kembar,
pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence
(mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam
rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
dan ibu hamil yang sedang sakit.
Data kebiasaan sehari-hari biasanya klien dengan BBLR
mengalami infeksi dan rentan terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan
tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.
Data objektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan
fisik. Pada pemeriksaan umum, keadaan umum pasien baik,
kesadaran komposmentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu Suhu