Top Banner

of 41

Krim Asam Salisilat

Oct 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SEMISOLIDAKRIM ASAM SALISILAT

Disusun oleh :

Awalia Annisafira(112210101065)Fatimah A. Maulidiyah(112210101067)Dewi nima(112210101069)Elly Febri(112210101071)Arif Rahman(112210101073)Defitri Trimardani (112210101075)

LABORATORIUM FARMASETIKABAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS JEMBER2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 TUJUANMembuat dan mengevaluasi sediaan krim asam salisilat

1.2 DASAR TEORI KulitKulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki banyak fungsi penting, diantaranya adalah fungsi proteksi, temoregulasi, responslimun, sintesis senyawa biokimia, dan peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengoreksi berbagai kelainan fungsi tersebut dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau menggunakan radiasi ultraviolet.Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan permulaan tertentu pada kulit yang bertujuan untuk mengobati penyakit kulit atau penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit, namun keberhasilannya bergantung pada pemahaman kita mengenai fungsi sawar kulit. Keuntungan utamanya adalah dapat memintas jalur metabolisme obat pertama first pass metabolism di hati. Terapi topikal dapat juga menghadapi resiko ketidaknyamaman seperti pada terapi yang diberikan secara intravena, serta berbagai hal yang mempengaruhi penyerapan obat pada terapi, peroral, misalnya perubahan pH, aktivitas enzim, dan pengosongan lambung. Keuntungan lain yaitu, karena penyerapan sistem pada terapi topika dapat diabaikan maka efek samping maupun interaksi obat pada terapi topikal yang terjadi.Meskipun demikian, pengobatan topikal juga memiliki berbagai kelemahan misalnya : 1) dapat menimbulkan iritasi dan alergi (dermatit kontak), 2) permeabilitas berbagai obat melalui kulit relatif rendah, sehingga tidak semua obat dapat diberikan secara topikal, dan 3) terjadinya denaturasi obat oleh enzim pada kulit.Kulit terdiri atas lapisan epidermis dan dermis kulit terutama epidermis, berperan penting dalam penyerapan obat melalui kulit. Epidermis tersusun oleh keratinosit, melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Keratinosit, merupakan sel yang memiliki kemampuan perproliferasi dan mengandung keratin yang diperlukan sebagai penunjang struktur internal epidermis. Tiap lapisan pada epidermis mengekspresikan keratin yang berbeda. Keratinosit yang matang dan mengalami diDiferensisai ini adalah terbentuknya statum corneum.Pembentukan stratum corneum merupakan fungsi yang sangat penting dan epidermis. Startum corneum, atau juga sering disebut sebagai lapisan tanduk, mencegah terjadinya hilangnya air, dan mencegah penyarepan zat/agen infeksi yang berbahaya bagi tubuh. Strukturnya dapat disamakan dengan susunan batu bata dan semen, dengan korneosit tersusun dibagian atas epidermis dan mengandung protein.Dermis memiliki lapisan yang berfungsi menyongkong epidermis. Ketebalan 2-3 mm. Pada lapisan tersebut terdapat pembuluh darah, saraf, dan struktur lain, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebum yang berperan penting dalam proses penyerapan melalui kulit.

Stratum CorneumStratum corneum merupakan lapisan kulit terluar yang salah satu fungsinya adalah mempertahankan keseimbangan air dari dalam kulit agar kulit tidak menjadi kering. Lapisan ini terutama terdiri dari sel-sel mati yang tidak memiliki inti. Sel-sel mati ini terus-menerus diganti oleh sel-sel baru dari stratum germinativum. Setiap harinya sel-sel di lapisan ini terkikis dan mati. Sel-sel di lapisan ini mudah rontok ketika diraba sehingga seting ditemukan mengelupas.Bila tidak ada stratum korneum maka akan sangat banyak kehilangan air krluar tubuh, sehingga akan cepat mengalami dehidrasi. Stratum corneum dengan sel-sel yang saling tumpang tindih dan lemak interselulernya, menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh. Bila stratum corneum dihilangkan dengan mengelupasnya menggunakan plester, maka air yang hilang akan meningkat 10 kali lipatnya atau lebih.Stratum corneum juga merupakan sawar (rintangan) yang sangat efektif terhadap penetrasi dari luar. Namun demikian, kemampuannya sebagai sawar akan berkurang bila kadar airnya dinaikkan atau bila lemak yang dikandungnya dikurangi menggunakan pelarut lemak. Keutuhan struktur stratum corneum juga melindungi terhadap adanya infasi mikroorganisme.

Sediaan TopikalBahan aktif yang telah terlepas dari vetikulumnya akan berinteraksi dengan permukaan kulit/stratum corneum. Bahan aktif yang telah berinterkasi dengan stratum korneum akan segera berdifusi kedalamstratum korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan karena adanya gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan aktif terutama berlangsung melalui folikel rambut (jalur transfolikulor). Setelah tercapai kesetimbangan (steady state), difusi melalui stratum korneum menjadi lebih dominan. (Asmara, 2012)Secara ideal, dalam pembuatan suatu sediaan topikal, verikulum yang dipilih harus mudah dalam aplikasinya, tidak menimbulkan iritasi, non toksik, non alergik, stabil secara kimia, homogen, bersifat inert, dan secara kosmetik dapat diterima penggunaannya. Di sisi lain verikulum yang dipilih juga memungkinkan bahan aktif tetap stabil dan mudah dilepaskan dalam kulit setelah diaplikasikan. Pemilihan verikulum yang tepat dapat meningkatkan bioavaibilitas obat aktif yang terkandung di dalamnya, sehingga perannya tidak dapat diabaikan dan hampir sama penting dengan zat atau obat aktif yang dibawanya. (Asmara 2012)Beberapa parameter harus dipertimbangkan dalam pembuatan sediaan obat topikal, antara lain fungsi dari tiap materi yang akan digunakan, jumlahmateri yang digunakan dan aspek fisiko-kimia dari zat aktif. (Asmara 2012)1. Fungsi dari tiap bahan yang digunakan.Pengetahuan mengenai materi yang akan digunakan harus dimiliki oleh seorang formulator/pembuat obat, termasuk dalam pembuatan obat topikal. Pengetahuan tersebut mencangkup fungsi tiap materi dalam sebuah formulasi/sediaan, misalnya fungsi sebagai verikulum , bahan pengemulsi. Penetration enhacer, bahan pembentuk gel, dan berbgai fungsi lainya.2. Jumlah materi yang akan digunakanDalam suatu verikulum multifase, misalnya krim. Jumlah tiap materi yang digunakan harus diperhitungkan dengan tepat. Hal tersebut berkaitan dengan stabilitas sediaan yang dibuat suatu verikulum multifase, tersusun oleh materi hidrofilik dan lipofilik. Untuk menyatukan dua zat yang berbeda, afinitasnya terhadap aair dan minyak tersebut. Diperlukan bahan pengemulsi. Jumlah materi yang digunakan, baik materi hidrofilik maupun lipofilik akan memnentukan jumlah dan jenis bahan pengemulsi yang dibutuhkan.3. Sifat fisikokimia zat aktif dan verikulumSifat fisikokimia zat aktif maupun verikulum menentukan nilai koefisien partisi zat aktif antara verikulum dan stratum corneum dan pada akhirnya menentukan kemampuan zat aktif berdifusi ke dalam kulit. Tingkat kelarutan yang terlalu tinggi dan zat aktif dalam verikulum sebaiknya dihindari, karena akan mencegah partisi bahan aktif ke permukaan stratum korneum setelah diplikasikan.

KrimKrim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini dalam tradisioanal telah digunakan untuk sediaan setangah padat yang meliliki konsistensi produk yang terdiri dari imulsi minyak dalam air atau dispersi mikro kristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika atau estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina. (Dep. Kes. 1999)Krim oil in water mengandung lebih dari 31% formulasi ini bentuk yang lebih sering dipilh dalam dermatoterapi. Selain itu dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang berminyak, dan relatif mudah dibersihkan bila mengnai pakaian. Fase minyak dalam sediaan ini juga menyebabkan rasa lembut saat diaplikasikan. Sediaan kri dalam kandungan lemak yang rendah memiliki penetrasi lebih baik dibanding dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi. (Asmara 2012)Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan oleh penambahna salah satu fase secaraberlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. (Dep. Kes. 1979) Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol, stearialkohol, metanolamit, stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikul, dan sabun. Bahan pengawet umumnya menggunakan metil paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%. Krim harus disampan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk, dan pada etiket juga harus tertentu Obat Luar.(Dep. Kes. 1979)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERSYARATAN MUTUSediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat dari Depkes RI. Persyaratan tersebut antara lain:a. Aman Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun psikologis. Dengan dosis tertentu dapat menimalisir efek samping sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan suatu senyawa kimia yang mempunyai karakteristik fisika, kimia yang berhubungan dengan efek frmakologis, perubahan sedikit saja pada karakteristik tersebut dapat menyebabkan perubahan farmakodinamika suatu senyawa (USP XIII,p.34). Sediaan dalam taraf aman bila kadar bahan aktif dalam batas yang telah ditetapkan. Pada sediaan yang kami buat, diusahakan pHnya masuk rentang pH kulit (4,5-5,5).b. Efektif Efktif dapat diartikan sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efektif yang optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai, sehari dan selama pengobatan (1 kurun waktu) harus mampu untuk mencapai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan krim dikatakan memiliki efikasi yang baik jika dalam jumlah kecil dapat mereduksi bakteri p.acnes yang dapat menyebabkan jerawat dikulit, sehingga jerawat dapat berkurang.c. Stabil Stabil Fisika:Sifat fisika seperti organoleptis,keseragaman, kelarutan dan viskositas tidak berubah (USP XXII : p.1703) Stabil kimiaSecara kimia innert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan Bentuk sediaan (USP XXII:1703) Stabil MikrobiologiTidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. Selain itu sediaan tidak terkontaminasi oleh bakteri Straphylococcus aureus dan P.aruginosa. Jika mengandung preservatif harus tetap efektif selama waktu edar. Stabil ToksikologiPada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas (USP XXII, p.1703). Stabil FarmakologiSelama penyimpanan dan pemakaian efek terapeutiknya harus tetap sama ( USP XII, p.1703).

2.2 PENGGUNAAN KLINIS ASAM SALISILAT TOPIKALAsam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi topikal. Beberapa penyakit kulit yang dapat diterapi dengan asam salisilat, diantaranya sebagai berikut : Psoriasis Dermatitis sebaroik dan Pseriasis pada Skalp Iktiosis Hiperkeratosis lokalisata dan kalus Veruka Moluska kotagiosum Dermatomikosis superfisialis Acne vulgaris Photoaging

2.3 EVALUASI PRODUK REFEREN1. Salex CreamKomposisi : mengandung 6% asam salisilatIndikasi : Dermatologi : membantu menghilangkan keratin yang berlebih pada hyperkeratosis. Verrucac dan berbagai resithyoses,keratosis palmaris dan plantaris, keratosis pilaris, pityrasisrubrapillaris dan psoriasis (pada tubuh,kulit kepala,telapak tangan dan telapak kaki).Pediatric : membantu mengurangi keratin yang berlebih pada lesi hyperkeratosis dorsal dan plantar, sebagai terapi tambahan untuk verroccplantores.Dosis : Gunakan pada malam hari pada kulit yang sakit setelah dibersihkan, cuci sisa obat pada pagi hari.Kontra Indikasi : salicylism pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal. Mual, muntah, pusing, kehilangan pendengaran, rinnitus,lesu,hiperpnea,diare,dan gangguan psikis.2. Keralyt Salicylic Acid 12% creamKomposisi : mengandung 12% asam salisilatIndikasi : mengobati psoriasis, jerawat, kulit jagung, dan kulit kering bersisik. Meningkatkan kelmbaban tubuh, membantu menghilangkan sel-sel kulit mati.Dosis : Oleskan tipispada bagian yang sakit.Efek samping : iritasi kulit, mengelupas. Rasa terbakar dan kemerahan.3. SA 6% cream Komposisi : mengandung 6% asam salisilatIndikasi : Dermatologi : mengurangi keratin pada hyperkeratosis, verrucae danich thyoses, keratosis palmaris dan plantaris, keratosis pilaris, pityrasis rubrapilaris, dan psoriasis (pada tubuh,kulit kepala,telapak tangan dan telapak kaki)Dosis : gunakan pada malam hari pada kulit yang sakit setelah dibersihkan. Cuci sisa oabat pad pagi hariKontra Indikasi : pasien hypersensitif asam salisilat, anak dibawah 2 tahun.Efek samping : salicylism pada pasien dengan gngguan hari dan ginjal. Mual, muntah, pusing, kehilangan pendengaran, rinnitus, lesu, hyperpnea, diare dan gangguan psikis. Sindrom reye pada anak-anak dan remaja varisela atau infuenza.4. Salep 2-4Komposisi : asam salisat 2 % Sulfur 4%Indikasi : scabies (kudis), eksim, pedikulosis,jerawat,jamurEfek Samping : 3-4 kali sehari Diolekan sedikit pada area sakit5. Verril Agne Gel 10 gramKomposisi : Asam salisilat 0.5% Asam borat 1% Recorcind 2% Allantoin 0,1% Triktorin 0,1% Alkohol 25%Indikasi : jerawat Efek samping : Iritasi KulitDosis : 2-3 kali sehari6. Pagoda SalepKomposisi : Asam salisilat 12% Sulfur 10% Asam Benzoat 5% Camfer 3% Mentol 10%Indikasi : untuk mengobati penyakit kulit seperti gatal-gatal ditelapak tangan dan kaki, selangkangan paha, kutu air, panu dan kudis.7. Salep 88Komposisi : Asam salisilat 60 mg Asam benzoat 65 mg Sulfur 60mg Campora 30mg Mentol 25mg Vaselin albun ad 1000mgIndikasi : untuk mengobati penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap dan kutu airAturan pakai : oleskan 3xsehari secukupnya pada bagian yang luka dan gatal.

2.4 STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIFNoBahan AktifEfek UtamaEfek SampingKarakteristik FisikKarakteristik KimiaSifat Lain

1Asam SalisilatKeratolitikum, analgesik antipiretik (sangat rendah)Iritasi lambung Penampakan tidak berwarna, menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit titik didih 1970C kerapatan 4.2 tekanan uap 11 mmHg pada 330C daya ledak 1.146 g/cm3 titik nyala 760C Rumus molekul C7H6O3 Massa molar 138.12 Densitas 1.44 g/cm3 Tkelarutan dalam kloroform, etanol, methanol, kloroform 0.19M, etnol 1.84M, methanol 2.65M

Panas jika dihirup, ditelan dan terjadi kontak dengan kulit Meniritasi kulit, saluran pernafasan dan kulit

2Metil SalisilatAnalgesik Reaksi hipersensitif seperti sakit atau gatal dan muntah Sukar larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam asetat nglasial Merupakan cairan tidak berwarna Titik didih 219-2240C Mempunyai bau khas, rasa manis dan pedas Indeks bias 1.535 sampai 1.538 Rumus molekul C8H8O3 BM: 152.1494 Kapadatan : 1.174 g/cm3

Metal salisilat di dapat dari esterifikasi asam salisilat

3Natrium SalisilatAnalgesic, antipiretik, anti inflamasiHepatotoksik, bersifat iritatif terhadap lambung, pendarahan hingga perforasi serta menghambat aktifitas trombosit Kepadatan 1.40 g/cm3 Titik lebur 1400C Kelarutan dalam air 600 gram/L (200 C) Rumus molekul: C7H5NaO3 BM: 160.11Penggunaan untuk anak-anak sebaiknya dihindari sebab ditemukan adanya hubungan penggunaan Natrium salisilat pada anak-anak dengan sindrom Reyes, yaitu suatu gangguan kesehatan yang jarang terjadi namun bersifat fatal.

2.5 PEMILIHAN BENTUK SEDIAANa. Target organ yang dituju adalah:Permukaan kulit, lapisan epidermis, yaitu statrum corneumb. Tujuan terapi: Lokal c. Kemungkinan rute penetrasi yang mungkin dilalui oleh bahan aktif adalah:Untuk anti fungi dan anti bakteri tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum corneum dengan mekanisme keratolitikum yaitu menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang telah mati.d. Bentuk sediaan yang dipilih adalah: cream o/wAlasan: Dipilih sediaan cream karena tujuan terapi dari bahan aktif adalah lokal, dan organ yang dituju adalah permukaan kulit dengan mekanisme keratolitik sehingga dipilih sediaan topikal. Mekanisme kerja asam salisilat adalah keratolitik (mengeringkan) dengan cara menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang telah mati, sehingga dihindari cream yang memberikan efek emolient yang melembabkan, oleh karena itu dipilih sediaan cream dengan basis oil in water. Dipilih sediaan cream karena banyak dokter dan pasien lebih suka pada krim daripada salep, untuk satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal krim dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan salep.

2.6 KARAKTERISTIK BAHAN Zat AktifAsam salisilat

Pemerian: hablur putih, biassanya berbentuk jarum halus atau hablur halus putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. (FI IV : 51). Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99.5% C7H6O3 (FI III, 56). Kelarutan: 1 bagian asam salisilat larut dalam: 460 bagian air, 15 bagian air panas, 3 bagian alcohol, 45 bagian kloroform, 3 bagian eter, 135 benzena (Martindale). Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (FI IV : 51). Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P (FI III, 56). Suhu lebur antara 158.5 dan 161 (FI III, 56). Penggunaan: asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical eratolitik, pengobatan hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti acne. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234). Khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi (FI III, 56). Efek samping: dermatitis, iritasi kulit (jangka panjang), kematian (pemakaian berlebihan pada anak-anak). Tidak boleh diberikan jangka panjang, konsentrasi tinggi, di sebagian besar permukaan tubuh. Hindari kontak dengan mata, mulut, membran mukosa lainnya. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234) Konsentrasi: 2 6% (Martindale I, 1072) Penetapan kadar timbang seksama 3 g, larutkan dalam 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL air. Titrasi dengan natrium hidroksida 0.5 N menggunakan indikator larutan merah fenol P Penyimpanan dalam wadah tetutup baik (FI III, 56). Bahan TambahanAcidi steariniciC18H36O2 Pemerian: kristal padat, putih atau kekuningan, atau serbuk putih kekuningan (FI III, halaman 57). Kelarutan: praktis tidak laut dalam air, 1 bagian larut dalam : 20 bagian alkohol; 2 bagian cloroform; 3 bagian eter (FI III,halaman 57) Stabilitas: stabil, dapat ditambahkan antioksidan (Pharmaceutical Excipients), disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam wadah kering dan sejuk (FI III,halaman 57). Inkompatibilitas: Asam Stearat tidak cocok dengan hidroksida metal dan tidak cocok dengan agen pengoksida. Stearat tidak larut dengan formula yang mengandung banyak metal, basis salep dengan asam stearat akan mengering dan bergumpal dalam kaitan dengan reaksi dengan komponen zinc dan calcium salts (Pharmaceutical Excipients). Titik lebur: 57 60C (BP), 56 72 C (JP), >54C (Handbook of exipient) Densitas: 0,537 g/cm3 (bulk), 0,571 g/cm3 (tapped), 0,98 g/cm3 (true) (Pharmaceutical Excipients) Konsentrasi: 1 20% (Pharmaceutical Excipients) Kegunaan: Emulgator, pelarut, surfaktan nonionik atau anionik (Pharmaceutical Excipients)Cetyl AlkoholFungsi : Emolient dan emulsifying agentPemerian: Bentuk seperti lilin, serpihan putih, granul, tidak memiliki bau yang kuatTitik didih: 316 C-344 C (Excipients: 155)Konsentrasi: 2-5%Titik lebur: 45-52 CKelarutan: Larut dalam etanol, tidak larut dalam airInkompatibilitas: Inkompatibilitas dengan agen oksidasi yang kuatMethyl Paraben (Excipient, 310)Sinonim : Methyl Paraben, metil hidroksi benzoat, metil parahidroksi benzoat, asam 4-hidroksi benzoat metil ester, metil p-hidroksi, benzoat, nipagin, Uniphen P-23Nama kimia : Methyl-4-hydroxybenzoatRumus Struktur :

Rumus Empiris: C8H8O3BM : 152.15 Fungsi : antimikrobial preservative Pemerian: metil paraben, kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan mempunyai sedikit rasa terbakar (panas).Digunakan sebagai pengawet sediaan topikal (0,02%-0,3%)Aplikasi: Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, makanan, dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lain atau pengawet lain. Metil Paraben efektif dalam range PH yang lebar dan mempunyai spectrum antibakteri yang luas. Aktivitas antibakterinya naik jika rantai alkil meningkat, tetapi kelarutan dalam air menurun, tetapi campuran paraben digunakan untuk mendapatkan efek pengawet yang efektif. Kemanjuran sebagai pengawet naik dengan penambahan propilen glikol (2-5%), atau mengkombinasikannya dengan antimikroba lain seperti imidurea. Metil paraben (0,18%) dengan propil paraben (0,02%) biasa digunakan dalam formulasi parenteral.Sifat : Aktivitas antimikrobanya pada PH 4-8. Kemanjuran pengawet turun dengan meningkatnya PH (membentuk anion fenolat). Lebih aktif pada yeasts dan jamur daripada bakteri dan lebih aktif pada bakteri gram (+) daripada gram (). Aktivitas antimikrobanya naik dengan naiknya rantai alkil. Aktivitas meningkat jika mengkombinasikannya. Yang biasa digunakan bersama adalah metil, etil, propil, dan butyl paraben. Aktivitas juga meningkat dengan penambahan bahan lain, seperti propilen glikol (2-5%), feniletil alcohol, dan asam edetic. Aktivitas juga meningkata dengan penambahan pengawet lain seperti imidurea.pKa : 8,4 pada 22oCTitik lebur : 125-128oCKelarutan : Larut etanol (1:2), etanol 95% (1:3), etanol 50% (1:6), eter (1:10), gliserin (1:60), mineral oil (tidak larut), peanut oil (1:200), propilen glikol (1:5), air (1:400, 25oC; 1:50, 50oC; 1:30, 80oC)Stabilitas dan Kondisi PenyimpananLarutan encer metil paraben pada Ph 3-6 disterilkan dengan diautoclave (120oC, 20 mnt), tanpa dekomposisi. Larutan encer pada PH 3-6adalah stabil (4 thn) pada temperatur ruang, jika pada Ph >8 lebih cepat terhidrolisis. Metil paraben disimpan dalam botol tertutup, tempat dingin dan kering.Inkompatibilitas Akan menurun kualitas antimokrobialnya dengan penambahan surfaktan nonionik, seperti polysorbate 80. Namun, propylenglycol akan meningkatkan aktivitas anti mikrobial apabila ditambahkan dallam surfaktan nonionik karena mencegah interaksi antara metyl paraben dengan polysorbate 80. Inkompatibel dengan magnesium trisilikat, talc, tragacant, sodium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropine. Juga bereaksi dengan macam-macam gula dan gula alkohol. Dapat mengabsorbsi pada wadah plastik namun tergantung plastik dan bahan pembawa. Metylparaben akan berubah warna apabila bereaksi dengan besi dan mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.Propil Paraben (Excipient 411)

Sinonim : Nipasol, propaginBM = 180.20Karakteristik :a. Warna putih kristal, tidak berbau, tidak berasab. Stabil pada pH 4-6. Aktivitas antimikroba berada pada pH 4-8, aktivitas akan menurun dengan adanya kenaikan pHc. pKa 8.4 pada suhu 22oCKelarutan pada suhu 20oC : Mudah larut pada aseton dan eter Etanol (1:1.1), etanol 50% (1:5.6), gliserin (1:20), mineral oil (1:3330), minyak kacang (1:70), propilen glikol (1:3.9), propilen glikol 50% (1:110), air (1:2500)Aplikasi:Propyl paraben memiliki aktifitas antimikroba yang luas dalam sediaan kosmetik makanan, minuman dan obat obatan. Propil paraben sendiri dapat digunakan sendiri atau juga dapat dikombinasi dengan beberapa jenis paraben ester dan bahan antiikroba lain. Namun penggunaannya banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Paraben memiliki aktifitas anti bakteri yang luas dalam rentang pH yang cukup besar. Paraben juga dapat efektif terhadap jamur dan mold. Kelarutan paraben jelek. Kadar atau konsentrasi yang digunakan jika dikombinasi dengan methyl paraben 0,02% propyl paraben dan 0.18% methyl paraben.Kadar untuk penggunaan topical 0,01%-0,6%Inkompatibilitas : Aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik, magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat, yellow iron oxid, ultramarina bluePenyimpanan : Tempat tertutup, sejuk dan kering.Purified WaterSinonim: Aqua, hydrogen oxideRumus struktur :

Rumus Empirik : H2OBM : 18.02Titik didih: 100o CTitik lebur : 0 O CFungsi: Pembawa, pelarutKelarutan: Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polarViskositas : 0.89 mPa s (0.89 cP) pada 25o CTemperatur kritis : 374,2oCTekanan kritis : 218,3 atmKonduktivitas panas : 14,6 x 10-4 cal/sec/cm pada 25oCPanas pembentukan: -55 Kcalories/mole pada 25oCStabilitas dan kondisi penyimpanan:Air stabil dalam semua kondisi fisika (es, cairan, dan uap). Purified water secara spesifik disimpan dalam kemasan terutup dan terlindungi dari cemaran mikroorganisme dan kontaminan lain. Penggunaan air untuk sediaan lain memerlukan kondisi penyimpanan yang berbeda pula.Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien yang lain yang dapat digunakan untuk hidrolisis pada temperatur yang tepat.bereaksi dengan besi alkali dan benda benda beroksida seperti calsium oksida dan magnesium oksida,dapat bereaksi dengan garam anhidrat yang terbentuk dari macam-macam komposisi dan dengan senyawa organik dan calsium carbide.EtanolSinonim: AlkoholFungsi: PelarutPemerian: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasapKelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eterBobot jenis: 0,8119-0,8139Etanol adalah campuran etil alcohol dan airPenyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala apiMinyak Zaitun (Oleum olivae)Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji masak olea europaea LFungsinya: Zat tambahanPemerian: Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak tengik, rasa khas pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membekuKelarutan: Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam eter minyak tanahBobot per ml: 0,9109 sampai 0,9139Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terisi penuh

2.7 ALASAN PEMILIHAN BAHAN Bahan aktif Asam Salisilat1. Asam salisilat dipilih sebagai bahan aktif yang digunakan karena ditinjau dari efektifitanya, stabilitas, dan toksisitas asam salisilat lebih baik dari bahan aktif lainnya seperti Natrium salisilat dan metal salisilat2. Asam salisilat memiliki efek samping yang ringan3. Asam salisilat sangat cocok digunakan untuk pengobatan antifungi yang hanya dikhususkan pada micosis superficial, seperti panu, kadas, kurap, kutu air, dibandingkan asam benzoat karena punya efek keratolikum4. Asam salisilat memiliki titik lebur yang tinggi sehingga cocok apabila diformulasikan dalam bentuk sediaan cream dengan metode fusion5. Asam salisilat diabsorbsi cepat dari kulit sehat, terutama bila dipanaskan sebagai obat gosok atau salep (Farmakologi dan Terapi Edisi V, 234)

Bahan Tambahan Asam StearatAsam strearat dapat membentuk lapisan tipis yang dapat mencegah penguapan air dari kulit, sehingga air tidak dapat keluar dan menimbulkan efek emollient Cetyl AlkoholCetyl alcohol dapat stabil dalam kondisi asam, alkalis, stabil terhadap cahaya, pada udara tidak mengalami ketengikan Metil ParabenUntuk mencegah timbulnya kapang dan khamir, Metil Paraben efektif dalam range PH yang lebar dan mempunyai spectrum antibakteri yang luas. Propil ParabenPemakaiannya bersamaan dengan methil paraben untuk hasil lebih optimal. Aktif pada PH 4-8 sehingga masuk dalam rentang PH sediaan EtanolEtanol banyak digunakan sebagai pelarut. Etanol relative lebih aman dan bisa dibuat sediaan untuk melarutkan senyawa organic yang tidak dapat larut dalam air.Asam salisilat mudah larut dalam etanol. Kelarutannya 1:2 Oleum OlivaeOleum olivae atau minyak zaitun kaya antioksidan, vitamin A dan vitamin E. Nutrisi tersebut membantu kulit untuk meregerasi dan menetralisir radikal bebas yang dihasilkan oleh paparan terhadap asap, polusi, alcohol, dan racun di lingkungan sekitarnya.

2.8 FORMULASIFormula terpilihR/Asam salisilat3 %Asam stearat15 %Cetyl Alkohol1 %Metil Paraben0,1 %Propil Paraben0,05 %Etanol 70 %3 %Olive Oil1 %Aquadestad 100 %m.f. cream

Rancangan FormulaBahanFungsiKadar (1 %)1 Kemasan (10 g)1 Bets (200 g)

Asam salisilatZat aktif3 %0,3 g6 g

Asam stearatEmulsifying Agent15 %1,5 g30 g

Cetyl AlkoholEmulsifying Agent1 %0,1 g2 g

Metil ParabenPengawet0,1 %0,01 g0,2 g

Propil ParabenPengawet0,05 %0,005 g0,1 g

Etanol 70 %Cosolvent3 %0,3 g6 g

Olive OilEmollient1 %0,1 g2 g

AquadestPelarutad 100 %7,685 g153,7 g

Penimbangan (+ 10%)Bahan1 Kemasan (10 g + 10 %)1 Bets (200 g + 10%)

Asam salisilat0,33 g6,6 g

Asam stearat1,65 g33 g

Cetyl Alkohol0,11 g2,2 g

Metil Paraben0,011 g0,22 g

Propil Paraben0,0055 g0,11 g

Etanol 70 %0,33 g6,6 g

Olive Oil0,11 g2,2 g

Aquadest8,453 g169,070 g

2.9 PERHITUNGAN PENIMBANGAN Asam salisilatKonsentrasi = 3 %3/100 x 10 g = 0,3 gram Asam stearatKonsentrasi = 15 %15/100 x 10 g = 1,5 gram Cetyl AlkoholKonsentrasi = 1 %1/100 x 10 g = 0,1 gram Metil ParabenKonsentrasi = 0,1 %0,1/100 x 10 g = 0,01 gram Propil ParabenKonsentrasi = 0,05 %0,05/100 x 10 g = 0,005 gram Etanol 70 %Konsentrasi = 3 %3/100 x 10 g = 0,3 gram Olive OilKonsentrasi = 1 %1/100 x 10 g = 0,1 gram AquadestKonsentrasi = 76,85 %76,85/100 x 10 g = 7,685 gram

2.10 TAKARAN/ DOSIS ZAT AKTIF1. Takaran/ dosis zat aktif: Dosis 2 x sehari selama seminggu, untuk pengobatan keratolitikum.Dosis lazim 2% - 6% bila diperlukan, untuk pengobatan Plantar Warts 60% asam salisilat(Martindale I, 1072) Antipsoriosis, antiseboroik, keratolitik digunakan 3% - 10%Antiacne agent digunakan 3% - 6%(www.drug.com) Dosis setempat: srbuk tabur, salep atau krim 3 10% (Kimia Medisinal II, 65) Obat yang digunakan untuk Keratolitikum, Asam Salisilat: 4-10% (Ilmu Meracik Obat)1. Perhitungan dan alasan bobot tiap kemasan: Bobot sekali pakai 200 mg 300 mg Pemakaian sehari= 2 x (200 300) mg= 400 mg 600 mg

Pemakaian 2 minggu= 14 x (400 600) mg= (5600 8400) mg= 5,6 8,4 gram 10 gram2.11 SPESIFIKASI SEDIAANNo.KeteranganSpesifikasi

1.Organoleptis

Warna Putih

Bau Tidak berbau

Bentuk Krim

2.pH4,5-6,5

3.Viskositas100 dPas

4. Homogenitashomogen

BAB IIIMETODE

3.1 ALAT DAN BAHANAlat : Beaker glass Batang pengaduk Mortir dan stamper Seperangkat timbangan Gelas ukur SudipBahan : Asam salisilat Asam stearat Setil alkohol Propil paraben Metil paraben Minyak zaitun Aquadest Etanol

3.2 CARA KERJA

Setil alkohol, ol.olive, as.stearatMasukkan hasil 3 ke dalam mortir panas, gerus ad homogenMasukkan hasil 3 ke dalam mortir panas, gerus ad homogenTambahkan hasil 2 gerus ad homogenTambahkan hasil 1 gerus ad terbentuk massa krim yang baikCampuranhomogendimasukkan dalam tube; beri etiket, label; lalu masukkan kemasanHASIL AKHIRTimbang asam salisilat 2 gram, Na lauril sulfat 0,48 gram, larutkan dengan air panas 22, 376 gramHASIL 3

Ditimbang, dilebur dicawan ad larut

Campuran homogen (fase 1)

Air panas, propil, metil paraben

Campuran homogen (fase 2)Masukkan beaker glass, dilebur

Etanol + asam salisilat

Dilarutkan pada beker gelas

Campuran homogen etanol + asam salisilat

Masukkan pada campuran fase 2, dilebur ad larut

Campuran homogen (fase 3)

Siapkan mortir panas

Masukkan campuran fase 1 dan fase 3 pada mortir panas bersamaan

Aduk perlahan ad membentuk massa krim

Masukkan tube

Beri etiket + label

Krim dalam kemasan

Masukkan kemasan

3.3. PROSEDUR EVALUASI

1. Uji Organoleptis Krim ( Indrawati, 2011 )Uji yang dilakukan meliputi uji penampilan, warna dan bau secara visual

2. Uji pH ( Rao K, 2010 )Alat : timbangan analitik, beaker glass, batang pengaduk, pH meterBahan : krim asam salisilat, aquadest Timbang secara akurat krim sejumlah 5 +/- 0,01 gram krim Masukkan ke dalam beaker glass Tambahkan 45 ml aquadest Aduk menggunakan batang pengaduk ad larut Ukur pH larutan krim menggunakan pH meter pada suhu 27 C

3. Uji Homogenitas ( Astuti, 2007 )Alat : pelat kacaBahan : krim asam salisilat Ambil krim asam salisilat secukupnya Oleskan pada permukaan pelat kaca Raba

4. Uji Kelengketan KrimAlat : alat uji kelengketan krimBahan : krim asam salisilat Ambil sejumlah krim Letakkan pada alat uji kelengketan Beri beban sebesar 80 gram Hitung waktu terlepasnya kedua lempengan alat uji setelah diberi beban pelepasan sebesar 80 gram

5. Uji Daya Tercuci Krim ( Anggraini )Alat : buretBahan : krim asam salisilat, air Ambil sejumlah 1 gram krim Oleskan pada telapak tangan Cuci dengan sejumlah air Air dilewatkan melalui buret dengan perlahan Amati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa ditelapak tangan Catat volume air yang dipakai

6. Uji Pelepasan Asam Salisilat ( Uji Disolusi ) (Astuti, 2007)Alat : gelas piala 1000 mL, sel disolusi, pengaduk dengan baling-baling, spektrofotometer UV VIS (Shimadzu 1600 series) dan incubatorBahan : krim asam salisilat, dapar fosfat pH 7,4Cara : Larutkan sejumlah tertentu asam salisilat pada medium disolusi Uji dilakukan pada suhu 37 +/- 0,5 o C Diatur kecepatan baling-baling hingga dihasilkan kecepatan 100 rpm Ambil sampel pada menit ke 5,10,20,40,60,80,100, dan 120 menit. Ditentukan kadar asam salisilat yang terlarut menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 296 nm.

7. Stabilitas (Indrawasih, 2011)Uji stabilitas dilakukan dengan uji dipercepatAlat : Alat pengatur suhu dan pHBahan : krim asam salisilatCara : Disiapkan krim asam salisilat Disimpan pada suhu kamar, suhu 40 0 C dan suhu 50 0 C Dilakukan pengamatan selama 6 minggu terhadap organoleptis, ukuran partikel, dan pH Pemeriksaan terhadap bau dan warna tidak dilanjutkan bila sediaan mengalami ketidakhomogenan8. Uji Keseragaman Bobot (Rao K,2010)Alat : Cawan porselen, water bath, penyaring whatmann , spektrofotometer UVBahan : asam salisilat, methanolCara : Diambil sejumlah krim hingga mengandung 50 mg bahan obat (asam salisilat) Dilarutkan dalam sejumlah kecil methanol Diuapkan di atas waterbath hingga seluruh bahan larut Disaring menggunakan kertas saring whatmann hingga diperoleh volume 50 mL Dibuat larutan hingga mengandung atau memberikan konsentrasi 100 mcg/mL Diambil sejumlah larutan Dibuat larutan dengan berbagai konsentrasi dalam labu ukur 10 mL,tambahkan larutan dengan methanol Diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 231,6 nm terhadap blanko

9. Pengujian Viskositas (Remington, 348)Alat : VT 04Bahan : krim asam salisilatCara : Cairan dimasukkan antara cup dan bob sampai temperatur setimbang. Beban ditempatkan pada penggantung. Catat waktu untuk berputar 100 x.

10. Pengujian Daya Sebar (Farmasi Fisik 2, 1036)Alat : ExtensometerBahan : Krim asam salisilatCara :Krim sebanyak 1 gram diletakkan pada lempeng kaca berskala, lalu di atasnya ditutup lempeng kaca dan diberi beban 5 gram, lalu didiamkan. Lalu beban ditambah dengan beban 5 gram, dan amati penyebaran yang terjadi.

11. Uji Daya Penetrasi menggunakan sel difusi Franz ( Lucida, 2008)Alat : spektrofotometri UV VIS , gelas kaca, penjepit , thermometer , thermostat , magnetic stirrerBahan : Kulit mencit , dapar fosfat pH 6,4 , krim asam salisilatCara : Kompartemen cairan penerima pada alat sel difusa diisi dengan larutan 0,067 M dapar fosfat pH 6,4 hingga penuh (115 mL) Ditimbang sediaan krim sejumlah 250 mg Oleskan krim secara merata pada kulit mencit yang diletakkan pada alat sel difusa Tutup bagian tepi pengolesan menggunakan tutup gelas kaca yang dilengkapi dengan thermostat dan thermometer untuk mengatur suhu (suhu air pada bejana kaca diatur pada 37 0C +- 1 0 C Dihidupkan magnetic stirrer dan atur skala perputaran sebesar 100 rpm dengan suhu 37 0 C Diambil cuplikan 5 mL dilakukan berturut-turut hingga 120 menit. Setiap cuplikan diganti dengan larutan dapar fosfat pH 6,4 dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan kadar dilakukan dengan spektrofotometer UV Vis

BAB IVHASIL PENGAMATAN

4.1 DATA1. Uji Organoleptis Bentuk:Cream Warna:Putih Aroma:Tidak berbau

2. Uji pH pH dry syrup amoxicillin kami adalah 6 . Memenuhi syarat karena masuk rentang PH kulit 4,5-6,5

3. Uji Viskositas Uji viskositas menggunakan rotor nomor 4 dan viskositasnya adalah 300 dpas.

4. Uji daya sebar Replikasi 1 (10 g beban)Horisontal: 3,9 cmVertikal: 3,7 cmDiagonal: 3,8 cm Replikasi 1 (20 g beban)Horisontal: 4 cmVertikal: 4,1 cmDiagonal: 4,2 cm Replikasi 1 (50 g beban)Horisontal: 4,4 cmVertikal: 4,4 cmDiagonal: 4,5 cm

4.2 GAMBARNoGambarKeterangan

1Krim yang dihasilkan

2Uji evaluasi daya sebar

3Uji evaluasi pH sediaan

4Uji evaluasi viskositas sediaan

5Hasil akhir sediaan krim dalam kemasan

BAB VPEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan formulasi sediaan cream dengan bahan aktif asam salisilat. Sediaan cream adalah sediaan semisolida yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang didispersikan pada basis yang sesuai. Krim adalah cairan kental atau emulsi setengah padat, baik tipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya dipakai sebagai emulien atau pemakaian obat pada kulit. Krim asam salisilat yang telah dibuat ditujukan sebagai keratolitikum. Sediaan yang dipilih adalah sediaan cream dengan basis o/w karena untuk tujuan keratolitik lebih efektif jika terapi dilakukan pada bagian yang diinginkan saja sehingga tidak diperlukan efek sistemik. Keratolitik bekerja pada bagian stratum korneum pada lapisan epidermis kulit dengan menghilangkan glukolipid yang melekatkan keratin-keratin pada sel tanduk. Selain asam salisilat terdapat bahan aktif lain yang dapat bekerja sebagai keratolitik yakni resorsinol dan sulfur. Asam salisilat dipilih sebagai bahan aktif yang digunakan karena ditinjau dari efektifitas, stabilitas dan tosisitasnya asam salisilat lebih baik dibandingkan dengan bahan aktif lain.Kadar asam salisilat yang biasa digunakan untuk keratolitik adalah 2-6 % b/v (Martindale I, 1072). Kadar yang digunakan untuk sediaan ini adalah sebesar 3 % b/v dari keseluruhan jumlah sediaan. Asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical keratolitik, pengobatan hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti acne. Dalam hal ini krim yang kami buat lebih ditujukan sebagai antifungi dan antibakteri dengan mekanisme kerja keratolitikum (mengelupas lapisan kulit epidermis, stratum corneum yang terinfeksi bakteri atau jamur).Untuk antifungi tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum corneum. Sedangkan untuk menimbulkan efek antibakteri sediaan melewati rute trans appendage terutama dengan cara trans folikuler, karena sasarannya pada kelenjar sebaseus. Kemungkinan bahan aktif juga melewati rute trans epidermis, baik secara inter sel maupun trans sel.

Rancangan FomulasiFormula IBahanFungsi BahanPersentase % (w/v)10 gram200 gram

Asam salisilatBahan aktif3 %0,36

Asam stearatEmulsifying agent, basis15 %1,530

Cetyl AlcoholEmulsifying agent1 %0,12

Metil ParabenPengawet0,1 %0,010,2

Propil ParabenPengawet0,05 %0,0050,1

Etanol 70%Co-Solvent3 %0,36

Olive OilEmolient1 %0,12

Aquadest adPelarutAd 100 %7,685153,7

Perubahan Formulasi

(IMO Halaman 72) Formula Standart Vanishing Cream BahanFungsi BahanPersentase % (w/v)1 Kemasan (20 gram)1 Bets (100 gram)

Asam salisilatBahan aktif3 %0,63

Asam stearatEmulsifying agent, basis15 %315

Cerae AlbiStabilizing agent, stiffening agent2 %0,42

Vaselin AlbiBasis, emolient8 %1,68

TEAAlkalizing agent , pengemulsi1,5 %0,31,5

Propylene glikolCo-Solvent8 %1,68

AquadestPelarut62,5 %1462,5

Penimbangan Formulasi Terpilih

BahanFungsi BahanKadar % 1 Kemasan (20 gram)1 Bets (100 gram)

Asam salisilatBahan aktif3 %(+10%) = 0,66(+10%) = 3,3

Asam stearatEmulsifying agent, basis15 %(+20%) = 3,6(+20%) = 18

Cerae AlbiStabilizing agent, stiffening agent2 %(+10%) = 0,44(+10%) = 2,2

Vaselin AlbiBasis, emolient8 %(+20%) = 1,92(+20%) = 9,6

TEAAlkalizing agent , pengemulsi1,5 %(+20%) = 0,36(+20%) = 1,8

Propylene glikolCo-Solvent8 %(+20%) = 1,92(+20%) = 9,6

AquadestPelarut62,5 %1368

Alasan kelompok kami melakukan perubahan formula dari formula I menjadi formula standart karena beberapa alasan diantaranya karena pada Formula I tidak terdapat zat pengemulsi yang spesifik (pengemulsi kuat) sehingga dikhawatirkan fase air dan fase minyak tidak akan campur. Selain itu setil alcohol sebagai emulsifying agent ,konsentrasi yang digunakan terlalu kecil dimana setil alcohol digunakan sebagai bahan pengemulsi seharusnya pada konsentrasi 2-5%. Pada pembuatan krim ini, digunakan metode fussion (peleburan), dimana sebelum fase minyak dan fase air dicampur bersamaan pada suhu yang sama (70 0 C) dalam mortar panas , asam salisilat yang telah dilarutkan dalam etanol 70% dicampurkan terlebih dahulu ke dalam fase air yang berisi metil paraben + propel paraben + aquadest. Karena etanol bersifat mudah menguap , dikhawatirkan ketika asam salisilat yang telah terlarut dalam etanol dimasukkan ke dalam fase air (fase air dalam kondisi panas) , etanol akan menguap dan jumlahnya tak lagi cukup untuk melarutkan asam salisilat, sehingga akan diperoleh sediaan krim yang tidak homogen , terdapat gumpalan-gumpalan padat asam salisilat.

Karakteristik Bahan-bahan dalam Formula Bahan AktifAsam salisilat

Pemerian: hablur putih, biassanya berbentuk jarum halus atau hablur halus putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. (FI IV : 51) Kelarutan: 1 bagian asam salisilat larut dalam: 460 bagian air, 15 bagian air panas, 3 bagian alcohol, 45 bagian kloroform, 3 bagian eter, 135 benzena (Martindale). Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (FI IV : 51). Penggunaan: asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical eratolitik, pengobatan hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti acne. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234) Efek samping: dermatitis, iritasi kulit (jangka panjang), kematian (pemakaian berlebihan pada anak-anak). Tidak boleh diberikan jangka panjang, konsentrasi tinggi, di sebagian besar permukaan tubuh. Hindari kontak dengan mata, mulut, membran mukosa lainnya. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234) Konsentrasi: 2 6% (Martindale I, 1072)

Bahan Tambahan1. Asam Stearat (Handbook of Excipient)Pemerian: kristal padat, putih atau kekuningan, atau serbuk putih kekuningan.Kelarutan: praktis tidak laut dalam air, 1 bagian larut dalam :20 bagian alkohol2 bagian kloroform3 bagian eterStabilitas: stabil, dapat ditambahkan antioksidan, disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam wadah kering dan sejukInkompatibilitas : Asam Stearat tidak cocok dengan hidroksida metal dan tidak cocok dengan agen pengoksida. Stearat tidak larut dengan formula yang mengandung banyak metal, basis salep dengan asam stearat akan mengering dan bergumpal dalam kaitan dengan reaksi dengan komponen zinc dan calcium salts.Titiklebur: 57-60C (BP), 56-72 C (JP), >54C (Handbook of exipient)Densitas: 0,537 g/cm3 (bulk), 0,571 g/cm3 (tapped), 0,98 g/cm3 (true)Kegunaan: Emulgator, pelarut, surfaktan non ion ikatau anionikKonsentrasi: 1-20%2. Vaselinalbi(Handbook of Excipient)Pemerian: putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparandalam lapisan tipis setelah didinginkan padasuhu 0CKelarutan: tidak larut dalam air, sukar larut dalam metanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfide, dalam kloroform, larut dalam heksan dan dalam sebagian besarminyaklemak dan minyak atsiriStabilitas: dapat terjadi perubahan warna karena teroksidasi oleh cahaya, dapat ditambahkan antioksidanInkompatibilitas : -Titik lebur: 38-60 C (JP, USP)Kegunaan: Emolien, basis salepKonsentrasi: Emolien krim topical (10-30%), emulsi topical (4-25%), salep topical (sampai 100%)

3. Cera albi (Handbook of Excipient)Pemerian: Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah, bebas bau tengik.Kelarutan: Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalametanol dingin, etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian darimyrisin, merupakan kandungan malam putih. Larut sempurna dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzene dingin dan dalam karbon disulfide dingin.Stabilitas: dapat terjadi esterifikasi pada pemanasan diatas 150C, simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahayaInkompatibilitas : tidak cocok dengan agen pengoksidaTitik lebur: 61-65CDensitas: 0,95-0,96 g/cm3Kegunaan: Penstabil emulsi, stiffening agent4. Propilenglikol(Handbook of Excipient)Pemerian: cairan kentaljernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembabKelarutan: dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemakStabilitas: stabil dalam wadah tertutup rapat, sejuk. Pada temperatur tinggi, dalam wadah terbuka akan teroksidasi menghasilkan produk sebagai propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Stabil secara kimia bila bercampur air, etanol, gliserin. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam tampat kering dan sejuk.Inkompatibilitas : Propylen glycol tidak cocok dengan reagen oksidasi yaitu potassium permanganate.Titik lebur:-59CDensitas: 1.038 g/cm3 pada 20CKegunaan: humectant, kosolvenKonsentrasi: humectant (15%), kosolven (5-80%)5. TEA ( Trietanolamin )Fungsi: Alkalizing agent, pengemulsiKelarutan: DidalamAsetonberbentukmiselpadasuhutertentu1 : 24 Benzen, 1 : 63 Etil Eter berbentuk misel dalam Methanol, air, Karbon Tetra Klorida.Titik lebur: 20 21oCIncompatibilitas: Reaksi dengan Asam mineral, membentuk garam kristal dan Ester dalam Asam lemah tinggi, TEA membentuk garam yang terlarut dalam air dan membentuk karakter busa. TEA dapat beraksi dengan Coper membentuk garam kompleks.ADI: 5 15 g / kg BBPemerian: Jernih tak berwarnaPersyaratan: 2 4 %6. Purified WaterSinonim: Aqua, hydrogen oxideRumus struktur :

Rumus Empirik : H2OBM : 18.02Titik didih: 100o CTitik lebur : 0 O CFungsi: Pembawa, pelarutKelarutan: Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polarViskositas: 0.89 mPa s (0.89 cP) pada 25o CTemperatur kritis : 374,2oCTekanan kritis : 218,3 atmKonduktivitas panas : 14,6 x 10-4 cal/sec/cm pada 25oCPanas pembentukan: -55 Kcalories/mole pada 25oCStabilitas dan kondisi penyimpanan:Air stabil dalam semua kondisi fisika (es, cairan, dan uap). Purified water secara spesifik disimpan dalam kemasan terutup dan terlindungi dari cemaran mikroorganisme dan kontaminan lain. Penggunaan air untuk sediaan lain memerlukan kondisi penyimpanan yang berbeda pula.Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien yang lain yang dapat digunakan untuk hidrolisis pada temperatur yang tepat.bereaksi dengan besi alkali dan benda benda beroksida seperti calsium oksida dan magnesium oksida,dapat bereaksi dengan garam anhidrat yang terbentuk dari macam-macam komposisi dan dengan senyawa organik dan calsium carbide.

Alat yang digunakan dalam praktikum 1. Timbangan analitik2. Mortir3. Stamper4. Beker gelas5. Gelas ukur 6. Batang pengaduk7. Sudip8. Cawan porslen 9. Kaca arloji10. Penjepit kayu Bahan yang digunakan dalam praktikum1. Asam salicilat 3%2. Asam stearat 15 gram3. Cera alba 2 gram4. Vaselin album 8 gram5. TEA 1.5 gram6. Propilen glikol 8.0 gram7. Aqua destilasi panas 62.5 Cara kerja yang dilakukan yaitusiapkan mortir panas yaitu dengan merendamkan air panas dalam mortir termasuk stampernya juga, kemudian kami menyiapkan dengan menimbang bahan-bahan yang akan digunakan terdiri dari asam salicilat, asam stearat, cera alba, vaselin album, TEA, propilen glikol, dan aquadestilasi panas. Setelah ditimbang kami membedakan antara face air dan face minyak dengan mengelompokkan bahan-bahan yang termasuk face air dikempokkan semua dan bahan-bahan yang termasuk face minyak dikelompokkan semuanya.Setelah dillakukan penimbangan semuanya, kami mengelompokkan bahan yang termasuk face air terdiri dari : asam salicilat dan aqua panas, diaduk hingga homogen atau sampai larut. Kemuadian untuk face minyaknya terdiri dari : asam stearat, cera alba, vaselin album, TEA, propilen glikol, semua bahan ini dijadikan satu pada cawan dan dilebur diatas water bad hingga larut semuanya.Kemudian untuk pencampurannya diusahakan suhu antara mortir hangat, bahan face air dan bahan face minyak suhunya sama agar mudah dalam proses pencampurannya dan juga agar tidak pecah (termasuk juga asar tidak menyabun).Kemudian dicampurkan semuanya bersama-sama antara face air dan face minyak dicampurkan bersama dalam mortir hangat kemudian diaduk pelan-pelan hingga panasnya mulai mendingin entah panas dari mortir ataupun bahannya. Setelah dingin barulah terbentuk krim / vinising krim.Fase minyakTerdiri dari asam stearat, cera alba, vaselin album, TEA, dan propilen glikol. Proses peleburan dilakukan dengan mengurutkan zat yang memiliki titik lebur paling tinggi yaitu asam stearat pada suhu 78C selama 1 menit 5 detik, cera alba pada suhu 74,8C selama 1 menit 44 detik dan vaselin putih pada suhu 64,8C selama 2 menit49 detik. Leburan yang telah jadi tetap dipanaskan pada suhu 60C untuk menghindari terjadinya pembekuan kembali.Fase air atau melarutkan bahan aktifFase air dibuat dengan cara melarutkan asam salicilat dan aqua destilasi panas. Lakukan pencampuran hingga semua asam salicilat larut aqua panas. dalam Pencampuran dengan air panas dilakukan apabila semua kelompok bahan telah siap untuk dicampurkan.

Hasil FormulasiNOPARAMETERSPESIFIKASIHASIL

1Organoleptis Warna Bau Bentuk Putih Tidak berbau Krim o/w Putih Tidak berbau Krim o/w

2Indikator pH5-76

3VT 04200-300 d.Pas300 d.Pas spindel 2

4Daya sebarBeban 10 gram horisontal: 3.9 cm vertikal: 3.7 cm diagonal: 3.8 cmBeban 20 gram horisontal: 4.0 cm vertikal: 4.1 cm diagonal:4.2 cmBeban 50 gram horisontal: 4.4 cm vertikal: 4.4 cm diagonal: 4.5 cm

Dalam sebuah sediaan tentunya diperlukan strandart atau parameter penilaian apakah sediaan tersebut telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan atau tidak. Oleh karena itu dilakukan beberapa pengujian krim :1. Uji organoleptis Warna: putih Bau: tidak berbau Bentuk : Krim o/w

2. Uji PhUntuk mengukur pH digunakan kertas pH indikator langsung pada sediaan. Caranya oleskan sediaan salep mada kertas indikator. Maka akan terjadi perubahan warna dan dicocokkan dengan standar warna pada pH tertentu. Dalam skala kecil diperoleh pH 6. Hal ini berarti pH sediaan krim yang kami buat sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan dapat masuk rentang pH 5-7.

3. Uji viskositasUji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan krim. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim. Untuk uji viskositas mengunakan alat VT 04. Caranya sediaan dimasukkan antara cup dan bob sampai temperatur setimbang. Beban ditempatkan pada penggantung. Uji viskositas didapatkan hasil 300 d.Pa. pada spindle 24. Uji daya sebarUji daya sebar digunakan alat Extensometer. Caranya krim sebanyak 1 gram diletakkan pada lempeng kaca berskala, lalu di atasnya ditutup lempeng kaca dan diberi beban 10 gram, lalu didiamkan. Lalu beban ditambah dengan beban 5 gram, dan amati penyebaran yang terjadi hingga konstan.

Perhitungan Waktu Kadaluarsa asam salisilatDiketahui:Asam salisilat mengikuti orde 1 (Djouder,R. 2012)Memiliki laju konstanta (k) : 3,56. (Meritnation.com)

Waktu kadaluarsa orde 1 t90 = 0,105/k t90 = 0,105/ 3,56. = 2,949. second= 355,6 hari 356 hari

BAB VIKESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum pembuatan Krim Asam Salisilat dapat disimpulkan bahwa pembuatan krim bergantung pada beberapa parameter-parameter, seperti sifat fisika kimia dari bahan aktif, basis, maupun bahan tambahan dan target dan area penggunaan salep, juga kondisi patofisiologis dari kulit pasien.Dalam pembuatan Krim Asam Salisilat dibutuhkan bahan-bahan tambahan seperti emulgator, dan pengawet untuk menambah stabilitas, konsistensi, dan acceptability dari pasien. Setelah dilakukan beberapa uji sediaan, dapat disimpulkan bahwa sediaan kami secara organoleptis memenuhi spesifikasi , bentuk krim o/w, warna putih, tidak berbau dengan pH 6. Uji viskositasnya sediaan kami memenuhi persyartan dengan konsistensi seperti salep yaitu 300dpa. Maka dapat dikatakan bahwa sediaan krim asam salisilat yang kami buat layak untuk diproduksi masal atau skala industri.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.1996. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada University PressAnief, Moh.2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta: Gajah Mada University PressAnonim. 2002. Britis Pharmacopeia Volume II Book 2. London : The Stationery Office.Anonim. 2002. United States Pharmacopeia Book 2. United Stated Pharmacopeia Convention Inc.. Rockville.Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Edisi ke 4. Jakarta: Universitas Indonesia PressKibbe. 2000. Handboox Of Pharmaceutical Excipient third edition. USA : American Pharmaceutical AssociationReynolds, James E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition. London: The Pharmaceutical PressSirait, Midian, dkk. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik IndonesiaSoeosilo, Slamet, dkk. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik Indonesia