BAB I PENDAHULUAN Kor pulmonale, atau penyakit jantung pulmonalis, adalah penyakit rongga jantung kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah paru atau parenkim paru. Kor pulmonale dapat terjadi secara akut maupun kronik. Penyebab akut tersering adalah emboli paru masif dan biasanya terjadi dilatasi ventrikel kanan. Penyebab kronik tersering adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan biasanya terjadi hipertrofi ventrikel kanan. (Kurt.2002). Penyakit cor pulmonale merupakan penyakit paru dengan hipertrofi dan atau dilatasi ventrikel kanan akibat gangguan fungsi dan atau struktur paru (setelah menyingkirkan penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung lain yang primernya pada jantung kiri). Cor pulmonale dapat terjadi secara akut maupun kronik penyebab akut tersering adalah emboli paru masif dan biasanya terjadi dilatasi ventrikel kanan. Penyebab kronik tersering adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan biasanya terjadi hipertrofi ventrikel kanan. Insidens diperkirakan 6-7% dari semua penyakit jantung pada orang dewasa disebabkan oleh PPOK. Umumnya pada daerah dengan polusi udara yang tinggi dan kebiasaan merokok yang tinggi dengan prevalensi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Kor pulmonale, atau penyakit jantung pulmonalis, adalah penyakit
rongga jantung kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit
pembuluh darah paru atau parenkim paru. Kor pulmonale dapat terjadi secara akut
maupun kronik. Penyebab akut tersering adalah emboli paru masif dan biasanya
terjadi dilatasi ventrikel kanan. Penyebab kronik tersering adalah penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) dan biasanya terjadi hipertrofi ventrikel kanan.
(Kurt.2002).
Penyakit cor pulmonale merupakan penyakit paru dengan hipertrofi dan
atau dilatasi ventrikel kanan akibat gangguan fungsi dan atau struktur paru
(setelah menyingkirkan penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung lain
yang primernya pada jantung kiri). Cor pulmonale dapat terjadi secara akut
maupun kronik penyebab akut tersering adalah emboli paru masif dan biasanya
terjadi dilatasi ventrikel kanan. Penyebab kronik tersering adalah penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) dan biasanya terjadi hipertrofi ventrikel kanan.
Insidens diperkirakan 6-7% dari semua penyakit jantung pada orang
dewasa disebabkan oleh PPOK. Umumnya pada daerah dengan polusi udara yang
tinggi dan kebiasaan merokok yang tinggi dengan prevalensi bronchitis kronik
dan emfisema didapatkan peningkatan kekerapan cor pulmonale. Lebih banyak
disebabkan exposure daripada predisposisi dan pria lebih sering terkena daripada
wanita.
Meski prevalensi PPOK di AS mencapai 15 juta jiwa, frekuensi pasti
kor pulmonale sulit ditentukan karena keadaan ini tidak terjadi pada semua kasus
PPOK, selain juga karena pemeriksaan-pemeriksaan rutin relatif tidak sensitif
untuk mendeteksi hipertensi pulmonal. Kor pulmonale diestimasikan terjadi pada
6-7% pada semua bentuk penyakit jantung di AS, dengan PPOK (bronkitis kronis
dan emfisema) sebagai penyebab utama pada lebih dari 50% kasus. Selain itu,
kor pulmonale merupakan 10-30% bentuk dekompensasi kordis di AS
(Khozsnevis, 1999).
1
Aritmia ventrikular dan aritmia supraventrikular sering terjadi pada
pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Insidensi yang dilaporkan
oleh seumlah penelitian berbeda-beda karena variasi dalam populasi (pasien
PPOK stabil atau pasien dengan eksaserbasi), ada atau tidaknya gagal ventrikel
atau penyakit jantung yang mendasari, atau pengobatan yang digunakan sebagai
manajemen aritmia (Francis, 2003).
Terjadinya aritmia pada pasien dengan kor pulmonal yang telah
mengalami gagal jantung kanan akan semakin memperburuk angka mortalitas.
Angka mortalitas pasien dengan PPOK yang memiliki komplikasi kor
pulmonalsudah cukup buruk, yakni harapan hidup 5 tahun hanya sebesar 30%.
Timbulnya aritmia akan makin memperburuk survival rate pasien. Penelitian
Hudson et al pada 70 pasien kor pulmonal menunjukkan bahwa terjadi perbedaan
angka mortalitas yang bermakna antara pasien yang tidak menderita aritmia
dengan pasien aritmia dalam 2 tahun periode penelitian. Hudson melaporkan 11
orang pasien kor pulmonal tanpa aritmia mortalitasnya adalah 0%. Tiga belas
pasien dengan takikardi supraventrikuler memiliki angka mortalitas 46%, dan 10
pasien dengan takikardi ventrikular memiliki angka mortalitas 100% (Francis,
2003).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Saluran Pernafasan
Paru-paru mempunyai sumbe suplai darah dari Arteria Bronkialis dan
Arteria pulmonalis. Arteria Bronkialis berasal dari Aorta torakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronchialis yang besar
mengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara ke
vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena
brochialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis, karena
sirkulasi bronchial tidak berperanan pada pertukaran gas, darah yang tidak
teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2-3% curah jantung. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan
berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.
Arteri Pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan
darah vena campuran ke paru-paru dimana darah tersebut mengambil bagian
dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan
menutup alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses
pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang selanjutnya
membagikannya kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
3
2.2 Anatomi Jantung Ventrikel Kanan
Letak ruang ventrikel kanan paling depan di dalam rongga dada
yaitu tepat di bawah manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan
berada di kanan depan ventrikel kiri dan medial atrium kiri. Berbentuk bulan
sabit/setengah bulatan berdinding tipis dengan tebal 4-5 mm yang
disebabkan oleh tekanan di ventrikel kiri yang lebih besar.
Dinding anterior dan inferior disusun oleh serabut otot yaitu
trabekula karnae yang sering membentuk persilangan satu sama lain. otot ini
di bagian apikal berukuran besar yaitu trabecula septo marginal (moderator
band). Ventrikel kanan secara fungsional dapat dibagi dua alur ruang yaitu
alur masuk ventrikel kanan (Righ ventricular out flow tract) berbentuk
tabung atau corong, berdinding licin terletak di bagaian superior ventrikel
kanan yaitu infundibulum/conus arteriosus. Alur masuk dan keluar
dipisahkan oleh krista supra ventrikuler yang terletak tepat di atas daun
anterior katup triauspid.
2.3 Kor pulmonale
2.3.1 Definisi
Istilah kor pulmonale, atau penyakit jantung pulmonalis, digunakan
untuk menjelaskan penyakit rongga jantung kanan akibat hipertensi pulmonal
yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah paru atau parenkim paru. Yang
tidak termasuk dalam definisi ini adalah kasus hipertensi pulmonal yang
disebabkan oleh gagal ventrikel kiri atau penyakit primer lain di sisi kiri antung
serta hipertensi pulmonal yang disebebkan penyakit jantung kongenital. Penyakit
paru primer menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, mengakibatkan hipertrofi
dan pada akhirnya terjadi gagal ventrikel kanan (Kumar, 2002; Fauci et al, 2008).
Hipertensi pulmonal sekunder akibat penyakit paru kronis terjadi jika
tekanan arteri pulmonal rata-rata saat istirahat lebih dari 20 mmHg. Nilai ini
4
sedikit berbeda dengan hipertensi pulmonal primer, pulmonal arterial pressure
(PAP) > 25 mmHg. Pada individu muda (<50 tahun) nilai PAP berkisar antara
10-15 mmHg. Karena proses penuaan terjadi peningkatan PAP, sekitar 1
mmHg/10 tahun. Pada penderita PPOK hampir selalu terjadi peningkatan PAP,
lebih dari 20 mmHg. Nilai ini akan meningkat saar exercise, mencapai 30 mmHg
(Weitzenbaum, 2003).
2.3.2 Epidemiologi
Meski prevalensi PPOK di AS mencapai 15 juta jiwa, frekuensi pasti
kor pulmonale sulit ditentukan karena keadaan ini tidak terjadi pada semua kasus
PPOK, selain juga karena pemeriksaan-pemeriksaan rutin relatif tidak sensitif
untuk mendeteksi hipertensi pulmonal. Kor pulmonale diestimasikan terjadi pada
6-7% pada semua bentuk penyakit jantung di AS, dengan PPOK (bronkitis kronis
dan emfisema) sebagai penyebab utama pada lebih dari 50% kasus. Selain itu,
kor pulmonale merupakan 10-30% bentuk dekompensasi kordis di AS.
Kor pulmonale akut umumnya disebabkan oleh emboli paru masif.
Kasus emboli paru masif akut merupakan kondisi yang paling berbahaya. Terjadi
50.000 kematian per tahun di AS akibat emboli paru dan setengahnya terjadi
pada jam pertama akibat gagal jantung kanan akut. Secara global insidensi kor
pulmonal bervariasi pada beberapa negara, tergantung prevalensi merokok,
polusi udara, dan faktor risiko lain terjadinya bermacam penyakit paru (Sovari,
2011).
2.3.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya kor pulmonal adalah emboli paru, penyakit
paru obstrukif dan restriktif kronik, dan penyakit vaskular paru. Kor pulmonale
akut paling sering disebabkan oleh embolisme paru. Apabila embolus secara akut
menyumbat lebih dari 50% jaringan vaskuler paru, peningkatan beban mendadak
di sisi kanan jantung menyebabkan gagal ventrikel kanan. Ventrikel kanan
biasanya mengalami dilatasi, namun tidak hipertrofi. Penyebab lain dari kor
5
pulmonal akut adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS), hal ini terjadi
akibat aspek patologik ARDS sendiri atau akibat ventilasi mekanik, khususnya
dengan kebutuhan volume tidal yang lebih tinggi, menyebabkan peningkatan
tekanan transpulmonal (Kumar, 2002; Sovari, 2011)
Kor pulmonale kronis paling sering disebabkan oleh penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Pada kor pulmonale kronis, berbeda dengan kor
pulmonale akut, hipertensi pulmonal yang menetap memungkinkan terjadinya
hipertrofi ventrikel kanan kompensatorik. Ventrikel kanan kurang mampu