22/03/2016 1 KRITERIA PENILAIAN PROPER Pengendalian Kerusakan Lahan Pertambangan Sekretariat PROPER 2016 ASPEK PENILAIAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN PERTAMBANGAN • Penilaian dilakukan pada Semua Tahapan Pertambangan aktif. • Kriteria PROPER Aspek Pengendalian kerusakan lahan pertambangan didasarkan pada hasil penilaian semua tahapan/lokasi tambang dengan menggunakan Kriteria Potensi Kerusakan Lahan pada kegiatan pertambangan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
• Penilaian dilakukan pada Semua Tahapan Pertambanganaktif.
• Kriteria PROPER Aspek Pengendalian kerusakan lahanpertambangan didasarkan pada hasil penilaian semuatahapan/lokasi tambang dengan menggunakan KriteriaPotensi Kerusakan Lahan pada kegiatan pertambangan.
22/03/2016
2
Land C learing(K1,K2,K5,K6)
Top Soiling(K1,K2,K4,K5,K6)
OB rem oval(K1,K2,K3,K4,K5,K6)
Ore/coal getting(K1,K2,K3,K4,K5)
Penim bunan Tanah Penutup
Inpit(K1,K2,K3,K4,K5)
Outpit(K1,K2,K3,K4,K5,K6)
Kriteria Kerusakan Lahan (K1 s/d K6)
1. Kesesuaian dengan Kondisi yang direncanakan (lokasi, luasan)2. Kesinam bungan tahapan (batasan waktu)
Kriteria kesesuaian lahan
Kondisi Awal Lahan di W ilayahPertam bangan
3. Stabilitas geoteknik4. M enim bulkan pencem aran (Batuan berpotensi m em bentuk asam )5. Erosi6. Kebencanaan (banjir, longsoran besar/landslide)
M anajem en/Pengelolaan
Teknis
Reklam asi
Revegetasi
Pem anfaatan lanjutan setelahlahan diserahkan
Kriteria kem am puan lahan
Kriteria Degradasi lahan
Kegi
atan
Perta
mba
ngan
Kegi
atan
Pasc
aTa
mba
ng
Penggunaan Kriteria Terhadap Lahan PertambanganSumber : Sayoga, 2009
Aspek Pengendalian Kerusakan LahanPertambangan
Aspek Kriteria Pengendalian Kerusakan Lahan
AspekManajemen
K1. Perencanaan 1. Menyediakan peta rencana dengan skala > 1:2000 yangmendapat persetujuan dari manajemen terkait
2. Konsisten dgn rencana yg sudah ditetapkan
K2. KesinambunganTahapan
3. Tidak meninggalkan lahan terbuka terlalu lama
Aspek Teknis K3. Stabilitas Geoteknik 4. Mengatur ketinggian dan kemiringan lereng/jenjangagar stabil.
5. Acuan adalah kestabilan lereng dalam kajian FS
K4. Potensi Pencemaran(AAT)
6. Mengidentifikasi potensi pembentukan AAT setiap jenisbatuan dan penyusunan strategi pengelolaan batuanpenutup
K5. Erosi 7. Membuat dan memelihara sarana pengendali erosi8. Membuat sistem penyaliran (drainage) yang baik supaya
kualitas air limbah memenuhi baku mutuK6. Kebencanaan 9. Memilih daerah timbunan dengan resiko kebencanaan
paling kecil.
22/03/2016
3
PENILAIAN :
• Nilai Total yang didapat untuk masing-masing tahapanmemberikan kesimpulan dan status pengelolaan lingkungan untukaspek pengendalian kerusakan lahan pertambangan.
• Kriteria dibedakan menjadi :- Tidak Potensi Rusak ( X ≥ 8O )- Potensi Rusak Ringan ( 55 ≤ X < 8O )- Potensi Rusak Berat ( X < 55)
Biru Merah Hitam
Semua tahapan/lokasi tambangatau 100% dengan Nilai Totaldari Penilaian Kriteria Potensikerusakan lahan pertambanganadalah lebih besar atau samadengan 80 (Tidak PotensiRusak)
Tidak semua tahapan/ lokasitambang dengan Nilai Totaldari Penilaian Kriteria Potensikerusakan lahanpertambangan adalah lebihbesar atau sama dengan 80(Tidak Potensi Rusak)
kurang dari 50% dari semuatahapan/lokasi tambangmendapatkan Nilai Totallebih kecil 55 (PotensiRusak Berat)
lebih dari 50% dari semuatahapan/lokasi tambangmendapatkan Nilai Total lebihkecil 55 (Potensi Rusak Berat)
• Sistem Drainasi Menuju kesistempengendalikualitas air
10
Tidak Ada
NILAI TOTAL
Kriteria Parameter Standar Evaluasi Nilai Hasil Ket
K6
- Jarak dari permukiman...............m
- Jarak dari Sungai ............. m
- Jarak dariInfrastruktur vital ............. m
(fasilitas umum:jalan,irigasi,jembatan, listrik dll)
Ada Potensi Kebencanaan?
Ya 0
Tidak 15
NILAI TOTAL 100
Catatan :1. Nilai yang diberikan adalah nilai absolut yang ada di kolom nilai pada tabel kriteria dan indikiator,
Contoh : K1 = Penilaian Peta Rencana : Ada pilihan nilai 10 untuk ≥ skala 1 : 2.000, nilai 5 untuk< 1 : 2.000, dan nilai 0 untuk tidak ada peta.Penilai harus memilih nilai 0, nilai 5 atau nilai 10, Tidak boleh 1, 2, 3, 6, 7, dst.
2. Form untuk semua lokasi tahapan tambang, satu tahapan satu form dan juga areal yang sudahdirevegetasi sampai berumur 2 tahun
3. Dokumen RKTTL dijadikan salah satu referensi untuk membedakan TAHAPAN Pertambangan
Area pit seluas 2.65 Ha dan creek seluas 0.84 Ha tidak ada pengambilan top soilnya karena daerah tersebut telah diambil terlebih dahulu (total 3.49 Ha)
Area pit seluas 18.41 Ha dan creek seluas 8.05 Ha serta settling pond 2.55 Ha tidak ada pengambilan top soilnya karena daerah tersebut telah diambil terlebih dahulu (total 29.01 Ha)
Area pit seluas 0.6 Ha dan creek seluas 3.24 Ha tidak ada pengambilan top soilnya karena daerah tersebut telah diambil terlebih dahulu (total 3.84 Ha)
Perbandingan Rencana dan Realisasi AktifitasPenambangan
1717
Contoh
AKTIFITAS2013 2013 2014 2014 TOTALQ3 Q4 Q1 Q2
PLAN REALISASI PLAN REALISASI PLAN REALISASI PLAN REALISASI PLAN REALISASI
Temuan Kesepakatan1. Tidak memiliki Peta Rencana dan Peta
Realisasi untuk masing-masing tahapansetiap triwulanan, hanya menyampaikanpeta tahunan dalam dokumen RKTTL.
2. Peta skalanya > 1 : 2.0003. Peta skala 1 : 2.000 yang ditunjukkan dalam
bentuk Digital atau baru di Print Out (Jadibukan Peta yang berlaku di lapangan-untukpemenuhan PROPER)
4. Tidak membuat matrik Rencana danRealisasi semua aktivitas pertambangan
5. Data besaran rencana dan data besaranrealisasi kegiatan tidak menjadipertimbangan dalam penilaian (contoh:rencana 100 ha realisasi 50 ha,masih dinilaisesuai rencana)
1. Perusahaan diwajibkan untuk membuatMatrik Rencana Dan Realiasi TahapanPertambangan semua lokasi yangmencakup semua lahan terganggu
2. Peta kerja bulanan atau triwulanan internalperusahaan dapat dinilai seperti yangdiminta dalam form penilaian.
3. Sesuai Kriteria, tanggal pengesahan PetaRencana adalah sebelum pelaksanaankegiatan
4. Sesuai rencana jika realisasi minimal 95%dari rencana kecuali untuk tahapanpembersihan lahan, realisasi dinilai bagus.
5. Sesuai jadwal, jika ada data rencana dandata realisasi yang dilaporkan secaratriwulanan dan realisasi minimal 80% darirencana
• Kegiatan penggalian dan penimbunanbatuan penutup dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan kemajuankegiatan penambangan.
• Dibawa menuju lokasi disposal baik inPit dump maupun Outpit dump.
• Recounturing dengan menggunakandozer.
• Sistem drainase dan air limpasan darilokasi disposal akan menuju kesettling pond dan Cacthment Damyang merupakan titik penaatan.
• K2 : KONTINYUITAS (Pembelajaran)
Temuan Kesepakatan
1. Hanya menilai lokasi atau tahapan yangada dalam RKTTL
2. Argumentasi lahan yang ditinggalkankarena faktor kondisi cadangan batubara(kualitas untuk blending), hujan, hargapasar, dll
1. Lahan terganggu yang ditinggal dan tidakada dalam RKTTL tetap menjadi lokasipenilaian... Diberi nilai sebagai LAHANyang DITINGGALKAN.
2. Argumentasi tidak dapat diterima, kecualiada pernyataan dari Kementeri ESDMatau Dinas Pertambangan.
3. Matrik Rencana dan RealisasiPertambangan menjadi Acuan Penting
22/03/2016
15
a. Membandingkan kondisi kemiringan lereng lapangandengan kemiringan lereng yang direkomendasikandalam Kajian Studi Kelayakan
III. POTENSI LONGSOR
2929
Data Kemiringan Lereng :i) Dilakukan pengukuran langsung: Tinggi, lebar, sudut kemiringan
Kendala :- Tidak semua Tim Lapangan memahami cara pengukuran- Tidak memiliki alat yang praktis- Areal yang luas (keterbatasan waktu)
ii) Memintakan data hasil pengukuran rutin yang dilakukan olehperusahaan
- Data ini tersedia, karena diperlukan untuk keselamatan kerja dankeberlangsungan kegiatan tambang
Kendala :- Bagaimana kita dapat meyakini data tersebut Valid
• Ada SOP Pelaksanaan Pembentukan Lereng-lereng tambang danlereng timbunan.- Tim melakukan verifikasi apakah SOP tersebut dijalankan(lihat beberapa aktifitas bagaimana operator dan pengawaslapangan melakukan pembentukan jenjang (tinggi, lebar dansudut kemiringan)
• Data survey terbaru (minggu terakhir) terkait kemiringan lereng,data ini adalah yang berlaku/standar selama ini diperusahaan.- Laporan Tim Survey ke Pengawasan/Pimpinan/manageroperasional
1 Roto Utara I (1.U) NS HR 2 2 0.67 Tidak stabil Intensif Monitoring2 Roto Utara II (2.5) ES HR 2 2 1.25 Tidak stabil Cutback dan Re-design3 Roto Utara II (2.6) ES HR 2 2 1.04 Tidak stabil Cutback dan Re-design4 Roto Utara II (2.C) ES LR 1 1 0.98 Tidak stabil Cutback dan Re-design5 Roto Utara IV (4.A) SS HR 2 1 0.07 Stabil Monitoring6 Roto Utara IV (4.B) WS HR 2 1 0.30 Stabil Monitoring7 Roto Utara IV (4.C) WS HR 2 1 0.19 Stabil Monitoring8 Roto Utara IV (4.D) WS HR 2 1 0.32 Stabil Monitoring9 Roto Utara IV (4.E) WS HR 2 1 0.27 Stabil Monitoring10 Roto Utara WD.8 SS HR 2 1 0.06 Stabil Monitoring11 Roto Utara IV (4.PC) SS & WS HR 2 2 0.16 Stabil Monitoring12 Roto Tengah M.T ES HR 2 2 0.05 Stabil Monitoring13 Roto Tengah M.B WS HR 2 2 0.03 Stabil Monitoring14 Roto Tengah WD.2 ES LR 1 2 0.70 Tidak stabil Intensif Monitoring, Relocation15 Roto Tengah PP.A-WD.2 ES LR 1 2 0.17 Stabil Monitoring16 Roto Tengah PP.B-WD.2 ES LR 1 2 0.07 Stabil Monitoring17 Roto Tengah WD.6 ES LR 1 1 0.07 Stabil Monitoring18 Roto Selatan C1 (C1.B) WS LR 1 1 0.03 Stabil Monitoring19 Roto Selatan C1 (C1.T) ES LR 1 1 0.13 Stabil Monitoring20 Roto Selatan C3 (C3.B) WS LR 1 1 0.52 Stabil Monitoring21 Roto Selatan C3 (C3.T) ES LR 1 1 0.06 Stabil Monitoring22 Roto Selatan C4 (C4.B) WS LR 1 1 0.07 Stabil Monitoring23 Roto Selatan E1 (E1.T) ES HR 2 2 0.36 Stabil Monitoring24 Roto Selatan E2 (E2.T) ES HR 2 2 0.19 Stabil Monitoring25 Roto Selatan F (F.7) WS HR 2 2 0.20 Stabil Monitoring26 Roto Selatan F (F.U) WS HR 2 2 2.43 Tidak stabil Cutback dan Re-design27 Roto Selatan F (F.3) ES HR 2 2 1.47 Tidak stabil Pengurangan Beban28 Roto Selatan F (F.A) ES HR 2 2 0.08 Stabil Monitoring29 Roto Selatan F (F.5) WS HR 2 2 3.38 Tidak stabil Cutback dan Re-design
Longsoran yang mengakibatkanBentuk lereng sudah tertutupi
Lonsoran pada dinding lereng
• K3 : STABILITAS GEOTEKNIK (Pembelajaran)
Temuan Kesepakatan
1. Tidak ada data geometeri lereng2. Ditemukan ada longsor, hanya
disebagian kecil
1. Data geometeri lereng HARUS diisi, datadapat berupa data laporan terakhirSurvey Tim pemantauan kemantapanlereng (Peta Cross section) olehperusahaan.
2. Jika ditemukan ada longsoron, NilaiPotensi Longsornyo langsung diberi nilaiNOL .
22/03/2016
19
Melakukan upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemarandengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut ;• Identifikasi semua batuan limbah yang dihasilkan dari semua
areal penambangan• Melakukan karakteristik batuan limbah tersebut, batuan potensi
pembentuk AAT dan batuan tidak berpotensi membentuk AAT• Memilih teknologi penanganan batuan potensi pembentuk AAT
tersebut• Melakukan pengolahan air leachet (AAT) yang sudah terbentuk
hingga memenuhi BMAL sebelum dibuang ke lingkungan.
IV. PENGELOLAAN BATUAN POTENSI AAT
3737
A. Tindaklanjut Rekomendasi PPLH KLH
– Pengkarakteristikan PAF dan NAFB. Hasil Kajian Potensi AAT dilakukan oleh PT. INDERA GEOIDA
– Pengambilan Sampel : 106 titik sampel– Pengujian Laboratorium : 76 titik sampel, PAF : 4
sampel, NAF : 72 sampel.• Terdapat PAF di Interburden 5ww-7ww PIT RTS-sektor B• Terdapat PAF di Interburden PIT SM-sektor B
IV. KAJIAN DAN PENGELOLAAN BATUAN POTENSI AATPENAMPANGPENAMPANG LITHOLOGYLITHOLOGY SMSM--BB
4040
22/03/2016
21
Material dari PIT Roto Selatan sektor-B IB seam 5ww-7ww yangberupa pasir (PAF), dan dari PIT SM-B IB floor seam 4 yang berupapasir, IB seam 4d–3 dan IB seam 3b-3c yang berupa pasir lempung-an, ditumpuk dilokasi yang sudah dipersiapkan untuk selanjutnyadilapisi dengan material NAF setebal 10 meter.
Penanganan Air Asam Tambang (AAT) yang berpotensi keluar darilokasi penambangan dilakukan secara aktif antara lain melakukannetralisasi dengan menggunakan kapur (berbentuk powder/serbuk)dicampurkan pada fasilitas treatment kemudian disemprotkan padasaluran air limbah di settling pond.
Temuan Kesepakatan1. Dalam AMDAL disebutkan tidak ada
potensi AAT2. Tidak ada kajian3. Ada Batuan limbah (Overburden) Potensi
AAT, penanganannya tidak baik
1. Dilihat, apakah data yang disampaikandalam Dokumen AMDAL sudah mewakilidata semua Batuan Limbah yangdihasilkan. Jika Sudah mewakili makaNilai Pengelolaan AAT diberi Maksimal.Jika ternyata belum, maka diberi NilaiNOL dan direkomendasikan melakukan“Pengkarakteristikan semua batuanlimbah yang dihasilkan”. Indikator pHdapat dijadikan argumentasi bahwa adaatau tidak ada batuan potensi AAT.
2. Tidak Ada kajian, langsung diberi NilaiNOL.
3. Harus memiliki SOP Penanganan batuanlimbah Potensi AAT
4. Penanganan batuan limbah sesuaidengan SOP yang ditetapkan
2. Ada drainase tetapi masih terlihat airlimpasan tidak ke kolam pengendap
3. Ada alur erosi tetapi hanya sebagiankecil
1. Covercropping biasanya hanya dilokasi-lokasireklamasi atau Penimbunan yang sudah Final,sedangkan untuk lokasi lain sangat jarangditemukan. Baru penanaman covercrop dapatdiberi penilaian
2. Jika terlihat adanya air limpasan yang tidakmenuju kolam pengendap, terbentuk void-voidyang bukan berfungsi untuk kolam pengendap,maka Nilai Kondisi Sarana Pengendali Erosi adalahNOL (Tidak memadai)
3. Parameter Indikasi Erosi sangat sulit ditentukanjika melihat kekeruhan didrainase, juga tidak adadata TSS di drainase, tidak ada data jumlahsedimen dikolam-kolam pengendap dan besaranlahan dibuka yang masuk ke kolam pengendap.Sehingga: Sesuai Kriteria, saat ini hanya melihatalur-alur didinding lereng dengan dimensi Lebar >20 cm, dan dalam >5 cm. Tanpa melihat sebaranalur dimaksud.
22/03/2016
25
VI. PENGENDALIAN KEBENCANAANMenjaga jarakbatas terluarkegiatan terhadaplingkungan/pemukimanmasyarakat