-
KORBAN SANTET DALAM PERSPEKTIFANTROPOLOGI KESEHATAN DAN HUKUM
ISLAM
DI KABUPATEN PAMEKASAN
Abdul Mukti ThabraniJurusan Syari’ah dan Ekonomi STAIN
Pamekasan, Jln. Pahlawan KM. 04
Pamekasan
AbstrakSemakin marak berita-berita dan juga cerita
dariorang-orang tentang pengalaman baik bagi dirinyasendiri mau pun
teman, kenalan dan keluargamereka tentang santet, sihir, tenung dan
“saudara-saudaranya” atau pengaruh ilmu hitam yang"dikirimkan" oleh
seseorang kepada orang lain.Tulisan berikut ingin mengungkap
berbagai konsep,pendapat, dan pemahaman arti santet yang adadalam
kehidupan masyarakat dengan fokus masalahpersepsi korban santet
terhadap penyakit akibatsantet yang dialaminya, pola-pola
kepercayaan sertapengobatan yang dilakukan oleh para informan
dankeluarganya, serta perspektif hukum Islammemandang berbagai
pengobatan santet dimasyarakat.
Kata Kunci :Korban Santet, Antropologi Kesehatan, Hukum
Islam
PendahuluanPerbincangan dan wacana seputar santet, atau ilmu
hitam secara umum, tidak pernah mencapai kata jenuh,
malahsemakin modern, semakin banyak saja yang memburunya.Semakin
marak berita-berita dan juga cerita dari orang-orangtentang
pengalaman baik bagi dirinya sendiri mau pun teman,kenalan dan
keluarga mereka tentang santet, atau pengaruh
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 442
ilmu hitam yang "dikirimkan" oleh seseorang. Kabar terbaruyang
menjadi pemberitaan di berbagai media massa adalahpengakuan aktor
kawakan Adi Bing Slamet yang merasadisantet oleh “mantan gurunya”
Eyang Subur. Perbincangantentang santet juga semakin ramai dengan
adanya draftundang-undang yang disusun DPR RI terkait fenomena
santet.Namun persoalannya hingga saat ini belum ada definisi
yangutuh tentang santet.
Penelitian ini ingin mengungkap berbagai konsep,pendapat, dan
pemahaman arti santet yang ada dalamkehidupan masyarakat, terutama
dari hasil pengalamanindividu yang “merasa” pernah kena santet.
Penelitian ini akandisajikan dengan model studi pengalaman individu
(life history)bagi para korban santet baik berupa gejala-gejala,
interpretasi,penanggulangan melalui tindakan-tindakan antisipasi,
kuratifdan preventif yang dilakukan secara keagamaan,
tradisionaldan metafisis karena penyakit akibat santet tidak
dapatdisernbuhkan secara medis modern. Penyakit karena
sebabsupranatural yaitu suatu dunia gaib yang ada di luar
bataspancaindera dan di luar batas akal manusia. Dunia gaib
itudidiami oleh mahluk-mahluk dan kekuatan baik dan jahat.1
Kekuatan jahat itulah yang sering digunakan untukmencelakakan
manusia, diantaranya tindakan para dukun sihiryang memanfaatkan
kekuatan supranatural jahat ini. Sihir(tenung) seperti halnya
pengobatan pada umumnya berada ditangan para ahlinya. Kalau orang
ingin menenung seseorang, iaharus menggunakan jasa seorang dukun
untuk melakukannya.Guna melaksanakan tenung, tawaran harga
mempengaruhisifat dari tenung tersebut. Semakin jauh jarak antara
orang yangakan ditenung dengan penyakit relatif berat, tentu saja
dengandituntut pembayaran yang tinggi. Satu-satunya
pertahananterhadap tenung adalah mencari dukun yang lebih baik,
yang
1 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta:
Dian Rakyat,1967),hlm 218-219.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 43
kekuatan spiritualnya lebih besar daripada dukun yangdigunakan
lawan untuk menenungnya.2
Pertempuran para dukun dalam medan mistik,kemudian akan terjadi
kalau dukun yang digunakannyamemang lebih kuat daripada lawannya,
ia akan mengembalikanmagi itu kepada lawannya, dan ia pun akan
jatuh sakit sepertiyang semula diharapkan pada orang yang
ditenungnya. Dalamkedua kasus itu, kedua dukun itu tetap tidak akan
terkena,seperti halnya dua orang pengacara yang bertanding
dalamsuatu perkara perdata3, Magnis Suseno menyatakan bahwafakta
ilmu hitam menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untukmerugikan orang
lain, hampir tidak ada yang meragukannya.Kekuatan yang diperoleh
melalui pengalaman mistik dapatdipergunakan untuk tujuan baik dan
tujuan yang jahat.Kekuatan itu tidak hanya memberi kemampuan
untukmenyembuhkan, melainkan juga untuk membuat orang lainmenjadi
sakit. Di mana pun orang takut terkena sihir atautenung, bagaimana
misalnya dia sendiri atau anggota keluargamereka menjadi korban
praktik-praktik hitam itu.
Seputar makna dan modus santetIlmu hitam merupakan bentuk
kelakuan asosial yang
dalam kesadaran Jawa paling erat diasosiasikan dengan apayang
disebut jahat. Oleh karena itu, praktik ilmu hitam dikutukkeras.
Ilmu hitam merupakan kekuatan batin yangmenyeleweng dan justru
karena pamrih yang melekat padanyalama-lama akan meniadakan diri
sendiri. Ilmu hitam punaklirnya merupakan tanda ketololan.4. Semua
orang Jawaagaknya berpendapat bahwa ada dua jenis penyakit yang
2CliffordGeertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,
(Jakarta:Pustaka Jaya,1981), hlm.144.3Ibid.4Clifford Geertz,
“Curing, Sorcery and Magis in a Javanese Town” dalamCulture,
Disease, and Healing, David Landy (ed.), (New York:
MacmillanPublishing Co. Inc.,1991),hlm. 182,183-186
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 444
pokok: satu, jenis yang biasa ditemukan sebab-sebab fisiknyadan
bisa disembuhkan dengan pengobatan dokter yang dididiksecara Barat,
yang kedua adalah penyakit yang tidak bisaditemukan sebabnya secara
medis, tetapi si pasien masih sajasakit. ini merupakan jenis
penyakit yang hanya mampu diobatioleh para dukun.5
Istilah santet kadang-kadang juga dipakai untukmenyebut praktik
memasukkan benda-benda asing ke perutkorban, tetapi sesungguhnya,
ia merupakan satu jenis sihir dimana dukun harus mendekati si
korban sendiri dan merabanyadengan biji-biji lada (atau sejenisnya)
sambil berkali-kalimembaca mantra dalam hati tanpa bersuara, si
korbankemudian akan terkena diare yang tidak bisa diobati. Jenis
sihirlainnya (semua dalam pola yang serupa) yaitu kemampuanmembuat
orang datang ke suatu tempat yang ditentukan,bertentangan dengan
kemauannya sendiri disebut gendam; danberbagai jenis magi cinta
untuk menarik seorang laki-laki atauperempuan yang disebut
guna-guna. Selain itu, ada juga magipencuri barang-barang yang
berharga, disebut sirep. Ada lagisihir yang memaksa si korban
melakukan apa saja yangdiperintahkan; disebut nuraga.6
Dalam harian BERNAS terbitan 11 Oktober 1998 halaman2,
paranormal Bambang Yuwono menjelaskan bahwa kekuatansantet sarnpai
40 hari. Selanjutnya, pengertian santet menurutdia, tujuannya
adalah mematikan atau melumpuhkan.Paranormal akan melakukan hal itu
asal diberi imbalan yangcukup. Pengertian santet itu sendiri minta
bantuan pada rohsesat untuk membunuh atau mencelakakan orang lain.
Kalautidak ada bantuan roh sesat, manusia tidak bisa
melakukan.Orang yang main-main dengan santet karena
sempitnyapengalaman, banyaknya perkara dan susahnya
mencarinafkah.Sementara pendapat masyarakat menyebutkan selain
5Ibid.,hlm.131.6Ibid.,hlm.146-7.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 45
yang disebutkan oleh Barnbang Yuwono di atas, bahwamasalah cinta
dan cemburu, iri karena kariernya orang lainyang dianggap rivalnya
menjadi sebab seseorang menyantet"lawannya". Hal-hal tersebut
sebenarnya karena kurangnyaiman seseorang sehingga dirinya lebih
mudah dikuasai olehsetan.
Dendam yang lebih bersifat subyektif menimbulkandorongan amarah
yang tidak terkendali dan secara diam-diamorang yang dendam itu
melalui jalan pintas berusahamencelakakan atau “membunuh lawannya”
secara tidak terang-terangan. Jadi sudah ada bibit kebencian, oleh
karena itu sihircenderung untuk dipergunakan kepada para tetangga,
teman,kerabat dan kenalan yang cukup dekat. Dukun yang dipakaibisa
orang jauh, dan karena itu menyerang seseorang yangtinggal jauh
dari tempat upacara dilakukan tetapi pencetustindakan itu selalu
seorang yang berdekatan. Sihir selaludipraktikkan karena alasan
khusus, tidak pernah karenakedengkian yang ringan. Tenung adalah
suatu perbuatan mistikpula.7
Dalam sistem medis modern, peranan kebudayaandapat membantu
menjelaskan kondisi sakit dan sehat. Definisikeadaan tubuh sebagai
suatu symptom (gejala) atau sebagaisuatu masalah, adalah bagian dan
suatu proses sosial itusendiri. Bila ada proses seleksi dan
definisi yang hanyamemusatkan perhatian pada alasan deviasi (studi
etiologi) danmengabaikan apa yang menyebabkan penyimpangan
menurutpandangan individu dan masyarakatnya maka hal ini
akanmengaburkan aspek-aspek penting dan pengertian kitamengenai
pengobatan dan kontrol penyakit (control of illness)8.Namun, dalam
sistem medis tradisional, perhatian para
7Ibid.,hlm.149.8J.K.,Zola,“Kebudayaan dan Symptom: Sebuah
Analisa mengenai Keluhanyang Diajukan oleh Para Pasien” dalam
Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan(ed. Parsudi Suparlan),
(Jakarta: Rajawali, 1984), hlm.146.
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 446
penyembuh justru memusatkan pada sistem medis yang bukanBarat
(non-Western medical system) secara mutlak lebihberhubungan dengan
kebudayaan masyarakat yangbersangkutan.
Secara tradisional, dalam praktiknya dengan kekuatanspiritual
dan penekanan pada elemen. Ada tiga elemen dalamproses pengobatan
yaitu obat itu sendiri, mantra, dan kondisipemberi obat (condition
of the peformer). Dalam konteks inikekuatan batin sang dukun,
kemarnpuannya untukmemusatkan pikiran sedemikian rupa, sehingga
mantra itusampai ke telinga Tuhan atau roh kembar yang melindungi
sipasien. Cara pengobatan dan sihir di Trobiand, mantramerupakan
bagian yang esensial dari apa yang disebut"praktik-praktik magi",
sedang di kalangan orang Azasde yangpokok adalah obatnya itu
sendiri. Di Jawa, aspek ketiga yaitukeadaan pemberi obat dianggap
sebagai elemen yang pentingsekali.9
Sehubungan dengan praktik santet yang menjadi fokusstudi ini,
maka pengertian tentang istilah-istilah yang berkaitandengan santet
perlu dibahas di sini. Salah satu usaha mistikyang disebut klenik
menurut Magnis Suseno10 adalah praktik-praktik jahat yang didorong
oleh nafsu-nafsu rendah demibenda-benda dunia dan kekuatan iblis.
Klenik merupakanusaha untuk kekuatan batin, tetapi terdorong oleh
motif-motifyang tidak murni, yaitu untuk memajukan
kepentingan-keperitingan egoisnya sendiri. Klenik bersifat egois
dan asosial,oleh karena itu harus ditolak. Kemungkinan ilmu
hitammenghadapkannya dengan kekuatan-kekuatan yangterhadapnya ia
marasa tidak berdaya. Hanya dukun yangsebanding dengan lawannya
yang ahli ilmu hitam itu yangdapat menetralisasikan
pengaruhnya.
Klenik senada dengan istilah sihir. Menurut Claude
9Geertz, Abangan…,hlm.127.10Ibid.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 47
Levi Strauss ada tiga faktor kemanjuran sihir.
Pertama,kepercayaan tukang sihir itu sendiri terhadap
efektivitasnyateknik yang dipakai. Kedua, kepercayaan penderita
atau korbanterhadap kekuatan tukang sihir. Ketiga, kepercayaan
danharapan kelompok yang berfungsi sebagai semacam bidangpenghubung
tukang sihir dan korban yang ada lansung, seolah-olah sebagai
tindakan gaya tarik bumi. Ketiga elemen tersebut"perdukunan yang
kompleks dan tidak terpisahkan". Namunkeduanya dikelompokkan
menjadi dua kutub. satu dibentukoleh pengalaman mendalam dari dukun
dan yang lain olehkonsensus kelompok11
Ada beberapa jenis sihir yang berbeda-beda, dan jenisyang paling
ganas ada tiga yakni tenung, jengges, dan santet.12Perbedaan dari
ketiganya tampak dalam praktik dari masing-masing sihir tersebut.
Gejala-gejala tenung adalah misalnyamuntah darah, mulas yang nyeri
sekali di perut, demam yangnaik turun, tanpa sebab yang jelas.
Pekerjaan dukun terdiri darisemacam Misa-Hitam yang merupakan
Slametan bohong-bohongan. Dukun duduk mengucapkan mantra di
tengah-tengah sajen-sajen yang membentuk setengah lingkaran,
sajianmakanan untuk roh-roh jahat, memohon
kehancurankorbannya.13
Sajen terdiri dari sebongkah kemenyan yang utuh danumumnya
menggunakan candu, sekali pun beberapa benda lainyang digemari
setan seperti cermin mungkin disertakan juga.Kalau orang bermaksud
membunuh korbannya dan tidaksekedar membuatnya sakit, ia harus
meremukkan kemenyan itumenjadi butiran kecil-kecil yang kemudian
dibungkus dengankain mori putih, diikat di tiga tempat seolah-olah
itu adalah
11Strauss, C.L., Structural Anthropology, (New York: Basic Bool
Inc.,1977),hlm.446.12Geertz, Abangan..., hlm.45.13Ibid.
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 448
mayat.14Dalam jengges upacara seperti sajen dilakukan juga,
kecuali bahwa beberapa benda seperti paku, rambut, pecahankaca,
dan potongan-potongan besi serta jarum disertakan dalamsajen. Dukun
mengucapkan mantra dan memusatkan perhatianpada maksud jahatnya dan
dengan demikian mampumembujuk mahkul-mahluk halus agar memasukkan
benda-benda itu ke perut si korban, yang akan mendengar
letusanmendadak di sekelilingnya dan kemudian jatuh sakit
parah.Kadang-kadang sepotong kawat panjang digunakan
untukdimasukkan ke dalam lengan atau kaki si korban, dan
dengandemikian membuatnya lumpuh.15
Clifford Geertz mengatakan pula bahwa istilah
santetkadang-kadang juga digunakan untuk menyebut praktikmemasukkan
benda-benda asing ke perut korban. Sihir selaludipraktikan untuk
alasan yang spesitik, tidak pernah untukkedengkian yang ringan.
Dengan kata lain, karena orangtersebut yaitu orang yang meminta
tolong jasa dukun sihiruntuk mencelakakan orang lain dengan dendam
kesumat.Kadang-kadang orang yang menjadi sasaran santet, sihir
danguna-guna biasanya tidak menyadari dan tidak tahu.
Sistem personalistik santetMenurut Foster dan Anderson salah
satu konsep
kausalitas penyakit adalah sistem personalistik, di samping
adajuga sistem naturalistik. Sistem personalistik adalah
suatusistem di mana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
dansuatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk
supranatural(mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia
(sepertihantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk
manusia(tukang sihir atau tukang tenung). Orang sakit
adalahkorbannya, obyek dan agresi atau hukuman yang ditujukan
14Ibid...,hlm.195.15Ibid.,hlm.145.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 49
khusus kepadanya untuk alasan-alasan yang khususmenyangkut
dirinya saja.16
Menurut Glick yang diacu oleh Foster dan Andersonbahwa inti dari
kausalitas dalam sistem-sistem personalistikadalah penyakit
disebabkan oleh agen-agen (perantara) yangdengan beberapara cara
menjatuhkan kekuatan mereka atas diripara korban mereka. Agen-agen
tersebut dapat berupaa mahlukmanusia, "manusia super" atau bukan
manusia; namunsenantiasa dipandang sebagai mahluk yang keras hati,
yangtidak bertindak sembarangan melainkan sebagai responsterhadap
motif pribadi yang disadari. Agen-agen itu dapatmelintasi alam
natural dan supranatural. Orang-orang biasayang dilengkapi dengan
keterampilan teknis yang tepat, yaitutukang tenung, demikian pula
berbagai mahluk supranaturalyaitu hantu, setan semak-semak dan
tukang sihir, semuanyadapat menyebabkan penyakit. Penyakit
(illness) berasal dariagen, dan terutama akibat rasa iri. Penyakit
dan kematian yang"dini" dianggap berasal dari kekuatan-kekuatan
luar atau ilmusihir. Kepercayaan tentang kausalitas penyakit yang
bersifatmedis dan kesehatan yang tercatat dalam etnografi
klasiktentang masyarakat-masyarakat "primitif'.17
Sebagaimana hubungan sebab akibat dalam sistem-sistem penyebab
penyakit merefleksikan prinsip-prinsipstruktur dasar, pola-pola,
dan premis-premis dart kebudayaanasalnya, tempat mereka terjalin
didalamnya. Etiologi-etiologipersonalistik logisnya membutuhkan
jenis penyembuh tertentu,seorang shaman atau peramal lain, untuk
menentukan bukanhanya penyebab langsung dari suatu penyakit,
melainkan juga,yang lebih penting, mencari siapa yang berada di
belakangpenyebab tersebut.18
16Foster, G.M. dan Barbara Anderson, Antropologi Kesehatan,
(Jakarta: UIPress, 1986), hlm. 65-66.17Ibid18Ibid...,hlm.80.
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 450
Menurut Claude Levi Strauss, seorang shaman yangsekaligus
berperan sebagai dukun, imam dan penghantar rohorang mati adalah
seorang penyembuh magis yang biasanyabekerja dalam keadaan
"ekstase" atau "trance", yakni keadaanmental tidak sadarkan diri.
Dalam keadaan "trance" ini iasanggup menuruti kemauannya melepaskan
roh dari tubuhnyadan mengadakan perjalanan "dunia bawah" (neraka)
untukmengunjungi dan memanggil roh-roh. Oleh karena itu,
shamanmenjadi perantara yang bertindak sebagai wahana roh,
mampuberkomunikasi dengan roh itu dan mampu
menguasainya.Berdasarkan kemampuannya, shaman menawarkan
jasamagisnya sebagai dukun. Pada dasarnya, cara
penyembuhanshamanistis bersifat verbal, dan biasanya tidak
menggunakancara pengobatan fisis atau kimia. Dalam bukunya yang
lain(Antara Alam dan Mitos), Claude Levi Strauss jugamembedakan
secara tegas antara dukun dan shaman.Dukun(dalam bahasa Inggris:
Medicine-man) adalah orang yang ahlidalam penyembuhan penyakit,
yang disebabkan oleh roh dankekuatan-kekuatan gaib, berdasarkan
kekuatan batin ataskodrati dan pengetahuan eksperimental
pengalamannya.Apabila si dukun perlu memasukkan diri ke dalam
keadaantidak sadar diri (trance) dan memanggil roh-roh
pembantuproses penyembuhan maka sebaiknya disebut shaman.19
Penyakit, religi dan magi lebih berhubungan dengansistem
etiologi, tampak jelas bahwa kedua sistem etiologi,berkorelasi
dengan sistem personalistik. Dalam sistempersonalistik,
pengorbanan-pengorbanan dan sajian-sajiandimaksudkan untuk berdamai
dengan mahluk-mahluk yangbertanggung jawab atas terjadinya penyakit
tersebut20. Magidan religi, kedua-duanya masuk dalam bidang sakral,
yangdapat diterangkan dengan istilah supranatural.
19Agus, Cremers, Antara Alam dan Mitos: Memperkenalkan
AntropologiStruktural Claude Levi-Strauss, Flores-NTT: Nusa Indah,,
1997), hlm. 144.20Foster dan Anderson, Antropologi
Kesehatan,...,81-82.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 51
Ahli Antropologi telah mendefinisikan bermacam-macam lambang
upacara dalam banyak cara, dan upacaramempunyai dimensi sosial,
psikologis dan simbol yang penting.Dalam setting sosial, upacara
dengan jelas mengulangimemperhatikan dasar nilai dari masyarakat
tersebut, khususnyamengenai hubungan antara orang dan orang, orang
dan alam,dan orang kepada dunia supranatural. Hubungan itumerupakan
bagian pada fungsi dari kelompok mahluk lain.Berdasarkan pada
pemahaman tersebut, antropologi kesehatanmempelajari tentang
bagaimana penduduk dalam kebudayaandan kelompok sosial yang berbeda
menjelaskan sebab darisakit-sehat, tipe perawatan/pengobatan yang
mereka percayaidan kepada siapa mereka memalingkan atau
memilihpenyembuh jika mereka mendapat sakit.21
Sihir dan guna-guna telah dikenal sejak lama dalamantropologi.
Tidak ada satu pun etnografi akan menjadi lengkaptanpa disediakan
diskusi pada fenomena itu dalam masyarakattersebut, yang tampak
menjadi hal yang umum. Perbedaanantara sihir dan guna-guna
ditegaskan oleh E.E Evans Pritchardbahwa sihir dihubungkan pada
magi "buruk", namunsebaliknya sihir dapat dan banyak dilakukan
untukkemampuan yang "baik" sebagaimana berakhir "buruk"
Menurut Claude Levi Strauss ilmu sihir adalah ilmu gaib"hitam"
yang bersifat destruktif dan antisosial dengan satu-satunya tujuan
adalah kematian. Ilmu sihir merupakan bentukagresi (karena marah,
iri, benci, balas dendam, dan sebagainya)dari jauh dan tanpa
menggunakan sarana, menyebabkankejahatan dan kemalangan yang sering
besar sekali,demitujuan-tujuan yang tidak pantas.22
Pandangan Islam tentang Santet
21Helman, Cecil G., Culture, Health, and Illness,(Oxford:
Butterworth-Heinemann, 1995), hlm. 224-225.22Claude Levi Strauss,
structural,…,hlm.145.
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 452
Dalam Islam, seorang yang sakit memang dianjurkanberobat.Para
ulama sepakat bahwa Islam membolehkanberobat, dan seorang muslim
hendaklah berusaha mendatangidokter yang ahli, baik penyakit dalam
maupun penyakit luarlainnya, untuk diperiksa apa penyakit yang
diderita kemudiandiobati sesuai dengan obat–obat yang dikenal dalam
ilmukedokteran.Dilihat dari sebab akibat yang biasa berlaku, hal
initidak bertentangan dengan ajaran tawakkal kepada Allah
dalamhukum Islam, karena Allah telah menurunkan penyakit
danmenurunkan pula obatnya, ada diantaranya yang sudahdiketahui
oleh manusia dan ada yang belum diketahui.Akantetapi Allah ta’aala
tidak menjadikan penyembuhannya darisesuatu yang diharamkan kepada
mereka.
Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang yang sakitmendatangi
dukun-dukun yang mendakwahkan dirinyamengetahui hal-hal yang gaib,
untuk mengetahui penyakit yangdideritanya. Tidak diperbolehkan pula
mempercayai ataumembenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu
yangmereka katakan mengenai hal-hal yang gaib itu hanyadidasarkan
atas perkiraan belaka, atau dengan caramendatangkan jin, dan
meminta tolong kepada jin-jin itutentang sesuatu yang mereka
inginkan. Dengan cara demikiandukun-dukun tersebut telah melakukan
perbuatan kufur dankesesatan.
Rasulullah Saw menjelaskan dalam berbagai haditsnyasebagaimana
riwayat berikut : “Barang siapa mendatangi ‘Arrof(peramal) dan
menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterimasalatnya selama
empat puluh hari”23 Dari Abu Hurairah ra dari NabiSaw beliau
bersabda: “barang siapa yang mendatangi kahin (dukun)dan
membenarkan apa yang yang ia katakan maka sungguh telah
kafirterhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Saw (HR
AbuDawud)
23Sunan Abi Daud, vol 4, Hal: 233, Dar Al-Salam, Riyqah
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 53
Hadits-hadits mulia ini menunjukkan laranganmendatangi ‘arrof,
kahin dan sebangsanya, larangan bertanyakepada mereka tentang
hal-hal yang gaib, laranganmempercayai/ membenarkan apa yang mereka
katakan danancaman bagi mereka yang melakukannya.
Oleh karena itu, pemerintah wajib mencegah segalabentuk praktik
tukang ramal, dukun, dan sebangsanya, danmelarang orang-orang
mendatangi mereka.Kepada yangberwenang supaya melarang mereka
melakukan praktik dipasar-pasar atau di tempat-tempat lainnya dan
secara tegasmenolak segala yang mereka lakukan.Hendaknya tidak
bolehtertipu oleh pengakuan segelintir manusia tentang kebenaranapa
yang mereka lakukan, karena orang–orang tersebut tidakmengetahui
tentang perkara yang dilakukan oleh dukun-dukuntersebut, bahkan
kebanyakan mereka adalah orang-orang awamyang tidak mengerti hukum,
dan larangan terhadap perbuatanyang mereka lakukan.
Rasulullah Saw telah melarang umatnya mendatangipara
kahin,‘arrof, dan tukang tenung, dan melarang bertanyaserta
membenarkan apa yang mereka katakan, karenamengandung kemungkaran
dan bahaya yang sangat besar pula.Karena mereka adalah orang-orang
yang melakukan dusta dandosa.Hadits–hadits Rasulullah Sawtersebut
diatasmembuktikan tentang kekufuran para kahin dan ‘arrof,
karenamereka mengaku mengetahui hal-hal yang gaib dan merekatidak
akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkandengan cara
berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin, danini merupakan
perbuatan kufur dan syirik terhadap Allah SWT.Orang orang yang
membenarkan mereka atas pengakuanmereka dalam mengetahui hal-hal
yang gaib dan meyakininya,maka hukumnya sama seperti mereka.
Setiap orang yang menerima perkara ini dari orang
yangmelakukannya, sesungguhnya Rasulullah Saw berlepas diri
darimereka.Seorang muslim tidak boleh tunduk dan percayaterhadap
dugaan dan sangkaan bahwa cara seperti yang
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 454
dilakukan itu sebagai suatu cara pengobatan, semisal
tulisanAzimat-azimat yang mereka buat, atau cairan timah,
danberbagai cerita bohong yang mereka lakukan. Semua ini
adalahpraktik-praktik perdukunan dan penipuan terhadap manusia,maka
barang siapa yang rela menerima praktik-praktik tersebuttanpa
menunjukkan sikap penolakannya, sesungguhnya ia telahmenolong dalam
perbuatan batil dan kufur.24
Oleh karena itu, tidak dibenarkan seorang muslim pergikepada
kahin, tukang tenung, tukang santet dan semisalnya,dan menanyakan
kepada mereka hal-hal yang berhubungandengan jodoh dan pernikahan
anak atau saudaranya atau yangmenyangkut hubungan suami istri dan
keluarga, tentangkecintaan, kesetiaan, perselisihan, dan perpecahan
yang terjadi,dan lain sebagainya, karena ini berhubungan dengan
hal-halyang gaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh
siapapunkecuali Allah SWT.
Santet sebagai salah satu perbuatan kufur yangdiharamkan oleh
Allah SWT dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat : 102 tentang
kisah dua malaikat : “Dan merekamengikuti apa yang dibacakan oleh
setan-setan pada masa kerajaanSulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
sulaiman itu mengerjakansihir), padahal Sulaiman itu tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir),hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Merekamengajarkan kepada manusia apa yang
diturunkan kepada duaMalaikat di negeri Babil yaitu Harut Marut,
sedang keduanya tidakmengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum
mengatakan:sesungguhnya kami hanya cobaan maka janganlah kamu
kafir, maka
24Syekh Al-Jazairi mengatakan bahwa pelaku santet yang
terbuktimelakukan praktek santet atau sihir, sehingga menimbulkan
korban, dalamNegara atau pemerintahan islam, hukumannya adalah had
(dibunuh) atauhukuman mati yang dilakukan oleh Negara, hal ini
didasarkan pada hadistal-tirmidzi “had atau hukuman pelaku santet
dan perdukunan adalahdibunuh” dan peraturan seperti inisudah
dijalankan oleh generasi terdahulu.(lihat: jabir al-jazairi, minhaj
al-muslim, Hal: 424, dar al-ulum wal-hikam,madinah, 1998.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 55
mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan
sihiritu,mereka dapat menceraikan antara suami dengan istrinya .
Dan merekaitu (ahli sihir) tidak bisa memberi madarat dengan
santetnya kepadaseorangpun kecuali dengan izin Allah.Dan mereka
mempelajarisesuatu yang memberikan madarat kepada mereka dan tidak
memberimanfaat, dan sungguh mereka mengetahui bahwa barang siapa
yangmenukar (kitab Allah) dengan sihiritu, tidak ada baginya di
akhiratsuatu keuntungan dan amat buruklah perbuatan mereka
dalammenjual dirinya dengan sihir itu, kalau mereka mengetahui”.
(QS AlBaqarah ayat : 102)
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang
mempelajari ilmu santet, sesungguhnya merekamempelajari hal-hal
yang hanya mendatangkan mudarat bagidiri mereka sendiri, dan tidak
pula mendapatkan suatukebaikan di sisi Allah SWT.Ini merupakan
ancaman yangsangat besar yang menunjukkanbetapa besar kerugian
yangdiderita oleh mereka di dunia ini dan di akhirat kelak.
Merekasesungguhnya telah memperjual belikan diri mereka denganharga
yang sangat murah, itulah sebabnya Allah berfirman :“Dan Alangkah
buruknya mereka yang telah menjual diri merekadengannya (sihir
itu), seandainya mereka mengetahui.” (QS : 2 : 102)
Kita memohon kepada Allah kesehatan dan keselamatandari
kejahatan santet dan semua jenis praktik perdukunan yangdilakukan
oleh tukang santet dan tukang ramal. Kita memohonpula kepadaNya
agar kaum muslimin terjaga dari kejahatanmereka, dan semoga Allah
SWT memberikan pertolongankepada kaum muslimin agar senantiasa
berhati-hati terhadapmereka, dan melaksanakan hukum Allah dengan
segalasangsinya kepada mereka, sehingga manusia menjadi aman
darikejahatan dan segala praktik keji yang mereka lakukan.
Gejala, tipologi, dan penanggulangan santetFoster dan Anderson
menjelaskan bahwa sistem-sistem
personalistik adalah lebih kompleks, dalam arti bahwa
duatingkatan kualitas atau lebih dapat dibedakan, dan dalam
usaha
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 456
penyembuhan, tingkatan-tingkatan harus diperhitungkan.Paling
sedikit dapat dibedakan antara agen personal (dukunsihir, hantu,
atau dewa), dan teknik yang digunakan oleh agentersebut (seperti
pemasukan obyek, racun, pencurian jiwa,kesurupan, atau ilmu
sihir).25
Dua tingkatan kausalitas dalam penyembuhan yangtampak dalam
gejala-gejala sakit pada penderita dapat dideteksioleh penyembuh
baik dukun, paranormal, maupun kyai padaproses penyembuhan yang
dilaksanakan. Dalam studi ini agenpersonal yang berperan adalah
dukun sihir (tukang santet) danteknik yang digunakan oleh agen
tersebut adalah pemasukanobyek penyakit dan ilmu sihir yaitu dengan
membaca mantra-mantra dan sesaji upacara.
Jelas bahwa dari pengalaman semua informanmenunjukkan adanya
unsur peranan dukun sihir sebagai agendan teknik agen berupa ilmu
sihir (mantra) dan pemasukanobyek penyakit. Pengalaman informan
yang mendapatkan sakitdengan gejala panas, sakit kepala (kehilangan
keseimbangan),perut dan kaki bengkak, mereka merasakan gejala ini
tanpadisadari apa yang menyebabkannya. Mereka merasaksan gejalaini
terjadi secara fluktuatif, yaitu dengan tiba-tiba serangan
sakitdatang, tetapi tiba-tiba pula sembuh sendiri dengan
wakturelatif tidak sama. Kadang-kadang gejala itu muncul,
namundalam sekejap sudah sembuh. Kembali muncul, hilang,
munculkembali, dan seterusnya. Nmun ada juga di antara mereka
yangmerasakan gejala sakit itu terus-menerus.
Dari hasil deteksi penyembuh, penyebab sakit merekaadalah dengan
pengiriman mantra oleh dukun sihir sehinggajelas di sini bahwa
gejala sakit tersebut akibat adanya agen,yaitu perantara dukun
sihir atau tukang santet dan teknik agendengan membaca mantra untuk
menyerang “lawannya” agarsakit. Contoh lain bentuk teknik agen
adalah memasukkan
25G.M Foster dan Barbara Anderson, Antropologi Kesehatan,
(Jakarta: UI Press,1986),hlm.82.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 57
obyek ke tubuh “lawannya” sehingga mereka merasakan gejalasakit
pada bagian badan tertentu. Bentuk pemasukan obyek kedalam tubuh
seperti yanag dialami DC. Bila dirinci daripengalaman masing-masing
informan, gejala itu munculsebagai berikut: (a) Pengalaman AB,HB:
Gejala serangan santetantara lain: kepala terasa melayang-layang,
pusing, pikiranterasa kosong, pingsan dan tidak sadarkan diri, dan
perutkejang-kejang; (b) Pengalaman DC: Gejala serangan santetantara
lain: muntah darah kental, perut membesar, badan panastinggi, dari
perut keluar paku berkarat, silet, dan pecahan kaca;(c) Pengalaman
EF,LM: Gejala serangan santet antara lain: suhubadan panas tinggi,
perut membengkak dan terasa sakit,muncul bisul dengan ukuran sangat
besar di bibir; (d)Pengalaman GH: Gejala serangan santet antara
lain: sakit perutyang luar biasa, perut membesar, kedua kaki
bengkak danterasa sangat berat, pinggang serta punggung belakang
terasasangat kaku; (e) Pengalaman JK: Gejala serangan santet
antaralain: dada terasa nyeri dan berat, kepala pusing, pikiran
kosong,linglung, sering berbicara sendiri, terkadang marah-marah
danngomel tidak jelas.
Praktik-praktik santet seperti yang tampak dalam gejala-gejala
pada informan, ternyata sudah banyak dipraktikkan sejaklama dan
sampai sekarang masih juga dialami oleh masyarakat.Praktik
supranatural sebagai indikasi ke “kuno”an ternyatajustru relatif
marak di jaman “modern.” Hal ini dapatdibuktikan dengan melihat dan
mengkaji melalui sistempersonalistik bahwa dalam praktik jengges
yang dilukiskanGeertz menyebutkan bahwa praktik itu menggunakan
teknikpemasukan benda ke obyeknya yaitu perut korban diawali
ataudibarengi bunyi letusan mendadak di sekelilingnya. Letusan
iniidentik dengan bunyi “dor” yang dilukiskan oleh
informan.Disebutkan juga oleh Geertz bahwa kadang-kadang
sepotongkawat dimasukkan ke dalam lengan atau kaki korban.
Ternyatapernyataan Geertz ini dikuatkan oleh pengalaman HB,DC,
jadigejala-gejala yang dikenali informan (korban) seperti
halnya
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 458
yang ditemukan Gerrtz pada waktu lalu.26 Oleh karena itu,santet
masih pada sistem medis non barat sehingga cocok dikajimelalui
sistem personalistik karena memang praktik-praktiknyaberorientasi
pada mistik, kepercayaan dan supranatural. Yaitu,masyarakat percaya
sebab sakit (etiologi) penyakit karena sebabsupranatural termasuk
dalam sistem etiologi personalistik.
Kenyataan menunjukkan bahwa pada abad modern,sistem ini masih
berlaku pula. Sistem personalistik cenderungdihubungkan dangan
masyarakat petani dan pra industri, tetapisampai sekarang, hal itu
masih eksis. Ironisnya juga, padakelompok masyarakat berpendidikan
tinggi seperti halnya parainforman, musibah melalui santet dialami
juga. Sehingga adasindiran “santet masuk kampus.”
Walaupun hampir semua informan dalam menanggapipenyakitnya
merasa aneh dengan adanya gejala-gejala tersebut,tetapi mereka
mencoba menanggulangi penyakitnya kepadaperawatan modern. Hasilnya,
sakit yang mereka rasakan tidaksembuh. Sudah menjadi hal umum dalam
masyarakat jikamereka atau keluarganya menderita sakit, mereka
mencarisumber perawatan yang berganti-ganti jika penyakitnya
belumsembuh. Mengapa awalnya informan berobat kepada
sistemperawatan modern karena mereka menanggapi sakit
denganpemikiran modern yaitu mereka sakit berobat kepada dokter.Hal
ini disebabkan oleh pemahaman awal penyakit itutermasuk berbahaya,
seperti gejala panas badan, sakit perut,muntah dan sebagainya.
Sebenarnya gejala-gejala yang dipahami oleh informandan
keluarganya dalah realitas yaitu sakit. Gejala-gejala yangmengawali
pada mulanya tidak atau kurang diperhitungkan,sehingga mereka tidak
tahu kalau sakitnya karena disantet.Baru setelah mendapat
penjelasan dari penyembuhantradisional (dukun, paranormal) dan kyai
mereka merekam
26Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat
Jawa,(Jakarta: Pustaka Jaya, 1981),hlm 145.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 59
kembali peristiwa yang mengawali sakitnya, sehingga
merekapercaya yang mengawali sakitnya adalah sebab supranaturalyang
berarti sakitnya akibat magic buruk (ilmu hitam).
Menurut Foster dan Anderson bahwa sistem etiologipersonalistik
dan naturalistik dapat dibedakan berdasarkanteknik-teknik
diagnosis. Dalam hal personalistik, diinginkanshaman atau dukun
sihir yang mempunyai kekuatan besaruntuk dapat mengidentifikasi
agen penyebabnya.27 Sistem-sistem personalistik yang mengenalnya
membutuhkanpenyembuh yang memiliki kekuatan supranatural
ataukekuatan ramalan magis, karena perhatian utama pasien
dankerabatnya adalah “siapa?” dan bukanya “ apa?”.
Shaman, dengan caranya berkomunikasi langsungdengan alam roh,
dan dukun sihir dengan kekuatan-kekuatanmagisnya, keduanya menjawab
pertanyaan-pertanyaan “siapa”dan ” mengapa”, merupakan
jawaban-jawaban logis terhadapkebutuhan akan konsep-konsep
kausalitas ganda.28 Denganmengacu pada pengertian “siapa” dan
“mengapa” penyembuhdapat mendiagnosa melalui konsultasi dengan roh
halusdengan cara trance, penyembuh kemasukan roh lain yang
dapatmemberikan penjelasan kepada pasien maupun keluarganyabahwa
pasien sakit diguna-guna atau disantet. Seperti kasus AByang
diguna-guna karena masalah cinta; begitu juga JK karenamenolak
menikahi seorang perempuan; DC karena masalahpemilihan kepala desa;
dan EF karena persoalan warisan.
Penyembuh dapat menemukan dan mendiagnosisseseorang yang ada
gejala sakit yang disebabkan olehsupranatural. Apa yang didiagnosis
oleh penyembuhberdasarkan pada penjelasan mencari tahu “siapa?”
dan“mengapa?” secara logika bisa diterima oleh pasien
dankeluarganya. Hal ini dapat untuk menepis anggapan “umum”
27G.M Foster dan Barbara Anderson,....,hlm.82-8328Ibid
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 460
bahwa sistem kesehatan non Barat tidak rasional,
nonkonvensional, dan primitif.
Kalau dikembalikan kepada pemahaman bahwa “suatusistem teori
penyakit memberikan rasionalisasi bagipengobatan...” berlaku dalam
semua sistem kesehatan, baikmodern maupun tradisional. Jadi dalam
sistem kesehatantradisional pun di dalam mendiagnosis secara hukum
logikadapat masuk akal.29 Cremers menguatkan pendapat Foster
danAnderson serta hasil penelitian ini bahwa logika pemikiranmistis
sama tegasnya dan kritisnya dengan pemikiran positifilmu
pengetahuan.30
Di samping sistem teori penyakit yang memberikanrasionalisasi
bagi pengobatan, suatu sistem teori penyakitmenjelaskan “mengapa?”.
Disebutkan pula oleh Foster danAnderson, bahwa sistem teori
penyakit tidak hanyamendiagnosis sebab dan memberikan pengobatan
yang logis,tetapi yang lebih luas lagi tentang apa yang telah
menggangguhubungan sosial pasien, keseimbangan apakah yang
terdapatdalam alam yang telah terganggu dan mengapa, denganindividu
tersebut (seperti telah diacu dalam kerangkapemikiran).31
Berdasarkan pada teori tersebut dan rumus:A (-) + B (-) = D
C (-)maka kiranya dapat dijabarkan di sini bahwa:a. Hubungan
sosial (hubungan dengan tetangga, teman,
dan sebagainya). Apabila hubungan sosial pasienkurang/ tidak
baik. [a (-)]
Berdasarkan kasus pengalaman para informan,mereka secara tidak
disadari sebenarnya tidak
29G.M Foster dan Barbara Anderson,....,hlm. 5230Agus Cremers,
Antara Alam dan Mitos: Memperkenalkan AntropologiStruktural Claude
Levi-Strauss, (Flores-NTT: Nusa Indah, 1997), hlm.65.31G.M Foster
dan Barbara Anderson,....,hlm. 53
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 61
mempunyai “ musuh” seperti dijelaskan mereka.Mereka tahu kalau
ada orang yang sakit hati, cemburukarena cinta dan masalah karier,
setelah kondisisakitnya didiagnosis oleh penyembuh dan
merekamenelusuri peristiwa yang mengawali yaitu sakitsecara
tiba-tiba, atau terdengar bunyi-bunyi asing, dansemacamnya sebagai
peristiwa aneh. Merekamenganalisis bahwa betul mereka disantet
karenahubungan sosial mereka dengan orang yangmenyantet kurang
baik. Di sini ada hubungan tidakbaik sepihak, yaitu hubungan yang
tidak disadariinforman, namun pihak penyantet sangatmembencinya
(korban/ informan) dan sakit hatikarena iri.
b. Kondisi lingkungan (faktor dari luar) kurang/ tidakbaik. [c
(-)]
Faktor dari luar dimaksudkan adalah di luardirinya. Di sini
dapat dijelaskan sebagai lingkunganpekerjaan (kantor) dan
pergaulan. Di antara temanmereka ada yang merasa sakit hati
(cemburu, ditolakcinta dan salah paham).
c. Keadaan si pasien (ketahanan pasien terhadapkekuatan setan).
[c (-)]
Pada awalnya pasien tidak menyadari adanyasanatet yang dikirim
seseorang kepada mereka. Pasien(informan) pada waktu mendapatkan
seranganpertama bagi yang disantet lebih dari satu kalimerasakan
bahwa apabila ada tanda-tanda awalpengiriman santet mereka
mengantisipasi denganbanyak cara dan secara teratur membaca
ayat-ayat sucial-Qur’an. Dengan cara ini, informan dapat
terhindardari serangan santet. Sebaliknya, bagi informan yangkuat
dari serangan santet, mereka tidak akan langsungterkena. Seperti
pengalaman AB, sebagaimanadikatakan oleh penyembuh AB bahwa ia
cukup kuat
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 462
dari serangan santet. Di samping itu, pengalamanmenunjukkan
bahwa beberapa informan selamat,terlepas dari santet karena usaha
penyembuhanmelalui dukun, paranormal, dan kyai.
d. Pasien akan jatuh sakit. (d)Kenyataan menunjukkan bahwa pada
awalnya
para informan mengalami [a (-)], dengan tanpadisadari, kemudian
kondisi lingkungan kantor (tempatkerja) dan pergaulan mendorong
terjadinya santet [b (-)]. Keadaan pasien yaitu daya tahan pada
kekuatangaib pada sebagian informan tidak kuat, sehinggamereka
mengalami sakit, ada yang ringan, ada yangsedang, dan ada yang
sangat berat hinggamenyebabkan kematian. Oleh karena itu,
logikaberpikir masyarakat dalam sistem personalistikdengan
sendirinya rasional.
Akhirnya, seiring dengan berjalannya waktu, pengalamaninforman
dengan berulang kali diteror dengan santet, sebagianmampu bertahan
dan berhasil sembuh karena pengobatan daridukun, paranormal, atau
kyai, dan sebagian lain menyebabkankematian. Hal ini dapat dilihat
dari rumus tersebut bahwahubungan sosial informan dengan teman
tetap tidak baik [a (-)],kondisi lingkungan juga menunjukkan hal
yang sama [b (-)],sedangkan daya tahan pasien terhadap kekuatan
gaib positif [c(+)] karena informan telah melaksanakan anjuran
untukmembaca ayat-ayat suci al-Qur’an, sehingga mereka tidakmempan
oleh santet. Mereka tidak sakit, maka [d(-)].
Kembali lagi diulang disini pernyataan Cremers bahwapemikiran
mistis sama tegasnya dan kritisnya denganpemikiran positif ilmu
pengetahuan. Diagnosis dari parapenyembuh hanya berdasarkan
meditasi dan analisis gejalajustru lebih diutamakan sehingga
rumusan di atas cocok untukdigunakan dalam analisis gejala. Rupanya
ada semacamperbedaan atau pergeseran cara mendiagnosis dari
masa
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 63
lampau dengan masa sekarang.32 Walaupun tidak terlaluberbeda,
diagnosis dengan metode numerologi (petungan)kurang digunakan oleh
penyembuh. Seperti dikatakan CliffordGerrtz bahwa diagnosis dapat
didasarkan pada salah saatu dariketiga metode atau kombinasi dari
ketiganya, yaitu numerologi,meditasi, dan analisis gejala. 33
Terapi (pengobatan) oleh informan dilaksanakan dengandua cara.
Pertama, mereka mencari perawatan medis moderndengan mendatangi
dokter. Ada yang opname, diinfus,pemeriksaan laboratorium dan CT
Scan, pemberian obatpenenang, obat penghilang rasa sakit, dan
semacamnya. Semuainforman mula pertama mencari sumber perawatan
modernkarena gejala penyakitnya menunjukkan gejala klinis
yangberdasarkan pengetahuan mereka bahwa gejala sakit itu
harusdibawa ke dokter. Hal ini diperkuat pula oleh latar
belakangsosial mereka yang telah berpendidikan, bahkan
sebagianberpendidikan tinggi. Dengan menggunakan terapi
medismodern, tidak satu pun pasien (informan) sembuh sakitnya.Oleh
karena itu, pasien (informan) berpaling kepadapengobatan
tradisional dukun, paranormal, dan kyai.
Kedua, informan kemudian mencari sumber perawatantradisional
karena penyakit mereka tidak ditemukan sebabnyadan tidak dapat
diobati secara medis modern. Hal inimerupakan jenis penyakit yang
hanya mampu diobati oleh paradukun.34 Di samping itu, jika sudah
jelas sebab sakitnya karenadisantet orang, pengobatan yang cocok
adalah dukun kareansakitnya akibat santet tidak dapat disembuhkan
secara medismodern.
Alternatif informan memilih sumber perawatantradisional atas
saran keluaraga, teman, atau tamu yangmenegok mereka. Semua
informan akhirnya berobat kepada
32Agus Cremers,...,hlm.6533Clifford Geertz, ....,hlm 14834Ibid,
hlm 131.
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 464
perawatan tradisional dukun, paranormal, dan kyai. Sistemyang
digunakan oleh dukun yang oleh Claude Levi Straussdisebut shaman.35
Karena di dalam praktiknya dengan cara“trance” telah dilakukan
masih sama persis dengan yangdisampaikan Clifford Geertz.
Sepertinya praktik ini masihberlangsung sampai sekarang.
Berbeda dari praktik shaman, paranormal melakukanpengobatan
dengan cara meditasi dan doa-doa dalam agamaIslam yang dipadukan
dengan persyaratan tertentu misalnyapasien disuruh meminum air
kelapa muda dan kelapa hijau,meminum air putih yanga telah
dimantrai, dan sebagainya. Didalam melaksanakan persyaratan
tersebut, pasien dianjurkanpula membaca doa-doa dalam agama
Islam.
Praktik pengobatan dari kyai juga mirip dengan
praktikparanormal. Bedanya pada praktik kyai persyaratan
ramuandisertai pula, tetapi tampaknya penekanan pengobatan
padabacaan ayat-ayat suci al-Qur’an. Sering-sering kedua
praktisiparanormal dan kyai menganjurkan kepada pasiennya
untukselalu membaca ayat-ayat suci al-Qur’an. Saran
tersebutdilaksanakan oleh informan baik yang mendapat santet
sekalimaupun berulang kali. Pengulangan terus menerus untukmembaca
ayat-ayat suci al-Qur’an pada waktu- waktu tertentu,informan dapat
terhindar dari santet meskipun masihmengalami hal yang sama.
Informan selamat dari santetmeskipun gejala santet sering
muncul.
Variasi Penangkalan SantetAllah telah mensyari’atkan kepada
hambaNya supaya
mereka menjauhkan diri dari kejahatan santet sebelum terjadipada
diri mereka, dan Allah menjelaskan pula tentangbagaimana cara
pengobatannya bila ia terjadi pada diri mereka.Ini merupakan rahmat
dan kasih sayang Allah, kebaikan dankesempurnaan nikmatNya kepada
hambaNya.
35(Cremers dan Santo, 1997: 144)
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 65
Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjagadiri dari
bahaya santet sebelum terjadi, begitu pula usaha dancara
pengobatannya bila terkena santet, yakni dengan cara-carayang
dibolehkan menurut syara’.1) Tindakan preventif yakni usaha
menjauhkan diri dari
bahaya santet sebelum terjadi. Cara yang paling pentingdan
bermanfaat adalah penjagaan dengan melakukan zikiryang
disyariatkan, membaca doa dan ta’awwudz sesuaidengan tuntunan
Rasulullah Saw diantaranya seperti dibawah ini :a) Membaca ayat
Kursi setiap selesai salat lima waktu
sesudah membaca wirid yang disyariatkan setelahsalam atau dibaca
ketika akan tidur. Karena ayat kursitermasuk ayat yang paling besar
nilainya di dalam al-Qur’an. Rasulullah Saw bersabda dalam salah
satuhadits sahihnya :“Barang siapa yang membaca ayat kursi pada
malam hari,
Allah senantiasa menjaganya dan setan tidak akanmendekatinya
sampai subuh.”Ayat tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 255
yang
Artinya :“Allah tidak ada Ilah( yang berhak disembah) kecuali
DiaYang Maha Hidup lagi terus menerus mengurusmakhluqNya, tidak
terkena rasa mengantuk dan tidak tidur,kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan apa yang di bumi.Siapakah yang dapat memberi syafaat di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa yang di hadapan
mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dariilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi
Allahmeliputi langit dan bumi.Dan Allah Maha Tinggi lagi
MahaBesar.”
b) Membaca Surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, dan Surat AnNaas
pada setiap selesai salat lima waktu, dan membacaketiga surat
tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 466
sesudah subuh dan menjelang malam sebelum salatMaghrib, sesuai
dengan hadits riwayat Tirmidzi danNasa’i.
c) Membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah ayat 285-286, pada
permulaan malam, sebagaimana sabdaRasulullah Saw: “Barang siapa
yang membaca dua ayatterakhir dari surat AlBaqarah pada malam hari,
makacukuplah baginya.”
d) Banyak membaca ta’awwudz dengan menggunakankalimah Allah yang
sempurna untuk memohonperlindungan diri dari kejahatan
makhluk-Nya.Hendaklah dibaca pada malam dan siang hariketika berada
di suatu tempat, ketika masuk dalamsuatu bangunan, ketika berada di
tengah padang pasir,di udara, atau di laut .
e) Sabda Rasulullah Saw:“Barang siapa singgah di suatu tempat
dan dia
mengucapkan :(aku berlindung dengan kalimat Allah yangsempurna
dari kejahatan apa yang Dia ciptakan) maka tidakada sesuatupun yang
membahayakannya sampai ia pergidari tempat itu”.
f) Membaca do’a di bawah ini masing-masing tiga kalipada pagi
hari dan menjelang malam :36
“Dengan nama Allah, yang tidak ada yang membahayakanbersama
namaNya sesuatupun yang ada di bumi dan dilangit, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetaui”.(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Bacaan dzikir dan ta’aawudz ini merupakan sebab yangbesar untuk
memperoleh keselamatan dan menjauhkan diri darikejahatan santet dan
kejahatan lainnya, bagi mereka yang selalumengamalkannya secara
benar disertai keyakinan yang penuhkepada Allah, bertumpu dan
pasrah kepadaNya dengan lapang
36Sunan abi daud, vol 5, hal: 237, dar al-ma`rifah, bairut,
t.t
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 67
dada dan hati yang khusu’. Bacaan-bacaan seperti ini
jugamerupakan senjata ampuh untuk menghilangkan santet yangsedang
menimpa seseorang, dengan cara dibaca dengan hatiyang khusu’,
tunduk, dan merendahkan diri, seraya memohonkepada Allah agar
dihilangkan bahaya dan malapetaka yangdihadapi. Do’a-doa’
berdasarkan riwayat yang kuat dariRasulullah Sawuntuk menyembuhkan
penyakit yangdisebabkan oleh santet dan lain sebagainya adalah
sebagaiberikut :
Rasulullah Sawmeruqiyah (menjampi-jampi) denganbacaan :Artinya:
“Ya Allah Pemelihara manusia, hilangkanlahpenyakit dan
sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidakada penyembuhan melainkan
penyembuhan-Mu,penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”. (
HRBukhori)
Do’a yang dibaca Jibril ra ketika menjampi RasulullahSaw:
Artinya: “Dengan nama Allah aku menjampimu, dari segalayang
mengganggumu dan dari segala kejahatan setiap jiwa,atau dari mata
yang dengki, Allah menyembuhkanmu,dengan nama Allah aku
menjampi-Mu.”Hendaklah do’a ini diulang tiga kali.
Pengobatan santet dengan cara lainnya, terutama bagi laki-laki
yang tidak dapat berhubungan badan (berjima’) denganistrinya karena
terkena santet, dengan cara mengambil tujuhlembar daun bidara yang
masih hijau ditumbuk atau diulekdengan batu atau alat tumbuk
lainnya, sesudah itu dimasukkanke dalam sebuah bejana atau wadah,
kemudian tuangkanlah airke dalam wadah itu secukupnya untuk mandi,
bacakan ayatkursi ke dalam bejana tersebut, bacakan pula surat
Al-Kafirun,Al-Ikhlas, An-Nas dan ayat-ayat penangkal santet yang
lainnya
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 468
dalam surat Al-A’raf ayat: 117-119, Yunus ayat : 79-82,
SuratTaha ayat : 65-69.
Bacaan surat Taha ayat : 65-69 yang artinya : .
. . .
65. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "HaiMusa
(pilihlah), apakah kamu yang melemparkan(dahulu) atau kamikah orang
yang mula-mulamelemparkan?"
66.Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan".Maka
tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,terbayang kepada
Musa seakan-akan ia merayap cepat,lantaran sihir mereka.
67.Maka Musa merasa takut dalam hatinya.68.Kami berkata:
"Janganlah kamu takut, Sesungguhnya
kamulah yang paling unggul (menang).69.Dan lemparkanlah apa yang
ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat."Sesungguhnya
apa yang mereka perbuat itu adalahtipu daya tukang sihir
(belaka).dan tidak akan menangtukang sihir itu, dari mana saja ia
datang".
Setelah selesai membaca ayat-ayat tersebut di atashendaklah
minum sedikit dari airnya dan sisanya dipakai untukmandi.Dengan
cara ini mudah-mudahan Allah SWTmenghilangkan penyakit yang sedang
diderita, dan seandainyamasih diperlukan pengobatan seperti ini
beberapa kali, bolehsaja dilakukan kembali dua kali atu lebih
sampai benar-benarhilang penyakitnya.
Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang palingbermanfaat
ialah berupaya mengerahkan tenaga dan dayauntuk mengetahui di mana
tempat santet terjadi, diatas gunungatau di tempat manapun berada
dan bila sudah diketahui
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 69
tempatnya , diambil dan dimusnahkan sehingga lenyaplahsantet
tersebut.
Adapun pengobatan dengan cara–cara yang dilakukanoleh
tukang-tukang santet yaitu dengan mendekatkan dirikepada jin
disertai penyembelihan hewan atau cara–caramendekatkan diri
lainnya, semua itu tidak dibenarkan karenatermasuk perbuatan setan
bahkan termasuk perbuatan syirikyang paling besar yang wajib
dihindari.
Demikian pula pengobatan dengan cara bertanya kepadadukun ‘Arrof
tukang ramal dan menggunakan petunjuk sesuaidengan apa yang mereka
katakan, semua itu tidak dibenarkandalam Hukum Islam, karena
dukun-dukun tersebut adalah parapendusta dan pembohong yang mengaku
mengetaui hal-halyang gaib dan kemudian menipu manusia.
Rasulullah Saw telah memperingatkan orang-orang yangmenadatangi
mereka, menanyakan mereka dan membenarkanapa yang yang merekla
katakan, sebagaimana telah dijelaskanhukum-hukumnya di bagian awal
bab ini.
Doa-doa Penyembuhan Santet menurut InformanAdanya tiga macam
penyembuh yang dihubungi oleh
masing-masing informan secara berbeda menunjukkan bahwaantara
paranormal dan dukun (aliran White magic) dan kyai didalam
melaksanakan terapi selalu diikuti dengan serangkaiandoa-doa yang
harus dibaca oleh pasien (informan).
Berdasarakan penuturan dari pengalaman parainforman, doa-doa itu
dibaca sebelum, sesudah, ataubebarengan dengan serangkaian upacara
penyembuhan sepertitelah disebutkan dalam Bab II tentang pengalaman
individu.Doa-doa untuk penyembuhan, pasien supaya membaca
doaberturut-turut sebagai berikut:1) Al-Fatihah 1x2) Al-Ikhlas 1x3)
An- Naas 1x
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 470
Ayat-ayat di atas dianjurkan dibaca setiap kali selesaisalat
terutama pada salat maghrib supaya terhindar dari godaansetan dan
pengaruh jahat, termasuk santet. Kyai, paranormaldan dukun (white
magic) kepada paasiennya berpesan agarjangan lupa membaca ayat-ayat
itu supaya terhindar daripengaruh jahat.
Doa-doa itu harus dibaca berurutan, sebagai berikut:4) Ayat
kursyi 1x:“Allahulailaaha illa huwal hayyul qayyuummu la
tkkhudzuhuu sinatuwwalaa nauum, lahuu maa fid samawaatiwamaa
fila ardli man dhal ladzi yayfa’u ‘indahhu illa bi idznih,ya’lamu
maa baina aidihiim wa maa khalfahum w laa yuhiituunabisyaiim min
‘ilmihii illa bi maa syaa awasi’a kursiyyuhussamaawaati wal ardli
wa laa yauuduhuu hifdzuhumma wa huwal‘aliyyul ‘adziim”.
Artinya:“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yanghidup Kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk Nya), tidakmengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaannya Naya apa yang dilangit dan di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafaa’at disisi Allah tanpa izin naya? Allah
mengetahui apa-apa yang dihaadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidakmengetahui mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apayang dikehendaki Naya. Kursi llah meliputi langit dan
abumi.Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
AllahMaha Tinggi lagi Maha Besar”.
Anjuran para penyembuh tradisional kepada para pasiendengan
membaca al Fatihah karena memang surat tersebutmempunyai khasiat
untuk penyembuhan penyakit. Dalamhadist disebutkan bahwa di dalam
Surat al-Fatihah terkandungmaziyyah atau keistimewaan yang banyak
sekali termasuk didalamnya untuk penyembuhan segala
penyakit.KeutamaanSurat al Fatihah adalah seperti sabda Nabi
Muhammad Saw:“fatihataul kitab (Surat al Fatihah) itu adalah obat
obat darisegala penyakit”. Dalam hadis lain disebutkan, “ Fatihatul
kitab(Surat al Fatihah ) adalah obat dari segala racun.
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 71
Demikian juga khasiat Surat al-Falaq dan Surat an-Naasapabila
dibaca masing-masing 41 kali selama tiga hari, lima hariatau tujuh
hari berturut-turut, Insya Allah kita akan terhindardari penyakit
yang dibuat syetan atau manusia..Bacaan Surat alFalaq sebagai
berikut:“Bismillahirrahmaanir rahiim, Qul a’uudzu birobbil falaq,
min syarri maa kholaq, wa min syaarai ghoosiqin idzaawaqob, wa min
syarrin naffasati fil ‘uqod, wa min syarri haasidinidzaa
hasad.”(Katakanlah hai Muhammad aku berlindung padaTuhan yang
memelihara falaq, dari kejahatan sesuatu yangdijadikannya, dan dari
kejahatan malam apabila ia gelap, dandari kejahatan tipuan beberapa
tukang santet pada buhulan dandari kejahatan orang yang menghasut
apabila ia menghasut.”37
PenutupPenggunaan ilmu hitam adalah suatu tindakan asosial
karena tindakan ini merupakan tindakan jahat yaitu dengansengaja
mencelakakan orang lain. Namun pembuktian ilmiahdan hukum sulit
diterima, sedangkan fenomena itu jelasmerugikan masyarakat.
Kadang-kadang karena doronganemosi, masyarakat menyelesaikan
senidiri masalah ini sebagaitindakan yang melawan hukum yaitu main
hakim sendiri.Ironisnya justru tukang santet yang “dihukum”
olehmasyarakat, bukan kliennya yang jelas-jelas merugikan
oranglain.
Pembuktian ilmiah dan tidak ilmiah sebenarnya terletakpada
perbedaan perspektif. Perspektif hukum membutuhkanpembuktian ilmiah
sebagai barang bukti yang dapat diterimasecara indrawi untuk dapat
ditentukan salah atau tidak salah,sehingga meskipun praktik santet
“jelas” merugikanmasyarakat, fenomena ini sementara sulit untuk
dimejahijaukanatau dipenjarakan secara hukum.
37HR bukhari Muslim (Shahih Muslim 10/241, Dar- Al-Ma`rifah,
Beirut,1998).
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 472
Lepas dari perspektif di atas, yang menjadi fokus kajiantentang
santet adalah salah satu fenomena sosial yangberdampak atau
cenderung berhubungan dengan fenomenakesehatan. Berdasarkan studi
kepustakaan sejak zaman dahulumasalah santet sudah ada dalam
kehidupan masyarakat yangberorientasi pada sistem kesehatan non
Barat. Masalah santetcenderung dihubungkan dengan sistem kesehatan
tradisionalkarena memang kehadirannya juga pada sistem
tersebut.
Telah banyak dibicarakan dan termasuk pada sistempersonalistik
kejadian-kejadian sakit karena sebab personalistikyaitu seseorang
jatuh sakit karena ada perantaranya sepertisetan, manusia, dewa dan
sebagainya.Oleh karena itu, santetmerupakan salah satu fenomena
sosial yang lebih berhubungandengan orang menjadi sakit. Orang
menjadi sakit karenaseseorang telah mengirimkan guna-guna melalui
tukang sihir/tukang santet yang bisa berbentuk benda atau binatang
sepertipengalaman informan.
Masyarakat yang percaya adanya santet sebagai sebabsakit yang
tidak dapat ditemukan penyakitnya secara medismodern, jenis
penyakit ini hanya mampu diobati oleh parapraktisi tradisional.
Temuan Magniz Suseno, Clifford Geertzdan Claude Live Strauss
seperti yang dipaparkan di bagianpendahuluan menyebutkan bahwa
penyembuhan penyakitkarena santet dilakukan dalam model perawatan
dukun danparanormal. Kenyataan menunjukkan pula bahwa
pengalamanpara informan juga melakukan hal yang sama
penyembuhanmelalui dukun dan aparanorml. Selain itu, penyembuhan
jugadilakukan oleh oleh kyai (secara agama Islam). Dari
parapenyembuh tradisional ini pun sekarang menggunakan doa-doadalam
agama Islam untuk penyembuhan. baik Magnis Susenomaupun Clifford
Geertz tidak menyebutkan peranan kyaidalam menangani penderita yang
“ diserang” santet. Apakahpada waktu itu belum ada, atau tidak
terdeteksi?
-
Korban Santet dalam Perspektif Antropologi Kesehatan dan Hukum
Islam
al-I Vo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 4 73
Berbeda dalam perkembangansekarang, doa-doa dalamagama Islam
dipergunaakn untuk tindakan preventif dankuratif baik yang
dianjurkan oleh Kyai maupun paranormalseperti yang dilakukan
informan untuk membaca ayat-ayat sucial-Qur’an. Namun, praktik
dukun (penyembuh tradisional)yangditemukan dalam kajian ini masih
menunjukkan hal yang samadengan temuan yang dilaporkan Magnis
Suseno dan CliffordGeertz. Berdasarkan pada pengalaman para
informan, doa-doadalam al-Qur’an yang dibaca berulang-ulang dapat
untukpengobatan dan pencegahan terhadap santet dan sakit
karena“diserang” santet.
Daftar Pustaka
Abu Bakar, Jabir al-Jazairi, minhajul muslim, Darul Salam,
Beirut,1998Baal, J. Van., Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi
Budaya
hingga Dekade 1970 (jilid 2), (Jakarta: PT. Gramedia,
1988).Cremers, Agus, Antara Alam dan Mitos: Memperkenalkan
Antropologi Struktural Claude Levi-Strauss, (Flores-NTT:Nusa
Indah, 1997).
Foster, G.M. dan Barbara Anderson, Antropologi
Kesehatan,(Jakarta: UI Press, 1986).
Geertz, Clifford, “Curing, Sorcery and Magis in a JavaneseTown”
dalam Culture, Disease, and Healing, David Landy(ed.), (New York:
Macmillan Publishing Co. Inc., 1977).
__________, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat
Jawa,(Jakarta: Pustaka Jaya, 1981).
Hans J, Daeng,., Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan,
TinjauanAntropologis,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000).
Helman, Cecil G., Culture, Health, and Illness,
Oxford:Butterworth-Heinemann, 1995.
Koentjaranigrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta:
DianRakyat, 1967).
-
Abdul Mukti Thabrani
al-IhVo l . 9 N o . 1 J un i 2 01 474
__________, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan,
(Jakarta:Gramedia, 1994).
Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris,
Madura1850-1940, Terj. Mohammad Efendi & PunangAmaripuja,
(Yogyakarta : Mata Bangsa, Cet. I, 2002).
Landy, David, “Sorcery and Witcheraft in Sickness and inHealth”
dalam Culture, Disease, and Healing, David Landy(ed.), (New York:
Macmillan Publishing Co. Inc., 1977).
Rifai, Mien A.,Manusia Madura;Pembawaan, Perilaku, Etos
kerja,Penampilan, dan Pandangan Hidupnya, (Yogyakarta: PilarMedia,
2006).
Strauss, C.L., Structural Anthropology, (New York: Basic
BoolInc., 1963).
__________, The Sorcerer and His Magic: Culture, Disease,
andHealing, (ed: David Landy), (New York: MacmillanPublishing Co.
Inc., 1977).
Wiyata, A. Latief, Carok; Konflik Kekerasan dan Harga Diri
OrangMadura, (Yogyakarta: LKiS, 2000).
----------, Madura yang Patuh?; Kajian Antropologi Mengenai
Budayamadura(Jakarta: CERIC-FISIP UI, 2003).
Zola, J.K., “Kebudayaan dan Symptom: Sebuah Analisamengenai
Keluhan yang Diajukan oleh Para Pasien”dalam Manusia, Kebudayaan,
dan Lingkungan (ed. ParsudiSuparlan), (Jakarta: Rajawali,
1984).