Top Banner

of 25

Kriteria Kebisingan

Jul 12, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Kriteria Kebisingan Sifat-sifat dari suara bising yang dianalisis: Derajat kebisingan suara secara menyeluruh (overall noise level). Berapa desibel-kah intensitas kebisingan itu? disebabkan oleh bemacam-macam nada secara serempak. Komposisi dari suara bising. Diteliti nada apa saja yang ikut membentuk bising tadi. Cara suara bising itu mengganggu. Yang dimaksud ialah frekwensi, lamanya dan kontinuitas suara bising itu. Berapa jamkah setiap hari suara bising itu mengganggu? Apakah bising itu berlangsung terus-menerus ataukah terputus-putus? Berapa jamkah seluruhnya dialami gangguan kebisingan selama bekerja ? Baku Tingkat Kebisingan Dalam upaya pencegahan dan perlindungan masyarakat terhadap gangguan kebisingan ditetapkan baku tingkat kebisingan yaitu Keputusan MenLH No. 48/MenLH/11/1997 yang mana baku tersebut didasarkan pada nilai tingkat kebisingan siang dan malam. Nilai ini diperoleh dari hasil perata-rataan hasil pengukuran Leq selama 24 jam. Untuk Leq siang hari (Ls) pengukuran dilakukan dari jam 06.00 22.00, sedangkan pengukuran Leq malam hari (Lm) dilakukan dari jam 22.00 06.00 pagi ( hasilnya ditambah faktor pembobotan 5 dB(A). Berikut ini adalah Kawasan peruntukan dan baku tingkat kebisingan yang diijinkan.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingan 45 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50

60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 70 dB. Seharusnya zona-zona ini diterapkan dalam penentuan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Kota yang memiliki RDTRK perlu melakukan pengawasan secara berkala agar tingkat kebisingan di zona-zona itu tak melebihi nilai ambang batas. Berikut Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.01/MEN/1978 ( aturan jadul )

Menurut Indonesia (Tabel diatas), Tingkat intensitas maksimal untuk Noise exposure time atau waktu paparan kebisingan selama 8 jam, 40 jam per minggu adalah 85 desibel Jika kebisingan lebih dari 85 dBA, waktu kerjanya harus diperpendek. Jika lamanya shift lebih dari 8 jam, maka tingkat kebisingan yang ada harus diturunkan. Menurut Amerika Serikat dalam Occupational Safety and Health Act , seorang yang bekerja dalam tempat dengan kebisingan suara 100 dB hanya dibenarkan bekerja paling lama dua jam sehari di tempat itu. Kalau dia bekerja lebih lama, maka akan terjadi ketulian. Menurut Australia , dalam The Australian Oto-Laryngological Society, lingkungan dengan kebisingan 100 dB seseorang masih dapat bekerja dengan aman selama 195 menit setiap hari (3 jam 15 menit), asal setiap selesai bekerja selama 15 menit dia diberi istirahat 20 menit. Kalau ia harus bekerja terus-menerus, maka dia hanya boleh diberi tugas 25 menit per hari. Menurut Amerika orang itu boleh dipekerjakan dua jam secara terus menerus.

Piranti Pemantau Kebisingan

Jenis Piranti Pengukur Kebisingan a.l.: Analog Sound Level Meter Digital Sound Level Meter Sound Level Monitor + Alarm Noise Dosimeter Integrating Sound Level Meter Contoh piranti Analog: Sound Level Meter 407703 Extech Instrument 407703 Extech termasuk sebagai instrument pembacaan langsung. Spesifikasi Range Skala 40 s/d 120 dB, terbagi dalam optional range skala Low dan High Low : 40 s/d 80 dB dan High: 80 s/d 120 dB. Portable, simple function Power battery 9V DC Calibration standard 70dB Prosedur Pengukuran -Posisikan sound level meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat intensitas bising di tempat itu. -Aktifkan pengukuran dengan mengatur saklar geser pada kedudukan Lo atau Hi. Lo atau Low Intensity berada pada skala 40 s/d 80 dB, sedangkan Hi atau High Intensity berada pada skala 80 s/d 120 dB. -Pencatatan pada satu kedudukan akan terkait dengan pembacaan skala minimum dan skala maksimum. -Ambil jumlah titik kedudukan sebanyak yang diperlukan. Metode Pengukuran & Perhitungan Pengukuran, mengacu pada KepMenLH N0.49/MenLH/11/1996, 3 diantaranya adalah sebagai berikut:

- Waktu pengukuran adalah 10 menit tiap jam ( dalam 1 hari ada 24 data) - Pencuplikan data adalah tiap 5 detik ( 10 menit ada 120 data) -Ketinggian microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah Analisis Pemantauan Berikut contoh representasi kebisingan di tiga titik pengambilan data

atau pola tingkat kebisingan di beberapa kawasan

Pada umumnya keseluruhan pemantauan tersebut diatas, sumber bising utamanya adalah aktivitas dari kendaraan yang ada di jalan raya, kelemahannya adalah metode pengukurannya secara general tanpa memperhatikan tipe atau jenis bising utamanya, sehingga kelemahannya adalah tidak dihitungnya jumlah, jenis maupun kecepatan kendaraannya.

Cara Pengukuran Tingkat KebisinganSuara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat. Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat:

Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan) Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi. Sound Level Meter (SLM) Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia. Octave Band Analyzer (OBA) Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 Hz. Standar Kebisingan

Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak. 1. Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas kebisingan. lihat Tabel 2.3 untuk lebih jelas. 2. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No.SE 01/MEN/1978 Nilai Ambang Batas yang disingkat NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu NAB untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A) Nilai Ambang Kebisingan Menurut Kep Menaker No. KEP-51/MEN/1999 Waktu Pemaparan 8 Jam 4 2 1 30 15 7,5 3,75 1,88 0,94 28,12 14,06 7,03 3,52 1,75 Detik Manit Intensitas (dB A) 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127

0,88 0,44 0,22 0,11

13 133 136 139

3. Kriteria Kebisingan Menurut Department of Labor OSHA Waktu (jam/hari) 8 6 4 3 2 1,5 1 0,5