Kata Pengantar
Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatan yang telah
diberikan kepada saya untuk membuat referat ini. Saya juga
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu secara
langsung maupun secara tidak langsung. Salah satunya adalah dr.
Benhard, Sp.THT-KL sebagai pembimbing saya dan sebagai pemberi
informasi, kritikan, dan saran yang membangun kami untuk lebih baik
lagi.Saya sadar bahwa tugas referat ini masih banyak kekurangannya.
Tetapi saya telah berusaha untuk membuat referat yang berguna bagi
para pembaca. Karena itu, saya mengharapkan adanya kritik maupun
saran yang membangun dari para pembaca demi perkembangan saya ke
depan. Saya mengharapkan referat ini dapat digunakan untuk
kepentingan para pembaca, serta dapat menambah wawasan para
pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
dan selamat membaca.
Jakarta, 14 April 2015
Krisna Lalwani
Daftar Isi
Kata Pengantar1Daftar isi2Bab I Pendahuluan31.1.Latar
Belakang3
Bab II Tinjauan Pustaka42.1 Definisi52.2.Anatomi dan Fisiologi
Alat Keseimbangan Tubuh5 2.2.1. Anatomi Alat Keseimbangan Tubuh5
2.2.2. Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh72.3. Etiologi82.4.
Epidemiologi82.5. Diagnosis9 2.5.1. Anamnesis 9 2.5.2. Pemeriksaan
Fisik10 2.5.3. Pemeriksaan Penunjang11 2.5.4. Diagnosis Kerja12
2.5.5 Patofisiologi13 2.5.6 Diagnosis Banding14 2.5.7
Penatalaksanaan15 2.5.8 Prognosis18
Bab III Penutup19
Daftar Pustaka20
BAB IPendahuluan1.1 Latar BelakangKeseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan orientasi dari tubuh dan bagian - bagian tubuh
dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan
tergantung pada input terus menerus dari tiga sistem yaitu sistem
vestibular (labirin), sistem propioseptif (somatosensorik) dan
sistem visual serta integrasinya dengan batang otak dan
serebelum.1,2Sistem vestibular mempunyai fungsi sensorik yang
penting, berperan dalam persepsi gerakan seseorang, posisi kepala,
orientasi ruang secara relatif terhadap gravitasi. Demikian juga
berperan penting dalam sistem motorik, membantu dalam stabilisasi
gaze, kepala, dan penyesuaian postur tubuh. Saat sistem vestibular
bekerja secara normal, biasanya kita tidak akan menyadarinya. Saat
fungsinya terganggu, hasilnya dapat sangat tidak menyenangkan.2
Salah satu gangguan keseimbangan yaitu vertigo. Vertigo sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil
(giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness); deskripsi
keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara
bergantian.3,4
BAB IITinjauan Pustaka2.1 DefinisiVertigo adalah halusinasi
gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo
tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah
non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalam 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien.5Terdapat empat tipe dizziness
yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan disequilibrium.
Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan
dizziness yang dilaporkan pada primary care. 5Vertigo dapat
diklasifikasikan menjadi vertigo sentral dan perifer. Sentral
diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum.
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak
atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak,
misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik, rasa lemah.5 Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga
dalam atau nervus kranialis vestibulokokhlear (N. VIII). Lamanya
vertigo berlangsung :1. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung
beberapa detikPaling sering disebabkan oleh vertigo posisional
benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung
beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya
idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh
trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis
vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.2. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau
jamDapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.3. Serangan vertigo
yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa mingguNeuronitis
vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat.
Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak
terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik
mungkin dijumpai nistagmus.Selain itu kita bisa membedakan vertigo
sentral dan perifer berdasarkan nystagmus. Nystagmus adalah gerakan
bola mata yang sifatnya involunter, bolak balik, ritmis, dengan
frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks
vestibulo okuler terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat
fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan
rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi
berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau
tes posisional atau gerakan kepala. Penyebab vertigo jenis sentral
biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk
menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain
yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia,
parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa
lemah.5Jenis vertigo yang paling sering ditemukan di kalangan
masyarakat umum adalah Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV),
dimana vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari
1 menit (5-10 detik). Berdasarkan penelitian, dari keseluruhan
jumlah pasien yang datang dengan keluhan pusing berputar / vertigo,
sebanyak 20% dari mereka menderita BPPV. Perubahan posisi kepala
(biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling
diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu
terjadinya episode vertigo ini.1,3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh2.2.1 Anatomi
alat keseimbangan tubuhSistem vestibular meliputi labirin (aparatus
vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin
terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea
(alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan).
Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran
yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana
kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling
berhubungan.Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ
otolit dan tiga pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas
sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan
utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula
sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut
dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin
tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah
saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus
semisirkularis terletak saling tegak lurus.Tiga kanalis
semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis
semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua
kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama
lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os
petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak lurus
dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 450
terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga
pararel dengan kanalis semisirkularis posterior telinga sisi
lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis semisirkularis lateralis
terletak di bidang yang sama (bidang horizontal). Masing-masing
dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus.
Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya
untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem
vestibular, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista
tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memanjang yang
disebut kupula, yang tidak mengandung otolit. Pergerakan endolimf
di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik
krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor
pergerakan). Utrikulus dan sakulus mengandung organ reseptor
lainnya, makula utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus
terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak, dan
makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial
sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana gelatinosa yang
mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal
tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. Reseptor ini
menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala
terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan
pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin
membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis
pergerakan kepala.
Gambar 1. Anatomi telinga dalam62.2.2Fisiologi alat keseimbangan
tubuhKeseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya bergantung pada input sensorik dari reseptor
vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan
informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,
sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Labirin
terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang
merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum
labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang
berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat
krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan
dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula.7Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan
perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel
rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas
membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel
yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah
berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.7Organ vestibuler
berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis
semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberikan
informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier
atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberikan informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem
vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh
bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual
dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada
kulit reaksinya berkeringat dingin.72.3 EtiologiHingga kini
etiologi pasti BPPV masih belum diketahui. Meskipun
penelitian-penelitian belum mengidentifikasi penyebab tunggal
gangguan BPPV, namun para peneliti dan tenaga medis sepakat bahwa
terdapat beberapa faktor predisposisi yang mendukung terjadinya
BPPV termasuk kurangnya aktivitas, alkoholisme akut, operasi mayor,
dan penyakit sistem saraf pusat (SSP). Pada orang di bawah umur 50
tahun dapat disebabkan oleh cedera kepala sedangkan pada orang
lebih tua penyebab utamanya dalah degenerasi sistem vestibuler pada
telinga tengah. Pemeriksaan neurologis lengkap sangat penting dalam
membantu menegakkan diagnosa BPPV karena kebanyakan pasien turut
mengidap penyakit telinga bagian dalam secara bersamaan,yaitu
idiopatik 39%, trauma 21%, otitis media 9%, neuritis vestibular 7%,
mnire disease 7%, otosklerosis 4%, penyakit sistem saraf pusat
(SSP) 11% dan neuroma akustik 2%. 3 2.4 EpidemiologiBenign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan jenis vertigo
vestibular perifer yang paling sering ditemui di kalangan
masyarakat umum. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat dan Eropa, didapatkan prevalensi BPPV di
Amerikaadalah sebanyak 64 kasus per 100.000 penduduk, dengan
penderita jenis kelamin wanita lebih banyak daripada pria. BPPV
cenderung ditemukan pada usia yang lebih tua, yaitudiatas 50 tahun
(5157 tahun) dan jarang diamati pada penderita berusia dibawah 35
tahun tanpa riwayat cedera kepala.3,4
2.5 Diagnosis2.5.1 AnamnesisMerupakan suatu wawancara antara
pasien dengan dokter untuk mengetahui riwayat kondisi pasien,
riwayat penyakit pasien dahulu, riwayat penyakit keluarga,
gejala-gejala yang dialami pasien. Berdasarkan kasus di atas,
anamnesis yang dilakukan secara auto-anamnesis yaitu anamnesia
dimana pasien yang menderita penyakit langsung menjawab pertanyaan
dokter. Anamnesis mencakup identitas penderita, keluhan utama dan
perjalanan penyakit. Harus ditanyakan pada anamnesis yaitu
identitas, keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu
dan perjalanan penyakit, riwayat keluarga, riwayat pribadi, riwayat
obat-obatan serta riwayat sosial. Identitas mencakup nama, usia,
alamat, pekerjaan, tempat tinggal. Keluhan utama pasien merupakan
alasan yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Adapun keluhan
utama pasien yaitu pusing berputar-putar, melayang, goyang, rasa
naik perahu selama berapa lama dalam sehari, berdenging, perlu
ditanyakan juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo seperti
perubahan posisi kepala dan tubuh atau keletihan dan ketegangan.
Timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal,
kronik, progresif atau membaik karena beberapa penyakit tertentu
mempunyai profil waktu yang karakteristik. Gangguan pendengaran
yang biasanya menyertai atau ditemukan pada lesi alat vestibuler.
Keluhan tambahan pasien seperti merasa mual, muntah, demam, sakit
kepala. Riwayat penyakit terdahulu dan perjalanan penyakit serta
penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru, diabetes melitus. Riwayat penyakit dalam
keluarga juga penting untuk ditanyakan serta riwayat penggunaan
obat ototoksik. Terdapat diorientasi atau gangguan penglihatan
hanya terjadi saat bergerak serta apakah terdapat gejala defisit
neurologis fokal seperti penglihatan ganda, gangguan menelan,
disartria, atau kelemahan motorik 1
2.5.2 Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik diarahkan ke
kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi
berbaring, duduk dan berdiri, bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.Dix-Hallpike
manoeuvre merupakan tes yang paling membantu pada pasien dengan
keluhan vertigo. Pasien duduk tegak pada kasur, kepala menoleh 45
derajat ke salah satu sisi. Pasien kembali dibaringkan dengan cepat
dengan kepala ditolehkan ke salah satu sisi dan periksa nistagmus.
Jika terjadi latensi (yaitu waktu antara dimulainya nistagmus
setelah maneuver), arah nistagmus dalam hubungannya dengan
dikebawahkannya telinga, berapa lama nistagmus berlangsung harus
dicatat. Temuan klasik dari Hallpike test terlihat pada BPPV yaitu
nistagmus setelah latensi 2-6 detik berupa campuran vertigo
rotatori dan horizontal, serta berhubungan dengan vertigo dan mual,
nistagmus berkurang setelah 30 detik. Jika maneuver memprovokasi
nistagmus murni vertikal atau torsional tanpa periode laten dan
tidak berkurang dengan ulangan maneuver maka mengarah ke vertigo
dengan penyebab sentral misalnya tumor atau perdarahan fossa
posterior.1Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Kepala
pasien diangkat kebelakang (menengadah) sebanyak 60 derajat.
Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi
vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh
aliran konveksi yang diakibatkan oleh endolimf. Tabung suntik
berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi dengan karet
dengan ukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30 derajat. Air
disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 ml per detik.
Dengan demikian gendang telinga tersiram air kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga
yang dialiri ( karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu
badan). Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya
3-5 kali per detik) dan lamanya nistagmus berlangsung. Lamanya
nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita, namun biasanya
berlangsung antara - 2 menit. Setelah istirahat selama 5 menit,
telinga kedua di tes. Hal yang penting diperhatikan ialah
membandingkan lamanya nistagmus pada ke dua sisi, yang pada keadaan
normal ialah hamper serupa. Pada sekitar 5% orang yang normal
stimulasi minimal tidak akan mencetuskan nistagmus.1Rombergs sign.
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat
berjalan. walaupun Rombergs sign konsisten dengan masalah
vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat digunakan dalam
mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitif untuk
gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang
lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo)
misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau
cerebrovascular event .Unterberger's stepping test. Pasien disuruh
untuk berjalan ditempat dengan mata tertutup jika pasien berputar
ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi
tersebut. Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak
lebih dari 1 meter atau badan terputar lebih dari 30 derajat.Tes
garpu tala digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes rinne, weber dan schwabach. Pada tuli
konduktif tes rinne negatif. Weber lateralisasi ke sisi yang tuli
dan schwabach memendek. Pemeriksaan audiometri, saraf-saraf otak
juga fungsi sensorik maupun motorik juga perlu jika curiga kearah
diagnosis yang lebih berat.2.5.3 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, gula darah, fungsi
thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen
pasien. Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan vertigo yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada
faktor resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral yang progresif.
MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak,
cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks nervus
VIII.Pemeriksaan elektronistagmografi. Pada tes kalori, yang
dilakukan untuk mengevaluasi fungsi vestibular, pemeriksa harus
mengobservasi gerak bola mata penderita. Gerakan dan arah nistagmus
serta lamanya nistagmus berlangsung diamati. Karena pengamatan
dilakukan oleh pemeriksa, kesalahan yang manusiawi dapat terjadi.
Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan ini dikembangkan pemeriksaan
elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan
stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta cepatnya
nistagmus yang timbul dapat dicatat pada kertas, menggunakan teknik
yang mirip dengan elektrokardiografi.1Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Teknik ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk menciptakan gambaran cross-sectional kepala dan tubuh
penderita. MRI dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa neuroma
akustik - sebuah tumor otak jinak dari persarafan yang menghantar
suara dan informasi keseimbangan dari telinga bagian dalam ke otak
- atau lesi lain yang dapat menjadi penyebab vertigo.8,92.5.4
Diagnosis kerjaJenis vertigo yang paling sering ditemukan di
kalangan masyarakat umum adalah Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV), dimana vertigo terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 1 menit (5-10 detik). Berdasarkan
penelitian, dari keseluruhan jumlah pasien yang datang dengan
keluhan pusing berputar / vertigo, sebanyak 20% dari mereka
menderita BPPV. Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika
penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau
menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo
ini.1,3Perubahan posisi kepala biasanya membelokkan kepala di atas
bantal sebelum bangun pagi hari, atau menengadah untuk mencapai rak
tinggi sering memicu episode kekacauan ini. BPPV biasanya
berkembang ketika partikel kalsium yang biasanya terlekat pada satu
bagian telinga dalam (utrikulus dan sakkulus) tergusur dan pindah
ke bagian telinga dalam lain (kanal semisirkularis posterior).
Ketidakseimbangan ini yang diyakini telah menghasilkan episode
singkat vertigo.3,4 Vertigo jenis ini bisa menimbulkan gejala yang
berat, tetapi biasanya tidak berbahaya dan hilang sendiri. BPPV
bisa disertai oleh gejala mual, muntah, dan nystagmus khusus
(gerakan mata yang cepat pada satu arah bergantian dengan gerakan
menurun yang lebih lambat hingga ke posisi semula). Episode vertigo
dimulai sesudah 5 sampai 10 detik setelah perubahan posisi kepala
dan bertahan kurang dari semenit. Episode biasanya reda dengan
sendirinya dalam beberapa minggu. Kadang-kadang, mereka menetap
selama berbulan-bulan dan bisa menyebabkan dehidrasi karena mual
dan muntah. BPPV khususnya dapat dibedakan dari Menire disease
karena biasanya pada BPPV tidak terjadi kehilangan pendengaran atau
telinga berdenging (tinnitus).1,2,Diagnosis BPPV dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan THT, uji posisi
dan uji kalori. Pada anamnesis, penderita BPPV sering mengeluhkan
kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan
kondisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan
posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti. Pada uji kalori, gerakan mata
yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian
dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Nistagmus
adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke
bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala
penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke
dalam telinga.5Uji posisi dapat membantu membedakan lesi perifer
atau sentral sekaligus mendiagnosa BPPV, yang paling baik dan mudah
adalah dengan melakukan manuver Dix-Hallpike: penderita duduk
tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu
menggerakkan kepala pasien dengan cepat ke kanan, kiri dan kembali
ke tengah. Pada lesi perifer, dalam hal ini positif BPPV, akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala3,4Mata berputar dan
bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda setelah 5-20
detik. Disertai vertigo berat, mula gejala didahului periode laten
selama beberapa detik (3-10 detik). Pada uji ulangan akan berkurang
sampai menghilang (fatigue), tetapi juga berguna sebagai cara
diagnosis yang tepat.Berbeda dengan lesi sentral, periode laten
tidak ditemukan, vertigo dan nistagmus berlangsung lebih dari 1
menit, dan bila diulang gejala tetap ada (non fatigue).82.5.5
PatofisiologiMekanisme pasti terjadinya BPPV masih samar. Tapi
penyebabnya sudah diketahui pasti yaitu debris yang terdapat pada
kanalis semisirkularis biasanya pada kanalis posterior. Debris
berupa kristal kalsium karbonat itu dalam keadaan normal tidak ada.
Diduga debris itu menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan
defleksi kupula sehingga timbul gejala vertigo.1,2Untuk memahami
patofisiologi terjadinya BPPV, dibutuhkan pemahaman tentang anatomi
dan fisiologi normal dari kanalis semisirkularis. Setiap telinga
bagian dalam mengandungi 3 kanalis semisirkularis. Masing-masing
kanal terdiri dari krura yang ujungnya melebar (ampulla) yang
terletak berdekatan dengan krista ampullaris (reseptor saraf).
Krista ampullaris memiliki kupula, yang mendeteksi aliran cairan
dalam kanalis semisirkularis. Jika seseorang tiba-tiba menoleh ke
kanan, cairan dalam kanal horizontal kanan akan tertinggal,
menyebabkan kupula terdeviasi ke kiri (ke arah ampulla, atau
ampullopetal). Deviasi ini berikutnya akan diterjemahkan menjadi
sinyal saraf yang menegaskan bahwa posisi kepala sedang berputar ke
kanan. Ketidakcocokan informasi sensorik antara gerakan kepala dan
deviasi cupula inilah yang menghasilkan sensasi vertigo.3,4Teori
Cupulolithiasis. Pada tahun 1962, Harold Schuknecht, MD,
mengusulkan teori cupulolithiasis sebagai penjelasan untuk BPPV.
Melalui pemeriksaan photomicrograph, beliau menemukan partikel
basofilik atau densitas yang adheren terhadap cupula tersebut.
Beliau menduga bahwa kanal semisirkularis posterior akan lebih
sensitif terhadap gravitasi dikarenakan partikel padat yang melekat
pada kupula tersebut. Teori ini dianalogkan dengan situasi benda
berat yang melekat pada puncak tiang, di mana berat ekstra akan
membuat tiang tidak stabil dan sulit mempertahankan posisi netral.
Bahkan, tiang cenderung terlempar dari satu sisi ke sisi lainnya
tergantung pada arah itu dimiringkan. Setelah posisi tersebut
tercapai, berat partikel tersebut akan mempertahankan posisi kupula
kembali ke netral. Hal ini tercermin dari nistagmus persisten dan
menjelaskan sensasi pusing ketika pasien melentur ke belakang.Teori
Canalithiasis. Pada tahun 1980, Epley memperkenalkan teori-teorinya
tentang canalithiasis. Beliau berpikir bahwa gejala BPPV jauh lebih
konsisten dengan partikel bebas-bergerak (canaliths) di kanalis
semisirkularis posterior daripada partikel melekat pada kupula
tersebut. Sementara kepala ditegakkan, partikel di kanalis
semisirkularis posterior berada pada posisi yang
tergantunggravitasi. Ketika kepala melentur ke belakang (supinasi),
partikel berputar sampai sekitar 90 sepanjang arkus kanalis
semisirkularis posterior. Setelah lag sesaat (inersia), gravitasi
akan menarik partikel menuruni arkus. Hal ini menyebabkan aliran
endolimfe untuk menjauh dari ampula dan menyebabkan kupula
terdefleksi. Defleksi kupula menghasilkan nistagmus. Teori
canalithiasis dibuktikan lebih lanjut oleh Parnes dan McClure pada
tahun 1991 dengan penemuan partikel bebas-bergerak dalam kanalis
semisirkularis posterior setelah dilakukan pembedahan.3,4,72.5.6
Diagnosis bandingMnires disease. Mnires disease ditandai dengan
vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan pendengaran.
Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli
sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh
pada telinga. Mnires disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus
vertigo otologik. Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi
endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin
bersamaan dengan kanalis semisirkularis telinga dalam dengan
peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau
sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan
metabolik.2,3
Vestibular Neuritis. Vestibular neuritis ditandai dengan
vertigo, mual, muntah, ataxia, dan nistagmus horizontal dengan
komponen torsional. Vertigo berat dan mendadak terutama saat
digerakkan tanpa adanya penurunan pendengaran serta defisit
neurologis maupun nyeri kepala. Hal ini berhubungan dengan infeksi
virus pada nervus vestibularis, oklusi pembuluh darah, dan
perubahan degeneratif saraf. Gangguan akut pada masukan neuronal
aferen di salah satu aparatus vestibuler sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan. Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang
sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya
terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik. 2,3
Vertigo Sentral. Gangguan di batang otak atau di serebelum
biasanya merupakan penyebab vertigo jenis sentral. Untuk menentukan
apakah gangguan berada di batang otak, kita selidiki apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak,
misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik. Banyak penderita yang mengeluhkan rasa lemah. Gangguan
atau disfungsi serebelum kadang-kadang sulit ditentukan. Misalnya
stroke serebelar gejalanya dapat menyerupai gangguan vestibular
perifer. Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti
gangguan koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai
kesulitan untuk melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya
secara berturut-turut (disdiadokokinesia). Percobaan tunjuk hidung
dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Penderta
vertigo jenis perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
secara normal.2.5.7 PenatalaksanaanPilihan pengobatan untuk
penatalaksanaan BPPV adalah observasi, medikasi vestibulosuppresan,
reposisi canalith, dan pembedahan.1,3 Observasi: Sejak BPPV adalah
jinak dan gejalanya dapat berkurang dan menghilang tanpa pengobatan
dalam beberapa minggu ke bulan, ada beberapa argumentasi mengatakan
bahwa penatalaksanaan BPPV cukup dengan observasi sederhana.
Medikasi vestibulosuppresan: Pengobatan ini biasanya tidak
mengatasi vertigo tersebut secara tuntas, malah cenderung dihindari
karena penggunaan obat vestibulosuppresan yang berkepanjangan
hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi
susunan saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yang
sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa berupa
kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan.Reposisi Canalith:
Sejak rasio manfaat-resikonya sangat tinggi setelah dilakukan
penelitan, reposisi canalith tampaknya menjadi pilihan pertama di
antara semua modalitas pengobatan yang tersedia.Reposisi partikel
diwakili oleh dua manuver utama yang dikembangkan secara bersamaan
di Amerika Serikat dan Perancis. Kedua metode ini merupakan manuver
Epley dan Brand-daroff. Manuver Epley merupakan pengobatan
sederhana untuk vertigo. Beberapa orang mengalami vertigo kalau
mereka mengubah posisi kepala mereka secara cepat, seperti
menggulingkan kepala mereka di atas bantal, memandang ke bawah
untuk mengikat sepatu mereka, atau menoleh ke atas untuk menggapai
barang di atas rak tinggi. Vertigo ini biasanya karena BPPV.
Terjadi kalau partikel kalsium sangat kecil lepas dari lokasi biasa
mereka untuk membentuk kotoran, biasanya di kanal semisrkular
posterior (salah satu kanal di telinga dalam). Gangguan sering bisa
dilenyapkan dengan mempergunakan manuver Epley untuk mengeluarkan
partikel dari kanal dan mengembalikan ke mana mereka berasal. Pada
manuver ini, badan dan kepala orang digerakkan ke dalam posisi
berbeda, beriringan. Masing-masing posisi ditahan selama sekitar 30
detik untuk membolehkan partikel pindah oleh gravitasi ke bagian
kanal lain. Untuk memeriksa jika manuver berjalan, orang
memindahkan kepala ke arah dimana dulunya menyebabkan vertigo. Jika
vertigo tidak terjadi, manuver berjalan baik. Tetap dalam posisi
semi-tegak selama 24 jam setelah manuver Epley, dulunya dianjurkan,
tidak lagi perlu dipertimbangkan.Terlebih dulu, dengan orang duduk,
kepala dibalik sekitar 45 ke sebelah kanan atau kiri, tergantung
pada sisi pemicu vertigo. Orang kemudian berbaring dengan kepala
bergantung di balik pinggir meja periksa (atau tempat tidur).
Kotoran memicu sinyal dibesar-besarkan ke otak, menghasilkan
vertigo.Kepala dibelokkan lebih jauh ke sebelah kiri, agar telinga
sejajar dengan lantai.Akhirnya, kepala dan badan dibalik semakin
banyak, sampai hidung menunjuk ke lantai dengan bulu burung. Orang
kemudian duduk tegak tetapi menjaga kepala agar tetap dibelokkan
sejauh mungkin. Satu kali orang lurus, kepala bisa menghadap ke
depan.
Gambar 2. Manuver Epley4Manuver Epley ini bertujuan untuk
mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior ke
vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat mencapai
100% bila dilatih secara berkesinambungan. Bahkan, uji Dix-Hallpike
yang semula positif menjadi negatif. Angka rekurensi ditemukan 15%
dalam 1 tahun. Setelah melakukan manuver Epley, pasien disarankan
untuk tetap tegak lurus selama 24 jam untuk mencegah kemungkinan
debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila pasien
tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa, operasi
dapat dipertimbangkan.Brandt-daroff manuver. Pasien duduk tegak di
tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung; lalu tutup kedua mata
dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan selama
30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan
tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik,
kemudian duduk tegak kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima
kali berturut-turut) pada pagi hari dan petang hari sampai tidak
timbul vertigo lagi.
Gambar 3. Brandt-daroff manuver8Terapi Bedah. Posterior canal
plugging jika terapi-terapi diatas gagal untuk mengontrol gejala
dari BPPV,diagnosis sudah sangat pasti dan sudah berlangsung lebih
dari pada 1 tahun maka suatu tindakan posterior canal plugging
dapat dianjurkan namun tindakan ini mempunyai resiko untuk
berkurangnya pendengaran. Tindakan ini berfungsi untuk memblok
seluruh fungsi canal posterior tanpa menggangu kerja kanal yang
lain. Tindakan ini sangat efektif untuk pasien yang gagal dengan
terapi-terapi yang lain sekitar 90% dari pasien yang gagal dengan
terapi lain berhasil dengan terapi ini. 5
2.5.8 PrognosisPrognosis setelah dilakukan CRP (canalith
repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi
spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi.
Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.7
BAB IIIPenutupVertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa
gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran
yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar (vertigo
objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif). Vertigo
berasal dari bahasa latin "vertere"= memutar.Jenis vertigo yang
paling sering ditemukan di kalangan masyarakat umum adalah Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), dimana vertigo terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit (5-10 detik).
Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita
berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke
belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo ini.Diagnosis
BPPV dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, uji
posisi dan uji kalori. Pada anamnesis, pasien biasanya mengeluhkan
kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dalam
aktivitas tertentu seperti berbaring, bangun, berguling di atas
tempat tidur atau menoleh ke belakang. Secara klinis vertigo
terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta
akhirnya berhenti secara spontan kurang dari 1 menit. Uji posisi
dapat membantu menegakkan diagnosa BPPV, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Dix-Hallpike.Pilihan pengobatan untuk
penatalaksanaan BPPV adalah melalui observasi, medikasi
vestibulosuppresan, reposisi canalith, dan pembedahan. Reposisi
canalith menjadi pilihan utama di antara semua modalitas pengobatan
yang tersedia lewat manuver Epley atau brandt-daroff yang bertujuan
untuk mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior ke
vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dan
brandt-daroff dapat mencapai 100% bila dilatih secara
berkesinambungan.Prognosis bagi penderita gangguan BPPV biasanya
baik setelah menjalani prosedur reposisi canalith di atas. Remisi
spontan dapat timbul dalam jangka waktu 6 minggu, walaupun tidak
pernah terjadi remisi pada sesetengah kasus. Setelah ditatalaksana
dengan manuver reposisi canalith, angka rekurensi berkisar 10-25%
dalam 1 tahun.
Daftar Pustaka
1. Dewanto G, Wita J, Suwono, Riyanto B. Panduan praktis
diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC;
2009.h.111-5.2. Ropper AH, Brown RH. Deafness, dizziness and
disorders of equilibrium: benign positional vertigo. Adams &
victors principles of neurology. 8th ed. New York: McGraw-Hill
Medical Publishing Division; 2005.p.261-2. 3. Simon RP, Greenberg
DA, Aminoff MJ. Disorders of equilibrium: benign positional
vertigo. Clinical neurology. 7th ed. New York: Lange Medical
Books/McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2009.p.107-9. 4. Li
JC, Epley J. Vertigo & dizziness: benign paroxysmal positional
vertigo. [online] Updated: Mar 18, 2010 [cited 2013 Dec 14]
Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/884261-print.5. Sura, DJ,
Newell, S. 2010. Vertigo- diagnosis and management in primary care.
New York: BJMP ;2010.p.351.6. Gambar 1 diunduh dari www.google.com
pada tanggal 12 April 2015.7. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin
J, et al. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
& leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7th ed. Jakarta; 2012. h.80-1.8. Bloom JC, David RB. Vertigo and
other forms of dizziness: benign paroxysmal positioning vertigo.
Clinical adult neurology. 3rd ed. New York: Demos Medical;
2009.p.104-7.9. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo.
Vestibular Disorders Association (VEDA). [online] Updated: Feb ,
2003 [cited 2013 Dec 14] Available
from:http://www.tchain.com/otoneurology/disorders/bppv/bppv.html.
20