Top Banner

of 22

kristal mineral ( mineralogi)

Oct 16, 2015

Download

Documents

bobby_soeharto

materi dasar ktistal mineral
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • MINERALOGI

    PENDAHULUAN

    Mineralogi adalah ilmu pengetahuan tentang mineral, yaitu suatu zat padat yang

    terdapat di alam sebagai elemen-elemen dan senyawa-senyawa, serta merupakan penyusun,

    atau pembentuk bagian padat alam semesta.

    Hal tersebut tidak berarti bahwa mineralogi hanya terbatas pada material-material

    kerakbumi saja, dan material-material yang terdapat di bawahnya yang dapat diindikasi melalui

    pengukuran geofisika, tetapi meliputi juga meteorit-meteorit yaitu benda-benda mineral yang

    berasal dari luar bumi. Mineralogi adalah cabang dari geologi, karena mineral adalah pembentuk

    batuan kerakbumi. Ilmu lain yang erat hubungannya ialah ilmu kimia dan kristalografi.

    Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar kristal alam. Semula ilmu ini

    merupakan cabang dari mineralogi. Sekarang tidak lagi ; kristalografi telah menjadi ilmu yang

    berdiri sendiri, karena yang dipelajarinya tidak saja bentuk luar kristal alam, tetapi telah meliputi

    kristal buatan, dan penelitiannya pun tidak hanya bentuk luar, melainkan termasuk juga struktur

    dalamnya.

    1.2 Definisi Mineral

    Sulit untuk merumuskan dengan tepat definisi mineral, karena pada kenyataannya tidak

    ada satu definisi pun yang disetujui secara umum. Namun, definisi yang dipilih adalah :

    MINERAL IALAH SUATU BENDA PADAT HOMOGEN YANG TERBENTUK DI ALAM

    SECARA ANORGANIK, MEMPUNYAI KOMPOSISI KIMIA TERTENTU, DAN SUSUNAN ATOM

    YANG TERATUR.

    Berdasarkan definisi itu, maka air, batubara, minyak bumi, dan gas alam, tidak dapat

    disebut mineral, meskipun keempatnya terbentuk/terjadi di alam. Hal-hal seperti itulah yang

    menyebabkan definisi tersebut di atas mempunyai kelemahan-kelemahan, karena beberapa ahli

    mineralogi berpendapat bahwa keempat hal itu termasuk mineral juga.

    Batasan mineral adalah suatu benda padat homogen menyatakan : mineral terdiri

    dari satu fasa padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi

    senyawa-senyawa sederhana oleh suatu proses fisika.

    Dengan demikian, cairan-cairan dan gas-gas yang terbentuk/terjadi di alam tidak termasuk

    mineral.

    Batasan yang terbentuk di alam menyatakan : disebut mineral jika benda padat

    itu terbentuk/terjadi di alam dengan sendirinya.

  • Dengan demikian, suatu benda padat mirip mineral yang dapat dibuat di laboratorium,

    tidak dapat disebut mineral.

    Contoh : jika suatu larutan natrium klorida (NaCl) diuapkan, terbentuklah kristal-kristal

    NaCl yang tak dapat dibedakan dengan mineral halit. Tetapi, kristal-kristal NaCl hasil buatan di

    laboratorium tersebut bukan suatu mineral.

    Batasan suatu benda padat yang terbentuk di alam secara anorganik

    menyebabkan: benda-benda padat homogen yang dihasilkan binatang, atau tumbuh-

    tumbuhan, tidak termasuk mineral. Karenanya, kulit tiram (kerang) yang tersusun oleh

    kalsium karbonat (CaCO3) dan tidak dapat dibedakan secara kimia dan fisika dengan mineral

    aragonit, atau kalsit, tidak dapat disebut mineral.

    Batasan bahwa mineral mempunyai komposisi kimia tertentu, menyatakan :

    mineral adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai komposisi tertentu dan dinyatakan

    oleh suatu rumus. Rumus kimianya dapat sederhana, atau kompleks, bergantung pada

    banyaknya elemen yang ada dan proporsi kombinasinya.

    Batasan bahwa mineral mempunyai susunan atom yang teratur, menyatakan : mineral

    adalah benda padat kristal. Bentuk kristal tersebut tidak lain adalah ekspresi/kenampakan

    dari susunan atom yang teratur.

    Ada beberapa pengecualian untuk batasan ini, yaitu bagi mineral metamik, dan mineral

    yang terbentuk dari pemadatan koloid disebut juga mineral non-kristal.

    SIFAT FISIK MINERAL

    Sifat fisik suatu mineral erat hubungannya dengan struktur kristal dan komposisi

    kimianya, sehingga dengan mempelajari sifat fisiknya, dapat dibuat beberapa deduksi tentang

    struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisik suatu mineral berguna dalam segi keteknikan.

    Misalnya : intan dipakai sebagai pengasah karena kekerasannya yang luar biasa, dll.

    Sifat fisik suatu mineral meliputi 8 aspek, yaitu :

    1. Sifat optik (optical properties),

    2. Kekerasan (hardness),

    3. Belahan dan pecahan (cleavage and fracture),

    4. Berat Jenis (density),

    5. Sifat magnet (magnetic properties),

    6. Sifat listrik (electrical properties),

    7. Sifat permukaan (surface properties), dan

    8. Radioaktivitas (radioactivity).

  • 2.1 Sifat Optik

    Mineral mempunyai 4 macam sifat optik, yaitu :

    1. Pemantulan dan pembiasan (reflection and refraction),

    2. Kilap (luster),

    3. Warna dan goresan (color and streak), dan

    4. Luminesensi (luminescence).

    2.1.1 Pemantulan dan Pembiasan

    Jika seberkas sinar diarahkan miring ke atas permukaan sebuah benda padat non-opak,

    maka sebagian sinar akan dipantulkan kembali ke udara, dan sebagian lagi dibiaskan sebagai

    sinar bias.

    Arah sinar pantul mengikuti Hukum Pemantulan,yang menyatakan sudut pantul r sama

    dengan sudut datangi, serta sinar pantul dan sinar datang terletak pada satu bidang. Untuk sinar

    bias, maka hubungan antara sinardatang i dan sinar bias r, berlaku Hukum Snellius. Hukum ini

    menyatakan : sin i/sin r = n ; konstanta n disebut indeks bias.

    Untuk meneliti mineral yang tembus cahaya, digunakan sinar bias. Misalnya untuk mempelajari

    Mineral Optik, atau Petrografi. Mikroskop yang dipakai adalah Mikroskop Polarisasi.

    Jika yang diteliti mineral opak (tidak tembus cahaya), maka sinar yang digunakan adalah

    sinar pantul. Cara ini dipakai dalam meneliti mineral-mineral bijih.

    Sifat optik berhubungan erat dengan struktur kristal mineral. Pada mineral-mineral

    isometrik dan non-kristal, kecepatan sinar pada semua arah akan sama, dengan demikian indeks

  • bias pada semua arah tsb, akan sama pula. Mineral yang seperti ini disebut mineral isotrop.

    Jika sebaliknya, maka disebut mineral anisotrop (lihat Gambar 2.2 dan 2.3).

  • Hubungan antara indeks bias dan kristalografi, dapat digambarkan melalui sumbu-sumbu

    kristal dengan perbandingan panjang sumbu adalah indeks biasnya. Gambaran yang dihasilkan

    disebut indikatriks, yaitu gambaran 3 dimensi yang dipakai untuk menjelaskan arah getaran sinar

    yang berbeda dalam suatu mineral.

    Indikatriks mineral-mineral non kristal dan isometrik, berbentuk sebuah bola karena

    indeks bias ke semua arah sama (Gambar 2.4 a).

  • Untuk mineral-mineral yang berkristal tetragonal dan heksagonal, indikatriksnya

    berbentuk elipsoida putar, dengan setiap sayatan yang tegak lurus sumbu c akan berbentuk

    lingkaran. Sumbu putar berimpit dengan sumbu c kristalografi (Gambar 2.4 b).

    Bentuk ini adalah hasil perambatan cahaya pada arah tegak lurus sumbu c yang mempunyai

    kecepatan yang sama, dengan getarannya terletak pada bidang sumbu horisontal. Karena

    mempunyai satu sumbu optik yang sejajar dengan sumbu c kristalografi, maka mineral-mineral

    yang bersistem kristal tetragonal dan heksagonal disebut uniaksial.

    Bagi mineral-mineral yang bersistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin,

    indikatriksnya mempunyai simetri yang rendah, sesuai dengan simetri kristalografinya yang

    memang rendah. Indikatriksnya berbentuk elipsoida triaksial, dengan 2 sumbu optik (Gambar 2.4

    c). Karenanya, mineral-mineral yang bersistem kristal ortorombik, monoklin, dan triklin disebut

    mineral bersifat optik biaksial.

    Indikatriks optik untuk mineral (a) isotropik, (b) uniaksial, (c) biaksial. Pada (a) indikatriks

    berbentuk bola, yang radiusnya sebanding dengan n, yaitu indeks bias mineral. Untuk (b)

    indikatriksnya berbentuk elipsoida putar, yang sayatan equatorialnya berbentuk lingkaran dengan

    radius sebanding terhadap , salah satu indeks bias utama ; dan sumbu vertikal yang sebanding

    dengan , indeks bias lainnya ; dapat > atau < . Pada (c) indikatriksnya berbentuk elipsoida

    triaksial, dengan indeks bias terkecil pada sumbu , indeks bias menengah pada sumbu dan

    indeks bias terbesar pada sumbu . (d) adalah penampang elipsoida pada bidang ; AA dan BB

    adalah sumbu optik yang tegak lurus pada 2 penampang lingkaran yang berjari-jari .

  • 2.1.2 Kilap

    Kilap adalah sifat optik yang erat hubungannya dengan pemantulan dan pembiasan.

    Dikenal 2 kelas kilap utama, yaitu :

    1. Kilap metal atau logam, dan

    2. Kilap non-metal atau non-logam.

    Batas yang nyata antara kedua kelas kilap, sukar untuk ditentukan ; dan mineral-mineral

    yang kilapnya terletak di antara kedua kelas kilap itu dikatagorikan berkilap sub-metal.

    2.1.2.1 Kilap Metal/logam

    Terdapat pada mineral opak, atau hampir opak.

    Biasanya agak gelap, atau hampir gelap.

    Indeks biasnya 3.

    Terdapat pada kebanyakan mineral-mineral logam nativ dan sulfida.

    2.1.2.2 Kilap Sub-metal/sub-logam

    Terdapat pada mineral yang semi opak sampai opak.

    Indeks bias berkisar antara 2,6 3.

    Contoh : kuprit (n = 2,85) ; sinabar (n = 2,91) ; hematit (n = 3,0).

    2.1.2.3 Kilap Non-metal/non-logam

    Dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

    1. Kilap kaca (vitreous)

    Kilap gelas, yang karakteristik pada mineral berindeks bias di antara 1,3 1,9.

    Terdapat pada hampir semua mineral silikat, sebagian besar oxysalt (karbonat, fosfat,

    sulfat, dll), halida, oksida dan hidroksida elemen-elemen ringan, seperti Al dan Mg.

    2. Kilap adamantin

    Kilap yang sangat terang, khas pada intan.

    Ada pada mineral yang berindeks bias terletak di antara 1,9 2,6, seperti pada zirkon (n

    = 1,92 1,96) ; kasiterit (n = 1,99 2,09) ; belerang (n = 2,4).

    Bila berkombinasi dengan kuning atau coklat, terbentuklah kilap damar atau resin.

    3. Kilap lemak (greasy), lilin (waxy), sutera (silky), dan mutiara (pearly) adalah variasi lain dari

    kilap non-metal, yang semuanya disebabkan oleh karakter permukaan pantul. Disamping warna

    dan sifat tembus cahaya, kilap mineral kadang-kadang mempunyai nilai ekonomi, seperti yang

    diperlihatkan oleh batupermata.

    Kilap dan indeks bias sangat menentukan apakah batupermata berkilau atau tidak. Makin

    tinggi indeks bias, makin berkilau dan indah batupermata itu. Misalnya ametis atau kecubung

  • kasian, meskipun bersifat transparan dan berwarna baik, ternyata masih kurang berkilau

    daripada intan, atau zirkon. Hal ini disebabkan kuarsa mempunyai indeks bias

  • terdapat di dalam mineral, yang indeks biasnya berbeda. Selain itu dapat juga karena

    pemantulan dari inklusi halus suatu mineral lain (biasanya ilmenit).

    Efek fisik lain adalah berubahnya permukaan mineral karena oksidasi. Semula

    permukaannya halus, kemudian berubah menjadi kasar. Contoh : bornit (Cu5FeS4) yang baru

    dipecahkan akan berwarna bronz atau perunggu, tetapi kemudian berubah menjadi violet-ungu

    karena oksidasi.

    Goresan (streak) adalah warna yang muncul pada saat mineral berupa bubuk halus.

    Warna ini diperoleh jika mineral digoreskan pada suatu keping gores porselin (streak plate)

    berwarna putih yang permukaannya kasar. Warna hanya diperoleh jika kekerasan mineral lebih

    rendah daripada kekerasan keping gores.

    Goresan mineral-mineral transparan dan translusen, berwarna putih ; goresan mineral-

    mineral yang berkilap non-metal dan berwarna gelap, pada umumnya lebih terang daripada

    warnanya ; dan goresan mineral-mineral yang berkilap metal, sering lebih gelap daripada warna

    mineralnya.

    2.1.4 Luminesensi

    Luminesensi ialah gejala emisi cahaya yang dihasilkan oleh semua proses, kecuali

    pemijaran. Peristiwa ini umumnya karena penyinaran, biasanya oleh sinar ultraviolet.

    Fluoresensi adalah emisi cahaya pada saat yang bersamaan dengan penyinaran. Gejala ini

    diperlihatkan oleh fluorit (CaF2). Fosforesensi ialah emisi cahaya yang kontinyu (terus

    menerus), walaupun penyinaran telah dihentikan. Diperlihatkan oleh unsur P.

    Sifat luminesensi berguna dalam prospeksi mineral dan mineral dressing, yaitu untuk

    mengenal mineral bijih berharga yang bersifat fluoresensi, seperti wilemit (Zn2SiO4), skhelit

    (CaWO4), dan beberapa mineral uranium.

    Sifat luminesensi dipakai pula dalam teknik penerangan moderen, yaitu dengan memakai

    senyawa anorganik yang bersifat fluoresensi, seperti CaWO4, CaCO3, dan ZnSiO4. Luminesensi

    yang disebabkan peremukan, penggoresan/pencakaran, atau penggosokan disebut

    triboluminesensi. Gejala ini diperlihatkan oleh beberapa varitas sfalerit [(Zn,Fe)S], fluorit dan

    lepidolit [KLi2Al(Si4O10)(OH)2].

    2.2 Kekerasan (hardness)

    Kekerasan mineral adalah daya tahannya terhadap goresan. Untuk menentukan

    kekerasan digunakan skala kekerasan relatif yang dibuat oleh Mohs pada tahun 1822. Skala ini

    kemudian dikenal sebagai Skala Mohs (Tabel 2.1).

    Kekerasan mineral dapat diukur dengan alat-alat sederhana, seperti : kuku (H = 2,5),

    pisau lipat (H = 5,5), kaca jendela (H = 5,0 5,5), dan jarum baja (jara ; H = 6,5).

  • Tabel 2.1 Skala Mohs

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Skala Kekerasan (H) Mineral

    -----------------------------------------------------------------------------------

    1 Talk

    2 Gipsum

    3 Kalsit

    4 Fluorit

    5 Apatit

    6 Ortoklas

    7 Kuarsa

    8 Topas

    9 Korundum

    10 Intan

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Jika ditinjau hubungannya dengan struktur kristal, maka kekerasan adalah daya tahan struktur

    kristal terhadap deformasi mekanik. Hubungan tsb dinyatakan sbb, yaitu kekerasan akan

    bertambah besar bila :

    1. Atom-atom atau ion-ion semakin kecil.

    2. Valensi atau muatan makin besar, dan

    3. Densitas paking (packing density) makin besar.

    2.3 Belahan dan pecahan (cleavage and fracture)

    Jika mineral ditekan melampaui daya elastik dan plastiknya, maka mineral akan pecah.

    Bila bidang pecahnya teratur dan sejajar dengan bidang kristalnya, maka mineral dikatakan

    mempunyai belahan (cleavage). Tetapi jika bidang pecahnya tak teratur, maka mineral disebut

    mempunyai pecahan (fracture). Sifat belahan dinyatakan dalam istilah : sempurna (perfect), baik

    (good), jelas (distinct), dan tidak jelas (indistinct).

    Belahan sempurna jika bidang belahnya licin berkilau. Mineral yang berbelahan baik,

    dapat terbelah dengan mudah melalui bidang belahnya dan juga memotong bidang belahnya.

    Mineral dikatakan berbidang belah jelas, jika pecah pada sepanjang bidang belah, tetapi

    dapat pula dengan mudah pecah pada arah-arah yang lain.

    Mineral disebut berbelahan tidak jelas, karena mempunyai kemungkinan yang sama

    untuk pecah dan membelah, sehingga sukar membedakan antara bidang pecah dan bidang

    belah.

  • 2.4 Berat Jenis (density)

    Berat jenis (BJ atau G) atau densitas (density) mineral terutama ditentukan oleh struktur

    kristal dan komposisi kimianya. Berat Jenis (G) dapat berubah jika T dan P berubah, karena

    kedua faktor itu menyebabkan mineral memuai, atau mengerut. Oleh karena itu, mineral yang

    berkomposisi kimia dan struktur kristal tertentu, akan mempunyai G yang tetap pada suatu T dan

    P yang tertentu pula.

    Mineral yang komposisi kimianya sama tetapi berbeda struktur kristalnya, mempunyai G

    yang berbeda. Contoh : G kristobalit (SiO2 ; isometrik) = 2,32, sedangkan tridimit (SiO2 ;

    heksagonal) = 2,26.

    G dapat pula berbeda pada mineral yang komposisinya bervariasi, walaupun struktur

    kristalnya sama. Contoh : G olivin [(Mg,Fe)2SiO4, ortorombik] berkisar antara 3,22 (untuk

    Mg2SiO4) 4,41 (untuk Fe2SiO4). Hal ini disebabkan adanya penggantian atom-atom Mg yang

    ringan oleh atom-atom Fe yang lebih berat.

    Contoh lain diperlihatkan oleh sekelompok mineral isomorf, seperti pada kelompok

    aragonit (lihat Tabel 2.2)

    2.4.1 Penentuan BJ Mineral

    BJ mineral dapat ditentukan melalui 4 cara, yaitu :

    1. Dengan sinar x.

    2. Berdasarkan Prinsip Archimedes. Rumus yang digunakan adalah :

    G = W1.L/(W1 W2)

    dengan :

    W1 = berat fragmen di udara,

    W2 = berat fragmen dalam cairan,

    L = BJ cairan (biasanya air),

    G = BJ fragmen.

    Agar penentuan BJ langsung dan cepat, digunakan alat timbangan BJ Kraus-Jolly

    (Gambar 2.5), atau Timbangan BJ Berman (Gambar 2.6).

    3. Dengan Piknometer. Rumus :

    G = L.(W2 W1)/[(W4 W1) (W3 W2)], dengan :

    G = BJ fragmen (benda padat),

    L = BJ cairan yang dipakai,

    W1 = Berat Piknometer kosong,

    W2 = Berat Piknometer berisi fragmen,

    W3 = Berat Piknometer berisi cairan dan fragmen,

    W4 = Berat Piknometer berisi cairan.

  • 4. Dengan menggunakan cairan berat atau disebut juga Metode Suspensi. Dalam metode ini,

    cairan berat yang biasa dipakai adalah :

    a. Bromoform, CHBr3 ; G = 2,9.

    b. Asetilen tetrabromida (tetrabrometan), C2H2Br4 ; G = 2,96.

    c. Metilen iodida, CH2I2 ; G = 3,3.

    d. Larutan Klerici, yaitu suatu larutan yang terdiri dari larutan pekat talous malonat dan talous

    format dalam jumlah yang sama ; G = 4,2.

    Untuk mengencerkan larutan organik tsb digunakan aseton, sedangkan untuk larutan Klerici

    dipakai air.

    2.4.2 Pemisahan Mineral Berdasarkan Perbedaan BJ

    Pemakaian lain dari cairan berat adalah pemisahan individu atau kelompok mineral dari

    suatu campuran mineral. Hal ini penting dalam petrologi batuan sedimen, karena mineral-mineral

    yang BJ nya >> daripada BJ kuarsa, feldspar, kalsit, dan dolomit, dapat memberikan keterangan

    tentang sumber dan lingkungan pengendapan suatu batuan sedimen.

    Pemisahan mineral berdasarkan perbedaan BJ dipakai juga dalam ore dressing, yaitu

    untuk menyiapkan konsentrat mineral berharga.

    Bila dalam suatu sampel terdapat campuran 2 macam mineral dengan BJ yang telah

    diketahui, maka komposisi mineral yang terdapat di dalamnya dapat dihitung.

    Misalnya : Dari suatu vein diambil sampel yang terdiri atas x% berat kuarsa (G = 2,65) dan (100

    x)% berat pirit (G = 5,01) ; BJ sampel = 3,8. Persentase kuarsa dan pirit dapat dihitung sbb :

    -----------------------------------------------------------------------------------

    M (% berat) G V

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Pirit 100 x 5,01 (100 x)/5,01

    Kuarsa x 2,65 x/2,65

    Sampel vein 100 3,8 100/3,8

    -----------------------------------------------------------------------------------

    (100 x)/5,01 + (x/2,65) = 100/3,8 ; x = 35,8%

    kuarsa = 35,8% dan pirit = 64,2%.

    Dengan diketahuinya komposisi kedua mineral, maka komposisi kimia campuran dapat dihitung.

    Pirit (FeS2) mengandung Fe = 46,6% ; dan S = 53,4% ; dengan demikian komposisi campuran di

    atas adalah : SiO2 = 35,8% ; Fe = 30,0% ; dan S = 34,4%.

  • 2.5 Sifat Magnet (magnetic properties)

    Hanya beberapa mineral yang bersifat feromagnetik, yaitu mineral-mineral yang dapat

    ditarik oleh magnet sederhana. Seperti : magnetit (Fe3O4) ; pirotit (pyrrhotite, Fe1-nS) ; dan

    suatu polimorf Fe2O3, yaitu magemit (maghemite). Magnetit dan magemit dapat juga bersifat

    magnet alam, yang dikenal dengan sebutan lodestone.

    Berdasarkan sifat magnetnya, maka mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 golongan,

    yaitu :

    1. Diamagnetit, yaitu mineral-mineral yang ditolak magnet.

    2. Paramagnetit, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik

    oleh suatu magnet.

    Mineral yang mengandung besi akan bersifat paramagnetit, tetapi ada juga mineral yang

    tidak mengandung besi bersifat paramagnetit, yaitu beril (beryl, Be3Al2Si6O18).

    Sifat magnet pada mineral dapat digunakan dalam pemisahan mineral, yaitu

    memisahkan suatu konsenrasi murni dari campuran mineral-mineral lainnya. Alat yang digunakan

    ialah elektromagnet yang menghasilkan medan magnet berintensitas tinggi. Selain itu, sifat ini

    dipakai juga dalam eksplorasi geofisika, yaitu dengan menggunakan magnetometer.

    2.6 Sifat Listrik (electrical properties)

    Berdasarkan sifat listrik, mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

    1. Mineral-mineral konduktor, dan

    2. Mineral-mineral non-konduktor.

    Mineral-mineral konduktor adalah mineral yang berikatan logam, terdiri dari mineral-

    mineral nativ dan beberapa sulfida.

    Pada beberapa mineral non-konduktor, sifat listriknya dapat dibangkitkan dengan jalan

    mengubah temperatur, dan mineral yang seperti ini disebut mineral piroelektrik (pyroelectric) ;

    atau dengan mengubah tekanan, dan mineral yang bersifat seperti ini disebut mineral

    piezoelektrik (piezoelectric).

    Contoh mineral piroelektrik: turmalin (tourmaline), dan mineral piezoelektrik adalah kuarsa

    (SiO2).

    2.7 Sifat Permukaan (surface properties)

    Sifat permukaan mineral yang penting dalam keteknikan ialah wetabilitas (wettability),

    yaitu sifat kebasahan relatif permukaan suatu mineral terhadap air.

    Berdasarkan sifat di atas, mineral-mineral dapat dikelompokkan menjadi :

    1. Mineral-mineral liofil (lyophile), yaitu mineral-mineral yang mudah dibasahi air.

    2. Mineral-mineral liofob (lyophobe), yaitu mineral-mineral yang sukar dibasahi air.

  • Pada umumnya mineral berikatan ion bersifat liofil, sedangkan yang berikatan metal,

    atau kovalen bersifat liofob. Sifat permukaan di atas dipakai dalam teknik pemisahan mineral

    bijih, yang dikenal sebagai teknik flotasi (flotation). Teknik ini digunakan untuk memisahkan

    mineral-mineral sulfida dari mineral-mineral geng (gangue), seperti kuarsa, kalsit, dll. Dalam hal

    ini, mineral sulfida umumnya bersifat liofob, sedangkan mineral geng bersifat liofil.

    2.8 Radioakitivitas (radioactivity)

    Radioaktivitas mineral berhubungan dengan adanya unsur uranium (U) dan torium (Th,

    thorium) dalam mineral tsb. Unsur lain yang dapat memperlihatkan radioaktivitas suatu mineral

    adalah kalium (K) dan rubidium (Rb), namun sangat lemah, sehingga harus diukur dengan alat

    yang peka.

    Atom uranium dan torium pada mineral akan terurai (disintegrasi) secara spontan dengan

    kecepatan yang tetap, tanpa dipengaruhi temperatur, tekanan, atau sifat persenyawaan atom-

    atom itu. Pada saat disintegrasi, disertai oleh 3 tipe radiasi, yaitu :

    1. Radiasi alfa,

    2. Radiasi beta, dan

    3. Radiasi sinar gamma.

    Radioaktivitas dapat diketahui dari hasil radiasinya terhadap film fotografi, dengan alat

    Geiger Counter, atau Scintillometer.

    Hasil akhir disintegrasi uranium dan torium adalah timah hitam (timbal, Pb). Persamaan

    reaksinya :

    U238 Pb206 + 8He4

    U235 Pb207 + 7He4

    Th232 Pb208 + 6He4

    Beberapa mineral radioaktif :

    Autunit, Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O,

    Monasit, (Ce,La,Y,Th)PO4 ,

    Torit, ThSiO4 ,

    Uraninit, UO2.

  • KLASIFIKASI MINERAL

    Berdasarkan susunan kimia dan struktur kristalnya, mineral-mineral dapat diklasifikasi

    menjadi 8 kelas, yaitu :

    I. Elemen nativ.

    II. Sulfida (termasuk garamsulfo).

    III. Oksida dan hidroksida.

    IV. Halida.

    V. Karbonat, nitrat, borat, dan iodat.

    VI. Sulfat, khromat, molibdat, tungstat.

    VII. Fosfat, arsenat, vanadat.

    VIII. Silikat.

    2.1 Kelas I, Elemen Nativ

    Elemen nativ terdiri atas 2 golongan, yaitu :

    1. Golongan metal.

    2. Golongan semi-metal dan non-metal.

    Golongan metal berikatan atom metal, dan golongan semi-metal dan non-metal berikatan

    kovalen.

    1. Golongan metal :

    Kelompok emas : emas (Au), perak (Ag) dan tembaga (Cu).

    Kelompok platina : platina (Pt), paladium (Pd) dan platiniridium (Pt,Ir).

    2. Golongan semi-metal dan non-metal :

    Kelompok arsenik : arsen (As), antimon (Sb), dan besi-nikel (Ni,Fe)

    Kelompok sulfur : sulfur (S)

    Kelompok karbon : intan (C) dan grafit (C).

    2.2 Kelas II, Sulfida

    Kelas sulfida sebagian besar bersifat metal. Rumus umumnya : AmXp ; X adalah atom

    berukuran besar, yaitu S, atau sedikit lebih kecil, seperti As, Sb, Bi, Se, atau Te ; dan A ialah

    atom-atom metal berukuran kecil, dapat satu atau lebih. Dalam kelas sulfida termasuk juga

    mineral-mineral yang dikenal sebagai garamsulfo. Rumus umumnya : AmBnXp ; A adalah Ag,

    Cu, atau Pb ; sebagai B adalah As, Sb, Bi, atau Sn ; dan sebagai X adalah S.

    Mineral-mineralnya adalah :

    1. Tipe A 2 X

    Kelompok argentit : argentit (Ag2S)

    Kelompok khalkosit : khalkosit (Cu2S)

  • 2. Tipe A3X2

    bornit (Cu5FeS4)

    3. Tipe AX

    Kelompok galena : galena (PbS)

    Kelompok sfalerit : sfalerit [(Zn,Fe)S]

    Kelompok khalkopirit : khalkopirit (CuFeS2)

    Kelompok wursit : wursit (ZnS)

    Kelompok nikolit : pirotit (Fe1-xS), nikolit (Ni,As) dan brithauptit (breithauptite,

    NiSb).

    Milerit (NiS)

    Pentlandid [(Fe,Ni)9S8]

    Kovelit (CuS)

    Sinabar (HgS)

    Realgar (AsS)

    Orpimen (As2S3 )

    Kelompok stibnit : stibnit (Sb2S3) dan bismutinit (Bi2S3).

    4. Tipe AX2

    Kelompok pirit : pirit (FeS2) dan sperilit (PtAs2)

    Kelompok kobaltit : kobaltit (CoAsS)

    Kelompok markasit : markasit (FeS2)

    Kelompok arsenopirit : arsenopirit (FeAsS)

    Molibdenit (MoS2)

    Kelompok krenerit : krenerit [(Au,Ag)Te2], kalaverit (AuTe2) dan silvanit

    [(Au,Ag)Te2]

    5. Tipe AX 3

    Seri skuterudit : skuterudit [(Co,Ni)As3], smaltit [(Co,Ni)As3-x] dan

    khloantit [(Ni,Co)As3-x]

    6. Tipe A3BX3

    Kelompok perak-rubi : pirargirit (Ag3SbS3), proustit (Ag3AsS3)

    Seri tetrahedrit : tetrahedrit [(Cu,Fe)12Sb4S13], tenantit [(Cu,Fe)12As4S13]

    7. Tipe A3BX4

    enargit (Cu3AsS4)

    8. Tipe A2BX3

    bournonit (PbCuSbS3)

    9. Tipe ABX2

    boulangerit (Pb5Sb4S11).

  • 2.3 Kelas III, Oksida dan Hidroksida

    Mempunyai senyawa yang terdiri atas kombinasi antara kation metal, yang dapat satu

    atau lebih, dan oksigen. Dalam beberapa kasus, hidrogen merupakan kation dan muncul

    sebagai hidroksil atau sebagai air hidrasi. Ikatan ionnya bertipe isodesmik.

    Mineral-mineralnya adalah :

    2.3.1 Oksida-oksida

    1. Tipe A2X

    kuprit (Cu2O)

    2. Tipe AX

    Kelompok periklas : periklas (MgO)

    Kelompok zinkit : zinkit (ZnO)

    3. Tipe AB2X4

    Kelompok spinel : spinel (MgAl2O4), magnetit (Fe3O4), franklinit

    [(Zn,Mn,Fe)(Fe,Mn)2O4], khromit [(Mg,Fe)Cr2O4]

    Hausmanit (MnMn2O4)

    Khrisoberil (BeAl2O4)

    4. Tipe A2X3

    Kelompok hematit : korundum (Al2O3), hematit (Fe2O3), ilmenit (FeTiO3) Braunit

    [(Mn,Si)2O3]

    Seri mikrolit-pirokhlor : [NaCaNb2O6F (Na,Ca)2Ta2O6 (O,OH,F)]

    Psilomelan [(Ba,H2O)2Mn5)10]

    5. Tipe AX2

    Kelompok rutil : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), pirolusit (MnO2), wad, platnerit (PbO2)

    Anatas (TiO2)

    Brokit (TiO2)

    Tantalit-kolumbit [(Fe,Mn)(Nb,Ta)2O6

    Kelompok uraninit : uraninit (UO2), torianit (ThO2)

    2.3.2 Hidroksida-hidroksida

    Brusit [Mg(OH)2]

    Kelompok lepidokrosit : lepidokrosit [FeO(OH)], buhmit [AlO(OH)], bauksit,

    manganit [MnO(OH)]

    Kelompok gutit (goethite) : diaspor (HAlO2), gutit (HFeO2), limonit

    Gibsit [Al(OH)3]

  • 2.5 Kelas V, Karbonat, Nitrat dan Borat

    Dari ketiganya, hanya golongan karbonat yang memiliki penyebaran terluas. Golongan

    nitrat tidak begitu banyak terdapat sebagai mineral, dan mudah larut dalam air.

    2.5.1 Karbonat

    Terdiri atas 3 kelompok mineral, yaitu :

    1. Kelompok kalsit

    Terdiri dari : Kalsit (CaCO3), Magnesit (MgCO3), Siderit (FeCO3), Rodokhrosit (MnCO3),

    Smitsonit (ZnCO3).

    2. Kelompok dolomit

    Terdiri dari : Dolomit [CaMg(CO3)2], Ankerit [CaFe(CO3)2], Kutnahorit [CaMn(CO3)2].

    3. Kelompok aragonit

    Terdiri dari : Aragonit (CaCO3), Witerit (BaCO3), Strontianit (SrCO3), Serusit (PbCO3).

    Dua mineral karbonat yang lain adalah : Malakhit [Cu2(CO3)(OH)2], Azurit [Cu3(CO3)(OH)2].

    2.5.2 Nitrat dan Borat

    Golongan nitrat dan borat terdiri dari :

    Niter-soda atau nitratit (NaNO3)

    Niter (saltpeter, KNO3)

    Kernit (Na2B4O7.4H2O)

    Borax [Na2B4O5(OH)4.8H2O]

    Kolemanit [CaB3O4(OH)3.H2O]

    Ulexit [NaCaB5O6(OH)6.5H2O]

    2.6 Kelas VI, Sulfat, Khromat, Molibdat, dan Tungstat

    1. Golongan sulfat

    Terdiri dari :

    Sulfat anhidrat

    - Tipe AXO4 : barit (BaSO4), selestit (SrSO4), anglesit (PbSO4), anhidrit (CaSO4)

    Sulfat hidrat

    - Tipe AXO4.xH2O : gipsum (CaSO4.2H2O), khalkantit (CuSO4.5H2O),

    melanterit (FeSO4.7H2O), epsomit (MgSO4.7H2O)

    Sulfat anhidrat mengandung hidroksil

    - Tipe Am(XO4)pZq : brokhantit [Cu4(SO4)(OH)6], antlerit [Cu3(SO4)(OH)4]

    - Tipe A2(XO4)Zq (Kelompok alunit : alunit [KAl3(SO4)2(OH)6] dan jarosit

    [KFe3(SO4)2(OH)6]).

    2. Golongan Khromat anhidrat

  • Krokoit (PbCrO4)

    3. Golongan Molibdat dan Tungstat

    -Tipe AXO4 : wolframit [(Fe,Mn)WO4], skhelit (CaWO4), dan wulfenit (PbMoO4).

    2.7 Kelas VII, Fosfat, Arsenat dan Vanadat

    Sebagian besar berupa oxysalt dengan kelompok anion bertipe (XO4)n ; X adalah P,

    As, atau V, dan n = 3.

    Mineral-mineralnya adalah :

    1. Fosfat normal anhidrat

    - Tipe A(XO4) : xenotim (YPO4), monasit [(Ce,La,Y,Th)PO4]

    2. Fosfat normal hidrat

    - Tipe A3(XO4)2.8H2O: vivianit Fe3(PO4)2.8H2O, eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.

    3. Fosfat anhidrat dengan hidroksil atau halogen

    - Tipe AB(XO4)Zq : Seri ambligonit : (Li,Na)Al(PO4)(F,OH)

    - Tipe A5(XO4)3Zq :

    Kelompok apatit :

    Seri apatit : Ca5(PO4)3(F,Cl,OH):

    @ Fluorapatit [Ca5(PO4)3F]

    @ Khlorapatit [Ca5(PO4)3Cl]

    @ Hidroksilapatit [Ca5(PO4)3(OH)]

    @ Apatit-karbonat [Ca10(PO4)6(CO3)H2O]

    Seri piromorfit :

    @ Piromorfit [Pb5(PO4)3Cl]

    @ Mimetit [Pb5(AsO4)3Cl]

    @ Vanadinit [Pb5(VO4)3Cl]

    4. Fosfat hidrat mengandung hidroksil

    Turquois [CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O]

    5. Fosfat uranil

    Torbernit [Cu(UO2)2(PO4)2.8-12H2O]

    Autunit [Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O]

    6. Vanadium oxysalt

    Karnotit [K2(UO2)2(VO4)2.3H2O]

    Tyuyamunit [Ca(UO2)2(VO4)2.5-8,5H2O]

    2.8 Kelas VIII, Silikat

  • Mineral yang paling banyak jumlahnya, kira-kira sepertiga dari jumlah semua mineral.

    Dalam kerakbumi, terdapat 95% mineral silikat ; dari jumlah itu, feldspar ada 60%, kuarsa 12%,

    dan sisanya mineral silikat yang lain.

    2.8.1 Struktur dan Klasifikasi Silikat

    Bentuk umum semua struktur silikat adalah tetrahedra, dengan atom Si terletak di tengah

    sebagai inti, yang dikelilingi 4 atom O. Ikatan antara atom O dan Si sangat kuat, lebih kuat bila

    dibandingkan dengan ikatan atom O dan logam.

    Ada beberapa tipe silikat yang dibedakan berdasarkan macam hubungan antara satu

    tetrahedra SiO dan yang lainnya, sehingga silikat-silikat dapat diklasifikasi menjadi 6 kelompok,

    yaitu :

    1. Kelompok tetrahedra tunggal.

    2. Kelompok tetrahedra ganda.

    3. Kelompok struktur cincin/lingkaran.

    4. Kelompok struktur rantai.

    5. Kelompok sruktur lembar.

    6. Kelompok jaringan tiga dimensi.

    2.8.2 Jenis-jenis Mineral Silikat

    Berdasarkan tipe-tipe hubungan antar tetrahedra SiO tsb di atas, maka mineral-mineral

    silikat dapat dikelompokkan menjadi 6 subkelas, dengan beberapa jenis mineralnya sbb :

    1. Subkelas Tektosilikat

    Kelompok Silika: Kuarsa (SiO2), Tridimit (SiO2), Kristobalit (SiO2), Opal (SiO2.nH2O)

    Kelompok Feldspar: Sanidin (KAlSi3O8), Ortoklas (KAlSi3O8), Mikroklin (KAlSi3O8) Seri

    Plagioklas : Triklin, Albit, Oligoklas, Andesin, Labradorit, Bytownit, Anortit

    Kelompok Feldspatoid : Leusit (KAlSi2O6), Nefelin (NaAlSi2O4), Sodalit Na8(AlSiO4)6Cl2,

    Kankrinit Na8(AlSiO4)6(HCO3)2

    Kelompok Zeolit : Heulandit (CaAl2Si7O18.6H2O), Stilbit (CaAl2Si7O18.7H2O),

    Laumontit (CaAl2Si4O12.4H2O), Khabasit (CaAl2Si4O12.6H2O), Analsim

    (NaAlSi2O6.H2O), Natrolit (Na2Al2Si3O10.2H2O)

    2. Subkelas Filosilikat

    Kaolinit Al4Si4O10(OH)8 Serpentinit Mg6Si4O10(OH)8 Pirofilit

    Al2Si4O10(OH)2 Talk Mg3Si4O10(OH)2 Monmorilonit

    Al2Si4O10(OH)2.xH2O Vermikulit Mg3Si4O10(OH)2.xH2O

    Kelompok Mika :

    Muskovit KAl2(AlSi3O10)(OH)2 Flogopit KMg3(AlSi3O10)(OH)2

  • Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2

    Lepidolit KLi2Al(Si4O10)(OH)2

    Glaukonit K(Fe,Mg,Al)2(Si4O10)(OH)2

    Seri Khlorit : (Mg,Fe,Al)6(Al,Si)4O10(OH)2

    Apofilit KCa4(Si4O10)2F.8H2O

    3. Subkelas Inosilikat

    Kelompok Amfibol :

    Seri Antofilit (Mg,Fe)7Si8O22(OH)2

    Seri Kumingtonit (Fe,Mg)7Si8O22(OH)2

    Seri Tremolit-Aktinolit Ca2(Mg,Fe)Si8O22(OH)2

    Seri Hornblenda NaCa2(Mg,Fe,Al)5(Si,Al)8

    Seri Amfibol-Alkali Na2(Mg,Fe,Al)5Si8

    Kelompok Piroksen :

    Seri Hipersten-enstatit (Mg,Fe)SiO3

    Seri Hedenbergit-diopsid Ca(Mg,Fe)Si2O6

    Augit Ca(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6

    Aegirin NaFeSi2O6

    Jadeit NaAlSi2O6

    Spodumen LaAlSi2O6

    Kelompok Piroksenoid :

    Wolastonit CaSiO3

    Pektolit Ca2NaHSi3O9

    Rodonit MnSiO3

    4. Subkelas Siklosilikat

    Aksinit (Ca,Mn,Fe)3Al2(BO3)Si4

    Beril Be3Al2Si6O18

    Kordierit (Mg,Fe)2Al4Si5O18

    Turmalin Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4

    5. Subkelas Sorosilikat

    Lawsonit CaAl2Si2O7(OH)2.H2O

    Hemimorfit Zn4Si2O7(OH)2.H2O

    Idokras Ca10Mg2Al4(Si2O7)2(SiO4)5(OH)4

    Kelompok Epidot :

    Zoisit Ca2Al3Si3O12(OH)

    Klinozoisit Ca2Al3Si3O12(OH)

  • Epidot Ca2(Al,Fe)3Si3O12(OH)

    Alanit (Ca,R*)2(Al,Fe,Mg)3Si3O12(OH)

    6. Subkelas Nesosilikat

    Seri Olivin : (Mg,Fe)2SiO4

    Wilemit Zn2SiO4

    Kelompok Silikat Aluminium :

    Andalusit Al2SiO5 Silimanit Al2SiO5

    Kianit Al2SiO5 Staurolit Al4FeSi2O10(OH)2

    Topas Al2SiO4(OH,F)2

    Kelompok Garnet :

    Almandit Fe3Al2(SiO4)3 Pirop Mg3Al2(SiO4)3

    Spesartit Mn3Al2(SiO4)3 Grosularit Ca3Al2(SiO4)3

    Andradit Ca3Fe2(SiO4) Uvarovit Ca3Cr2(SiO4)3

    Zirkon ZrSiO4 Torit (thorite) ThSiO4

    Sfen (sphene) CaTiSiO5 Datolit Ca(OH)BSiO4

    7. Silikat-silikat Dengan Struktur Tak dikenal

    Prehnit CaAl2Si3O10(OH)2

    Chrysocolla CuSiO3.2H2O

    Dumortierit (Al,Fe)7BSi3O18